Anda di halaman 1dari 34

18

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG METODE DIROSA (DIRASAH ORANG


DEWASA) DAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN

A. Metode Dirosa
1. Pengertian Metode
Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu metha
dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan
atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut
thariqah.
Semua metode dapat dipergunakan berdasarkan kepentingan
masing-masing, sesuai dengan pertimbangan bahan yang akan
diberikan serta kebaikan dan keburukannya masing-masing. Dengan
kata lain pemilihan dan penggunaan metode tergantung pada nilai
efektivitasnya masing-masing. Selama tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam, metode tersebut boleh dipergunakan
dalam pendidikan Islam (Bukhari Umar, 2010 : 180-181).
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikan, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa
dengan baik. Semakin baik metode mengajar, maka semakin efektif
pula pencapaian tujuan (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya 2005 :
52).
2. Metode Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)
Dirosa (Dirasah Orang Dewasa) adalah Pola pembinaan Islam
bagi kaum Muslimin Pemula (laki-laki, perempuan, remaja, orang
19

dewasa, kakek, nenek, Muallaf) yang dikelola secara sistematis,


berjenjang dan berlangsung terus menerus.
Dirosa (Dirasah Orang Dewasa) merupakan sistem pembinaan
Islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Al-Qur’an.
Panduan baca Al-Qur’an pada Dirosa disusun tahun 2006 yang
dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan adalah untuk
remaja, orang dewasa, kakek, nenek bahkan Muallaf dengan sistem
klasikal 20 kali pertemuan.
Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari
sebuah perjalanan pengajaran Al-Qur’an di kalangan ibu-ibu yang di
alami sendiri oleh pencetus dan penulis buku ini. Telah terjadi proses
pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al-Qur’an di kalangan
ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode.
Akhirnya ditemukanklah satu format yang sementara dianggap paling
ideal, paling baik dan efektif yaitu memadukan pembelajaran baca Al-
Qur’an dengan pengenalan dasar-dasar keislaman.
Buku panduan belajar baca Al-Qur’annya disusun tahun 2006.
Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri
TK-TP Al-Qu’an. Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-
daerah, baik Sulawesi, Kalimatan maupun beberapa daerah kepulauan
Maluku, yang di bawa oleh para da’i.
Secara garis besar dalam pembelajaran metode Dirosa (Dirasah
Orang Dewasa) adalah :
a. Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta
menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian
mengulangi bacaan Pembina, tetapi juga bacaan dari semua
peserta.
b. Peserta mampu dan lancar tadarus Al-Qur’an serta paham cara
berhenti dan memulai bacaan (waqaf wal ibtida’)
c. Mampu membaca Al-Qur’an secara tartil sesuai dengan kaidah
tajwidnya dan,
20

d. Memberikan pengetahuan dasar keislaman (Syueab Kurdi dan


Abdul Aziz, 2012 : 103).
3. Keunggulan Program Dirosa
a. Dirancang khusus untuk orang dewasa termasuk (remaja, kakek
nenek dan Muallaf)
b. Metode yang mudah dan cepat (20x pertemuan)
c. Biaya pendidikan gratis
d. Waktu dan tempat fleksibel
e. Pembinaan hingga lancar membaca Al-Qur’an
f. Bimbingan materi dasar keislaman
g. Sangat cocok bagi pemula maupun yang sudah bisa membaca Al-
Qur’an
4. Tujuan Dirosa
a. Memberikan kemampuan kepada peserta (remaja dan orang
dewasa) agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, lancar dan
benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
b. Memberikan pengenalan dan pengajaran tentang dasar-dasar
keilmuan Islam
5. Jenis Program
Program Klasikal Untuk Pemula
1. Program ini diperuntukkan bagi peserta yang belum bisa membaca
Al-Qur’an (dari nol), atau yang masih terbata-bata belum benar
dalam pengucapan huruf (Makhroj) dan panjang pendeknya serta
belum Tartil Al-Qur’an.
2. Program Lanjutan
Program ini diperuntukkan bagi peserta yang sudah lancar
membaca Al-Qur’an tetapi masih terdapat kesalahan bacaan
(belum sempurna sesuai dengan kaidah ilmu tajwid). Didukung
dengan pembinaan dasar-dasar keislaman serta materi hafalan yang
ringan (termasuk do’a sehari-hari) sesuai dengan Al-Qur’an dan
Sunnah.
21

Buku yang digunakan : Buku Ilmu Tajwid + Buku Ibadah


Praktis + Buku Materi Hapalan (Syueab Kurdi dan Abdul Aziz,
2012 : 104).
6. Target dan Alokasi Waktu
a. Program Klasikal Untuk Pemula
Target yang akan di capai dalam tingkatan ini yaitu :
1) Peserta mampu mengenal dan mengucapkan huruf tunggal pada
huruf hijaiyah sesuai dengan makhrijul hurufnya (tempat keluar
huruf Al-Qur’an) dengan benar, begitu pula huruf-huruf
sambung.
2) Peserta mampu memahami dan mempraktekkan pelajaran ilmu
tajwid dasar
3) Peserta mampu membaca Al-Qur’an surat Al-Fatihah dengan
benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
Alokasi Waktu Belajar : 20 x pertemuan (2,5 bulan)
b. Program Lanjutan
Target yang akan di capai dalam tingkatan ini yaitu :
1) Peserta mampu dan lancar tadarus Al-Qur’an serta paham cara
berhenti dan memulai bacaan (waqaf wal ibtida’)
2) Peserta akan mampu membaca Al-Qur’an secara tartil sesuai
dengan kaidah Tajwidnya
3) Peserta paham hal-hal mendasar dalam agama islam dan dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Alokasi Waktu Belajar : 20 x pertemuan (2,5 bulan) (Syueab
Kurdi dan Abdul Aziz, 2012 : 105).

B. Kemampuan Membaca Al-Qur’an


1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan (Skill) yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Misalnya, kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga
22

yang sederhana untuk memberi kemudahan belajar peserta didik


(Fauzan, 2010 : 45).
Kemampuan merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang sangat penting, tanpa membaca kehidupan seseorang akan statis
dan tidak berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum,
termasuk dalam pembelajaran Al-Qur’an urgensi kemampuan
membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran membaca
merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan.
Demikian halnya dengan pelaksanaan tes kemampuan
membaca (maharah qira‟ah). Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kemampuan membaca, serta mengetahui hasil-hasil
pembelajarannya.
Ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki untuk
mengembangkan keterampilan membaca antara lain adalah :
a. Kemampuan membedakan huruf dan kemampuan mengetahui
hubungan antara lambang dan bunyinya.
b. Kemampuan mengenal kata, baik di dalam sebuah kalimat maupun
tidak.
c. Memahami makna kata sesuai dengan konteks.
d. Membaca cepat dan,
e. Ketelitian dan kelancaran membaca (Abdul Hamid. 2010 : 63-64).
2. Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi
juga melibatkan aktivitas visual, berpikir psikolinguistik dan
metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai
suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman
kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata
dengan menggunakan kamus.
23

Keterampilan decording pembaca juga harus memiliki


keterampilan memahami makna (meaning). Pemahaman berlangsung
melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman literal sampai
kepada pemahaman interpretatif, kreatif dan evaluative. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa membaca merupakan gabungan
proses perseptual dan kognitif.
Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai proses visual
merupakan proses menerjemahkan symbol tulis ke dalam bunyi.
Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading) dan
membaca kreatif (creative reading). Membaca sebagai proses
linguistik, skemata pembaca membantunya membangun makna,
sedangkan fonologis, semantik dan fitur sintaksis membantunya
mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan (Farida
Rahim, 2008 : 2-3).
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulisan.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami
yang tersirat dalam yang tersurat, melihat yang terkandung di dalam
kata-kata yang tertulis.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing
meaning to and getting meaning from printed of written material,
memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam
bahan tertulis. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembicaraan di atas
adalah bahwa “membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari
gambaran tertulisnya.”
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan
(Henry Guntur Tarigan, 2008 : 7-9).
24

Membaca hakikatnya adalah proses komunikasi antara


pembaca dan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara
langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan
dengan bahasa tulis. Lebih luas lagi membaca bukan hanya itu, tetapi
menggunakan isi bacaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca
yang baik adalah orang yang menggunakan isi bacaan dalam
kehidupannya.
Jadi membaca dalam makna yang terakhir mencakup empat hal
sekaligus yaitu mengenali simbol-simbol tertulis, memahami makna
yang terkandung, menyikapi makna yang terkandung dan
implementasi makna dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengertian Kemampuan membaca
Kemampuan membaca adalah kesanggupan mengenali dan
memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan
melafalkan atau mencernanya di dalam hati (Acep Hermawan, 2011 :
143-144).
4. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Di antara indikator kemampuan membaca Al-Qur’an santri
adalah :
a. Kefasihan dalam membaca Al-Qur’an
Fasih berasal dari kata ‫ فصح يفصح فصا حة‬yang berarti
berbicara dengan terang, lancar, petah lidah. Fasih dalam membaca
Al-Qur’an maksudnya terang atau jelas dalam pelafalan atau
pengucapan lisan ketika membaca Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an berbeda dengan membaca bacaan
apapun, karena isinya merupakan kalam Allah swt. yang ayat-
ayatnya disusun dengan rapi dan dijelaskan secara terperinci, yang
berasal dari zat Yang Maha Bijaksana Lagi Maha Mengetahui.
Karena itu cara membacanya tidak lepas dari adab yang bersifat
zahir maupun batin (Muttaqien Said, 2006 : 55).
25

b. Tartil dalam membaca Al-Qur’an


Tartil adalah pembacaan Al-Qur’an dengan perlahan-lahan
dengan memberikan hak setiap huruf, seperti menyempurnakan
mad (panjang) atau memenuhi ghunnah (dengungan). Dalam hal
ini tartil dan tajwid adalah satu pengetian.
Tartil ini adalah cara praktis melatih lidah dalam
melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an dengan benar seperti ketika
diturunkan. Tujuannya mempelajari ilmu ini adalah untuk
memelihara lidah dari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an
(Ibrahim Eldeeb, 2009 : 91).
c. Makharijul Huruf
Makharijul huruf adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah
yang di dalamnya terdapat 17 tempat yang terbagi dalam lima
kelompok, yaitu sebagai berikut :
1) Kelompok pertama : Al-Jauf (Rongga Mulut)
a) Huruf mad ( ‫ ) ا و ي‬dan lien ketika berhenti
2) Kelompok kedua : Al-Halqi (Kerongkongan)
a) Huruf hamzah dan ha besar ( ‫ )ء ها‬tempat keluarnya dari
pangkal kerongkongan
b) Huruf „ain dan ha kecil ( ‫ ) ع ح‬tempat keluarnya dari
tengah-tengah kerongkongan
c) Huruf ghoin dank kho ( ‫ ) غ خ‬tempat keluarnya dari ujung
kerongkongan
3) Kelompok ketiga : Al-Lisan (Lidah)
a) Huruf qof ( ‫ ) ق‬tempat keluarnya dari pangkal lidah dengan
langit-langit
b) Huruf kaf ( ‫ ) ك‬tempat keluarnya dari pangkal lidah agak ke
depan dari makhraj qof ( ‫ ) ق‬dengan langit-langit
c) Huruf jim, syin, ya ( ‫ ) ج ش ي‬tempat keluarnya dari bagian
tengah lidah dengan langit-langit
26

d) Huruf dhod ( ‫ ) ض‬tempat keluarnya dari tepi lidah kiri atau


kanan dengan gigi geraham atas memanjang dari pangkal
kea rah depan
e) Huruf lam ( ‫ ) ل‬tempat keluarnya dari tepi lidah kiri atau
kanan dengan gusi atas
f) Huruf ro ( ‫ ) ر‬tempat keluarnya dari punggung ujung lidah
dengan gusi atas agak ke depan
g) Huruf shod, sin, zay ( ‫ ) ص س ز‬tempat keluarnya dari ujung
lidah dengan pangkal gigi atas (tidak terlalu ketat
menempel)
h) Huruf ta, dal, tho ( ‫ط‬ ‫د‬ ‫) ت‬ tempat keluarnya dari
punggung kepala lidah dengan ujung gigi seri atas
4) Kelompok keempat : Al-Syafatain (Dua Bibir)
a) huruf fa ( ‫ ) ف‬tempat keluarnya dari perut bibir bawah
dengan ujung gigi seri atas
b) Huruf mim ( ‫ ) م‬tempat keluarnya dari dua bibir dalam
posisi tertutup ke arah luar
c) Huruf wawu ( ‫ ) و‬tempat keluarnya dari dua bibir dalam
posisi terbuka
d) Huruf ba ( ‫ ) ب‬tempat keluarnya dari dua bibir ke arah
dalam
5) Kelompok kelima : Khoisyum (Bagian Hidung)
a) Al-Khoisyum (Batang hidung bagian dalam) keluar huruf
ghunnah (dengung atau suara sengau) seperti mim dan nun
bertasydid ( ّ‫( ( ّم ن‬Otong Surasman, 2013 : 215-216).

C. Karakteristik Usia 16-21 Tahun


Dewasa adalah tingkatkematangan seseorang untuk berfikir lembut
dan bijak apaun kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya dalam
menerima masukan, memberikan masukan, merespek masukan mengatasi
perbedaan tanpa menimbulkan distorsi maupun disharmonies, juga tidak
27

merugikan siapapun disekitarnya. Kedewasaan tidak ditentukan oleh


kapasitas umur dan tidak hanya terukur oleh IQ dan intelegensi maupun
faktor yang tampak secara fisik.
Usia 16-21 tahun adalah termasuk masa dewasa awal yang
memiliki karakterisitik tertentu. Dalam hal meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an pada masa ini ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu :
a. Aspek Kognitif
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan
kontroversial dalam studi tentang rentang hidup manusia adalah
apakah kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori, kreativitas,
intelegensi dan kemampuan belajar pada umumnya orang percaya
bahwa proses kognitif belajar, memori dan intelegensi mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan
kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini
juga tercermin dalam masyarakat ilmiah.
Akan tetapi belakangan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan
dengan bertambahnya usia sebenarnya hanyalah salah satu stereotip
budaya yang meresap dalam diri kita (Desmita 2010 : 238).
Sudut pandang mengenai perubahan kognitif pada orang
dewasa para ahli perkembangan pun berbeda pendapat, diantaranya
pendapat piaget, Gisela Labouvie-Vief, dan K. Warner Schie,
sebagaimana di kutip oleh (Desmita, 2010 : 238-239) yaitu :
1) Menurut Piaget
Pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal,
tahap kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis. Tipe
pemikiran ini dimulai sekitar usia 11 tahun, tetapi tidak berkembang
secara penuh sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu, Piaget
percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiliki cara
berpikir yang sama.
28

2) Menurut Gisela Labouvie-Vief


Bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu
perubahan yang signifikan. Ia percaya bahwa masyarakat kita yang
kompleks memiliki pertimbangan-pertimbangan yang praktis dan
bahkan mengubah bentuk logika kaum muda yang idealis. Karena
itu, pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih kongkrit dan
pragmatis sebagai tanda kedewasaan.
3) Menurut K. Warner Schie
Perubahan kognitif pada orang dewasa dalam hal ini Schie
percaya bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget
menggambarkan peningkatan efisiensi dalam pemerolehan
informasi (information processing) yang baru. Ada keraguan bahwa
orang dewasa melampaui pemikiran ilmiah yang merupakan ciri
dari pemikiran operasional formal, dalam usahanya memperoleh
pengetahuan. Meskipun demikian, orang dewasa lebih maju dari
remaja dalam penggunaan intelektualitas. Akan tetapi tidak,
bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa
tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-
kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan
seiring dengan pertambahan usia.
b. Aspek Emosi
Emosi adalah salah satu aspek psikologis juga berkembangan
yang mengikuti dua jenis pola perkembangan.
Pola perkembangan emosi yang pertama, ialah berkembang dari pada
keadaan yang sederhana menuju keadaan yang matang. Sedangkan
pola perkembangan kedua, berkembang dari pada keadaan yang
bersifat umum menuju pada suatu keadaan yang bersifat khusus
(Soependri Suriadinata, 1983 : 54).
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi dalam masa dewasa
awal, terutama sering dialami dalam parohan awal masa ini. Banyak di
antara dewasa muda ini mengalami ketegangan emosi yang
29

berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti


persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan
emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas
persoalan yang dihadapinya dan sejauh mana seseorang dapat
mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut (Andi Mappiare,
2001 : 25).
Menurut Robert J. Havighurs dalam bukunya (Human
Development and Education) sebagaimana dikutif oleh (Andi
Mappiare, 2001 : 25-26) :
Bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan tiga puluh
tahunan telah akan dapat memecahkan persoalan-persoalan serta cukup
dapat mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga seseorang dapat
mencapai emosi yang stabil atau kalem.
c. Aspek Fisik
Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa
kemampuan fisik mencapai puncaknya dan sekaligus mengalami
penurunan selama periode ini. Dalam pembahasan gejala penting dari
perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, diantaranya
yaitu :
1) Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan
memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar
usia 17 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar,
gerak-gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan
reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi. Meskipun
pada awal masa dewasa kondisi kondisi kesehatan fisik mencapai
puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik
juga terjadi. Sejak usia sekitar 25 tahun perubahan-perubahan fisik
mulai terlihat. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami
kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi
bagaimana pun juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk
30

melakukan aktivitas normal. Bahkan bagi orang-orang yang selalu


menjaga kesehatan dan melakukan olah raga secara rutin masih
tetap terlihat bugar.
2) Perkembangan Sensori
Pada masa awal dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan
pendengaran mungkin belum begitu kelihatan. Akan tetapi, pada
masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan
pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang paling
menonjol.
3) Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-
angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi neural
khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti
sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat
umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik,
seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas
mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas demikian pada tahun-
tahun selanjutnya. Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang
dewasa di antaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil,
tumor otak, atau karena terlalu banyak minum-minuman
beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan
terjadinya erosi mental yang sering disebut dengan kepikunan
(Desmita, 2010 : 237).

D. Urgensi Kemampuan Membaca Al-Qur’an


1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT. yang merupakan mu’jizat
yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW. dan
membacanya adalah ibadah.
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi
Muhammad SAW. tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Taurat yang
31

diturunkan kepada Nabi Musa as. atau Injil yang diturunkan kepada
Nabi Isa as. Demikian pula Kalam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah,
seperti Hadis Qudsi, tidak pula dinamakan Al-Qur’an (Zainal Abidin,
1992 : 1-2).
Al-Qur’an seratus persen berasal dari Allah SWT., baik secara
lafal maupun makna. Diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul dan
Nabi-Nya Muhammad SAW. melalui wahyu al-jaliyy‟ wahyu yang
jelas yaitu dengan turunnya malaikat utusan Allah SWT. Jibril a.s.
untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada Rasulullah SAW. bukan
melalui jalan wahyu yang lain seperti ilham, pemberian inspirasi dalam
jiwa, melalui mimpi yang benar atau cara lainnya (Yusuf Qardhawi,
2000 : 25).
Pengertian Al-Qur’an secara etimologi para ulama telah
berbeda pendapat di dalam menjelaskan kata Al-Qur’an dasi sisi
derivasi (isytiqaq), cara melafalkan (apakah memakai hamzah atau
tidak), dan apakah ia merupakan kata sifat atau kata jadian. Para ulama
yang mengatakan bahwa cara melafalkannya menggunakan hamzah
pun telah terpecah menjadi dua pendapat.
Sebagian dari mereka, di antaranya Al-Lihyani, berkata bahwa
kata Al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar “qara‟a”
(membaca) sebagaimana kata rujhan dan ghufran. Kata jadian ini
kemudian dijadikan sebagai nama bagi firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. penamaan ini mesuk ke dalam
kategori “tasmiyah al-maf ul bi al-mashdar” (penamaan isim maf ul
dengan isim mashdar). Mereka merujuk firman Allah pada surat Al-
Qiyamah ayat 17-18 yaitu :

         
32

Artinya :
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S Al-
Qiyamah : 17-18).
Tafsir Q.S Al-Qiyamah ayat 17-18 :
Jangan engkau merasa takut tidak dapat menghafalnya, karena
Kami (Allah) mengumpulkan Al-Qur’an itu dalam dada engkau, dan
menempatkannya di dalam hati engkau dan Kami akan mentaufikkan
engkau untuk membacanya dengan sempurna.
Apabila Al-Qur’an telah dibacakan kepada engkau maka
dengarkanlah dengan baik-baik kemudian berulah engkau mengulangi
membacanya dan kerjakanlah seluruh isinya, baik yang merupakan
syariat ataupun yang merupakan hukum.
Diriwayatkan bahwa Nabi ketika permulaan turunnya wahyu
sangat berkeinginan untuk segera menghafal Al-Qur’an dan beliau
terus menyambut pembacaan Al-Qur’an kata demi kata sebelum Jibril
selesai membacanya, di dalam surat Thaha dan di dalam surat ini Allah
melarang Nabi berbuat demikian. Apakah hikmahnya pembicaraan ini
di letakkan di tengah-tengah pembicaraan bangkit dan orang-orang
yang mengingkarinya.
Ada yang mengatakan bahwa penjelasan ini masih bersangkut
paut dengan penjelasan orang yang telah lalu, karena tiap-tiap manusia
mempunyai sebuah kitab amalan yang akan di bacanya di hari kiamat.
Apabila orang yang mendustakan hari bangkit diperintahkan membaca
kitabnya, dia menggerakkan lidahnya dengan cepat supaya tidak
kedengaran sebagian apa yang di bacanya. Dia menyangka bahwa
yang demikian itu melepaskannya dari azab. Karena itu mereka
dilarang membacanya dengan tergesa-gesa dan memerintahkan mereka
untuk mengakui segala perbuatannya.
Kebanyakan ahli tafsir berpendapat, diletakannya penjelasan ini
di sini adalah untuk membantah orang bergegas-gegas walaupun dalam
33

menghadapi kebajikan. Menurut pendapat Abdul Qadir Al Mughrabi,


bahwa ayat ini diturunkan kepada Nabi diwaktu Jibril sedang
menyampaikan kepada Nabi surat Al-Qiyamah. Nabi bersegera
menggerakkan lidahnya untuk menghafal surat itu, berkenaan dengan
itu Allah menurunkan ayat ini dan Jibril langsung menyampaikan
kepada Nabi bersamaan dengan ayat yang sedang di bacakan (Tengku
Muhammad Hasbi Ash Shiddiqqi, 1995 : 4247 - 4251).
Sebagian dari mereka, di antaranya Al-Zujaj, menjelaskan
bahwa kata Al-Quran merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar
“al-qar” (‫ )القرأ‬yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian
dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad, karena kitab itu menghimpun surat, ayat, kisah, perintah
dan larangan. Atau karena kitab ini menghimpun intisari kitab-kitab
suci sebelumnya.
Al-Quran dilihat dari segi terminologinya para ulama pun
berbeda pendapat, diantaranya pendapat Manna’ Al-Qaththan, Al-
Jurjani, Abu Syahbah, sebagaimana di kutip oleh (Rosihon Anwar,
2008 : 31-33) yaitu :
a. Menurut Manna’ Al-Qaththan :
.‫ اَ ْن ًُتَ َعبَ ُد بِتِ َال ًَتِ ِو‬.‫و‬.‫َكالَ ُو هللاِ ْان ًُنَ َّز ُل َعهَى ُي َح ًَّ ٍد ص‬
Artinya :
“Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan
membacanya memperoleh pahala.”
b. Menurut Al-Jurjani :
ً‫ف ْان ًَ ْنقُهٌُْ ُل َع ْنوُ نَ ْقال‬ َ ًَ ‫ىُ ٌَ ْان ًُنَ َّز ُل َعهَى ان َّرسٌُْ ِل ْان ًَ ْكتٌُْ بُ فَ ْان‬
ِ ‫صا ِح‬
.‫ُيتَ ٌَا تِرًا بِالَ ُش ْبيَ ٍت‬
34

Artinya :
“Yang diturunkan kepada Nabi Rasulullah SAW. yang ditulis di
dalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa
keraguan.”
c. Menurut Abu Syahbah
.ُ‫ بِهَ ْف ِظ ِو ًَ َي ْعنَاه‬.‫و‬.‫ىُ ٌَ ِكتَابُاهللِ َع َّز ًَ َج َّم ْان ًُنَ َّز ُل خَاتِ َى أ ْيبِيَا أِ ِه ُي َح ًَّ ٍد ص‬
‫ف ِي ْن أ ًَّ ِل‬ ِ ‫صا ِح‬ ْ َ‫اَ ْن ًَ ْنقُهٌُْ بِاتَّ ٌَا تُ ِراَ ْن ًُفِ ْي ُد نِ ْهق‬
َ ًَ ‫ط ِع ًَ ْانيَقِ ْي ِن ْان ًَ ْكتٌُْ بُ فِ ْان‬
ِ َّ‫سٌُْ َر ِة ْانفَاتِ َح ِت اِنَى اَ ِخ ِر سٌُْ َر ِةانن‬
.‫اس‬
Artinya :
“Kitab Allah yang diturunkan baik lafaz maupun maknanya
kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW. yang diriwayatkan secara
mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan (akan
kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad), yang ditulis dalam mushaf mulai dari awal surat al-
Fatihah sampai akhir surat an-Nas.”

Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan


kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad. Wahyu Allah ini
diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22
hari. Waktu selama itu terbagi menjadi dua yaitu 13 tahun di Makkah
dan 10 tahun di Madinah.
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia yang ingin
dapat merasakan kebahagiaan hidup yang sebenarnya. Yang dimaksud
dengan kebahagiaan di sini adalah kebahagiaan yang akan kita raih di
dua alam yang berbeda, yaitu dunia dan ahkirat (Deden Zaenal
Mutaqin, 2008 : v-x).
2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Seorang ulama besar, Ibnu Shalah (wafat tahun 643 H), penulis
kitab al-Muqaddimah, karya terbesar di bidang ilmu hadits,
mengetakan bahwa “membaca Al-Qur’an merupakan satu kemuliaan
yang diberikan Allah SWT. kepada umat manusia. Sesungguhnya para
malaikat tidak diberikan kemuliaan itu. Mereka sangat merindukan
diberikan kemuliaan tersebut agar dapat mendengarkannya.”
35

Orang Islam yang membaca Al-Qur’an diumpamakan juga


laksana utrujjah sejenis jeruk wangi, baunya sedap dan rasanya manis.
Sedangkan orang Islam yang tidak membaca Al-Qur’an, laksana buah
kurma, rasanya enak namun baunya tidak ada. Dan tidak memberikan
manfaat kepada manusia kecuali sekadar keimanannya.
Adapun orang munafik, orientalis atau misionaris, yang
membaca Al-Qur’an, penampilan lahirnya diterima, tetapi jati dirinya
yang kafir tertolak. Mereka membacanya sekedar membaca, mereka
laksana daun kemangi, baunya sedap tapi pahit rasanya. Mereka tidak
ada baiknya sama sekali lahir maupun batin.
Keutamaan membaca Al-Qur’an, Rasulullah SAW.
memberikan apresiasi, motivasi, dan sugesti untuk giat membacanya
berikut nilai keuntungan yang akan didapatkan dengan kegiatan
membaca Kitab Suci itu.
Pertama, nilai pahala. Kegiatan membaca Al-Qur’an persatu
hurufnya dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat
dilipatgandakan sehingga sepuluh kebaikan.
Kedua, obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca Al-Qur’an
bukan saja amal ibadah, namun juga bisa menjadi obat penawar jiwa
yang sedang gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tentram, dan
sebagainya. Allah SWT. berfirman :

        

Artinya :
“dan kami turunkan dari Al-Qur‟an suatu yang menjadi panawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman .....” (Q.S Al-Isaa : 82).
Tafsir Q.S Al-Israa ayat 82 :
Kami turunkan kepada engkau wahai Rasul dari Al-Qur’an ini
sesuatu yang menjadi penawar bagi segala penyakit jiwa, penyakit
tubuh dan penawar bagi segala rupa penyakit serta menjadi obat bagi
36

ummat bagi perseorangan dan menjadi rahmat bagi segala orang yang
beriman.
Al-Qur’an telah mengeluarkan orang Arab yang boleh yang
tidak memakai sepatu dan berkaki telanjang itu menjadi ummat yang
mempunyai ilmu yang tinggi, kebudayaan yang memuncak dan
kekuasaan yang menakjubkan. Mereka mematahkan kaisar-kaisar
Persia dan kaisar-kaisar Romawi.
Hal yang telah diterangkan di atas ini diperoleh para mukmin
yang berharap hatinya kepada Al-Qur’an dengan rasa tunduk dan
khusu’, terlepas dari rasa sombong, dengki dan benci. Adapun orang-
orang zalim yang penuh jiwanya dengan takabur, dengki dan benci
maka kerugian sajalah yang bertambah-tambah bagi mereka itu
(Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqqi, 1995 : 2280 - 2284).
Ilmu jiwa (psikologi) modern mengatakan bahwa
berkomunikasi dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi
beban berat yang ditanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-
orang yang jiwanya tengah menanggung beban berat untuk
berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati agar
terkurangi bebannya. Sementara membaca Al-Qur’an ibaratnya adalah
komunikasi dengan Allah SWT. otomatis, dengan komunikasi itu,
orang yang membaca Al-Qur’an jiwanya akan menjadi tenang dan
tenteram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa malaikat akan turun
memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca Al-
Qur’an.
Ketiga, memberikan syafaat. Disaat umat manusia diliputi
kegelisahan pada hari kiamat, Al-Qur’an bisa hadir memberikan
pertolongan bagi orang-orang yang senantiasa membacanya di dunia.
Keempat, menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di
akhirat. Dengan membaca Al-Qur’an muka seorang muslim akan ceria
dan berseri-seri. Ia tampak anggun dan bersahaja karena akrab bergaul
dengan Kalam Tuhannya. Lebih jauh, ia akan dibimbing oleh Kitab
37

Suci itu dalam meniti jalan kehidupan yang lurus. Selain itu, di akhirat
membaca Al-Qur’an akan bisa menjadi deposito besar yang
membahagiakan.
Kelima, malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan.
Jika Al-Qur’an dibaca, malaikat akan turun memberikan si pembaca
itu rahmat dan ketenangan. Seperti diketahui ada segolongan malaikat
yang khusus ditugaskan untuk mencari majelis dan forum dzikir dan
membaca Al-Qur’an. Jika malaikat menurunkan rahmat dan
ketenangan otomatis orang yang membaca Al-Qur’an hidupnya akan
selalu tenang, tenteram, tampak anggun, indah, disukai orang, dan
bersahaja.
Hal terpenting dalam kegiatan membaca Al-Qur’an ini adalah
rutinitas atau keajegan (keistiqamahan), yakni membacanya secara
berkesinambungan dan terus-menerus. sedikit yang rutin misalnya
setiap hari membaca seperempat hingga setengah juz tentu lebih baik
nilainya daripada khatam sekali dalam sehari tetapi hanya
dilaksanakan setahun sekali (Ahmad Syarifuddin. 2004 : 45-49).
Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an merupakan kitab suci umat
Islam, dan beriman kepada tergolong salah satu rukun iman. Ia adalah
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. mulai
dari awal surat al-Fatihah sampai dengan akhir surat al-Nas. Al-Qur’an
juga merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menduduki
peringkat teratas, dan seluruh ayatnya berstatus qath‟iy al-wurud, yang
diyakini eksistensinya sebagai wahyu dari Allah SWT.
Autentisitas serta orisinalitas Al-Qur’an benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan, karena ia merupakan wahyu Allah baik dari
segi lafaz maupun dari segi maknanya. Sejak awal hingga akhir
turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis dan didokumentasikan
oleh para juru tulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW.
disamping itu seluruh ayat Al-Qur’an dinukilkan atau diriwayatkan
secara mutawatir baik secara hafalan maupun tulisan. Sementara dalam
38

penukilan atau periwayatannya tidak pernah dan dilarang keras


meriwayatkan secara ma’nawi (Hasanuddin, 1995 : 1-2).
3. Adab dan Tata Cara Membaca Al-Qur’an

Seorang mukmin yang hendak membaca Al-Qur’an hendaknya


memperhatikan aturan-aturan dan pedoman-pedoman khusus di dalam
usaha menghormati dan mengagungkan kalamullah. Pedoman dan
aturan itu dapat disebutkan diantaranya yaitu :
a. Membaca Al-Qur’an hendaknya disertai dengan iman dan
keikhlasan serta hati yang khusyu’ dan tenang, sehingga dirasakan
kebesaran dan keagungan Allah.
b. Disunahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci bersih
(wudhu), jauh dari suara-suara yang mengganggu atau udara yang
tidak sedap.
c. Memulai bacaan dengan membaca ta’awwuz. Seperti dijelaskan
dalam firman Allah SWT :

        

Artinya :
“Apabila kamu membaca Al-Qur‟an, hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk.” (Q.S An-
Nahl : 98).
Tafsir Q.S An-Nahl ayat 98 :
Apabila engkau hendak membaca Al-Qur’an maka
mohonlah kepada Allah supaya melindungi engkau dari wiswas
setan yang terkutuk yang menghalangi engkau mentadabbur dan
menghayati apa yang engkau baca itu.
Nabi sendiri disuruh oleh Allah untuk berlaku demikian
bila hendak membaca Al-Qur’an maka tentulah kita ummatnya ini
lebih-lebih lagi diperintahkan mengerjakannya (Tengku
Muhammad Hasbi Ash Shiddiqqi, 1995 : 2201 - 2201).
39

d. Memelihara hukum bacaan sebagaimana yang ditetapkan dalam


ilmu qiro’at, mengeluarkan huruf sesuai dengan makhrajnya,
memenuhi peraturannya, memanjangkan yang harus dipanjangkan
dan mendengungkan yang harus didengungkan, menebalkan yang
harus ditebalkan dan menipiskan yang harus ditipiskan, dan lain-
lain.
e. Membaca dengan memasukan perasaan, menampakkan
kekhusyu’an di dalam membacanya serta menghayati makna
kandungannya. Untuk mencapai maksud tersebut Al-Qur’an harus
dibaca dengan bacaan murattal yaitu dengan dibaca pelan, tenang
menurut kaidah ilmu qiro’at. Firman Allah SWT :

      

Artinya :
“........ Dan bacalah al Qur‟an itu dengan tartil (murattal).” (Q.S
Al-Muzammil : 4).
Tafsir Q.S Al-Muzzammil ayat 4 :
Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan supaya lebih
dapat engkau memahaminya dan memperhatikan isinya. Perintah
ini dihadapkan kepada Nabi, termasuk ummatnya. Nabi
memerintahkan membaca Al-Qur’an di dalam sembahyang karena
Al-Qur’an itu penawar hati.
Adapun sebabnya Allah memerintahkan Nabi
melaksanakan tugas ini adalah untuk menyiapkan Nabi memikul
beban yang sangat berat (Tengku Muhammad Hasbi Ash
Shiddiqqi, 1995 : 4217 - 4219).
f. Disunahkan membaca Al-Qur’an dengan suara yang bagus dan
merdu. Oleh sebab itu, membaca Al-Qur’an dengan suara yang
bagus adalah sunnah. Namun demikian hendaklah memperhatikan
ketentuan-ketentuan dan tata cara ilmu tajwid. Membaca Al-
Qur’an dengan murattal itu lebih membekas dan lebih banyak
40

berpengaruh terhadap jiwa orang yang membacanya, serta lebih


mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada
kalamullah.Tetapi melagukan dengan cara main-main serta
melanggar ketentuan, seperti yang dimaksud diatas, haram
hukumnya, orang yang membacanya dianggap fasik dan yang
mendengarkan pun turut berdosa.
g. Orang yang memahami makna kandungan Al-Qur’an disunahkan
membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-
ayatnya. Inilah yang dimaksud, dan menjadi tujuan utama dalam
membaca Al-Qur’an, lidah mengucapkan dan hati menghayati dan
merenungkan isi kandungannya. Dengan demikian ia telah sampai
kepada hakikat yang sebenarnya dari hikmah diturunkannya Al-
Qur’an, membaca, mendalami isi kandungannya, serta
melaksanakan atau mengamalkan apa yang terdapat di dalam Al-
Qur’an tersebut.
Firman Allah SWT :

       

 

Artinya :
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (Q.S Al-Shad : 29).
Tafsir Q.S Shaad ayat 29 :
Jalan untuk memperoleh kebahagiaan dan nikmat yang
kekal ialah mengikuti Al-Qur’an, sebuah kitab yang diturunkan
oleh Allah menerangi segala sesuatu untuk menjadi petunjuk dan
rahmat bagi segala mukmin.
41

Ya Muhammad kitab yang Kami turunkan kepada engkau


ini adalah sebuah kitab yang banyak kebajikannya, besar berkatnya
di dalamnya terdapat penawar bagi manusia cahaya dan pengajaran
bagi segala mukmin. Kitab itu Kami turunkan supaya mereka
memahami ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang berakal
mengambil pengajaran dari padanya (Tengku Muhammad Hasbi
Ash Shiddiqqi, 1995 : 3396 - 3398).
Membaca Al-Qur’an yang disertai perhatian dan pemikiran
makna dan maksudnya, dapat dilakukan dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan bacaan terhadap ayat-ayat yang dibaca.
Misalnya, dengan membaca tasbih ketika membaca ayat tasbih,
memohon ampun dan maghfirah, ketika membaca istighfar,
memohon perlindingan kepada Allah bila sampai kepada ayat
rahmah, baik diucapkan dengan lisan atau di dalam hati.
Menurut riwayat, para sahabat ketika membaca Al-Qur’an
dengan cara diatas, banyak yang mencucurkan air mata, khususnya
bila membaca atau mendengarkan ayat-ayat yang menerangkan
siksaan yang sangat hebat terhadap orang-orang yang mengingkari
kebenaran yang datang dari Allah. Allah menggambarkan keadaan
mereka para sahabat dalam beberapa ayat, diantaranya :

        

Artinya :
“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis.” (Q.S Maryam : 58).
Tafsir Q.S Maryam ayat 58 :
Nabi-nabi yang telah Kami kisahkan kabar-kabar mereka
kepada engkau wahai Rasul adalah orang-orang yang dianugrahi
nikmat oleh Allah, di dekatkan mereka kepadnya, di tinggikan
42

kedudukan mereka dan di tunjukkan kepada mereka jalan yang


lurus.
Ada 10 orang Nabi yang disebut namanya di dalam surat
ini, Zakaria, Yahya, Isa, Ibrahim, Ishak, Ya’kub, Musa, Harun,
Ismail dan Idris. Mereka yang 10 itu adalah dari keturunan Adam
bapak dari segala manusia.
Mereka itu adalah keturunan orang-orang yang telah Kami
selamatkan beserta Nuh dan dari keturunan Ibrahim yaitu Ishak,
Ya’kub dan Ismail dan mereka itu dari keturunan Israil (Ya’kub)
yaitu Musa, Harun, Zakaria, Yahya dan Isa. Maryam adalah
keturunan Israil.
Mereka dari golongan orang-orang yang telah Kami beri
petunjuk kepada jalan kebenaran dan telah Kami pilih untuk
menjadi Nabi. Apabila dibacakan kepada Nabi-nabi yang telah
dianugrahi nikmat ayat-ayat Allah yang telah diturunkan kepada
mereka dalam kitab-kitabnya merekapun bertiarap seraya bersujud
dan menangis untuk memperlihatkan ketundukkan dan kekhusu’an
mereka (Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqqi, 1995 : 2407 -
2411).

         

     

Artinya :
“Dan apabila mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul
(Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata
disebabkan kebenaran Al-Qur‟an yang mereka ketahui.” (Q.S Al-
Maidah : 83).
43

Tafsir Q.S Al-Maidah ayat 83 :


Apabila mereka yang berkata bahwa kami ini orang Nasrani
mendengar ayat-ayat Alah yang diturunkan kepada Muhammad
niscaya engkau lihat mereka meneteskan air mata karena meyakini
kebenaran yang diterangkan oleh Al-Qur’an yang membenarkan isi
kitab mereka serta bersesuaian dengan sifat-sifat yang ada pada
mereka. Mereka tidak sombong dan tidak memisahkan diri dalam
menghadapi kebenaran.
Mereka mengucapkan perkataan yang tersebut ini dengan
maksud mewujudkan imannya dan memohon kepada Allah supaya
menerima iman mereka itu dan memasukkan mereka ke dalam
golongan ummat Muhammad. Mereka mengetahui dari kitab-kitab
mereka bahwa Nabi yang akhir beserta pengikut-pengikutnya
menjadi saksi terhadap manusia dan menjadi hujjah atas segala
orang kafir, ummat Muhammadlah yang akan menjadi saksi pada
hari kiamat bagi Nabi-nabi dan Rasul-rasul (Tengku Muhammad
Hasbi Ash Shiddiqqi, 1995 : 1095 - 1096).
h. Disunahkan sujud ketika membaca ayat sajdah. Di dalam Al-
Qur’an terdapat 15 ayat sajdah. Caranya, apabila membacanya
diluar shalat, maka cukup dengan menghadapkan diri kearah kiblat
kemudian takbir dan sujud sekali. Apabila ayat tersebut dibaca
ketika dalam shalat, cukup sujud sekali saja kemudian berdiri
kembali dan melanjutkan bacaan dalam shalat.
i. Disunahkan pula untuk selalu berkumpul membaca dan
mempelajari Al-Qur’an makna dan kandungannya (Muttaqien
Said, 2006, Hlm 17-22).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Membaca Al-Qur’an
Pemebelajaran membaca Al-Qur’an terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi, dan faktor-faktor penghambat ini digolongkan menjadi
dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
44

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu


yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada
di luar individu.
a. Faktor-faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas
menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, dan faktor psikologis.
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap proses belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika
esehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat
lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-
gangguan atau kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau
badan.
Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,
setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan
lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi proses
belajar. Siswa atau santri yang cacat belajarnya akan
terganggu. Jika hal ini terjadi, henaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar
dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya
itu (Slameto. 2003 : 54-72).
45

2) Faktor Psikologis
a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas
b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju
c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang
tua, guru dan teman-teman
d) Adanya keinginan untuk memerbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru
e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran
f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar (Sumadi Suryabrata, 2011 : 236-237).
b. Faktor-faktor Ektern

1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan
utama, yang akan menjadi penyebab keberhasilan dan kesulitan
belajar pula.
a) Cara mendidik anak, orang tua yang kurang memperhatikan
pendidikan anak-anaknya mungkin acuh tak acuh atau tidak
memperhatikan kemajuan keberhasilan anak-anaknya yang
akan menjadi penyebab kesulitan belajar.
b) Ekonomi keluarga juga merupakan faktor kesulitan belajar
bagi anak. Biaya merupakan faktor yang sangat penting
karena belajar memerlukan biaya. Keluarga yang miskin
juga tidak dapat menyediakan tempat belajar yang
memadai, di mana tempat belajar itu merupakan salah satu
sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif.
c) Metode mengajar juga merupakan faktor kesulitan belajar
seperti, metode mengajar yang tidak menarik, materinya
terlalu banyak dan tidak menguasai bahan.
46

2) Faktor Lingkungan Sosial


a) Teman bergaul, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat
masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan
mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar,
sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan
anak yang tidak bersekolah. Kewajiban orang tua anak
adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar
menguragi pergaulan dengan mereka.
b) Lingkungan tetangga, corak kehidupan tetangga misalnya,
suka main judi, minum arak, menganggur pedagang, tidak
suka belajar akan mempengaruhi anak-anak yang
bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk
blajar, sebaliknya tetangga yang terdiri dari pelajar,
mahasiswa, dokter, dosen, akan mendorong semangat
belajar anak.
c) Aktivitas dalam masyarakat seperti terlalu banyak
berorganisasi akan menyebabkan belajar anak menjadi
terbengkalai. Orang tua harus mengawasi, agar kegiatan
ektra di luar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas
belajarnya (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004 :
85-93).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-
Qur’an
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-
Qur’an , baik untuk pembaca yang pemula maupun yang lanjut
(membaca pemahaman), diantaranya yaitu :
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan
neorologis dan jenis kelamin. Klelahan juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya
belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
47

keterbatasan neorologis (misalnya berbagai cacat otak) dan


kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang
dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman mereka.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat
penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar anak. Analisis
bunyi misalnya, mungkin sulit bagi anak yang mempunyai masalah
pada alat bicara dan alat pendengaran.
b. Faktor Intelektual
Penelitian Ehansky (1963) dan Muehl dan Forrell (1973)
yang dikutif oleh Harris dan Sipay (1980) menunjukkan bahwa
secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara
kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata
peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Rubin (1993) bahwa banyak hasil penelitian
memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan
intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.
Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya
mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca
permulaan. Faktor mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru
juga turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan
kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup,
latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan sosial ekonomi
keluarga siswa.
1) Latar Belakang dan Pengalaman Siswa Di Rumah
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang
hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada
kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak
untuk berpikir dan suka mendorong anak untuk mandiri
48

merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan


anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap
buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca memiliki
koleksi buku, menghargai membaca dan senang membacakan
cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak
yang gemar membaca.
Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga
penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya
merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa
lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih
memahami apa yang mereka baca.
2) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosioekonomi, orang tua dan lingkungan
tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah
siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status
sosioekonomi mempengaruhi kemampun verbal siswa.
Semakin tinggi sosioekonomi siswa semakin tinggi pula
kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang mendapat contoh
bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang
berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan
mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Begitu
pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak yang
berasal dari rumah yang memberikan bayak kesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan
yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang
tinggi.
d. Faktor Psikologis
1) Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca.
Eanes (1997) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu
49

sederhana, tetapi tidak mudah mencapainya. Kuncinya adalah


guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik
pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak
sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Rubin (1993)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang sangat penting
bagi kesuksesan belajar ialah motivasi, keinginan, dorongan
dan minat yag terus-menerus untuk mengejakan suatu
pekerjaan. Dengan kata lain, guru mempunyai tanggung jawab
untuk selalu memotivasi siswa agar berhasil menyelesaikan
tugas belajar mereka dengan baik.
2) Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-
usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai
minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam
kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
membacanya atas kesadarannya sendiri.
3) Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri
Ada tiga aspek kematangan emosi dan social, yaitu
stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan
berpartisifasi dalam kelompok.
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi
pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis
dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak
mendapatkan sesuatu, atau menarik diri atau mendongkol akan
mendapatkan kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya,
anak yang mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah
memusatkan perhatiaannya pada teks yang dibacanya.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-
anak yang kurang percaya diri tidak akan bisa mengerjakan
tugas yang diberikan walaupun tugas itu sesuai dengan
50

kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain


sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu
meminta untuk diperhatikan guru.
Siswa harus berusaha mencoba walaupun gagal atau
mengalami perubahan. Perubahan tersebut merupakan salah
satu bagian dari proses belajar. Siswa yang mempunyai harga
diri dan kepercayaan diri, akan mencoba dan mencoba lagi
apabila mengalami kegagalan. Siswa yang merasa bahwa
belajar adalah tanggung jawabnya sendiri akan memahami
bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Misalnya
siswa yang lancar membaca memperlihatkan rasa percaya diri
dan harga diri, mempunyai hasrat dan minat membaca, dan
akan terus menerus berusaha menguasai keterampilan
membaca dan menulis (Farida Rahim, 2008 : 16-30).
e. Kesulitan Bunyi atau Pengucapan
Banyak sekali santri yang merasa kesulitan dalam
mengucapkan beberapa huruf Arab khususnya bunyi-bunyi seperti
‫غ‬,‫خ‬,‫ك‬dan bunyi-bunyi ‫ع‬,‫ح‬,‫ق‬, bunyi-bunyi mufakhammah ‫ظ‬,‫ض‬,‫ ط‬.
kesulitan-kesulitan ini tampak pada bacaan nyaring, sedangkan
pada membaca dalam hati tidak tampak.
f. Perbedaan Tulisan
Tulisan dan tata cara membaca Al-Qur’an dimulai dari arah
kanan ke arah kiri, dan tulisan latin membaca dari arah kiri ke arah
kanan, inilah yang akan sedikit menyulitkan. Namun kesulitan ini
biasanya tidak berat dan relative mudah diatasi dengan sering
latihan dan adaptasi.
Namun demikian, membaca tanpa disertai pemahaman
bukanlah yang dimaksud dengan membaca cepat.
51

g. Sempitnya Pandangan
Ada pembaca yang kemampuannya sempit. Arah
pandangan adalah jumlah kata atau kalimat yang mampu dilihat
mata dalam satu kali pandangan. Semakin luas arah pandangan
seseorang semakin cepat kemampuan membacanya (Muhammad
Ali Al-Khuli, 2010 : 123-124).

Anda mungkin juga menyukai