Anda di halaman 1dari 7

TEKNOLOGI DAN ILMU NUTRISI PAKAN

DR. IR. HJ. ROHMIYATUL ISLAMIYATI, MP

PENGGUNAAN Moringa oleifera SEBAGAI SUMBER PROTEIN TERHADAP


PERFORMA, KECERNAAN PROTEIN DAN SERAT PADA KAMBING

OLEH

LISA NASHFATI MUHAMMAD


I012211006

ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang populasinya

banyak tersebar di seluruh Indonesia, dan mampu memproduksi daging guna

memenuhi kebutuhan protein hewani asal ternak. Upaya peningkatan produktivitas

kambing dilakukan melalui perbaikan dan peningkatan kualitas pakan. Perbaikan

pakan dilakukan dengan meningkatkan kandungan protein dalam ransum. Protein

dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan pembentukan jaringan otot.

Semakin tinggi kandungan protein yang terdapat di dalam ransum, diharapkan mampu

meningkatkan produktivitas kambing. Kualitas pakan erat kaitannya dengan nutrien

pakan, terutama protein yang dapat diperoleh dari berbagai sumber bahan pakan.

Nilai hayati protein pakan pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok

besar berdasarkan degradabilitasnya di dalam rumen, yaitu (1) protein yang mudah

didegradasi, dan (2) protein yang tahan terhadap degradasi. Protein pakan yang

mengalami degradasi di dalam rumen akan kehilangan fungsinya sebagai sumber

asam amino karena proses deaminasi akan memisahkan gugus amonia dari rantai

karbon utamanya. Protein yang tahan terhadap degradasi akan mencapai saluran

cerna pascarumen secara utuh, sehingga apabila masih dapat dicerna, hasil hidrolisis

di saluran cerna pascarumen akan menghasilkan asam-asam amino yang akan

diserap melalui dinding usus. Pemberian pakan dengan tingkat protein kasar (PK)

yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan, sehinga bobot badan dan

perkembangan reproduksi akan meningkat.

Moringa oleifera (MF) adalah tanaman leguminosa yang bisa dimanfaatkan

sebagai sumber protein pengganti yang telah banyak digunakan untuk pakan ternak

ruminansia. Tanaman MF dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis seperti di

Indonesia dan daun MF dapat dipanen sepanjang tahun tidak bergantung pada

musim. Menurut Rohmah, dkk (2020) menjelaskan bahwa kandungan protein sebesar
27% selanjutnya dijelaskan oleh Zaher (2020) kadar protein pada tepung daun MF

bervariasi dari 0,18 hingga 0,28 kg/kg bahan kering dan sekitar 470 g/kg CP

merupakan protein rumen yang tidak dapat terurai. Lebih lanjut dinyatakan bahwa

kandungan protein kasar tepung MF berkisar antara 27 – 36,5% dengan kandungan

asam amino yang lengkap baik yang asensial maupun non asensial (Robo, 2019).

Selain

Gambar 1. Daun Moringa oleifera

Penelitian mengenai penggunaan daun Moringa oleifera pada pakan baik itu

secara tunggal maupun disubtitusi terhadap pertumbuhan kambing sudah banyak

dilakukan. Pertumbuhan merupakan suatu indikator terjadinya proses deposisi nutrien

dalam jaringan tubuh. Kemampuan retensi N protein ke dalam jaringan dipengaruhi

oleh pasokan protein pakan. Tabel 1. Menunjukkan hasil penelitian Rohmah, dkk

(2020) mengenai subtitusi bungkil kedelai dengan daun kelor (M. oleifera) terhadap

konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan kambing.

Tabel 1. Subtitusi Bungkil Kedelai Dengan Daun Kelor (M. Oleifera) Terhadap
Konsumsi Bahan Kering Dan Pertambahan Bobot Badan Kambing
Perlakuan
Parameter (g/hari)
T0 T1 T2
Konsumsi bahan kering 274,69 260,98 306,24
Pertambahan bobot badan 42,52 50,09 66,7
Keterangan : T0 : Ransum dengan 100% protein bungkil kedelai; T1 : Ransum dengan 75
% protein bungkil kedelai + 25 % protein daun kelor; T2 : Ransum dengan 25
% protein bungkil kedelai + 75 % protein daun kelor.
Substitusi bungkil kedelai dengan tepung daun kelor dalam ransum tidak

berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering kambing. Hal ini

menunjukkan bahwa selera kambing tetap sama meskipun tepung daun kelor

mempunyai bau dan rasa berbeda dengan bungkil kedelai. Salah satu faktor yang

mempengaruhi konsumsi ransum kambing adalah palatabilitas jenis bahan pakan

yang diberikan. Perbedaan bentuk dan jenis bahan pakan dalam ransum

menyebabkan perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Tepung daun

kelor mempunyai palatabilitas yang sama dengan bungkil kedelai sehingga substitusi

bungkil kedelai dengan tepung daun kelor tidak mempengaruhi konsumsi pakan.

Subtitusi bungkil kedelai dengan daun kelor (M. oleifera) terhadap konsumsi

bahan kering secara statistik menunjukkan pengaruh cenderung berbeda. Tabel 1

menunjukkan konsumsi bahan kering pada perlakuan T2 paling tinggi diikuti oleh

perlakuan T0 dan T1. Hal ini menunjukkan zat antinutrisi tannin dan saponin yang

terkandung dalam tepung daun kelor tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering

kambing. Pemberian protein daun kelor sampai pada taraf 75 % tidak mempengaruhi

konsumsi pakan kambing karena kambing masih dapat mentolerir rasa pahit.

Substitusi protein bungkil kedelai dengan protein tepung daun kelor dalam

ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan bobot badan harian

kambing. Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi bahan kering tidak berbeda dan

kandungan nutrient protein kasar ketiga pakan perlakuan sama yaitu T0 : 20,24%; T2

: 20,16% dan T3 : 19,60%. Pertumbuhan ternak berhubungan erat dengan energi dan

protein. Ternak yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi lebih dari

untuk hidup pokok, akan memanfaatkan kelebihan nutrien untuk pertumbuhan

jaringan tubuh.
Protein merupakan makro nutrien yang dibutuhkan ternak untuk pertumbuhan

jaringan yang berakibat pada meningkatnya bobot badan. Pembentukan protein

jaringan tubuh kambing hanya mengandalkan suplai asam amino yang dibawa oleh

darah. Asam amino yang diserap oleh usus halus peletdarkan oleh darah menuju ke

seluruh tubuh untuk pembentukan jaringan. Konsumsi protein dan profil darah yang

tidak berbeda nyata menyebabkan asam amino yang didistribusikan dan

dideposisikan menjadi protein jaringan jumlahnya sama sehingga menghasilkan

pertambahan bobot badan yang sama.

Dedaunan Moringa oleifera banyak digunakan untuk nutrisi hewan karena

merupakan sumber protein yang tidak mahal untuk pakan ternak dan memiliki

kemampuan untuk dibudidayakan di bawah kondisi lingkungan dan tanah yang

berbeda. Penelitian mengenai penggunaan daun Moringa oleifera pakan kambing

juga dilaporkan oleh Tuga, dkk (2021). Tabel 2. menunjukkan pengaruh penggantian

tepung ikan dengan daun kelor dalam konsentrat terhadap kecernaan protein dan

serat kambing.

Tabel 2. Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Daun Kelor Dalam Konsentrat
Terhadap Kecernaan Protein Dan Serat Kambing.
Perlakuan
Paramater
K0 K25 K50 K75
Kecernaan Protein (%) 78,12 77,21 75,61 74,22
Kecernaan Serat (%) 56,87 56,77 56,31 63,36
Keterangan : K0: Silase rumput kume daun gamal + Konsentrat mengandung 100% tepung
ikan tanpa tepung daun kelor; K25: Silase rumput kume daun gamal +
Konsentrat mengandung 75% tepung ikan dan 25% tepung daun kelor; K50:
Silase rumput kume daun gamal + Konsentrat mengandung 50% tepung ikan
dan 50% tepung daun kelor; K75: Silase rumput kume daun gamal +
Konsentrat mengandung 25% tepung ikan dan 75% tepung daun kelor.

Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa penggantian tepung ikan dengan

tepung kelor berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan protein kasar

kambing. Kecernaan protein kasar yang tidak nyata ini diduga disebabkan oleh
kandungan protein kasar ransum yang tidak jauh berbeda. Kecernaan protein kasar

lebih rendah ketika tepung daun kelor menggantikan tepung ikan dengan laju

penurunan sebesar 0,65%. Penurunan ini terjadi karena kandungan protein pakan

yang rendah dan laju degradasi oleh mikroba rumen yang mempengaruhi kecernaan

pakan khususnya kandungan lignin.

Hasil analisis ragam penggantian tepung ikan dengan tepung kelor

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan serat kasar kambing.

Kecernaan serat kasar yang tidak nyata disebabkan oleh setiap perlakuan yang

memiliki kandungan serat pakan dan jumlah konsusmsi serat kasar yang hampir

sama. Selain itu jenis dan kualitas pakan yang diberikan memiliki pengaruh yang sama

sehingga degradasi serat didalam rumen hampir sama. Tingginya serat kasar pakan

dapat menurunkan kecernaan atau rendahnya serat kasar dapat meningkatkan

kecernaan. Pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi menyebabkan mikroba

rumen sukar mencerna pakan sehingga yang diserap sedikit.

Jumlah konsumsi dan nilai cerna berkorelasi positif dengan kandungan nutrient

terutama kandungan protein dan serat kasar. Kandungan protein yang tinggi akan

berpengaruh terhadap konsumsi dan nilai cerna nutrient semakin tinggi karena

adanya kecukupan protein bagi perkembangan jumlah dan aktifitas mikroba.

Sebaliknya kandungan serat kasar terutama lignin yang semakin tinggi cenderung

menurunkan angka konsumsi dan nilai cerna nutrient.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkab bahwa :

1. Protein tepung daun kelor mampu menggantikan protein bungkil kedelai sampai

pada taraf 75 % karena tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering dan

pertambahan bobot.
2. Tepung daun kelor dapat dijadikan sebagai pengganti tepung ikan dalam

konsentrat dan dapat digunakan sampai pada level 75%

Sumber Review

Rohmah, A. N., F. Wahyono dan J. Achmadi. 2020. Pengaruh substitusi bungkil


kedelai dengan daun kelor (M. oleifera) terhadap profil darah merah kambing
pra -sapi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (1) : 29 – 36.

Tuga, M. D., M. M. kleden dan G. A. Y. Lestari. 2021. Pengaruh penggantian tepung


ikan dengan daun kelor dalam konsentrat terhadap konsumsi dan kecernaan
nutrient ternak kambing yang diberi pakan silase rumput kume dan daun gamal.
Jurnal Peternakan Lahan Kering 3 (4) : 1841 – 1850.

Zaher, H. A., S. A. Alawaash., A. M. Tolba., A. A. Swelum., M. E. A. El-Hack., A. E.


Taha and S. A. Abdelnour. 2020. Impacts of Moringa oleifera foliage substituted
for concentrate feed on growth, nutrient digestibility, hematological attributes,
and blood minerals of growing goats under Abu Dhabi conditions.
Multidisciplinary Digital Publishing Institute pp 2 – 11.

Anda mungkin juga menyukai