Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Biaya Operasional
2.1.1.1 Pengertian Biaya operasional
Biaya operasi atau biaya operasional secara harafiah terdiri dari 2
katayaitu “Biaya” dan “operasional” menurut kamus besar bahasa Indonesia,
biayaberarti uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan,
dansebagainya) sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran. Sedangkan operasional
berartisecara (bersifat) operasi; berhubungan dengan operasi.

Pengertian dari biaya operasi menurut Jopie Yusuf (2006:33) adalah :


“ Biaya Operasi atau biaya operasional adalah biaya-biaya yang tidakberhubungan
langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan denganaktivitas operasi
perusahaan sehari-hari”.

Menurut Supriyono (2004:209) biaya operasi dikelompokan menjadi 2golongan


dan dapat diartikan sebagai berikut:

1. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya
dapatdiidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu.

2. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadi atau
manfaatnyatidak dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu, atau
biayayang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya.

18
19

Dari pengertian tersebut diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1) Biaya operasional langsung merupakan biaya yang dapat dibebankan


secaralangsung pada kegiatan operasional.

2) Biaya operasional tidak langsung adalah biaya yang tidak secara


langsungdibebankan pada kegiatan operasional.

Jadi biaya operasional adalah pengeluaran yang berhubungan dengan


operasi,yaitu semua pengeluaran yang langsung digunakan untuk produksi atau
pembelianbarang yang diperdagangkan termasuk biaya umum, penjualan,
administrasi, danbunga pinjaman.

Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah


biayavariabel tergantung pada volume penjualan atau proses produksi, jadi
mengikutipeningkatan atau penurunannya. Sedangkan biaya tetap selalu konstan
meskipunvolume penjualan produksi meningkat atau turun. Singkatnya biaya
operasionalmerupakan biaya yang harus dikeluarkan agar kegiatan atau operasi
perusahaantetap berjalan.

2.1.1.2 Penggolongan biaya operasional


Menurut Adi Saputra (2003) maka jenis biaya operasi digolongkan sesuai
denganfungsi pokok kegiatan perusahaan. Dalam hal ini biaya pada suatu
perusahaan terbagi menjadi 2 kelompok besar,yaitu :

1. Biaya produksi
Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan
fungsiproduksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku
menjadiproduk selesai yang siap dijual.
20

Biaya produksi dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu :

1. Biaya bahan baku


Adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai
dalamkegiatan pengolahan produk.

2. Biaya tenaga kerja langsung


Adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan, kepada tenaga
kerjalangsung dan manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada produk
tertentu.

3. Biaya overhead pabrik


Biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik adalah
seluruhbiaya yang digunakan untuk mengkonversi bahan baku menjadi
produkjadi, selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Elemen-elemen biaya overhead pabrik dapat digolongkan kedalam :

a. Biaya bahan penolong


b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap
d. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
e. Biaya listrik dan air
f. Biaya asuransi pabrik
g. Biaya overhead pabrik lain-lain

2. Biaya non produksi


Dengan semakin tajamnya persaingan dan perkembangan teknologi
yangsemakin pesat mengakibatkan dan biaya non produksi menjadi
semakinpenting pula. Sehingga manajemen berkepentingan untuk
mengendalikaninformasi mengenai kegiatan dan biaya non produksi tersebut.
Padaumumnya, biaya produksi dapat digolongkan kedalam :
21

a. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatanpemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan;
biaya promosi, biayaangkutan dari gudang perusahaan
kegudang pembeli; gaji karyawanbagian-bagian yang
melaksanakan kegiata pemasaran.

b. Biaya administrasi dan umum.


Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi danpemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya
gaji karyawan bagiankeuangan, akuntansi, personalia, dan
bagian hubungan masyarakat biayapemeriksanaan akuntan,
biaya fotocopy.

2.1.1.3 Unsur-unsur biaya operasional.


Menurut Astri Fitri (2014) unsur-unsur biaya operasional yang biasa
terdapat pada suatu perusahaandagang dan jasa adalah:

a. Biaya tenaga kerja, gaji, komisi, bonus, tunjangan, dan lain-lain.


b. Biaya administrasi dan umum.
c. Biaya advertensi, promosi.
d. Biaya asuransi.
e. Biaya pemeliharaan gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan.

Menurut Jopie Yusuf (2006 : 33) indikator biaya operasional yang terdapat
pada perusahaan dagang dan jasa adalah sebagai berikut:
a. Harga pokok penjualan
b. Biaya pemasaran
c. Biaya administrasi dan umum
22

Menurut Sofyan Harahap (2011:86) indikator yang digunakan untuk


mengukur biaya operasional adalah sebagai berikut:
a. besarnya biaya penjualan
b. biaya administrasi umum

2.1.1.4 Jenis-jenis biaya operasional.


Seperti yang telah dijelaskan diatas, biaya operasi terdiri dari
beberapakomponen biaya, diantaranya harga pokok penjualan, biaya pemasaran,
dan biayaadministrasi dan umum. Untuk lebih jelasnya, beberapa orang
ahlimenjelaskannya tentang pengertian biaya tersebut. Weygandt, Kieso, at
al(2006:180) mendefenisikan harga pokok penjualan.
“The cost of goods sold is the total cost of merchandise sold during the period”.
Jika barang atau produk diserahkan kepada pelanggan, berarti biayakeluar dari
perusahaan atau aktiva berkurang menjadi biaya dan biaya macam inimerupakan
biaya operasi karena berkaitan langsung dengan pendapatan utamaperusahaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok barang yang dijual
adalahsemua biaya yang melekat pada barang atau produk yang telah terjual
danmendatangkan pendapatan. Biaya penjualan adalah biaya yang berkaitan
dengankegiatan pengalihan produk dari perusahaan kepada konsumen akhir dan
kegiatanyang diarahkan pada usaha meningkatkan volume penjualan. Kegiatan
inimeliputi pengangkutan, promosi advertising, pelayanan penjualan,
kampanyeproduk, distribusi dan kegiatan penjualan lainnya.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang tidak dapat secara
khusus dikaitkan dengan kegiatan penjualan atau kegiatan produksi
ataupembelian dan merupakan kegiatan penunjang dalam kegiatan usaha
padaumumnya. Kegitan ini biasanya bersangkutan dengan kegiatan manajemen
secarakeseluruhan. Biaya-biaya yang termasuk dalam kategori ini antara lain
gajimanajer umum, biaya depresiasi kantor, biaya-biaya kantor pusat, biaya
asuransidan biaya umum lainnya.Perusahaan sudah mempunyai pedoman biaya
apa saja yang termasukbiaya penjualan atau biaya apa saja yang termasuk dalam
biaya administrasi danbiasanya perusahaan yang satu mempunyai ketentuan yang
23

berbeda dengan yanglainnya. Oleh karena itu pembagian biaya menjadi biaya
penjualan danadministrasi seperti dibahas disini tidak diterima secara kaku,variasi
mungkinsaja terjadi.

2.1.2 Volume Penjualan


2.1.2.1 Pengertian Volume Penjualan
Volume Penjualan dapat dijabarkan sebagai umpan balik dari kegiatan
pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan. Volume penjualan
menunjukan produktifitas suatu perusahaan dan juga keberhasilan dalam
pemasaran. Semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula
kemungkinan untuk mendapat keuntungan atau mengalami pertumbuhan laba
perusahaan. Keberhasilan usaha penjualan dapat dilihat dari volume
penjualan yang didapat. Dengan kata lain apakah usaha tersebut mendapatkan
laba atau tidak, sangat bergantung pada keberhasilan penjualan itu.

Menurut Henry Simamora (2000 : 575) mendifinasikan volume penjualan


sebagai berikut:
“Volume penjualan adalah jumlah unit produk atau jasa yang dapat dijual”

Mulyadi (2001 : 239) mendefinisikan volume penjualan sebagai berikut:


“Volume penjualan merupakan ukuran yang menunjukan banyaknya
ataubesarnya jumlah barang atau jasa yang terjual”

Peran serta biaya pemasaran sangat berpengaruh terhadap peningkatan


volume penjualan, pelaksanaan pemasaran yang tepat serta berjalan efektif
dan efisien mempunyai peranan dalam meningkatkan volume penjualan
suatu perusahaan. Semakin besar penjualan yang dihasilkan perusahaan,
maka semakin besar pula laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Oleh karena itu volume penjualan merupakan salah satu hal yang sangat
penting yang harus dievaluasi yang memungkinkan perusahaan agar tidak
rugi. Jadi volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan
24

utama perusahaan dan bukannya kepentingan volume penjualan itu sendiri.


Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa volume penjualan
merupakan hasil total yang didapatkan perusahaan dari kegiatan penjualan
barang dagangan.

2.1.2.2 Pengukuran Volume Penjualan


Berdasarkan pendapat Swastha dan Irawan (2008 : 33) tersebut dapat
diketahui bahwa pengukuran volume penjualan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu :

 Didasarkan jumlah unit produk yang terjual. Volume penjualan yang


diukur berdasarkan unit produk yang terjual, yaitu jumlah unit
penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu.

 Didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan). Volume


penjualan didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan),
yaitu jumlah nilai penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode
tertentu.

Menurut Philip Kotler yang dikutip Swastha dan Irawan (2003:404),


menyimpulkan bahwa ada beberapa indikator dari volume penjualan
adalah sebagai berikut:

a. Mencapai Volume Penjualan


Volume penjualan menurut Kotler (2008: 179) menyebutkan
bahwa menunjukkan jumlah barang yang dijual dalam jangka waktu
tertentu.Menurut Basu Swasta (2002: 403) penjualan adalah interaksi
antara individu yang saling bertemu muka yang ditujukan untuk
menciptakan, memperbaiki, atau mempertahankan hubungan
pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain.
25

Perusahaan harus memperhatikan bauran pemasaran dan memiliki


strategi pemasaran yang baik untuk memasarkan produknya untuk
mencapai penjualan yang tinggi. Kemampuan perusahaan dalam
menjual produknya menentukan keberhasilan dalam mencari
keuntungan, apabila perusahaan tidak mampu menjual maka
perusahaan akan mengalami kerugian.

b. Mendapatkan Laba
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh J Wild, KR
Subramanyan (2003:407), bahwa :“Laba merupakan selisih
pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian.
Laba merupakan salah satu pengukuran aktivitas operasi dan dihitung
berdasarkan atas dasar akuntansi akural”.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hendrikson yang


diterjemahkan oleh Suwarjono (2000:242), bahwa :“Laba adalah
selisih dari pendapatan dan biaya, dimana jumah pendapatan lebih
besar dari pada biaya”.Sedangkan Pengertian laba usaha menurut
pendapat yang dikemukakan oleh Soemarso S.R (2002:227),
menyatakan bahwa : “Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-
mata dari kegiatan utama perusahaan”.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat


menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas
usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan
menyebabkan para investor menarik dananya
26

c. Menunjang Pertumbuhan Perusahaan


Kallapur dan Trombley (2001:58) menjelaskan bahwa
pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan ukuran perusahaan melalui peningkatan aktiva..

Kemampuan perusahaan untuk menjual produknya akan


meningkatkanvolume penjualan bagi perusahaan yang dapat
menghasilkan keuntungan bagiperusahaan untuk menunjang
pertumbuhan perusahaan dan perusahaan akantetap bertahan di tengah
persaingan yang semakin ketat antar perusahaan

2.1.2.3 Indikator Volume Penjualan


Indikator volume penjualan sebagai berikut:

Volume Penjualan = Total Penjualan

Alamiah dan Padji (2003:126)

Dimana untuk mencari total penjualan berikut ini adalah rumusnya sebagai
berikut:

Total Penjualan = Harga Jual x total unit yang dijual

Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002:148)

Menurut Mulyadi (2001:239) indikator volume penjualan adalah total barang yang
terjual.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa volume


penjualan merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan
dalam usahanya mencapai sasaran yaitu memaksimalkan laba
27

2.1.3 Net Profit Margin (NPM)


2.1.3.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM)
Dalam bisnis, kapasitas untuk menghasilkan laba biasanya
merupakan tujuan yang paling penting,profitabilitas dapat dikatakan
merupakan informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Jumlah
keuntungan yang didapat satu perusahaan dapat kita lihat pada laporan
keungan,
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bersih.
Menurut Kasmir(2008 : 200),
“Net profit margin merupakan ukuran keuntungan yang
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan
dengan penjulan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih
perusahaan atas penjulan. Rasio ini juga dibandingkan dengan rata-
rata industri,”.

Net Profit Margin =

Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif,


sehingga akan meningkatkan kepercayaan investoruntuk menanamkan
modalnyapada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar presentase
laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka
dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang
tinggi. Hubungan antara laba bersih dan penjualan bersih menunjukan
kemampuan manajmen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil
untuk menyisakan margin tertentusebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Para investor pasar modal
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu
profitable atau tidak. Menurut Sulistiyanto (2008: 7) angka NPM dapat dikatakan
baik apabila> 5 %.
28

Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2007 : 46) Laba
adalah sebagai berikut:
“Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atas penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal”.

2.1.3.2 Pengukuran Net Profit Margin (NPM)


Net Profit Mrgin (NPM), merupakan salah satu jenis daripada rasio
profitabilitas, rasio profitabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga
memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajmen dalam melaksanakan
kegiatan operasinya. Efektifitas manajmen disini dilihat dari laba yang dihasilkan
terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio
rentabilitas.

Menurut Soemarso S.R (2009:234) yang mempengaruhi laba bersih adalah


berikut:
“Laba bersih adalah selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan
terhadap semua beban dan kerugian, jumlah ini merupakan kenaikan
bersih terhadap modal.”

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan lain
sebagainya (Syafri, 2008 : 304).
Net Profit Margin (NPM), rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan. Semakin tinggi Net Profit Margin (NPM) maka semakin baik
operasi suatu perusahaan.
Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan indikator rumus sebagai
berikut:
29

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Net Profit Margin


Menurut Bambang Riyanto (2001:39) beas kecilnya profit margin pada
setiap transaksi penjualan ditentukan oleh 2 faktor, yaitu penjualan bersih dan
laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung
kepada pendapatan dari penjualan (sales) dan besarnya biaya usaha (operating
expense). Dengan jumlah operating expense tertentu profit margin dapat
diperbesar dengan memperbesar sales atau dengan jumlah sales tertentu profit
margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expense.
Dengan demikian maka ada 2 alternatif dalam usaha untuk memperbesar
profit margin yaitu:
1. dengan menambah biaya usaha (operating expense) sampai tingkat
tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya,
atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar dari pada
tambahan operating expense. Perubahan besarnya sales dapat dapat
disebabkan karena perubahan harga per unit apabila volume sales
dalam unit sudah tertentu (tetap), atau disebabkan karena
bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga penjualan
per unit produk sudah tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa pengertian menaikkan tingkat sales di sini dapat berarti
memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan:

a. Memperbesar volume sales per unit pada tingkat harga penjualan


tertentu atau,

b. Menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas sales dalam
unit tertentu.
30

2. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu


diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang sebesar-
besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih
besar daripada berkurangnya pendapatan dari sales. Meskipun jumlah
sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai
dengan berkurangnya operating expenses yang lebih sebanding maka
akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.

2.2 Kerangka Pemikiran


Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap
badan usaha. Tanpa memperoleh laba, perusahaan tidak dapat memenuhi
tujuan lainnya yaitu pertumbuhan yang terus-menerus (going concern) dan
tanggung jawab sosial (corporate social responsibility).Untuk menjamin agar
perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen perusahaan harus
merencanakan dan mengendalikan laba. Dua faktor penentu laba yaitu (1)
pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu entity
atau suatu penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan dari keduanya
selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan/produksi barang,
pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan
utama perusahaan yang sedang berjalan. (2) biaya merupakan semua
pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang
dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang
sudah terjadi maupun yang akan terjadi (Ellys Delfrina Sipangkar, 2008).
Menurut Jopie Yusuf (2006:33) Biaya Operasi atau biaya operasional
adalah biaya-biaya yang tidakberhubungan langsung dengan produk
perusahaan tetapi berkaitan denganaktivitas operasi perusahaan sehari-hari.
Menurut Jopie Jusuf (2008:35) menyatakan bahwa: “Bila perusahaan dapat
menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba
bersih. Demikian juga sebaliknya, bila terjadi pemborosan biaya (seperti
pemakaian alat kantor yang berlebih) akan mengakibatkan menurunnya net
profit”.Adapun penelitian terdahulu yang mendukung pendapat diatas
31

dilakukan oleh Pebrianti (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa


operasional berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.
Menurut Jopie Yusuf (2006:33) indikator yang digunakan untuk mengukur
biaya operasional adalah a) Harga Pokok Penjualan b) Biaya Pemasaran dan c)
Biaya Administrasi dan Umum. Oleh karena itu perusahaan harus senantiasa
mengontrol pengeluaran biaya operasional, agar mendapatkan Net Profit
Margin yang optimal.
Menurut Budi Rahardjo (2000:33) bahwa: “Adanya hubungan yang erat
mengenai volume penjualan terhadap peningkatan laba bersih perusahaan,
karena dalam hal ini laba akan timbul jika penjualan produk lebih besar
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Faktor utama yang
mempengaruhi besar kecilnya laba adalah pendapatan, pendapatan dapat
diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan”.
Eva Eresti (2008) adanya hubungan yang erat volume penjualan terhadap
peningkatan laba bersih perusahaan, bahwa dengan semakin meningkatnya
volume penjualan perusahaan ternyata membawa keuntungan yang sangat
besar bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil laba bersih yang setiap
tahunnya meningkat seiring dengan perubahan volume penjualan.
Menurut Mulyadi (2001:239), menyimpulkan bahwa Volume penjualan
merupakan ukuran yang menunjukan banyaknya atau besarnya jumlah barang
atau jasa yang terjual. Perusahaan harus memperhatikan bauran pemasaran
dan memiliki strategi pemasaran yang baik untuk memasarkan produknya
untuk mencapai penjualan yang tinggi. Kemampuan perusahaan dalam
menjual produknya menentukan keberhasilan dalam mencari keuntungan,
apabila perusahaan tidak mampu menjual maka perusahaan akan mengalami
kerugian.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hendrikson yang
diterjemahkan oleh Suwarjono (2000:242), bahwa : “Laba adalah selisih dari
pendapatan dan biaya, dimana jumah pendapatan lebih besar dari pada biaya”.
Sedangkan Pengertian laba usaha menurut pendapat yang dikemukakan oleh
Soemarso S.R (2002:227), menyatakan bahwa : “Laba usaha adalah laba yang
32

diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan”. Kemampuan


perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat
profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya.
Kallapur dan Trombley (2001:58) menjelaskan bahwa pertumbuhan
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran
perusahaan melalui peningkatan aktiva.Kemampuan perusahaan untuk
menjual produknya akan meningkatkan volume penjualan bagi perusahaan
yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan untuk menunjang
pertumbuhan perusahaan dan perusahaan akan tetap bertahan di tengah
persaingan yang semakin ketat antar perusahaan.
Net Profit Margin (NPM) berfungsi untuk mengetahui laba perusahaan
dari setiap penjualan atau pendapatan perusahaan. Menurut Kadir dan Phang
(2012) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi net profit margin adalah rasio
lancar, rasio hutang, pertumbuhan penjualan, perputaran persediaan, rasio
perputaran piutang dan rasio perputaran modal kerja.Dengan demikian NPM
merupakan harapan untuk mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan,
bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi memerlukan perhitungan yang
cermat dan teliti dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap NPM.Karena rasion ini menunjukkan berapa besar presentase laba
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.Semakin besar rasio ini, maka
dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang
tinggi.

Adapun indicator untuk mencari NPM menurut Gitman (2012:81)


adalah sebagai berikut:

NPM=Earning available for common stockholders


Sales

Sedangkan menurut Agus Sartono(2001 : 131) untuk mencari “Net


Profit Margin adalah merupakan rasio antara earning after tax (EAT)
setelah pajak dengan penjualan, yang mengukur earning after tax (EAT)
33

yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan”. Indikatornya sebagai


berikut:

Earning After Tax Sales X 100%


Net Profit Margin=

Oleh karena itu biaya operasional dan volume penjualan dapat


mempengaruhi net profit margin perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk
mengendalikan biaya operasional dan meningkatkan volume penjualan untuk
mendapatkan net profit margin yang optimal.

Berdasarkan teori-teori diatas, penulis menuangkan kerangka


pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Dengan paradigma penelitian, penulis dapat menggunakannya sebagai
panduan untuk hipotesis peneilitan yang selanjutnya dapat digunakan dalam
mengumpulkan data. Paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut:

Biaya Operasional

Net Profit Margin

Volume Penjualan

Gambar 2.1
Kerangka
Pemikiran
34

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka penulis


merumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Biaya Operasional berpengaruh Terhadap Volume Penjualan
2. Biaya Operasional secara parsial berpengaruh Terhadap Net profit Margin
(NPM)
3. Volume Penjualan secara Parsial berpengaruh Terhadap Net profit Margin
(NPM)
4. Biaya Operasional dan Volume Penjualan secara simultan berpengaruh
Terhadap N

5.

6.

7. et profit M

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19. argin (NPM)


35

Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel
tergantung pada volume penjualan atau proses produksi, jadi mengikuti peningkatan
atau penurunannya. Sedangkan biaya tetap selalu konstan meskipun volume penjualan
produksi meningkat atau turun. Singkatnya biaya operasional merupakan biaya yang
harus dikeluarkan agar kegiatan atau operasi perusahaan tetap berjalan.

Menurut objek pengeluarannya secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama, sedangkan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan
istilah biaya konversi yang merupakan biaya untuk menkonversi (mengubah)

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya operasional


adalah jumlah pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan administratif dan
penjualan dari suatu perusahaan yang diukur dalam satuan uang tunai. Biaya operasional
merupakan biaya yang berkaitan dengan waktu. Selain pengertian diatas, biaya
operasional dapat juga diartikan sebagai pengeluaran yang masa manfaatnnya tidak
lebih dari satu tahun atau pengeluaran yang dikaitkan secara langsung dengan
pendapatan dalam suatu periode tertentu atau dengan kata lain merupakan biaya yang
dikeluarkan yang ada pada hakikatnya dianggap terpakai dalam masa satu tahun. Untuk
memproduksi suatu barang dan biasanya mempunyai kendala dalam memperlancar
produk akibat dari faktor biaya operasional, karena biaya merupakan objek yang
menjadi kendala disamping tenaga kerja dari kegiatan produksi.

Anda mungkin juga menyukai