Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yangberisikan tulisan yang
mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan,atau kenyataan bagi seseorang dan atau
pihak yang berkepentingan) yang menurut Undang-Undang bea meterai (UU No 13 Tahun 1985
tentang bea materai),menjadi obyek bea meterai. Atas setiap dokumen yang menjadi objek bea
meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan bea meterai dengan menggunakan
cara lain sebelum dokumen itu digunakan.
Bea meterai yang dimaksud diatas adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan
oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu tanda tangan sebagaimana
lazimnya dipergunakan, termasuk pulaparaf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan
cap nama atau tandalainnya sebagai pengganti tanda tangan. Dokumen yang harus dikenakan bea
meterai adalah dokumen yang menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu (Meterai Rp
6.000,- digunakan untuk dokumen yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,- dan
Meterai Rp 3.000,- digunakan untuk dokumen yangmemuat jumlah uang Rp 250.000 – Rp
1.000.000,-), dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan dimuka pengadilan.
Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berhubungan
dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen negara.
Kehadiran meterai di setiap dokumen tertentu selalu kita lihat dalam kehidupan sehari-hari,
selain itu juga penggunaan meterai yang paling dirasakan kehadirannya adalah penggunaan
meterai yang dilakukan oleh masyarakat dalam setiap transaksi yang dilakukan melalui
pembuatan surat perjanjian/kontrak. Untuk memperoleh kepastian hukum suatu surat perjanjian,
harus dilakukan menurut ketentuan atau norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Sehingga akibat hukum dari surat perjanjian yang dibuat menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masingmasing pihak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada surat perjanjian
tersebut.
Sesuai Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (Lembaran Negara Tahun
1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3313), dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 51,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3950), ditetapkan besarnya tarif Bea
Meterai dan perubahan tarif Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang
dikenakan Bea Meterai. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai Sesuai dengan penjelasan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3313), yang dikenakan Bea Meterai dibatasi pada dokumen-dokumen yang dipakai oleh
masyarakat dalam lalu lintas hukum. Pasal 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea
Meterai (selanjutnya disingkat UU No. 13 Tahun 1985) menjelaskan :
1. Dikenakan Bea Meterai berdasarkan adalah dokumen yang berbentuk:
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
perdata;
b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya;
c. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangka-
prangkapnya;
d. surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
1. Yang menyebutkan penerimaan uang;
2. yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank;
3. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank; atau
4. yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
atau diperhitungkan;
e. surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep dan cek yang harga nominalnya lebih
dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
f. efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah);
2. Terhadap dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf e dikenakan bea materai dengan tarif sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
3. Dikenakan pula Bea Materai sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) atas dokumen yang akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengendalian, yaitu :
a) surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;
b) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.”
4. Terhadap dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, huruf e, huruf f, yang
mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) tetapi tidak lebih
dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dikenakan Bea Materai dengan tarif Rp. 500,- (lima
ratus rupiah), dan apabila harga nominalnya tidak lebih dari Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah) tidak terhutang Bea Materai.
Lebih lanjut dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif
Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai
(selanjutnya disingkat PP No. 24 Tahun 2000) menyatakan :
1. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f
dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah).
2. Dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf d dan huruf e:
a. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
b. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai
dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah);
c. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan
Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah).
Hasil bea materai dimasukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya
disingkat APBN). Sebagai bahan perbandingan di negara-negara dunia, beberapa negara
menganggap bahwa pajak bea materai merupakan hal yang penting yang berkaitan dengan
kekuatanpembuktian sebuah dokumen. Dengan demikian bea materai yang berlaku di tiap-
tiap negara pada umumnya mempunyai fungsi yang sama yaitu dalam memberikan
pembuktian atas dokumen tersebut. Suatu pertimbangan apabila dokumen yaitu Akta Notaris
yang seharusnya di lekatkan bea materai namun tidak dilaksanakan apakah masih memiliki
nilai pembuktian atas akta tersebut. Hal tersebut diperkuat Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Tanggal 13 Maret 1971 No. 589K/Pid/1970 yang berpendapat bahwa
surat bukti yang tidak dibubuhi materai tidak merupakan alat bukti yang sah.
https://eprints.uns.ac.id/29619/1/S351408034_pendahuluan.pdf
https://www.coursehero.com/file/43377833/Bea-Meteraidocxdocx/
http://repository.unissula.ac.id/16086/5/bab%20I.pdf
Tarif Bea Materai yang Dikenakan
Per 1 Januari 2021 pemerintah memberlakukan tarif bea meterai baru menjadi tarif tunggal, yaitu
senilai Rp10.000 per lembar. Namun, sepanjang tahun 2021 ini meterai Rp3.000 dan Rp6.000
masih bisa digunakan sambil menunggu materai Rp10 ribu dirilis pemerintah.
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak Hestu
Yoga Saksama mengatakan hal itu telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020
tentang Bea Materai.   
Materai Rp3.000 dan Rp6.000 masih bisa digunakan tetapi dengan minimal nilai Rp9.000 hingga
akhir 2021. Sesuai dengan tiga cara penggunaan materai sesuai dengan aturan baru, yaitu
kombinasi materai Rp6.000 plus Rp6.000, kemudian Rp6.000 plus Rp3.000, atau Rp3.000
sebanyak tiga lembar. 
Berikut cara penggunaan meterai Rp 3.000 dan meterai Rp 6.000 untuk dokumen selama masa
transisi sebagai pengganti materai Rp 10.000 (materai 10.000):
a. Menempelkan materai Rp 6.000 dan materai Rp 3.000 secara berdampingan dalam satu
dokumen yang memerlukan materai.
b. Menempelkan 3 materai Rp 3.000 secara berdampingan dalam satu dokumen yang
memerlukan materai.
c. Menempelkan 2 materai Rp 6.000 secara berdampingan dalam satu dokumen yang
memerlukan materai.
Pada masa transisi ini, lanjutnya, masyarakat bisa memanfaatkan materai yang lama yang masih
beredar sembari menunggu keluarnya materai Rp10.000. Yoga mengungkapkan materai
Rp10.000 sendiri saat ini masih dalam tahap persiapan yang akan segera diselesaikan.
Sesuai dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Materai, poin b dan
c menjelaskan bagaimana penggunaan materai saat ini yang minimal digunakan Rp9.000.
b. Materai tempel yang telah dicetak berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
tentang Bea Materai dan peraturan pelaksanaannya yang masih tersisa, masih dapat digunakan
sampai dengan jangka waktu 1 (satu) tahun setelah Undang-Undang ini mulai berlaku dan tidak
dapat ditukarkan dengan uang atau dalam bentuk apa pun.
c. Materai tempel yang digunakan untuk melakukan pembayaran bea materai yang terutang atas
dokumen sebagaimana dimaksusd dalam huruf b, dapat digunakan dengan nilai total materai
tempel yang dibubuhkan pada dokumen paling sedikit Rp9.000,00 (sembilan ribu rupiah). 
Sedangkan rincian dokumen yang terkena bea meterai Rp. 10.000 Merujuk pada UU Nomor 10
Tahun 2020, bea materai Rp 10.000 dikenakan atas beberapa dokumen yang meliputi: 
1. Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta
rangkapnya; 
2. Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya; 
3. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya; 
4. Surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun; 
5. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak berjangka, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun; 
6. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan risalah
lelang, dan grosse risalah lelang; 
7. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) yang (1) menyebutkan penerimaan uang; atau (2) berisi pengakuan bahwa
utang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan; 
8. Dokumen lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pengenaan bea materai Rp10.000 pada tahun ini tidak hanya berlaku pada dokumen fisik kertas
saja, melainkan berlaku juga untuk dokumen digital dan transaksi elektronik. Saat ini otoritas
fiskal masih menyiapkan aturan turunan, berupa Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK). Selain itu juga otoritas fiskal sedang menyiapkan infrastruktur
pendukung berupa aplikasi untuk materai dokumen elektronik.
https://lldikti13.kemdikbud.go.id/2021/02/04/aturan-bea-meterai-2021-serta-rincian-lengkap-
dokumen-yang-terkena-bea-meterai-rp-10-000/
https://money.kompas.com/read/2021/01/12/072237126/ini-rincian-lengkap-dokumen-yang-
terkena-bea-meterai-rp-10000?page=all

Anda mungkin juga menyukai