Anda di halaman 1dari 4

Sphagnum sp

Sumber :(e. Plants.0rg.)

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Sphagnopsida
Subkelas : Sphagnidae
Ordo : Sphagnales
Famili : Sphagnaceae
Genus : Sphagnum
Spesies : Sphagnum palustre

Lumut Sphagnum adalah lumut bertekstur kasar yang membentuk koloni datar di
rawa air tawar. Mereka adalah tanaman yang tumbuh lambat yang membentuk
lapisan pertumbuhan hijau segar setiap tahun di habitat air tawar. Sphagnum tua
menjadi lebih gelap dan terurai sebagai lumut gambut di bagian bawah rawa.
Sphagnum penting bagi rawa untuk berkembang. Sphagnum digunakan dalam
industri bunga sebagai tanaman hias. Saat menangani sphagnum, disarankan untuk
menggunakan sarung tangan karena mengandung beberapa spora jamur, yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang terkait dengan kuku jari.( Wisnu, Wibowo.
(2014)

Morfologi :

Hidup di rawa-rawa atau di daerah banyak air,

 membentuk rumpun atau bantalan.


 Protonema berbentuk daun kecil dengan tepi daun
 yang bertoreh, terdiri atas satu lapis sel, menempel
 pada alas dengan rizoid.
 c. Tiap protonema hanya akan membentuk satu
 gametofor yang terdiri atas batang- batang yang
 bercabang dengan daun-daun.
 Tidak ada rusuk tengah pada daun. Gametofor tidak mempunyai rizoid.
 Daun tersusun atas sel-sel yang berkloroplas dan sel-sel yang mati dan
kosong.
 Batang bercabang-cabang tegak dan membentuk roset di ujung.
 Jaringan pada batang seperti spons parenkim, sama dengan mesofil daun.
 Gametangium terdapat pada cabang-cabang yang Cabang yang mendukung
anteridium pada ketiak daun, sedang cabang yang mendukung arkegonium
pada ujung cabang.
 Arkegonium dibentuk berkelompok dan dilindungi oleh periketium.
 Sporogonium bertangkai pendek dengan kaki haustorium yang kemudian
berkembang menjadi pseudopodium.
 Seta hanya merupakan lekukan antara kaki dan kapsul.
 Kapsul spora mempunyai tutup tetapi tidak terdapat peristom.
 Kolumela berbentuk setengah Memiliki akar menyerupai rizoid,batang dan
daun hingga disebut lumut sejati (Chantanaorrapint, S. 2010).

Zat bioaktif

Senyawa bioaktif yang ada di dalam tumbuhan lumut seperti alkaloid, flavonoid,
polifenol, saponin dan terpenoid. Senyawa golongan fenol memiliki mekanisme kerja dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara inaktivasi protein (enzim) pada membran
sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan
struktur protein menjadi rusak. Dimana sebagian besar struktur dinding sel dan membran
sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak. Ketidakstabilan pada dinding sel dan
membrane sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabiliitas selektif, fungsi
pengangkutan aktif, pengendalian susunan protein dari sel bakteri menjadi terganggu, yang
akan berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sehingga sel bakteri menjadi
kehilangan bentuknya, dan terjadilah lisis (Fadhillaa et al., 2012)

Penelitian terbaru tentang spaghnum sp

Judul : Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Lumut Daun (Pogonatum cirratum,
Polytrichum commune, dan Sphagnum squarrosum) dengan Metode Difusi

Abstrak : Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada substrat berupa
pohon, kayu mati, daun, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan yang lembap serta
penyinaran yang cukup. Lumut mengandung senyawa aktif metabolit sekunder. Senyawa ini
diketahui dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri, antifungi, antioksidan, antitumor
dan antikanker. Tujuan penelitian ini untuk menguji dan melihat potensi aktivitas antibakteri
dari ekstrak etanol lumut Pogonatum cirratum, Polytrichum commune dan Sphagnum
squarrosummenggunakan metode difusi (Diffusion Test) dengan mengukur diameter zona
hambat dari ketiga ekstrak lumut terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus, Bacillus
cereus, Shigella sonei, dan Escherichia coli. Hasil dari metode difusi ekstrak etanol
lumutPogonatum cirratum tidak menghambat bakteri uji,Polytrichum commune dan
Sphagnum squarrosummenghambat semua bakteri pada konsentrasi 50% dan 40% masuk
dalam kategori sedang dengan zona hambat Polytrichum commune pada bakteri Bacillus
cereus (13,90mm dan 11,70mm) dan zona hambat Sphagnum squarrosum bakteri
Escherichia coli (13,78mm dan 11,74mm).Lumut Pogonatum cirratum tidak bepotensi
sebagai antibakteri, sedangkan lumut Polytrichum commune dan Sphagnum
squarrosumberpotensi sebagai antibakteri.(Karim,dkk,. 2014)
Kata Kunci: aktivitas antibakteri, ekstrak etanol, Pogonatum cirratum, Polytrichum
commune, Sphagnum squarrosum.
Hasil peneltian : Pada ekstrak etanol Sphagnum squarrosum data rata-rata bakteri uji Gram
positif seperti bakteri uji Staphylococcus aureus dari kelima konsentrasi 50%, 40%, 30%,
20%, dan 10% berturut-turut 11,33 mm, 10,03 mm, 7,9 mm, 6,93 mm, dan 5,93 mm
termasuk kategori sedang dan lemah. Bacilus cereus dari kelima konsentrasi secara berturut-
turut 13,05 mm, 12,13 mm, 11,23 mm, 10,30 mm, dan 9,40 mm termasuk kategori sedang.
Pada pengujian bakteri Gram negatif seperti bakteri Shigella sonei dari kelima konsentrasi
secara berturut-turut 12,50 mm, 10,23 mm, 9,06 mm, 8,23 mm, dan 7,56 mm termasuk
kategori sedang. Bakteri Escherichia coli dari kelima konsentrasi secara berturut-turut 13,78
mm, 11,74 mm, 10,78 mm, 9,73 mm, dan 8,37 mm termasuk kategori sedang. Daya hambat
yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap konsentrasi dan bakteri uji yang digunakan karena
dipengaruhi oleh kandungan zat yang terdapat dalam ekstrak etanol Pogonatum cirratum,
Polytricum commune, dan Sphagnum squarrosum(Emma, Sucitra,.2017)

Daftar pustaka
Chantanaorrapint, S. (2010). Ecological Studies of Epiphytic Bryophytes along Altitudinal
Gradients in Southern Thailand. Disertasi. Bonn: Mathematisch Naturwissenschaftlichen
Facultat.
Fadhillaa. R, Eka. A.P.I, & Harsi, D.K.2012. Aktivitas antimikroba ekstrak metanol lumut hati
(Marchantia palaceae) terhadap bakteri patogen dan perusak pangan.J.Teknol dan Industri
Pangan, XXIII(2).
Karim, A.F., Monica. S, Asmah. R, &Mohd. F. A. B. 2014. Phytochemicals, antioxidant and
antiproliferative properties of five moss species from Sabah, Malaysia. Int J.Pharm Sci, 6 (10):
292-297.
Wisnu, Wibowo. (2014). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Gunung
Merbabu Periode 2014-2023 Kabupaten Semarang, Boyolali, dan Magelang Provinsi Jawa
Tengah. Jakarta: Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Anda mungkin juga menyukai