Anda di halaman 1dari 12

 

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI PASCA
PANEN
(Pengukuran Total Padatan Terlarut BHP menggunakan Refraktometer)

Oleh :
 Nama : Mizanul Hakam
 NPM : 240110140098
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 11 Maret 2016
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Co. Ass : Muhammad Gilang Ramadhan

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI


PROSES DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN
BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2016
 

BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1   Latar Belakang

Di dalam ruang lingkup pasca panen, penentuan perlakuan bahan hasil


 pertanian haruslah dilakukan dengan cara yang baik dan tepat, karena jika tidak
maka akan membuat bahan hasil pertanian itu sendiri menjadi tidak layak untuk
diperjualbelikan dan di konsumsi. Tingkat kematangan dari suatu bahan hasil
 pertanian sangat diperlukan, karena hal tersebut pula dapat menentukan kelayakan
 bahan tersebut.
Salah satu cara menentukan tingkat kematangan suatu bahan hasil pertanian
adalah dengan cara mengetahui nilai dari total padatan terlarut (TPT) suatu bahan
hasil pertanian. Dimana dengan mengetahui nilai TPT ini berarti kita akan
mengetahui seberapa besar kandungan gula yang ada di dalam bahan tersebut,
karena gula merupakan salah satu indikator yang menentukan tingkat kematangan
 buah.

1.2   Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik kematangan bahan hasil


 pertanian.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Mahasiswa dapat menganalisis dan menerapkan pengukuran kematangan


 bahan hasil pertanian dengan menentukan total padatan terlarut.
 

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 

2.1   Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid )

TDS (Total Dissolved Solid ) atau TPT (Total Padatan Terlarut) adalah nilai
 jumlah dari benda padat (solid) yang terlarut yaitu semua bahan seperti mineral,
garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air, dan juga termasuk semua

yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-
benda

 padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. Satuan bagi
TPT atau TDS ini ialah Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion
terhadap air.
Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari banyak sumber, organik
seperti daun, lumpur, plankton, serta limbah industri dan kotoran. Sumber lainnya
 bisa berasal dan limbah rumah tangga, pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan,
sumber anorganik berasal dari batuan dan udara yang mengandung kasium
 bikarbonat, nitrogen, besi fosfor, sulfur, dan mineral lain. Semua benda ini
 berbentuk garam, yang merupakan kandungannya perpaduan antara logam dan
non logam. Garam-garam ini biasanya terlarut di dalam air dalam bentuk ion, yang
merupakan partikel yang memiliki kandungan positif dan negatif. Air juga
mengangkut logam seperti timah dan tembaga saat perjalanannya di dalam pipa
distribusi air minum. (Santoso, 2008)
Sedangkan untuk Total Padatan Terlarut pada bahan hasil pertanian yang
dapat disimpulkan berarti jumlah atau kadar padatan berupa gula yang terkandung
dan terlarut berada didalam bahan hasil pertanian tersebut, yang bisa digunakan
sebagai indeks kematangan dari suatu bahan hasil pertanian. Dengan mengetahui
nilai ini, kita dimudahkan untuk mengetahui tingkat kematangan dan kelayakan
suatu bahan hasil pertanian.

2.2   Refraktometer
Refraktometer merupakan suatu alat yang pada umumnya dan biasa
digunakan untuk mengukur konsentrasi bahan atau padatan terlarut. Seperti
contohnya adalah zat gula (“Brix”), garam (“Baume”), protein, dsb. Cara kerja
dari
 

refraktometer ini yaitu dengan memanfaatkan teori refraksi cahaya (Pembiasan


cahaya). Dr. Ernest Abbe merupakan penemu dari alat Refraktometer tersebut,
yaitu seorang ilmuan asal German pada awal abad 20 atau Sekitar tahun 2010.
Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias memiliki fungsi untuk
mengidentifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan
suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat
mempengaruhi indeks bias. Nilai indeks bias dinyatakan dalam farmakope
Indonesia edisi empat dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada panjang
gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm. Umumnya alat dirancang untuk digunakan
dengan cahaya putih. Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias adalah
Refraktometer . Untuk mencapai kestabilan, alat Refraktometer harus dikalibrasi
dengan menggunakan plat glass standard. (Wibowo, 2013)

2.3    Brix Degree (obx)

Derajat Brix atau Brix Degree merupakan skala kepadatan relatif digunakan


dalam gula dan industri Anggur, itu menunjukkan persen gula tebu (sukrosa) berat
(gram per 100 mililiter air) dalam larutan atau jus anggur difermentasi dalam
derajat Brix (° Bx). paling umum digunakan skala refractrometer untuk mengukur
padatan terlarut dalam air, itu sesuai langsung dengan skala indeks bias. Satu ° Bx
sama dengan satu persen dan, dalam Anggur, konsentrasi alkohol dari anggur
selesai diperkirakan 0,55 kali ° Bx dari jus anggur. Dinamakan setelah abad ke-19
ilmuwan Austria Adolf Brix yang menemukan hydrometer yang membaca
langsung
 persentase gula pada suhu tertentu.

Tabel 1. Indeks bias Jus Tanaman dikalibrasi pada % Sukrosa atau oBrix

Nama Buah Rendah Rata-rata Baik Sangat Baik


Anggur 8 12 14 20
Jeruk 6 10 16 20
Kiwi 6 8 10 12
Pear 6 10 12 14

(Sumber : Harrill, R. 1998)


 

BAB III 
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1   Alat &

Bahan  3.1.1 Alat


1.   Pisau

2.   Refraktometer

3.1.2 Bahan

1.   Anggur

2.  Aquadest
3.  Jeruk
4.   Kiwi

5.   Kertas

Tissue/Kapas 6.  Pear

3.2   Prosedur Percobaan

Berikut adalah prosedur yang dilakukan saat praktikum :


1.  Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.   Melakukan pengirisan atau sekedar mengupas, untuk mendapatkan

 beberapa tetes jus bahan.


3.   Meneteskan jus bahan ke atas alat yaitu refraktometer pada bagian yang

telah tersedia.
4.   Mengamati dan mengukur nilai TPT bahan yang tertera pada
refraktometer. 
5.   Melakukan pengamatan ulang hingga 3 kali

pengulangan. 6.  Melakukan prosedur yang sama untuk


bahan lain.
7.  Mencari nilai SD (standar deviasi) bahan hasil pertanian menggunakan
 scientific calculator. 
 

BAB IV 
HASIL PERCOBAAN 

4.1  Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Total Padatan Terlarut (%) BHP
% TPT
Bahan SD
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Jeruk 9,0 8,5 8,2 0,4
Anggur 21,2 19,3 20,0 1,0
Pear 13,5 12,5 13,0 0,5
Kiwi 15,0 15,0 15,0 0,0
 

BAB V
PEMBAHASAN

Pada kesempatan praktikum kali ini, yaitu merupakan praktikum pertemuan


kedua setelah pertemuan pertama yang membahas perkenalan dan juga kontrak
 praktikum, kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai pengukuran total
 padatan terlarut bahan hasil pertanian menggunakan refraktometer. Total padatan
terlarut sendiri memiliki pengertian ialah nilai/ jumlah dari suatu bahan/ zat padat
yang terkandung atau terlarut didalam campuran air. Dengan demikian total
padatan terlarut pada bahan hasil pertanian memiliki pengertian yang tidak jauh
berbeda, yakni kandungan/ kadar konsentrasi zat padat terlarut berupa gula yang
terdapat di dalam sebuah bahan hasil pertanian.
Dengan mengetahui nilai dari total padatan terlarut (TPT) bahan hasil
 pertanian ini, dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat kematangan suatu
 bahan hasil pertanian ataupun tingkat kualitas yang dimiliki dari bahan tersebut.
Dimana tiap bahan hasil pertanian memiliki nilai total padatan terlarut yang
 berbeda-beda sesuai dengan standar bahannya masing-masing. Untuk nilai padatan
terkandung tersebut dapat kita amati dengan menggunakan satuan berupa %
ataupun satuan Brix Degree atau derajat Brix (o bx).
Untuk mengukur dan mendapatkan nilai padatan terlarut berupa derajat Brix
tersebut, praktikan memerlukan alat pengukur khusus berupa Refraktometer.
Dengan memanfaatkan teori refraksi cahaya atau pembiasan cahaya, alat ini dapat
mengukur konsentrasi bahan atau padatan terlarut. Dengan cara kerja nya yang
membiaskan cahaya yang kemudian meneruskan cahaya tersebut sehingga dapat
terlihat nilai padatan terlarut berupa o bx. Untuk menggunakan refraktometer
sendiri cukup mudah, yakni dengan meneteskan beberapa tetes sari bahan hasil
pertanian
 berupa  juice ataupun air perasan dari bahan, kemudian diteteskan keatas bagian
refraktometer yang tersedia, lalu tutupkan dan amati dengan melihat mengarah ke
sumber cahaya, sehingga indikator pengukuran dapat terlihat.
Praktikan melakukan pengukuran nilai total padatan terlarut pada beberapa
 bahan hasil pertanian tertentu. Bahan-bahan yang digunakan tersebut yaitu
diantaranya adalah buah anggur, jeruk, kiwi dan juga buah pear. Dengan
 

menggunakan alat refraktometer sebagai alat utama untuk menghitung nilai


padatan terlarut, digunakan pula alat pendukung berupa pisau dan bahan
pendukung berupa aquadest dan kapas/tissue.
Langkah awal melakukan percobaan ini ialah dengan mengiris bagian buah
sedikit saja untuk dapat mengeluarkan sari buah berupa  juice atau air nya. Pada
 jeruk cukup kupas bagian kulit dan sobek sedikit dan jangan terlalu lebar agar air
 pada buah jeruk dapat dikeluarkan dengan mudah namun tidak terlalu banyak.
Untuk buah kiwi dan pear dapat dilakukan dengan mengiris setengah bagian
dengan arah membujur. Sedangkan untuk anggur dapat dilakukan dengan memetik
buah dan membaginya menjadi setengah bagian.
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan untuk mendapatkan nilai
 presisi, dan juga hasil percobaan yang lebih baik. Kamudian setelah sari buah/ jus
dari bahan ditempatkan di atas refraktometer dengan sesuai, praktikan mengukur
nilai dengan mengamati refraktometer dan dilihat mengarah ke sumber cahaya
sehingga dapat terlihat indikatornya. Untuk melakukan penggantian antara bahan
yang satu ke bahan yang lain, selalu lakukang pembersihan dengan menggunakan
aquadest dan dilap dengan kapas/ tissue yang tersedia.
Setelah percobaan selesai dilakukan, praktikan mendapatkan beberapa nilai
hasil percobaan ini, yaitu berupa nilai kandungan padatan terlarut berupa oBrix
sebanyak 3 nilai untuk masing-masing bahan. Didapatkan yang pertama nilai %
TPT dari bahan jeruk, dari ulangan ke I hingga ke III secara berurut yaitu 9,0; 8,5;
dan 8,2. Kemudian anggur secara berurut 21,2; 19,3; serta 20,0. Pada buah pear
didapatkan nilai berurut 13,5; 12,5; dan juga 13,0. Dan yang terakhir ialah kiwi
didapatkan nilai sebesar 15,0 untuk ketiga percobaannya. Dari data tersebut
 praktikan dapat mencari nilai dari standar deviasi nya, yaitu pada kesempatan ini
ialah dengan menggunakan kalkulator skientifik/ ilmiah.
Dari hasil tersebut, diketahui rata-rata % TPT masing-masing buah yaitu
untuk jeruk sebesar 8,6; kemudian anggur sebesar 20,2; lalu buah pear dengan
nilai 13,0; dan yang terakhir buah kiwi dengan nilainya 15,0. Bila dibandingkan
dengan literatur berdasarkan sumber tinjauan pustaka, bahan jeruk memiliki nilai
% TPT yang memenuhi kriteria minimum namun masih belum mencapat kriteria
rata-rata, yang berarti kandungan gula didalam jeruk ini masih terbilang rendah.
Kemudian
 

ada anggur dengan nilai rata-rata yang bila dibandingkan dengan literatur, nilai
tersebut telah sedikit melebihi nilai sangat baik yang berarti untuk anggur ini
memiliki kualitas yang baik. Sedangkan untuk buah kiwi dan pear berada pada
nilai yang berindikator baik.
Selain perbandingan berdasarkan literasi yang ada, praktikan juga melihat
 perbandingan dan perbedaan diantara masing-masing buah, terutama perbedaan
 perbandingan antara buah kiwi dengan buah yang lainnya. Dapat dilihat dari ketiga
 percobaan yang telah diberlakukan, hanya buah kiwi yang tidak memiliki
 perbedaan nilai. Hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor. Dari yang praktikan
amati sejauh ini, nilai % TPT dapat berpengaruh pada jenis buahnya. Pada sampel
 buah kiwi, hanya digunakan 1 buah yang sama hanya dengan perbedaan posisi yang
relatif sedikit, sama seperti buah pear, sehingga didapatkan perbedaan nilai TPT
yang tidak terlalu berbeda jauh, walaupun pada buah pear terlihat perbedaan
nilainya yang dikarenakan pengambilan sampel pada posisi cukup jauh yakni pada
 bagian pangkal atas, kemudian tengah dekat biji, dan bagian bawah. Sedangkan
 pada jeruk dan anggur, terutama pada anggur, dimana pengambilan sampel
dilakukan pada buah yang berbeda, yaitu menggunakan tiga butir buah anggur
yang
 berbeda, sedangkan jeruk walaupun dalam 1 buah jeruk yang sama, namun jeruk
memiliki pembatas-pembatas yang dapat dimungkinkan walaupun dalam 1 buah
memiliki tingkat/ kadar % TPT yang berbeda-beda. Dari kesimpulan tersebut pun
kita dapat lihat nilai standar deviasi (SD) pada kiwi adalah 0,0 dikarenakan tidak
dapat perbedaan nilai pada ketiga data nya, sedangkan anggur memiliki nilai SD
tertinggi dengan nilai 1,0 yang disebabkan perbedaan nilai dari ketiga datanya.
 

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1   Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum kali ini adalah:


1.   Total Padatan Terlarut merupakan indeks atau nilai yang menentukan

 jumlah kandungan atau kadar zat padat yang terlarut didalam suatu
 bahan.
2.   Derajat Brix digunakan sebagai satuan untuk mengukur nilai total

 padatan terlarut berupa gula suatu bahan hasil pertanian.


3.   Refraktometer sebagai alat ukur zat padat terlarur menggunakan cara

kerja dengan memanfaatkan pembiasaan cahaya untuk diubah menjadi


indikator satuan o brix.
4.    Nilai dari TPT dapat berpengaruh pada kualitas produk dan juga tingkat

kematangan suatu produk.


5.   Total padatan terlarut yang didapatkan dari hasil percobaan berbeda dari

setiap jenis buah, yang dapat disebabkan oleh pengambilan sampel


dengan buah yang sama atau buah yang berbeda.

6.2   Saran

Saran pada praktikum kali ini yaitu:


1.   Sebaiknya saat akan melakukan praktikum, praktikan mempelajari
materi yang akan dibahas dan dipraktikumkan agar memperoleh
kemudahan dalam melaksanakan praktikum.
2.   Keadaan kelas pada saat praktikum haruslah selalu tertib serta kondusif

sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.


3.   Praktikan haruslah lebih teliti saat mencari data atau nilai yang ada, agar

dapat meminimalisir kesalahan dan kekeliruan dari nilai yang hendak


dicari.
 

DAFTAR PUSTAKA

Harrill, R. 1998. Using a Refractometer to Test the Quality of Fruits & Vegetables.
Pineknoll Publishing.
Santoso, Rio. 2008. Total Dissolved Solids. http://airreverseosmosis.
wordpress.com/2008/12/30/total-dissolved-solids/
Wibowo, A.W. 2013. Refraktometer dan Kegunaannya. Multi Meter Digital 2016.
Terdapat pada http://multimeter-digital.com/refraktometer-dan-kegunaanya/
diakses pada Kamis, 10 Maret 2016.
http://www.businessdictionary.com/definition/Brix-bx.html
 

LAMPIRAN

Gambar 1. Refraktometer Gambar 2. Bahan Anggur

Gambar 3. Bahan Kiwi Gambar 4. Bahan Pear

Anda mungkin juga menyukai