Anda di halaman 1dari 13

IAIS Sambas Vol. II No. 2.

Juli – Desember 2019

PERMAINAN DAN BERMAIN DI PAUD

Sera Yuliantini
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas. Jl. Raya Sejangkung Kawasan Pendidikan Tinggi
Sebayan-Sambas Kalimantan Barat
Email: serayuliantini@gmail.com

ABSTRAK

Bermain merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh anak usia dini karena hal tersebut
merupakan pekerjaan bagi anak, layaknya orang dewasa bekerja pada keseharianya. Bermain
sifatnya menggembirakan, menyenangkan, dan pastinya dilakukan berulang-ulang. Bermain
pada anak usia dini berfungsi mengembangkan aspek nilai agama moral, fisik motorik, ba-
hasa, kognitif, sosial emosional dan seni. Bermain akan berdampak positif apabila permainan
yang dimainkan memang sesuai untuk anak, bersifat edukatif, sesuai aturan dan ada orang de-
wasa (pendidik atau orang tua) yang mengawasi, membimbing, mengarahkan dan tentunya
faham makna bermain bagi anak usia dini seperti memahami teori bermain, manfaat, fungsi
serta macam-macam permainan yang sesuai untuk anak.

KATA KUNCI: Permainan, Bermain, Anak Usia Dini

PENDAHULUAN gai makhluk tuhan dan individu, sehingga


Pendidikan anak usia dini atau yang dalam dirinya tumbuh pengertian, cerdas da-
disingkat dengan PAUD yakni suatu upaya lam pemecahan masalah, bermoral dan adil
pembinaan yang ditujukan kepada anak se- pada dirinya sendiri dan berguna dalam mas-
jak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yarakat. Namun dalam aktivitas bermain anak
yang dilakukan melalui pemberian rangsa- di lembaga harus diawasi dan diatur oleh
ngan pendidikan untuk membantu partum- pendidik agar tujuan dari bermain yakni me-
buhan dan perkembangan jasmani dan ro- ngembangkan aspek perkembangan anak ter-
hani agar anak memiliki kesiapan dalam me- capai.
masuki pendidikan lebih lanjut.1 Hal ini di- Bermain atau permainan di lembaga
karenakan bahwa anak tidak bisa hidup dan PAUD bisa dikatakan syarat wajib atau mut-
berkembang dengan optimal tanpa campur lak harus ada. Namun dalam penerapannya
tangan dan bantuan orang lain, terutama ke- pendidik harus memahami permainan dan
luarga. Oleh karena itu pendidikan anak usia aktivitas bermain apa yang sesuai untuk
dini sangatlah penting. Pendidikan anak anak karena seperti yang kita ketahui pada
usia dini adalah momen yang pas untuk me- zaman sekarang banyak permainan dan alat
ngembangkan seluruh aspek perkembangan bermain yang beredar dan mudah didapat
anak. dan ditiru tetapi tidak semuanya itu mem-
Pendidikan anak usia dini yang proses berikan dampak positif kepada anak, apa
pelaksanaannya melalui bermain memiliki lagi sekarang maraknya permainan /game
tujuan agar anak menyadari jati dirinya seba- online yang tidak sedikit dampat negatife-
nya. Game online ini bisa diakses di mana
1
Peraturan Menteri Pendidikan dan saja dengan menggunakan hande phone.
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Oleh karena itu sebagai pendidik, orang tua
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan dan stakeholder lainnya harus memahami
Anak Usia Dini Pasal 1.
Jurnal Primearly -200
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

permainan dan bermain untuk anak dan se- Bermain memiliki arti yang berbeda
suai untuk anak usia dini. dengan permainan namun merupakan satu
kesatuan. Bermain adalah suatu fenomena
PEMBAHASAN yang sangat menarik perhatian para pen-
Definisi Permainan dan Bermain didik, psikolog, ahli filsafat dan banyak lagi
Bermain merupakan hal yang sangat sejak beberapa dekade yang lalu. Mereka
menyenangkan bagi anak usia dini begitu tertantang untuk lebih memahami arti ber-
juga bagi orang dewasa, namun kebanyak- main dikaitkan dengan tingkah laku manu-
an yang kita dengar bahwasanya bermain sia.5 Secara bahasa bermain diartikan seba-
selalu diidentikkan dengan anak usia dini. gai suatu aktivitas yang langsung atau spon-
Bermain adalah kegiatan anak-anak lakukan tan, di mana seorang anak berinteraksi deng-
sepanjang hari karena bagi anak bermain ada- an orang lain, berbagai benda disekitarnya,
lah hidup dan hidup adalah bermain. Anak dilakukan dengan senang hati (gembira) atas
usia dini tidak membedakan antara bermain, inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal
belajar dan bekerja.2 Bermain bagi anak (imajinasi), menggunakan panca indera serta
usia dini adalah keharusan serta merupakan seluruh anggota tubuh. Bermain dapat juga
belajar bagi anak, hal tersebut bersandar pada diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
teori beberapa tokoh antara lain; 1) Froebel untuk kesenangan yang ditimbulkan dan
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini tanpa mempertimbangan hasil akhir.6 Agus
diarahkan kepada kegiatan bermain.3 2). Pes- Mahendra (dalam Thobroni), menjelaskan
talozzi menyatakan permainan dan bermain bahwa bermain dapat menimbulkan keceria-
adalah bagian dari tumbuh kembang anak, an, kelincahan, relaksasi, dan harmonisasi se-
dan 3). Rousseau menyatakan memberikan hingga seseorang cendrung bergairah dan da-
kebebasan dan kemerdekaan jiwa anak. pat melakukan gerakan-gerakan tanpa ada
Permainan dan bermain adalah kata paksaaan dan hambatan.7 Bermain benar-
yang sering kita dengar bahkan kita praktik- benar merupakan pengertian yang sulit di-
kan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika men- pahami karena muncul dalam beraneka ra-
dengar kata permainan terkadang ada yang gam bentuk. Melalui kegiatan bermain yang
masih bias dengan arti kata tersebut misal- dilakukan anak, guru akan mendapat gam-
nya dikaitkan dengan kata bermain mau- baran tentang tahapan perkembangan dan
pun mainan. Ketiga kata tersebut memiliki kemampuan umum si anak. Salah satu to-
arti yang berbeda. Secara sederhana dapat koh yang berjasa meletakkan dasar tentang
dikatakan bahwa bermain adalah kegiatan main, bermain adalah seorang filsuf yunani ber-
sedangkan mainan adalah sesuatu yang di- nama Plato. Plato dianggap sebagai orang per-
gunakan untuk main atau alat, dan perma- tama yang menyadari dan melihat pentingnya
inan adalah kegiatan yang berisikan bermain nilai praktis dari bermain.8
dan mainan, sebagai contoh permainan bola
sepak, ketika anda memainkannya disebut
bermain dan bola merupakan mainannya/alat-
nya.4 5
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak
Prasekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta: 2003), hlm.
102.
2 6
Yuliani Nuraini Sujiono. 2011. Konsep Muchtar Latif Dkk, Orientasi Baru
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana,
Indeks, hlm. 144. 2014), hlm. 77.
3 7
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Thobroni, dan Mumtaz, Fairuzul,
Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: PT Elek Mendongkrak Kecerdasan Anak Melalui Bermain
Media Komputindo, 2013), hlm. 38. dan Permainan (Yogjakarta: Katahati, 2011), hlm.
4
Iva Rifa, Koleksi Games Edukatif Di 42.
8
Dalam Dan Luar Sekolah (Jogjakarta: Flashbooks, Mayke. S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan
2012), hlm. 8. dan Permainan (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 1.
Jurnal Primearly -201
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

Teori Bermain rupakan tahapan binatang. Anak-anak me-


Teori bermain dikelompokkan men- lakukan kegiatan ini karena merupakan evo-
jadi dua bagian, yaitu teori klasik (abad 19) lusi manusia menuju kehidupan modern.
dan teori-teori modern (sesudah tahun 1920). e. The Catharsis Theory
Kelompok yang termasuk teori klasik yaitu Teori ini memandang bahwa melalui
the surplus energy theory, the recreation bermain individu mengekspresikan emosinya.
theory, the in-stinct-practice theory, the reca- 2. Teori-Teori Dinamik Tentang Bermain11
pitulation theory dan the catharsis theory. a. Teori Bermain Psikoanalitik
Sedangkan kelompok teori modern atau te- Teori ini memandang bermain seba-
ori kontemporer atau lebih dikenal teori di- gai cara anak-anak untuk membantu me-
namik meliputi psychoanalytic arousal modu- reka menguasai konflik dan pengalaman
lation, metacommunicative dan cognitive the- traumatik. Dengan bermain anak akan mem-
ories of play.9 peroleh pengalaman katarsis, yakni dengan
1. Teori-Teori Klasik tentang Bermain10 cara melepas emosi negative yang tak mam-
a. The Surplus Energy Theory pu dikontrol dalam kehidupan mereka.
Teori ini memandang memandang bah- Setelah mampu menguasai konflik dalam
wa manusia hidup secara konstan mempro- dirinya anak juga mampu mengelolasituasi
duksi energi yang digunakan untuk meme- stress atau pengalaman traumatik yang akan
nuhi hidup seperti bekerja. Apabila energi berpengaruh setelah mereka dewasa. Untuk
yang diproduksi tersebut tidak dipakai, maka tujuan tersebut, anak-anak seperti mempu-
mausia akan menghabiskannya melalui ke- nyai kebutuhan untuk selalu mengulang
giatan bermain. Dengan kata lain bermain permainan yang sama.
sebagai bentuk kelebihan energi pada ma- Anak usia dini tengah menjalani tugas-
nusia. tugas perkembangannya yaitu kognitif, fisik
b. The Recreation Theory motorik, emosi dan social. Pendekatan psi-
Teori ini memandang bahwa bermain koanalitik terhadap bermain menekankan pa-
sebagai kesibukan untuk rekreasi atau ke- da penguasaan perkembangan dan menggu-
giatan relaksasi. Kebalikan dari teori sebe- nakan bermain sebagai katarsis. Mengingat
lumnya, teori ini justru dimaksudkan sebagai pentingnya elemen tersebut memunculkan
cara untuk memulihkan energi melalui re- inisiatif terutama dari kalangan pendidik
laksasi. untuk menciptakan lingkungan bermain yang
c. The In-Stinct-Practice Theory dapat membantu anak-anak mengembangkan
Teori ini memandang bahwa sebagai kompetensi dan sense of control mereka.
aksi latihan persiapan untuk berperan di masa Pemanfaatan lingkungan bermain untuk anak-
mendatang ketika dewasa. Hal ini bearti anak merupakan dasar dari teori psikoana-
bahwa nilai bermain bagi individu untuk me- litik mengembangkan terapi bermain.
ngembangkan kapasitas, baik fisik maupun b. Teori bermain arousal/modulasi
mental. Kesiapan fisik dan mental tersebut Teori ini berasal dari teori behavioral
mendukung untuk masa depan seseorang. yang difokuskan pada asosiasi antara sti-
d. The Recapitulation Theory mulus dengan respon. Bermain sebagai cara
Teori ini memandang bahwa bermain untuk memelihara keseimbangan tingkat
sebagai tahapan dari evolusi manusia. In- modulasi. Jika anak-anak kelebihan stimulasi
dividu menggunakan bermain untuk berpin- maka menaikkan level modulasi dan beber-
dah dari cara-cara primitif dan mempersiap- apa kegiatan diperlukan terutama bermain
kan diri menuju kehidupan modern. Kegi- untuk mengurangi.
atan memanjat dan berayun misalnya me- Dalam konteks yang sedikit berbeda
dari teori tersebut, ellis (1973, dalam saracho
9
Masnipal, Siap Menjadi Guru, hlm. 128.
10 11
Masnipal, Siap Menjadi Guru, hlm. 128. Masnipal, Siap Menjadi Guru, hlm. 129.
Jurnal Primearly -202
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

dan spodek, 1998) berasumsi bahwa orang Bermain juga sebagai tiang dasar ima-
mencari stimulus melalui pengalaman sen- jinasi dan kreativitas. Hal ini bearti ber-
soreik. Dalam konteks ini orang-orang tidak main dapat membantu anak dalam mengem-
memelihara perhatiannya kepada sesuatu yang bangkan kemapuan berfikir kreatif, adaptif,
dikenal. Perhatian meningkat jika sesuatu luwes dan imajinatif.
yang baru diperkenalkan. Menurut elis in- Piaget mendeskripsikan bermain ber-
dividu memerlukan informasi tambahnya dasarkan tahap-tahapan dari teori perkem-
agar stimulasinya bertambah. Bermain adalah bangan kognitif yaitu sensorimotor, praopera-
salah satu cara untuk menerima hal tersebut. soinal, dan operasi konkrit. Setiap tahap dari
Dari teori ini direkomendasikan peng- perkembangan tersebut menggambarkan jenis
gunaan lingkungan bermain di luar yang di- dan fungsi bermain yang berbeda. Piaget
lengkapi dengan bermacam-macam perleng- meyakini bahwa bermain mempunyai kekuat-
kapan dalam pendidikan anak usia, seperti an kognitif. Bermain dapat menaikkan struk-
papan titian, papan seluncur, tangga gantung, tur mental melalui penggunaan tanda-tanda
tangga majemuk, ayunan dan sebagainya. dan alat-alat yang kemudian menaikkan per-
c. Teori bermain metakomunikatif kembangan bahasa dan berfikir. Individu
Teori bermain metakomunikatif di- menggunakan kemampuan fisik dan mental
pelopori oleh bateson’s (1955, 1976 dalam mereka dalam bermain imajinatif untuk me-
Dockett dan fleer, 2000) yang memandang ngubah pengalaman mereka. Melalui ber-
bermain sebagai deskripsi kerangka (frames) main individu menjelajah duni, mengem-
dan pemasangan (framing). Bagi bateson’s bangkan kemampuan untuk menguasai du-
bermain terjadi sebagai suatu peristiwa dalam nia dan menumbuh kembangkan kreativitas.
suatu kerangka, di mana semua terlibat se- Menurut teori Piaget, anak-anak membangun
cara pasti apa yang etrjadi dalam bermain. pengetahuannya melalui proses akomodasi
Kerangka bermain digambarkan sebagai ke- dan asmilasi. Proses ini untuk mencapai
rangka psikologi yang menandakan terjadi keseimbangan atau equilibrium, antara apa
aksi dalam bermain. Anak-anak menggu- yang dikenal dan dialami anak. Melalui
nakan komunikasi dan memasuki metako- proses asmilasi informasi menyatu ke dalam
munikatif untuk menandakan bahwa me- pengetahuan dan pemahaman yang ada.
reka sedang bermain. Jika informasi tidak sesuai dengan struktur
d. Teori bermain kognitif mental yang ada, maka struktur itu berubah
Perkembangan kognitif melibatkan ba- untuk menampung informasi baru tersebut.
gaimana anak mereka melihat dunia dan Pembahasan akomodasi dan asmilasi di-
bagaimana menggunakan apa yang mereka bagi menjadi 3 bagian yaitu;12
pelajari. Salah satu ciri perkembangan anak 1) Bermain fungsional
usia dini adalah kemampuan mereka meng- Bermain fungsional atau lebih dikenal
gunakan imajinasi dan kreatif dalam berfikir dengan bermain sensori-motor melibatkan
seperti bermain pura-pura, menjadi polisi, pengolangan objek atau aksi yang digunakan.
astronot, guruatau bayi dan memerankan Menurut piaget anak usia 0 sampai 2 tahun
prilaku-prilaku tersebut. Bermain sebagai belajar tentang dunia melalui sensori dan
tiang dasar perkembangan intelektual dipelo- aksi gerak dan mereka selalu mengulangi
pori oleh pandangan konstruktivistik dari aksi tersebut untuk kesenangan. Piaget men-
Piaget dan Vygotsky, yang mengetengahkan contohkan bagaimana aksi menyenangkan,
peranan bermain dalam membangun pe- mengisap jari kaki, seorang bayi akan me-
ngetahuan. Dalam konteks perkembangan nemukan dunianya.
anak ada tiga tipe pengetahuan yaitu: phy-
sical knowledge, logical-matematical know-
ledge, dan social knowledge.
12
Masnipal, Siap Menjadi Guru, hlm. 134.
Jurnal Primearly -203
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

2) Bermain simbolik jelaskan bahwa anak kecil tidak mampu


Bermain simbolik atau bermain pura- berfikir abstrak karena bagi mereka, makna
pura merupakan jenis permainan untuk anak- dan objek berbaur menjadi satu. Akibatnya
anak yang berada pada tahap perkembangan anak tidak dapat berfikir, hal ini bearti di-
pra-operasional. Dalam bermain simbol, perlukan cara agar makna dan objek bisa
anak-anak mampu memisahkan dunia mental menjadi satu kesatuan sehingga anak me-
dari dunia nyata. Anak dapat bermain sen- mahami objek baik secara konkret maupun
diri berjam-jam lamanya hanya dengan meng- abstrak. Oleh karenanya diperlukan media
gunakan benda-benda yang dianggap nyata sebagai penghubung untuk menjelaskannya
seperti sendok sebagai pesawat terbang, kepada anak yakni permainan. Permainan
rangkaian balok sebagai kereta api. Anak berfungsi sebagai:14
juga dapat memerankan dirinya sebagai orang a. Memberikan ilmu pengetahuan kepada
tua (ibu atau ayah), sebagai polisi dan se- anak melalui proses pembelajaran ber-
bagainya. main sambil belajar.
3) Permainan dengan aturan b. Meransang pengembangan daya fikir, daya
Permainan ini merupakan jenis ber- cipta dan bahasa agar mampu menum-
main yang menggunakan aturan yang telah buhkan sikap, mental, serta akhlak yang
ditetapkan sebelum bermain seperti permai- baik.
nan kucing-kucingan. Peraturan dikaitkan c. Menciptakan lingkungan yang menarik,
dengan siapa yang boleh bermain, apa sasa- memberikan rasa aman dan menyenangkan.
ran dari permainan tersebut dan apa legis- d. Meningkatkan kualitas pembelajaran anak.
timasidalam permainan. Hal ini bukan ber- Permainan memiliki peranan yang pen-
arti permainan yang lain tanpa aturan, te- ting dalam perkembangan anak pada se-
tapi aturan yang dibuat disesuaikan dengan mua bidang perkembangan fisik-motorik,
situasi dan keinginan anak. Dalam permai- bahasa, intelektual, sosial, moral mau-
nan fungsional dan simbolik, anak-anak pun emosional. Berikut uraiannya:
mengatur sendiri atau bersama-sama objek 1) Kemampuan motorik. Bermain me-
dan peran yang dimainkan. Berrbeda halnya mungkinkan anak bergerak secara
bermain denganaturan karena mengandung bebas sehingga mampu mengembang-
nilai kompetensi di antara pemain maka kan kemampuan motoriknya. Saat ber-
ada aturan yang lebih formal. main, anak berlatih menyesuaikan an-
Dari tiga tahapan bermain berdasarkan tara pikiran dan gerakan menjadi ke-
perkembangan kognitif tersebut, Smilansky seimbangan
menambahkan satu tahapan lagi yaitu ber- 2) Kemampuan kognitif. Menurut piaget,
main konstruktif. Bermain konstruktif ada- anak belajar memahami pengetahuan
lah permainan dengan menggunakan bahan- dengan berinteraksi melalui objek yang
bahan yang disusun atau dikonstruksi se- ada disekitarnya. Bermain memberikan
suai kreativitas anak sehingga menjadi su- kesempatan kepada anak untuk ber-
atu karya, misalnya potongan-potongan balok, interaksi dengan objek.
lego, plastisin menjadi bangunan rumah, 3) Kemampuan afektif. Setiap permainan
jembatan. memiliki aturan. Aturan diperkenal-
kan oleh teman bermain sedikit demi
Fungsi Permainan Bagi Anak Usia Dini sedikit dan tahap demi tahap sampai
Dunia bermain tidak pernah lepas dari setiap anak memahami aturan ber-
anak. Vygotsy menyatakan bahwa bermain main. Oleh karena itu, bermain bisa
mempunyai peran langsung terhadap per- melatih anak menyadari adanya aturan
kembangan kognisi anak.13 Selanjutnya, di- dan pentingnya memahami aturan. Hal

13 14
Tedjasaputra, 2007 Iva Rifa, Koleksi Games Edukatif, hlm. 13.
Jurnal Primearly -204
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

itu merupakan tahap awal dari perkem- c. Bermain bersifat familiah bagi anak
bangan moral (afeksi) d. Anam dari kesalahan
4) Kemampuan bahasa. Ketika bermain e. Terapi melalui permainan memberikan
anak-anak dapat menggunakan bahasa, anak sebuah tempat aman untuk menge-
baik untuk berkomunikasi bersama luarkan perasaan, mengerti dan meng-
temannya maupun sekedar menyatakan ubah
pikirannya. Selain itu mengutip temuan ahli bah-
5) Kemampuan sosial. Saat bermain anak wa permainan dan bermain memiliki 14
bisa berinteraksi dengan yang lain. kekuatan terapeutik sebagai berikut:
Interaksi tersebut mengajarkan anak a. Menyediakan media komunikasi yang
cara merespon, memberi, menerima baik dengan anak dengan cara cepat dan
serta menolak ataupun setuju dengan lembut melalui bahasa anak
ide dan prilaku anak lain. b. Kepuasan dalam bermain diperlukan un-
6) Kemampuan seni. Saat bermain anak tuk mengeksplorasi dan menguasai harga
dapat menggunakan imajinasinya. Ima- diri anak. Konselor membangun keper-
jinasinya akan mengarahkan pada ke- cayaan diri agar anak bekerja keras dan
mampuan seni atau menciptakan ke- membuat kemajuan
indahan, menilai keindahan c. Mampu meningkatkan keterampilan pro-
Selain itu juga permainan juga ber- blem solving agar solusi inovatif pada
fungsi untuk terapi dan konseling, sama dilemma dapat terjadi. Bermain memberi-
halnya seperti orang dewasa, anak usia dini kan kesempatan untuk berkreativitas dan
juga sering mengalami masalah, terutama solusi imajinatif
pada perkembangannya. Tak jarang guru d. Anak dapat melepaskan kekuatan emosi
taman-kanak-kanak menemukan anak me- mereka yang sulit dikonfrontasi. Keringa-
ngalami masalah mulai dari derajat ringan nan rasa dapat menjadi pengalaman yang
hingga berat. Masalah ringan yang sering baik untuk pertumbuhan anak
dijumpai di lapangan seperti takut meng- e. Dalam bermain anak dapat memproses
hadapi dunia luar, belum siap berpisah de- dan menyesuaikan kesulitan-kesulitan oleh
ngan orang tua (awal masuk sekolah), me- simbolis mereka dengan ekspresi emosi
naruh curiga yang berlebihan padad orang yang tepat. Bermain memberikan anak-
lain, belum berani berbicara. Masalah berat anak tempat untuk melakukan kembali
yang terjadi pada anak usia dini mulai dari sehingga mampu menguasai pengalaman
prilaku agresif, masalaha koordinasi dan negatif.
motorik halus, sampai gangguan konsentrasi, f. Anak-anak dapat mempraktikkan prilaku
terbelakang mental, hiperaktif. Bermain bagi baru dan mengembangkan empati untuk
anak usia dini memiliki fungsi yang sangat orang lain
luas, bukan hanya untuk memenuhi tugas g. Anak menggunakan imajinasi mereka un-
perkembangannya melainkan juga digunakan tuk membuat perasaan dari realitas yang
untuk mengatasii masalah perkembangan. menyakitkan. Mereka juga dapat bereks-
Bermain dan media bermain banyak di- perimen dengan kemungkinan mengubah
gunakan oleh konselor sebagai bagian dari hidup mereka, sebuah proses yang diha-
proses terapi dalam menangani masalah rapkan
anak-anak. h. Wawasan anak bertambah oleh konflik
Keuntungan menggunakan permainan dan rasa takut melalui kiasan (metaphor)
dalam konseling antara lain: yang dihasilkan dalam bermain. Cerita,
a. Anak diberikan kebebasan dalam mem- bermain dapat digunakan untuk menemu-
buat pilihan kan situasi berbeda
b. Bermain dapat membangkitkan fantasi dan
perasaan uncouncious
Jurnal Primearly -205
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

i. Anak mengembangkan ikatan dengan ketika siswa diberi suatu pemasalahan yang
konselor dan belajar untuk meningkatkan menuntut mereka untuk menyelesaikannya
koneksi mereka dengan orang lain dengan cepat dan tepat. Tidak harus deng-
j. Bermain membangkitkan hubungan tera- an permainan secara kelompok, permainan
peutik yang positif, mengikuti anak ber- individual juga dapat mengembangkannya.
gerak terhadap aktualisasi diri dan orang Hal terpenting adalah cara guru mengemasnya,
lain sehingga mereka berusaha untuk menyele-
k. Anak-anak sangat meningmati bermain, saikan permainan dengan baik sekaligus me-
mereka tertawa, bercanda ningkatkan kemampuan problem solving.
l. Mengulang kegiatan bermain dapat mem- 3. Mengembangkan jiwa kepemimpinan
bantu mengurangi kecemasan dan rasa ta- Kepemimpinan adalah kemampuan
kut anak untuk mempengaruhi prilaku seseorang untuk
m. Permainan membantu mereka bersosiali- mencapai tujuan tertentu pada situasi ter-
sasi dan mengembangkan ego. tentu. Kepemimpinan tidak hanya penting
Mereka juga mempunyai kesempatan dalam hubungan dengan orang lain, melain-
untuk memperluas keterampilan interaksi kan juga pribadi. Dalam kaitannya diri sen-
mereka.15 diri, kemampuan ini berguna dalam menentu-
kan pilihan, menguasai diri sendiri, tidak egois,
Manfaat Permainan Bagi Anak Usia Dini bersikap empati dan simpati, serta sikap-
1. Menambah wawasan sikap lain yang penting. Oleh karena itu,
Banyak sekali permainan edukatif yang kemampuan ini penting dikembangkan.
berisi wawasan dan pengetahuan baru. Wa- 4. Meningkatkan rasa percaya diri
wasan dan pengetahuan yang dimaksud ada- Siswa yang banyak bersosialisasi, di-
lah yang tidak tersampaikan pada kegiatan terima oleh kelompoknya, memiliki banyak
pembelajaran di dalam kelas, misalnya pe- teman, berhasil dalam kegiatan-kegiatan dan
ngetahuan umum. Contohnya menanyakan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
nama museum terbesar di dunia, nama kota Bila anak bermain dengan teman-temannya
yang ada di Indonesia. yang menghargai pendapatnya, menerimanya
2. Mengembangkan kemampuan untuk pro- sebagai bagian dari kelompok, serta diberi
blem solving kesempatan untuk mengekspresikan dirinya
Memecahkan masalah atau problem sendiri, maka hal tersebut dapat meningkat-
solving merupakan salah satu kemampuan kan rasa kepercayaan dirinya.16
yang penting dimiliki oleh setiap orang, ti-
dak terkecuali anak. Sebab seseorang yang Permainan yang Dapat Mengembangkan
memiliki kemampuan problem solving bisa Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
memiliki kemampuan untuk menyelesai- Lingkup perkembangan anak usia dini
kan masalah dengan cepat dan tepat. Ia da- menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan
pat menentukan strategi yang matang, me- Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
nganalisis hambatan, berfikir sebab akibat, Tahun 2014 Tentang Standar Nasional
memberikan alternative penyelesaian masalah, Pendidikan Anak Usia Dini BAB IV Pasal
serta mampu berfikir secara kreatif dan kritis. 10 meliputi: aspek nilai agama dan moral,
Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional
siswa sudah banyak diajar menggunakan dan seni17
metode problem solving. Namun, dalam
praktik di luar kelas, kemampuan ini pun 16
Iva Rifa, Koleksi Games Edukatif, hlm.
harus dikembangkan. Dalam kegiatan ber- 18-19.
17
main, kemampuan ini bisa dikembangkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional
15
Masnipal, Siap Menjadi Guru, hlm. 142. Pendidikan Anak Usia Dini BAB IV Pasal 10.
Jurnal Primearly -206
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

1. Nilai agama dan Moral kanika yang menyebabkan terjadinya suatu


Perkembangan nilai agama pada anak gerak.21 Sedangkan untuk perkembangan
adalah peningkatan kemampuan dalam me- motorik pada anak usia dini dibagi men-
lakukan ibadah sesuai agama. Dalam tahap jadi dua yaitu motorik halus dan motorik
ini yang dimaksud adalah mengetahui nama kasar. Perkembangan motorik halus pada
agama yang dianut, kemampuan untuk me- anak usia dini adalah peningkatan kemampu-
lakukan gerakan ibadah, hafalan doa-doa an anak dalam menunjukkan dan mengua-
pendek. Sedangkan perkembangan moral sai gerakan-gerakan dalam bentuk koordina-
adalah peningkatan kemampuan anak untuk si, ketangkasan dan kecekatan dalam meng-
berprilaku baik dan benar secara moral, etika, gunakan tangan dan jari jemari. Sedangkan
tatakrama sesuai dengan budaya Indonesia motorik kasar adalah peningkatan kemam-
bahkan menghilangkan prilaku buruk. Per- puan anak untuk keterampilan menggerak-
kembangan nilai agama dan moral ini pe- kan dan menyeimbangkan tubuh contohnya
ngembangannya dititikberatkan pada pem- melompat, berlari dan berjalan.22
biasaan atau melalui pembiasaan.18 3. Kognitif
2. Fisik-Motorik Istilah “cognitive” berasal dari kata
Pada dasarnya fisik adalah tumbuh, cognition yang padanannya knowing, ber-
yang dimaksud dengan pertumbuhan fisik arti mengetahui.23 Pada kamus besar bahasa
adalah pertumbuhan dan perubahan yang Indonesia, kognisi diartikan dengan empat
terjadi pada tubuh / badan / jasmani sese- pengertian, yaitu kegiatan atau proses mem-
orang.19 Tanda yang paling jelas dari per- peroleh pengetahuan, termasuk kesadaran
tumbuhan fisik manusia adalah adanya pe- dan perasaan dan usaha menggali suatu pe-
rubahan pada ukuran dan bentuk tubuh ma- ngetahuan melalui pengalamannya sendiri
nusia. Siklus pertumbuhan fisik tiap anak dan hasil pemerolehan pengetahuan.24 Per-
memiliki pola pertumbuhan yang beruntut kembangan kognitif berhubungan dengan
mengikuti ketetapan yang tertentu. Pertumbu- meningkatnya kemampuan berpikir (thinking),
han tersebut terjadi secara bertahap adakala- memecahkan masalah (problem solving),
nya cepat terkadang juga lambat. Masing- mengambil keputusan (decision making), ke-
masing anak memiliki pola atau irama per- cerdasan (intellegence), dan bakat (aptittude).25
tumbuhan yang berbeda satu sama lain. Ada Jadi, perkembangan kognitif pada anak
pertumbuhan yang cepat ada pula yang lam- usia dini menunjukkan perkembangan dari
bat. Namun semua anak memiliki tahap per- cara anak berpikir.
tumbuhan yang sama. Artinya pola partum- 4. Bahasa
buhan anak berlangsung secara teratur dan Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi
dapat diramalkan sebelumnya walaupun ira- entah itu lisan, tertulis atau isyarat-isyarat
manya berbeda-beda. yang berdasarkan pada suatu sistem dari
Pertumbuhan fisik ini berkaitan erat
dengan aspek perkembangan lainnya salah 21
Http://Haurasyalsabila.Blogspot.Com.
satunya adalah perkembangan motorik. Mo- Diakses tanggal 06/09/2014, Jam 13:42.
torik adalah bergerak atau berdaya gerak.20 22
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini
Motorik terjemahan dari kata “motor” yang dalam Islam, Yogyakarta: Flashbooks, 2014),
artinya adalah suatu dasar biologi atau me- hlm. 23.
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi),
18
Masnipal, Siap Menjadi Guru, hlm. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 66.
24
162-163. Novan Ardy Wiyani, Psikologi
19
Rini Hidayati, dkk, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:
Perkembangan Anak. (Jakarta: Penerbit Gava Media, 2014), hlm. 61.
25
Universitas Terbuka, 2014), hlm. 34. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan
20
Puis Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Anak Tiga Tahun Pertama, (Bandung: Refika
(Surabaya: Arloka, 2001), hlm. 492. Aditama, 2007), hlm. 43.
Jurnal Primearly -207
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata- a. Kondisikan anak, lalu jelaskan permainan
kata yang digunakan oleh masyarakat beserta yang akan dimainkan
aturan-aturan untuk menyusun berbagai vari- b. Atur anak menjadi beberapa kelompok,
asi dan mengkombinasikannya.26 Jadi per- tiap kelompok terdiri dari 3 sampai 4
kembangan bahasa pada anak adalah me- anak
ningkatnya kemampuan anak untuk berko- c. Setiap kelompok berbaris lurus, dengan
munikasi baik secara lisan atau non lisan. jarak antar anak sekitar setengah meter
5. Sosial-Emosional d. Setiap anak diberi satu sedotan
Perkembangan sosial anak adalah pe- e. Instruksikan anak untuk menaruh sedotan
ningkatan kemampuan anak untuk beradap- di mulut
tasi dengan lingkungan sekitarnya, sedang- f. Berikan karet gelang kepada anak yang
kan perkembangan emosional anak adalah paling belakang dari setiap kelompok.
peningkatan kemampuan untuk mengung- Karet gelang tersebut diletakkan di ujung
kapkan perasaan atau afeksi yang melibat- sedotan
kan perpaduan antara gejolak fsiologis dan g. Setelah ada aba-aba, anak paling belakang
prilaku yang terlihat.27 menghampiri teman yang berada didepan-
6. Seni nya dan memindahkan karet gelang yang
Perkembangan seni anak adalah pe- ada padanya kepada temannya, begitu juga
ningkatan/perubahan kemampuan mengeks- halnya dengan temannya yang di depan.
plorasi, mengekspresikan diri, berimajinasi (memindahkan karet gelang tidak boleh
dengan gerak, music, drama dan beragam menggunakan tangan)
bidang seni lainnya (seni rupa, lukis, dan h. Kelompok yang paling cepat memindah-
kerajinan) serta mengapresiasi karya seni, kan karet gelang menjadi pemenang.29
gerak, tari dan drama pada diri anak.28
Permainan yang dapat mengembangkan
Permainan yang dapat mengembangkan aspek perkembangan kognitif anak
aspek perkembangan fisik motorik anak 1. Berburu Gambar Hewan
1. Mengoper Karet Gelang Pada permainan ini, setiap anak ha-
Permainan ini memerlukan keseimbang- rus mencari beberapa jenis gambar hewan
an tubuh yang ditunjukkan saat memindah- sesuai dengan suara hewan yang sudah di-
kan karet gelang kepada kawan mengguna- sembunyikan oleh guru di semak-semak/
kan sedotan yang ditaruh di mulut. Tujuan halaman. Tujuan dari permainan ini adalah
dari permainan ini adalah melatih keseim- mengembangkan aspek perkembangan kogni-
bangan tubuh dan melatih kerja sama de- tif anak dan sekaligus mengembangkan ke-
ngan tim. cerdasan naturalis, logika serta intrapersonal
Alat atau bahan yang harus disiapkan: anak.
a. Karet gelang Alat atau bahan yang harus disiapkan:
b. Sedotan a. Berbagai gambar hewan
Aturan dalam bermain sebagai berikut: b. Lem kertas
c. Papan tulis
Aturan dalam bermain sebagai berikut:
26
a. Kondisikan anak, lalu jelaskan sedikit ma-
John W. Santrock, Perkembangan
Anak, terj. Mila Rachmawati dan Anna
teri tentang hewan dan bunyi suaranya
Kuswanti, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 353. b. Bunyikan suara hewan sebanyak-banyaknya
27
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,
hlm. 56.
28
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
29
Republic Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Heru Kurniawan dan Ikhsan Nur Fahmi,
Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Majemuk
Dini, hlm.6. Anak (Jogjakarta: Diva Kids, 2015), hlm. 42.
Jurnal Primearly -208
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

c. Mintalah anak untuk mencari gambar g. Setelah lagu selesai dinyanyikan, anak-
hewan yang sudah disembunyikan anak lain berhenti berjalan mengelilingi
d. Berikan waktu 15 menit anak untuk men- si buta
cari gambar h. Si buta menghampiri salah satu temannya
e. Setelah 15 menit, anak diminta untuk i. Si buta meraba-raba teman yang dipilih-
kembali ke kelas nya kemudian menebak siapa nama te-
f. Anak diminta untuk menempel gambar manya tersebut.
hewan yang telah dikumpulkan di papan j. Apabila si buta berhasil menebak siapa
tulis nama temannya yang diraba maka, teman-
g. Lakukan evaluasi terhadap pekerjaan nya tersebut berganti menjadi si buta, na-
anak mun apabila si buta tidak berhasil mene-
h. Anak yang paling banyak dapat gambar bak siapa nama temannya yang diraba
hewan dan benar akan diberi penghargaan maka permainan dilanjutkan si buta te-
berupa tepuk tangan atau sebagainya.30 tap menjadi si buta. Permainan akan te-
rus berlanjut hingga anak lelah bermain.31
Permainan yang dapat mengembangkan
aspek perkembangan social emosional Permainan yang dapat mengembangkan
anak aspek perkembangan bahasa anak
1. Permainan raba-raba 1. Permainan sambung kalimat
Permainan raba-raba adalah salah satu Permainan ini dapat mengembangkan
permainan tradisional. Permainan ini sering aspek perkembangan bahasa anak dengan
dilakukan oleh anak-anak zaman dahulu de- cara menyambung kalimat dari guru de-
ngan cara menutup mata dengan kain dan ngan kata terakhir dari anak.
mencari temannya serta menebak siapa te- Aturan dalam bermain sebagai berikut:
mannya yang diraba. Permainan raba-raba a. Kondisikan anak dengan posisi duduk
hampir sama dengan permainan tradisional melingkar
“BABUBUTAAN” yang berasal dari Banjar. b. Jelaskan cara bermain kepada anak
Permainan Babubutaan ini dilakukan mini- c. Buat satu kalimat yang kata terakir ti-
mal 3 orang dan maksimal 6 orang. Sedang- dak disebutkan, sebagai contoh “buah apel
kan permainan tradisional raba-raba tidak berwarna”, “saya pergi kesekolah diantar”.
memiliki batasan jumlah pemain. d. Tunjuk atau tentukan anak yang akan
Alat atau bahan yang harus disiapkan: menjawab
a. Kain penutup mata e. Ketika anak tidak bisa menjawab arah-
Aturan dalam bermain sebagai berikut: kan kepada anak lain untuk menjawab
a. Kondisikan anak, jelaskan permainan ke- f. Ulangi sampai anak merasa bosan32
pada anak.
b. Awali permainan dengan hompimpah. Permainan yang dapat mengembangkan
Hompimpah merrupakan suatu cara un- aspek perkembangan seni anak
tuk menentukan siapa yang menjadi si 1. Permainan membatik kain
buta. Batik pada dasarnya adalah warisan
c. Setelah ditentukan siapa si buta, maka bangsa yang masih terjaga keindahan dan
si buta harus menutup mata dengan kain. keasliannya yang berasal dari penjuru Nusan-
d. Anak lainnya membentuk lingkaran, tara. Batik menjadi incaraan masyarakat du-
e. Posisikan si buta di tengah lingkaran
f. Anak-anak lain berjalan mengelilingi si 31
Novi Ade Suryani, Kemampuan Sosial
buta sambil bernyanyi Emosional Anak Melalui Permainan Raba-Raba
Pada PAUD Kelompok A, Jurnal Ilmiah Potensi,
vol. 4 (2), 2019, hlm. 141-150.
30 32
Heru Kurniawan dan Ikhsan Nur Fahmi, Heru Kurniawan dan Ikhsan Nur Fahmi,
Permainan Kreatif, hlm. 60. Permainan Kreatif, hlm. 106.
Jurnal Primearly -209
IAIS Sambas Vol. II No. 2. Juli – Desember 2019

nia yang berkunjung ke Indonesia, seperti berdampak positif apabila permainan yang
batik Yogyakarta, Madura, Kalimantan dan dimainkan memang sesuai untuk anak, ber-
sebagainya. Batik ini di bagi menjadi 2 yakni sifat edukatif, sesuai aturan dan ada orang
batik tulis dan batik cap. 33 dewasa (pendidik atau orang tua) yang me-
Permainan membatik kain ini merupa- ngawasi, membimbing, mengarahkan dan
kan permainan edukatif sekaligus salah satu tentunya faham makna bermain bagi anak
cara melestarikan kesenian dan budaya In- usia dini seperti memahami teori bermain,
donesia. Permainan membatik kain dapat manfaat, fungsi serta macam-macam per-
mengembangkan asper perkembangan seni mainan yang sesuai untuk anak.
anak dalam kategori seni rupa.
Adapun alat atau bahan yang harus
disiapkan:
a. Pasta tepung (tepung dan air)
b. Kuas yang kaku
c. Kain
d. Pewarna air dingin
e. Selotip kertas34
Aturan dalam bermain sebagai berikut:
a. Kondisikan anak, jelaskan tentang per-
mainan membatik kain
b. Mulailah dengan membuat pasta kental
dari tepung dan air kemudian tambah-
kan setetes pewarna makanan pada pasta.
c. Tempelkan sepotong kain pada papan
dengan mengggunakan selotip
d. Buat desain pada kain yang telah ditempel
(pastikan daerah-daerah yang ditutupi
telah dilapisi dengan tebal
e. Ajak anak mewarnai kain menggunakan
pewarna dingin dengan hati-hati. Proses
dapat diulangi (mewarnai).

PENUTUP
Bermain merupakan aktivitas yang wa-
jib dilakukan oleh anak usia dini karena hal
tersebut merupakan pekerjaan bagi anak,
layaknya orang dewasa bekerja pada keseha-
rianya. Bermain sifatnya menggembirakan,
menyenangkan, dan pastinya dilakukan berulang-
ulang. Bermain pada anak usia dini ber-
fungsi mengembangkan aspek nilai agama
moral, fisik motorik, bahasa, kognitif, so-
sial emosional dan seni. Bermain akan

33
http://www.gameedukasi.com/2011/05/mb
atik-yuk-game-edukasi-simulasi-membatik/.
34
Einon, Dorothy, Permainan Cerdas untuk
Anak Usia 2-6 Tahun (Alih Bahasa: Fita Fitria
Agriningrum) (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 104.
Jurnal Primearly -210
DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes, 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.


Bandung: Refika Aditama.

Einon, Dorothy. 2005. Permainan Cerdas untuk Anak Usia 2-6 Tahun (Alih Bahasa: Fita
Fitria Agriningrum). Jakarta: Erlangga.

Hidayati, Rini, dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit


Universitas Terbuka.

Http://Haurasyalsabila.Blogspot.Com. Diakses tanggal 06/09/2014, Jam 13:42.

Http://www.gameedukasi.com/2011/05/mbatik-yuk-game-edukasi-simulasi-membatik/.

Kurniawan, Heru dan Ikhsan Nur Fahmi. 2015. Permainan Kreatif untuk Kecerdasan
Majemuk Anak. Jogjakarta: Diva Kids.

Latif, Muchtar Dkk. 2014. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Mansur. 2014, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Flashbooks.

Masnipal, 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta: PT Elek
Media Komputindo.

Partanto, Puis. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka.

Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137


Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146


Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

Rifa, Iva. 2012. Koleksi Games Edukatif Di Dalam Dan Luar Sekolah. Jogjakarta:
flashbooks.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, terj. Mila Rachmawati dan Anna
Kuswanti. Jakarta: Erlangga.

Sujiono, Yuliani Nuraini. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks.

Suryani, Novi Ade. 2019. Kemampuan Sosial Emosional Anak Melalui Permainan Raba-
Raba Pada PAUD Kelompok A, Jurnal Ilmiah Potensi, vol. 4 (2).

Jurnal Primarlly -211-


IAIS Sambas Vol. I No. 2. Juli – Desember 2018

Syah, Muhibbin. 1997 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Edisi


Revisi), Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tedjasaputra, Mayke. S.. 2001. Bermain Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo

Thobroni, dan Mumtaz, Fairuzul. 2011. Mendongkrak Kecerdasan Anak Melalui Bermain
dan Permainan. Yogjakarta: Katahati.

Wiyani, Novan Ardy. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Gava Media.

Jurnal Primearly -212

Anda mungkin juga menyukai