Anda di halaman 1dari 50

Perencanaan Program &

Kebijakan serta Strategi


Penanganan Masalag Gizi
Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM, MKM

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Tahun 2021
outline 01 Konsep Perencanaan Program,
Kebijakan & Advokasi Gizi

02 Permasalahan Gizi Global: Stunting


& Anemia

03 Strategi Penanganan Masalah Gizi:


Stunting & Anemia

04 Studi Kasus: scientific evidence


based

G 2

R
E
E
N
01 Why We Need Nutrition Advocacy?

1. Malnutrisi adalah masalah universal dan


menghambat pembangunan di seluruh dunia.
Pada saat yang sama, peluang untuk
mengakhiri malnutrisi semakin besar.
2. Dekade Aksi PBB tentang Gizi 2016-2025 dan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
memberikan dorongan global dan nasional
untuk mengatasi malnutrisi.
01 Konsep Perencanaan Program, Kebijakan, & Adokasi Gizi
Perencanaan Program Gizi: Kebijakan Gizi: Advokasi Gizi:
Suatu proses sistematis untuk Rangkaian konsep dan asas yang Upaya untuk mendapatkan
menentukan tujuan & menyusun2 menjadi pedoman dan dasar komitmen politik, dukungan
kegiatan sistematis yg ditujukan utk rencana dalam pelaksanaan suatu kebijakan, penerimaan sosial dan
mencapai tujuan à : identifikasi pekerjaan, kepemimpinan, dan cara dukungan sistem untuk tujuan
masalah & penyusunan pohon bertindak (diterapkan: atau program kesehatan tertentu.
masalah, prioritas masalah, pemerintahan, organisasi/
penetapan tujuan, seleksi model kelompok sektor swasta, & individu
intervensi, tahap perencanaan
kegiatan (Fungsi manajemen:
POAC)
The processes of policy making

Process refers to the way in policy making


which policies are initiated,
developed or formulated,
negotiated, communicated,
implemented and evaluated.
Policy Evaluation
The ‘stages heuristic’of processes
(Sabatier and Jenkins-Smith 1993: .

Policy
Imoplementation

Policy Formulation

Problem
Identification
Global Policy Brief: Stunting and Anaemia
DEFISIENSI GIZI MAKRO DEFISIENSI GIZI MIKRO

https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/148556/WHO_NMH_NHD_14.4_eng.pdf?ua=1
Health Policy Framework: Triangle Analysis

Latar
belakang
kebijakan :
target à
Kebijakan penyelesaian
apa yang masalah
akan dibuat:
‘Pesan’

Prosedur/tah
apan
penetapan
kebijakan
Model Pendekatan Implementasi Kebijakan

TOP DOWN VS
BOTTOM UP
APPROACHES
02 Permasalahan Gizi Global: Stunting

Gizi Kurang-Gizi Buruk

Stunting-Severe Stunting

Kurus, BB/TB Pendek, TB/U Gizi Kurang, BB/U

Center for Nutrition and Food Security ICDDR, 2020; WHO, 2018 Kurus-sangat kurus
AKIBAT STUNTING

Gagal tumbuh; Bayi lahir Gangguan metabolisme


dengan Berat badan kurang dan Gangguan perkembangan
tubuh, sehingga berisiko
pendek, kurus serta daya tahan otak, sehingga anak kurang
gemuk dan terkena penyakit
tubuh rendah sehingga cerdas dan kurang berprestasi
tidak menular seperti Diabetes
anak mudah sakit di sekolah
Penyakit Jantung, Hipertensi
02 Permasalahan Global: Stunting
Posisi Indonesia???

1 dari 3 Anak di wilayah di Dunia dan 1 dari 3 Anak di Indonesia mengalami STUNTING.
1 Permasalahan Global Gizi Remaja

Riskesdas 2018 menunjukkan:


• 25,7% remaja usia 13-15
tahun dan 26,9% remaja
usia 16-18 tahun dengan
status gizi pendek dan
sangat pendek.
• 8,7% remaja usia 13-15 tahun
dan 8,1% remaja usia 16-18
tahun dengan kondisi kurus
dan sangat kurus.
• 16,0% pada remaja usia 13-
15 tahun, dan 13,5% pada
remaja usia 16-18 tahun
memiliki berat badan lebih
dan obesitas.
Kemenkes, 2018 Sumber: Moesijanti Y. E. Soekatri, Sandjaja, Ahmad Syauqy, Int. J. Environ. Res. Public Health 2020, 17, 620
COVID-19

32,50 Rata-rata
Penurunan

1,3%/thn
1,7%/thn
2,7%/thn
4,3%/thn

Skenario akselerasi

Sumber: RPJMN 2020-2024


Kekurangan Gizi dalam Siklsus Kehidupan dan Terjadinya Stunting
Stunting pada Remaja:
• Ditentukan sejak periode kehidupan
sebelumnya (1000 HPK)
• Menentukan status gizi & kesehatan
periode kehidupan selanjutnya

Remaja
stunting

Balita
stuntin
g
Berat
Lahir
Rendah
https://www.news-medical.net/news/20200825/Children-born-at-high-altitude-smaller-at-birth-and-have-stunted-growth.aspx
Remaja menhgalami Pertumbuhan
Cepat
Tahap Kedua (Growth Spurts)

• Remaja putri mulai GS usia 10 th,


remaja laki-laki 13 thn
• Remaja putri GS lebih awal drpd
remaja laki-laki, namun durasi lebih
cepat
Sumber: https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and- • Remaja putri rara-rata bertambah
prevention/ tinggi 33 cm, laki-laki 37 cm
Sumber:https://www.slideshare.net/emmanuelviking/c
the-growing-child-adolescent-13-to-18-years
hapter11-hdev • Remaja putri tjd perubahan bentuk
Stunting: Eating Habits and Adolescents Behaviour
1. Murah à Diskon 3. Sedentary Life Style à 6. Diet Khusus & Penyimpangan
addict terhadap Gadget? Less pola makan
Phisical Activities

2. Eating Out, Peers 5. Moody & Pemilih


• Anorexia
Nervosa
Mudah • Bulimia
Terpengaruh Nervosa
Iklan Media
Massa,
Public Figure

Sumber: https://www.foodnavigator-usa.com/Article/2019/08/28/A-year-in-food-Survey-reveals-millennials-eating-and-spending-
02 Permasalahan Global: Anemis
Prevalence of anaemia in women of reproductive age (%)
Dampak Defisiensi Mikronutrien
Mengapa Anemia terjadi?

Penyebab paling umum dari anemia di seluruh dunia adalah


kekurangan zat besi, akibat dari keseimbangan besi negatif yang
berkepanjangan, yang disebabkan oleh:
• asupan atau penyerapan zat besi yang tidak memadai,
• peningkatan kebutuhan zat besi selama masa kehamilan atau
masa pertumbuhan,
• dan peningkatan kehilangan zat besi akibat menstruasi dan cacing
(cacingan) infestasi.

Diperkirakan 50% anemia pada wanita di seluruh dunia disebabkan


oleh kekurangan zat besi

Penyebab penting lainnya dari anemia di seluruh dunia termasuk


infeksi, kekurangan nutrisi lainnya (terutama folat dan vitamin B12, A
dan C) dan kondisi genetik (termasuk penyakit sel sabit, talasemia -
kelainan darah bawaan - dan peradangan kronis).
Mekanisme Hambatan Pertumbuhan Janin
Akibat Rendahnya Status Gizi Ibu Hamil

● Perubahan komposisi dan


fungsi tubuh ibu terjadi
dalam urutan tertentu
selama kehamilan
● Anemia dan KEK pada ibu
hami menjadi penyebab
kegagalan tumbuh
kembang janin selama
periode kehamilan
● Asupan gizi yang cukup
dan status gizi ibu
sebagai elemen kunci
keberhasilan proses
reproduksi.

Sumber : Worthinhton-Roberts et al. 1993. Nutrition in Pregnancy and Lactation 5th ed.
03 Strategi Penanganan Masalah Gizi
Rangkaian Peristiwa Perbaikan Gizi Nasional

2010
• SUN MOVEMENT, EWEC, N4G

2011
• Indonesia anggota SUN

2012
• Kerangka Kebijakan & Pedoman Perencanaan

2013
• PP 42 thn 2013

2015
• RPJMN dan RENSTRA K/L 2015-2019

2016
• KSRAN-PG 2015-2019
Intervensi spesifik untuk Gizi
• ASI
Perubahan • Makanan Pendamping (> 6bulan)
Perilaku • Cuci tangan

• Mikronutrien u/ anak:
Vitamin A, pengobatan Zinc (diare),
3
bubuk MMN, pengobatan cacing
kelompok Mikronutrien& • Suplemen u/ Bumil:
besar Obat cacing Besi-folat, capsul iodium (bila
intervensi diperlukan)
• Fortifikasi u/masy umum:
Garam beryodium, fortifikasi besi
makanan pokok
Makanan
pendamping • Pengobatan SAM (severe acute malnutrition)
& • Pencegahan/pengobatan kurang gizi
Pengobatan
Intervensi sensitif untuk Gizi
à Sasaran masyarakat umum, dilakukan di luar sektor kesehatan, dan gabungan dengan spesifik akan bersifat jangka panjang
àIntervensi gizi sensitif meliputi:

1. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

2. Ketahanan Pangan dan Gizi

3. Keluarga Berencana

4. Jaminan Kesehatan Masyarakat

5. Jaminan Persalinan Dasar

6. Fortifikasi Pangan

7. Pendidikan Gizi masyarakat

8. Intervensi untuk Remaja Perempuan

9. Pengentasan Kemiskinan
Pilar Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
8 AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN
PENCEGAHAN
STUNTING
AGEN PERUBAHAN
Menjadi Katalis dalam konvergensi stunting
Seluruhnya telah memberikan kontribusi positif terhadap penurunan stunting baik berupa
Ide,gagasan,konsep, maupun bantuan dll

INTERNAL EXTERNAL INTERNATIONAL


Bupati dan Wakil Bupati, Perguruan Tinggi Global Nutrition
Sekretaris Kabupaten, Kepala ,Kementerian Kesehatan (Direktorat Empowerment (GNE),
Bappeda, Kepala Dinas Gizi),Institut Gizi Indonesia (IGI), Vitamin Angels,World Bank,
Kesehatan, BPMD Unicef
Solusi Pentahelix
Connect-
Collaborate-
Commerce
MEWILAYAHKAN Kerangka Penyebab dan Pendekatan
Pencegahan stunting Hasil

Asupan gizi Status kesehatan Penyebab


langsung

Ketahanan pangan Lingkungan sosial Lingkungan Lingkungan Penyebab


(ketersediaan, (norma, makanan kesehatan permukiman tidak
keterjangkauan, dan bayi dan anak, (akses, pelayanan (air, sanitasi, langsung
akses pangan higiene, pendidikan, preventif dan kondisi
bergizi) tempat kerja) kuratif) bangunan)

Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, perlindungan
Proses
sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.

Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi;


kebutuhan dan tekanan untuk implementasi, tata kelola
keterlibatan antar lembaga pemerintah dan Prasyarat
non-pemerintah, kapasitas untuk implementasi. pendukung

Sumber: UNICEF 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS 2018, disesuaikan dengan konteks Indonesia
Poace dalam
konteks
kewilayahan:
too many
unknown
Konvergensi di Kabupaten & Kota: Problem Blue Print Solution
Konvergensi Program stunting di level
kecamatan berupa:
Jalannya fungsi koordinasi (rapat sudah terjadwal), Fungsi Monev bersama ke sasaran 1000 HPK, Fungsi verifikasi dan asistensi usulan
anggaran stunting yang diajukan oleh Pemerintah Desa ke dalam dokumen APBDesa sesuai Peraturan Bupati

terwujud karena:

Adanya Pedoman & aturan Bupati


Camat memahami dan Peran Unhas dalam
terkait dengan kewenangan camat
menguasai konsep Pendampingan stunting di
sebagai evaluator/verifikator dalam
konvergensi Stunting, kecamatan melalui Monev dan
pengintegrasian kegiatan stunting
sehingga mudah dalam Workshop terutama dalam
kedalam dokumen anggaran
perencanaan dan penganggaran
APBDesa termasuk penggunaan mengkordinasikan
kegiatan stunting yg diusulkan
Konvergensi Program stunting di level Desa
berupa:
Terintegrasinya manajemen data 4 (empat) asas pasti dimana Pembina Keluarga (PK) sebagai penanggung jawab dan diawasi serta
dikoordinir langsung oleh Kades, kemudian terintegrasinya kegiatan stunting ke dalam dokumen APBDesa

terwujud karena:

Adanya Pedoman dan aturan Bupati Kades memahami dan Peran Pembina Keluarga (PK)
050/1475/DPMD/2018 Rincian menguasai konsep dalam pengintegrasian data
Kegiatan Program Penurunan konvergensi Stunting, sasaran dan target sehingga
Stunting Yang Bersumber dari Dana pencatatan dan pelaporan stunting
sehingga mudah dalam
Desa serta aturan lainnya tepat sasaran dan tepat waktu
menyusun kegiatan
Konvergensi Program stunting di level Keluarga
berupa:
Adannya peran dan keterlibatan kader dasawisma pada kegiatan kunjungan dan pendataan sasaran 1000 HPK (1
PK-10PKK/KDW-100KK ), sasaran 1000 HPK dapat berkomunikasi langsung dengan kader dan PK tentang
keadaan gizi dan kesehatannya sehingga mereka paham & sadar melakukan aksi bersama mencegah stunting (ex:
Mereka saling mengingatkan utk berkunjung ke posyandu)
terwujud karena:

Adanya sosialisasi dan kampanye Kader Dasawisma memahami tugas Peran Dinkes Kab dan
tentang pentingnya mencegah sebagai mitra Pembina Keluarga Pendampingan terutama
stunting sampai ke tingkat (PK) dalam melakukan kunjungan
dalam pengembangan
keluarga oleh kader dasawisma dan pendataan sasaran 1000 HPK
Inovasi program gizi dan
dan Pembina Keluarga (PK) yang dibarengi dgn penyuluhan
Kesehatan di Posyandu
KONVERGENSI BERBASIS KELUARGA

EMPATPASTI
TIGASTANDAR
1
1. Semua sasaran keluarga dan target
sasaran (WUS, Prakonsepsi, Ibu
Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Menyusui, 1 1. Tenaga pengukur/pencatat
Anak Baduta) masuk dalam data 2 tersandar
sasaran intervensi
2. Alat ukur timbangan dan
2. Semua sasaran yang terdaftar 2 pengukur Panjang/tinggi
dalam data sasaran meemperoleh 3
badan, dan aplikasi atau
pelayanan program intervensi
instrument lain harus
3. Semua sasaran memanfaatkan terstandar
4 3
program intervensi yang
dibutuhkannya 3. Pengukuran dilakukan dengan
prosedur operasional yang
4. Semua pelaksanaan program terstandar
intervensi tercatat dan terlapor
sesuai kebutuhan model pelaporan
dan tepat waktu Sumber:
WHO Recommendation For The Prevention,
Control And Treatment Of Anaemia In Women

• Pemberian suplemen asam folat pada WUS disarankan


jika prevalensi anemia 20% atau lebih tinggi.
• Suplementasi zat besi dan asam folat setiap hari
direkomendasikan sebagai bagian dari perawatan
antenatal, untuk mengurangi risiko berat badan lahir
rendah, anemia ibu dan defisiensi zat besi.
• Selain zat besi dan asam folat, suplemen dapat
diformulasikan untuk menyertakan vitamin dan mineral
lain, untuk mengatasi kemungkinan kekurangan
mikronutrien ibu lainnya.
• Di daerah di mana prevalensi anemia di antara wanita
hamil lebih rendah dari 20%, suplementasi zat besi dan
asam folat intermiten pada wanita non-anemia, wanita
hamil disarankan, untuk mencegah anemia dan
meningkatkan hasil kehamilan.
Cont (2)
• Pada masa nifas, suplementasi zat besi, baik sendiri
atau dikombinasikan dengan asam folat, selama
minimal 3 bulan, dapat menurunkan risiko anemia Memperkaya Zat Besi pada Singkong
dengan memperbaiki status zat besi ibu.
• Biofortifikasi, missal pada gandum dan jagung serta
beras dengan zat besi, asam folat, dan zat gizi mikro
lainnya disarankan dalam pengaturan di mana
makanan ini merupakan makanan pokok utama.
• Di daerah endemis malaria, pemberian zat besi dan
suplemen asam folat harus dilakukan bersamaan
dengan upaya kesehatan masyarakat untuk
mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit
malaria.
• Dalam keadaan darurat, wanita hamil dan menyusui
harus diberi suplemen mikronutrien dari Dana Anak-
anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) / WHO
yang menyediakan satu RNI (asupan nutrisi yang
disarankan) mikronutrien setiap hari (termasuk 27 mg
zat besi), baik mereka menerima ransum empat atau
tidak.
• Suplemen zat besi dan asam folat, bila sudah
tersedia, harus dilanjutkan.
Cont (3)
• Semua wanita hamil dengan tuberkulosis aktif harus
menerima beberapa suplemen mikronutrien yang
mengandung zat besi dan asam folat serta vitamin
dan mineral lainnya, menurut UNIMAP, untuk
melengkapi kebutuhan mikronutrien ibu mereka.
• Pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6
bulan harus dilindungi, dipromosikan dan didukung.
Penerima manfaat termasuk bayi dan ibu (yaitu
amenore yang lebih panjang, jarak kelahiran yang
meningkat), serta neonatus (ASI merupakan sumber
zat besi yang penting, yang diserap dengan sangat
baik).
• Diet yang mengandung zat besi dalam jumlah yang
cukup harus mendukung semua upaya untuk
pencegahan dan pengendalian anemia.
Fortifikasi Fe pada produk
pangan pokok)
Strategi Pencegahan & Penangan Anemia
Cegah Anemia Sejak Periode Sebelum Kehamilan: Remaja
• Program Hb normal,
sebagai syarat
pendaftaran kehamilan
• Remaja sebagai duta
untuk pencegahan
anemia
• Program suplementasi
tablet tambah darah
pada remaja (terutama
saat periode
menstruasi & Wanita
Usia Subur, terutama
pada periode
kehamilan)
• Stop Pernikahan Dini
(Remaja) < 18 tahun
Bahaya Kehamilan pada Remaja
DUTA
STUNTING

HOLA

DUTA
ANEMIA
Studi Kasus

Upaya Pencegahan
Stunting sejak
Periode Kehamilan
Sumber:
https://bmcpregnancychildbirth.biome
dcentral.com/track/pdf/10.1186/s128
84-021-03676-x.pdf
Studi Kasus
Pencegahan
Anemia

https://www.bmj.com/content/bmj/363/bmj.k4541.full.pdf
TERIMA KASIH!

BYE!

Anda mungkin juga menyukai