Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA DAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA PADA SISWA


KELAS 8

Nancy Susianna1 dan Emilia Hutani2


1
STKIP Surya Tangerang
2
SMP Dian Harapan Tangerang

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1). nilai rata-rata normalisasi gain (N-Gain)
penguasaan konsep pembiasan cahaya yang menggunakan media alat peraga, multimedia interaktif,
dan media papan tulis, dan (2). ada tidaknya perbedaan rata-rata N-Gain antara kelas yang
menggunakan media alat peraga, multimedia interaktif dan media papan tulis. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan di salah satu SMP Swasta di Tangerang kelas 8.
Hasil penelitian adalah: (1). nilai rata-rata N-Gain pada kelas yang menggunakan media alat peraga
mempunyai kriteria tinggi yaitu sebesar 0,900; pada kelas yang menggunakan multimedia interaktif
mempunyai kriteria tinggi yaitu sebesar 0,902; pada kelas yang yang menggunakan media papan
tulis mempunyai kriteria tinggi yaitu sebesar 0,767, dan (2). tidak ada perbedaan rata-rata N-Gain
antara kelas pembelajaran yang menggunakan media alat peraga, multimedia interaktif dan media
papan tulis.
Kata kunci : media alat peraga, multimedia interaktif, penguasaan konsep

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine (1). average normalized gain (N-Gain) control concept
that uses light refraction media props, interactive multimedia, and media board, and (2). presence or
absence of the average difference between the N-Gain media class that uses props, interactive
multimedia and whiteboard media. This study used an experimental method is implemented in one of
the private junior high school in the 8th grade Tangerang. The results are as follows eh: (1). the
average value of N-Gain on class that uses media props have high criteria that is equal to 0,900; upon
the class using an interactive multimedia has a high at 0.902 criteria: in a class that uses media board
has high criterion is equal to 0.767, and (2). there was no difference in the average N-Gain between
classroom learning using props media, interactive multimedia and whiteboard media.
Keywords: interactive multimedia, mastery of concepts, media props

PENDAHULUAN teknik elektronika, teknik sipil, teknik mesin,


serta banyak bidang lainnya.
Pembelajaran IPA bukan hanya
mempelajari fakta-fakta, konsep-konsep, atau Berdasarkan hasil pengamatan di salah
prinsip-prinsip saja tetapi juga melatih siswa satu SMP swasta di Tangerang banyak siswa
agar dapat melakukan proses penemuan. Oleh yang mendapatkan nilai Fisika yang rendah.
karena itu pembelajaran IPA menekankan Berdasarkan wawancara dengan beberapa
pada pemberian pengalaman langsung agar siswa diperoleh informasi bahwa Fisika
dapat memecahkan masalah yang ditemui merupakan pelajaran yang sulit dimengerti
dalam kehidupan sehari-hari melalui pola karena banyak konsep yang abstrak. Misalnya
pikir yang sistematis dengan menggunakan pada konsep cahaya sebagai gelombang
prinsip metode ilmiah. Salah satu cabang IPA elektromagnetik. Cahaya adalah fenomena
adalah Fisika. Fisika perlu dipelajari siswa alam yang dialami siswa setiap hari tetapi
karena menjadi salah satu dasar membayangkan cahaya sebagai gelombang
perkembangan teknologi seperti informatika, sangat sulit bagi siswa. Cahaya dapat

95
96 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 95-106

dibiaskan apabila melewati dua medium yang METODE


berbeda dan dapat membentuk bayangan
Penelitian ini merupakan penelitian
maya dan nyata bila dibiaskan pada lensa
kuantitatif dengan metode eksperimen.
cembung merupakan hal yang sulit bagi siswa
Bentuk desain eksperimen yang dipilih adalah
untuk dibayangkan. Media visualisasi
Quasi Experimental Design. Bentuk desain
diharapkan dapat membantu siswa memahami
Quasi Experimental yang digunakan adalah
konsep yang abstrak menjadi konsep yang
Nonequivalent Control Group Design. Pada
konkret. Selain itu media diharapkan dapat
desain ini kelompok kontrol dan kelompok
meniadakan miskonsepsi karena siswa melihat
eksperimen diobservasi terlebih dahulu
secara langsung.
dengan diberi pre-test. Observasi dilakukan
Berdasarkan fenomena di atas maka pada untuk menjamin bahwa kelompok kontrol dan
pembelajaran IPA memerlukan suatu media kelompok eksperimen sebelum mendapat
yang dapat dapat membantu siswa untuk perlakuan adalah sama. Dengan demikian jika
memvisualisasikan benda atau konsep yang hasil kelompok yang mendapatkan perlakuan
abstrak menjadi benda atau konsep yang dibandingkan dengan kelompok kontrol
konkret. Media tersebut dapat berupa alat benar-benar berbeda karena ada perbedaan
peraga yang dapat didemonstrasikan di depan perlakukan bukan perbedaan sejak awal.
kelas sehingga dapat diamati oleh siswa atau
Desain penelitian disajikan pada tabel
multimedia yang telah dilengkapi dengan
berikut:
gambar, animasi, suara, teks, dan lain
sebagainya. Tabel 1. Desain Eksperimen
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Kelompok Pre- Treatment Post-
test test
1. Mengetahui nilai rata-rata normalisasi Eksperimen 01 X1 02
gain (N-Gain) pada kelas yang Eksperimen 03 X2 04
menggunakan media alat peraga untuk Kontrol 05 X3 06
meningkatkan penguasaan konsep Keterangan :
pembiasan cahaya pada lensa cembung. O1, O3, O5 = tes tertulis (pre-test)
O2, O4, O6 = tes tertulis (post-test)
2. Mengetahui rata-rata normalisasi gain (N- X1 = penggunaan media alat peraga
Gain) pada kelas yang menggunakan X2 = penggunaan multimedia interaktif
multimedia interaktif untuk meningkatkan X3 = penggunaan media papan tulis
penguasaan konsep pembiasan cahaya
pada lensa cembung. Penelitian dilaksanakan di SMP Swasta
Tangerang pada semester II. Subyek
3. Mengetahui rata-rata normalisasi gain (N-
penelitian adalah siswa kelas 8 dengan jumlah
Gain) pada kelas yang menggunakan
siswa kelas 8.1 sebanyak 23 (duapuluh tiga)
media papan tulis untuk meningkatkan
siswa, kelas 8.2 sebanyak 23 (duapuluh tiga)
penguasaan konsep pembiasan cahaya
siswa, kelas 8.3 sebanyak 23 (duapuluh tiga)
pada lensa cembung.
siswa, dan kelas 8.4 sebanyak 22 (duapuluh
4. Mengetahui ada/tidaknya perbedaan rata- dua) siswa.
rata normalisasi gain (N-Gain) antara
Teknik sampling yang digunakan untuk
kelas yang menggunakan media alat
kelompok kontrol maupun kelompok
peraga, kelas pembelajaran yang
eksperimen tidak dipilih secara acak atau
menggunakan multimedia interaktif, dan
Nonprobability Sampling. Teknik
kelas pembelajaran yang menggunakan
pengambilan sampel yang digunakan adalah
media papan tulis untuk meningkatkan
Sampling Purposive. Variabel bebas/
penguasaan konsep pembiasan cahaya
independen dalam penelitian ini adalah
pada lensa cembung.
penggunaan multimedia interaktif dan media
alat peraga pembiasan cahaya pada lensa
cembung, sedangkan variabel terikat/
Nancy Susianna dan Emilia Hutani, Penggunaan Media Alat Peraga dan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Pembiasan Cahaya pada Siswa Kelas 8 97

dependen adalah penguasaan konsep pengetahuan yang dibangun oleh siswa


pembiasan cahaya pada lensa cembung. sebelum dan sesudah diadakan perlakuan
terhadap pembelajaran di kelas berupa pre-test
Sebelum menyusun soal tes, terlebih
dan post-test sub pokok bahasan pembiasan
dahulu dibuat kisi-kisi soal berdasarkan
cahaya pada lensa cembung pada dimensi
indikator yang akan diujikan. Instrumen yang
proses kognitif mengingat, memahami,
digunakan untuk mengukur penguasaan
menerapkan, dan menganalisis sesuai dengan
konsep siswa adalah tes obyektif berbentuk
standar kompetensi dan kompetensi dasar
pilihan ganda. Sub pokok bahasan yang
KTSP tingkat SMP. Kisi-kisi soal yang
diujikan adalah pembiasan cahaya pada lensa
digunakan sebagai instrumen dapat dilihat
cembung. Penguasaan konsep pembiasan
pada Tabel 2.
cahaya pada lensa cembung diukur dari

Tabel 2. Kisi-kisi soal


Dimensi Proses Nomor butir
Variabel Indikator Instrumen
kognitif soal
1. Siswa dapat mengidentifikasi
gambar 3 sinar istimewa Mengingat 1, 2
pembentuk bayangan pada
lensa cembung dengan tepat,
Penguasaan bila disajikan dalam bentuk
konsep gambar.
pembiasan 2. Siswa dapat memprediksi Tes obyektif
cahaya pada sifat-sifat bayangan pada lensa Memahami berbentuk 3, 4, 5, 6
lensa cembung dengan tepat, bila pilihan ganda
cembung posisi letak benda diketahui.
3. Siswa dapat menentukan
gambar pembentukan Mengaplikasikan 7, 8, 9, 10
bayangan pada lensa cembung
dengan tepat, bila disajikan
dalam bentuk gambar.
4. Siswa dapat menganalisis sifat
bayangan yang terjadi dengan Menganalisis 11, 12, 13, 14
tepat, bila jarak benda yang
diletakkan pada jarak tertentu
dari lensa cembung diketahui.

Pengujian validasi dan reliabilitas SPSS 16. Selanjutnya dilanjutkan dengan


instrumen pengukuran penguasaan konsep pengujian reliabilitas soal secara Reliabilitas
pembiasan cahaya pada lensa cembung Internal Consistency dengan pendekatan
pertama kali diujikan pada siswa kelas 9 yang single test-single trial dengan formula
berjumlah 92 (Sembilan puluh dua) siswa. Spearman-Brown (split-half) model Gasal
Penelusuran validias internal yang digunakan Genap.
adalah dengan menggunakan validitas isi
Setelah diketahui bahwa instrumen
(content validity). Validitas isi menganalisis
tersebut valid dan reliabel, maka instrumen
isi yang terkandung dalam instrumen tersebut
tersebut baru digunakan sebagai pre-test dan
telah mewakili secara representative terhadap
post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang
Pemberian perlakuan sesuai dengan penentuan
diujikan. Isi yang terkandung dalam instrumen
kelas kontrol dan kelas eksperimen
diperiksa oleh validator/konsultasi ahli.
berdasarkan pertimbangan peneliti. Perlakuan
Selain itu dilakukan pula pengujian untuk kelas 8.3 adalah pembelajarannya
validitas item. Pengujian validitas item dengan menggunakan media alat peraga
dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi pembiasan cahaya pada lensa cembung, kelas
Produk Moment Pearson dengan bantuan 8.4 pembelajarannya dengan menggunakan
98 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 95-106

multimedia interaktif, sedangkan kelas 8.1 selesai, masing-masing kelas diberikan post-
sebagai kelas kontrol, pembelajarannya tanpa test yang sama soalnya dengan pre-test.
menggunakan alat peraga ataupun multimedia Kemudian dianalisis hasilnya dengan teknik
interaktif, guru menjelaskan hanya dengan statistik deskriptif dan inferensial.
menggunakan media papan tulis dan ceramah.
Masing-masing kelas membahas sub pokok
bahasan pembiasan cahaya pada lensa
cembung dengan perbedaan media yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan. Proses pembelajaran diusahakan Data yang diperoleh dalam penelitian
tetap sama. Guru menjelaskan proses terhadap siswa kelas pembelajaran
pembiasan secara bertahap dan sistematis. menggunakan media papan tulis, media alat
Karena itu siswa dilengkapi dengan lembar peraga dan multimedia interaktif akan
“Catatan” yang harus diisi dan dilengkapi dianalisis hasil pre-test, post-test dan N Gain
selama tahapan proses pembelajaran, agar dengan teknik statistik deskriptif dan
siswa dapat diperkuat penguasaan konsep inferensial. Untuk melengkapi temuan data,
pembiasan cahaya, tidak hanya melalui peneliti juga menyebarkan angket terbuka
membaca, mendengar, melihat tetapi juga terhadap beberapa siswa kelas pembelajaran
menuliskan kembali apa yang dipelajarinya. dengan media papan tulis, media alat peraga
Setelah topik pembiasan cahaya pada lensa dan multimedia interaktif. Dengan angket
cembung ini selesai, lembar “Catatan” yang terbuka, siswa dapat menuliskan sesuai
telah dilengkapi oleh siswa dikumpulkan dengan keadaan yang dialaminya. (Riduwan
kembali dan diperiksa guru, agar guru dapat 2003).
melihat tingkat penguasaan konsep siswa.
Setelah diperiksa dan dinilai oleh guru, lembar Perolehan rata-rata skor pre-test, post-test,
“Catatan” tersebut dikembalikan kembali dan rata-rata N Gain untuk seluruh indikator
kepada siswa dan dibahas, sehingga siswa soal dari kelas pembelajaran menggunakan
dapat memperbaikinya bila terjadi kesalahan media papan tulis, alat peraga, dan
konsep. multimedia interaktif dapat dilihat pada tabel
berikut.
Setelah pembelajaran sub pokok bahasan
pembiasan cahaya pada lensa cembung ini

Tabel 3. Rata-rata post-test dan rata-rata N Gain untuk seluruh indikator kelas pembelajaran
menggunakan media papan tulis, media alat peraga dan multimedia interaktif
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Kelas Kriteria
Pre-test Post-test N Gain
Pembelajaran menggunakan 19.565 81,366 0.767 Tinggi
media papan tulis
Pembelajaran menggunakan 16.770 91,925 0,900 Tinggi
media alat peraga
Pembelajaran menggunakan 21.753 92,532 0,902 Tinggi
multimedia interaktif

Untuk melihat jumlah siswa yang mendapatkan hasil peningkatan penguasaan konsep
berkriteria tinggi, sedang atau rendah, dapat dilihat dari tabel berikut.
Nancy Susianna dan Emilia Hutani, Penggunaan Media Alat Peraga dan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Pembiasan Cahaya pada Siswa Kelas 8 99

Tabel 4. Rekapitulasi jumlah siswa memperoleh N Gain kriteria tinggi, sedang dan rendah
untuk seluruh indikator kelas pembelajaran dengan media papan tulis,
media alat peraga dan multimedia interaktif
Total Jumlah siswa
Kelas siswa Kriteria Kriteria Kriteria
(N) tinggi sedang rendah
Pembelajaran dengan media papan 23 16 7 0
tulis
Pembelajaran dengan media alat 23 21 2 0
peraga
Pembelajaran dengan multimedia 22 22 0 0
interaktif

1. Penggunaan Media Alat Peraga bayangan dan proses pembiasan cahaya pada
lensa cembung, bisa melihat secara nyata
Berdasarkan data Tabel 3. dapat dilihat
bukan hanya teori. Gambar nyata yang dilihat
bahwa nilai rata-rata post-test kelas
sangat jelas dan bisa dilihat secara langsung
pembelajaran menggunakan media alat peraga
apalagi bila diberi penjelasan yang mudah
mengalami peningkatan yang tinggi
dipahami. Dengan alat peraga penjelasan guru
dibandingkan nilai rata-rata pre-test. Hal ini
tidak panjang lebar dan tidak membosankan
terlihat dari nilai rata-rata N Gain memperoleh
ataupun memusingkan, karena semuanya
kriteria tinggi. Berarti pembelajaran yang
langsung dapat dilihat dengan lebih nyata,
dilakukan oleh siswa dengan menggunakan
lebih menarik dan mudah diserap oleh otak.
media alat peraga dapat digunakan untuk
Pembelajaran Fisika dengan cara
meningkatkan penguasaan konsep siswa
mendemonstrasikan atau mempraktekkan alat
khususnya ketika mempelajari pembiasan
peraga yang menarik dan bagus membuat
cahaya pada lensa cembung. Penggunaan
siswa jadi lebih ingin tahu, sehingga lebih
media alat peraga sangat membantu siswa
memperhatikan pelajaran dan lebih
untuk memahami konsep dengan baik. Hal ini
konsentrasi dalam belajar. Alat peraga dapat
disebabkan karena media tersebut dapat
membuat pembelajaran jadi lebih seru, tidak
membantu siswa untuk memvisualisasikan
membosankan, tidak monoton/kaku, dan cara
benda atau konsep yang abstrak menjadi
belajarnya berbeda dari biasanya, akibatnya
benda atau konsep yang konkret dan dapat
dapat menimbulkan motivasi belajar. Siswa
dilihat atau dibayangkan oleh siswa dengan
lebih tahu secara konkret, melihat aplikasinya
mudah.
dalam kehidupan, dan tidak hanya sekedar
Untuk melengkapi hasil temuan data, menghafal tetapi memahami, pembelajaran-
disebarkan angket terbuka kepada 15 siswa nya menjadi lebih bermakna.
dari kelas pembelajaran menggunakan media
Media alat peraga termasuk media visual
alat peraga pembiasan cahaya pada lensa
yang memiliki empat fungsi yaitu: fungsi
cembung, yaitu 13 siswa yang memiliki nilai
atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan
N Gain tinggi dan 2 siswa yang memiliki
fungsi kompensatoris seperti dikemukakan
nilai N Gain sedang.
oleh Levie dan Lentz (dalam Arsyad 2004).
Berdasarkan hasil angket terbuka dengan Dalam fungsi atensi, media alat peraga dapat
siswa kelas pembelajaran menggunakan menarik dan mengarahkan perhatian siswa
media alat peraga, dapat disimpulkan sebagai untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
berikut pembelajaran dengan menggunakan Fungsi afektif dari media alat peraga dapat
alat peraga dapat membuat siswa memahami diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa
dan menguasai konsep lebih baik lagi. Alat ketika belajar (membaca) teks bergambar.
peraga sangat memudahkan mereka Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat
menangkap konsep yang dipelajari. Karena menggugah emosi dan sikap siswa.
dengan alat peraga, siswa mudah Berdasarkan temuan-temuan penelitian
membayangkan, dapat melihat contoh diungkapkan bahwa fungsi kognitif media alat
100 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 95-106

peraga melalui gambar atau lambang visual mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang
dapat mempercepat pencapaian tujuan lebih hidup, yang akhirnya dapat
pembelajaran untuk memahami dan meningkatkan penguasaan konsep siswa
mengingat pesan/informasi yang terkandung terhadap materi ajar.
dalam gambar atau lambang visual tersebut.
Fungsi kompensatoris media alat peraga
adalah memberikan konteks kepada siswa 2. Penggunaan Multimedia Interaktif
yang kemampuannya lemah dalam Berdasarkan data Tabel 3. menunjukkan
mengorganisasikan dan mengingat kembali bahwa nilai rata-rata post-test kelas
informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa pembelajaran menggunakan multimedia
media alat peraga ini berfungsi untuk interaktif mengalami peningkatan yang tinggi
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dibandingkan nilai rata-rata pre-test. Hal ini
dalam menerima dan memahami isi pelajaran terlihat dari nilai rata-rata N Gain memperoleh
yang disajikan dalam bentuk teks kriteria tinggi. Berarti pembelajaran yang
(disampaikan secara verbal). dilakukan oleh siswa dengan menggunakan
Manfaat media alat peraga sebagai media multimedia interaktif dapat digunakan untuk
pembelajaran seperti yang dikemukanan oleh meningkatkan penguasaan konsep siswa
Sudjana dan Rivai (2001), yaitu: (i) dapat khususnya ketika mempelajari pembiasan
menumbuhkan motivasi belajar siswa karena cahaya pada lensa cembung. Penggunaan
pembelajaran akan lebih menarik perhatian mutimedia interaktif sangat membantu siswa
mereka; (ii) makna bahan pembelajaran akan untuk memahami konsep dengan baik. Hal ini
menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami disebabkan karena melalui animasi yang
siswa dan memungkinkan terjadinya interaktif, gambar-gambar yang menarik,
penguasaan serta pencapaian tujuan dapat membantu siswa untuk
pembelajaran; (iii) metode mengajar akan memvisualisasikan benda atau konsep yang
lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan abstrak menjadi benda atau konsep yang
atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan konkret dan dapat dilihat atau dibayangkan
(iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas oleh siswa dengan mudah. Gabungan
selama kegiatan belajar, tidak hanya beberapa media yang digunakan dalam
mendengarkan tetapi juga mengamati, multimedia interaktif ini membuat seperti
mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan peristiwa nyata dan menarik perhatian siswa.
bertanya. Untuk melengkapi hasil temuan data,
Berdasarkan atas beberapa fungsi media disebarkan angket terbuka kepada 15 siswa
pembelajaran yang dikemukakan di atas, dari kelas pembelajaran menggunakan
maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif. Berdasarkan hasil
media alat peraga dalam kegiatan belajar angket terbuka siswa kelas pembelajaran
mengajar memiliki pengaruh yang besar menggunakan multimedia interaktif, dapat
terhadap alat-alat indera. Terhadap disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat menggunakan multimedia interaktif dapat
dikemukakan bahwa dengan penggunaan membuat siswa memahami dan menguasai
media alat peraga akan lebih menjamin siswa konsep lebih baik lagi. Gambar-gambar yang
menguasai konsep pembelajaran menjadi menarik dan interaktif sangat memudahkan
lebih baik. Siswa yang belajar lewat mereka menangkap konsep yang dipelajari.
mendengarkan saja akan berbeda tingkat Karena dengan bantuan gambar-gambar dan
pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, animasi yang menarik dan interaktif, siswa
dibandingkan dengan siswa yang belajar lewat mudah membayangkan, dapat melihat contoh
melihat atau sekaligus mendengarkan dan bayangan dan proses pembiasan cahaya pada
melihat. Media alat peraga juga mampu lensa cembung. Gambar yang ditampilkan
membangkitkan dan membawa siswa ke terlihat seperti nyata dan penjelasan narasi
dalam suasana rasa senang dan gembira, di dan teks yang disajikan mudah untuk
mana ada keterlibatan emosional dan mental. dipahami. Gambar-gambar dan animasi yang
Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat menarik dan interaktif tersebut dapat
Nancy Susianna dan Emilia Hutani, Penggunaan Media Alat Peraga dan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Pembiasan Cahaya pada Siswa Kelas 8 101

membuat mereka lebih konsentrasi, karena nalar dapat dikemukakan bahwa dengan
membuat mereka memperhatikan pelajaran. penggunaan multimedia interaktif ini akan
Pelajaran menjadi menarik, dan tidak lebih menjamin siswa menguasai konsep
membosankan, karena cara belajarnya berbeda pembelajaran menjadi lebih baik. Siswa yang
dari biasanya, akibatnya dapat menimbulkan belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda
motivasi belajar. Dengan gambar-gambar dan tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan”
animasi yang menarik, penjelasan guru tidak bertahan, dibandingkan dengan siswa yang
panjang lebar dan tidak membosankan belajar lewat melihat atau sekaligus
ataupun memusingkan, karena semuanya mendengarkan dan melihat. Multimedia
langsung dapat dilihat, dan mudah diserap interaktif juga mampu membangkitkan dan
oleh otak. Pembelajaran Fisika dengan membawa siswa ke dalam suasana rasa
multimedia interaktif membuat siswa jadi senang dan gembira, di mana ada keterlibatan
lebih ingin tahu, lebih memperhatikan emosional dan mental. Tentu hal ini
pelajaran karena gambar-gambar yang berpengaruh terhadap semangat mereka
ditampilkan menarik dan bagus, pembelajaran belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih
jadi lebih seru, tidak membosankan, tidak hidup, yang akhirnya dapat meningkatkan
monoton/kaku. penguasaan konsep siswa terhadap materi
ajar.
Penggunaan multimedia interaktif erat
kaitannya dengan tahapan berpikir manusia
yaitu dimulai dari berpikir konkret menuju
3. Penggunaan Media Papan Tulis
berpikir abstrak, sebab melalui media tersebut
hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan Deskripsi data pada tabel 3.
hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. menunjukkan bahwa nilai rata-rata post-test
kelas pembelajaran menggunakan media
Dalam proses belajar mengajar sebaiknya
papan tulis mengalami peningkatan yang
diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang
tinggi dibandingkan nilai rata-rata pre-test.
melibatkan semua alat indera siswa. Semakin
Hal ini terlihat dari nilai rata-rata N Gain
banyak alat indera yang terlibat untuk
memperoleh kriteria tinggi. Berarti
menerima dan mengolah informasi (isi
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
pelajaran), semakin besar kemungkinan isi
dengan menggunakan media papan tulis untuk
pelajaran tersebut dapat dimengerti dan
meningkatkan penguasaan konsep siswa
dipertahankan dalam ingatan siswa. Jadi agar
khususnya ketika mempelajari pembiasan
pesan-pesan dalam materi yang disajikan
cahaya pada lensa cembung. Penggunaan
dapat diterima dengan mudah (atau
media papan tulis dapat membantu siswa
pembelajaran berhasil dengan baik), maka
untuk memahami konsep dengan baik.
guru harus berupaya menampilkan stimulus
yang dapat diproses dengan berbagai indera Hasil angket terbuka yang disebarkan
siswa. Dalam kondisi ini, multimedia kepada 15 siswa dari kelas pembelajaran
interaktif yang digunakan memiliki posisi menggunakan media papan tulis, yaitu 10
sebagai alat bantu dalam kegiatan orang yang memperoleh nilai N Gain
pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi berkriteria tinggi dan 5 orang siswa yang
guru (teaching aids) untuk menangkap, memperoleh nilai N Gain berkriteria sedang.
memproses, dan menyusun kembali informasi Berdasarkan hasil angket terbuka siswa kelas
visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam pembelajaran menggunakan media papan tulis,
mengajar, multimedia interaktif dapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
memberikan pengalaman kongkret. dengan menggunakan media papan tulis dapat
membuat siswa memahami dan menguasai
Berdasarkan atas beberapa manfaat yang
konsep lebih baik lagi. Walaupun hasil
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
peningkatan penguasaan konsep memiliki
bahwa penggunaan multimedia interaktif
nilai rata-rata N Gain yang lebih kecil dari
dalam kegiatan belajar mengajar memiliki
hasil peningkatan penguasaan konsep
pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera.
menggunakan media alat peraga dan
Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara
multimedia interaktif, tetapi rata-rata N Gain
102 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 95-106

dengan pembelajaran menggunakan media 4. Perbedaan rata-rata N Gain untuk Kelas


papan tulis memiliki kriteria tinggi. Pembelajaran Menggunakan Media
Papan Tulis, Media Alat Peraga dan
Hasil temuan data dan hasil angket
Multimedia Interaktif.
terbuka yang diberikan kepada beberapa siswa
ditemukan bahwa peningkatan penguasaan Perbedaan rata-rata N Gain untuk kelas
konsep menjadi tinggi karena proses pembelajaran menggunakan media papan tulis,
pembelajaran yang dilakukan secara bertahap media alat peraga dan multimedia interaktif
dan sistematis. Semua siswa yang menuliskan dianalisis dengan statistik deskriptif dan
dalam angket terbuka tersebut menyatakan inferensial. Untuk mengetahui apakah
bahwa mereka memahami konsep pembiasan peningkatan penguasaan konsep pembiasan
cahaya pada lensa cembung ini dengan cahaya pada lensa cembung terjadi secara
mudah, karena guru mengajarkan konsep ini signifikan, digunakan uji statistik inferensial
dengan jelas, secara rinci, lengkap, bahannya dengan statistik parametris dan nonparametris.
tidak terlalu banyak, pembahasannya
Hasil analisis dengan menggunakan
sederhana dan diajarkan secara berulang-
statistik inferensial non parametrik dengan
ulang sehingga apa yang dipelajari meresap ke
menggunakan uji Kruskal Wallis pada
dalam otak.
keadaan awal siswa dengan menggunakan
Lembar “catatan” yang diberikan kepada nilai rapot siswa kelas 8 semester I dan nilai
siswa sangat membantu mereka memahami rata-rata pre-test terlihat bahwa tidak terdapat
konsep pembiasan cahaya pada lensa perbedaan keadaan awal siswa pada kelas
cembung dengan baik. Hal itu disebabkan pembelajaran dengan menggunakan media
catatan yang diberikan tersebut disusun secara papan tulis, media alat peraga dan multimedia
bertahap, sistematis, rinci, sederhana, lengkap, interaktif. Artinya semua siswa memiliki
banyak contoh soal dan mudah untuk keadaan awal yang sama sebelum siswa
dimengerti. Lembar catatan yang diberikan mengikuti pembelajaran menggunakan media
membuat siswa lebih memperhatikan papan tulis, media alat peraga dan multimedia
pelajaran, karena ada bagian-bagian yang interaktif. Kalaupun setelah siswa mengikuti
harus diisi dan dilengkapi dengan benar. pembelajaran dengan menggunakan media
Siswa terbantu ketika akan melengkapi bagian papan tulis, media alat peraga dan multimedia
yang kosong karena terdapat penjelasannya interaktif terjadi perbedaaan hasil penguasaan
yang menuntun mereka untuk dapat menjawab konsep, hal ini bukan disebabkan karena
dengan benar. perbedaan keadaan awalnya tetapi karena
pembelajaran yang dialaminya.
Proses pembelajaran yang dilakukan di
kelas ini telah sesuai dengan tahapan proses Penguasaan konsep merupakan
pengolahan informasi seperti yang kemampuan siswa dalam memahami konsep-
dikemukakan oleh Djiwandono (2002). konsep setelah kegiatan pembelajaran.
Akibatnya siswa tidak mengalami kesulitan Keberhasilan suatu pembelajaran diukur
dalam memahami konsep yang diajarkan dan berdasarkan perbedaan tingkat berpikir
memanggilnya kembali ketika dibutuhkan. sebelum dan sesudah memperoleh
Proses yang dilakukan secara bertahap dan pengalaman belajar. Dengan kata lain hasil
sistematis agar informasi yang masuk dapat post-test harus lebih tinggi dari pada hasil pre-
disimpan di ingatan jangka panjang dan test. Bila hasil rata-rata post-test lebih tinggi
penyimpanan informasi dapat dilakukan dari pada hasil rata-rata pre-test berarti terjadi
tertata rapi, sehingga memudahkan dalam peningkatan dalam penguasaan konsep. Dari
proses pemanggilan informasi tersebut hasil analisis dengan menggunakan statistik
kembali. Penggunaan media papan tulis deskriptif pada pembahasan sebelumnya,
menjadi alat bantu guru untuk memperjelas terlihat peningkatan penguasaan konsep. Hasil
bahan pembelajaran. rata-rata post-test lebih tinggi dari pada rata-
rata pre-test pada kelas pembelajaran
menggunakan media papan tulis, media alat
peraga dan multimedia interaktif.
Nancy Susianna dan Emilia Hutani, Penggunaan Media Alat Peraga dan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Pembiasan Cahaya pada Siswa Kelas 8 103

Untuk mengetahui peningkatan di atas 0,05 yaitu 0,090, maka H0 diterima.


penguasaan konsep dari penggunaan media Artinya tidak terdapat perbedaan nilai rata-
yang berbeda, maka diuji perbedaan nilai rata- rata N gain pada ketiga kelas pembelajaran
rata N Gain untuk kelas dengan pembelajaran dengan menggunakan media papan tulis,
menggunakan media papan tulis, media alat media alat peraga dan multimedia interaktif.
peraga dan multimedia interaktif. Peningkatan
Hasil analisis dengan uji Kruskal Wallis
penguasaan konsep siswa dapat dilihat dari
terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nilai
peningkatan rata-rata post-test dari rata-rata
rata-rata N gain pada ketiga kelas
pre-test, dengan menggunakan rata-rata N
pembelajaran dengan menggunakan media
Gain. Normalisasi gain (N-Gain) adalah gain
papan tulis, media alat peraga dan multimedia
yang ternomalisasi yang dikembangkan oleh
interaktif. Berarti penggunaan ketiga media
Hake (1998) dengan membandingkan selisih
tersebut dapat memberikan peningkatan
antara nilai post-test dan pre-test dengan
penguasaan konsep yang sama.
selisih nilai maksimum yang dapat diperoleh
dan pre-test. Hasil rata-rata post-test dan rata- Media pembelajaran merupakan suatu
rata N Gain untuk tiap-tiap kelas dapat dilihat alat dan sarana untuk mencapai tujuan
pada tabel 3. pembelajaran. Melihat manfaat yang telah
disebutkan di atas, kedudukan media
Sebelum melakukan uji parametrik atau
pembelajaran adalah sebagai salah satu
non parametrik pertama kali dilakukan uji
komponen untuk mempertinggi proses
normalitas dan homogenitas. Hasil uji
interaksi guru dan siswa serta siswa dengan
normalitas dan homogenitas menunjukkan
lingkungan belajarnya. Melalui penggunaan
bahwa data tidak berdistribusi normal dan
media pembelajaran ini kualitas proses belajar
homogen. Dengan demikian, untuk melihat
mengajar dapat ditingkatkan, dengan
hasil perbedaan N Gain untuk kelas
demikian dapat mempertinggi hasil belajar
pembelajaran dengan media papan tulis,
siswa dan penguasaan konsep siswa.
media alat peraga, dan multimedia interaktif
secara signifikan dilakukan uji Kruskal Wallis. Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan
bahwa nilai rata-rata post-test dan N Gain
Dugaan terjadinya perbedaan nilai rata-
terbaik adalah dengan menggunakan
rata N Gain adalah :
multimedia interaktif kemudian menggunakan
H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata N media alat peraga, dan terakhir menggunakan
Gain pada kelas pembelajaran media papan tulis. Tetapi dengan uji statistik
menggunakan media papan tulis, media inferensial non parametrik untuk melihat
alat peraga dan multimedia interaktif. apakah ada perbedaan rata-rata N Gain
dengan menggunakan tiga media yang
H1 : Terdapat perbedaan nilai rata-rata N Gain
berbeda menghasilkan kesimpulan tidak ada
pada kelas pembelajaran
perbedaan rata-rata N Gain pada kelas
menggunakan media papan tulis, media
pembelajaran menggunakan media papan tulis,
alat peraga dan multimedia interaktif.
media alat peraga dan multimedia interaktif.
Kriteria pengambilan keputusan ditetapkan Dengan demikian, penggunaan media tersebut
sebagai berikut : dapat meningkatkan hasil belajar atau
H0 : diterima, jika probabilitas > 0,05 penguasaan konsep siswa.

H0 : ditolak, jika probabilitas < 0,05 Penggunaan media merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan penguasaan
Perbedaan nilai rata-rata N Gain antara konsep siswa, selain itu diperlukan proses
kelas pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang baik dan sistematis serta
papan tulis, media alat peraga dan multimedia bertahap sesuai dengan taraf proses
interaktif dianalisis dengan menggunakan Uji pengolahan informasi pada otak manusia.
Kruskal Wallis. Lembar catatan yang sistematis, sederhana,
Nilai probabilitas yang diperoleh bahan yang tidak terlalu banyak, dan harus
(asymptotic significance/asymp. Sig) bernilai diisi dan dilengkapi siswa selama proses
pembelajaran dapat membantu siswa untuk
104 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 95-106

menyimak pelajaran lebih sungguh-sungguh. multimedia interaktif, dan kelas


Catatan yang diperiksa oleh guru dan diberi pembelajaran yang menggunakan media
nilai memberi motivasi ekstrinsik siswa untuk papan tulis.
lebih memperhatikan pelajaran. Catatan yang
Penggunaan media dalam pembelajaran
telah diperiksa kemudian dibahas dapat
merupakan salah satu komponen yang dapat
menghindari miskonsepsi siswa, sehingga
meningkatkan proses belajar mengajar,
siswa dapat memahami konsep yang telah
dengan demikian dapat mempertinggi hasil
dipelajari lebih baik lagi.
belajar siswa dan penguasaan konsep siswa.
Penggunaan media papan tulis sebagai Karena itu pemilihan penggunaan media yang
media yang umum digunakan dalam tepat dan efektif perlu dilakukan dalam
pembelajaran klasikal atau konvensional dapat mempersiapkan kegiatan belajar agar
meningkatkan hasil belajar dengan kriteria N pembelajaran menjadi lebih bermakna. Guru
Gain yang tinggi seperti halnya dengan perlu mengetahui cara menggunakan media
menggunakan media alat peraga dan tersebut dengan tepat dan didukung dengan
multimedia interaktif. Yang terpenting guru proses pembelajaran yang benar. Bahan
dapat menggunakan media papan tulis itu pembelajaran tidak perlu terlalu banyak agar
dengan sebaik-baiknya dan melakukan proses siswa dapat dengan mudah mengingat materi
pembelajaran yang benar. yang telah diajarkan, disertai dengan aplikasi
dan penerapannya. Siswa diharapkan
melakukan proses berpikir dari tingkat
KESIMPULAN DAN SARAN sederhana menuju ke tingkat kompleks dan
Mengacu pada permasalahan penelitian materi ajar dimulai dari konsep yang konkret
serta temuan dan pembahasan sebagaimana ke abstrak.
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka Melihat banyaknya kekurangan dan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran
1. nilai rata-rata normalisasi gain (N-Gain) yang dapat diberikan untuk penelitian lanjutan
pada kelas pembelajaran yang adalah perbanyak jumlah sampel penelitian
menggunakan media alat peraga untuk (di atas 30) untuk tiap kelas pembelajaran
meningkatkan penguasaan konsep agar hasil penelitian dapat lebih akurat. Waktu
pembiasan cahaya pada lensa cembung penelitian lebih lama dan perluas topik
mempunyai kriteria tinggi yaitu sebesar pembelajaran serta lengkapi teknis analisis
0,900. instrumen penelitian dengan menghitung daya
pembeda, tingkat kesukaran dan fungsi
2. nilai rata-rata normalisasi gain (N-Gain) distraktor agar dapat menjadi instrumen yang
pada kelas pembelajaran yang baik untuk mengukur peningkatan penguasaan
menggunakan multimedia interaktif konsep. Kembangkan media yang efektif
untuk meningkatkan penguasaan konsep untuk meningkatkan penguasaan konsep
pembiasan cahaya pada lensa cembung siswa, dengan melibatkan variabel moderator
mempunyai kriteria tinggi yaitu sebesar lain, seperti IQ, sikap, motivasi, gaya belajar,
0,902. minat dan lain-lain, sehingga dapat melihat
3. nilai rata-rata normalisasi gain (N-Gain) faktor-faktor apa saja yang memberikan
pada kelas yang pembelajaran yang distribusi dalam peningkatan penguasaan
menggunakan media papan tulis untuk konsep siswa pada pembelajaran Fisika.
meningkatkan penguasaan konsep
pembiasan cahaya pada lensa cembung
mempunyai kriteria tinggi yaitu sebesar DAFTAR PUSTAKA
0,767. Alexander. Efektivitas Penggunaan Media
4. tidak ada perbedaan rata-rata normalisasi Software Pesona Fisika dalam
gain (N-Gain) antara kelas pembelajaran Pembelajaran Fisika di SMA Santa
yang menggunakan media alat peraga, Ursula BSD. Tesis Magister. Jakarta:
kelas pembelajaran yang menggunakan Universitas Pelita Harapan, 2006.
Nancy Susianna dan Emilia Hutani, Penggunaan Media Alat Peraga dan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Pembiasan Cahaya pada Siswa Kelas 8 105

Ali, Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Discover The Joy in Learning. “Pesona Edu”.
Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Available from
Algensindo, 2000. http://www.pesonaedu.com/produk.php;
Internet; accessed 21 May 2012.
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi
Persada, 2003. Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2002.
Anderson, Lorin W. [Editor] and David R.
Krathwohl [Editor]. A taxonomy for Duffy, J.L., McDonald, J.B., & Mizell, A.P.
learning, teaching, and assessing: a Teaching and Learning with Technology.
revision of Bloom’s taxonomy of Boston: Pearson Education, Inc., 2003.
educational objectives. New York:
Erman, Suherman dan Winataputra, Udin S.
Longman, 2001.
Strategi Belajar Mengajar Matema-
Anitah, Sri. Media Pembelajaran. Surakarta:
tika. Jakarta: Depdiknas, 1994.
Yuma Pressindo, 2010.
Gulö, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT
Ariani, Niken dan Dany Haryanto.
Grasindo, 2002.
Pembelajaran Multimedia di Sekolah .
Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Hae-Richard, R. “Interactive-Engagement
Konstruktif, dan Prospektif. Jakarta: PT Methods in Introductory Mechanics
Prestasi Pustakaraya, 2010. Courses”. Journal of Physics Education
Research 66 (January 1998): 1-2.
Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009. Mayer, R.E., & Wittrock, M.C. Problem-
solving transfer. In D.C. Berliner & R.C.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian,
Calfee (Eds.), Handbook of educational
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
psychology. New York: Macmillan,
PT.Rineka Cipta, 2006.
1996.
Arsyad, A. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.
Pagunanto dan Joko Sefan. “Penggunaan Alat
Raja Grafindo Persada, 2004.
Peraga Multyboard untuk Meningkatkan
BSNP. Pengembangan Penilaian. Jakarta : Hasil Belajar IPA-Fisika pada siswa
Depdiknas, 2006. kelas VIII A di SMP Negeri 5 Demak
Tahun Pelajaran 2008/2009”, JP2F,
Criticos, C. Media selection. Plomp, T & Ely,
Volume 1 Nomor 1 April 2010. [e-
D.P (Eds): International Encyclopedia of
journal]
Educational Technology, 2nd ed. UK:
http://www.google.com/search?sourceid=
Cambridge University Press. pp. 182 –
navclient&aq=f&oq=PENGGUNAAN+
185, 1996.
ALAT+PERAGA+UNTUK+MENINGK
Dahar, R.W. Aneka Wacana Pendidikan Ilmu ATKAN+HASIL+BELAJAR+FISIKA&
Pengetahuan Alam. Bandung, 2003. ie=UTF-
Darhim. Media dan Sumber Belajar 8&rlz=1T4RNRN_enID442ID442&q=P
Matematika. Jakarta: Karunika ENGGUNAAN+ALAT+PERAGA+UN
Universitas Terbuka, 1986. TUK+MENINGKATKAN+HASIL+BE
LAJAR+FISIKA&gs_upl=0l0l0l13531lll
Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi llllllll0&aqi=g-K1 (accessed 15 April
Mata Pelajaran IPA untuk Sekolah 2012).
Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), 2004. Prasetyo, Eko Budi. “Peran Ilustrasi Visual
dalam Pembelajaran”. Available from
Direktorat Sarana Pendidikan. Pedoman http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pe
Pembuatan Alat Peraga Kimia ran%20ilustrasi%20Visual0. pdf;
Sederhana untuk SMA. Jakarta: Internet; accessed 2 Mei 2012.
Depdikbud, 2004.
106 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 95-106

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel- Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan.


variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
2003. R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.
Rohadi, Aristo. Media Pembelajaran. Jakarta: Sumaya. Penguasaan Konsep dalam
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Pembelajaran Pakem. Available from
http://
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., &
Rahadjito. Media Pendidikan: www.google.co.id/#hl=id&q=Penguasaa
Pengertian,Pengembangan dan n+konsetp,html; Internet; accesed 10
Pemanfaatannya. Jakarta: Penerbit CV. April 2012.
Rajawali, 1996
Suryanto, Dedy. Pengaruh Penggunaan Alat
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Peraga untuk Mengajarkan Konsep
Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT Elex Matematika terhadapa Hasil Belajar:
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Studi Kasus pada Kelas II I SLTP Swasta
2008. Lippo Karawaci Tangerang. Tesis
Magister. Jakarta: Universitas Pelita
Smith, Mark K., dkk. Teori Pembelajaran dan
Harapan, 2004.
Pengajaran: Mengukur Kesuksesan Anda
dalam Proses Belajar dan Mengajar Wirasti, Murti Kusuma. Komunikasi Visual.
Bersama Psikolog Pendidikan Dunia. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Jogjakarta: Mirza Media Pustaka, 2010. IKIP Yogyakarta, 1999.
Software Pendidikan PesonaEdu. Home page Yuliati, Lia. Pemerdayaan Alat Peraga IPA
on-line. Available from dengan Mengimplementasikan Model
http://online.PesonaEdu.com; Internet; Konstruktivis untuk Meningkatkan
accessed 19 Mei 2012. Pemahaman Konsep Optik pada Siswa
SMA. Prosiding Semnas, 2005.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media
Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Yusup, Pawit M. Komunikasi Pendidikan dan
Algensindo, 2001. Komunikasi Instruksional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1990.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002.

Anda mungkin juga menyukai