Anda di halaman 1dari 6

RADIOTERAPI EMERGENSI

Indikasi utama adalah penghilang rasa sakit (terutama nyeri tulang), kontrol perdarahan,
fungi dan ulserasi, dyspnea, penyumbatan saluran pernafasan. Selain itu, peran penting dalam
tiga keadaan darurat onkologis, yaitu:
1. Obstruksi vena kava superior
Sindrom vena cava superior dalah kondisi medis yang terjadi Ketika vena cava
superior, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah dari kepala, leher dan
lengan ke jantung, terhalang atau tertekan. Biasanya disebabkan oleh pertumbuhan
tumor atau pembesaran kelenjar getah bening yang menekan atau menyumbat VCS.
Gejalanya wajah bengkak, lengak sakit, nyeri kulit, kulit kemerahan, sensasi
terbakar atau kesemutan di lengan atau wajah.
2. Kompresi sumsum tulang belakang
3. Peningkatan tekanan intrakranial karena metastasis serebral.
Dosis dan jadwal yang berlaku termasuk 500cGy / fraksi, 800cGy / fraksi, 20Gy dalam 5
fraksi, 30 Gy dalam 10 fraksi dan 40Gy dalam 20 fraksi (23).
Radioterapi emergensi pada kanker biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami gejala-
gejala yang mengancam jiwa akibat komplikasi kanker yang parah, seperti pendarahan yang
tidak terkontrol atau sumbatan usus atau saluran kemih yang menyebabkan nyeri hebat atau
muntah-muntah.
Contoh kasus di mana radioterapi emergensi dapat dilakukan pada pasien kanker meliputi:
1. Pasien dengan tumor otak yang menyebabkan tekanan intrakranial yang tinggi dan
mengancam jiwa. Radioterapi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan
mengurangi tekanan pada otak.
2. Pasien dengan kanker esofagus yang menyebabkan sumbatan usus atau kesulitan
menelan. Radioterapi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan membuka
kembali saluran usus atau esofagus.
3. Pasien dengan kanker paru-paru yang menyebabkan pendarahan yang berat dan
mengancam jiwa. Radioterapi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan
menghentikan pendarahan.
4. Pasien dengan kanker serviks yang menyebabkan sumbatan saluran kemih atau usus.
Radioterapi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan membuka kembali
saluran kemih atau usus.
Namun, penting untuk dicatat bahwa radioterapi emergensi pada kanker hanya dilakukan
pada kasus-kasus yang benar-benar memerlukannya, dan keputusan untuk melakukan
tindakan tersebut harus dilakukan oleh tim medis yang terlatih dan berpengalaman dalam
menangani kasus kanker.

TUJUAN RADIOTERAPI
1. Terapi Kuratif
Bertujuan menyembuhkan kanker dengan resiko besar seperti terapi operatif. Dalam
memilih terapi cara ini diperlukan pengertian dari radiosensitivitas tumor, kemungkinan
penyebaran radiasi, dosis radiasi minimal yang dapat membunuh tumor dan margin of safety
yang pada umumnya diberikan dosis berkisar 4500-6000 rad dan diberikan selama 4-6
minggu.
Indikasi radioterapi kuratif :
1. Untuk tumor yang dibatasi letak anatomi serta retina, nervus optikus, otak, spinal
cord, kulit, rongga mulut, faring, laring, esofagus, vagina, serviks, prostat dan sistem
retikuloendotelial (Hodkin Lymphoma stadium I, II dan III)
2. Dikombinasi dengan terapi bedah untuk tumor yang berekstensi di kepala dan leher,
kanker paru, uterus, payudara, ovarium, buli-buli, testis, rektum, sarcoma jaringan
lunak dan tumor primer tulang. Terapi bedah dilakukan setelah radiasi selesai
sampai 4-6 minggu, sedangkan untuk bedah dilakukan 3-4 minggu pasca operasi.
3. Sebagai radioterapi adjuvant pada kemoterapi untuk beberapa pasien dengan
limfoma, kanker paru-paru dan pada anak-anak (Neuroblastoma)
4. Wilm's tumor
5. Untuk pasien yang menolak operasi.
2. Terapi Paliatif
Bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala seperti rasa nyeri, perdarahan, gangguan
menelan, obstruksi saluran cerna. Biasanya diterapkan pada tumor yang sudah inkurabel,
rekurensi atau metastase dari tumor.
Indikasi radioterapi paliatif :
1. Untuk tumor lanjut yang radioresponsif dan inoperable
2. Ulkus yang besar dan berbau
3. Metastase pada tulang untuk mengurangi nyeri dan mencegah fraktur
4. Mengatasi obstruksi
SYARAT-SYARAT RADIOTERAPI
Penderita dalam keadaan umum yang baik disertai dengan nilai :
1. Hb penderita lebih dari 10 gr%
2. Trombosit lebih dari 100.000/mm kubik
3. Test fungsi hati dalam batas normal

SINAR UNTUK RADIOTERAPI


1. Sinar Alfa adalah sinar korpuskuler atau partikel dari inti atom. Inti atom itu terdiri dari
proton dan neutron. Sinar alfa ini tidak menembus kulit dan tidak banyak digunakan
dalam radioterapi. Keuntungan sinar alfa ini tidak dipengaruhi oleh oksigenisasi dalam
tumor.
2. Sinar Beta adalah sinar yang dipancarkan oleh zat radioaktf yang mempunyai energi
rendah. Daya tembusnya ada kulit terbatas, 3-5 mm. Digunakan untuk terapi lesi yang
superficial. Isotop yangmemancarkan sinar beta ialah phosphor, iodium.
3. Sinar Gamma adalah sinar elektromagnetik atau photon. Sinar ini dapat menembus
tubuh. Daya tembusnya tergantung dari besarnya energi yang menimbulkan sinar itu.
Semakin tinggi energinya semakin besar daya tembusnya dan makin dalam letak dosis
maksimalnya.

INDIKASI RADIOTERAPI
1. Terapi primer (utama) diberikan pada kasus-kasus :
 Kanker yang radiosensitif
 Kanker yang operasinya sangat sukar/resiko sangat tinggi bila dilakukan
pembedahan, seperti: orang yang sangat tua, dengan penyakit penyerta yang berat,
karsinoma nasofaring.
 Kanker yang inoperable: Kanker otak, Ca. Mammae, Ca. Servik, Ca. Paru
 Pasien yang menolak dilakukan pembedahan dapat dipertimbangkan radioterapi
2. Terapi adjuvant (tambahan) pada
Tambahan untuk operasi Radiasi pra bedah : pada tumor yang operabilitasnya
diragukan dan tumor yang sangat besar dan sukar operasinya. Tujuannya :
 Mengecilkan masa tumor dan mengurangi jumlah sel tumor
 Mengurangi penyebaran sel-sel tumor ke luka eksisi operasi dan ke dalam aliran
darah.
Radiasi pasca bedah : pembersihan tumor secara bedah yang tidak komplit dan tidak
dilakukan radiasi pra bedah. Lapangan penyinaran harus mencakup lokasi tumor
termasuk tepi yang masih mengandung tumor secara mikroskopik, drainage kelenjar,
tempat yang dipertimbangkan resiko penyebaran. Dapat diberikan setelah luka operasi
menyembuh, yaitu 1-2 minggu setelah operasi. Dari beberapa penelitian radiasi post
operatif menggunakan dosis bervariasi antara 40-60 Gy.
3. Tambahan pada kemoterapi
Contoh seperti adanya metastase pada tulang. Pada terapi kombinasi dimana
kemoterapi untuk penyebaran kanker, radioterapi untuk lesi lokalnya.
4. Tambahan pada imunoterapi
Pada immunoglobulin yang diberi tambahan radioisotop atau kemoterapi yang akan
mencari sel kanker itu dimanapun letaknya yang disebut magic bullet.

DOSIS KURATIF RADIASI


20-30 Gy Seminoma, dysgerminoma, Acut Lymphostic Leukemia
30-40 Gy Seminoma (bulky), Wilms tumor, Neuroblastoma
40-50 Gy Hodkin’s Diseases, Lymphosarcoma, Seminoma, Histiocytic cell sarcoma, Basal
and squamous cell
50-60 Gy Lymph nodes, metastatic (NO,N1),squamous cell carsinoma, cervix cancer, Head
and neck cancer, Embryonal cancer, Breast cancer, Ovarian cancer, Medulloblastoma,
retinoblastoma, Ewings tumor, Dysgerminomas
60-65 Gy Larynx (4cm), Breast cancer (>5cm), Glioblastoma, Osteogenic sarcoma,
Melanomas, Soft tissue sarcomas, Thyroid cancer, Lymph nodes metastatic (>6cm)

EFEK SAMPING RADIASI


Efek radiasi pada manusia sangat bervariasi tergantung dari berbagai struktur tubuh manusia,
dosis, kualitas radiasi, striktur jaringan dan reaksi individu :
1. Efek samping dini :
 Dermatitis
 Mukositis
 Erosi-ulkus
 Mual-muntah
 Anoreksia
 Depersi sum-sum tulang
2. Efek samping lambat :
 Kontraktur
 Perdarahan usus
 Paralisis darah
 Gangguan pertumbuhan

KONTRAINDIKASI RADIOTERAPI
 Sedang hamil.
 Memiliki gangguan jaringan ikat tertentu, seperti lupus eritematosus sistemik atau
skleroderma dengan peradangan pembuluh darah yang parah (vaskulitis).
 Mengidap penyakit paru-paru yang menyebabkan kapasitas difusi paru berkurang
secara signifikan.
 Telah menjalani radioterapi di area yang sama.
 Memiliki alat pacu jantung atau implan koklea yang ditanam dalam tubuh

1. Kehamilan: Radiasi dapat membahayakan janin yang sedang berkembang dan


mempengaruhi perkembangan normalnya. Oleh karena itu, wanita hamil tidak
disarankan untuk menjalani radioterapi kecuali dalam kondisi darurat atau pada kasus
kanker yang sangat parah.
2. Penyakit autoimun: Pasien dengan penyakit autoimun, seperti lupus atau sklerosis
ganda, tidak disarankan untuk menjalani radioterapi karena dapat memicu reaksi
autoimun yang lebih parah.
3. Gangguan perdarahan: Pasien dengan gangguan perdarahan, seperti hemofilia atau
purpura trombositopenik idiopatik, tidak disarankan untuk menjalani radioterapi
karena dapat menyebabkan perdarahan yang lebih parah.
4. Gangguan ginjal: Pasien dengan gangguan ginjal yang parah mungkin tidak cocok
untuk menjalani radioterapi karena dapat memperburuk fungsi ginjal.
5. Gangguan jantung: Pasien dengan gangguan jantung yang parah mungkin tidak cocok
untuk menjalani radioterapi karena dapat memperburuk kondisi jantung.
6. Gangguan paru-paru: Pasien dengan gangguan paru-paru yang parah, seperti asma
atau emfisema, mungkin tidak cocok untuk menjalani radioterapi karena dapat
memperburuk kondisi paru-paru.
7. Gangguan tiroid: Pasien dengan gangguan tiroid yang parah mungkin tidak cocok
untuk menjalani radioterapi karena dapat memperburuk kondisi tiroid.

Anda mungkin juga menyukai