Anda di halaman 1dari 30

TITI PUSPITA LUPI

1613022049\
FISIKA MEDIS

RADIOTERAPI
1. Pengertian
Radioterapi merupakan salah satu jenis terapi untuk penyakit tumor atau kanker, pengobatan
kanker dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion atau radionuklida, pembedahan
(surgery) maupun kemoterapi.
2. Sejarah
Penggunaan radiasi pengion dalam pengobatan ini dimulai setelah sinar-X ditemukan oleh
Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Radioterapi dilakukan untuk meradiasi tumor atau
kanker dengan memberikan dosis radiasi yang diperlukan secara tepat di daerah target yang
akan diradiasi dan bertujuan untuk menghambat dan melemahkan sel kanker dengan
meminimalkan kerusakan jaringan sehat yang berada di sekitar kanker.

Berkas foton dan elektron untuk keperluan radioterapi dapat dihasilkan dari sebuah pesawat
pemercepat linier medik, tidak seperti halnya dengan berkas foton yang diperoleh dari berkas
elektron yang diarahkan ke suatu target, sedangkan berkas elektron dapat digunakan langsung
karena berkas elektron tidak berinteraksi dengan target, maka spektrumnya mendekati berkas
monografi.

Elektron sebagai partikel bermuatan lebih banyak berinteraksi dengan udara dibandingkan
dengan berkas foton. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi energi ketika elektron
merambat melewati filter perata (flattering filter) dan bertambahnya hamburan sudut (angular
scattering). Dengan demikian produksi berkas elektron memiliki efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan berkas foton dan berkas elektron tidak berasal dari foil penghambur melainkan
dari suatu titik, titik yang dianggap sebagai sumber elektron tersebut dikenal sebagai titik
sumber virtual, sehingga untuk berkas elektron mempunyai berkas maya.
Berkas elektron digunakan untuk terapi tumor dan kanker yang letaknya berada pada
permukaan kulit pasien, karena berkas elektron memiliki daya tembus yang terbatas,
sedangkan berkas foton mempunyai daya tembus yang besar sehingga untuk kedalaman
tertentu bisa menggunakan berkas foton. Tidak seperti berkas foton yang dapat dengan mudah
diukur SSD dengan jarak 100 cm, tidaklah demikian dengan elektron karena tidak diketahui
sudut berkas tersebut berasal.

3. Konsep Dasar Radioterapi

Radiasi merupakan perpindahan energi dari sumber radiasi terhadap medium lain, dan
transmisi ini dapat berupa partikel (radiasi partikel) maupun berupa gelombang atau cahaya
(radiasi elektromagnetik). Beberapa jenis radiasi yang dihasilkan dari atom, seperti radiasi
sinar tampak, sinar-X dan sinar-ɣ, dikelompokkan dalam gelombang elektomagnetik atau
dikenal dengan istilah spektrum elektromagnetik. Pada spektrum ini, gelombang radio dengan
panjang gelombang ≥10–7 nm dan memiliki energi <12 eV termasuk ke dalam radiasi non-
ionik, seperti sinar inframerah, sinar tampak, sinar ultraviolet, sedangkan gelombang radio
dengan energi >12 eV, seperti sinar-X dan sinar-ɣ disebut radiasi pengion. Dalam radioterapi,
digunakan radiasi pengion karena dapat membentuk ion (partikel bermuatan listrik) dan
menyimpan energi ke sel-sel jaringan yang melewatinya.

Energi yang tersimpan ini bisa membunuh sel kanker atau menyebabkan perubahan genetik
yang mengakibatkan kematian sel kanker. Radiasi pengion adalah radiasi dengan energi tinggi
yang mampu melepaskan elektron dari orbit suatu atom, yang menyebabkan terbentuknya
muatan atau terionisasi. Radiasi pengion terdiri dari radiasi elektromagnetik dan radiasi
partikel.

a. Radiasi Elektromagnetik
Radiasi elektromagnetik merupakan radiasi ketika energi dibawa oleh osilasi medan
listrik dan medan magnet yang merambat pada kecepatan cahaya, contohnya radiasi
sinar-X dan sinar-ɣ dan merupakan jenis yang paling umum digunakan dalam
radioterapi.5 Sinar-X diproduksi saat elektron berkecepatan tinggi bertabrakan dengan
material yang memiliki nomor atom tinggi seperti tungsten-molibdenum pada anoda
tabung sinar-X, sedangkan sinar gamma secara fisik identik dengan sinar-X, namun
dipancarkan dari inti atom (intranuclearly) atau berasal dari radioactive decay seperti
Cobalt-60, Radium dan Cesium. Inti atom yang tidak stabil melepaskan energi
berlebihnya dalam bentuk elektron intranuklear (partikel beta) atau inti helium (sebuah
partikel alfa). Jika masih memiliki kelebihan energi setelah itu, sinar gamma dipancarkan
untuk mencapai steady state.
b. Radiasi Partikel
Radiasi partikel adalah radiasi yang terdiri dari partikel atom atau subatomik (elektron
dan proton) yang membawa energi dalam bentuk energi kinetik atau massa yang
bergerak.6 Radiasi partikel terdiri dari elektron, proton dan neutron beams. Electron
beams merupakan salah satu metode konvensional yang telah lebih dahulu digunakan.
Biasanya digunakan dalam terapi radiasi sehari-hari dan sangat berguna pada terapi tumor
yang dekat dengan permukaan tubuh karena tidak menembus ke dalam jaringan. Proton
beams merupakan radiasi partikel yang lebih baru digunakan untuk mengobati kanker.

Radiasi ini memiliki distribusi dosis yang lebih baik karena profil penyerapannya yang
unik dalam jaringan yang dikenal sebagai puncak Bragg (Bragg peak) sehingga
memungkinkan terjadi pengendapan energi destruktif dengan maksimal di lokasi tumor
dan meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat di sepanjang jalur kerjanya. Dalam
aplikasi klinis, radiasi ini sangat berguna untuk terapi tumor pediatrik dan dewasa yang
berada di dekat bagian vital seperti tumor tulang belakang dan tumor tengkorak, karena
paparan radiasi terhadap jaringan normal sangat penting untuk diminimalkan. Neutron
beams mampu mendeposit energi secara maksimal pada target jaringan di ujung lintas
terapinya. Secara keseluruhan radiasi partikel memilliki Linear Energy Transfer (LET)
yang lebih tinggi daripada radiasi foton, namun karena biaya produksinya yang mahal
penggunaan jenis radiasi ini masih terbatas.

4. Jenis Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai terapi kuratif, paliatif maupun profilaksis (preventif).
Terapi kuratif biasanya berbentuk terapi tunggal untuk penyembuhan suatu kanker, contohnya
digunakan dalam kasus limfoma Hodgkin tahap awal, kanker nasofaring, beberapa kanker
kulit, dan kanker glotis awal. Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
dengan cara menghilangkan gejala-gejala kanker dengan menerapkan dosis radiasi paliatif.
Penerapannya antara lain pada kasus maternal otak dan tulang serta sindroma venacava
superior. Terapi profilaksis (preventif) merupakan terapi yang bertujuan untuk mencegah
kemungkinan metastasis atau kejadian berulang melalui penerapan radioterapi, contohnya
adalah whole-barin radiotherapy untuk leukemia limfoblastik akut dan kanker paru-paru sel
kecil.

Berdasarkan waktu penggunaannya, radioterapi terdiri dari radioterapi adjuvan yang diberikan
setelah dilakukannya metode pegobatan tertentu, radioterapineoadjuvan, dan radiokemoterapi.
Radioterapineoadjuvan dilakukan sebelum dilakukannya tindakan dengan metode lain,
misalnya radioterapi preoperasi, sedangkan radiokemoterapi yaitu pemberian radioterapi yang
dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.

Penghantaran radiasi terhadap lokasi kanker dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
radioterapi eksternal dan brachytherapy (endocurientherapy atau disebut sealed-source
radiotherapy). Radioterapi eksternal adalah radioterapi yang dipaparkan ke tubuh secara
eksternal menggunakan mesin perawatan, sedangkan pada brachytherapy, sumber radiasi
temporer atau permanen ditempatkan ke dalam rongga tubuh, metode ini digunakan dalam
perawatan rutin kanker ginekologi dan prostat serta pada situasi yang membutuhkan
perawatan berulang.

a. Radiasi Eksternal

Radiasi jenis ini bisa menghancurkan hampir semua jenis kanker dan bisa dijalani oleh
pasien rawat jalan (tidak perlu opname). Juga bisa digunakan untuk menghilangkan nyeri
dan gangguan lain yang lazim dialami oleh penderita kanker yang sudah metastase
(menyebar).

Kadang diberikan bersamaan dengan operasi/pembedahan, yaitu kalau kankernya belum


menyebar tetapi tidak bisa diangkat seluruhnya, atau dikhawatirkan akan tumbuh lagi di
sekitarnya. Tindakan dilakukan setelah jaringan utama kanker diangkat, sebelum luka
bedah ditutup kembali lokasi bekas kanker diradiasi. Cara yang disebut intraoperative
radiation therapy (IORT) ini terutama digunakan pada kanker thyroid, usus, pankreas, dan
rahim (termasuk indung telur, leher rahim, mulut rahim, dan sekitarnya).

Radiasi eksternal juga diberikan sebagai pencegahan (prophylactic cranial irradiation,


PCI), misalnya pada penderita kanker paru radiasinya diarahkan ke otak supaya sel kanker
tidak menjalar ke otak. Terapi radiasi eksternal tidak membuat penderita menjadi radioaktif
(memancarkan radiasi ke sekitarnya). Jadi tidak berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya.

b. Radiasi Internal (Brachytherapy)

Sumber radiasi berupa susuk/implant berbentuk seperti kabel, pita, kapsul, kateter, atau
butiran kecil berisi isotop radioaktif iodine, strontium 89, fosfor, palladium, cesium,
iridium, fosfat, atau cobalt, yang ditanamkan tepat di jaringan kanker atau di dekatnya.
Cara ini lebih efektif membunuh sel kanker sekaligus memperkecil kerusakan jaringan
sehat di sekitar sasaran radiasi.

Radiasi internal sering digunakan untuk mengobati kanker di daerah kepala dan leher,
thyroid, prostat, leher rahim, kandungan, payudara, sekitar selangkangan, dan di saluran
kencing.

Brachytherapy sering juga disebut sebagai Radiasi Lokal. Contoh paling sederhana dari
Bachytheraphy adalah penggunaan Koyo/Patch Radioaktif untuk menghilangkan Keloid
ataupun Parut/Scar pada kulit luar. Besarnya Koyo dan Tingkat Radiasi ditentukan
sebelumnya dan berbeda-beda untuk orang yang memiliki beberapa Keloid dan/atau Parut
di tubuhnya. Kesembuhan dapat mencapai 100 persen atau setidak-tidaknya hampir hilang
dalam masa pengobatan 4-11 bulan.

c. Radiasi Sistemik

Pada radiasi sistemik, bahan radioaktif sebagai sumber radiasi ditelan seperti obat atau
disuntikkan, yang kemudian mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Radiasi ini
digunakan untuk mengobati kanker thyroid dan non-Hodgkin’s lymphoma.

Sisa-sisa bahan radioaktif yang tak terpakai keluar dari tubuh melalui air liur, keringat, dan
air kencing. Dalam kurun waktu tertentu cairan ini bersifat radioaktif, tetapi sesudahnya
tidak lagi. Itu sebabnya penderita yang menjalani radiasi sistemik perlu menjalani rawat
inap.
5. Teknik Radioterapi

Berbagai teknik radiasi terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang makin optimal.
Antara lain:

a. Radiasi Tiga Dimensi


b. Stereotactic Radiosurgery
c. Stereotactic radiotherapy
d. Radioimmunotherapy

6. Contoh Penerapan Radioterapi


a. Kemoterapi

Kemoterapi adalah salah satu prosedur perawatan yang paling umum diberikan untuk
kanker. Terapi ini mengandalkan kemampuan dari obat-obat khusus untuk
menghancurkan sel-sel kanker yang menyerang tubuh. Obat tesebut bekerja dengan
memperlambat maupun menghentikan pertumbuhan sel kanker. Bagaimanapun, pasien
kanker perlu mempertimbangkan terapi dengan cermat sebelum mereka menjalani
tindakan tersebut. Ini karena kemoterapi juga dapat membahayakan sel-sel sehat yang
membagi diri dengan cepat, tidak hanya sel ganas. Termasuk sel yang membuat rambut
untuk dapat tumbuh serta sel-sel yang melapisi mulut dan usus.

Terdapat tiga fungsi berbeda dalam kemoterapi, dimana kemampuannya untuk


berfungsi cenderung berbeda pada setiap pasien tergantung dari tingkat dan beratnya
kanker.

Kemo, seperti pada umumnya dikenal, diharapkan dapat:

 Menyembuhkan kanker
 Merawat
 Meringankan gejala kanker
 Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

Kemoterapi dapat diberikan oleh tenaga kesehatan ahli melalui:

 Suntikan

 Melalui pembuluh darah arteri atau IA (intra-arteri)


 Melalui rongga perut atau IP (intra-peritoneal)
 Melalui pembuluh darah vena atau IV (intra-vena)
 Pemberian obat oles (topikal)
 Pemberian dengan diminum (oral)

2. Drug Delivery System (Nanopartikel Magnetik)

Kanker merupakan suatu penyakit ditandai dengan adanya pertumbuhan tidak normal sel
jaringan tubuh dimana dalam perkembanganya, kanker dapat menyebar hingga
menyebabkan kematian. Secara biomedis, Nanopartikel Magnetik (MNPs) merupakan
thyranostic yang dapat dijadikan sebagai media penghantar obat dengan memanfaatkan
perbedaan karakteristik sel kanker dan sel sehat dengan tujuan untuk melihat konsentrasi
MnFe2O4 terhadap sel kanker pada hewan coba secara in vivo

Nanopartikel Magnetik (MNPs) merupakan salah satu thyranostic (terapi dan diagnostik)
dalam dunia biomedis yang dapat dijadikan sebagai media penghantar obat, pencitraan
resonansi magnetik (MRI), terapi hipertermia, dan pelacakan in vivo dari sel karena
memiliki biokompatibilitas yang tinggi, dan tingkat toksisitas yang rendah sebagai bahan
medis yang akan dimasukkan ke dalam tubuh.

Sebagai salah satu prinsip delivery system yaitu tepat sasaran, maka pengembangan MNPs
perlu dilakukan dengan menggunakan targeted agent agar membantu proses endositosis
pada sel kanker. Beberapa penggunaan agen penarget seperti polyethylene glycol (PEG),
lactic-coglycolic acid (PLGA), human epidermal growth factor receptor (EGFR), asam
folat, silika, dan hormon somatostatin/pertumbuhan (GH) telah banyak dikembangkan.

Kanker merupakan salah satu sel yang memiliki reseptor folat sebagai sumber pemenuhan
nutrisi, sehingga semakin cepat pembelahan sel terjadi maka akan diikuti dengan
peningkatan kebutuhan nutrisi dalam sel sehingga reseptor folat juga akan semakin banyak.
Hal ini sesuai dengan jurnal review yang dilakukan oleh Grant., et.,al. Tahun 2012, bahwa
asam folat telah secara ekstensif dieksplorasi sebagai target untuk pengobatan kanker
dibandingkan dengan targeted agent lainnya karena selain mengurangi tingkat toksisitas
dan biodegredable yang panjang, asam folat juga memiliki spesifisitas yang tinggi terhadap
sel kanker. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pengembangan sistem penghantaran
obat (delivery system) berukuran nano sangat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan
perbedaan karakteristik sel kanker dan sel sehat melalui dua hal yaitu keadaan kebocoran
vaskularisasi serta tingkat keasaman di lingkungan sel dan proses pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol.

Konsep Drug Delivery System

Sistem penghantaran obat tertarget dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sistem tertarget aktif
dan tertarget pasif. Sistem penghantaran tertarget pasif bertujuan meningkatkan konsentrasi
obat pada tempat aksi melalui pengurangan interaksi yang tidak spesifik dengan mendesain
sifat fisikakimia sistem penghantaran yang digunakan, meliputi: ukuran, muatan
permukaan, hidrofobisitas permukaan, sensitivitas pada pemicu, dan aktivitas permukaan
sehingga dapat mengatasi barier anatomi, seluler, dan subseluler dalam penghantaran obat.
Contoh sistem penghantaran jenis ini yaitu: liposom, mikro/nanopartikel, misel, dan
konjugat polimer. Sebaliknya sistem penghantaran tertarget aktif merupakan sistem
penghantaran tertarget pasif yang dibuat lebih spesifik dengan penambahan “homing
device” yaitu suatu ligan yang dapat dikenali oleh suatu reseptor spesifik kemudian
berinteraksi dengan reseptor tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi obat
pada tempat yang diinginkan.

 Sistem Penghantaran Tertarget Pasif, desain sistem penghantaran obat yang baik dan
berhasil digunakan dalam terapi harus memperhatikan barier yang harus dilalui oleh obat
sehingga sampai pada tempat aksi. Selain itu pemahaman tentang sifat unik tertentu dari
target sel dan jaringan juga perlu dipertimbangkan agar dapat mendesain sistem
penghantaran yang dapat mengakumulasi obat pada target aksi.
Terdapat 3 pertimbangan utama untuk membentuk sistem penghantaran yang stabil, yaitu
(1) sistem tersebut harus memiliki stabilitas fisikakimia yang cukup sehingga obat tidak
terdisosiasi atau terdekomposisi dari sistem penghantarnya sebelum mencapai tempat
aksi2, (2) setelah sampai pada target aksi, sistem penghantar harus melepaskan obat
dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek terapi3, (3) sistem penghantar yang
digunakan (carrier) harus terdegradasi dan dapat dieliminasi dari tubuh untuk
menghindari toksisitas jangka panjang atau imunogenisitas4 5. Sifat fisikakimia sistem
penghantaran obat berperan penting pada aktivitas in vivo, antara lain berat molekul,
ukuran, hidrofobisitas permukaan, muatan permukaan, dan sensitivitas pada trigger.
 Sistem Penghantaran Tertarget Aktif, sistem penghantaran tertarget ini dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu target ke organ, target ke sel, dan target subseluler.
Sistem penghantaran yang ditargetkan di organ dimaksudkan agar obat terdeposit dalam
organ tersebut dengan memanfaatkan karakter unik yang dimiliki suatu organ. Sebagai
contoh liver yang memiliki sifat jaringan mudah ditembus oleh makromolekul atau
mikropartikel, sehingga jaringan lain tidak terpengaruh oleh obat yang diberikan karena
adanya ikatan ketat “tight junction”. Sistem penghantaran yang targetnya ke sel
dilengkapi dengan material pentarget yang dapat dikenali dan berikatan dengan antigen
komplementer dan reseptor yang ada di permukaan sel. Sedangkan sistem penghantaran
subseluler menghantarkan obat pada tempat spesifik di dalam sel. Sebagai contoh
penghantaran gen ke nukleus suatu sel.

7. Dampak Radioterapi
Karena limbah memancarkan radiasi, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan
lingkungan maka radiasi limbah tersebut dapat mengenai manusia dan lingkungan. Misalnya,
limbah radioaktif yang tidak dikelola dengan baik meskipun telah disimpan secara permanen
di dalam tanah, radionuklidanya dapat terlepas ke air tanah dan melalui jalur air tanah tersebut
dapat sampai ke manusia.

Bahaya radiasi adalah, radiasi dapat melakukan ionisasi dan merusak sel organ tubuh
manusia. Kerusakan sel tersebut mampu menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh.
Disamping itu, sel-sel yang masih tetap hidup namun mengalami perubahan, dalam jangka
panjang kemungkinan menginduksi adanya tumor atau kanker. Ada kemungkinan pula bahwa
kerusakan sel akibat radiasi mengganggu fungsi genetika manusia, sehingga keturunannya
mengalami cacat.
Beberapa efek samping terapi radiasi yang telah dilaporkan antara lain:
a. Toksisitas kulit akut
b. Komplikasi Sistem Saraf Pusat (SSP)
c. Xerostomia dan hiposalivasi
d. Efek samping pada jantung
e. Gangguan Pencernaan
f. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih
yang jumlahnya berkurang.
RADIOLOGI

1. Pengertian Radiologi
Radiologi merupakan suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan non-
pengion ,yang biasa digunakan adalah sinar X. Bidang bidang dalam radiologi kita mengenal
ada radiodiagnotik , radioterapi , kedokteran nuklir , USG(ultrasonografi) , MRI (magnetik
resonance imaging) .
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang ilmu radiologi yang memanfaatkan
sinar pengion untuk membantu diagnosa dalam bentuk foto yang didokumentasikan.
Radioterapi merupakan salah satu terapi penyakit terutama untuk penyakit seperti
tumor yangmengalami keganasan dengan sinar radioaktif.
Kedokteran Nuklir merupakan bidang kedokteran yang memanfaatkan materi
radioaktifuntuk menegaskan diagnosa dan mengobati penderita serta mempelajari penyakit
manusia.
USG ultrasonografi merupakan penggunaaan gelombang suara frekuensi tinggi
untukmembantu diagnosa.
MRI merupakan teknik diagnosa yang memanfaatkan medan magnet dan gelombang
frekuensi radio.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan radiasi ionisasi, dan dapat diperoleh hasil
berupa penampangdari berbagai arah.Berikut ini beberapa nama yang hadir dalam kelahiran
dan pengembangan dari MRI

2. Sejarah
Pada tahun 1946, dua fisikawan asal amerika serikat ini secara independent melakukan
penelitian dan mengemukakan teori tentang “precission” yang secara umum menyatakan inti
atom (proton) berputar dan menghasilkan momen magnetic. Teori ini kemudian melahirkan apa
yang dikenal dengan “Persamaan Bloch” mengenai momentum magnetic yang merupakan sebuah
teori yang didapat dari penelitian dan studi mendalam mengenai atom.

Raymond Vahan Damadian, MD melakukan penelitian mengenai pemanfaatan NMR untuk


bidang Medis. Pada tahun 1971, Damadia menyatakan dalam jurnal ilmiahnya, bahwa
jaringan kanker menghasilkan spektrum NMR yang berbeda dengan jaringan normal,
sehingga hal ini dapat dijadikan sebuah metode untuk mendeteksi kanker. Dr. Paul Christian
Lauterbur mendesain sebuah spektrometer NMR yang dapatmenghasilkan gambaran tomogram
dari material dan bukan lagi berbentuk spektrum.

3. Jenis Peralatan Radiologi


a. Peralatan Pemancar Gelombang, di mana peralatannya memancarkan gelombang
(memiliki generator pemancar gelombang):

 CT Scan, memancarkan gelombang radioaktif

 PET Scan, memancarkan gelombang radioaktif, dapat mendeteksi fungsi organ

 USG, memancarkan gelombang ultrasonik, paling murah dan paling aman, tetapi tak
dapat mendeteksi lambung, usus atau bagian tubuh lainnya yang mengandung gas.

 MRI, memancarkan gelombang magnetik yang sangat kuat, relatif aman, hanya
saja paling mahal, tetapi hasilnya paling baik dan dapat mendeteksi kelainan jaringan
lunak, misalnya pembuluh darah, kista, tumor, dsb.

b. Peralatan penangkap gelombang, di mana peralatannya menangkap gelombang radioaktif


yang dipancarkan bagian tubuh tertentu yang mengandung isotop radioaktif
 SPECT, menggunakan isotop sinar gamma dosis sangat rendah yang relatif aman
bagi tubuh di mana isotop tersebut dapat dipilih yang sesuai untuk kepentingan
diagnosa dengan memperhatikan waktu paruhnya (maksimum dalam hitungan jam).
SPECT sekarang ini telah ada yang menggunakan 2 atau 3 detektor sinar gamma, di
mana waktu proses pencitraannya lebih singkat dengan resolusi yang lebih baik dan
juga dapat mendeteksi fungsi organ pencitraan tersebut.
 Gabungan SPECT dengan CT Scan atau PET Scan, memaksimalkan penggunaan
isotop dosis rendah yang aman dari SPECT dengan pencitraan yang bagus dari CT
Scan atau PET Scan (yang digunakan hanya alat penangkap gelombang dari CT Scan
atau PET Scan tersebut dan generator radioaktifnya dimatikan)
4. Pembagian bidang radiologi
Radiologi dapat dibagi menjadi dua bidang yang berbeda, yaitu:

a. Radiologi diagnostic
Radiologi diagnosis membantu para dokter dan staf kesehatan untuk melihat struktur di
dalam tubuh Anda menggunakan teknologi pencitraan. Hal tersebut dilakukan untuk:
 Mengetahui kondisi bagian dalam tubuh pasien
 Mendiagnosis penyebab gejala yang dikeluhkan pasien
 Memantau seberapa baik tubuh pasien merespons perawatan atau pengobatan
 Melakukan screening untuk berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, penyakit
paru, stroke, gangguan sendi dan tulang, epilepsi, stroke, infeksi, gangguan pada kelenjar
tiroid, dan lain sebagainya.

Jenis pemeriksaan radiologi diagnostik yang paling umum termasuk:

 Computed tomography, juga dikenal sebagai computerized axial tomography (CT/CAT)


scan, termasuk CT angiografi
 Fluoroskopi

 Magnetic resonance imaging (MRI) dan magnetic resonance angiography (MRA)

 Mamografi

 Pemeriksaan nuklir, seperti bone scan, tiroid scan, dan tes stres jantung thallium

 Foto rontgen

 Positron emission tomography, juga disebut PET imaging, PET scan, atau PET-CT ketika
dikombinasikan dengan CT

 Ultrasound (USG)

b. Radiologi intervensi

Radiologi intervensi memungkinkan dokter melakukan prosedur medis yang minim


sayatan (invasif minimal) untuk mendiagnosis maupun mengobati penyakit. Dipandu dari
gambar yang didapatkan melalui teknologi pencitraan, dokter dapat memasukkan kateter,
kamera, kabel, dan instrumen kecil lainnya ke bagian tubuh tertentu pasien. Dibandingkan
prosedur medis yang harus melibatkan bedah terbuka, teknik invasif minimal memiliki
risiko yang lebih kecil dan waktu pemulihan yang lebih cepat.
Dokter yang ahli di bidang ini sering dilibatkan untuk pengobatan penyakit kanker,
jantung, penyumbatan di arteri dan vena, fibroid di rahim, sakit punggung, gangguan
fungsi hati dan ginjal, dan lain sebagainya.

Contoh prosedur radiologi intervensi meliputi:

 Angiografi, angioplasti, dan pemasangan ring pembuluh darah


 Embolisasi untuk menghentikan perdarahan

 Kemoterapi melalui pembuluh darah arteri

 Biopsi jarum dari organ yang berbeda, seperti paru-paru dan kelenjar tiroid

 Biopsi payudara, dipandu dengan teknik stereotactic atau ultrasound

 Penempatan tabung makan

 Pemasangan kateter

5. Satuan Radiologi
a. Rontgen (R)
Rontgen ialah satuan pemaparan radiasi yang memberikan muatan 2,58 X 10-4
Coulomb per kg udara. Rotgen merupakan satuan nilai penyinaran sinar- X atau sinar Ὑ ,
tapi tidak digunakan untuk sinar α , β , atau neutron. Alat pengukur radiasi biasanya di kalibrasi
dalamrontgen ( R ) atau mr ( milirontgen , 1 R = 1000 MR ). Untuk sinar- X dan sinar
Ὑdengan energi sampai 3 MeV yang melalui air atau jaringan lunak,suatu penyinaran
sebesar 1 R ekivalendengan dosis serap sebesar 0,93- 0,98 rad.
b. Gray (Gy)
1 Gy = 100 rad. Gray merupakan satuan internasional untuk menyatakan satuan
dosisionisasi . 1 Gy sama dengan 1 joule energi yang di serap 1 kg bahan dari radiasi
pengion . satuanini menggatikan satuan lama,yaitu Rad.
c. Becguerel (Bq)
Satuan yang di pakai pada aktivitas radioaktif , untuk mengukur laju peluruhan
senyawaradioaktif .

d. Curie
Satu curie sama dengan 3,7 X 1010 Disintegrasi atom per detik . jadi , 1 Ci = 3,7 X
1010Bq. Nama curie di ambil dari nama Marie Curie , penemu sifat radioaktif dalam
unsur Radium.
e. Rem
Dose equivalent (dulu di sebut Rem ) adalah jumlah tiap radiasi ionisasi yang
menyebabkan pengaruh biologis yang sama dengan 1 rad sinar–X atau sinar Ὑ

6. Dampak Radiologi

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan


diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum
yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh
besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi. Upaya untuk
melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya radiasidapat
dilakukan dengan cara :

1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi
batas- batas yang dianggap aman.

2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat
dalam jumlah yang cukup.

3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya
harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.

4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.5. Membuat dan
melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.
PENCITRAAN MEDIS

Fisika pencitraan medis mengulas dasar ilmiah dan prinsip-prinsip fisika yang mendasari
pencitraan dalam kedokteran. Cakupan materi meliputi metode pencitraan utama dalam
radiologi, kedokteran nuklir, USG, dan resonansi magnetik nuklir, dan teknik-teknik baru yang
menjanjikan. Beberapa bab tematik yang mencakup matematika dari pencitraan medis, persepsi
gambar, kebutuhan komputasi, dan teknik juga menjadi bahasan.

Sistem pencitraan medis semakin penting peranannya sejalan dengan kebijakan Departemen
Kesehatan untuk menerapkan paradigma baru dalam pembangunan kesehatan, yaitu paradigma
sehat. Paradigma sehat adalah pemikiran dasar yang berorientasi pada peningkatan dan
perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit. Paradigma sehat
ini lebih mengarah pada suatu kebijakan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan)
daripada kegiatan kuratif (pengobatan). Tujuannya untuk melindungi dan meningkatkan orang
sehat menjadi lebih sehat dan produktif serta dapat mendeteksi penyakit sedini mungkin. Untuk
memeriksa kelainan struktural dan disfungsi didalam tubuh manusia, dibutuhkan sistem
pencitraan medis seperti : MRI (Magnetic Resonance Imaging), USG, X-ray, CT (Computed
Tomography) dan PET (Positron Emission Tomography).

Berikut bahasan mengenai macam-macam pencitraan medis:


1. MRI (Magnetic Resonace Imaging)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh
berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik penggambaran MRI relatif
komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut
memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa
banyak memanipulasi tubuh pasien Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran
detil tubuh manusia akan tampak jelas, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat
dievaluasi secara teliti.

Magnetic Resonance Imaging yang disingkat dengan MRI adalah suatu alat diagnostik
mutahir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet dan
gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X ataupun bahan radioaktif.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan
diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh /
organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1
tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.

Magnetic Resonance Imaging atau disingkat scan MRI adalah yang menggunakan gelombang
radio dan medan magnet untuk menghasilkan gambar atau foto di dalam tubuh manusia.
pencitraan resonansi magnetik digunakan untuk mengumpulkan gambar dari jaringan lunak
seperti otot dan organ. Tidak seperti sinar-x gambar yang kalsium dalam tulang, MRI scan air
gambar. Karena semua jaringan di dalam tubuh manusia mengandung sejumlah tertentu dari
air, ini membuat pencitraan resonansi magnetik yang sangat praktis. Gambar resolusi tinggi
dari berbagai organ dan jaringan dapat diambil dengan menggunakan pencitraan resonansi
magnetik yang muncul terlihat di x-ray normal.

a. Prinsip Dasar Magnetic Resonansi Imaging (MRI)

Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air ( H2O ) yang mengandung 2 atom hidrogen
yang memiliki no atom ganjil yang pada intinya terdapat satu proton. Inti hidrogen
merupakan kandungan inti terbanyak dalam jaringan tubuh manusia yaitu 1019 inti/ mm3,
memiliki konsentrasi tertinggi dalam jaringan 100 mmol/ Kg dan memiliki gaya magnetic
terkuat dari elemen lain.

Dalam aspek klinisnya, perbedaan jaringan normal dan tidak normal didasarkan pada
deteksi dari kerelatifan kandungan air ( proton hydrogetitin ) dari jaringan tersebut. Proton
proton memiliki prilaku yang hampir sama dengan prilaku sebuah magnet. Sebab proton
merupakan suatu partikel yang bermuatan positif dan aktif melakukan gerakan mengitari
sumbunya ( spin ) secara kontiniu. Secara teori jika suatu muatan listrik melakukan
pergerakan maka disekitarnya akan timbul gaya magnet dengan demikian proton proton
dapat diibaratkan seperti magnet magnet yang kecil ( Bar Magnetic ). Hidrogen memiliki
momen magnetik, pelimpahan atau abundance terbesar.Abundance adalah perbandingan
jumlah atom suatu isotop unsur tertentu terhadap jumlah atom seluruh isotop yang ada.
Proton yang memiliki prilaku hampir sama dengan prilaku sebuah magnet, sebab proton
merupakan suatu partikel yang bermuatan positif dan aktif melakukan gerakan secara
kontinyu mengitari sumbunya yang disebut dengan pergerakan spinning ( Pergerakan
Presisi Pada Sumbu ), yang akan menghasilkan moment dipole magnetic yang kuat dan
akan membuat fenomena resonansi. Secara teori jika suatu muatan listrik melakukan
pergerakan maka disekitarnya akan timbul gaya magnet dengan demikian proton-proton
dapat diibaratkan seperti magnet-magnet yang kecil atau bar magnetic. Begitu pula
terdapat lebih dari 1 proton dan neutron kemungkinan momen magnetiknya akan
berpasangan, sehingga menghilangkan kekuatan dipol magnetik satu dengan lain atau
menjadi sangat kecil.

Hal ini berarti bila inti dengan proton genap dan neutron genap akan terdapat momen
magnetik bernilai nol, sedangkan untuk inti dengan proton dan neutron ganjil akan terdapat
nilai momen dipol magnetik yang akan membuat fenomena resonansi magnetik dapat
dimungkinkan. Atom Hydrogen bukan hanya berlimpah dalam jaringan biologi tetapi juga
mempunyai momen dipol magnetik yang kuat sehingga akan menghasilkan konsentrasi
yang besar dan kekuatan yang kuat per inti. Hal ini menyebabkan sinyal Hydrogen yang
dihasilkan 1000 lebih besar dari pada yang lain, sehingga atom inilah yang digunakan
sebagai sumber sinyal dalam pencitraan MRI.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


2. USG
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik pencitraan diagnostik yang
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran
mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan. Gelombang frekuensi tinggi
suara tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Pilihan frekuensi menentukan resolusi
gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi
pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz.

Dalam fisika istilah “suara ultra” termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi
di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran
medis melibatkan sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi. Gema atau tercermin
gelombang suara yang direkam untuk menghasilkan gambar yang dapat dilihat pada monitor.
Penyelidikan yang dipegang tangan kecil digunakan untuk memancarkan gelombang suara.
scan USG juga disebut sebagai sonogram dan USG.

a. Dasar Teori USG


Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan
pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara
yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per
detik- Hertz). Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini menggunakan frekuensi 1- 10 MHz
( 1- 10 juta Hz).

Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat
dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada
kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric,
yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah
bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang
melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang
suara frekuensi tingi.
b. Sumber Cahaya
Teknologi radiasi yang diyakini paling kecil bahayanya atau bahkan tidak ada sama sekali
adalah MRI. Pasalnya, diagnostic imaging berteknologi tinggi ini menggunakan medan
magnet, frekuensi radio, dan seperangkat komputer untuk menghasilkan gambar berupa
potongan-potongan penampang tubuh manusia. Gambar ini diperoleh dari hasil interaksi
antara molekul sel tubuh dan sinyal yang dipancarkan oleh frekuensi radio. Data yang
didapat kemudian diolah komputer gambar yang kemudian dicetak dalam bentuk foto.

Citra yang dihasilkan dari USG adalah memanfaatkan hasil pantulan (echo) dari
gelombang ultrasonik apabila ditrasmisikan pada tissue atau organ tertentu. Echo dari
gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser, yang mengubah gelombang
akusitik ke sinyal elektronik untuk dioleh dan direkonstruksi menjadi suatu citra.
Perkembangan tranduser ultrasonik dengan kemampuan resolusi yang baik, diikuti
dengan makin majunya teknologi komputer digital serta perangkat lunak pendukungnya,
membuat pengolahan citra secara digital dimungkinkan dalam USG, bahkan untuk
membuat rekonstruksi bentuk janin bayi dalam 3 dimensi dan 4 dimensi sudah mulai
dikenal.
c. Komponen dalam Mesin USG
Pada prinsipnya, ada tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, komponen yang
dipegang dokter atau tenaga medis, berfungsi mengalirkan gelombang suara dan
menerima pantulannya dan mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik. Kedua,
monitor, berfungsi memunculkan gambar. Ketiga, mesin USG sendiri, berfungsi
mengubah pantulan gelombang suara menjadi gambar di monitor. Tugasnya mirip dengan
central proccesing unit (CPU) pada komputer personal.
d. Peralatan Yang Digunakan
 Transducer
Transducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat.
 Monitor yang digunakan dalam USG
Untuk menampilkan hasil citra USG
 Mesin USG
Untuk mengolah data yang masuk ke server mesin USG.

e. Prinsip Kerja Alat Ultrasonography


Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa
listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer yang
dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan
menimbulkan bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer, dan
kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam
bentuk cahaya pada layar oscilloscope.
f. Pemakaian Klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan organ
tubuh, antara lain
 Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
 Mendeteksi kista mempelajari pergerakan organ ( jantung, aorta, vena kafa), maupun
pergerakan janin dan jantungnya.
 Pengukuran dan penentuan volume massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya
ginjal, kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain).
 Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG.

g. Jenis Pemeriksaan USG


 USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang
baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
 USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini
tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang
berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar .
 USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara
pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat
lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
 USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
Gerak napas janin, tonus, indeks cairan ketuban, doppler arteri umbilikalis,
reaktivitas denyut jantung janin.

3. X-Ray
Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman pada tahun
1895. Penemuanya diilhami dari hasil percobaan percobaan sebelumnya antara lain dari J.J
Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan
tersebut mengamati gerak elektron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada
dalam tabung kaca yang hampa udara.

Berkas Sinar-X

X-ray menggunakan radiasi elektromagnetik untuk membuat gambar gigi manusia, tulang dan
organ internal. Sinar-X adalah salah satu bentuk tertua dari pencitraan medis. X-ray adalah
pemeriksaan medis yang dapat membantu dokter dan dokter dalam diagnosa dan perawatan
bahkan dalam keadaan darurat medis. Pada sistem pencitraan sinar-X diperlukan tegangan
tinggi, dengan tujuan agar dapat dihasilkan berkas sinar-X. Untuk itu rangkaian listriknya
dirancang sedemikian rupa sehingga tegangan tingginya dapat diatur dengan rentang yang
besar yaitu antara 30 Kv sampai 100 kV. Jika kVnya rendah maka sinar- X memiliki
gelombang yang panjang sehingga akan mudah diserap oleh atom dari targed (anoda),
kemudian disebut sebagai soft x-ray. Radiasi yang dihasilkan dengan pengaturan tegangan
yang cukup tinggi maka akan dihasilkan sinar-X dengan daya tembus yang besar dan panjang
gelombang yang pendek. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat
menembus suatu bahan, tetapi hanya sinar-X yang mempunyai energi yang tinggi yang dapat
menembus bahan yang dilaluinya, selain itu akan diserap oleh bahan tersebut. Sinar-X yang
mampu menembus bahan itulah yang akan membentuk gambar atau bayangan.

Pesawat sinar-X adalah pesawat yang dipakai unuk memproduksi sinar-x yang digunakan
untuk membentuk suatu pencitraan sinar-X. Instrumentasi yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu pencitraan sinar-X ialah tabung sinar-X, trafo tegangan tinggi,
Instrumentasi kontrol.

Hasil Pencitraan Sinar-X

a. Cara Kerja Pemeriksaan X-Ray

Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang radiasi


elektromagnetik secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian dalam.
Radiasi yang diserap oleh masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda. Inilah nantinya
yang membuat hasil foto x-ray menampakkan perbedaan warna dari putih, abu-abu, hingga
hitam:
 Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian besar partikel
x-ray terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak berwarna putih.
 Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan muncul
dengan warna abu-abu.

 Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.

b. Bahaya Sinar-X dan Penanganannya

Sinar-X bila mengenai tubuh manusia akan menyebabkan jaringan kulit menjadi
mengering, jaringan tulang akan keropos dan sel telor perempuan akan mati, sehingga
menyebabkan mandul. Menurutnya, radiasi dari sinar-X ini bukanlah penyakit, akan tetapi
dampak radiasi ini akan menurunkan tingkat stamina dan kekebalan tubuh seseorang. Oleh
karenanya bila seseorang terkena radiasi sinar-X disarankan segera mengkonsumsi
makanan bergizi, minum susu dan kacang hijau agar sel-sel tubuh yang mati segera
tergantikan oleh sel-sel yang baru.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk memonitor besaran radiasi tersebut terdapat tiga alat
ukur radiasi yaitu Survey Meter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah
suatu lokasi dalam keadaan aman dari radiasi atau belum. Kedua, Film Badge salah satu
alat untuk memonitor seberapa banyak radiasi yang mengenai tubuh manusia atau operator.
Ketiga Pocket Docimeter salah satu alat untuk mengetahui seberapa besar radiasi yang ada
dalam suatu lokasi sehingga sebelum alat ini dipakai harus dinetralkan.

4. CT (Computed Tomography)
Computed Tomography atau CT adalah sistem pencitraan medis yang menggunakan teknologi
komputer digital serta rontgen untuk menghasilkan gambar 2D atau 3D rinci. Computed
tomography scan juga kadang-kadang disebut sebagai tomografi bantuan komputer.

Computed tomography scan dapat membuat gambar dari setiap jenis struktur tubuh sekaligus
termasuk pembuluh darah, jaringan lunak dan tulang. Instrumen computed tomography terdiri
dari mesin persegi besar dengan lubang bulat. Sebuah gantry berputar membawa sumber x-ray
dan elektronik detektor x-ray terletak di dalam mesin. Sebuah tabel terlampir digunakan untuk
slide orang berbaring ke lubang melingkar. Beberapa x-ray diambil dalam tipis lintas-bagian
sepanjang tubuh orang tersebut. Detektor x-ray elektronik mengumpulkan gambar x-ray dari
setiap bagian-silang dan komputer kemudian menggabungkan gambar-gambar x-ray dan
mengubah mereka menjadi satu gambar.

CT-Scan merupakan sebuah alat kedokteran yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
gambar penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar X-Ray dengan bantuan
komputer. Gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi untuk melihat
bagian dalam tubuh pasien. CT-scan juga digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang
belakang, dada, perut, panggul, dan sinus. Alat ini telah menjadi prosedur yang lazim
dilakukan dalam dunia kedokteran.

CT-Scan (computed tomography scan) adalah proses penggunaan komputer untuk


memperoleh gambaran tiga-dimensional dari ribuan gambar x-ray dua-dimensional. CT Scan
dapat menghasilkan gambar yang sangat akurat dari objek yang terdapat di dalam tubuh
seperti tulang, organ, dan pembuluh darah. Gambar yang ditunjukkan sangat berguna dalam
mendiagnosa berbagai penyakit, seperti kanker, organ reproduktif , penyakit jantung, stroke,
dan kelainan gastrointestinal. Hasil yang ditunjukkan pada CT Scan jauh lebih detail
dibandingkan hasil yang diperoleh x-ray biasa.

Mesin CT Scan berbentuk pipa dengan tempat pasien berbaring di tengahnya. Pemroses citra
(scanner) sendiri terdapat dalam frame pipa tersebut. Saat mesin bekerja, pipa pemroses citra
itu berputar sambil menembakkan sinar rontgen ke arah pasien dari berbagai sudut. Untuk
setiap putaran, sekitar 1.000 gambar bagian dalam pasien diambil. Gambar-gambar ini
kemudian di-compile oleh komputer sehingga menghasilkan gambar cross-sectional bagian
dalam tubuh pasien yang dapat digunakan dalam menganalisa dan mendiagnosa pasien.

a. Prinsip Fisika CT Scan

Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang lebih umum dikenal. Kedua
perangkat tersebut memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek
untuk membentuk gambar. Perbedaan kedua perangkat tersebut adalah teknik yang
digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang
dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak
overlap (tumpang tindih) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya
pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi.

Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek
sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.

Prinsip fisika pada CT Scan meliputi proses akuisisi data, pengolahan data, rekonstruksi
citra, representasi citra, penyimpanan dan dokumentasi.

1. Akuisisi Data

Akusisi data berarti kumpulan hasil penghitungan transmisi sinar-X setelah melalui
tubuh pasien. Sekali sinar-X menembus pasien, berkas tersebut diterima oleh detektor
khusus yang menghitung nilai transmisi atau nilai atenuasi (penyerapan)

Tahap pertama pada akuisisi data adalah proses scanning. Selama scanning tabung
sinar-x dan detektor berputar mengelilingi pasien untuk mendapatkan data atenuasi
pasien. Detektor menangkap radiasi yang diteruskan melalui pasien dari beberapa lokasi
dan dari beberapa sudut. Metode akusisi ini terbagi menjadi dua yakni Metode
konvensional slice by slice atau metode aksial dan Metode spiral atau helical.
Sinar-X setelah menembus objek akan ditangkap oleh detektor yang berhadapan dengan
sumber sinar dan terletak di belakang objek. Pada saat bersamaan, detektor menerima
berkas sinar-X yang langsung berasal dari sumber, berkas radiasi inilah yang diubah
oleh detektor dalam bentuk sinyal listrik yang akhirnya oleh analog digital converter
diubah dalam bentuk digital. Berikutnya data tersebut dikirim ke komputer dan melalui
proses matematis data-data tersebut direkonstruksi dan ditampilkan kembali pada layar
monitor berupa citra dengan skala keabuan.

2. Pengolahan data

Sebuah sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan dari X-ray didapatkan dari perubahan
posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Sinar X-
ray yang sudah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversikan menjadi arus listrik dan
ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal dengan suatu proses.

3. Rekonstruksi citra, representasi citra dan

Setelah detektor mendapatkan penghitungan transmisi yang cukup, data dikirim ke


komputer untuk proses selanjutnya. Komputer menggunakan teknik matematika khusus
untuk merekonstruksi gambar CT pada beberapa tahap yang dinamakan
rekonstruksi algoritma. Setelah komputer melakukan proses rekonstruksi gambar, hasil
gambar tersebut bias ditampilkan dan disimpan untuk nantinya dianalisis ulang. Gambar
CT dapat disimpan dalam pita magnetik dan cakram magnetik.

5. PET (Positron Emission Tomography)


Positron Emission Tomography atau disingkat PET adalah suatu bentuk teknologi kedokteran
nuklir yang memanfaatkan radioisotop berumur pendek untuk memungkinkan pencitraan non-
invasif fungsi metabolisme dalam tubuh manusia. Tidak seperti teknik-teknik pencitraan lain
seperti tomografi komputer dan pencitraan resonansi magnetik yang terutama menyediakan
informasi mengenai struktur anatomi, posisi tomography emisi memungkinkan pencitraan dan
kuantifikasi dari biokimia serta fungsi fisiologis.
PET adalah pemeriksaan penggambaran medis termutakhir yang memberikan informasi rinci
mengenai fungsi organ atau sistem dalam tubuh Anda. PET Scan pada umumnya digunakan
untuk mengevaluasi dan mendiagnosis kanker, kelainan neurologis (otak), dan penyakit
kardiovaskuler (jantung).

Saat PET scan sedang dilakukan, pelacak radioaktif disuntikkan dan gambar tubuh Anda
direkam dengan menggunakan PET scanner (alat pindai). Satu kamera mendeteksi emisi yang
dihasilkan dari pelacak radioaktif yang disuntikkan, kemudian komputer membuat gambar
multi-dimensi dari bagian tubuh Anda yang sedang diperiksa. Pelacak radio yang disuntikkan,
biasanya terakumulasi lebih banyak dalam jaringan penyakit daripada jaringan yang lebih
sehat.

Pencitraan PET Scan

PET Scan ini menggunakan radiasi untuk mendeteksi apa yang terjadi pada tubuh pasien.
Dosis radiasi yang dimiliki alat ini tentu sangat kecil dan dapat ditolerir oleh tubuh, sehingga
tak menimbulkan risiko yang berbahaya.

Tetapi, pemeriksaan ini tetap tidak dianjurkan bagi anak-anak atau ibu yang sedang hamil dan
menyusui. Sebab radiasi yang dipancarkan ketika melakukan pemeriksaan ini dapat
menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan.

Selain itu, terdapat juga risiko alergi yang mungkin saja terjadi ketika pemeriksaan ini
dilakukan. Hal ini terjadi akibat tubuh alergi terhadap obat yang sebelumnya disuntikkan ke
dalam tubuh.
REFERENSI

Adaong, Alvenolia. 2019. Radiologi. Diakses dari:


https://www.academia.edu/9305800/Radiologi?auto=download (online). Pada: 27
Agustus 2019.

Agustria, Rory. 2014. Radiologi. Diakses dari:


http://ranselradiologirory.blogspot.com/2014/02/kedokteran-nuklir.html (online). Pada :
27 Agustus 2019.

Etika, Nimas Mita. 2019. Pemeriksaan PET Scan. Diakses dari: https://hellosehat.com/hidup-
sehat/tips-sehat/pemeriksaan-pet-scan/ (online). Pada: 27 Agustus 2019.

Firmansyah. 2016. Positif dan Negatif dari Radioaktif (online). Diakses dari:
http://infostudikimia.blogspot.com/2016/08/positif-dan-negatif-dari-radioaktif.html
(online). Pada: 26 Agustus 2019.

Fitriatuzzakiyyah, Nur. (2017). Terapi Kanker dengan Radiasi: Konsep Dasar Radioterapi dan
Perkembangannya di Indonesia. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 6(4), 311–320.

Hill, Robin dkk. (2014). Advances In Kilovoltage X-Ray Beam Dosimetry. Physics in
Medicine & Biology. 52(6). Diakses dari:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/0031-9155/59/6/R183 (online).

Ilhami, Fasih Bintang. (2016). Efektifitas Nanopartikel Magnetik (MnFe2O4) Berlapis HSA
Tertarget Reseptor Folat Terhadap Sel Kanker. Fasih Bintang Ilhami Program Studi S2
Teknobiomedik. Jurnal Universitas Airlangga. 18(2). Diakses dari: https://e-
journal.unair.ac.id/BIOPASCA/article/view/3028/2167 (online).
Smith, Alferd. S. (2016). Proton therapy. Physics in Medicine & Biology. 51(16). Diakses dari:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/0031-9155/51/13/R26 (online).

Swari, Rizky Candra. 2019. Pemeriksaan Radiologi. Diakses dari: https://hellosehat.com/hidup-


sehat/tips-sehat/pemeriksaan-radiologi-dunia-medis/ (online). Pada: 27 Agustus 2019.

Thwaites, David I dan John B Tuohy. (2006). Back To The Future: The History And
Development Of The Clinical Linear Accelerator. Physics in Medicine & Biology. 51(31).
Diakses dari: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/0031-9155/51/13/R20 (online).

Winarti, Lina. (2013). Sistem Penghantaran Obat Tertarget, Macam, Jenis-Jenis Sistem
Penghantaran, dan Aplikasinya. Jurnal Universitas Jember Stomatognatic (J. K. G Unej).
10(2), 75-81.

https://agmmedica.com/mengenal-peralatan-radiologi-yang-digunakan-dalam-dunia-medis/

Anda mungkin juga menyukai