Anda di halaman 1dari 52

Apa-apa Tentang Radioterapi

Posted on Januari 15, 2012 by helmy Standar


Defenisi Radioterapi
Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan radiasi
pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan pada sel normal
sekecil mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup. Radiasi pengion
adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah atom akan
menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran energi
berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Akibat dari
disintegrasi inti tersebut akan terbentuk satu pancaran energi berupa sinar gamma dan 2
pancaran partikel, yaitu pancaran elektron disebut sinar beta dan pancaran inti helium disebut
sinar alfa.
Sinar yang dipakai untuk radioterapi adalah :
1. Sinar Alfa
Sinar alfa adalah sinar korpuskuler atau pertikel dari inti atom. Inti atom terdiri dari proton
dan neutron. Sinar ini tidak dapat menembus kulit dan tidak banyak dipakai dalam
radioterapi.
2. Sinar Beta
Sinar beta adalah sinar elektron. Sinar ini dipancarkan oleh zat radioaktif yang mempunyai
energi rendah. Daya tembusnya pada kulit terbatas, 3-5 mm. Digunakan untuk terapi lesi
yang superfisial.
3. Sinar Gamma
Sinar gamma adalah sinar elektromagnetik atau foton. Sinar ini dapat menembus tubuh. Daya
tembusnya tergantung dari besar energi yang menembus sinar itu. Makin tinggi energinya
atau makin tinggi voltagenya, makin besar daya tembusnya dan makin dalam letak dosis
maksimalnya.
Radioisotop yang digunakan antara lain:
1. Calcium 137: sinar gamma
2. Cobalt 60: sinar gamma
3. Radium 226: sinar alfa, beta, gamma 7
Jenis Radioterapi
1. Radiasi eksterna/ sinar luar (Teleterapi), adalah bentuk pengobatan radiasi dengan sumber
radiasi mempunyai jarak dengan target yang dituju atau berada diluar tubuh. Sumber yang
dipakai adalah sinar X atau photon yang merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
yang dikeluarkan oleh pesawat liner akselerator (LINAC).
2. Brakhiterapi, adalah bentuk pengobatan radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi
kesasaran yang dituju. Sumber radiasi yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang
dikemas dalam bentuk jarum, biji sebesar beras, atau kawat dan dapat diletakkan dalam
rongga tubuh (intracavitary).
Tujuan Terapi Radiasi
Terapi radiasi dianggap sebagai pengobatan lokal karena hanya sel didalam dan disekitar
kanker yang dituju. Hal ini tidak begitu bermanfaat melawan kanker yang sudah menyebar
karena terapi radiasi umumnya tidak dibuat untuk menjangkau seluruh bagian tubuh. Radiasi
berguna untuk beberapa tujuan, antara lain:
a.) Menyembuhkan atau mengecilkan kanker pada stadium dini

Radiasi digunakan untuk membuat kanker mengecil atau hilang sama sekali. Untuk kasus
kanker lain, bisa digunakan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi ( pre-operative
therapy ) atau setelah operasi yang tujuannya untuk menjaga agar kanker tidak kambuh
(adjuvant therapy). Terapi ini dapat juga dilakukan bersamaan dengan chemotherapy.
b.) Mencegah agar kanker tidak muncul di area lain
Apabila suatu jenis kanker diketahui menyebar ke area tertentu, kemungkinan akan dilakukan
treatment untuk mencegah agar sel tersebut tidak berubah menjadi tumor. Sebagai contoh,
pasien dengan beberapa type kanker paru-paru, mungkin akan menerima prophylactic
(preventive) radiasi di kepala sebab tipe kanker ini sering menyebar ke otak.
c.) Mengobati gejala-gejala pada kanker stadium lanjut
Beberapa kanker mungkin telah menyebar jauh dari perkiraan pengobatan. Tetapi hal ini
bukan berarti kanker tersebut tidak bisa diobati agar pasien merasa lebih baik. Radiasi bisa
untuk membebaskan dari rasa sakit, masalah pada pemasukkan makanan, bernafas atau pada
usus besar, yang semua itu disebabkan oleh kanker yang sudah pada stadium lanjut. Cara ini
biasa dinamakan palliative radiation.
Prinsip Penggunaan Radiasi
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk
mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang
telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk
dipatuhi, yaitu :
a.) Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azas manfaat.
Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu
akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan
dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.
b.) Limitasi
Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui Nilai
Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan
untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang
terjadinya efek stokastik.
c.) Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable
ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan
tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk
menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya.
Derajat efek radiasi tergantung pada beberapa faktor yaitu jenis radiasi, lamanya penyinaran,
jarak sumber dengan tubuh dan ada tidaknya penghalang (shieldhing) antara sumber radiasi
dengan objek. Efek biologis radiasi pengion tergantung pada organ/ bagian tubuh dan pola
transfer terkena radiasi, kualitas radiasi dan pola transfer energi yang terjadi di dalam tubuh
dan faktor modifikasi lainnya misalkan besarnya dosis, fraksinasi dosis dan distribusi zat
radioaktif di dalam tubuh.
Parameter utama yang harus diperhatikan dalam pengobatan menggunakan teknik
radiasi adalah:
Kedalaman
Lapangan radiasi
SSD atau SAD
Energi foton
Beberapa contoh jenis pesawat radioterapi eksternal yang menggunakan foton, yaitu:
PESAWAT SINAR-X
a.) Sejarah sinar X

Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman pada tahun
1895. Penemuannya diilhami dari hasil percobaan sebelumnya antara lain dari J.J Thomson
mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan tersebut
mengamati gerak elektron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam
tabung kaca yang hampa udara. Pembangkit sinar-X berupa tabung hampa udara yang di
dalamnya terdapat filamen yang juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda. Jika
filamen dipanaskan maka akan keluar elektron dan apabila antara katoda dan anoda diberi
beda potensial yang tinggi, elektron akan dipercepat menuju ke anoda. Dengan percepatan
elektron tersebut maka akan terjadi tumbukan tak lenting sempurna antara elektron dengan
anoda, akibatnya terjadi pancaran radiasi sinar-X, pelat fotoluminesensi yang terletak
bersebelahan dengan tabung katoda berpendar ketika tabung katoda digunakan pada ruang
gelap dan Roentgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di
dalam tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Oleh karena itu
kemudian radiasi ini dikenal sebagai sinar x.
b.) Rangkaian Dasar Pesawat Sinar X
Rangkaian dasar pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber
tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X,
dan unit pengatur. Bagian pesawat sinar-X yang menjadi sumber radiasi adalah tabung sinarX. Didalam tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas terdapat filamen
yang bertindak sebagai katode dan target yang bertindak sebagai anode. Tabung sinar-X berisi
filament yang juga sebagai katoda dan berisi anoda. Filamen terbuat dari tungsten, sedangkan
anoda terbuat dari logam anoda (Cu, Fe atau Ni). Anoda biasanya dibuat berputar supaya
permukaannya tidak lekas rusak yang disebabkan tumbukan elektron. Trafo tegangan tinggi
berfungsi pelipat tegangan rendah dari sumber menjadi tegangan tinggi antara 30 kV sampai
100 kV. Pada trafo tegangan tinggi diberi minyak sebagai media pendingin. Trafo tegangan
tinggi berfungsi untuk mempercepat elektron di dalam tabung. Setiap tahun pada pesawat
sinar-X terjadi penyimpangan cukup besar sehingga perlu dikalibrasi sekurang-kurangnya
satu bulan sekali.
Pesawat radioterapi sinar X, menurut energi yang dihasilkan:
1) Sinar X dengan energi rendah, (10 125 KV) ini disebut kontak terapi
2) Sinar X energi menengah, (125 300 KV) dan dinamakan sinar X orthovoltage
UNIT TELETERAPI (Co-60)
Telah diketahui bahwa daya penetrasi sinar-X dalam jaringan amat tergantung dari energi
yang dihasilkan oleh tabung. Makin tinggi perbedaan tegangan antara katoda dan anoda,
makin besar pula daya tembus sinar. Berarti untuk tumor-tumor yang letaknya dalam
diperlukan pesawat-pesawat dengan tegangan yang tinggi. Pada tahun 1913, Coolidge
memperkenalkan tabung sinar-X hampa udara dengan tegangan 200 kV yang pertama.
Tabung ini merupakan dasar dari perkembangan teknik radioterapi selanjutnya. Karena
dengan tegangan tersebut tidak akan didapatkan dosis yang memuaskan untuk tumor-tumor
yang letaknya lebih dalam, maka sesudah perang dunia kedua, lahirlah pesawat
supervoltage kemudian disusul dengan periode megavoltage yang diperkenalkan oleh
Schulz. Setelah itu ditemukan pula Co-60 (kobalt 60) yang merupakan isotop buatan yang
murah yang dapat menggantikan jarum radium yang mahal harganya. Pada saat ini Co-60
yang mempunyai energi ekuivalen dengan sinar-X 3 mV, digunakan baik sebagai radiasi
eksternal (teletherapy) maupun radiasi internal (brachytherapy, yaitu implantasi atau intrakavitar).
a.) Rangkaian Dasar Pesawat Co-60
Pesawat Co-60 menggunakan sumber radiasi bahan radioaktif Cobalt 60 yang menghasilkan
sinar gamma. Sinar Gamma adalah istilah untuk radiasi elektromagnetik energi-tinggi yang

diproduksi oleh transisi energi karena percepatan elektron. Gamma bermuatan 0 (nol)
dihasilkan akibat transisi inti nukleon. Sumber (head source) Co-60 berada pada gantry yang
dapat diatur penyudutannya dari 00 3600. Sinar gamma memiliki daya tembus yang tinggi
dibandingkan partikel alpha maupun beta. Bahan untuk menahan sinar gamma biasanya
diilustrasikan dengan ketebalan yang dibutuhkan untuk mengurangi intensitas dari sinar
gamma. Pesawat Co-60 memiliki lampu kolimator dan fiber optik yang berfungsi untuk
mendapatkan titik sentral dari luas lapangan penyinaran, mengatur jarak sumber ke obyek
dengan mengubah ketinggian meja.
Pesawat teleterapi Co-60 setiap tahun terjadi penyimpangan/ error sebesar 5%. Selain itu
perlu dikalibrasi setiap 6 bulan. Penyimpangan output radiasi pesawat teleterapi Co-60
terjadi karena geometri dari isotop berbentuk silinder bukan bola dan berkas radiasi yang
digunakan ialah berkas terkolimasi. Keberhasilan pelaksanaan teleterapi dengan
menggunakan pesawat telecobalt-60 sangat dipengaruhi oleh faktor ukuran dan geometris
sumber, serta jarak sumber kepermukaan kulit pasien. Untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap karakteristik radiasi pesawat telecobalt-60, maka telah dilakukan
simulasi dengan menggunakan model sumber berbentuk piringan, model sumber berbentuk
titik, dan menggunakan model persamaan empiris.
Dari hasil simulasi, secara umum diperoleh bahwa semakin kecil diameter sumber, maka
profil dosis keluaran pesawat akan semakin flatness, yang berarti sebaran dosis pada daerah
teradiasinya akan semakin seragam. Semakin jauh sumber radiasi dari bidang pengamatan
(SSD semakin besar) maka sebaran dosis pada bidang pengamatan tersebut akan semakin
seragam. Untuk SSD konstan, semakin dalam titik pengamatan berada dalam phantom maka
sebaran dosisnya akan semakin seragam.
Dengan membandingkan hasil simulasi dan hasil eksperimen untuk medan radiasi standar 10
cm x 10 cm, maka kecenderungan keseragaman ( uniformity) sebaran dosis akibat adanya
ukuran sumber (SSD) dan kedalaman (d) hanya terjadi pada daerah disekitar sumbu berkas (2 cm sampai 2 cm), sedangkan untuk daerah lain ( daerah penumbra dan sekitarnya) di dalam
medan kecenderungan ini tidak berlaku. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya
pengabaian terhadap efek hamburan phantom.
Penyinaran tabung detektor dilakukan dengan dua variasi, yaitu 1) luas lapangan dan 2) SSD.
Pengambilan luas lapangan dan SSD disesuaikan dengan tabel penyinaran yang tersedia.
Pengukuran keluaran radiasi dilakukan 3 kali ulangan. Pada awal dan akhir pengukuran
dilakukan pencatatan temperatur, tekanan dan kelembaban udara. Data ini digunakan untuk
menetapkan nilai faktor koreksi K pt dan fh pada hasil pembacaan ukur.
AKSELERATOR LINEAR (LINAC)
a.) Defenisi Akselerator
Pesawat sinar-X pada umumnya memproduksi sinar-X energi berorde kilo elektron Volt
(keV). Untuk mendapatkan sinar-X dengan energi yang sangat tinggi, biasanya digunakan
alat pemercepat partikel atau akselerator. Akselerator adalah alat yang dipakai untuk
mempercepat gerak partikel bermuatan seperti elektron, proton, inti-inti ringan, dan inti atom
lainnya. Mempercepat gerak pertikel bertujuan agar pertikel tersebut bergerak dengan cepat
sehingga memiliki energi kinetik yang sangat tinggi. Untuk mempercepat gerak partikel ini
diperlukan medan listrik ataupun medan magnet. Akselereator gerak pertama kali
dikembangkan oleh dua orang fisikawan Inggris, J.D. Cockroft dan E.T.S Walton, di
Laboratorium Cavendish, Universitas Cambrige pada 1929, atas jasanya mereka dianugrahi
hadiah Nobel bidang fisika pada 1951. Akselerator partikel biasanya dipakai untuk penelitian
fisika energi tinggi dengan cara menabrakkan partikel berkecepatan sangat tinggi ke target
tertentu. Namun, ada beberapa jenis akselerator partikel yang dirancang untuk memproduksi
radiasi berenergi tinggi untuk keperluan radioterapi.

Akselerator digunakan untuik menghasilkan sinar X dengan energi yang tinggi dengan
menggunakan tabung Betatron dan Sinkrotron.
b.) Tabung Betatron
Betatron pertama kali diperkenalkan pada 1941 oleh Donald William Kerts dari Universitas
Illinois, Amerika Serikat. Penamaan Betatron mengacu pada jenis sinar radioaktif yaitu sinar, yang merupakan aliran elektron yang berkecepatan tinggi. Betatron terdiri atas tabung kaca
hampa udara berbentuk cincin raksasa yang diletakan diantara dua kutub magnet yang sangat
kuat. Elektron akselerator pada prinsipnya adalah suatu tabung sinar-X berukuran sangat
besar. Penyuntik berupa filamen panas yang berperan sebagai pemancar elektron dipasang
untuk menginjeksi aliran elektron ke dalam tabung pada sudut tertentu. Setelah elektron
disuntikan ke dalam tabung, ada dua gaya yang akan bekerja pada elektron tersebut.
Gaya yang pertama membuat elektron bergerak mengikuti lengkungan tabung. Di dalam
medan magnet, partikel akan bergerak melingkar. Gaya yang kedua berperan mempercepat
gerak elektron hingga kecepatannya semakin tinggi. Melalui gaya ke dua ini, elektron
memperoleh energi kinetik yang sangat besar. Dalam waktu sangat singkat, elektron akan
bergerak melingkar di dalam tabung beberapa ribu kali. Apabila energi kinetik elektron telah
mencapai nilai tertentu, elektron dibelokan dari jalur lengkungannya sehingga dapat
menabrak target secara langsung yang berada di tepi ruangan. Dari proses tabrakan ini
pancaran sinar X berenergi sangat tinggi karena sebagian besar akselerator dapat
mempercepat elektron hingga energinya mencapai 20 Mega elektron Volt (MeV). Betatron
memiliki kelemahan karena mesin itu memerlukan magnet berukuran sangat besar guna
mendapatkan perubahan fluks yang diperlukan untuk mempercepat elektron.
c.) Sinkrotron Elektron
Untuk mengatasi kelemahan ini, diperkenalkan jenis akselerator elektron lainnya yang
menggunakan magnet yang berbentuk cincin yang diberi nama sinkrontron elektron. Alat ini
berfungsi sebagai pemercepat elektron yang mampu menghasilkan elektron dengan energi
kinetik lebih besar di bandingkan Betatron. Elektron dengan energi anatara 50-100 kV
dipancarkan dari filamen untuk selanjutnya dipercepat di dalam alat. Pada saat akhir proses
percepatan, elektron ditabrakan menuju sasaran sehingga dihasilkan sinar-X dengan energi
dan intensitas tinggi.
d.) Defenisi Linear acceleration (LINAC)
Akselerator linear (linear accelerator, LINAC) adalah alat terapi radiasi yang eksternal yang
paling umum digunakan untuk pasien yang terkena kanker. Linear accelerator digunakan
untuk mengobati semua lokasi badan yang terkena kanker, menyampaikan high-energy sinarx yang sama dosisnya kepada daerah tumor pasien. Alat ini digunakan tidak hanya dalam
terapi radiasi eksternal, tetapi juga untuk Radiosurgery Stereotactic dan Badan Stereotactic
Radioterapi yang serupa menggunakan gamma. Sinar-Rontgen ini dapat menghancurkan sel
kanker selagi melingkupi jaringan normal.
Aplikasi LINAC Akselerator linier (Linear Accelerator, LINAC) pertama kali diperkenalkan
oleh R. Wideroe di Swiss pada 1929, namun unjuk kerjanya saat itu kurang memuaskan.
LINAC mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan akselerator magnetik.
Ukuran alat dan biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan LINAC kira-kira proporsional
dengan energi akhir partikel yang dipercepat. Sedang pada akselerator magnetik, tenaga yang
diperlukan akan lebih tinggi untuk menghasilkan energi akhir partikel yang sama besarnya.
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan partikel berenergi sangat tinggi, LINAC akan lebih
ekonomis dibandingkan akselerator magnetik. Di samping itu, penyuntikan partikel yang
akan dipercepat dalam akseleratormagnetik sangat sulit dilakukan, sedang pada LINAC
partikel dalam bentuk berkas terkolimasi secara otomatis terpencar kedalam tabung
akselerator. LINAC dapat dipakai untuk mempercepat partikel hingga berenergi di atas 1
BeV. Betatron praktis tidak mungkin mencapai energi setinggi ini karena memerlukan magnet

berukuran sangat besar.


e.) Prinsip kerja dari linear accelerator (LINAC)
LINAC semula dipakai untuk mempercepat partikel bermuatan positif seperti proton. Namun,
setelah berbagai modifikasi, mesin dapat pula dipakai untuk mempercepat partikel bermuatan
negatif seperti elektron. Dalam hal ini, elektron yang dipercepat mampu bergerak dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya (elektron dengan energi 2 MeV bergerak dengan
kecepatan 0,98 c, dengan c adalah kecepatan cahaya). Jika elektron berenergi tinggi itu
ditabrakan pada target dari logam berat maka dari pesawat LINAC akan dipancarkan sinar-X
berenergi tinggi.
Radioterapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan elektron berenergi tinggi. Elektron
yang dipercepat dalam LINAC dapat langsung di manfaatkan untuk radioterapi tanpa harus
ditabrakan terlebih dahulu dengan logam berat. Jadi, LINAC dapat juga berperan sebagai
sumber radiasi partikel berupa elektron cepat yang dapat dimanfaatkan untuk radioterapi
tumor. Akselerator Linear dalam aplikasinya menggunakan teknologi gelombang mikro yang
juga digunakan untuk radar. Gelombang mikro ini dimanfaatkan untuk mempercepat elektron
dalam akselerator yang disebut wave guide.
LINAC menggunakan teknologi microwave (teknologi yang sama seperti yang digunakan
dalam radar) untuk mempercepat electron digunakan suatu alat yang disebut sebagai wave
guide, hal tersebutlah yang kemudian mengizinkan elektron bertumbukan dengan heavy
metal target. Hasil dari tumbukan antara elektron dan metal adalah high-energy x-rays yang
dihasilkan oleh metal target. High energy x-rays tersebut kemudian akan diatur untuk
kemudian diberikan pada pasien tumor dan diatur keluarannya dari mesin yang disesuaikan
dengan keadaan dari pasien. Sinar yang keluar dari bagian accelerator disebut sebagai gantry
yang berotasi di sekeliling pasien.
Pesawat Linac menghasilkan berkas radiasi elektron yang dipercepat atau foton sinarX
bertenaga tinggi. Sebelum melakukan pengukuran output perlu diketahui berkas mana akan
diukur, karena cara pengukuran kedua berkas tersebut tidak sama, dalam metode maupun
peralatan yang digunakan untuk pengukuran. Sebelum dilakukan pengukuran, perlu
dilakukan pengecekan energi berkas, apakah sama dengan energi berkas pada panel kontrol.
Jika terdapat perbedaan maka perlu dilakukan penyesuaian energi dengan memutar tombol
pengatur.
Pengecekan energi foton yang dihasilkan pesawat Linac, perlu dilakukan pengukuran dosis
pada kedalaman 10 dan 20 cm dalam fantom air. Dari hasil pengukuran ini ditetapkan nilai
perbandingan D10/D20 -nya, lalu dicari energi fotonnya melalu kurva D10/D20 vs energi
foton.
Pasien ditempatkan pada kursi pengobatan yang dapat bergerak kesegala arah, agar dapat
dipastikan pemberian radiasi dalam posisi yang tepat. Radiasi dikirim melalui kursi
pengobatan. Akselerator Linear yang merupakan akselerator dengan partikel lurus
mangandung unsure-unsur :
1.) Sumber partikel.
Tergantung pada partikel yang sedang bergerak. Proton yang dihasilkan dalam sumber ion
memiliki desain yang berbeda. Jika partikel lebih berat harus dipercepat, misalnya ion
uranium.
2.) Sebuah sumber tegangan tinggi untuk injeksi awal partikel.
3.) Sebuah ruang hampa pipa vakum.
Jika perangkat digunakan untuk produksi sinar-X untuk pemeriksaan atau terapi pipa
mungkin hanya 0,5 sampai 1,5 meter, sedangkan perangkat yang akan diinjeksi bagi sebuah
sinkrotron mungkin sekitar sepuluh meter panjangnya, serta jika perangkat digunakan sebagai
akselerator utama untuk investigasi partikel nuklir, mungkin beberapa ribu meter.
4.) Dalam ruang, elektrik elektroda silinder terisolasi ditempatkan, yang panjangnya

bervariasi dengan jarak sepanjang pipa.


Panjang elektroda ditentukan oleh frekuensi dan kekuatan sumber daya penggerak serta sifat
partikel yang akan dipercepat, dengan segmen yang lebih pendek di dekat sumber dan
segmen lagi dekat target.
5.) Satu atau lebih sumber energi frekuensi radio,
Sebuah akselerator daya yang sangat tinggi akan menggunakan satu sumber untuk elektroda
masing-masing. Sumber harus beroperasi pada level daya yang tepat, frekuensi dan fase yang
sesuai dengan jenis partikel dipercepat untuk mendapatkan daya perangkat maksimum.
6.) Sebuah sasaran yang tepat.
Pada kecepatan mendekati kecepatan cahaya, peningkatan kecepatan tambahan akan menjadi
kecil, dengan energi yang muncul sebagai peningkatan massa partikel. Dalam bagian-bagian
dari akselerator hal ini terjadi, panjang elektroda tabung akan hampir berjalan konstan.
7.) Tambahan elemen lensa magnetis atau elektrostatik
Untuk memastikan bahwa sinar tetap di tengah pipa dan elektroda nya.
8) Akselerator yang sangat panjang
Akan menjaga keselarasan tepat komponen mereka melalui penggunaan sistem servo dipandu
oleh sinar laser.
Dalam fisika terapi atau dalam radioterapi linear accelerator (LINAC) yang biasa digunakan
antara lain adalah Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT), Image Guided Radiation
Therapy (IGRT), Stereotactic Radiosurgery (SRS) and Stereotactic Body Radio Therapy
(SBRT).
KESIMPULAN
1. Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan
radiasi pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan pada sel
normal sekecil mungkin.
2. Jenis radioterapi ada dua yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi.
3. Pesawat radioterapi sinar X, menurut energi yang dihasilkan adalah Sinar X dengan energi
rendah (10 125 KV) ini disebut kontak terapi dan Sinar X energi menengah (125 300 KV)
dan dinamakan sinar X orthovoltage.
4. Pesawat Co-60 menggunakan sumber radiasi bahan radioaktif Cobalt 60 yang
menghasilkan sinar gamma.
5. Linear accelerator (LINAC) digunakan untuk mengobati semua lokasi badan yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar gamma.
6. LINAC juga digunakan untuk Radiosurgery Stereotactic dan Badan Stereotactic
Radioterapi.
SARAN
Dengan makalah ini penulis berharap agar pembaca menjadikan makalah ini sebagai pemicu
untuk mencari tahu lebih banyak tentang fisika terapi khususnya radioterapi yang
menggunakan alat/ pesawat sinar-x, pesawat Co-60, dan Linier Akselerator. Mengikuti setiap
perkembangan yang dilakukan pada alat-alat radioterapi ini.

RADIOFARMASI SEBAGAI AGEN DIAGNOSA


Diagnosa dengan Pencitraan Radionukleida
Pencitraan

dengan metode kedokteran nuklir jauh lebih sensitif dari

kebanyakan modalitas imaging lainnya [X-ray, CT (Tomografi terkomputerisasi),


MRI (magnetic resonance pencitraan)] untuk mengidentifikasi keberadaan dan
tingkat keganasan, karena perubahan biokimia dipantau oleh tomografi emisi
positron (PET) dan tunggal dihitung tomografi emisi foton(Spect). Diagnostik
imaging jantung, paru-paru dan penyakit infeksi.
Radiofarmasi digunakan untuk membantu mendiagnosis masalah medis,
jumlah yang diberikan kepada pasien hanya dalm jumlah kecil. Radiofarmasi
yang kemudian masuk

atau melewati suatu organ tubuh (sesuai dengan

radiofarmasi digunakan dan bagaimana dikelola). Radioaktivitas kemudian


terdeteksi, dan gambar dapt dihasilkan dengan alat imaging khusus. Gambargambar memungkinkan dokter kedokteran nuklir untuk mempelajari bagaimana
organ bekerja dan untuk mendeteksi kanker atau tumor yang mungkin berada di
dalam organ. Beberapa radiofarmasi digunakan dalam jumlah yang lebih besar
untuk mengobati tertentu seperti kanker dan penyakit lainnya. Dalam kasus ini
agen radioaktif diangkat dalam kanker wilayah dan menghancurkan jaringan
yang terkena. Dosis radiofarmasi digunakan untuk mendiagnosa medis masalah
akan bervariasi dari pasien ke pasien dan tergantung pada jenis tes yang
dilakukan.
Kamera yang digunakan dirancang untuk mendeteksi foton gamma
yang ada pada tubuh pasien, obat nuklir langsung mengamati radioperunut
distribusi

regional

dan

kinetika.

Hal

ini

memungkinkan

dokter

untuk

mengevaluasi aspek-aspek dari fungsi jaringan terlibat dalam penanganan tubuh


yang diberikan agen. Pada tingkat biasanya diberikan (10-6 - 10-8 M), benarbenar dapat berfungsi sebagai tracer probe biokimia jaringan dan / atau fisiologi
(fungsional

imaging). Informasi

diagnostik

yang tersedia dari

pencitraan

radionuklida sering akan melengkapi informasi yang diperoleh melalui lebih


anatomis berdasarkan modalitas pencitraan diagnostik, seperti X-ray, USG (AS),
dan MRI16.
1.

Brain Imaging radionuklida (RNBI)

Penyerahan agen diagnostik ke pusat saraf sistem (SSP) menimbulkan


beberapa tantangan sebagai akibat dari fitur khusus pembuluh darah dan cairan
jaringan SSP. Pada proses difusi terdapat penghalang antara darah dan jaringan
saraf, dalam endotelium dari paranchymal pembuluh (penghalang darah-otak,
BBB), dan di epitel yang dari pleksus choroid dan arakhnoid membran (DarahCSF hambatan), yang sangat membatasi penetrasi beberapa sistem diagnostik.
Pada imaging penggunaan klinis yang terbatas dan dilakukan dengan 99mTc sel
darah merah di spect dan dengan

15

O air di PET. Indikasi klinis utama untuk RNBI

adalah imaging perfusi serebral.

2.

Jantung Radionuklida Imaging


Diagnosis awal penyakit kardiovaskular adalah sangat penting.
kompleks

201

Tl dan

99m

Agen

99m

dan

yang

Tc berbeda penggunaannya dalam studi tentang perfusi miokard.

Tc-label mendapatkan cukup popularitas dalam beberapa tahun terakhir


mencakup

99m

Tc-label

diantaranya

sestamibi

dan

tetrofosmin.

Radionuklida mengevaluasi kinerja jantung d ventrikel kiri dan ventrikel kanan .


dengan studi transit atau gated-studi imaging

dilakukan selama beberapa

menit.
3.

Imaging radionuklida Tumor


Imaging radionuklida Tumor bertujuan untuk menemukan tumor dan
adanya metastasis. Digunakan untuk pengobatan dan rejimen terapi; untuk
memantau respon terhadap terapi, dan untuk mengidentifikasi sisa atau tumor
yang berulang. Beberapa radiotracers telah ditunjukkan untuk dikonsentrasikan
ke dalam tumor, yang berguna dalam deteksi situs dengan keterlibatan tumor.
Hal ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan dan lokasi lesi primer dan
metastatik, menyelidiki fitur biokimia jaringan neoplastik yang mempunyai
implikasi untuk stadium tumor atau untuk perencanaan perlakuan, Pemantauan
efek pengobatan terhadap tumor.
Agen agen radiofarmasi yang digunakan untuk diagnosa diantaranya:
a. Agen radiofarmasi berlabel
1.

99m

99m

Tc diantaranya

Tc-HMPAO (99mTc-hexamethyl-propylene amina oxime)

Merupakan senyawa lipofilik dengan kemampuan untuk menyeberangi


BBB dan terakumulasi di dalam otak sebanding dengan aliran darah. Mekanisme
retensi

99m

Tc-HMPAO

dalam

jaringan

yang

terkait

dengan

konversi dari bentuk hidrofilik lipofilik untuk turunan. Isi seluler glutathione, yang
mengurangi agen hadir dalam SSP, tampaknya menjadi salah satu faktor-faktor
penentu

retensi

99m

Tc-HMPAO

melalui

mekanisme konversi. Digunakan untuk deteksi gangguan di otan seperti


downsyndrom dan alzaimer. Saat ini sedang dilakukan penelitian deteksi kanker
payudara.
2.

99m

Tc-MIBI
Merupakan nonmetabolized metallopharmaceutical digunakan secara klinis

untuk studi perfusi miokard dan untuk pencitraan berbagai macam tumor. Serig
digunakan untuk deteksi kanker payudara.
3.

99m

Tc-pyrophosphate (99mTc-PYP)
Digunakan untuk deteksi terjadinya infack miocard

4.

99m

Tc-methylene diphosphonate (MDP)


Merupakan agen deteksi kelainan tulang yang baik karena mempunyai

clearance yang cepat dan mempunyai signifikasi yang tinggi dalam menunjukan
kelainan pada tulang. Biasanya digunakan untuk deteksi adanya metastasis pada
tulang yaitu kanker dada, prostat atau paru-paru.
99m

5.

Tc-tetrofosmin

Merupakan

senyawa

kationik

hidrofobik,awalnya

dirancang

sebagai

radiofarmasiuntuk imaging perfusi miokard selain itu

merupakan

kompleks

yang sangat stabil dan mempunyai keunggulan dibandingkan 99mTc lainks,


99mTc-tetrofosmin adalah lipofilik agen dan terlihat dalam mitokondria mirip
dengan mekanisme yang terlihat dengan MIBI. Namun, yang pasti lokalisasi di
sel tumor belum sepenuhnya dipahami.

b.

Agent radiofarmasi berlabel Iodine

1.

Konjugat folat

Reseptor folat atau protein pengikat folat sebagai target potensial untuk
pengirimanradionuklida

molekuler,

karena

diekspresikan

dengan

jenis sel tumor (misalnya, payudara, indung telur, leher rahim, usus besar, ginjal
dan nasofaring), tetapi hanya menunjukkan terbatas ekspresi dalam jaringan
normal.
2.

123

I (Asam Lemak)

Mendeteksi

iskemik

miokardium.

Otot

jantung

normal

menggunakan

metabolisme asam lemak sebagai sumber utama energi; yang iskemik


miokardium beralih ke metabolisme glukosa.
3.

123

I Metaiodobenzylguanidine (123I-MIBG)

Merupakan

analog

guanidine,

struktural

MIBG

terkonsentrasi

guanidine

memasuki

di

suatu

jaringan

penyimpanan

agen

adrenergik.

adrenergik

Katekholamin

Seperti

dan
vesikula

ujung saraf adrenergik dan medula adrenal. MIBG terakumulasi di puncak tumor
saraf jaringan dan medula adrenal seperti pheochromocytomas, non-berfungsi
paragangliomas,

karsinoid

tumor, neuroblastomas dan tumor neuroendokrin tertentu MIBG juga digunakan


untuk pencitraan karsinoma meduler dari tiroid, retinoblastoma melanoma dan
sel bronkial carcinoma.
c.

Radioaktif berlabel iodium sebagai agen sitotoksik


Ada

tiga

dilabelidengan

alasan
yodium

utama

untuk

radioaktif,

kepentingan

khususnya

di

sitotoksik

agen

anti-metabolites35:

Studi

sebelumnya telah menunjukkan besar penggabungan radioaktif berlabel IudR ke


dalam DNA tumor dan berkembang di jaringan, radioaktivitas yang rendah,
waktu retensinya dicapai satu atau hari setelah pemberian intravena karena
untuk ekskresi ginjal cepat dari metabolit, radioaktif berlabel iodida, waktu paruh
relatif lama radioisotop

125

I (60 hari) sesuai untuk studi.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

125

untuk

lokalisasi

I-sitarabin merupakan tracer baru, memiliki afinitas tinggi


di

jaringan-jaringan

proliferasi tinggi, mudah dibersihkan dengan cepat dari sebagian besar organ
tubuh dan terkonsentrasi di kandung kemih, 60-menit pasca administrasi.
Temuan ini menunjukkan bahwa
pengobatan kanker.

125

125

I-sitarabin memungkinkan pencitraan dan

I-sitarabin paling memenuhi persyaratan untuk digunakan

sebagai

diagnostik

dan terapi agen.

sukses

Merupakan molekul yang mempunyai berat molekul yang

rendah mudah berdifusi di jaringan, dan tidak akan mendorong respon antibodi,.

d.

Radiofarmaka berlabel Indium


Radiofarmaka
Octreotide

berlabel

,digunakan

untuk

indium
evaluasi

diantaranya
ekspresi

Indium-111-( 111In)-DTPA]

tumor

reseptor,

berbeda

radiolabelled peptida Analog, seperti somatostatin, cholecystokinin, gastrin,


bombesin, substansi P, peptida usus vasoaktif dan neuropeptide. Memiliki
kelebihan penetrasi jaringan cepat dan rendah antigenicity dan dapat diproduksi
dengan

mudah

Indium-111-(111In)-DTPA]

octreotide

adalah

yang

pertamaradiolabelled peptida disetujui oleh FDA untuk digunakan dalamTumor


imaging.

http://safitahajar.blogspot.com/p/radiofarmasi-sebagai-agen-diagnosa.html

Radioterapi, Efek Samping dan


Pencegahannya

Image by : Benis Arapovic | Dreamstime.com

Radioterapi merupakan salah satu metode dalam pengobatan kanker, yang termasuk
populer. Meski begitu, sebelum menjalani terapi tersebut, ada baiknya Anda
memahami dahulu seluk-beluknya, termasuk juga efek samping yang ditimbulkan.
Di negara berkembang, kebutuhan akan radioterapi bisa mencapai 70-80 persen dari total
pasien kanker (IAEA, 2005). Akan tetapi, menurut dr. Defrizal dari RS Kanker Dharmais,
Jakarta, layanan yang tersedia di Indonesia baru menjangkau 10-15 persen saja.
Metode itu memakai energi Pengion (x-ray, zat radioaktif), di samping juga pembedahan dan
obat-obatan. Tujuannya bisa dibagi dua, yaitu sebagai tujuan kuratif untuk penyembuhan,
atau tujuan paliatif untuk memperbaiki kualitas hidup penderita.
Dalam penggunaannya, radioterapi bisa diberikan dengan tiga cara berbeda. Pertama, radiasi
eksternal. Cara ini dilakukan dengan menempatkan sumber radiasi sedikit jauh terhadap
tumor yang ditargetkan, biasanya sekitar 30-100cm. Yang kedua adalah Brakhiterapi, di mana
sumber radiasi didekatkan pada target tumor bisa ditempel, dimasukkan ke rongga tubuh,
atau bahkan ditanam. Cara ketiga adalah dengan radiasi internal. Cara ini menggunakan zat
radiofarmaka dengan diminum atau disuntikkan.
Meski metode tersebut termasuk populer, ia bukannya tanpa efek samping. Radioterapi
memiliki berbagai efek samping, baik yang akut (terjadi setelah mendapat radiasi), seperti
kulit kemerahan, timbul gelembung, hingga ulkus, maupun efek lanjutan seperti pengerutan
jaringan atau pendarahan.
Berbagai efek samping itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari lokasi radiasi, jumlah
dosis, luas lapangan radiasi, kondisi tubuh pasien, hingga faktor eksternal seperti temperatur
dan kelembapan.

Karena itu, beberapa kiat bisa dilakukan untuk mencegah efek samping radioterapi, seperti di
bawah ini:

Radiasi daerah leher dan kepala: Menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak minum
atau makan terlalu panas maupun dingin, menghindari berkeringat, menghindari sinar
matahari langsung, menerima asupan gizi yang cukup.

Daerah dada: Menghindari berkeringat di daerah ketiak, tidak bergerak saat proses
radioterapi dilakukan, menerima asupan gizi yang cukup.

Daerah perut dan panggul: Mengonsumsi makanan lunak yang mudah dicerna,
menerima asupan gizi yang cukup, menjaga daerah lipatan paha dan sekitar dubur
agar tetap kering. (Bayu Maitra)

http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/radioterapi.efek.samping.dan.pencegahannya
/005/001/195

RADIOFARMASI
PENDAHULUAN

Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energy menembus ruang atau


sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau
subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi
menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta,
alpha, photon & neutron.
Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi alamiah
contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat pada lapisan
kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat terjadinya pergeseran lintasan
perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar
alfa, radiasi sinar beta , radiasi sinar gamma.
Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas
Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari Kristal
barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Pada tahun 1901
mendapat hadiah nobel atas penemuan tersebut. Akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896
Dr Otto Walkhoff (dokter gigi) dari Jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x
pada foto gigi ( premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya seorang
ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran 9 menit dan sekarang waktu
penyinaran menjadi 1/10 second (6 impulses).
William Rollins adalah orang yang mengerjakan intraoral radiograf pada tahun 1896
mengalami cedera disebabkan efek pekerjaan yaitu kulit tangannya terbakar sehingga
direkomendasikanlah pemakaian tabir/pelindung antara tabung, pasien maupun radiographer.
Korban lain dr Max Hermann Knoch orang Belanda yang bekerja sebagai ahli radiologi di
Indonesia. Ia bekerja tanpa menggunakan pelindung tahun 1904 dr Knoch menderita kelainan
yang cukup berat luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Lama
kelamaan tangan kiri dan kanan jadi nekrosis dan lama diamputasi yang akhirnya meninggal
karena sudah metastase ke paru.
Penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia untuk membuat obat yang
mengandung atom radioaktif (radiofarmaka) bagi keperluan diagnosa dan penyembuhan
(terapi) penyakit yang diidap oleh pasien. Senyawa kimia atau obat, yang salah satu atom
penyusun strukturnya adalah nuklida radioaktif, untuk keperluan diagnosa atau penyembuhan
(terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan ke pasien secara oral, parenteral, dan inhalasi
disebut sebagai radiofarmaka. Sedangkan untuk bidang keahlian (specialist) kedokteran yang
berhubungan dengan penggunaan bahan radioaktif (radiofarmaka) untuk tujuan diagnosa dan
terapi suatu penyakit disebut kedokteran nuklir.
Radiofarmaka diformulasikan dalam berbagai wujud kimia dan fisika untuk mengarahkan
(targeted) keradioaktifan ke bagian-bagian tertentu dari tubuh dengan harapan bahwa
Radiasi- yang dipancarkan dari radiofarmaka diagnosa dengan mudah akan keluar dari
tubuh sehingga memungkinkan deteksi dan pengukuran dilakukan di luar tubuh (eksternal).
Terapi Radiofarmaka akan memancarkan radiasi dalam bentuk partikel bermuatan, misalnya
b atau a, yang mendepositkan energi kedalam organ yang sedang disembuhkan dari penyakit.
APLIKASI RADIOLOGI DALAM KESEHATAN

Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang listrik,
radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinar ultraviolet tetapi
dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang
penting untuk diagnosa gigi geligi serta jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling
banyak pada diagnostic imaging system. Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik
lainnya terletak pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih
pendek yaitu :
1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.
Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar fekwensinya maka energi yang berikan
lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya gigi,
tulang dan jaringan disekitar gigi. Efek dari radiasi elektromagnetik dalam kehidupan,
bervariasi tergantung panjang gelombang, Gelombang TV dan radio dimana berada di
atsmosfir tidak mempunyai efek pada jaringan manusia. Microwave dengan energi radiasi
yang rendah dapat menghasilkan energi panas dalam jaringan organik yang juga bekerja pada
microwave ovens. Elektromagnetik dengan energi yang sangat rendah dapat menyebabkan
ionisasi seperti yang ada pada MRI (magnetic resonance imaging) untuk diagnostik.
Kemampuan sinar x menghasilkan gambar mengindikasikan sinar x dapat menembus kulit,
jaringan dan tulang.
Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek
fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar x tidak dapat dilihat
dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak
dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat
diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat,
mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.
a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat besar
seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin
besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar
daya tembusnya.
b. Pertebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan
bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau
zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan
tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini
maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.
c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan
bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar
penyerapannya.
d. Fluoresensi

Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide
memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar x
sudah dimatikan (after glow).
e. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.
f. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang
dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara di mana terdapat
elektron elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target). Dari
proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana energi elektron sebagian besar di rubah
menjadi panas ( 99% ) dan sebagian kecil (1 %) menjadi sinar x.
Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaiatu:
1. Mempunyai sumber electron
2. Gaya yang mempercepat gaya electron
3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
4. Alat pemusat berkas electron ( focusing cup )
5. Penghenti gerakan electron
Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif disebut anoda dan
elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament, bila diberi arus beberapa
mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda
maka elektron katoda ditarik ke anoda. Arus elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas
dengan bantuan sebuah silinder (focusing cup). Antikatoda menempel pada anoda dibuat dari
logam dengan titik permukaan lebih tinggi, berbentuk cekungan seperti mangkuk. Waktu
elektron dengan kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda, terjadilah
sinar x. Makin tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan elektron, akan makin
besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat dari tungsten, sebab
elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya juga tinggi (34000C) hanya sebagian
kecil energi elektron yang berubah menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan
sebagian besar berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi pada
tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi / air.

Prosedur penggunaan radiofarmaka di dalam kedokteran nuklir dapat dibagi dalam tiga
kategori:
1. Prosedur imaging atau pencitraan
2. Kajian fungsi in vivo
3. Prosedur terapi
Prosedur imaging memberikan informasi diagnosa atas dasar pola distribusi keradioaktifan di
dalam tubuh. Dua kajian utama dalam pemberian informasi imaging dalam tubuh dari
radiofarmaka adalah:
a) Kajian dinamik memberikan informasi fungsional melalui pengukuran laju akumulasi
dan laju keluarnya radiofarmaka oleh organ.
b) Kajian statik memberikan informasi morfologi berkenaan dengan ukuran, bentuk, dan
letak organ atau adanya lesi yang menempati ruang, dan dalam beberapa kasus mengenai
fungsi relatif. Pola distribusi radiofarmaka dalam suatu organ bervariasi dan tergantung organ
yang diamati dan ada atau tidak adanya penyakit.
Adapun tiga jenis pengamatan yang dilakukan melalui imaging atau pencitraan adalah:
1. Citra (image) dalam bentuk hot spots atau adanya keradioaktifan yang merata
(uniform) disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ
yang sehat atau normal, sedangkan jaringan berpenyakit menolak atau mengeluarkan
radiofarmaka tersebut dan lesion muncul dalam bentuk citra yang cold
spots.
Misalnya, pada penatahan (scanning)
liver dengan partikel koloid bertanda radioaktif ; setelah partikel koloid tersebut
diinjeksikan, partikel berakumulasi pada sel-sel phagocytosis yang terdapat di liver.
Bila tumor atau lesi lain berada di dalam liver, maka sel-sel yang melokalisasi koloid
radioaktif akan digantikannya.
2. Citra (image) dalam bentuk hot spots atau adanya keradioaktifan yang merata
(uniform) disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ
berpenyakit atau lesion, sedangkan jaringan yang sehat atau normal menolak atau
mengeluarkan radiofarmaka tersebut sehingga citra muncul sebagai cold
spots.
Misalnya, penatahan otak dengan
menggunakan radiofarmaka yang ditolak oleh `blood-brain-barrier`. Bila otak tersebut
berpenyakit sehingga `blood-brain-barrier` menjadi rusak, maka radiofarmaka dapat
meninggalkan ruang vascular dan selanjutnya terlokalisasi didalam lesi.
Organ normal bisa mengakumulasikan radiofarmaka, tetapi jaringan berpenyakit mampu
mengakumulasikannya baik pada tingkat yang lebih tinggi lagi bila fungsi organ berlebihan
atau meningkat, maupun pada tingkat yang lebih rendah dari pada organ normal apabila
fungsi organ menurun. Misalnya, dalam pencitraan kelenjar thyroid (thyroid gland) dengan
menggunakan iodium radioaktif. Kelenjar thyroid dengan mudah mengakumulasikan
radiofarmaka iodium-131 melalui fungsi normal, tetapi kelenjar yang sakit dengan jaringan
thyroid yang hyperfunction atau hypofunction akan menunjukkan konsentrasi radioiodium131 yang meningkat atau menurun.

Mengukur fungsi suatu organ atau system didasarkan atas absorpsi, pengenceran (dilution),
pemekatan, atau ekskresi keradioaktifan setelah pemberian radiofarmaka ini yang disebut
dengan telaah radiofarmasi secara in vivo. Radiofarmaka sendiri harus tidak mempengaruhi,
dalam cara apapun, fungsi sistim organ yang sedang diukur. Cara ini tidak memerlukan
pencitraan, tetapi analisis dan interpretasi didasarkan atas pencacahan keradioaktifan yang
muncul baik secara langsung dari organ-organ yang berada di dalam tubuh atau dari cuplikan
darah atau urin yang dicacah secara in vitro.
Beberapa contoh telaah secara in vivo yakni Telaah uptake iodium radioaktif untuk mengkaji
fungsi kelenjar thyroid sebagaimana ditentukan dengan pengukuran eksternal prosentase
dosis radioidium yang diambil oleh kelenjar vs. waktu. Dapat juga dengan penentuan volum
darah keseluruhan dengan mengukur pengenceran dari sejumlah tertentu sel darah merah
bertanda 51Cr yang diinjeksikan secara intravena dalam suatu volum sel merah. Ataupun
pengkajian tak langsung absorpsi vitamin B12 dari gastrointestinal tract dengan mengukur
fraksi vitamin B12 bertanda 57Co yang diberikan secara oral yang diekskresikan di dalam urin
dalam perioda waktu tertentu (Schilling test).
Dua faktor utama berkaitan dengan pengukuran radiasi:
1. Ionisasi materi oleh radiasi
2. Energi radiasi yang diserap (absorbsi) oleh materi
Kedua hal tersebut berhubungan langsung dengan konsekuensi biologis akibat interaksi
radiasi dengan tubuh manusia. Tetapi berat ringannya paparan radiasi tergantung dari berapa
banyak energi diserap, makin banyak energy yang terserap maka semakin berbahaya paparan
radiasi tersebut dan bagamana energi terdistribusi di dalam bahan penyerap. Jenis radiasi
berbeda bisa mendepositkan jumlah energi yang sama di dalam jaringan yang sama, tetapi
pola distribusinya bisa berbeda.
Kerusakan radiasi akan lebih besar terhadap sel-sel jaringan jika energi radiasi 100 erg yang
diserap terkosentrasi dibagian terkecil dari 1 gram jaringan dari pada jika 100 erg energi
didepositkan secara merata di seluruh 1 gram jaringan. RBE (Relative Biologic Effectiveness)
merupakan ukuran yang digunakan untuk menjelaskan derajat efek biologis yang dihasilkan
oleh jenis radiasi yang berbeda dengan dosis terserap yang sama. RBE adalah dosis radiasi
sinar x dan g dalam Rad yang diperlukan untuk menghasilkan efek biologis tertentu dibagi
dengan dosis radiasi dalam Rad setiap radiasi pengionisasi yang diperlukan untuk
menghasilkan efek biologis yang sama.
RBE tergantung dari besarnya LET (Linear Energy Transfer) radiasi tertentu. Lebih besar
LET makin tinggi efek biologis dari radiasi tertentu yang diserap. Energi yang diserap dalam
jarak yang pendek akan menyebakan lebih banyak injury yang diterima bila dibandingkan
dengan energi yang diserap dalam jarak yang jauh.
Beberapa radiasi bisa menghasilkan lebih banyak ionisasi per panjang lintasan yang dilalui.
Radiasi demikian dikatakan memiliki ionisasi spesifik yang tinggi dan karena itu akan
mendepositkan energi yang lebih banyak dalam panjang lintasan yang sama, artinya radiasi.
memiliki LET yang tinggi. Misalnya, 0.05 rad radiasi a di dalam jaringan menghasilkan efek
biologis yang sama seperti yang ditunjukkan oleh 1 rad radiasi sinar-x atau g, maka RBE
radiasi a adalah 20.

Bila 1 rad radiasi b menghasilkan efek biologis yang sama dengan 1 rad radiasi sinar-x atau g,
maka RBE radiasi b adalah 1.
Dalam proteksi radiasi akan memudahkan untuk menjumlahkan kontribusi dosis dari tipe
radiasi berbeda, kemudian digunakan suatu `modifier` sebagai faktor kualitas radiasi (Q)
yang berhubungan dengan tipe dan energi radiasi serta LET nya.
Dalam radiofarmasi dan kedokteran nuklir, paparan radiasi eksternal (external exposure) yang
menjadi perhatian utama adalah yang berkaitan dengan pemancaran sinar-g dan sinar-x,
karena kemampuannya untuk menembus jaringan dan menyebabkan ionisasi.
Lain halnya dengan radiasi partikel, paparan eksternalnya terhadap tubuh sedikit memberikan
efek berbahaya, karena partikel b dan a mudah diserap oleh udara atau oleh beberapa mm
lapisan kulit. Meskipun demikian, beberapa pemancar b energi tinggi, seperti 32P (1.7 MeV),
90
Y (2.28 MeV), dan 89Sr (1.46 MeV) dapat memiliki ancaman eksternal karena jangkauannya
(range) di udara maupun jaringan cukup tinggi.
PROTEKSI RADIASI
Sumber potensial paparan radiasi internal (internal radiation exposure) adalah ingestion
makanan atau air terkontaminasi dan inhalation radionuklida yang ada diudara. Tiga hal yang
sangat penting perlu diperhatikan untuk proteksi radiasi dari paparan esternal radiasi-g
adalah:
1.

Waktu

Lebih singkat waktu paparan, lebih rendah dosis radiasi yang harus diterima. Ini artinya
bahwa bekerja dengan bahan radioaktif harus direncanakan dengan baik dan dilaksanakan
secepat mungkin, terutama bila bekerja dengan sumber radiasi tanpa dilengkapi perisai
2.

Jarak

Mempertahankan jarak sepraktis mungkin dari suatu sumber radiasi merupakan suatu metoda
yang efektif untuk mengurangi paparan radiasi berdasarkan `hukum kuadrat terbalik`. Hukum
ini hanya berlaku untuk radiasi- dan radiasi sinar-x, yang menyatakan bahwa jumlah radiasi
dari suatu sumber titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber. Secara
sederhana, dengan melipat-gandakan jarak dari suatu sumber radiasi akan mengurang
paparan sampai seperempatnya. Prinsip pengurangan paparan ini hanya terpenuhi jika ukuran
fisis sumber relatif kecil bila dibandingkan dengan ukuran tubuh yang dipapar.
3.

Perisai (shielding)

Keefektifan bahan perisai tergantung dari nomor atom, kerapatan, dan ketebalan bahan
perisai. Bahan yang memiliki kerapatan dan nomor atom yang tinggi artinya memiliki banyak
atom (elektron) yang terkemas dalam volum kecil sehingga menghasilkan `stopping power`
yang tinggi. Karena itu bila energi foton gamma semakin tinggi, maka dibutuhkan perisai
yang semakin tebal untuk menghentikan foton gamma tersebut. Hubungan antara intensitas
radiasi semula (I0 ) dan intensitas setelah melalui perisai (I) dinyatakan dalam persamaan
berikut:

I = I0 e-mx dengan m adalah koefisien attenuasi linier (mm-1)


Penting dan perlu mengetahui dengan jelas berapa dosis radiasi yang diterima tubuh
keseluruhan (whole body) dan yang diterima organ individual bila radiofarmaka diberikan
kepada pasien. Hal ini dikarenakan Jumlah radiasi yang diabsorbsi harus diketahui untuk
tujuan mengkaji risiko radiasi terhadap pasien. Serta Informasi dosis radiasi menentukan
berapa jumlah maksimum keradioaktifan yang perlu diberikan untuk suatu prosedur
kedokteran nuklir.
SIFAT IDEAL RADIOFARMAKA IMAGING
Beberapa sifat-sifat radiofarmaka diagnostik imaging yang ideal adalah sebagai berikut:
1.

Pemancar gamma murni

Meluruh melalui electron capture atau isomeric transition. Radiasi yang mempunyai daya
tembus rendah, seperti partikel alfa dan beta tidak diinginkan, karena: linear energy transfer
(LET) tinggi, fraksi energi yang didepositkan per cm jarak tempuh sangat tinggi, yang
mengakibatkan absorpsi kuantitatif di dalam tubuh ataupun sedikit partikel yang sampai ke
detektor, sehingga partikel alfa dan beta tidak memberikan citra. Partikel dengan LET yang
tinggi mengakibatkan dosis radiasi sangat significant terhadap pasien.
2.

100 keV < energi gamma < 250 keV

Umumnya peralatan imaging (kamera gamma) didisain untuk berfungsi dengan baik,
memberikan kualitas citra (image) optimal, di daerah rentang energi ini.
Radionuklida tertentu dengan energi sinar gamma dibawah 100 keV: misalnya 201 Tl dan 133 Xe
dengan energi gamma kira-kira 70-80 keV, atau diatas 250 keV: seperti 67Ga dan 131I dengan
energi gamma masing-masing 300 dan 364.5 keV, telah umum digunakan secara klinis.
Radionuklida energi tinggi jenis ini memerlukan kolimasi lebih tinggi untuk mendapatkan
kualitas citra yang lebih baik, tetapi akibatnya akan menurunkan sensitivitas dan resolusi.
3.

Waktu paruh efektif = 1.5 x lamanya pemeriksaan.

Batasan waktu ini memberikan kesesuaian antara kenginan meminimalkan dosis yang
diterima pasien dan memaksimalkan dosis yang diinjeksikan agar statistik pencacahan dan
kualitas citra memberikan hasil yang optimal. 133Xe atau gas mulia lain yg digunakan untuk
ventilation study merupakan perkecualian.
Radiofarmaka harus bisa dikeluarkan dari tubuh secara kuantitatif dalam beberapa menit
setelah diagnosa selesai. Kebanyakan radiofarmaka menunjukkan pola clearance
eksponensial sehingga waktu paruh efektifnya cukup panjang (dalam hitungan jam atau hari
bukan detik atau menit).
4.

Target to non-target ratio tinggi.

Jika ratio tidak cukup tinggi (5:1 minimum untuk planar imaging, kira-kira 2:1 for SPECT
imaging), hasil scan menunjukkan adanya nondiagnostic scan dan ini menyulitkan atau
tidak memungkinkan untuk membedakan organ berpenyakit (pathology) dari latar-belakang.

Misalnya, untuk thyroid scan, idealnya semua radioaktivitas berada di dalam thyroid dan
tidak ada tempat lain di daerah sekitar leher.
Kepentingan dosimetri, liver uptake dari radioiodida tidak diinginkan sama sekali,
disamping tentunya tidak mempunyai dampak di dalam proses penyidikan (imaging) yang
sesungguhnya karena tidak berada dalam daerah etapi untuk pandang. Rendahnya ratio juga
menimbulkan radiasi yang tidak perlu yang diterima pasien.
5.

Dosimetri Radiasi Internal

Dosimetri radiasi terhadap pasien maupun petugas kedokteran nuklir harus memerlukan
perhatian khusus, terutama dalam memenuhi persyaratan sesuai dengan panduan ALARA (As
Low As Reasonably Achievable).
Konsep ALARA didasarkan terhadap upaya mempertahankan dosis radiasi serendah mungkin
yang dapat dicapai. Dengan konsep ini telah dapat diimplementasikan pengurangan
menyeluruh dosis terhadap pekerja radiasi. Tentunya meskipun dosis radiasi yang
diinjeksikan ke pasien harus sekecil mungkin, tetapi harus konsisten memberikan kualitas
citra yang baik.
Untuk pekerja radiasi Maximum Permissible Dose (MPD) untuk keseluruhan tubuh adalah 1
Rem per tahun untuk tiap tahun umur pekerja radiasi tersebut. Misal: jika pekerja berumur 30
tahun, maka MPD adalah 30 R.
6.

Keselamatan pasien

Radiofarmaka harus memperlihatkan tidak adanya toksisitas terhadap pasien. Misalnya,


mengapa kita tidak pernah mempersoalkan 201Tl dalam bentuk thallous klorida, TlCl, yang
dewasa ini diinjeksikan secara rutin ke pasien untuk sidik atau diagnosa kelainan jantung?
Telah diketahui umum bahwa ion thallous (Tl+) merupakan kardiotoksin yang potent. Hal ini
bisa diterima dalam praktek sehari-hari, karena keaktifan jenis (specific activity), 201Tl yang
bebas pengemban adalah sangat tinggi dan jumlah Tl-201 yang terkandung di dalam sediaan
dengan aktivitas 3 mCi hanya sekitar 42 ng, suatu jumlah yang sangat kecil dan berada di
bawah tingkat yang signifikan untuk dapat memberikan respon fisiologis dari pasien.
7.

Reaktivitas kimia

Harus tersedia substrate atau tempat didalam molekul dimana memungkinkan reaksi
penandaan dengan atom radioaktif dapat dilakukan. Tidak setiap senyawa dapat ditandai
dengan setiap isotop. Dalam kenyataannya penandaan sering memerlukan suatu posisi yang
selektif di dalam molekul atau senyawa.
Senyawa yang menunjukkan biodistribusi yang dapat diterima, sering menjadi tidak berguna
bila telah ditandai logam radioaktif atau telah mengalami iodinasi. Bahkan perubahan sedikit
saja dilakukan terhadap struktur molekul sering akan menyebabkan perubahan biodistribusi
yang drastis. Karena itu penelitian ekstensif perlu dilakukan untuk menentukan struktur
molekul optimal agar penandaan dapat dilakukan dengan menggunakan isotop spesifik.
Misalnya, salah satu ciri khas 99mTc sebagai radioisotop yang ideal untuk sidik diagnosa
adalah kemampuannya untuk terikat dengan mudah terhadap berbagai jenis senyawa dalam
kondisi fisiologis, mulai dari molekul yang sederhana, seperti pyrophosphate, sampai sejenis

gula, seperti glucoheptonat; dari peptida sampai antibodi; dari koloid yang tidak larut sampai
dan makroaggregat sampai dengan antibiotik dan molekul komplek yang lain.
8.

Tidak mahal dan tersedia dengan mudah.

Radiofarmaka harus stabil baik sebelum dan sesudah proses penandaan (pre- and postreconstitution). Apabila suatu senyawa tertentu memperlihatkan kinerja yang baik untuk
suatu prosedur tertentu, dan hanya tersedia di suatu rumah sakit besar, maka penggunaanya
dengan jelas akan sangat terbatas. Karena itu dengan melihat kondisi ekonomi dewasa ini,
maka radiofarmaka yang sangat mahal tentu penggunaanya akan terbatas dan tidak populer,
apalagi bila ada metoda alternatif yang lebih murah.
9.

Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat ditempat (rumah sakit).

Penyiapan suatu obat tentu harus sederhana dengan tahapan pengerjaan yang relatif sedikit.
Prosedur dengan tahapan lebih dari tifa tahap umumnya tidak memenhui persyaratan inin.
Disamping itu tidak diperlukan suatu peralatan yang rumit dan tidak ada tahap dengan waktu
pengerjaan yang lama. Jika radiofarmaka dibuat ditempat (in-house), maka sangatlah penting
kendali kualitas (quality control) dilaksanakan untuk setiap batch yang disiapkan dalam
upaya menjamin bahwa tiap-tiap sediaan akan memberikan citra (image) kualitas tinggi
sementara bisa meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Leswara ND. 2008. Buku Ajar Radiofarmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saha, GB. 2004. Fundamentals of Nuclear Pharmacy 5th ed. New York: Springer
International Atomic Energy Agency. 2006. Nuclear Medicine Resources Manual. Austria:
IAEA
http://apotikmakassar.wordpress.com/radiofarmasi/

Radioisotop dalam Bidang Kedokteran


Radiasi mempunyai salah satu sifat merusak. Ini terjadi akibat interaksi radiasi dengan
materi yang secara langsung atau langsung menimbulkan pengionan. Dari hasil penelitian

para pakar nuklir menunjukkan bahwa radiasi disamping mempunyai sifat negatif tetapi tidak
sedikit pula segi positifnya. Sumber radiasi yang digunakan untuk diagnose maupun terapi
dalam kedokteran nuklir disebut radiofarmaka. Radiofarmaka harus memiliki karakteristik
dalam penggunaan, baik diagnostik,terapi dan penelitian. Karakteristik tersebut mencangkup
tranlokasinya, depositnya dan metabolisme dalam tubuh.
Radiofarmaka yang digunakan berupa senyawa garam sederhana atau berupa senyawa
organic bertanda. Contoh Na I 131 berupa garam sederhana, yang digunakan untuk uji
kelenjar gondok (thyroid), Hippuran I 131 senyawa organik bertanda, untuk pemeriksaan
fungsi ginjal. Rancangan radiofarmaka pada umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu
antara lain:
1) Untuk diagnostik
- Waktu paruh pendek
- Aktivitas serendah mungkin
- Pemancar gamma
- Suntikan harus steril
- Energi yang dipancarkan 30- 600 KeV.
2) Untuk Terapi
- Waktu paruh panjang
- Aktivitas disesuaikan dengan perhitungan yang diperlukan
- Pemancaran beta murni
- Terlokalisir ditempat yang diobati
- Energi yang dipancarkan antara 500 1000 KeV.
Berbagai jenis radioisotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa)
berbagai jenis penyakit misalnya : teknesium (Tc-99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(I-131),
natrium-24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc-99 yang disuntikkan ke dalam
pembuluh darah akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti
jantung, hati dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap oleh jaringan yang sehat
pada organ jantung.
Oleh karena itu, kedua isotop itu digunakan secara bersama-sama untuk mendeteksi
kerusakan jantung. I-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu
dari otak. Oleh karena itu, I -131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar

gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang mengandung Na-24
disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah
misalnya apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan isotop
Natrium tersebut.
Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk penyakit mata,
tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah. Kadang-kadang,
radioisotope yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu dengan dosis
yang lebih kuat misalnya, I-131 juga digunakan untuk terapi kanker kelenjar tiroid.
Radioisotop perunut biasanya juga digunakan untuk mendiagnosis penyakit yang
terdapat di dalam organ tubuh. Untuk tujuan diagnosis, pemeriksaan secara kedokteran nuklir
dapat dilakukan dengan mudah, murah, serta dihasilkan informasi diagnosis yang akurat. Dari
diagnosis ini dapat diperoleh informasi tentang fungsi organ tubuh yang diperiksa serta
gambaran anatominya.
Tes diagnostik dengan radioisotop dapat digunakan untuk mengetahui:
1. Baik tidaknya fungsi organ tubuh.
2. Proses penyerapan berbagai senyawa tertentu oleh tubuh.
3. Menentukan lokasi dan ukuran tumor dalam organ tubuh.
Technicium-99m (99m Tc) merupakan salah satu jenis radioisotop yang paling banyak
digunakan untuk diagnosis. Radioisotop yang ditemukan oleh Perrier dan Serge pada 1961 ini
dipilih karena mempunyai waktu paro sangat pendek, yaitu enam jam, sehingga dosis radiasi
yang diterima pasien sangat rendah.
Penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi pada prinsipnya menggunakan unsur
radioisotop untuk mempengaruhi materi atau unsur lain. Dengan pengertian bahwa radiasi
yang dipancarkan oleh unsur radioisotop tersebut dapat meubah susunan, struktur maupun
komposisi dari suatu materi sehngga dapat merubah sifat dari materi yang dipengaruhi.

Aplikasi dalam Bidang Kedokteran


Pemeriksaan IN VIVO

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan secara in vivo (dalam tubuh) atau in vitro
(diluar tubuh). Secara in vivo pasien diberi radioisotop baik secara oral (melalui mulut),
suntikan atau inhalasi (pernafasan), kemudian dideteksi aktivitasnya dari luar tubuh. Pada
pemeriksaan in vivo senyawa yang dipilih adalah senyawa yang mempunyai mekanisme
pengangkutan maupun metabolism dalam tubuh yang sesuai dengan organ yang diperiksa.
Misalnya : pemeriksaan tulang, dipakai phosphate-Tc-99m, pemeriksaan kelenjar
gondok digunakan Na-I-131. Radioisotop yang digunakan untuk keperluan in vivo, pada
umumnya pemancar gamma, karena radiasi gamma mempunyai daya tembus yang besar dan
dapat menembua keluar dari tubuh serta dapat dideteksi.
Cara Pemeriksaan IN VIVO:
Pemeriksaan Fungsi Kelenjar Gondok
Untuk pemeriksaan kelenjar gondok digunakan Na-I-131 atau Pertechnetate-Tc-99m.
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosa penyakit gondok endemik. Hal ini
disebabkan kerana kurangnya kandungan Iodium pada makanan atau minuman penderita.
Jika kandungan iodium dalam makanan atau minuman sangat rendah, kebutuhan iodium
dalam tubuh tidak terpenuhi.
Akibatnya bila diberi Na-I-131 atau pertechnetate Tc-99m, sebagian besar akan
diserap oleh kelenjar gondok. Hasil pemeriksaan selanjutnya dibandingkan dengan harga
normal, dan akan nampak adanya daerah yang menunjukkan aktifitas tinggi.(hot nodule),
aktivitas rendah (cold nodule) atau adanya kelainan anatomis disekitar kelenjar gondok.
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Senyawa Hippuran I 131 yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh
balik lengan dengan cara di suntikan dan dideteksi pada daerah ginjal kiri dan kanan, dapat
memberikan informasi mengenai fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan ditampilkan dalam bentuk
kurve dan penilaian terhadap fungsi ginjal di dasarkan pada kecepatan setiap fase dan bentuk
kurva.
Pemeriksaan Funsi Hati

Radioisotop yang digunakan pada pemeriksaan adalah Tc-99m, Au-98, I-131, NaI-131
yang dimasukkan dalam tubuh dan dengan bantuan scanner dapat diperoleh hasil berupa
gambaran yang dapat memberikan informasi antara lain :
a. Ukuran hati
b. Adanya kelainan disekitar jaringan hati.
c. Respon jaringan hati terhadap hasil pengobatan penyakit hati
d. Adanya kelainan bawaan hati.
Terapi Tumor atau Kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel
normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata
lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan
dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.

Pemeriksaan IN VITRO
Cara in vitro dilakukan dengan mengambil sampel dari pasien (misal darah).
Selanjutnya dianalisis dengan metoda yang menggunakan radioisotope (dengan RIA = Radio
Immuno Assay). Teknik RIA berfungsi untuk mengukur kandungan hormon tertentu dalam
darah. Dasar teknik RIA adalah reaksi spesifik antigen-antibodi.
Contoh: pemeriksaan hormon insulin dalam darah. Untuk itu digunakan antibodi
terhadap insulin (AB) dan antigen insulin yang diberi tanda radioisotop (Ag)+, sehingga
insulin dalam darah bertindak sebagai antigen yang tidak bertanda (Ag). Apabila Ag, Ag+ dan
Ab dicampur akan terjadi komposisi anatara Ag dan Ag+ untuk berikatan dengan Ab.
Akhirnya akan diperoleh ikatan sebagai berikut :
Ab

Ag +

Ab

Ag

Ag bebas dan Ag+ bebas Jika Ab Ag dan Ab Ag+ dipisahkan dari campuran dan di
cacah maka diperoleh informasi cacah Ag + yang membentuk ikatan Ab Ag+ .
Kebolehjadian didapatkannya Ag dibanding Ag+ didalam ikatan sesuai dengan perbandingan

antara Ag total dan Ag+ total. Dalam kit RIA biasanya disediakan beberapa Ag standart yang
telah diketahui standartnya, sehingga akan diperoleh informasi tentang kadar Ag yang
dikehendaki. Peralatan kedokteran nuklir yang digunakan adalah:
a.

Scanner

b. Renograf
c.

Thyroid Uptake

d. RIA
Sterilisasi Alat-Alat Kedokteran
Prinsip sterilisasi adalah membebaskan alat tersebut dari semua jasad hidup terutama
jasad renik (mikroba). Secara umum teknik sterilisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian:
1. Sterilisasi panas menggunakan uap dan tekanan atau suhu 170oC.
2. Sterilisasi dingin dengan menggunakan cara kimia atau cara radiasi.
Alat kedokteran kebanyakan berbahan plastik sehingga tidak tahan terhadap sterilisasi
panas, untuk itu dilakukan sterilisasi cara radiasi menggunakan radioisotop. Alat-alat
kedokteran yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang
digunakan. Bila bahan tersebut terurai karena radiasi maka hasil urainya tidak berpengaruh
negatif.

Adapun keuntungan dari teknik sterilisasi radiasi dibanding teknik lain antara lain:
1) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.
2) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.
3)

Bahan atau alat dapat disterilkan dalam keadaan sudah terbungkus rapi, siap untuk
dipasarkan..

4) Bahan pembungkus dan bahan kemasan mudah dipilih karena daya penetrasi yang kuat dari
sinar .
5) Tidak perlu pengontrolan sistem sterilisasi.
6) Kontaminasi silang dapat dihindari.
Penggunaan Sinar-X
Penggunaan sinar-X memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1) Menggunakan generator sinar-X

2) Menggunakan sumber tertutup (sealed source)


3) Lebih bersifat untuk mengetahui kelainan secara anatomis.
Sinar-X dihasilkan dari tabung sinar-X yang hampa udara, dimana didalamnya
terdapat dua elemen yaitu anoda dan katoda. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik
yang mempunyai energi tinggi, sehingga dapat menembus zat padat yang dilaluinya. Sinar-X
dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu
tabung vacum. Elektron di hasilkan dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai
katoda. Pada saat arus listrik dari sumber dihidupkan, filamen akan mengalami pemanasan
sehingga kelihatan menyala. Dalam kondisi tersebut filamen akan mengeluarkan elektron.
Selanjutnya antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang tinggi dengan orde
kilo Volt, sehingga mempunyai kecepatan dan energy kinetik yang tinggi bergerak dengan
capat menuju ke anoda. Terjadilah tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dan anoda.
Pada peristiwa tumbukan tersebut terjadilah pancaran sinar-X dari permukaan anoda.
Pemeriksaan dengan Pesawat Sinar-X
Pesawat sinar-X (pesawat Rontgen) dapat digunakan sebagai alat diagnose. Sebagai
alat untuk pemeriksa pasien pesawat sinar-X perlu dapat diatur dalam menghasilkan sinar-X.
Untuk itu ada tiga parameter yang harus diatur yaitu tegangan tinggi (kV), Arus (mA) dan
waktu expose (S). Pada saat melakukan pencitraan pada pasien tiga parameter tersebut harus
diatur, karena dalam pencitraan tiap-tiap orang berbeda. Pencitraan anak-anak beda dengan
orang dewasa. Pencitraan orang kurus beda dengan orang gemuk.
Pengaturan pencitraan ini bertujuan supaya hasil gambar yang dihasilkan pada film
baik dan memenuhi criteria kedokteran. Untuk meningkatkan kualitas gambar dalam
radiodiagnostik digunakan media kontras dengan cara memasukkan subtansi yang bisa
menyerap sinar-X lebih banyak kedalam tubuh yang sedang di diagnosis. Bahan yang biasa
digunakan media kontras adalah Barium (Ba) dan Iodium (I).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gambar pada pencitraan antara lain :
1) Pengaruh Arus (mA). Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-X.
2) Pengaruh jarak. Jarak tabung sinar-X dengan obyek juga akan berpengaruh pada intensitas
sinar-X.

3)

Pengaruh waktu (S). Waktu juga akan berpengaruh pada kualitas gambar, karena jika
waktunya panjang maka radiasi yang diterima obyek semakin banyak dan sebaliknya.

4) Pengaruh kiloVolt (kV). Perubahan kV menyebabkan perubahan pada daya tembus sinar-X
dan juga total intensitas berkas sinar-X akan berubah.
Sejalan dengan perkembangan teknologi terutama setelah ditemukanya image prosesing
(proses bayangan pencitraan) dengan komputer, maka memungkinkan proses pembentukan
gambar pada film diubah dengan cara merekontruksi gambar dengan computer, sehingga
gambar dapat diperoleh dengan segera. Teknik image prossing mampu membedakan antara
jaringan yang satu dengan lainnya, misal jaringan yang sangat mirip dalam otak manusia,
yaitu antara substansia grisea dengan substansia alba. Perangkat yang mampu mengolah
gambar ini disebut Computed tomography scanner (CT-Scan). Perangkat radiologi yang
melengkapi dalam kedokteran nuklir adalah :
a. Pesawat sinar-X (Rontgen)
b. Pesawat Cobalt
c. Akselerator linier (Linac)
d. CT- Scan
Penggunaan radioaktif untuk kesehatan sudah sangat banyak, dan sudah berapa juta orang
di dunia yang terselamatkan karena pemanfaatan radioaktif ini. Sebagai contoh sinar X untuk
penghancur tumor atau untuk foto tulang. Berdasarkan radiasinya:
Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi
gamma atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-X yang diserap oleh
tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang.
Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone densitometer tersebut.
Teknik ini bermanfaat untuk membantu mendiagnosiskekeroposan tulang (osteoporosis) yang
sering menyerang wanita pada usia menopause (matihaid) sehingga menyebabkan tulang
muda.

Three Dimensional Conformal Radiotheraphy (3d-Crt)


Terapi radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit
radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik

elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa
perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi.
Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan
untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan yang
tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor
yang akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis
yang tepat pada target.
Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metoda
pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife).
Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah
konvensional menjadi dapat diatasi dengan baik oleh pisau gamma ini, bahkan tanpa perlu
membuka kulit pasien dan yang terpenting tanpa merusak jaringan di luar target.
Teknik Pengaktivan Neutron Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan
kandungan mineral tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan
jumlah yang sangat kecil (Co, Cr, F, Fe, Mn, Se, Si, V, Zn dsb) sehingga sulit ditentukan
dengan metoda konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada sifatnya yang tidak merusak
dan kepekaannya sangat tinggi. Di sini contoh bahan biologik yang akan diperiksa ditembaki
dengan neutron.
Penggunaan radioaktif dalam bidang kedokteran terutama untuk pendeteksian jenis
kelainan di dalam tubuh dan untuk penyembuhan kanker yang sangat sukar dioperasi
menggunakan metode lama. Prinsip radioaktif ini juga dimanfaatkan untuk pengetesan
kualitas bahan di dalam suatu industri yang dapat dipergunakan dengan mudah dan dengan
ketelitian yang tinggi. Radioisotop yang digunakan dalam bidang kedokteran dapat berupa
sumber terbuka (unsealed source) dan sumber tertup (sealed source). Ketika radioisotop
tersebut tidak dapat dipergunakan lagi, maka sumber radioaktif bekas tersebut sudah menjadi
limbah radioaktif.
Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari
organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan
film sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya,

sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang
tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh
tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu
CT-Scanner.
Radioisotop Teknesium-99m (Tc-99m) merupakan radioisotop primadona yang
mendekati ideal untuk mencari jejak di dalam tubuh. Hal ini dikarenakan radioisotop ini
memiliki waktu paro yang pendek sekitar 6 jam sehingga intensitas radiasi yang
dipancarkannya berkurang secara cepat setelah selesai digunakan. Radioisotop ini merupakan
pemancar gamma murni dari jenis peluruhan electron capture dan tidak memancarkan radiasi
partikel bermuatan sehingga dampak terhadap tubuh sangat kecil.
Selain itu, radioisotop ini mudah diperoleh dalam bentuk carrier free (bebas pengemban)
dari radioisotop molibdenum-99 (Mo-99) dan dapat membentuk ikatan dengan senyawasenyawa organik. Radioisotop ini dimasukkan ke dalam tubuh setelah diikatkan dengan
senyawa tertentu melalui reaksi penandaan (labelling).
Di dalam tubuh, radioisotop ini akan bergerak bersama-sama dengan senyawa yang
ditumpanginya sesuai dengan dinamika senyawa tersebut di dalam tubuh. Dengan demikian,
keberadaan dan distribusi senyawa tersebut di dalam tubuh yang mencerminkan beberapa
fungsi organ dan metabolisme tubuh dapat dengan mudah diketahui dari hasil pencitraan.
Pencitraan dapat dilakukan menggunakan kamera gamma.
Radioisotop ini dapat pula digunakan untuk mencari jejak terjadinya infeksi bakteri,
misalnya bakteri tuberkolose, di dalam tubuh dengan memanfaatkan terjadinya reaksi spesifik
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Terjadinya reaksi spesifik tersebut dapat diketahui
menggunakan senyawa tertentu, misalnya antibodi, yang bereaksi secara spesifik di tempat
terjadinya infeksi.
Beberapa saat yang lalu di Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) BATAN telah
berhasil disintesa radiofarmaka bertanda teknesium-99m untuk mendeteksi infeksi di dalam
tubuh. Produk hasil litbang ini saat ini sedang direncanakan memasuki tahap uji klinis.
Sebagai Perunut

Dalam bidang kesehatan radioisotop digunakan sebagai perunut (tracer) untuk


mendeteksi kerusakan yang terjadi pada suatu organ tubuh. Selain itu radiasi dari radioisotop
tertentu dapat digunakan untuk membunuh sel-sel kanker sehingga tidak perlu dilakukan
pembedahan untuk mengangkat jaringan sel kanker tersebut. Berikut ini adalah contoh
beberapa radioisotop yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan.
Contoh radioisotop dalam bidang kedokteran :
I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati
dan otak.
Pu-238 energi listrik dari alat pacu jantung.
Tc-99 & Ti-201 Mendeteksi kerusakan jantung.
Na-24 Mendeteksi gangguan peredaran darah.
Xe-133 Mendeteksi Penyakit paru-paru.
P-32 digunakan untuk pengobatan penyakit polycythemia rubavera, yaitu pembentukkan sel
darah merah yang berlebihan. Didalam penggunaannya P-32 disuntikkan ke dalam tubuh
sehingga radiasinya yang memancarkan sinar beta dapat menghambat pembentukan sel darah
merah pada sumsum tulang.
Sedangkan, sinar gamma dapat digunakan untuk mensterilkan alat-alat kedokteran,
sebelum dikemas dan ditutup rapat, misalnya pada proses sterilisasi alat suntik. Sebenarnya
sebelum dikemas, alat suntik sudah disterilkan. Tetapi, pada proses pengemasan masih
mungkin terjadi kontaminasi, sehingga setelah alat suntik tersebut dikemas dan ditutup rapat
perlu dilakukan sterilisasi ulang dengan menggunakan sinar gamma (Sutresna, 2007).
Fe-59 Mempelajari pembentukan sel darah merah.
Cr-51 Mendeteksi kerusakan limpa.
Se-75 Mendeteksi kerusakan Pankreas.
Tc-99 Mendeteksi kerusakan tulang dan paru-paru.
Ga-67 Memeriksa kerusakan getah bening.
C-14 Mendeteksi diabetes dan anemia.
Co-60 Membunuh sel-sel kanker.
Berbagai jenis radio isotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa)
pelbagai jenis penyakit al: teknesium (Tc-99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(1-131),
natrium-24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc-99 yang disuntikkan ke dalam

pembuluh darah akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti
jantung, hati dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap oleh jaringan yang sehat
pada organ jantung. Oleh karena itu, kedua isotop itu digunakan secara bersama-sama untuk
mendeteksi kerusakan jantung.
1-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak.
Oleh karena itu, 1-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok,
hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang mengandung Na-24 disuntikkan
ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah misalnya
apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan isotop Natrium
tersebut.
Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk penyakit mata,
tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah. Kadang-kadang,
radioisotop yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu dengan dosis
yang lebih kuat misalnya, 1-131 juga digunakan untuk terapi kanker kelenjar tiroid.
Unsur Lain yang Dapat Digunakan dalam Bidang Kedokteran:
1) Bismuth-213 (46 menit): digunakan untuk terapi alfa ditargetkan (TAT), terutama kanker,
karena memiliki energi tinggi (8.4 MeV).
2)

Kromium-51 (28 detik): digunakan untuk label sel darah merah dan menghitung kerugian
protein gastro-intestinal.

3)

Cobalt-60 (5,27 tahun): dahulu digunakan untuk radioterapi berkas eksternal, sekarang
lebih banyak digunakan untuk sterilisasi.

4)

Disprosium-165 (2 jam): digunakan sebagai hidroksida agregat untuk perawatan


synovectomy arthritis.

5)

Erbium-169 (9,4 detik): digunakan untuk menghilangkan rasa sakit arthritis di sendi
sinovial.

6) Holmium-166 (26 jam): dikembangkan untuk diagnosis dan pengobatan tumor hati.
7)

Iodine-125 (60 detik): digunakan dalam brachytherapy kanker (prostat dan otak), juga
diagnosa untuk mengevaluasi tingkat filtrasi ginjal dan untuk mendiagnosis deep vein
thrombosis di kaki. Hal ini juga banyak digunakan dalam radioimmuno-pengujian untuk
menunjukkan adanya hormon dalam jumlah kecil.

8)

Iodine-131 (8 detik) *: banyak digunakan dalam mengobati kanker tiroid dan dalam
pencitraan tiroid, juga dalam diagnosis fungsi hati yang abnormal, ginjal (ginjal) aliran darah
dan obstruksi saluran kemih. Sebuah emitor gamma kuat, tetapi digunakan untuk terapi beta.

9)

Iridium-192 (74 detik): disertakan dalam bentuk kawat untuk digunakan sebagai sumber
radioterapi internal untuk pengobatan kanker (digunakan kemudian dihapus).

10) IronBesi-59 (46 detik): digunakan dalam studi metabolisme besi dalam limpa.
11) Lead-212 (10.6 jam): digunakan dalam TAT untuk kanker, dengan produk peluruhan Bi-212,
Po-212, Tl-208.
12) Lutetium-177 (6.7 detik): Lu-177 semakin penting karena hanya memancarkan gamma
cukup untuk pencitraan sedangkan radiasi beta melakukan terapi pada kecil (misalnya
endokrin) tumor. setengah-hidup cukup lama untuk memungkinkan persiapan yang canggih
untuk digunakan. Hal ini biasanya dihasilkan oleh aktivasi neutron dari target lutetium alam
atau diperkaya-176.
13) Molibdenum-99 (66 jam) *: digunakan sebagai 'orang tua' dalam generator untuk
menghasilkan teknesium-99m.
14) Palladium-103 (17 detik): digunakan untuk membuat benih brachytherapy implan permanen
untuk kanker prostat tahap awal.
15) Fosfor-32 (14 detik): digunakan dalam pengobatan polisitemia vera (kelebihan sel darah
merah).
16) Kalium-42 (12 jam): digunakan untuk penentuan kalium tukar dalam aliran darah koroner.
17) Renium-186 (3,8 detik): digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada kanker tulang.
18) Renium-188 (17 jam): Digunakan untuk arteri koroner, menyinari dari balon angioplasty.
19) Samarium-153 (47 jam): Sm-153 sangat efektif dalam mengurangi rasa sakit kanker
sekunder bersarang di tulang, dijual sebagai Quadramet. Juga sangat efektif untuk prostat dan
kanker payudara.
20) Selenium-75 (120 detik): digunakan dalam bentuk seleno-metionin untuk mempelajari
produksi enzim pencernaan.
21) Sodium-24 (15 jam): untuk studi elektrolit dalam tubuh.
22) Stronsium-89 (50 detik) *: sangat efektif dalam mengurangi rasa sakit prostat dan kanker
tulang.
23) Technetium-99m (6 jam): digunakan untuk gambar otot kerangka dan jantung pada
khususnya, tetapi juga untuk otak, tiroid, (perfusi dan ventilasi) paru-paru, hati, limpa, ginjal
(struktur dan tingkat filtrasi), kantung empedu, tulang sumsum, ludah dan kelenjar lakrimal,

kolam darah jantung, infeksi dan banyak penelitian medis khusus. Diproduksi dari Mo-99
dalam generator.
24) Xenon-133 (5 detik) *: digunakan untuk paru-paru.
25) Iterbium-169 (32 detik): digunakan untuk studi cairan cerebrospinal di otak.
26) Iterbium-177 (1,9 jam): nenek moyang Lu-177.
27) Yttrium-90 (64 jam) *: digunakan untuk brachytherapy kanker dan sebagai silikat koloid
untuk menghilangkan rasa sakit arthritis pada sendi sinovial lebih besar. Tumbuh signifikan
dalam terapi.
28) Radioisotop cesium, emas dan ruthenium juga digunakan dalam brachytherapy.
29) Karbon-11, Nitrogen-13, Oksigen-15, Fluorin-18: adalah positron emitter digunakan dalam
PET untuk mempelajari fisiologi otak dan patologi, khususnya untuk pemisahan fokus
epilepsi, dan demensia, psikiatri dan studi neuropharmacology. Mereka juga memiliki peran
penting dalam kardiologi F-18 dalam FGD (fluorodeoxyglucose) telah menjadi sangat
penting dalam deteksi kanker dan pemantauan kemajuan dalam pengobatan mereka, dengan
menggunakan PET.
30) Cobalt-57 (272 detik): digunakan sebagai penanda untuk memperkirakan ukuran organ dan
untuk kit diagnostik in-vitro.
31) Tembaga-64 (13 jam): digunakan untuk mempelajari penyakit genetik yang mempengaruhi
metabolisme tembaga, seperti Wilson dan penyakit Menke, dan untuk pencitraan PET tumor,
dan terapi.
32) Tembaga-67 (2.6 detik): digunakan dalam terapi.
33) Fluor-18 sebagai FLT (fluorothymidine) miso,-F (fluoromisonidazole), 18F-kolin:
digunakan untuk pelacak.
34) Gallium-67 (78 jam): digunakan untuk pencitraan tumor dan lokalisasi lesi inflamasi
(infeksi).
35) Gallium-68 (68 menit): positron emitor digunakan dalam PET dan unit PET-CT Berasal dari
germanium-68 dalam generator.
36) Germanium-68 (271 detik): digunakan sebagai 'orang tua' dalam generator untuk
menghasilkan Ga-68.
37) Indium-111 (2,8 detik): digunakan untuk studi diagnostik spesialis, misalnya studi otak,
infeksi dan studi usus transit.
38) IIodine-123 (13 jam): semakin digunakan untuk diagnosis fungsi tiroid, ini adalah emitor
gamma tanpa radiasi beta I-131.
39) Iodine-124: pelacak.

40) Krypton-81m (13 detik) dari Rubidium-81 (4,6 jam): gas Kr-81m dapat menghasilkan
gambar fungsi ventilasi paru, misalnya pada pasien asma, dan untuk diagnosis awal penyakit
paru-paru dan fungsi.
41) Rubidium-82 (1,26 menit): nyaman PET agen dalam pencitraan perfusi miokard.
42) Stronsium-82 (25 detik): digunakan sebagai 'orang tua' dalam generator untuk menghasilkan
Rb-82.
43) Talium-201 (73 jam): digunakan untuk mendiagnosa kondisi arteri koroner jantung penyakit
lain seperti kematian otot jantung dan untuk lokasi limfoma tingkat rendah.
http://adinurahman.blogspot.com/2013_05_01_archive.html

Kedokteran Nuklir itu apa??

Pengertian Kedokteran Nuklir


- Salah satu cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan zat radioaktif untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
- Kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi
terbuka yang berasal dari desintegrasi inti radionuklida untuk mempelajari fisiologi
anatomi dan biokimia tubuh sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan
penelitian kedokteran.
Radiofarmaka
-

Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang berasal dari campuran unsur radioaktif dan unsur
farmaka yang diminum atau disuntikkan ke dalam tubuh melalui intra vena sehingga akan
mengikuti sistem metabolisme tubuh.

Syarat Radiofarmaka Ideal

Memiliki waktu paruh yang singkat (diagnostik)


Memiliki waktu paruh efektif cukup panjang, misalnya dalam hari (terapi)

Pemancar sinar gamma tunggal / murni (diagnostik)


Pemancar partikel bermuatan gamma dan beta murni (terapi)

Memiliki energi yang cukup rendah ( diagnostik)


Memiliki energi yang cukup tinggi ; &gt;1 MeV (terapi)

Radiofarmaka tersedia dengan mudah dan harganya murah

Radioaktif

Zat Pembawa

Aktivitas

Pemeriksaan

Tc-99m

MDP (Methyline Diphosponate)

10 20 mCi

Bone Scan

Tc-99m

DTPA (Dimethyl Talamine Petacid 3 mCi

GFR, Renogram

Acid
Tc-99m

DMSA (Dimecarpo Suseini Acid)

5 mCi

Parenkim ( Ginjal)

Tc-99m

MAA (Metaxo Isobutil Isonitril)

5 mCi

Perfusi ( Paru paru)

Tc-99m

MIBI (Metaxo Isobutyl Isonitril)

15 20 mCi

Scinti Mamae

Tc-99m

HMPAO (Hexa Methyl Propiline 20 mCi

Otak

Amin Oxim)
- Penempatan Radiofarmaka dalam tubuh :
Transpor Aktif
Sel sel tubuh secara aktif dalam mengambil radiofarmaka dari darah yang selanjutnya
dimetabolisme.
Contohnya I 131 Jika dimasukkan ke dalam tubuh akan diambil oleh sel kelenjar tyroid

Pertukaran Difus
Disalam tubuh selalu terjadi sirkulasi dan pertukaran fosfat yang ada didalam plasma
darah dengan fosfat didalam tulang. DP yang diinjeksikan ke dalam tubuh akan bertukar
tempat dengan senyawa polipospat tulang dalam waktu 2 jam sehingga digunakan dalam
pemeriksaan bone scan.

Pagositose
Semua radiofarmaka dengan diameter 2-3 micron jika dimasukkan ke dalam tubuh akan
dipagosit oleh kufer hati.
Contoh : Tc-99m Koloid jika dimasukkan ke dalam tubuh akan dipagosit sehingga digunakan
dalam pemeriksaan scanning hati.

Penghalang Kapiler

Semua radiofarmaka dengan diameter 20-3- micron jika dimasukkan ke dalam tubuh akan
tersumbat atau terhalang di alveoli paru yang mempunyai diameter 7 micron.
Contoh : Tc-99m MAA yang dimasukkan ke dalam tubuh akan terhalang di alveoli paru,
sehingga digunakan dalam scanning perfusi paru.

Blood Pool
Dimana radiofarmaka yang dimasukkan berada didalam sirkulasi darah.
Contoh : Tc-99m RBC jika dimasukkan ke dalam tubuh akan digunakan untuk pemeriksaan
perdarahan usus.

Pengasingan Sel
Sel yang dapat diasingkan adalah sel darah merah yang rusak.
Contoh : Ct-51 RBC yang dipanaskan 49 C apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan
diasingkan oleh limpa sehingga digunakan dalam pemeriksaan scanning limpa.

Produksi Radionuklida
a.

Reaktor Nuklir
Radionuklida reaktor diproduksi dengan menembaki target dari material yang stabil
dengan arus neutro yang ada dalam reaktor (biasanya uranium) sehingga meningkatkan
jumlah neutron relatif dibanding jumlah proton di dalam nucleus.
Bentuk : Uranium disimpan dalam wadah berbentuk sumur dimana air sebagai pendingin.
Disekeliling uranium diletakkan target yang stabil sehingga setelah beberapa hari target
tersebut akan menjadi tidak stabil karena terkena tembakan netron dari uranium.

b.

Cyclotron
Yaitu mesin yang dapat mengeluarkan elektron dengan beda potensial yang tinggi,
sehingga elektron akan bergerak semakin cepat pada lintasannya dan mengenai target
sehingga target menjadi tidak stabil.

c.

Generator
Generator radioisotop terdiri dari radionuklida yang mempunyai waktu paroh panjang
(Molibdenum) yang secara spontan meluruh dalam waktu 68 hari dan menghasilkan
radionuklida yang waktu paronya lebih pendek (Tc-99m). Radionuklida yang dihasilkan

memiliki nomor atom yang berbeda sehingga dapat dipisahkan dari induknya secara
fisikokimia.

Proteksi Radiasi
a.

Jarak
Semakin jauh jarak dari sumber radiasi, maka semakin baik proteksi radiasinya.

b.

Waktu
Semakin singkat waktu pemeriksaan / berinteraksi dengan sumber radiasi, semakin sedikit
paparan radiasinya

c.

Shielding
Menggunakan lapisan Pb sebagai pelindung dan proteksi radiasi.
Prinsip proteksi radiasi secara umum adalah sama yaitu : jarak, waktu, dan shielding,
namun pada Kedokteran nuklir yang menggunakan sumber radiasi terbuka terdapat poin
tambahan, yaitu :

d.

Alat Pelindung Diri (APD)


Menggunakan masker, handscoon, jas laboratorium, dan sendal laboratorium untuk
mencegah terjadinya kontaminasi zat radioaktif ke dalam tubuh.

- Sumber Radiasi Terbuka


Adalah sumber radiasi alam atau buatan yang tidak diproteksi oleh tabung (tube) sehingga
memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi. selalu memancarkan radiasi ke segala arah,
tidak bisa dihentikan dan tidak bisa dikontrol, hanya bisa meluruh aktifitasnya sesuai
dengan waktu paruhnya. Contoh : Cobalt
-

Sumber Radiasi Tertutup


Adalah sumber radiasi buatan yang terlindung di dalam tabung (tube) dan dibangkitkan
sehingga dapat dikontrol waktu dan pancaran radiasinya.
http://foreveradiology.blogspot.com/2014/01/kedokteran-nuklir-itu-apa.html

Produksi Rumah Sakit 1


Januari
27 undefined
den ger
Produksi Rumah Sakit
Menurut Departemen Kesehatan (2004), produksi merupakan kegiatan membuat,
merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non steril
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Seksi produksi adalah seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu
obat yang meliputi pembuatan obat mulai dari pengadaan bahan awal, proses
pengolahan, pengemasan sampai obat jadi siap didistribusikan.
Produksi sendiri dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), bila produk
obat/sediaan farmasi tersebut tidak diperdagangkan secara komersial atau jika
diproduksi sendiri akan lebih menguntungkan. Produksi obat sediaan farmasi
yang dilakukan merupakan produksi lokal untuk keperluan rumah sakit itu
sendiri. Dalam proses produksi tersebut dilakukan berbagai tahap mencakup
desain dan pengembangan produk, pengadaan, perencanan dan pengembangan
proses, produksi, pengujian akhir, pengemasan, penyimpanan, sampai dengan
penghantaran produk tersebut pada penderita/profesional kesehatan. Oleh
karena itu, IFRS perlu menerapkan standar sistem mutu ISO 9001 dan dilengkapi
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Dalam rangka memutuskan tepat tidaknya produksi lokal di rumah sakit,
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah rancangan kapasitas dan
sumber produksi, seleksi produksi, persediaan produksi serta pengontrolan
kualitas dan harga produk.
Kriteria obat yang diproduksi:
1. sediaan farmasi dengan formula khusus
2. sediaan farmasi dengan harga murah
3. sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. sediaan farmasi untuk penelitian
6. sediaan nutrisi parenteral
7. rekonstruksi sediaan obat kanker
Tujuan perencanan produksi obat adalah merencanakan produksi obat yang
sesuai dan kebutuhan rumah sakit. Dalam proses produksi untuk menghasilkan
anggaran yang tepat selama produksi maka farmasis akan menentukan
inventaris dan pemakaian anggaran yang diperlukan untuk produk akhir dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persediaan dan tingkat pemakaian produk jadi.
Mengenai tingkat pemakaian setiap jenis barang yang akan diproduksi. Hal ini

dilakukan dengan meninjau kembali catatan dari satu atau dua tahun
sebelumnya dan membandingkan catatan ini dengan pola resep yang ditulis oleh
dokter.
2. Persyaratan bahan.
Seorang farmasis di rumah sakit harus menentukan produk yang akan dibuat
dengan memperhitungkan jumlah dan banyaknya produksi yang akan dibuat
serta menyusun cara terbaik dan termudah dalam mendapatkan persediaan.
Persediaan ini meliputi : Bahan baku, Wadah, Etiket dan bahan lainnya seperti
kertas saring, kotak dan etiket khusus.
3. Kepastian produksi.
Dalam kapasitas produksi ini farmasis harus mempertimbangkan dua hal yaitu
apakah farmasis mempunyai perlengkapan untuk pembuatan produk dan apakah
mesin atau perlengkapan tersebut sanggup untuk memproduksi dalam jumlah
yang diinginkan. Waktu merupakan faktor yang berharga dalam proses produksi,
maka farmasis harus menggunakan kapasitas maksimum dari peralatannya,
pemilihan perlengkapan harusnya dibuat sebagai dasar untuk mendapatkan
peralatan yang mempunyai banyak fungsi dan mencegah kerugian akibat
penumpukan peralatan mahal yang nantinya tidak akan digunakan.
4. Peralatan produksi dan sumber-sumbernya.
Macam dan ukuran dari perlengkapan produksi yang disyaratkan dalam farmasi
rumah sakit berbeda tiap rumah sakit. Penentuan peralatan berdasarkan
jangkauan program produksi, jumlah yang akan diproduksi, lainnya waktu yang
hendak disyaratkan ke pemakai produk, tersedianya personil dan tersedianya
fasilitas fisik.
5. Tenaga produksi
Tenaga produksi yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemborosan
anggaran, akibatnya harga produksi akan menjadi mahal. Bagian produksi harus
diawasi oleh farmasis yang didukung oleh tambahan personil yang terlatih untuk
mengadakan pekerjaan non teknis seperti memasukkan cairan ke dalam botol,
menyaring, memberi etiket, dan lain-lain.
6. Biaya operasi
Biaya operasi yang dikontrol dengan baik tentu akan menghasilkan suatu hasil
yang menguntungkan pemakaian biaya operasi yang tepat biasnya digunakan
biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung ditujukan pada tenaga kerja
sedangkan biaya tidak langsung ditujukan pada biaya personil dalam
kedudukannya sebagai pengawas, tempat sewa, asuransi dan penurunan nilai
peralatan, pemeliharaan anggaran rumah tangga dan lain-lain. Biaya tidak
langsung seharusnya dibandingkan dengan biaya langsung untuk memastikan
biaya sebenarnya dari produk.
1. Perencanaan produksi, mulai dari seleksi produk, pengemasan bahan baku
dan kemasan serta pengembangan formula. Dalam perencanaan ini perlu
dipertimbangkan seleksi produk yang mungkin untuk dimanufaktur, didasarkan
pada permintaan rumah sakit terhadap ketersediaannya, menetapkan
kemungkinan pelaksanaannya secara ekonomi dan berdasarkan penilaian dasar.
2. Perencanaan gedung dan fasilitas produksi, peralatan dan personel yang
memenuhi syarat.
3. Mengadakan pelatihan personel secara teratur, inspeksi dan evaluasi kerja.

4. Mengadakan dokumentasi proses produksi.


5. Menjamin mutu produk akhir.
Dalam proses produksi, dasar perencanaan produksi adalah formulir permintaan
yang dikirim ke instalasi produksi di mana mekanisme pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran bahan baku dan bahan jadi adalah :
a. Untuk pengadaan bahan baku dan pengemasan yang digunakan dalam proses
produksi diperoleh dari sub instalasi perbekalan setiap bulan sekali.
b. Untuk penyimpanan obat jadi dan bahan baku yang akan digunakan, masingmasing ditempatkan dalam lemari terpisah.
c. Obat jadi didistribusikan ke sub instalasi perbekalan untuk kemudian ke ruang
atau depo farmasi. Untuk produk yang dipesan oleh pihak lain selain di rumah
sakit diambil sendiri.
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh sub instalasi produksi farmasi ada dua,
yaitu:
1. Produk Obat Steril
Pembuatan produk steril terbagi menjadi :
1. Produksi steril adalah proses mencampur atau meracik bahan obat steril dan
dilakukan di dalam ruang steril.
2. Aseptic dispensing adalah teknik aseptic yang dapat menjamin ketepatan
sediaan steril yang dibuat dan bebas kontaminasi.
Kegiatan produksi steril yang akan dilakukan sub instalasi produksi farmasi:
Total Parenteral Nutrition (TPN)
Total parenteral nutrition adalah membuat atau mencampur bahan nutrisi yang
berisi asam amino, karbohidrat dan lipid yang steril dengan kadar yang sesuai
kebutuhan masing-masing pasien, sehingga dihasilkan sediaan yang steril.
Ruang untuk TPN bertekanan positif dari pada di luar karena obat ini tidak
berbahaya hanya saja dalam pembuatannya harus steril.
IV admixture atau pencampuran obat-obat suntik
Proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril untuk
menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan Intra Vena
(I.V)
Ruang lingkup dari IV admixture :
1. Pelarutan serbuk steril.
2. Menyiapkan suntikan IV sederhana (tunggal)
3. Menyiapkan suntikan IV kompleks
Keuntungan IV admixture:
1. Terjaminnya sterillitas produk
2. Terkontrolnya kompatibilitas obat
3. Terjaminnya kondisi penyimpanan yang optimum sebelum dan sesudah
pengoplosan.
Obat Sitostatika
Obat sitostatika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan kanker
(antineoplastik). Peracikan obat kanker atau sitostatika adalah kegiatan
rekonstitusi (pencampuran) obatobat sitostatik dan menyiapkan agar siap
digunakan dengan mempertimbangkan dasardasar keamanan bagi pekerja dan
lingkungan serta prinsip dasar pencampuran obat steril.

Sub instalasi produksi farmasi melayani permintaan penyiapan obat sitostatika


dengan sumber obat yang berasal dari:
a. Farmasi atau apotek Korpri untuk pasien umum
b. Apotek askes untuk pasien askes
c. YKI (Yayasan Kanker Indonesia) untuk pasien tidak mampu
Obat tersebut diberikan pada bagian produksi obat steril maksimal sehari
sebelum dilakukan kemoterapi. Sebelum obat dibuat harus dilakukan
pengecekan apakah pasien jadi dikempoterapi pada waktu yang telah ditentukan
atau tidak. Jika tidak maka obat tidak boleh disiapkan, karena obat harus
diberikan segera setelah direkonstitusi mengingat ketidakstabilan obat dan jika
terlalu lama disimpan maka obat menjadi rusak.
Dalam formulir permintaan obat sitostatika tercantum data pasien meliputi
nama, nomor medical record, ruangan, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,
umur, luas permukaan tubuh, diagnosis, nama dokter, dan paraf dokter, dan
data permintaan obat yang meliputi nama obat, dosis, cara pemberian, volume,
jumlah (ampul/vial), pelarut, volume pelarut, volume akhir, expire date, dan alat
kesehatan yang digunakan.
Rekonstitusi obat sitostatika dilakukan secara aseptik di ruang steril di dalam
laminar air flow. Dalam CPOB, ruang yang digunakan untuk kegiatan steril
disebut ruang kelas II, tidak boleh mengandung lebih dari 350.000 partikel
berukuran 0,5 mikron atau lebih. Dua ribu partikel berukuran 5 mikron atau lebih,
serta tidak lebih dari 100 mikroba setiap meter kubik udara. Tekanan udara di
ruangan ini makin ke dalam atau makin mendekati laminar air flow harus makin
negatif. Hal ini untuk mencegah keluarnya obat yang direkonstitusi dan agar
tidak mengkontaminasi personil yang mengerjakannya. Personil yang
mengerjakan harus memakai pakaian steril model khusus, penutup kepala,
masker, kacamata, sarung tangan, dan penutup kaki.
2. Produk Obat Non Steril
Sub instalasi produksi farmasi membuat perencanaan produksi obat-obat yang
dibutuhkan selama satu bulan dan mencatat realisasi kerjanya, perencanaan
produksi dibuat untuk bulan berikutnya berdasarkan permintaan barang dari sub
instalasi apotek pegawai distribusi farmasi dan persediaan minimum produksi,
selanjutnya dilaksanakan dalam kegiatan harian. Kegiatan yang dilakukan dalam
produksi non steril yaitu pembuatan, pengenceran, dan pengemasan kembali.
a. Pembuatan
Sub instalasi produksi farmasi memproduksi obat non steril berdasarkan master
formula. Produksi obat dilakukan dengan mengisi formulir pembuatan obat.
Tahapan pembuatan obat dilakukan berdasarkan urutan seperti contoh yang
terdapat pada formulir pembuatan obat dan pada setiap tahap pembuatan harus
diparaf oleh petugas yang mengerjakannya. Formulir pembuatan obat dibuat
berdasarkan per item obat. Pengemasan dan pemberian etiket dilakukan setelah
produksi obat atau pengenceran antiseptik selesai dibuat dan diperiksa kembali.
Setelah selesai pengemasan, maka penyelia harus mengisi lembaran atau
formulir pengemasan yang berisi tanggal produksi, nama obat, nomor produksi,
volume dan kemasan, kemudian diparaf. Selanjutnya formulir pembuatan obat,
formulir pengemasan dan etiket diparaf atau diberi cap oleh penanggung jawab
sebagai tanda bahwa obat sudah diperiksa dan dapat didistribusikan.

b. Pengenceran
Pengenceran dilakukan berdasarkan urutan seperti yang terdapat pada formulir
obat dan pada setiap tahap harus diparaf oleh petugas yang mengerjakannya.
Pengenceran misalnya pembuatan alkohol 70% dari alkohol 95%.
c. Pengemasan kembali
Pengemasan kembali misalnya Betadine dan Rivanol dari kemasan besar
menjadi kemasan yang lebih kecil.
Penyimpanan hasil produksi dipisahkan antara obat dalam dan obat luar yang
masing-masing disusun secara alfabet. Obat yang lebih dulu dikeluarkan adalah
obat yang lebih dulu diproduksi dengan mempertimbangkan waktu
kadaluarsanya. Setiap pengeluaran obat dicatat dalam kartu sediaan.
Instalasi produksi farmasi melayani kebutuhan barang dari sub instalasi
distribusi, apotek pegawai dan apotek korpri. Pengiriman barang dilakukan setiap
minggu. Sub instalasi produksi farmasi juga melayani permintaan untuk
pembuatan formula khusus yang berasal dari resep dokter dan tidak ada dalam
rencana produksi.
Laporan-laporan yang dibuat adalah laporan pemasukan dan pengeluaran bahan
baku yang dibuat setiap bulan; laporan pembuatan dan pengeluaran produk jadi
non steril, serta laporan pelayanan sitostatika. Obta-obat yang diproduksi di
instalasi produksi farmasi adalah obat-obat yang lebih murah jika diproduksi
sendiri dan obat yang tidak terdapat di pasaran atau merupakan formula khusus.
Pertimbangan Teknis Umum
Meskipun banyak alasan untuk melakukan produksi lokal, tapi studi feasibilitas
(kelayakan) tetap dibutuhkan sebelum produksi dimulai. Hal ini tergantung pada
pengadaan dan kualitas sumber bahan. Perusahaan farmasi biasa menjalankan
produksi yang sangat sederhana atau dapat pula membuat produk yang berbeda
tingkat kompleksitasnya, studi feasibilitas ini harus memperhatikan:
1. Personil
Personil bagian produksi adalah sumber terkontaminasi dan error yang terjadi
pelatihan kepada mereka harus secara regular, dan evaluasi dan inspeksi
dilakukakan secara periodik.
2. Gedung dan bangunan fisik.
Dasar dari produksi adalah lokasi, desain, konstruksi, adaptasi, dan
pemeliharaan. Gedung bisa saja sederhana, tapi dengan ukuran yang cukup
untuk melakukan semua kegiatan. Penyusunan area harus bebas debu, dengan
menggunakan AC, jendela harus terkena sinar matahari dan terjaga
keamanannya.
Jumlah gedung, ruang dan ukuran ruang tergantung pada beberapa faktor :
a. Jenis umum produksi Farmasi yang dilaksanakan (Steril/non steril)
b. Jumlah bentuk produk Farmasi (eksternal dan internal liquid, serbuk, salep,
tetes mata, parenteral, dll)
c. Jumlah atau kuantitas dari tiap produk sediaan.
d. Volume dari repacking dan COT packaging
e. Tingkat penyediaan servis (pusat pelatihan, pusat distribusi, rumah sakit
sederhana).
Ruang-ruang terpisah (pada beberapa hal mempunyai cirri khusus) dibutuhkan

untuk :
a. Kegiatan administrasi.
b. Ruang untuk mencuci botol - botol
c. Produksi non steril
d. Ruang steril
e. Sterilisasi dan penyaringan air
f. Pelabelan dan internal QC
g. Gudang
h. Ruang penerimaan
i. Ruang istirahat
j. Kafetaria/dapur kecil.
k. Ruang pemeliharaan
l. Garasi
m. Ruang kelas (disatukan dengan ruang istirahat)
n. Rumah untuk staf
o. Laboratorium.
3. Sumber air
Pengadaan air yang cukup adalah hal yang sangat fundamental. Tetapi
terkadang, produksi farmasi di beberapa daerah berkembang tidak mempunyai
pelayanan persediaan air, dan jika ada air harus diteliti dulu sebelum digunakan,
jika persediaan air kurang harus ada alternatif lain sumber air sebelum produksi
dimulai.
Sumber-sumber air yang dapat digunakan antara lain :
- Air hujan
- Air permukaan (danau/sungai)
- Air bawah tanah (sumber/mata air)
- Penyaringan air dengan sinar matahari.
Hal ini tergantung pada sumber air, cuaca, kontaminasi dan jumlah yang
dibutuhkan. Air dari berbagai sumber tersebut di atas perlu diuji laboratorium
untuk memonitor kemurniannya.
4. Peralatan.
Lokasi dan desain dari peralatan harus meminimalisir resiko error dan efektif
pada pembersihan dan perawatannya. Berat dan ukuran peralatan harus
dikalibrasi secara teratur.
5. Dokumentasi.
Setiap produksi harus punya literatur teknis, yang terdiri dari Formularium
Nasional yang resmi dan Farmakope. Sumber dari formula harus menggunakan
referensi dari literatur sains dan tercatat pada bagian produksi dan kontrol buku
kerja, kalkulasi ukuran batch dan intruksi harus jelas sebelum memproduksi
produk baru.
- Mempersiapkan salinan pesanan asli dari dokter berisi nama pasien, no
ruangan, cairan intravena yang diinginkan, bahan tambahan, waktu mulai, lama
terapi dan kecepatan alir.
- Memeriksa stabilitas, interaksi obat, dosis lazim, kontabilitas bahan, duplikasi
obat, alergi, lama terapi dan membandingkannya dengan aturan automatic stop
order dan terapi lain yang diterima pasien. Resep pesanan tersebut dimasukkan
dalam profil pasien.

- Penyimpanan label dan lembar kerja, lalu di cek kembali sesuai pesanan.
- Mempersiapkan produk parenteral (oleh farmasis atau asisten apoteker
berpengalaman tergantung aturan yang berlaku)
- Produk dipersiapkan, di cek kembali labelnya dengan pesanan aslinya. Dosis,
bahan, label pembantu, kompatibilitas, rute, kecepatan, kehadiran bahan
partikulat, perubahan warna integritas wadah periksa. Umumnya setiap dosis
intravena diberikan sesuai urutan pesanan.
- Pada pengiriman produk intravena ke unit pasien, larutan sekali lagi di cek oleh
orang yang akan memberi obat.
- Jika tidak langsung digunakan, racikan intravena harus dimasukan ke dalam
lemari pendingin sampai akan digunakan. Jika tidak digunakan selama 24 jam
harus dikembalikan ke bagian farmasis untuk didistribusikan kembali atau
dibuang.
- Sebelum pemberian pada pasien, perawat harus memeriksa kebenaran nama
pasien, nama obat, konsentrasi larutan, tanggal kadaluarsa dan waktu mulainya.
1. Sediaan Intravena
Tanggung jawab terhadap sistem peracikan intravena ada di tangan farmasis
karena faktor :
a. Kontaminasi, farmasis memperhatikan kebersihan dengan aliran udara laminar
vertikal atau horizontal untuk peracikan intravena.
b. Kompatibilitas, farmasis dapat mengontrol larutan intravena yang digunakan
dan obat yang dikombinasikan dalam larutan. Farmasis harus disiapkan untuk
mengatasi masalah yang berhubungan dengan ketidaksempurnaan kimia, fisik,
terapeutik dan merancang alternatif yang cocok untuk mengatasinya.
c. Stabilitas, informasi stabilitas obat harus diperoleh dengan mudah agar
farmasis dapat memantapkan kondisi optimum penyiapan sesudah pembuatan.
d. Biaya, keuntungan bila sistem ini dilakukan adalah berkurangnya biaya
keseluruhan karena obat dan pelarut, penyimpanan, waktu pembuatan, sediaan
yang tidak terpakai dan terbuang lebih sedikit. Obat dibuat dalam jumlah besar
sehingga mengurangi tenaga dan waktu serta lebih ekonomis.
e. Kesalahan, farmasis dididik untuk mengakumulasi pengobatan dalam
menentukan dosis terapi parenteral terutama pada peracikan nutrisi dan ke
terapi.
f. Kualitas, peracikan harus memperhatikan mutu di mana larutan diperiksa
selama dan sesudah pembuatan. Kompatibilitas dan sterilisasi, pelabelan
merupakan sistem farmasi yang khas.
g. Keamanan, direktur pelayanan farmasi bertanggung jawab atas pembuatan,
sterilitas, pelabelan larutan dan obat parenteral yang diproduksi di rumah sakit.
h. Proses memeriksa pesanan atau resep awal (menentukan apabila dosis,
diluen, kecepatan pemberian sudah benar). Farmasis dilatih untuk membaca
label tiga kali untuk memastikan pesanan dan resep yang dibuat adalah benar.
i. Pelayanan kefarmasian total, tetapi intravena digunakan sebagian atau selama
waktu inapnya. Untuk memonitor pengobatan, perlu dibuat penyimpanan data
terpusat sehingga dapat ditinjau.
Komponen dalam peracikan intravena :
1. Ruang penyimpanan

Idealnya, produk parenteral harus disiapkan dalam clean room. Beberapa


rekomendasi untuk ruang penyimpanan produk parenteral antara lain:
a. Lantai mudah dibersihkan.
b. Fasilitas untuk cuci tangan.
c. Hood Laminar Air flow.
d. Lemari pendingin.
e. Penerangan yang baik.
f. Ruangan yang memadai.
g. Peralatan untuk penyiapan.

2. Aturan dan prosedur


Prosedur harus tercantum dalam prosedur manual bagian farmasi tentang
preparasi, perbekalan, pelabelan, penyimpanan, tanggal kadaluarsa untuk
menetapkan pengawasan mutu.
a. Stabilitas, tanggal kadaluarsa ditentukan melalui uji stabilitas oleh pabrik
farmasi. Farmasis peneliti atau peneliti mandiri juga dapat melakukan uji ini bagi
obat yang ditambahkan ke dalam larutan intravena atau dicampur obat lain.
Stabilitas bahan aktif produk parenteral dipengaruhi oleh wadah, penyimpanan,
kondisi lingkungan, pelarut, bahan lain yang dicampur ke dalam produk. Tanggal
kadaluarsa harus didasarkan pada data sterilitas dan stabilitas.
b. Inkompatibilitas obat dan produk, dikategorikan secara fisik, kimia dan terapi.
Masalah fisik terjadi jika dua atau lebih produk dicampur bersama menghasilkan
perubahan tampak dalam larutan yang dihasilkan. Masalah kimia mengakibatkan
kerusakan atau ketidakaktifan bahan aktif. Masalah terapi berupa terapi interaksi
obat dengan penyalut yang menurunkan potensi obat atau timbulnya toksisitas
obat.
c. Teknik aseptik, metode untuk menangani produk steril. Produk parenteral steril
terbebas dari mikroorganisme hidup, bahan partikulat, pirogen.
d. Intravena profiling, ketika pesanan produk parentral diterima harus ditinjau
profil pasien untuk menentukan adanya masalah kompatibilitas atau stabilitas
sebelum penyimpanan produk.
3. Peralatan dan perlengkapan.
a. Laminar air flow hoods, untuk mempertahankan area agar bebas
mikroorganisme dan bahan partikulat.
b. Lemari pendingin, pendingin diperlukan untuk stabilitas optimal sediaan,
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa sediaan intravena yang
dibuat diserahkan pada bagian farmasi untuk didinginkan sampai akan dipakai.
c. Personal, dipengaruhi sistem pembuatan sediaan intravena dan jumlah
pembuatan dosis individu.
d. Tempat penyimpanan, luasnya tergantung tipe sistem yang digunakan karena
variasi luas ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan perbekalan perlu
diperhatikan.
e. Pertimbangan ekonomi, tempat penyimpanan, personil, peralatan untuk
peracikan berpengaruh besar pada anggaran belanja farmasi.
f. Sistem peracikan, dipilih yang hanya membutuhkan sedikit usaha
pencampuran dengan menggunakan produk langsung pakai dari pabrik.

g. Sumber air, air untuk injeksi harus tersedia cukup, proses osmosis terbalik dan
penggunaan alat destilasi dari kaca digunakan dalam pemurnian air.
Alternatif lain dengan menggunakan alat destilasi dari kaca. Resiko kontaminasi
dari bakteri dapat dikontrol pada saat sterilisasi dengan otoklaf atau dengan
filter bakteri. Untuk mengantisipasi adanya cemaran bakteri dan pirogen
dilakukan oleh laboratorium lokal, seharusnya cairan IV tidak boleh diproduksi
lokal.
2. Sediaan mata
Dalam pembuatan sediaan larutan mata yang harus diperhatikan adalah buffer,
isotonisitas, pengawetan, sterilitas, viskositas dan pengemasan. Bahan
pengemas, pH dan buffer harus dipertimbangkan dalam stabilitas sediaan.
Pengawet yang digunakan umumnya adalah benzalkonium klorida, fenil merkuri
asetat atau nitrat. Kenaikan viskositas larutan mata memperlama kontak antara
obat dengan jaringan mata. Larutan mata yang viskositasnya meningkat harus
bebas dari partikel yang terlihat mata.
Larutan mata dapat disterilkan dengan melewatkan larutan dalam syringe
melalui penyaring 0,22m ke dalam wadah steril. Cara lain adalah dengan
otoklaf. Penyaringan melalui membran filter 0,22 m. Semua pekerjaan tersebut
menggunakan teknik aseptik dalam laminar air flow yang dapat mengurangi
kemungkinan kontaminasi partikel dan mikroba.
Cara-cara yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah dalam pembutan
larutan parentral terutama di bagian farmasi rumah sakit antara lain :
1. Pengawasan farmasetika.
2. Pembersihan yang tepat.
3. Penyeleksian bahan kimia secara teliti.
4. Pembuatan destilat murni dan bebas pirogen.
5. Pengukuran yang akurat dari bahan kimia asli dan akhir.
6. Proses sterilisasi yang terkontrol dengan menggunakan termometer.
7. Pengisisan yang cepat dan tepat.
8. Pemeriksaan produk akhir.
Lembar Kerja Produksi
Lembar kerja ini merupakan data yang diperlukan untuk pembuatan dan
pengemasan produk. Catatan kontrol yang baik harus memberikan informasi
kepada farmasis di rumah sakit mengenai informasi setiap produk yang dibuat
yaitu: nama, kekuatan, tanggal, formula, kandungan, pencampuran, orang yang
bekerja pada tahap akhir, orang yang memeriksa bahan dan proses, nomor urut
bahan, pengemasan dan kontrol laboratarium, hasil presentase, lama waktu
pembuatan, bahan baku, biaya pengemasan, selain itu juga digunakan nomor
penerimaan untuk bahan baku sebagai identifikasi wadah bahan baku.
Selain produk racikan harus dicatat dengan mencantumkan nomor lot, produk
yang diberikan, nama produk, jumlah yang diproduksi, nama pasien atau klinik
yang menerima produk, inisial pembuat, inisial pemeriksaan ulang produk.
Catatan Kontrol
Sistem perencanaan kontrol dimaksudkan untuk dapat memaksimalkan personel
pendukung teknis pada proses pengemasan karena program QA (Quality

Assurance) menjadi fokus. Setiap produk yang dikemas awal dicatat dalam
lembar yang terpisah dan harus disimpan selama sejak data terakhir
dimasukkan.
Catatan yang akurat dapat membantu pengelolaan pengeluaran sediaan dan
dalam memantau proses pengemasan. Banyak jenis yang dapat dipakai untuk
menyimpan catatan seperti buku, komputer dan lain-lain. Yang penting adalah
informasi apa yang penting dicantumkan di dalamnya, meliputi:
1. Barang yang dikemas (nama obat, khasiat dan asalnya)
2. Pabrik pembuat
3. Nomor kontrol produk
4. Jumlah total unit
5. Ukuran untuk setiap unit
6. Identitas pelaksanaan pengemasan awal (mungkin hanya teknis)
7. Identitas pemeriksaan (hanya farmasi)
8. Jenis kemasan dan penutupnya
9. Tanggal pengemasan ulang
10. Nomor kontrol farmasi rumah sakit juga pabrik
Catatan harus disimpan untuk program pengawasan kembali termasuk catatan
formulasi, catatan pengemasan kembali, dan catatan pengemasan kembali
harian.
A. Catatan Formulasi
Data ini memberikan informasi bagi teknisi pengemasan kembali tentang tipe
pengemasan, informasi pemberian label, stabilitas, peralatan yang digunakan,
dan cara penanganan bahan-bahannya. Hal-hal yang tercantum dalam catatan
formulasi adalah nama obat, kandungan zat aktif, bentuk sediaan, bentuk
pengemasan, alat pengemasan, hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengemasan kembali, tanggal kadaluarsa dan label.
B. Catatan Pengemasan Kembali
Data yang ada pada catatan pengemasan kembali meliputi :
1. informasi tentang nama obat dan kandungan
2. tanggal pelaksanaan pengemasan
3. data asli pabrik: nama pabrik, nomor lot, tanggal kadaluarsa
4. data pelaksanaan pengemasan: nomor lot yang dicantumkan, tanggal
kadaluarsa yang dicantumkan, jumlah yang dikemas
5. tanda tangan pelaksana pengemas dan pemeriksa
C. Catatan Harian dalam Pengemasan Kembali
Catatan ini berisi daftar laporan harian aktivitas pengemasan kembali. Catatan
ini digunakan untuk mengetahui jalannya produksi suatu sistem tertentu dan
harus berisi informasi :
1. obat / kandungan / bentuk kemasan kembali
2. nomor lot yang dicantumkan
3. jumlah kemasan
4. ekstemporer atau batch
5. petugas pengemasan kembali
D. Kontrol kualitas dan pengujian produk akhir
Tujuan program ini menghasilkan produksi yang terus menerus dalam kualitas

yang baik untuk obat-obatan kemas kembali berdasarkan cara pembuatan obat
yang baik.
Kontrol kualitas yang dilakukan dalam proses produksi, pengemasan kembali dan
kelengkapan etiket dan label. Dalam proses produksi dan pengemasan kembali
QC dilakukan pada saat :
1. In Process Control
Termasuk proses tertulis, pelatihan formal untuk operator dari masing-masing
sistem pemilihan peralatan, evaluasi bentuk sampai pengemasan, mengecek
ulang tahap kerja dalam setiap proses.
2. Uji Produk Akhir
Dilakukan untuk menentukan apakah produk memenuhi standar yang berlaku
seperti sebelum dikemas kembali.
Contoh uji sterilitas pada produk steril dan uji permeabilitas uap air pada
kemasan.
Pengecekan Ulang dan Pengemasan Kembali
Tujuannya memastikan kemasan dengan kualitas tinggi. Dapat dilakukan dengan
cara:
1. pengecekan ulang terhadap produk yang dikemas untuk memastikan
kebenaran obat dan bentuk sediaan juga bahwa produk belum kadaluarsa
2. pengecekan ulang terhadap volume diisikan untuk memastikan jumlah cairan
sesuai dosis dan sesuai dengan kemasan
3. pengecekan ulang perhitungan yang mungkin diperlukan untuk rekonstitusi
agar dicapai dosis tertentu
4. pengecekan ulang informasi yang tertera pada salinan label untuk
memastikan label lengkap dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Charles J. P. Farmasi Rumah Sakit: Teori Penerapan. Jakarta: EGC. 2003.
Departemen Kesehatan. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta,
Indonesia: DirJen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2004.
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2010/01/produksi-rumah-sakit-1.html

Anda mungkin juga menyukai