Suatu ketika, terdengar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari Jawa akan datang
menyerang Kerajaan Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja Tanah
Djawo meminta bantuan kepada Kerajaan Silou dan Raya. Berkat bantuan dari
kedua Kerajaan tersebut, Kerajaan Majapahit tidak mampu menaklukkan
Kerajaan Tanah Djawo. Selain itu, Kerajaan Silou yang diserang oleh Kerajaan
Aceh juga mendapat bantuan dari Tanah Djawo dan Raya. Akibatnya, Aceh gagal
menaklukkan Kerajaan Silou.
Suatu Ketika, ketiga kerajaan tersebut diserang oleh pasukan yang tak dikenal,
Tanah Djawo, Silou, dan Raya akhirnya takluk. Serangan tersebut juga memaksa
rakyat dari ketiga kerajaan tersebut untuk mengungsi. Rakyat Kerajaan Tanah
Djawo mengungsi hingga sampai Pulau Samosir yang berada di tengah Danau
Toba, Sumatra Utara. Di sanalah mereka menetap dan memulai kehidupan baru
dengan membuka ladang dan memulai bercocok tanam.
Setelah sekian lama, kehidupan mereka di Pulau Samosir mulai tertata dan
makmur. Suatu Ketika, beberapa orang dari Tanah Djawo sangat rindu dengan
kampung halamannya di Kampung Nagur. Akhirnya, beberapa pulang ke kampung
halamannya. Setelah berhari-hari melakukan perjalanan sampailah mereka di
tanah Nagur. Betapa terkejut rakyatnya melihat kondisi kampung Nagur. Tidak
ada rumah, hanya semak-semak belukar dan pepohonan yang tumuh subur. Salah
satu dari mereka kemudian berkata, "Sima-sima nalungun". Sejak saat itulah
Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima nalungun yang berarti daerah
sunyi dan sepi. Seiring berjalannya waktu, nama Sima-sima Nalungun kemudian
berubah menjadi Simalungun yang dikenal hingga saat ini. Simalungun saat ini
menjadi sebuah kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Sumatra Utara.
B. PERSEMBAHAN MASYARAKAT
Prosesi dari Geraja HKBP Sarimatondang menuju lokasi dilapangan umum
Kelurahan Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Provinsi
Sumatera Utara, tanda dimulainya Perayaan Natal bersama Pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Simalungun tahun 2019, Senin (02/12) pukul 09.30 Wib.-
14.00 Wib.
Perayaan akbar ini mengambil tema: Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua
Orang (Yohannes 15: 14–15) dengan Sub Tema “Melalui Hikmat Natal, Marilah
Kita Mengejar Apa Yang Mendatangkan Damai Sejahtera dan Yang Berguna
Untuk Saling Membangun.” (Roma 14:19)
Sakral Perayaan di buka dengan penyalaan Lilin Natal oleh Pdt. Samuel Gojali,
Forkopimda Kabupaten Simalungun oleh Bupati Simalungun Dr. JR. Saragih,
S.H.,M.M, Dandim 0207/SML yang diwakili, Kapolres Simalungun AKBP
Heribertus Ompusunggu, S.I.K.,M.Si., Sekda Kabupaten Simalungun, Anggota
DPRD Kabupaten Simalungun, tokoh Agama, Masyarakat Kecamatan Sidamanik.
Berlanjut Ibadah Puncak di acara inti persembahan lagu puji pujian di selingi
Liturgi dan Fragmen yang menceritakan kejatuhan manusia dalam dosa.
Tari Tor-tor Haroan
Bolon menceritakan tentang kerja
bersama yang terjadi di sebuah
ladang sawah. Aktivitas tersebut
dimulai dari menanam bibit padi,
menanam benih padi, merawat padi,
dan proses panen hingga proses
memisahkan padi dari gerabahnya
atau menumbuk padi hingga berubah
menjadi beras.
Kemudian, ada Tari Taur Simbadar. Tarian ini memiliki makna tentang komunikasi
antara sepasang kekasih, tentang keseriusan mereka, yang dilakukan dengan
cara martaur (berpantun). Hal tersebut dilakukan karena pada masa lalu
sepasang kekasih yang belum menikah, tidak sopan atau tidak etis jika saling
berkomunikasi secara langsung satu sama lain dan ada juga tari Tor-tor Usihan
Buyut Mangan Sihala.
1. TARIAN ADAT
Tortor Toping-toping merupakan
sebuah tarian unik yang biasanya
dipertunjukkan untuk menghibur
keluarga kerajaan yang sedang
berduka. Sesuai sejarahnya, tarian ini
hanya hiburan untuk kalangan keluarga
kerajaan. Tapi sesuai perkembangan
zaman, tarian ini sudah menjadi
sarana hiburan masyarakat, bukan hanya di Simalungun tapi sudah menjadi tarian
milik Sumatera Utara.
2. PAKAIAN ADAT
Wanita dari Suku Nias memiliki pakaian
tradisional yang diberi nama Oroba Si Oli.
Oroba Si Oli adalah kain yang terbuat
dari kulit kayu atau blacu berwarna hitam.
3. RUMAH ADAT
Suku Batak Simalungun sebagian besar
mendiami Kabupaten Simalungun. Rumah
adatnya memiliki struktur rumah
panggung. Tiang-tiang penyangganya
terbuat dari jenis kayu yang berukuran
besar, sehingga rumah ini sangat kokoh.