Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS ISU INSTANSI

Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal pengertian isu.
Secara umum isu diartikansebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah,
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan untuk
ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas
desus. Selanjutnya Kamus “Collins Cobuild English Language Dictionary” (1987), mengartikan isu
sebagai: (1). “An important subject that people are discussing or arguing about” (2). “When you talk
about the issue, you are referring to the really important part of the thing that you are considering or
discussing”. Isu yang tidak muncul di ruang publik dan tidak ada dalam kesadaran kolektif publik
tidak dapat dikategorikan sebagai isu strategis (kritikal). Sejalan dengan itu Veverka (1994) dalam
salah satu tulisannya menyatakan bahwa isu kritikal dapat didefinisikan sebagai: “..topics that deal
with resource problems and their need for solutions that relate to the safety of the visitor at the
resource site or relate to resource protection and management issues that the public needs to be aware
of”
Dalam pengertian ini, isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan
masalah-masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik
akan isu tersebut. Masih banyak pengertian lainnya tentang isu, Silahkan Anda untuk menemukan
pada berbagai literature dan mendalaminya secara mandiri. Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam
tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu :
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue), dan
3. Isu potensial.
Salah satu berita yang sempat viral yakni mengenai Pengadilan Agama Bantaeng
mengeluarkan putusan menikahkan anak dibawah umur. Melansir dari viva.co.id, Pengadilan Agama
Bantaeng mengeluarkan putusan yang dalam putusannya tersebut menyatakan bahwa pernikahan
antara SY dan FA disahkan. Padahal umur SY dan FA sendiri masih mengenyam Pendidikan SMP.
Bapak Ruslan Saleh, yang pada waktu itu menjabat sebagai Plt Ketua Pengadilan Agama Bantaeng,
menyatakan bahwa memang secara peraturan, apabila perempuan belum berumur 16 tahun serta laki-
laki belum berusia 19 tahun, maka tidak dapat melangsungkan pernikahan. Akan tetapi beliau
menyampaikan juga bahwa terkadang peraturan tersebut tersandera oleh adat istiadat yang berlaku di
daerah setempat. Selain itu pula, putusan itu bukan merupakan putusan serta merta yang dikeluarkan
oleh Pengadilan Agama Bantaeng, "Pertimbangan Pengadilan Agama ini tidak serta merta,
apalagi informasi dari keluarga bahwa keduanya sering bersama. Kalau zinah siapa yang
tanggung jawab,"ujarnya.
Banyak instansi yang menyayangkan kejadian ini, salah satunya KPAI. Melansir dari
kabar24.bisnis.com, Retno Listyarti selaku Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), menyatakan bahwa patut disayangkan apa yang telah dilakukan oleh Pengadilan
Agama Bantaeng, padahal oleh KUA Bantaeng sendiri, sempat ditolak permohonan SY dan FA
tersebut. “Pengadilan Agama seharusnya menjadi benteng terakhir untuk mencegah perkawinan
anak. Karena itu, kami berharap pengadilan anak tidak mudah meloloskan perkawinan anak”,
tuturnya. Apalagi Retno menilai bahwa, alasan perkawinan SY dan FA ini tidak masuk akal,
yaitu hanya karena si anak ini takut tidur sendiri, setelah ibunya meninggal tahun sebelumnya
dan ayahnya sering berpergian ke luar kota.
Selain itu, masyarakat disekitar juga terkadang menyampaikan hate speech tentang
Pengadilan Agama Bantaeng, dikarenakan banyak yang menganggap bahwa hakim
mengeluarkan putusan dikarenakan ada gratifikasi, ataupun hakimnya sudah dikorupsi. Padahal
yang terjadi sebenarnya, hakim saat mengeluarkan putusan tersebut dikarenakan peraturan yang
ada, berada dibawah hukum adat. Dan hukum adat yang berlaku di Bantaeng adalah apabila
mendapati anak dibawah umur telah bermesraan atau pacaran, lebih baik segera untuk
dinikahkan. Ini berlaku juga Asas Lex Speciali Derogat Lex Generali, yang menyatakan bahwa
hukum khusus mengesampingkan hukum umum.
Dampak yang dapat terjadi apabila isu ini terus terjadi dan tidak segera untuk
diselesaikan, yakni kurangnya rasa percaya masyarkat terhadap Pengadilan yang dikeluarkan
oleh para hakim yang ada. Dikarenakan munculnya hoax mengenai adanya korupsi lalu
gratifikasi yang diterima oleh para hakim. Apabila hal ini tidak segera untuk dikendalikan,
maka hoax ini menjadi persepsi dan persepsi ini akan berkembang menjadi asumsi. Dan apabila
sudah menjadi asumsi, susah untuk dihilangkan dari benak dan pikiran masyarakat.
Penyebab isu ini dapat terjadi, dikarenakan munculnya perbedaan pendapat ditengah-
tengah masyarakat, yang dimana di masyarakat tersebut terdapat banyak sudut pandang yang
ada. Belum tentu hakim yang mengeluarkan putusan tersebut memiliki sudut pandang yang
sama kepada KPAI. Dikarenakan menurut saya, KPAI memiliki sudut pandang terhadap
Kesehatan kondisi mental dan fisik terhadap SY dan FA tersebut. Sedangkan sudut pandang
yang diambil oleh hakim, lebih terhadap Asas Lex Speciali Derogat Lex Generali, yang
menyatakan bahwa hukum khusus yang kali ini diwakili oleh hukum adat, mengesampingkan
hukum umum yang kali imi diwakili oleh peraturan perundang-undangan. Apalagi yang terjadi
di masyarakat lebih kompleks lagi. Lebih kompleks pengambilan sudut pandangnya, bisa dari
unsur agama, suku, ras, budaya, atau kebiasaan yang ada. Selain itu terdapat pula salah satu
penyebabnya yakni unsur Pendidikan yang dienyam oleh masyarakat sekitar. Mungkin banyak
yang belum paham terkait adanya Asas Lex Speciali Derogat Lex Generali ini. Lalu,
masyarakat yang menyetujuinya, berpendapat bahwa tuntunan agama yang menyatakan bahwa
daripada berzina, lebih baik dinikahkan saja.
Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, maka selanjutnya perlu
dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian dengan
menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu. Alat
bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan Teknik tapisan
dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan
Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik
artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera
solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan
dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Untuk menghadapi isu tersebut, apa yang sudah dilakukan Pengadilan Agama Bantaeng
saya rasa adalah Tindakan yang sudah tepat, karena melakukan sesuatu yang sudah sesuai
dengan hati Nurani serta peraturan dan asas asas yang berlaku. Lantas apakah Tindakan yang
dilakukan oleh KPAI tidak tepat? Tidak juga. Sebab, mereka memiliki argumentasi tersendiri
yang berbeda dengan argumentasi yang dimiliki oleh Pengadilan Agama Bantaeng. Yang
menjadi salah adalah kita sebagai masyarakat yang menilai sesuatu tersebut secara salah,
seperti melakukan hate speech lalu menyebarkan berita hoax dan lain sebagainya. Kenapa hate
speech dan hoax ini dapat terjadi dikarenakan salah satunya terlalu fanatiknya pemahaman
mereka akan suatu hal yang mereka yakini. Sehingga mereka tidak mau untuk mengambil sudut
pandang yang berasal dari orang lain. Padahal setiap pandangan orang lain mengandung
kebenaran pula.
Menghargai pendapat orang lain dapat dimulai pada diri kita sendiri, seperti contohnya
mendengarkan pendapat orang lain atau masukan dari orang lain untuk kita sendiri, lalu apabila
berbeda pendapat dengan kita saat mengikuti rapat misalnya, kita dapat mengambil kandungan
kebenaran yang diucapkan oleh orang lain tersebut.

Anda mungkin juga menyukai