Anda di halaman 1dari 16

SEBABNYA ORANG MENAATI HUKUM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

FARIS RAMADHAN
NIM : 2001110009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANDA ACEH
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Penyebab Orang Kurang Mentaati Hukum ........................................ 3
B. Teori Dan Aliran Sebab Orang Mentaati  Hukum .............................. 7
C. Penyebab Orang Mentaati Hukum ..................................................... 9

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 


Hukum adalah dalam kompas ilmu untuk manusia, atau sosial ilmu karena
merupakan bagian yang penting dalam komponen manusia masyarakat dan
budaya.Tidak ada kejadian yang dikenal dari suatu keadaan dalam pengalaman
manusia, di mana masyarakat yang heterogen ada dan budaya telah tanpa atau sudah
bebas dari hukum.Dimanapun dan kapanpun masyarakat dan budaya yang ditemukan
ada hukum juga ditemukan, menggenangi seluruh masyarakat sebagai bagian dari
budaya. Hukum adalah alat utama dari kontrol sosial pada masyarakat modern serta
dalam masyarakat primitif.
Pembentukan masyarakat sadar hukum dan taat akan hukum merupakan cita-
cita dari adanya norma-norma yang menginginkan masyarakat yang berkeadilan
sehingga sendi-sendi dari budaya masyarakat akan berkembang menuju terciptanya
suatu sistem masyarakat yang menghargai satu sama lainnya, membuat masyarakat
sadar hukum dan taat hukum bukanlah sesuatu yang mudah dengan membalik telapak
tangan, banyak yang harus diupayakan oleh pendiri atau pemikir negeri ini untuk
memikirkan hal tersebut.
Hukum bukanlah satu-satunya yang berfungsi untuk menjadikan masyarakat
sadar hukum dan taat hukum, Indonesia yang notabene adalah negara yang sangat
heterogen tampaknya dalam membentuk formulasi hukum positif agak berbeda
dengan negara-negara yang kulturnya homogen, sangatlah penting kiranya sebelum
membentuk suatu hukum yang akan mengatur perjalanan masyarakat, haruslah digali
tentang filsafat hukum secara lebih komprehensif yang akan mewujudkan keadilan
yang nyata bagi seluruh golongan, suku, ras, agama yang ada di Indonesia.
Peranan hukum didalam masyarakat sebagimana tujuan hukum itu sendiri
adalah menjamin kepastian dan keadilan, dalam kehidupan masyarakat senantiasa
terdapat perbedaan antara pola-pola perilaku atau tata-kelakuan yang berlaku dalam
masyarakat dengan pola-pola perilaku yang dikehendaki oleh norma-norma (kaidah)
hukum.Hal ini dapat menyebabkan timbulnya suatu masalah berupa kesenjangan

1
sosial sehingga pada waktu tertentu cenderung terjadi konflik dan ketegangan-
ketegangan sosial yang tentunya dapat mengganggu jalannya perubahan masyarakat
sebagaimana arah yang dikehendaki.
Keadaan demikian terjadi oleh karena adanya hukum yang diciptakan
diharapkan dapat dijadikan pedoman (standard) dalam bertindak bagi masyarakat
tidak ada kesadaran hukum sehingga cenderung tidak ada ketaatan hukum.
Pertanyaan tentang mengapa orang mentaati hukum merupakan contoh
pertanyaan yang bersifat mendasar yang menjadi salah satu pokok bahasan filsafat
hukum, oleh karena jawaban terhadap pertanyaan ini merupakan pertimbangan nilai-
nilai dalam bentuk kaidah hukum yang masuk dalam tataran dunia nilai, tataran
sollen.Seperti kita ketahui, bahwa filsafat hukum menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu hukum.Ketika ilmu hukum tidak mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai hukum, maka saat itu pulalah
filsafat hukum mulai bekerja dalam mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang tidak
terjawab tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas timbul beberapa pertanyaan yaitu :
1. Apa penyebab orang kurang mentaati hukum ?
2. Teori dan aliran apa saja yang mendasari sebab orang mentaati hukum ?
3. Apa penyebab orang harus mentaati hukum ?

C. Tujuan Penulisan 
1. Untuk mengetahui alasan – alasan mengapa kita sebagai manusia harus
mentaati hukum ?
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ FILSAFAT HUKUM “

  

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Orang Kurang Mentaati Hukum 


Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama,
tentu akan memiliki budaya hukum yang beraneka ragam. Semuanya itu akan
memperkaya khasanah budaya dalam menyikapi hukum yang berlaku, baik di
lingkungan kelompok masyarakatnya maupun berpengaruh secara nasional. Kita akan
mencoba melihat bagaimana negara kita khususnya masyarakat Indonesia,
memandang pelanggaran hukum beserta konsekuensinya.
Bayangkan jika tidak ada hukum atau peraturan yang mengatur budaya dan
adat istiadat dari berbagai macam suku dan ras di Indonesia. Tentu negara kita akan
terpecah belah oleh sedikit perbedaan saja. Namun, meskipun banyak sekali peraturan
dan hukum yang telah dibuat, hal ini tidak membuat seseorang langsung menjadi
orang yang taat akan segala hukum begitu saja. Ingat, bahwa di dalam diri setiap
manusia ada rasa ingin bebas dan merdeka. Mungkin pada awalnya, seseorang akan
selalu mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Tetapi seraya waktu terus
berjalan, beberapa orang mulai merasa bahwa peraturan-peraturan tersebut terlalu
membatasi gerak-gerik kehidupannya. Maka, secara perlahan tapi pasti, seseorang
akan mulai melanggar hal-hal yang kecil, lalu beranjak terus ke pelanggaran yang
serius.
Faktor penyebab kurangnya kesadaran hukum di dalam masyarakat itu ada 2
yaitu :

1. Masyarakat : 
Masyarakat merasa hukum di indonesia masih belum bisa memberikan
jaminan terhadap mereka. Dan kebanyakan dari mereka masih belum mengerti dan
memahami bahasa dari hukum, sehingga kesadaran masyarakat terhadap hukum itu
kurang.

3
2. Aparat penegak hukum : 
Aparat penegak hukum sebagai pembuat dan pelaksana hukum itu sendiri
masih belum bisa untuk benar-benar menerapkan peraturan yang sudah
ditetapkan.Malah sering aparat penegak hukum yang seharusnya sebagai pelaksana
malah melanggar hukum. Hal itu membuat masyarakat menjadi memandang remeh
aparat penegak hukum.

Dalam sebuah artikel dikatakan bahwa ada beberapa hal diantaranya alasan
seseorang melakukan perbuatan melanggar hukum.

1. Tidak tahu
Alasan yang paling umum kenapa seseorang melanggar hukum adalah dengan
alasan tidak tahu ada aturan hukum.Alasan ini sebenarnya alasan klasik, karena setiap
tindakan manusia ada aturan yang mengaturnya, apalagi jika negara sudah
menyatakan dirinya negara hukum. Alasan ini tidak membebaskan seseorang dari
saksi hukum.

2. Tidak mau tahu


Banyak orang tahu aturan hukum ketika melakukan suatu tindakan atau
perbuatan, tetapi aturan itu dilanggar dan diabaikan.Biasanya orang seperti ini merasa
hukum telah menjadi penghabat bagi pencapaian keinginannya. Sepanjang tidak ada
yang mengusik atau merasa aman-aman saja, ia akan terus melakukannya dan ia baru
berhenti saat perbuatannya ada yang melaporkannya, atau tertanggkap petugas hukum
dan diproses secara hukum. Tindakkan orang serupa ini tergolong perbuatan
melanggar hukum yang mendasar karena ada unsur kesengajaan.

3. Terpaksa
Kebanyakan orang memberikan alasan mengapa ia melanggar hukum karena
terpaksa. Orang itu merasa tidak ada pilihan lain, ia tepaksa melakukannya bisa jadi
karena kondisi ekonomi, social atau dilakukan atas perintah atasan, atau pun karena
diancam. Alasan terpaksa terkadang hanya merupakan alibi, sebab keadaan terpaksa
dalam hukum itu ada ukuran dan nilainya.

4
4. Tidak mampu mengendalikan diri
Biasanya perbuatan melanggar hukum pada orang yang tidak mampu
menegendalikan diri ,karena orangnya tidak berfikir panjang dan tidak memikirkan
akibat hukum dari perbuatan atau tindakkannya. Bagi orang serupa ini, urusan hukum
belakangan yang terpenting baginya ia harus puaskan dan salurkan emosinya terlebih
dahulu.

5. Niat jahat.
Tuntutan hidup atau pencapaian target atau untuk meraih sebuah kesempatan,
sehingga banyak orang mencari jalan bagaimana ia bisa mencapainya. Orang seperti
ini biasanya, akan melakukan perbuatan melanggar hukum ketika ada yang menjadi
hambatan bagi dia untuk mencapai tujuannya. Mencari-celah-celah hukum yang bisa
dimanfaatkan biasa menjadi “harta karun” bagi orang seperti ini. Kemudian ada juga,
orang seperti ini tidak segan melakukan tindakan untuk menganiaya seseorang yang
tidak ia sukai atau ia pandang sebagai ancaman bagi dirinya.

6. Sudah Terbiasa.
Orang yang sudah biasa melanggar hukum bukan lagi hal yang aneh dan
merepotkan bagi untuk kembali melakukan pelanggaran hukum. Meskipun sudah
pernah mendapat ganjaran, tetapi ganjaran yang pernah ia terima itu bukannya
membuat dia sadar, melainkan ia makin paham dan mahir untuk melakukan
pelanggaran hukum lagi. Orang seperti ini sudah memperhitungkan akibat yang akan
diterima apabila ia melanggar hukum dan perbuatan itu dilakukannya dengan penuh
kesadaran. Pelanggaram hukum ini bobotnya lebih berat.

7. Karena ada kesempatan


Pada prinsipnya manusia terlahir baik dan nilai-nilai kebaikan itu ada dalam
diri setiap manusia. Dan manusia pada umumnya cenderung berbuat baik atau
melakukan yang baik-baik. Tetapi karena ada kesempatan atau peluang, ia pun
melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Pelanggaran hukum dengan
alasan adanya kesempatan, cenderung dating tiba-tiba ketika melihat objenya.

5
8. Membela diri.
Alasan melanggar hukum dengan dalil membela diri merupakan alasan yang
tidak kalah seringnya dijadikan seseorang untuk menghalalkan perbuatannya.Hukum
sendiri sebenarnya memberikan tempat khusus bagi orang yang melanggar hukum
karena alasan membela diri, dan bila alasan membela diri itu bisa dibuktikan dan
sesuai dengan ukuran timbangnya yang diberikan hukum, orang tersebut ada
kemungkinan terbebas dari ancaman hukuman. Tetapi alasan membela diri tidaklah
semudah diucapkan karena banyak hal lain yang terkait dengan perbuatan melanggar
hukum bersangkutan.

9. Memilih ketentuan hukum yang menguntungkan


Karena ada banyak sistem hukum yang belaku, maka seseorang memilih salah
satu ketentuan dari sistem hukum yang ada.Misalnya dengan hukum agama, seorang
laki-laki boleh punya istri dari satu, tetapi hukum negara tidak mempolehkannya,
kecuali ada alasan yang sah. Maka orang tersebut tetap meneruskan niatnya kawin
lagi, dan ia dengan sadar melanggar hukum negara.

10. Tergoda
Tidak sedikit orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum karena
tergoda akan sesuatu yang menguntungkan dirinya, padahal dia tahu betul perbuatan
yang akan dilakukannya melanggar hukum. 

11. Merasa selalu benar


Tidak jarang juga orang melanggarkan hukum karena merasa dirinya yang
paling dan ia menganggap dirinya mengerti benar dengan hukum. Orang ini
seringkali mengabaikan nasehat orang lain dan selalu mencarikan alasan-alasan bagi
pembenaran perbuatannya, meskiipun kepadanya telah ditunjukkan ada aturan lain
dari dari aturan hukum yang dipahaminya.

12. Punya backing


Kecenderungan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum dan biasanya
dilakukan dengan sadar atau orang itu tidak berfikir panjang mengenai akibat dari
perbuatannya, ketika orang itu mempunyai bekingan atau yang akan diandalkan untuk
menyelematkannya dari proses hukum. Bagi orang ini lakukan saja perbuatan

6
melanggar hukum itu dan nikmati, “nanti juga beres”, itu yang ditanamkan dalam
dirinya. Atau ia punya uang, sehingga pelanggaran hukum yang dilakukannya
dipikirnya bisa selesai. Beberapa alasan di atas selain hanya berupa hasil pengamatan,
ia masih bisa ditambah dan didalami, dan berkemungkinan akan lebih banyak lagi
dari itu. Karena setiap kasus atau perbuatan melanggar hukum memiliki motif dan
factor pendorongnya sendiri dari si pelanggar hukum.

B. Teori Dan Aliran Sebab Orang Mentaati  Hukum


Ada beberapa teori atau aliran yang mengemukakan sebab orang mentaati
hukum : 

1. Ajaran Hukum Alam Aristoteles

Aristoteles berpendapat bahwa ada dua macam hukum yaitu:


a) Hukum yang berlaku karena penetapan penguasa negara
b) Hukum yang tidak bergantung dari pandangan manusia

Macam hukum yang kedua ini adalah hukum alam yaitu hukum yang tidak
bergantung dari pandangan manusia akan tetapi berlaku untuk semua manusia kapan
saja dan di mana pun dia berada.
Menurut Aristoteles, pendapat orang tentang “keadilan” adalah tidak sama,
sehingga seakan-akan tidak ada hukum alam yang “asli”, namun haruslah diakui
bahwa ada hukum yang bersifat mutlak, yang tidak tergantung pada waktu dan
tempat, meskipun tidak dapat diingkari pula bahwa sesuatu itu ada kekecualiannya.
Oleh karena itu bukanlah syarat mutlak bahwa hukum alam itu berlaku di zaman apa
saja dan dimana-mana, akan tetapi lazimnyam yaitu dalam keadaan biasa, berhubung
dengan sifat keasliannya yang memang selaras dengan kodrat alam. Jadi hukum alam
ialah hukum yang oleh orang-orang berpikir sehat dirasakan sebagai selaras dengan
kodrat manusia.

2. Mahzab Sejarah
Mahzab sejarah dipelopori oleh Fredrich Carl Von Savigny.Mahzab ini
merupakan rekasi terhadap para pemuja hukum alam atau hukum kodrat yang
berpendapat bahwa hukum alam itu bersifat rasionalititas dan berlaku bagi segala

7
bangsa, untuk semua tempat dan waktu.Mahzab sejarah berpendapat bahwa tiap-tiap
hukum itu ditentukan secara historis, selalu berubah menurut waktu dan tempat.
Sebagaima halnya bahasa, hukum itu timbul melalui suatu proses yang
perlahan-lahan. Hukum hidup dalam kesadaran bangsa, maka hukum berpangkal pada
kesadaran bangsa.Jadi hukum itu merupakan suatu rangkaian kesatuan yang tak
terpisahkan dengan sejarah bangsa dan oleh karenanya hukum itu senantiasa berubah
menurut tempat dan waktu.Timbulnya hukum positf tidak terjadi oleh akal manusia
yang secara sadar memang menghendaki, tetapi hukum positif itu tumbuh dan
berkembang di dalam kesadaran bangsa secara organik. Jadi tumbuh dan
berkembangnya hukum itu bersama-sama dengan tumbuh berkembangnya suatu
bangsa.

3. Teori Kedaulatan Tuhan


Teori ini menganggap bahwa hukum itu adalah perintah Tuhan, maka pada
hakekatnya manusia mentaati hukum berarti mentaati Tuhan.

4. Teori Kedaulatan Negara


Menurut teori ini, seseorang mentaati hukum karena negara yang
menghendakinya dan Negara mempunyai hak kekuasaan sekaligus mempunyai
kekuatan untuk menyelenggarakan hukum.

5. Teori Kedaulatan hukum


Menurut teori ini, bahwa seseorang mentaati hukum karena berasal dari
perasaan bahwa hukum adalah sebagian dari masyarakat. Akibatnya apabila ia tidak
mentaati hokum akan dianggap tidak mengikuti norma-norma yang dianut oleh
masyarakat itu sendiri.

6. Teori Perjanjian masyarakat 


Teori ini berpendapat bahwa orang taat dan tunduk pada hukum oleh karena
berjanji untuk menaatinya . Hukum dianggap sebagai kehendak bersama ,suatu hasil
consensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.

8
C. Penyebab Orang Mentaati Hukum
Sifat dasar manusia yang ingin hidup tenang dan rukun dengan manusia
lainnya mendorong mereka untuk membuat suatu peraturan hukum yang mengikat
semua pihak yang tidak lain untuk menciptakan keteraturan diantara mereka.
Kemudian dalam pelaksanaan peraturan tersebut diadakan suatu sanksi bagi siapa
saja yang melanggar.Sanksi ini dimaksudkan supaya masyarakat yang ada dapat
mentaati hukum serta loyal atau kesetiaan terhadap aparat hukum.
Menurut Soerjono berpendapat bahwa ada Faktor-faktor yang menyebabkan
warga masyarakat mematuhi hukum, setidak-tidaknya dapat dikembalikan pada
faktor-faktor atau hal-hal sebagai berikut:

1. Compliance, yaitu:
Orang mentaati hukum karena takut terkena hukuman. Ketaatan sebagai
pemenuhan suatu penerimaan terang yang dibujuk oleh harapan penghargaan dan
suatu usaha untuk menghindari kemungkinan hukuman, bukan karena keinginan yang
kuat untuk menaati hukum dari dalam diri. Kekuatan yang mempengaruhi didasarkan
pada ”alat-alat kendali” dan, sebagai konsekuensinya, orang yang dipengaruhi
menyesuaikan diri hanya di bawah pengawasan.
2. Identification, yaitu:
Ketaatan yang bersifat identification, artinya ketaatan kepada suatu aturan
karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak.
Identifikasi, yaitu: suatu penerimaan terhadap aturan bukan karena nilai
hakikinya, dan pendekatan hanyalah sebab keinginan seseorang untuk memelihara
keanggotaan di dalam suatu hubungan atau kelompok dengan ketaatan itu. Sumber
kuasa menjadi daya pikat dari hubungan orang-orang yang menikmati kebersamaan
kelompok itu, dan penyesuaiannya dengan aturan akan bergantung atas hubungan
utama ini.
3. Internalization, yaitu:
Ketaatan yang bersifat internalization, artinya ketaatan pada suatu aturan
karena ia benar-benar merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai instrinsik yang
dianutnya.

9
Internalisasi, adalah penerimaan oleh aturan perorangan atau perilaku sebab ia
temukan isinya yang pada hakekatnya memberi penghargaan isi adalah sama dan
sebangun dengan nilai-nilai seseorang yang manapun, sebab nilai-nilainya mengubah
dan menyesuaikan diri dengan – yang tak bisa diacuhkan dan ada kesadaran dari
dalam diri yang membuatnya mentaati hukum dengan baik.

Ada beberapa alasan mengapa manusia mematuhi hukum:

1. Manusia mematuhi hukum jelas karena hukum itu merupakan suatu kebutuhan.
Dimana ada masyarakat, disitu pasti ada hukum. Semua manusia butuh
hukum untuk kelangsungan hidupnya, karena sejatinya setiap manusia pasti
mendambakan kehidupan yang aman, nyaman, dan tentram, dan dengan adanya
hukum itu sendiri, kehidupan yang aman itupun dapat terwujudkan.

2. Manusia mematuhi hukum karena memang dari kesadaran manusia itu sendiri.
Manusia yang bermoral, pasti  tidak akan ada pria dan wanita yang belum
terkat perkawinan yang sah tetapi   tinggal  bersama dalam satu rumah (biasa disebut
kumpul kebo). Memang tidak ada sanksi tertulis dalam hal tersebut. Tetapi perlu
diingat, hukum itu bukan hanya sebatas Undang-Undang  atau peraturan tertulis saja
(paham legisme), tetapi ada juga hukum yang bersifat tidak tertulis (hukum adat)
yang sanksinya merupakan sanksi moral dari masyarakat sekelilingnya. Seperti
Contoh kasus diatas , atas dasar kesadaran tentu tidak akan ada manusia yang berbuat
demikian walaupun memang tidak ada Undang-Undang  yang memuat hal tersebut,
tetapi hal itu tentu ssaja merupakan perbuatan asusila  yang tentu  saja akan mendapat
sanksi moral, yaitu berupa cemooh dari masyarakat bahwa mereka yang terlibat
tersebut telah melanggar norma susila yang berlaku.

3. Manusia mematuhi hukum karena adanya sanksi


Alasan ini paling banyak dan paling ampuh untuk mendorong manusia
mematuhi hukum.  Sanksi merupakan balasan atau ganjaran yang akan diterima bagi
siapa saja yang melanggar hukum, dengan ketentuan  - ketentuan tertentu. Sanksi
bersifat memaksa.

10
4. Manusia adalah makhluk sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang bersifat Zoon Politicn (Aristoteles) yang 
nyata dalam kehidupan bersama  sebagai masyarakat itu tidak mudah. Hal itu
disebabkan karena setiap manusia mempunyai kebutuhan dan kepentingan sendiri-
sendiri yang seringkali bertentangan satu sama lainnya. Dari akibat perbedaan itu
sering terjadi ketidakeimbangan /keserasian dalam hubungan bermasyarakat, disinilah
aturan tata kehidupan antarmanusia yang disebut Hukum itu dibutuhkan ditengah-
tengah masyarakat.

Menurut Cristoper Berry Gray, ada tiga pandangan mengapa seorang mentaati
hukum:

1. Pandangan Ekstrem pertama, adalah pandangan bahwa merupakan “kewajiban


moral” bagi setiap warga negara untuk melakukan yang terbaik yaitu senantiasa
mentaati hukum, kecuali dalam hal hukum memang menjadi tidak menjamin
kepastian atau inkonsistensi, kadang-kadang keadaan ini muncul dalam
pemerintahan rezim yang lalim.
2. Pandangan kedua yang dianggap pandangan tengah, adalah kewajiban utama
bagi setiap orang (Prima facie) adalah kewajiban mentaati hukum.
3. Pandangan Ketiga dianggap pandangan ekstrim kedua yang berlawanan dengan
pandangan pertama, adalah bahwa kita hanya mempunyai kewajiban moral
untuk hukum, jika hukum itu benar, dan kita tidak terikat untuk mentaati hukum.

Menurut Simmons, terdapat tiga kemungkinan jawaban atas pertanyaan:


“Apakah wajib mentaati hukum ?” Masing-masing jawaban didasarkan pada tiga
teori yang oleh Simmons disebut:

1. Teori Kewajiban Moral Asosiatif


Teori asosiatif melihat kewajiban untuk patuh pada hukum sebagai
konsekuensi dari peran sosial.Peran sosial menuntut kewajiban moral tertentu dari
pemangku peran. Karena itu, kewajiban asosiatif berkaitan dengan pertanyaan:
“Siapa saya?”; pertanyaan yang mengacu pada kewajiban yang harus dipikul oleh
subjek karena peran yang dimainkannya. Kewajiban yang ditimbulkan oleh peran

11
bersifat nonvolunter (wajib begitu saja).Kepatuhan kepada hukum merupakan
konsekuensi dari peran subjek sebagai warga negara.

2. Teori Kewajiban Moral Transaksional


Teori transaksional mendasarkan kewajiban mematuhi hukum pada interaksi
dengan sesama warga negara atau dengan negara yang secara moral dipandang
penting. Di sini kewajiban tergantung pada “apa yang sudah saya lakukan terhadap
atau nikmati” dari negara. Kewajibannya lalu bersifat volunter. Saya sudah
mendapatkan manfaat dari negara, karena itu saya bersedia terikat dengan hukum
yang diterapkan negara bagi saya.

3. Teori Kewajiban Moral Natural


Teori kewajiban moral natural, kewajiban untuk patuh pada hukum tidak
didasarkan pada “siapa saya” (pertimbangan asosiatif); juga tidak pada “apa yang
sudah saya dapatkan” dari negara (pertimbangan transaksional), namun lebih
didorong karena kesadaran akan apa yang sudah dilaksankannya secara bebas, yakni
bahwa manusia secara bebas setuju mengikatkan diri dengan hukum yang berlaku
(persetujuan bebas subjek).

12
BAB III
KESIMPULAN

    Hukum ada karena kekuasaan yang sah . Ketentuan – ketentuan yang tidak
berdasarkan kekuasaan yang sah pada dasarnya bukanlah hukum .Hukum itu
mengatur , membatasi ruang gerak dan memaksa  . 
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
aspek atau alasan mengapa seseorang taat terhadap hukum yaitu:
1. Orang mentaati hukum karena takut terkena hukuman. Ketaatan sebagai
pemenuhan suatu penerimaan terang yang dibujuk oleh harapan penghargaan
dan suatu usaha untuk menghindari kemungkinan hukuman, bukan karena
keinginan yang kuat untuk menaati hukum dari dalam diri. 
2. Ketaatan yang bersifat identification, artinya ketaatan kepada suatu aturan
karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak. Identifikasi,
yaitu: suatu penerimaan terhadap aturan bukan karena nilai hakikinya, dan
pendekatan hanyalah sebab keinginan seseorang untuk memelihara
keanggotaan di dalam suatu hubungan atau kelompok dengan ketaatan itu. 
3. Ketaatan yang bersifat internalization, artinya ketaatan pada suatu aturan
karena ia benar-benar merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai instrinsik
yang dianutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Soerjono, Faktor-faktor penyebab masyarakat taat hukum, 1986:49-50.


Van Kan, J.; Beekhuis, J.H., Pengantar Ilmu Hukum, terjemahan Masdoeki,
Moh.O., Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.
https://zuryawanisvandiarzoebir.wordpress.com/2008/05/23/mengapa-orang-
mentaati-hukum-kritisi-terhadap-teori-kedaulatan-hukum-dari-krabbe-
ditinjau-dari-sisi-filsafat-hukum/ diakses pada tanggal 22 November 2020.
 http://winandakusuma.blogspot.co.id/2011/05/mengapa-hukum-harus-ditaati.html
diakses pada tanggal 22 November 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai