Bab Ii Pengajuan Masalah: Identifikasi Masalah Merupakan Suatu Tahap Permulaan Dari
Bab Ii Pengajuan Masalah: Identifikasi Masalah Merupakan Suatu Tahap Permulaan Dari
22
pemerataan kesempatan menikmati pendidikan umpamanya, maka inovasi
seperti pendidikan non-formal segera menampakkan diri sebagai masalah.
Mampukah pendidikan non-formal berperan sebagai bentuk alternatif bagi
pendidikan formal? Mungkinkah pendidikan non-formal diterapkan dalam
situasi sekarang? Apakah pendidikan non-formal tidak menurunkan mutu
pendidikan? Prasyarat apakah yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
pendidikan non-formal secara optimal? Ternyata identifikasi masalah
memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam
kegiatan ilmiah berlaku semacam azas, bahwa bukan kuantitas jawabannya
yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian, melainkan kualitas
jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua atau tiga
hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sejumlah penemuan yang
kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah
yang dikembangkan secara kumulatif, di mana setiap permasalahan
dipecahkan tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit. Sering kita dapatkan
sebuah penelitian yang merengkuh terlalu banyak permasalahan, namun
tidak menghasilkan suatu jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan seperti ini merupakan perbuatan sia-sia yang harus dihindarkan.
Untuk itu maka permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya.
23
Untuk studi perbandingan ini umpamanya kita membatasi diri pada
efektivitas prestasi belajar dalam empat mata pelajaran, yakni: Bahasa
Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan IPA. Namun
pembatasan masalah tidak berhenti di sini, sebab studi perbandingan
mengenai efektivitas prestasi belajar dalam empat mata pelajaran tersebut di
atas bisa saja dilakukan dalam berbagai kelembagaan pendidikan. Studi
perbandingan ini dapat dilakukan di SD, SMP, SMA, atau berbagai
kelembagaan lainnya. Umpamakan saja kita memilih SD sebagai
kelembagaan yang menjadi objek penelitian, di sinipun masalah penelitian
harus dibatasi lebih lanjut dengan menetapkan di mana dan kapan penelitian
akan dilakukan. Dengan pembatasan ini, maka fokus masalah menjadi
bertambah jelas yang memungkinkan kita untuk merumuskan masalah
dengan baik.
24
Suatu masalah yang sudah dapat diidentifikasikan dan dibatasi, yang
tercermin dalam pertanyaan yang bersifat jelas dan spesifik, dimana untuk
menemukan jawabannya kita dapat mengembangkan kerangka pemikiran
yang berupa kajian teoretis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan,
serta memungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris
terhadap kesimpulan analisis teoretis, maka secara konseptual masalah
tersebut sudah berhasil dirumuskan. Tanpa perumusan masalah yang jelas
dan spesifik, maka tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasikan
pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang relevan dalam membangun suatu
kerangka pemikiran. Seperti diketahui, metode ilmiah mensyaratkan adanya
hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dihadapi, yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah telah
berhasil dikumpulkan. Lalu bagaimana kita akan mampu mengidentifikasikan
teori-teori yang diperlukan, sekiranya karakteristik permasalahan tidak
diberikan? Demikian juga perumusan masalah yang baik akan membantu
kita dalam menetapkan data empiris yang harus dikumpulkan. Sejak semula
seorang ilmuan, harus merumuskan permasalahan yang memungkinkan
verifikasi yang dibatasi oleh pengalaman.
PENGAJUAN MASALAH:
1. Latar belakang masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
25
5. Tujuan penelitian
6. Kegunaan penelitian
1. Sumber Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stonner mengemukakan
bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi1.
1
Stoner, James A.F., 1992. Manajemen, Edisi kedua, terj. Agus Maulana, dkk. Jakarta:
Penerbit Erlangga, p. 257.
26
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan. Namun sering perubahan ini
tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat
menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pimpinan pada
bidang pemerintahan harus berubah ke bidang bisnis. Hal ini pada
awalnya akan menimbulkan masalah. Orang atau kelompok yang
biasanya mengelola pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu
berubah menjadi desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang
biasanya menulis dengan mesin ketik manual harus diganti dengan
komputer, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga
perlu ada perubahan? apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi
sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan? Apakah masalahnya sehingga kebijakan
pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah
masalahnya setelah terjadi perubahan?
c. Ada pengaduan
Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun
27
pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.
Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang
mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga dapat
dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga
banyak orang yang akan menjadi tahu kualitas produk dan kualitas
pelayanan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak
menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan
sekelompok orang terhadap suatu organisasi juga dapat menimbulkan
masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara
menganalisis isi pengaduan.
d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah
besar bila tidak memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahaan Pos dan
Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang
menerima titipan surat, titipan barang, ada handphone yang dapat
digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahaan Kereta Api
memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing,
sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang
mempunyai masalah Karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan
jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada
saingan telepon genggam (handphone).
28
d. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Mungkin tidak
etis melakukan penelitian yang berkenaan dengan agama, suku, atau
keyakinan adat istiadat dari kelompok masyarakat tertentu.
2
Bruce W. Tuckman, 1988. Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace
Javanovich, Inc.
29