Anda di halaman 1dari 8

BAB II PENGAJUAN MASALAH

Langkah pertama dalam melaksanakan suatu penelitian adalah


mengajukan masalah. Suatu hal yang harus disadari, bahwa pada
hakekatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari
faktor-faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang
dari suatu masalah tertentu: apakah itu latar belakang historis, ekonomis,
sosial, politis, kebudayaan atau faktor-faktor lainnya. Secara operasional,
suatu gejala baru dapat disebut masalah jika gejala itu terdapat dalam suatu
situasi tertentu. Misalnya, sebuah mobil yang dengan tenang di parkir pada
sebuah garasi jelaslah tidak merupakan masalah, tetapi seandainya mobil
tersebut berhenti dan mogok di tengah jalan protokol yang macet dan
mengganggu lalu lintas, maka jelaslah hal ini merupakan masalah.

Suatu hal yang kelihatannya bersifat paradoks, bila ditinjau secara


sepintas bahwa pemecahan suatu masalah malah menimbulkan masalah
yang baru pula. Pengembangan suatu teknologi baru misalnya, akan
menimbulkan berbagai masalah, seperti bagaimana tingkat efisiensi
teknologi itu bila dibandingkan dengan efisiensi teknologi lama. Kemudian
jika seandainya teknologi itu membutuhkan keterampilan tertentu dalam
mengoperasikannya, maka hal ini menimbulkan masalah dalam penyediaan
tenaga. Suatu teknologi yang sangat efisien di satu pihak bisa merupakan
berkah, namun di pihak lain malah menimbulkan masalah, umpamanya saja
menyebabkan timbulnya pengangguran. Demikianlah suatu faktor baru akan
menjalin suatu hubungan sebab akibat dengan berbagai faktor yang telah
ada. Dalam konstelasi yang bersifat situasional inilah kita dapat
mengidentifikasikan objek yang menjadi masalah.

Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari


penguasaan masalah, di mana suatu objek dalam suatu jalinan situasi
tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Seperti dalam contoh yang
telah disebutkan sebelumnya, maka sebuah mobil yang mogok di tengah
jalan dan menimbulkan kemacetan lalu lintas dengan cepat dapat kita kenali
sebagai suatu masalah. Demikian juga dalam lingkup peningkatan

22
pemerataan kesempatan menikmati pendidikan umpamanya, maka inovasi
seperti pendidikan non-formal segera menampakkan diri sebagai masalah.
Mampukah pendidikan non-formal berperan sebagai bentuk alternatif bagi
pendidikan formal? Mungkinkah pendidikan non-formal diterapkan dalam
situasi sekarang? Apakah pendidikan non-formal tidak menurunkan mutu
pendidikan? Prasyarat apakah yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
pendidikan non-formal secara optimal? Ternyata identifikasi masalah
memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam
kegiatan ilmiah berlaku semacam azas, bahwa bukan kuantitas jawabannya
yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian, melainkan kualitas
jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua atau tiga
hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sejumlah penemuan yang
kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah
yang dikembangkan secara kumulatif, di mana setiap permasalahan
dipecahkan tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit. Sering kita dapatkan
sebuah penelitian yang merengkuh terlalu banyak permasalahan, namun
tidak menghasilkan suatu jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kegiatan seperti ini merupakan perbuatan sia-sia yang harus dihindarkan.
Untuk itu maka permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya.

Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-


batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup
permasalahan, dan faktor mana yang tidak. Sekiranya kita ingin mengadakan
studi perbandingan antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal
misalnya, maka ruang lingkup permasalahan itu harus dibatasi dengan
mengemukakan serangkaian pertanyaan, seperti dari sudut mana studi
perbandingan itu akan didekati: apakah dari sudut efisiensi, efektivitas,
ekonomi, sosiolgi, kultural, atau proses belajar-mengajar? Katakanlah kita
memilih studi perbandingan dilihat dari sudut efektivitas prestasi belajar.
Efektivitas prestasi belajar inipun selanjutnya harus kita batasi pula
masalahnya, namun ada kemungkinan akan meneliti efektivitas seluruh
mata pelajaran, ataupun membatasi pada beberapa mata pelajaran saja.

23
Untuk studi perbandingan ini umpamanya kita membatasi diri pada
efektivitas prestasi belajar dalam empat mata pelajaran, yakni: Bahasa
Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan IPA. Namun
pembatasan masalah tidak berhenti di sini, sebab studi perbandingan
mengenai efektivitas prestasi belajar dalam empat mata pelajaran tersebut di
atas bisa saja dilakukan dalam berbagai kelembagaan pendidikan. Studi
perbandingan ini dapat dilakukan di SD, SMP, SMA, atau berbagai
kelembagaan lainnya. Umpamakan saja kita memilih SD sebagai
kelembagaan yang menjadi objek penelitian, di sinipun masalah penelitian
harus dibatasi lebih lanjut dengan menetapkan di mana dan kapan penelitian
akan dilakukan. Dengan pembatasan ini, maka fokus masalah menjadi
bertambah jelas yang memungkinkan kita untuk merumuskan masalah
dengan baik.

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara


tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabnya.
Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, atau dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pernyataan
yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.

Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah


dijawab. Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu memusatkan
pikiran, namun sekaligus mengarahkan cara berpikir kita. Umpamanya studi
perbandingan antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal, setelah
dibatasi masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Dalam mata pelajaran Matematika di SD, metode pengajaran


manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal
atau non-formal?
(2) Dalam mata pelajaran PKn di SD, metode pengajaran manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non-
formal?
(3) dst.

24
Suatu masalah yang sudah dapat diidentifikasikan dan dibatasi, yang
tercermin dalam pertanyaan yang bersifat jelas dan spesifik, dimana untuk
menemukan jawabannya kita dapat mengembangkan kerangka pemikiran
yang berupa kajian teoretis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan,
serta memungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris
terhadap kesimpulan analisis teoretis, maka secara konseptual masalah
tersebut sudah berhasil dirumuskan. Tanpa perumusan masalah yang jelas
dan spesifik, maka tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasikan
pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang relevan dalam membangun suatu
kerangka pemikiran. Seperti diketahui, metode ilmiah mensyaratkan adanya
hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dihadapi, yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah telah
berhasil dikumpulkan. Lalu bagaimana kita akan mampu mengidentifikasikan
teori-teori yang diperlukan, sekiranya karakteristik permasalahan tidak
diberikan? Demikian juga perumusan masalah yang baik akan membantu
kita dalam menetapkan data empiris yang harus dikumpulkan. Sejak semula
seorang ilmuan, harus merumuskan permasalahan yang memungkinkan
verifikasi yang dibatasi oleh pengalaman.

Setelah masalah dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti


menyatakan tujuan penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah pernyataan
mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan. Setelah itu maka dibahas kemungkinan
kegunaan penelitian yang merupakan manfaat yang dapat dipetik dari
pemecahan masalah yang didapat dari penelitian. Dengan demikian, maka
secara kronolgis dapat disimpulkan enam kegiatan dalam langkah pengajuan
masalah sebagaimana yang dicantumkan berikut ini.

PENGAJUAN MASALAH:
1. Latar belakang masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah

25
5. Tujuan penelitian
6. Kegunaan penelitian

Perlu juga dikemukakan bahwa sebenarnya terdapat kaitan yang erat


antara ke enam kegiatan tersebut. Antara latar belakang masalah dan
kegunaan penelitian kadang-kadang sudah terdapat kaitan yang bersifat a
priori, umpamanya saja bahwa hasil sebuah penelitian akan digunakan
sebagai dasar bagi penyusunan kebijakan secara nasional. Tentu saja jika
hasil penelitian dipergunakan untuk kebijakan yang bersifat nasional, maka
hal ini akan mempengaruhi empat kegiatan lainnya terutama sekali proses
pembatasan masalah, sebab untuk generalisasi ke tingkat nasional, kita tidak
mungkin melakukan inferens dari hasil penelitian yang terbatas pada satu
kecamatan. Demikian juga sekiranya hasil penelitian dari studi perbandingan
antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal ini ingin dijadikan dasar
bagi kebijakan untuk mengimplementasikan pendidikan non-formal sebagai
alternatif di samping pendidikan formal, maka masalahnya harus dirumuskan
dalam pernyataan yang menemukan kemungkinan tidak adanya perbedaan
hasil belajar dari kedua bentuk pendidikan itu. Sekiranya kemudian dugaan
kita ternyata benar, maka kita mempunyai dasar-dasar ilmiah yang dapat
diandalkan yang mendukung kebijakan tersebut. Sebaliknya, jika salah satu
bentuk pendidikan tersebut yang dipilih, maka masalahnya harus dirumuskan
dalam memperbandingkan hasil belajar kedua bentuk pendidikan itu.

1. Sumber Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stonner mengemukakan
bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi1.

a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan

1
Stoner, James A.F., 1992. Manajemen, Edisi kedua, terj. Agus Maulana, dkk. Jakarta:
Penerbit Erlangga, p. 257.

26
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan. Namun sering perubahan ini
tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat
menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pimpinan pada
bidang pemerintahan harus berubah ke bidang bisnis. Hal ini pada
awalnya akan menimbulkan masalah. Orang atau kelompok yang
biasanya mengelola pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu
berubah menjadi desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang
biasanya menulis dengan mesin ketik manual harus diganti dengan
komputer, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga
perlu ada perubahan? apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi
sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan? Apakah masalahnya sehingga kebijakan
pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah
masalahnya setelah terjadi perubahan?

b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan


kenyataan
Suatu rencana yang telah ditetapkan tetapi hasilnya tidak sesuai
dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin
kita masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000
bangsa Indonesia akan tinggal landas tetapi ternyata tidak sehingga akan
muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan
turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan
adanya penataran pengawasan melekat, maka akan terjadi penurunan
dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Apa
masalahnya sehingga apa yang direncanakan tidak menghasilkan
kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara
melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan
kenyataan.

c. Ada pengaduan
Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun

27
pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.
Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang
mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga dapat
dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga
banyak orang yang akan menjadi tahu kualitas produk dan kualitas
pelayanan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak
menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan
sekelompok orang terhadap suatu organisasi juga dapat menimbulkan
masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara
menganalisis isi pengaduan.

d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah
besar bila tidak memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahaan Pos dan
Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang
menerima titipan surat, titipan barang, ada handphone yang dapat
digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahaan Kereta Api
memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing,
sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang
mempunyai masalah Karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan
jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada
saingan telepon genggam (handphone).

2. Rumusan Masalah yang Baik


Pada umumnya, rumusan masalah penelitian yang baik adalah:
a. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat
dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak
menghabiskan dana, tenaga, dan waktu
b. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang
sama terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan
masalah kehidupan manusia

28
d. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Mungkin tidak
etis melakukan penelitian yang berkenaan dengan agama, suku, atau
keyakinan adat istiadat dari kelompok masyarakat tertentu.

Tuckman menambahkan bahwa rumusan masalah yang baik adalah


yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih (menurut penulis
tidak harus), dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya atau alternatif yang
secara implisit mengandung pertanyaan2. Misalnya tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menemukan apakah ada hubungan antara …….. dengan
……….

2
Bruce W. Tuckman, 1988. Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace
Javanovich, Inc.

29

Anda mungkin juga menyukai