Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH SCL

PANKREATITIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

Disusun Oleh:
Kelompok 2 Reguler A 2021

Anisa Islamiah 04021182126013


Joice Rosa Agustina Simamora 04021182126014
Adinda Arisfianti 04021182126015
Alya Sadira Sukoco 04021182126016
Rizkya Tri Yunita 04021182126017
Nadyah Sri Dewi Rizki 04021182126018
Sintia Permatasari 04021182126019
Fitri Artika Sari 04021182126020
Rani Santika 04021182126021
Dini Indah Pratiwi 04021182126022
Dwi Roudhotul Jannah 04021282126023
Sri Yuliana Dezan 04021282126024
Adeli Novira 04021282126025
Mersha Marchelia Pratami 04021282126026
Khairunnisa Nabilah Berlian 04021282126027
Amelia Sindu Hasanah 04021282126028

Dosen Pengampu :
Khoirul Latifin, S. Kep.,Ns., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada pasien pankreastitis telah disetujui dan


disahkan pada:

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Januari 2023


Kelompok :2
Kelas : Reguler A 2021
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Indralaya, 13 Januari 2023

Dosen Fasilitator Mahasiswa

Khoirul Latifin, S.Kep., Ns., M.Kep. Kelompok 2


Reguler A 2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia- Nya laporan ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi
tugas kompetensi kelompok. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bimbingan baik
secara langsung maupun tidak langsung . Di antaranya sebagai berikut:

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan

2. Fasilitator Kelompok 2 REG A 2021, Bapak Khoirul Latifin, S.Kep., Ns.,


M.Kep

3. Teman-teman sejawat PSIK FK UNSRI

4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa

5. Semua pihak yang telah membantu kami


Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami. Kami menyadari
dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu,
kami mohon maaf jika ada kesalahan di dalamnya. Kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun terhadap laporan ini dari para pembaca.
Semoga laporan tutorial ini bermanfaaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin.

Indralaya, 13 Januari 2023

Kelompok 2 Reguler A 2021

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan umum ................................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Praktis ............................................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat teoritis ............................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................. 6
2.1 Definisi ................................................................................................................................ 6
2.2 Etiologi ................................................................................................................................ 6
2.3 Tanda dan Gejala .............................................................................................................. 7
2.4 Patofisiologi ....................................................................................................................... 8
2.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang .................................................................................. 9
2.6 Penatalaksanaan .............................................................................................................. 11
2.7 Web of Caution (WOC) .................................................................................................... 14
BAB III TINJAUAN JURNAL ................................................................................................. 15
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PANKREATITIS ...................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 34
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 34
5.2 Saran ................................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pankreatitis adalah peradangan akut, non-bakterial pada organ pankreas, yang
terjadi akibat autodigesti enzim pankreas. Diawali proses inflamasi pankreas yang
progresif dan menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel serta
mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin. Frekuensi penyakit pankreatitis di
negara Barat adalah 10-20 kasus per 100.000 penduduk pertahun.

Masalah pankreatitis banyak di Indonesia. Proses pankreatitis diawali dengan


proses inflamasi pankreas yang progresif dan menyebabkan kerusakan parenkim
pankreas yang revesibel dan irreversibel. Mekanisme pankreatitis tidak jelas, tetapi salah
satu bukti untuk mekanisme pankreatitis adalah stres oksidatif.

Pankreatitis adalah suatu penyakit inflamasi pankreas yang identik menyebabkan


nyeri perut dan terkait dengan fungsinya sebagai kelenjar eksokrin, (meskipun pada
akhirnya fungsi sebagai kelenjar endokrin juga terganggu akibat kerusakan organ
pankreas).

Manifestasi klinis meliputi nyeri abdomen yang menjalar ke punggung atau


daerah panggul dan kondisi ini akan semakin buruk bila pasien makan. Pankreatitisakut
menyebabkan mual dan muntah-muntah, dehidrasi, demam ringan,
tachycardia,hypotensi, kuning, dan menurunnya kentut dan kembung. Pankratitis kronis
ditandai dengan nyeri yang sangat dan konstan, tanda dan gejala umum sakit akut,
disertaidengan berat badan turun, sakit kuning ringan, diare, steatorrhea, dan perut
lembek.Pertimbangan gerontologi dengan bertambahnya usia terjadi sedikit
perubahan pada ukuran pankreas. namun demikian pada pasien-pasien yang berusia lebih
70 tahun akan mendapat peningkatan penimbunan lemak dan bahan fibrosa dalam
pangkreas, disamping itu dengan bertambahnya usia ditemukan sejumlah perubahan
arterosklerotik yang terlokalisir. Beberapa penelitian menunjukan berkurangnya laju

1
sekresi pankreas (penurunan sekresi lipase, amilase dan tripsin) dan menurunkan
pengeluaran bikarbonat pada pasien berusia lanjut. Beberapa gangguan pada proses
absorbsi lemak yang normal terjadi bersamaan dengan pertambahan usia, dan gangguan
ini mungkin disebabkan oleh kelambatan dalam pengosongan lambung serta insufisiensi
pankreas. Penurunan absorbsi kalsium semua perubahan ini membuat kita harus berhati-
hati dalam menginterpretasikan hasil pemerikasaan diagnostik pada lansia normal dan
dalam memberi konseling diet.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi gangguan pankreatitisitis?
2. Bagaimana Etiologi gangguan pankreatitisitis?
3. Tanda & gejala gangguan pankreatitisitis?
4. Bagaimana Patofisiologi gangguan pankreatitisitis?
5. Apa saja Pemeriksaaan fisik dan penunjang pada gangguan pankreatitisitis?
6. Bagaimana Pentalaksanaan gangguan pankreatitisitis?
7. Apa saja Web of caution (woc) gangguan pankreatitis?
8. Apa Problem dari gangguan pankreatitis ?
9. Apa Intervensi pada gangguan pankreatitis?
10. Bagaimana Compare dalam gangguan pankreatitis?
11. Bagaimana Pengkajian pada pasien dengan gangguan pankreatitis?
12. Apa diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan
gangguan pankreatitis?
13. Apa intervensi keperawatan secara tepat pada pasien dengan gangguan
pankreatitis?
14. Bagaimana Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan pankreatitis
?
15. Bagaimana Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan gangguan
pankreatitis?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu penulis maupun pembaca mampu memahami
konsep gangguan pankreasitissitis dan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan pankreasitissitis
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu penulis mampu
menggambarkan, mengetahui, menentukan, memahami, menjelaskan, dan
mendiskripsikan :
1. Definisi gangguan pankreasitisitis
2. Etiologi gangguan pankreasitisitis
3. Tanda & gejala gangguan pankreasitisitis
4. Patofisiologi gangguan pankreasitisitis
5. Pemeriksaaan fisik dan penunjang gangguan pankreasitisitis
6. Penetalaksanaan gangguan pankreasitisitis
7. Web of caution (woc) gangguan pankreasitis
8. Problem gangguan pankreasitis
9. Intervensi gangguan pankreasitis
10. Compare gangguan pankreasitis
11. Pengkajian pada pasien dengan gangguan pankreasitis
12. Penentuan diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada pasien
13. Dengan gangguan pankreasitis
14. Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada pasien dengan
gangguan pankreasitis
15. Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan pankreasitis
16. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan gangguan
pankreasitis

3
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Manfaat praktis dari makalah ini bagi perawat, yaitu dapat menentukan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan pankreatitis

2) Bagi Rumah Sakit


Makalah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam melakukan
tindakan keperawatan bagi pasien khususnya dengan penyakit gangguan
pankreasitis.

3) Bagi Instansi Akademik

Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai


referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang
asuhan keperawatan dengan gangguan pankreatitis.

4) Bagi Pasien dan Keluarga


Makalah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar pasien dan keluarga
mengetahui tentang penyakit gangguan pankreasitis serta perawatan yang
benar agar klien mendapat perawatan yang tepat.

5) Bagi Pembaca

Manfaat dari penulisan makalah ini bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi, supaya mengetahui lebih mendalam bagaimana cara
merawat pasien yang mengalami gangguan pankreatitis

1.4.2 Manfaat teoritis


Makalah ini diharapkan dapat Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar
dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak
terkena gangguan pankreasitis, bahwa gangguan pankreasitis adalah pankreas
merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin daneksokrin, dan kedua
fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk

4
memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam
duodenum proksimal (mailya,2018). Laporan ini juga berfungsi untuk mengetahui
antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sesuai atau tidak, karena
dalam teori yang sudah ada tidak sesuai dengan kasus yang terjadi sehingga
disusunlah karya tulis ilmiah ini.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin daneksokrin,
dan kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk
memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum
proksimal.
Pankreatitis adalah penyakit peradangan serius yang akut atau kronis.Pankreatitis
merujuk pada peradangan, edema, dan necrosis yang terjadi sebagai akibat pencernaan-
diri pankreas oleh enzim yang biasanya dikeluarkannya.
Pankreatitis akut adalah Proses peradangan pankreas yang refersibel. Hal ini
memiliki karakteristik episode nyeriperut yang diskret (menyebar) dan meningkatnya
serumamilase dan lipase.

2.2 Etiologi
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya
sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut
mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita batu
empedu yang kemudian mengalami nekrosis. Batu empedu memasuki duktus koledokus
dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula Vateri, menyumbat aliran getah
pankreas atau menyebabkan aliran balik (refluks) getah empedu dari duktus koledokus ke
dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian akan mengaktifkan enzim-enzim yang
kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri yang terjadi akibat
duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis.
Patogenesis pankreatitis tidak seluruhnya dimengerti, namun hal yang mungkin
penting adalah terhalangnya aliran getah pankreas dan/atau refluks cairan empedu ke
dalam duktus pankreatikus. Beratnya kerusakan pada pankreas bervariasi mulai dari
peradangan ringan dengan edema hingga nekrosis. Pada pankreatitis kronik, peradangan
yang terus berlangsung menyebabkan fibrosis yang mula-mula terjadi di sekitar duktus
asinus namun kemudian di dalam sel-sel asinar.

6
Batu empedu menjadi penyebab terbesar dari semua kasus pankreatitis yang ada,
menyusul berikutnya penggunaan alkohol. Namun pada beberapa pasien tidak diketahui
penyebabnya (idiophatic). Pankreatitis akut juga dapat terjadi setelah pasien menjalani
Endoscopic Retrograde Cholangiography (ERCP)ataupun setelah mengkonsumsi obat-
obatan tertentu.
banyak obat yang memiliki implikasi terhadap pankreatitis akut, namun
hubungannya sebagai penyebab masih sulit dijelaskan. Oleh karena itu dibagi atas tiga
golongan; “definite” menunjukkan hubungan yang sifatnya temporal antara pemberian
obat dengan nyeri perut dan hiperamylasemia, adanya bukti yang mendukung dinyatakan
sebagai “probable”, sedangkan yang tidak memiliki bukti yang kuat atau malah
kontradiksi sebab mungkin dibutuhkan pada simptom awal pankreatitis dinyatakan
sebagai “possible”.

2.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala utama pada pasien pankreatitis akut adalah nyeri abdomen.
Nyeri abdomen bervariasi dari yang ringan hingga yang berat dan sangat menyiksa.
Nyeri abdomen yang dirasakan bersifat tetap dan tumpul, serta biasanya terasa di
epigastrium dan periumbilikus serta sering terjadi menyebar ke punggung, dada,
pinggang, dan abdomen bawah.

7
Nyeri akan terasa semakin meningkat jika posisi terlentang dan saat diberikan
asupan makanan maupun cairan. Keluhan pasien yang sering lainnya adalah mual,
muntah, distensi abdomen yang disebabkan hipomotilitas lambung dan usus dan
peritonitis kimiawi.

2.4 Patofisiologi

Pada pankreatitis akut, kasus didasarkan dengan adanya auto digesti organ akibat
dari aktivasi enzim-enzim pankreas. Pankreatitis ini dipicu oleh berbagai macam
mekanisme antara lain obtruksi duktus pankreas, iskemi pankreas, toksin, imunologi serta
bisa dipengaruhi oleh faktor metabolit. Ada 3 proses besar patologi di dalam sel acinar
yang menginisiasi terjadinya luka atau injury pada pankreas. Pertama, aktivasi zymogen
dan aktivasi dini enzim digestif pankreas lainnya. Kedua, pengaktifan, kemoatraksi dan
sekuestrasi neutrofil di pankreas yang menyebabkan reaksi peradangan intra
pankreasdengan keparahan bervariasi, dan ketiga adalah pankreas akan menghasilkan
mediator-mediator proinflamasi.

Mekanisme protektif yang terpenting adalah pemisahan granul-granul zimogen


dengan hidrolase yang telah teraktivasi. Teori yang mendukung mekanisme protektif ini
yaitu teori ko-lokalisasi dan teori autoaktifasi tripsinogen. Pada pankreatitis akut, tidak
terjadi pemisahan sehingga akan terjadi ko- lokalisasi antara zimogen dan hidroloase yang
akan menaktivasi enzim intra acinar. Pada tripsinogen memiliki kemampuan untuk
mengaktivasi dan menginhibisi dirinya sendiri, jika dalam keadaan terjadinya obstruksi
makan akan terjadi peningkatan sensitivitas aktivasi tripsinogen, dan jika keadaan ini
tidak terkendali maka dapat terjadi auto digesti kelenjar.

Lalu pada pankreatitis kronis mekanisme timbulnya masih belum sepenuhnya


diketahui secara pasti. Karakteristik yang terjadi pada pankreatitis kronik ini adalah
adanya inflamasi, atrofi kelenjar, perubahan duktus dan adanya fibrosis. Bila seseorang
terkena paparan toksin atau radikal bebas maka dapat memicu adanya fase awal inflamasi,
kemudian memicu sel-sel profibrotik sehingga terjadi deposisi kolagen, fibrosis
periasinar, serta dapat dipicu dari beberapa mutasi genetik. Pada pakreatitis kronis akibat

8
autoimun mempunyai karakteristik adanya inflamasi autoimun, infiltrasi limfositik,
fibrosis. dan disfungsi pankreas.

2.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan fisik yang sering ditemukan adalah pasien tampak gelisah dan
cemas. Selain itu juga sering terjadi takikardi, demam ringan. dan hipotensi yang
mengarah ke tanda-tanda syok. Ikterus jarang muncul, tetapi jika ada ikterus maka dapat
disebabkan oleh edema dari kaput pankreas disertai penekanan dari duktus biliaris
komunis di intrapankreas. Dapat terbentuk nodus eritematous di kulit akibat nekrosis
lemak subkutis. Sekitar 10-20% pasien pankreatitis akut dapat ditemukan adanya efusi
pleura, ronki basal, atelektasis dan kelainan paru lainnya terutama terjadi di sisi kiri.
Tampak Cullen's sign (tandaCullen) yaitu diskolorisasi disekitar umbilikus akibat
hemoperitoneum serta Turner's sign (tanda Turner) berwarna biru-merah-ungu di
pinggang akibat dari katabolisme hemoglobin di jaringan. Kedua tanda ini jarang
dijumpai, namun bila ada maka menunjukkan adanya pankreatitis nekrotikans yang
berat.
Pemeriksaan penunjang dapat membantu diagnosis, hal ini dapat
mengklasifikasikan beratnya penyakit dan memprediksi prognosisnya.

A. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Lipase dan Amilase
Pemeriksaan tingkat lipase lebih sensitif dan spesifik daripada pemeriksaan
tingkat amilase oleh karena amilase juga diproduksi oleh kelenjar saliva dan kadarnya
dapat normal pada kondisi pankreatitis alkoholik recurrent. Pada hari 0-1 serum lipase
memiliki sensitivitas 100% dibandingkan dengan serum amilase dengan sensistivitas
95%. Pada hari 2-3 sensitivitasnya mencapai 85% dan spesifitas lipase 82%
dibandingkan serum amilase yang hanya 68%. Kadar amilase dan lipase lebih tinggi tiga
kali lipat dari kadar normal menunjukkan adanya pankreatitis. Serum amilase akan
kembali normal 8 dalam 3-5 hari. Rasio lipase dan amilase lebih besar dari 4

9
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah alkoholik.
Pemeriksaan C-reactive protein (CRP)
Kadar serum CRP lebih dari 150 mg/dL atau 14.286 nmol/L dalam 48 jam masuk
rumah sakit menunjukkan bentuk pankreatitis akut berat dari pankreatitis akut ringan.
Jika tingkat serum CRP lebih dari 180 mg/dL dalam 72 jam berhubungan dengan adanya
nekrosis pankreas. Serum CRP mencapai puncaknya pada 36-72 jam setelah gejala
muncul sehingga tidak membantu jika dilakukan pada awal masuk rumah sakit.

B. Pemeriksaan Radiologi
Semua pasien yang mengalami pankreatitis akut dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Hal ini akan sangat membantu diagnosis pankreatitis yang
disebabkan oleh batu kelenjar empedu. Pada kondisi gas saluran pencernaan saling
tumpang tindih atau batu empedu pada bagian distal saluran empedu akan sangat susah
mendeteksinya. Gambaran yang didapatkan bervariasi tergantung berat dan stadium
penyakit dan dapat berubah secara signifikan dalam periode beberapa jam. Pankreas
yang terkena dapat berupa edema, nekrotik, atau hemoragik. Edema akan menyebabkan
segmen yang terkena membesar dan terjadi pengurangan ekogenitas karena peningkatan
air di dalam parenkim. Pada keadaan pankreatitis akut berat gambaran yang ditunjukkan
USG tidak terlalu spesifik, karena USG cukup sulit untuk menilai daerah yang
mengalami nekrotik.
Pemeriksaan Contrast-enhaced computed tomography (CECT) merupakan
standar diagnosis yang dapat digunakan. Merupakan pilihan utama yang dapat
digunakan pada pasien dengan nyeri perut yang berat dan ketika diduga adanya
pankreatitis nekrotik. Sangat baik dilakukan pada 48-72 jam. CT scan tidak perlu
dilakukan pada kondisi pasien stabil dengan pankreatitis akut ringan. Gambaran
pankreatitis akut dengan CT scan akan terlihat pembesaran pankreas yang difus atau
lokal dan di daerah tersebut terjadi penurunan densitas. Inflamasi lemak peripankreatik
menyebabkan densitas jaringan lemak berbatas kabur, tetapi lemak di sekitar arteri
mesenterika superior tidak terkena. Perdarahan, nekrotik ataupun infeksi sekunder bisa
terlihat dari adanya peningkatan densitas yang heterogen disertai koleksi cairan di sekitar

10
pankreas. Pada pankreatitis akut berat, gambaran daerah/ zona batas tegas yang tidak
menyengat pada pemberian kontras menunjukkan adanya daerah nekrosis.
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) memiliki sensitivitas
79% dan spesifitas 92% dibandingkan dengan pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan ini
sangat membantu pada kondisi penggunaan kontras dikontraindikasikan (disfungsi
renal). Direkomendasikan pada pasien dengan peningkatan enzim hati dan Common Bile
Duct (CBD) bila tidak dapat di evaluasi dengan USG. Pemeriksaan dengan Endoscopic
Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) dapat membantu dalam mendiagnosis
penyebab pankreatitis akut oleh karena choledocholithiasis.

2.6 Penatalaksanaan

Di Amerika telah dikeluarkan Rekomendasi baru tata laksana pankreatitis akut yang
spesifik. (ACG tahun 2013):

• Pada saat awal timbulnya pankreatitis akut, pasien seharusnya segera dievaluasi
status hemodinamikanya dan menerima tindakan resusitasi yang diperlukan.
• Pasien dengan pankreatitis akut seharusnya seawal mungkin menerima rehidrasi
intravena secara agresif (250-500 ml/jam dengan cairan kristaloid isotonik)
dengan pengawasan ketat, kecuali ada kontraindikasi dengan komorbiditas
kardiovaskular dan/atau ginjal. Hal ini paling efektif dilakukan dalam waktu 12-
24 jam pertama, tetapi setelah itu manfaatnya mungkin berkurang.
• Pasien yang mengalami Pankreatitis akut dan kolangitis akut yang bersamaan
harus menjalani endoskopi retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dalam
waktu 24 jam saat pertama masuk rumah sakit. Prosedur ini untuk
menggambarkan keadaan dalam saluran empedu dan dalam pankreas.
• Gejala klinis dan laboratoris pada umumnya sudah dapat untuk mendiagnosis
Pankreatitis akut. Oleh karena itu CT scan dengan kontras atau MRI hanya
dilakukan pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas atau tidak ada perbaikan
klinis.
• Bila terjadi pasien dengan gagal organ dan/ atau SIRS seharusnya dirawat di unit
perawatan intensif atau ruang intermediate.

11
• Pada pasien dengan pankreatitis akut berat dan/ atau timbul nekrosis steril,
penggunaan rutin antibiotik profilaksis tidak dianjurkan.
• Antibiotik diketahui dapat menembus nekrosis pankreas, yang dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan nekrosis yang terinfeksi, sehingga
dapat menunda tindakanintervensi
• Pasien dengan pankreatitis akut ringan, diet oral dapat segera dimulai (setelah
puasa total) jika tidak ada mual, muntah
• Pasien dengan pankreatitis akut berat harus segera diberi nutrisi enteral untuk
mencegah komplikasi infeksi (menghindari terlalu lama puasa total). Sedangkan
nutrisi parenteral bisa terus dilakukan bila tidak tersedia akses untuk dilakukan
nutrisi enteral, tidak bisa mentolerir nutrisi enteral atau kebutuhan kalori dengan
nutrisi enteral tidak memadai
• Tidak diperlukan tindakan intervensi untuk pankreas asimtomatik dan/atau
nekrosis extrapankreatik dan/atau pseudocysts, tanpa memperhitungkan ukuran
dan lokasinya
• Pasien yang stabil dengan nekrosis terinfeksi, seharunyas menunda intervensi
bedal, radiologis dan/atau endoskopi drainase, sebaiknya selama 4 minggu, hal ini
memberikan waktu untuk berkembangnya dinding sekitar nekrosis.

Tata laksana terapi untuk pasien pankreatitis kronis ini bertujuan mengatasi nyeri,
diabetes dan steatorrhea.

Terapi medikal nyeri pankreatitis kronis

1. Supresi asam bertujuan mengurangi rangsangansekresi pankreas.

2. Suplementasi enzim pankreas; dengan pemberian suplemen ini akan terjadi


umpan balik penghambatan sekresi pankreas

3. Oktreotid, merupakan analog somastostatin yanng dapat menurunkan sekresi


pankreas dan kadar plasma Cholecystokinin (CCK).

4. Antioksidan dapat menurunkan stress oksidatif dan mengurangi nyeri

12
5. Blok pleksus syaraf dapat mengurangi nyeri dengan menghambat transmisi
saraf.

Tata laksana Endoskopi

Tujuan dari endoskopi ini adalah untuk menghilangkan obstruksi dan memperbaiki
drainasepankreas. Terapi endoskopi diindikasikan dengan pasien yang mengalami
struktur atau batu pada kaput pankreas. Ekstraksi batu perendoskopi cukup sulit dilakukan
jika terletak pada korpus atau kauda duktus pankreatikus. ESWL (ekstracorporal shock
wave lithotripsy) dapat membantu memecah batu.

Tata Laksana Bedah

Pembedahan baru akan dilakukan jika nyeri yang dirasakan tidak menghilang setelah
diberikan terapi medikal lainnya atau telah terjadi komplikasi pankreatitis seperti
pseudokista, striktur bilier dan fistula pankreas.

Tata Laksana Steatorrhe

Pemberian 30.000 unit lipase sebelum makan dapat secara signifikan mengurangi
steatorrhe, namun jika pasien tidak memberikan respons yang adekuat maka kegagalan
terapi sangat sering terjadi.

Tata Laksana Diabetes

Pemberian terapi insulin oral dan obat hipoglikemik oral dapat membantu mengurangi
kadar gula dalam darah tetapi dapat memicu terjadinya hipoglikemia akibat cadangan
glucagon yang tidak adekuat.

13
2.7 Web of Caution (WOC)

14
BAB III
TINJAUAN JURNAL

No Judul Jurnal Problem Intervensi Compare


1 ASUHAN klien mengatakan nyeri Pengelolaan pasien pre dan Pada pemeriksaan pre dan
KEPERAWATAN terasa bila sedikit post operasi cholelithiasis post operasi cholelithiasis
PADA PASIEN digerakkan, atau saat dapat dilakukan pengkajian biasanya bisa menggunakan
PRE DAN POST miring, klien mengatakan nyeri berkala dengan pemeriksaan lab dan
OPERASI nyeri terasa seperti di meninjau tingkat dan pemeriksaan penunjang.
CHOLELITIASIS sayat-sayat, klien intensitas Nyeri, Namun, pemeriksaan
YANG DI mengatakan sakitnya memberikan teknik laboratorium kurang lengkap
RAWAT DI terasadi ulu hati, klien relaksasi (nafas dalam) dan karena tidak disediakan nilai
RUMAH SAKIT mengatakan skala nyeri di kompres hangat (hati hati normal untuk hasil
rentang 5-6, hilang dengan klien yang laboratorium karena dengan
timbul, dan demam sejak mengalami perdarahan) itu akan memudahkan
kemarin, Keluarga pasien memberkan posisi yang pembaca mengetahui kondisi
mengatakan sudah nyaman untuk pasien dan pasien pada pemeriksaan
mengalami sakit perut mengkondisikan linkungan penunjangnya. pemeriksaan
sebelah kanan atas kurang yang tenang disekitar klien. lab yang dilakukan yaitu,
lebih 2 bulan yang lalu, Lalu perawat memberikan CBC dan Clinical Chemistry
kemudian pasien masuk atau mengajarkan dengan pemeriksaan
melaui Unit Gawat perawatan oral teratur penunjang USG, EKG dan
Darurat Dan mencatat berat Rontgen. Dan untuk pasien
Rumah Sakit Advent badan saat masuk dan pre dan post operasi juga
Bandung tanggal 27 bandingkan dengan saat dilakukan beberapa terapi
October 2018 pukul berikutnya, mengkaji seperti
00.52 wib rencana untuk distensi. Abdomen Pantoprazole Injeksi,
dilakukan tindakan Periksa laboratorium Biocef injeksi, Tramadol,
Laparascopy (HB, WBC, bilirubin Dexketoprofen,
kolesistektomi. total, bilirubin direct dan Paracetamol, Granon.
indirect, dan Jelaskan
tentang pengontrolan dan
pemberian konsumsi

15
karbohidrat, lemak
namun anjurkan
mengurangi makanan
berlemak dengan arahan
ahli gizi serta mengkaji
tingkat Kecemasan dan
adanya perubahan tanda-
tanda vital.
2 ASUHAN Pasien mengatakan nyeri Pengelolaan penderita Beberapa pemeriksaan
KEPERAWATAN pada bagian perut, Pasien cholelithiasis dapat laboratorium bisa dilakukan
PADA PASIEN mengatakan merasa nyeri dilakukan pengkajian nyeri untuk diagnosis
DENGAN pada bagian perut sudah secara komprehensif cholelithiasis. Namun,
CHOLELITHIASIS seminggu lebih dan termasuk lokasi , pemeriksaan laboratorium
YANG DIRAWAT berfikir bahwa itu karakteristik , durasi, kurang lengkap karena tidak
DI RUMAH penyakit magh, pasien di frekuensi, kualitas dan disediakan nilai normal
SAKIT bawa ke IRD pada pukul factor prepitasi, ajarkan untuk hasil laboratorium
14:00 wita dan tentang teknik non karena dengan itu akan
dinyatakan mempunyai farmakologis, monitor memudahkan pembaca
penyakit batu empedu, TTV, kolaborasi dalam mengetahui kondisi pasien
pasien langsung dibawa pemberian antibiotic. pada pemeriksaan
keruang rawat inap Selanjutnya monitor tanda penunjang. Dilakukan
Flamboyan B untuk dan gejala infeksi sitemik pemeriksaan laboratorium
Menjalani perawatan dan local, inspeksi kulit seperti; pemeriksaan sinar-
lanjutan, pasien dan mukosa terhadap X abdomen, ultra sonografi
merasakan nyeri yang kemerahan, cuci tangan atau USG, pemeriksaan
hilang timbul dengan setiap sebelum dan pencitraan radionuklida atau
skala 4 disertai dengan sesudah tindakan koleskintografi, ERCP,
gelisah Klien mengatakan keperawatan, beritau Kolangiografi transepatik
keluarga ada yang pasien untuk batasi perkutan, dan MRCP.
memiliki riwayat pengunjung, pertahankan Bilirubin meningkat,
penyakit keturunan yaitu teknik asepsis pada pasien amylase serum
Hipertensi. Ekspresi klien beresiko, lakukan Meningkat, jumlah kolestrol
terhadap penyakitnya perawatan luka, berikan tinggi,

16
sedikit meringis. Reaksi terapi antibiotic. Lalu
saat dilakukan juga pengkajian
berinteraksi kemampuan mobilisasi
pasien dapat kooperatif klien, latih ROM pasif ,
dan tidak ada gangguan posisikan kaki lebih tinggi
konsep diri. klien dari jantung, edukasi
mengatakan nyeri kepada klien untuk tetap
seperti ditusuktusuk mobilisasi semampunya
semisal miring kiri kanan,
kolaborasi obat dengan
dokter
3 ASUHAN klien mengatakan nyeri, Pengelolaan intervensi Beberapa pemeriksaan
KEPERAWATAN nyeri seperti ditusuk- tumor pankreas dengan laboratorium dapa digunkan
PADA tusuk, nyeri tekan kaji abdomen, catat adanya untuk memeriksan tumor
NY.T YANG dibagian epigastrium bising usus, distensi pankreas. namun, di jurnal
MENGALAMI menjalar hingga ke perut abdomen dan keluhan mual ini langsung mencakupkan
TUMOR bagian bawah, Skala dan muntah, anjurkan dan hasil dari pemeriksaan
PANKREAS DI nyeri: 5 sedang , nyeri bantu klien melakukan laboratorium tersebut.
GEDUNG PROF. selama 15 menit hilang oral hygiene, berikan Saturasi O
SOELARTO timbul untuk mengatasi nutrisi IV aminofluid 500 2 : 97.7% (Normal :
LANTAI 2 RSUP nyeri klien tidur dengan mg per 12 jam 95–99 ) BE ( Base Excee
FATMAWATI posisi miring ke kanan ( 14 Tpm ) kaen MG3 per ) 8.1 Mmol/L (Normal :
JAKARTA kiri, tidak ada 12 jam ( 14 Tpm ) -2.5 –2.5) Total
SELATAN kesulitanpergerakan, kolaborasi dalam CO2 32.4 Mmol/L
klien mengetahui jika pemeriksaan laboratorium (Normal :19 – 24) Natrium
klien sudah di diagnosa HB, Eritrosit, hematokrit, 139 Mmol/L (Normal : 135
tumor pankreas dari RS dan albumin. Lalu kaji nyeri –147) Kalium 125 Mmol/L
Budi Asih. Klien secara komprehensif (Normal :
mengatakan selama termasuk lokasi, 3.10 –
dirawat klien tidak karakteristik, durasi 5.10 ) klorida 103
makandan merasa mual, frekuensi, kualitas, Mmol/L ( Normal : 95 –108
mengalami penurunan observasi reaksi nonverbal ), amylase pankreas 101 u/l
berat badan sebanyak 4 kg dan ketidaknyamanan, (Normal : 13

17
(sebelum sakit 65kg, posisikan klien senyaman –53 ), lipase
setelah sakit 61kg), klien mungkin, lakukan 135 u/l (Normal : 6 –
hanya minum air putih manajemen nyeri : 51), Hemoglobin
dan sirup sebanyak 250 teknik relaksasi napas 11.3g/dl(Normal : 11.7
cc, belum BAB, klien dalam, –15.5 )
jarang tidur siang, klien kontrol lingkungan yang Hematokrit 34 %
lama tidur 5 jam perhari, dapat mempenga ruhi (Normal : 33
kebutuhan dibantu, nyeri seperti kebisingan, –45 ) Leukosit
tingkatkan istirahat, 10.3 Ribu/ul
berikan analgetik : (Normal : 5.0
paracetamol 3 x 500 mg. -10.0) Trombosit 331
Selanjutnya Pantau Ribu/ul
perkembangan kerusakan (Normal : 150
kulit klien setiap hari,ukur –440) Eritrosit 3.99
tanda -tanda vital setiap 8 Juta /ul (N ormal : 3.80 –
jam, kaji pola tidur klien, 5.20 ) VER 84.5 Fi
bantu klien dalam proses (Normal : 80
perawatan diri : berpindah –100 ) HER 28.4 Pg
posisi, personal hygiene, (Normal : 26
berikan lingkungan yang –34) KHER 33.5 g/dl
tenang (Normal
untuk istirahatdan : 32 –36) RDW 14.4%
batasi pengunjung. (Normal : 11.5 -14.5)
APTT 31.3 Detik
(Normal : 26.3
–40.3) Kontrol APTT
30.7 Detik PT
14.7Detik (Normal :
11.5 –14.5 ) Kontrol
PT 13.6 Detik,
Albumin 3.40 g/dl

18
(Normal : 2.40 –4.80),
GDS 112 mg/dl (Normal
: 70
–140 ), pH 7530
(Normal : 7320 –7440 )
PCO2 38.2 mmHg (Normal :
35 – 45 ) PO2 91.1 mmHg
(Normal : 83 –
108 ) HCO3
31.2mmol/L(Normal :
21 –28 ). dan
diberikan nilai
normalnya juga.

4 MANAJEMEN Pasien mengeluh batuk Pengelolaan Perencanaan Beberapa pemeriksaan


ASUHAN berlendir dan nyeri pada keperawatan yang dangkat laboratorium bisa dilakukan
KEPERAWATAN abdomen pada bagian kiri. pada Tn.A dengan Tumor untuk diagnosis pankreas.
GAWAT Data objektif yang Pankreas yaitu : Namun, Tabel
DARURAT PADA didapatkan yaitu pasien perencanaan keperawatan Pemeriksaan
Tn. A DENGAN meringis, Pasien memiliki diagnosa nyeri akut yaitu laboratorium masih
DIAGNOSA keluhan lemah yang melakukan pengkajian terdapat data yang kurang
MEDIS TUMOR dirasakan sejak 2 hari nyeri secara lengkap tetapibeberapa
PANKREAS DI yang lalu di sertai batuk komprehensif, data disediakan nilai
RUANGAN IGD dan mual muntah dengan mengajarkan teknik normal untuk hasil
BEDAH RSUP Dr. frekuensi 3x berisi relaksasi nafas dalam, laboratorium karena
WAHIDIN makanan. BAB ada 2-3x memberikan posisi dengan itu akan
SUDIROHUSODO sehari kadang berwarna nyaman, mengobservasi memudahkan pembaca
MAKASSAR putih dan kadang ttv, dan memberikan mengetahui kondisi pasien
berwarna kuning dengan informasi penyebab nyeri pada pemeriksaan
konsistensi keras. Pasien (NANDA, 2015 - 2017). penunjang. Dilakukan
mengatakan dia baru saja Perencanaan keperawatan pemeriksaan laboratorium
selesai operasi laparatomi. diagnosa ketidakefektifan seperti; . Pemeriksaan kimia
Pasien memiliki masalah bersihan jalan nafas yaitu darah dan

19
terhadap tekanan memberikan posisi semi Pemeriksaan urinalisa
darahnya fowler, mengajarkan Bilirubin meningkat, PH
tehnik batuk efektif, dan meningkat dan albumim
menganjurkan keluarga meningkat
untuk memberikan
minuman air hangat
supaya sputum lebih encer
(NANDA, 2015 - 2017).
Perencanaan keperawatan
diagnosa resiko infeksi
yaitu monitor tanda dan
gejala infeksi, monitor
kerentangan terhadap
infeksi, dan pastikan
teknik aseptic pada saluran
IV( NANDA, 2015 - 2017).
5 ASKEP Pasien datang dengan Pengelolaan perencanaan Beberapa pemeriksaan
PANKREATITIS keluhan nyeri hebat di Intervensi bedah mungkin laboratorium bisa dilakukan
(nanda, noc, nic) gastorium abdomen diperlukan dalam kasus untuk diagnosis pankreas.
bawah, melintang dan pankreatitis akut yang Namun pada jurnal hanya
tembus ke bagian menyertai penyakit batu mencantumkan beberapa
punggung. Biasanya empedu. Jika kolesistisis data hasil laboratorium.
disertai muntah. Terdapat atau obstruksi duktus Beberapa Pemeriksaan
rasa nyeri menjalar ke komunistidak memberikan Diagnostik yang
seluruh abdomen, respon terhadap terapi digunakanScan -CT,
umumnya tidak dapat konservatif selama 48 jam Ultrasound, abdomen,
diatasi dengan obat pertama, maka Endoskopi, Aspirasi jarum
analagesik biasa. Tidak kolesistosyomi, penunjuk CT, Foto
jarang pasien datang koleastektimi abdomen, Pemeriksaan seri
dengan kembung atau ataudekompresi duktus GI atas, Amilase serum,
mengarah ke tanda-tanda Amilase urine, Lipase
komunis.mungkin
ileus paralitik. Pada fase serum, Bilirubin serum,
lanjut, pasien datang Fosfatase Alkaline,

20
dalam keadaan sindrom diperlukan untuk Albumin dan protein serum.
syok atau dengan memperbaiki perjalanan Data pada jurnal hanya
hemodinamik yang tidak klinik yang memburuk mencakup beberapa hasil
stabil. secara progresif. Sering belum secara spesifik. Hasil
adanya kolesistisis pemeriksaan gas darah
gangrenosa atau kolengitis abnormal.
sulit disingkirkan dalam
waktu singkat dan
intervensi yang dini
mungkin diperlukan, tetapi
pada umumnya terapi
konservatif dianjurkan
sampai pankreatitis
menyembuh, dimana
prosedur pada saluran
empedu bisa dilakukan
dengan batas keamanan
yang lebih besar (Sabiston,
1994)

21
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PANKREATITIS

1). Pengkajian

Identitas Pasien
Pasien bernama Tn.K, berjenis kelamin laki-laki, berumur 70 tahun, beragama islam,
dengan diagnosa medis pankreatitis akut, dirawat di ruang HCU Rumkital Dr.Ramelan
Surabaya sejak tanggal 27 Mei 2017, pengkajian dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017 pukul
08.00 WIB.

Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri seperti diremas-remas pada daerah perut dengan skala 4 (1-10).
Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan muncul pada saat dibuat bergerak.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Rumkital Dr.Ramelan Surabaya atas rujukan dari poli penyakit dalam RSI
A.Yani Surabaya menuju ke poli hati Rumkital Dr.Ramelan Surabaya pada tanggal 09 Mei
2017. Pada saat di poli hati Rumkital Dr.Ramelan Surabaya pasien disarankan MRS di
ruang B2 Rumkital Dr.Ramelan. Pasien dialihkan rawat di ruang HCU pada tanggal 27 Mei
2017 dalam keadaan koma. Pada saat pengkajian tanggal 29 Mei 2017 pukul 08.00 pasien
dalam keadaan lemah, kesadaran composmentis, mendapatkan terapi infus Ringer Laktat
500 cc, telah mendapat tindakan kateterisasi ukuran 16 ch,telah mendapat terapi vascon
100 nano, dan naso gastric tube pada lubang hidung sebelah kanan,dan mendapatkan terapi
O2 nasal kanul 3 lpm dengan SpO2 : 99 % 52 Tekanan darah : 130/80mmHg, frekuensi
nadi : 88x/menit pada arteri radialis dextra, Frekuensi pernapasan : 20x/menit, suhu :
36,3°C pada axilla dextra.

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya belum pernah mengidap sakit
dengan gangguan hati, pasien juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Keluarga pasien

22
mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus sejak 15 tahun yang lalu.
Riwayat pengobatan DM tidak terkaji.
Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun
obat-obatan.

Observasi dan Pemeriksaan Fisik


Pada saat pengkajian tanggal 29 Mei 2017 pukul 08.00 diperoleh data pasien dalam
keadaan lemah, kesadaran composmentis, mendapatkan terapi infus Ringer Laktat 500 cc,
telah mendapat tindakan kateterisasi ukuran 16 ch,telah mendapat tindakan pemasangan
naso gastric tube pada lubang hidung sebelah kanan,dan mendapatkan terapi O2 nasal kanul
3 lpm dengan SpO2 : 99%. Dengan tandatanda vital Tekanan darah:130/80mmHg dengan
terapi vascon 100 nano, frekuensi nadi : 88x/menit pada arteri radialis dextra, frekuensi
pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36,3°C pada axilla dextra.
B1 Pernafasan (Airway Breathing)
Jalan nafas paten,bentuk dada normo chest,pergerakan dada simetris,tidak terlihat adanya
penggunaan otot bantu nafas tambahan, telah mendapat terapi O2 nasal kanul 3 lpm, irama
nafas reguler, pola nafas eupnea (normal), suara nafas 53 vesikuler,tidak ada sesak
nafas,tidak terdapat suara nafas tambahan, pasien tidak mengalami batuk, dan tidak ada
sianosis.
B2 Kardiovaskular (Blood )
Ictus cordis terletak pada ICS 3 midclavicula sinistra, Akral teraba hangat kering dan
kekuningan, tidak ada oedema, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, CRT
(Cappilary Refille Time) kurang dari 2 detik,tidak ada nyeri dada, bunyi jantung S1 S2
tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
B3 Neurologi (Brain )
Tingkat kesadaran pasien composmentis, pasien dalam keadaan lemah, reflek fisiologi dan
reflek patologi tidak terkaji
Nervus 1 Olfaktorius : pasien dapat membedakan bau-bauan
Nervus 2 Optikus : Lapang pandang pasien kesegala arah
Nervus 3 Okulomotorius : Pasien dapat menggerakan bola mata
Nervus 4 Troclearius : Pasien dapat menggerakan bola mata keatas dan kebawah
Nervus 5 Trigeminus : Pasien dapat menggerakan rahangnya
Nervus 6 Abdusen : Pasien dapat menggerakan bola mata
23
Nervus 7 Fasialis : Pasien dapat menggerakan alis ketas
Nervus 8 Vestibulocochlearis : Pasien dapat merespon ketika dipanggil namanya
Nervus 9 Glosofaringeus : Pasien dapat membedakan rasa makanan
Nervus 10 Vagus : Fungsi menelan pasien dalam keadaan baik
Nervus 11 Asesoris : Pasien dapat menggerakan jari tangan
Nervus 12 Hipoglosus : Pasien dapat menjulurkan lidah

B4 Perkemihan (Bladder )
Telah mendapat tindakan kateterisasi urine dengan ukuran 16 ch, tidak ada distensi pada
vesika urinaria, tidak ada nyeri pada saat ditekan,jumlah urine pada saat pengkajian 200 cc
warna kuning pekat, jumlah urine 500cc per 24 jam
Pencernaan ( B5 Bowel )
Keadaan mulut bersih, membran mukosa kering,bentuk perut cembung,telah mendapat
terapi naso gastric tube pada lubang hidung sebelah kanan,bising usus 16x/menit, Pasien
mengeluh mual, terdapat nyeri pada daerah perut,terdapat distensi abdomen, pasien
mendapat diit bubur porsi makan hanya habis ¼ porsi,pasien tampak enggan terhadap
makanan. Frekuensi minum 500 cc/hari dengan jenis air mineral, Pasien mengeluh nyeri
seperti diremas-remas pada daerah perut dengan skala 4 (1-10). Nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan muncul pada saat dibuat bergerak.
Muskuloskeletal dan Integumen ( B6 Bone )
Kemampuan pergerakan terbatas,warna kulit kuning, turgor kulit elastis, tidak ada
fraktur,kulit teraba hangat, rom pasif ekstermitas atas dextra dan sinistra dengan nilai 3333,
dan ekstermitas bawah dextra dan sinistra dengan nilai.

Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik dan foto USG upper and lower abdomen semenjak
pasien MRS pada tanggal 9 Mei 2017.

Tindakan Terapi
Terapi diberikan pada tanggal 29,30,31 Mei 2017
Vitamin K 3x2mg (Rute IV Bolus)
Indikasi : Pencegahan dan pengobatan hipoprotombinemia yang disebabkan oleh induksi
turunan kumarin atau obat lain yang menginduksi defisiensi vitamin K,untuk mencegah
perdarahan.
24
Efek samping : Sianosis,hipotensi,rasa tidak enak pada perut,dypsnea,reaksi
anafilkasis,reaksi hipersentivitas
Ozyd 1x40 mg (Rute IV Bolus)
Indikasi : pengobatan tukak lambung dan duodenum, refluks esofagitis, perdarahan saluran
cerna
Efek samping :Ruam kulit, urtikaria, pruritus, mulut kering, mual, konstipasi, perut
kembung
Humulin 3x8 unit (Rute SC)
Indikasi : Obat diabetes melitus
Efek samping : Resisten terhadap insulin, reaksi alergi lokal atau sistemik
Sucralfat 3x1 sendok makan (Rute Oral)
Indikasi : Menangani tukak duodenum,melindungi dari asam lambung, menangani gastritis
Efek samping : Pusing, sakit kepala, mengantuk, diare, mual,perut kembung
Cinam 1x1,5g (Rute IV Bolus)
Indikasi : Antibiotik
Efek samping : Diare, ruam kulit, mual, muntah, gatal, bengkak pada wajah
Vascon 100 nano Srynge Pump (Rute IV Bolus)
Indikasi : Mengendalikan tekanan darah pada keadaann hipotensi akut, terapi penunjang
pada pasien gagal jantung dan hipotensi berat
Efek samping : Hipoksia jaringan, Bradikardia, Aritmia, Ansietas, Dipsnea, Sakit kepala.

1) Analisis Data

No Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1 Data subyektif : Agen Pencedera Nyeri Akut (D.0077)
• Pasien mengeluh nyeri pada Biologis
perutnya
P : Nyeri timbul saat dibuat
bergerak
Q : Diremas-remas
R : Daerah perut
S : 4 (1-10) T: Hilang timbul

Data obyektif :
• Observasi tanda-tanda vital
TD:130/80mmHg
Nadi : 88x/menit
RR :20x/menit

25
Suhu : 36,3 °C
1. Pasien tampak meringis menahan
nyeri.
2. Pasien tampak melokalisir daerah
nyeri.
2 Data subyektif : Gangguan Nausea (D. 0076)
• Pasien mengeluh mual Pankreas

Data obyektif :
1. Pasien tampak mual
2. Pasien tampak enggan terhadap
makanan
3. Porsi makan habis ¼ porsi
3 Data subyektif : Tidak ada Faktor risiko status Risiko
Data obyektif : Tidak ada kesehatan fisik Ketidakstabilan
Kadar Glukosa
Darah (D.0038)

2) Rencana Keperawatan
Tabel Rencana Keperawatan pada Tn.K Dengan Diagnosa Medis Pankreatitis Akut Periode
29-31 Mei 2017

No. Diagnosa TujuandanKriteriaHasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling • Kepercayaan antara
berhubungan tindakan keperawatan percaya pasien terhadap
dengan agen selama 3x24 jam 2. Observasi tanda-tanda perawat,akan
pencedera diharapkan nyeri yang vital memudahkan
biologis dirasakan berkurang. 3. Kaji nyeri yang perawat dalam
Kriteri Hasil: dirasakan oleh pasien memberikan asuhan
1. Pasien mengatakan (PQRST) keperawatan
nyeri berkurang 4. Berikan posisi yang • Rasa nyeri yang
2. Skala nyeri nyaman bagi pasien dirasakan oleh
berkurang satu (Posisi semi fowler pasien dapat
tingkat dan memberikan mempengaruhi hasil
3. Pasien tidak bantalan pada tanda-tanda vital
tampak meringis punggung) pasien
4. Observasi tanda- 5. Ajarkan teknik • Untuk mengetahui

26
tanda vital dalam manajemen nyeri penyebab nyeri serta
batas normal nonfarmakologis membantu
pada pasien dan meyakinkan bahwa
keluarga penanganan dapat
6. Kolaborasi dengan memenuhi
tim kesehatan untuk kebutuhan pasien
pemberian obat dalam menguragi
analgetik ozyd 1 x 40 rasa nyeri
mg rute intravena • Untuk
bolus menurunkanketegan
ganatauspasmeotot
• Untuk meminimalkan
dan mengurangi rasa
nyeri
• Mengurangi rasa nyeri
2. Nausea Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling • Kepercayaan antara
berhubungan tindakan keperawatan percaya pasien terhadap
dengan selama 3x24 jam 2. Observasi asupan perawat, akan
gangguan diharapkan rasa mual cairan dan makanan memudahkan
pankreas berkurang pasien perawat dalam
Kriteria Hasil : 3. Kaji penyebab mual memberikan asuhan
1. Pasien atau ketidakmauan keperawatan
menyatakan makan • untuk mengkaji
penyebab mual 4. Ajurkan makan konsumsi zat gizi dan
2. Pasien tampak sedikit tapi sering perlunya pemberian
tidak mual dalam keadaan hangat suplemen.
3. Pasien tampak 5. Ajarkan teknik Mengetahui
nafsu makan relaksasi dan bantu penyebab mual dan
pasien untuk intervensi
menggunakan teknik selanjutnya
tersebut ketika makan • Untuk memungkinkan
6. Kolaborasi dengan makan
tim kesehatan untuk • Mengalihkan

27
pemeberian obat perhatian dari mual
antimual sucralfat 3x1 sehingga dapat
sendok makan rute memabatu pasien
oral untuk makan
• Mengatasi tukak
lambung dan duo
denum, dan
mengatasi asam
lambung
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling • Kepercayaan antara
ketidakstabilan tindakan keperawatan percaya pasien terhadap
glukosa darah selama 1x24 jam 2. Observasi kadar perawat, akan
ditandai dengan diharapkan resiko glukosa darah pasien memudahkan
faktor risiko ketidakstabilan kadar 3. Berikan diit DM dan perawat dalam
status kesehatan glukosa darah tidak anjurkan keluarga memberikan asuhan
fisik terjadi untuk memberikan keperawatan
Kriteria Hasil : diit DM pada saat • Memantau
1. Asupan diet DM dirumah ketidakstabilan
terkontrol 4. Kolaborasikan dengan glukosa darah pasien
2. Kadar glukosa tim kesehatan untuk • Mencegah terjadinya
darah stabil pemberian obat DM kenaikan kadar
Humulin 3x8unit rute glukosa darah pasien
subkutan • Membantu
mengontrol kadar
glukosa darah pasien

3) Implementasi

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Pre Operasi

28
Senin, 7 April Nyeri akut b.d - Melakukan S:
2019 agen pencedera pengkajian nyeri 1) P : Pasien
mengatakan nyeri
fisologis secara masih terasa
(inflamasi) komprehensif pada bagian
perut
termaasuk lokasi, Q : Pasien
karakteristik, mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
durasi, frekuensi, R : klien
kualitas, dan mengatakan nyeri di
bagian perut kanan
factor prepitasi S : Pasien
- Memonitor TTV mengatakan skala
nyeri 4
- Mengajarkan T : Pasien
Teknik non mengatakan nyeri
dirasa hilang timbul
farmakologis (mis O:
nafas dalam) - Sesekali pasien

- Kolaborasi dalam tampak meringis


pemberian dan gelisah akibat nyeri
antibiotic
Jum’at, 12 Nyeri akut b.d - Melakukan S:
April 2019 agen pencedera pengukuran nyeri - Pasien masih
mengatakan nyeri
fisik (tindakan secara pada bagian operasi
invasive) komprehensif - Pasien mengatakan
termasuk lokasi nyeriseperti
tergores O:
nyeri,
- Pasien terlihat
karakteristik, meringis menahan
durasi , frekuensi nyeri luka operasi
- TTV
- Mengajarkan
teknik non TD : 142/88 mmHg

farmakologis N : 111 x/menit

- Memonitor TTV R : 21 x/menit


- Kolaborasi S : 37° c
pemberian
A: Masalah
antibiotik belum teratasi

29
P: Lanjutkan
intervensi
- Lakukan
pengukuran nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi
nyeri
karakteristik,
durasi , frekuensi
- Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
- Monitor TTV
- Kolaborasi
pemberian
antibiotic
Jum’at, 12 Gangguan - Melakukan S:
April 2019 mobilitas fisik b.d pengkajian - Pasien mengatakan
nyeri masih terasa
nyeri terhadap
pada perut
- Mengedukasi - Pasien mengatakan
kepada klien kelemahan fisik
menurun
untuk tetap
- Pasien
mobilisasi mengatakan
- Memberikan posis dapat bergerak
semampunya dan
berpindah
semisal miring
tempat tetapi secara
kiri kanan berhati hati O:
- Kolaborasi - Pasien terlihat
kesulitan ingin
obat dengan
bangun dan
dokter bergerak karena
masih nyeri
- TTV: TD : 140/90
mmHg
N : 100 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37°c

30
A : Masalah
belum teratasi P :
Lanjutkan
intervensi
- Mengkaji
kemampuan
mobilisasi klien
- Mengedukasi
kepada klien untuk
tetap mobilisasi
- Memberikan posis
semampunya
semisal miring kiri
kanan
Kolaborasi obat
dengan dokter
Jum’at, 12 Risiko infeksi b.d - Memonitor tanda S:
April 2019 prosedur invasive dan gejala infeksi -Pasien mengatakan
masih terasa nyeri
sitemik dan local
pada bagian luka
- Menginspeksi operasi
kulit dan O:
mukosaterhadap - Pasien terlihat
kemerahan meeringis di
menahan nyeri
- Mencuci tangan
pada luka
setiap sebelum operasi
dan sesudah - TTV:
tindakan TD : 135/88 mmHg
keperawatan N : 97 x/menit
- Mempertahankan
R : 21 x/menit
teknik asepsis
S : 37°c
pada pasien A: Masalah belum
beresiko teratasi P:
Intervensi
- Melakukan dilanjutkan
perawatan luka - Monitor tanda dan
gejala infeksi
- Memberikan
sitemik dan local
terapi antibiotic

31
- Inspeksi kulit dan
mukosa terhadap
kemerahan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
- Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
beresiko
- Lakukan perawatan
luka
Berikan terapi antibiotic
Sabtu, 8 April Nyeri akut b.d - Memonitor TTV S:
2019 agen pencedera - - Pasien
Berkolaborasi
mengatakan nyeri
fisologis dalam pemberian berkurang - Skala
(inflamasi) analgetik nyeri 3 O:
- Pasien
tampak rileks -
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
R : 21 x/menit
S : 381 c
A: Masalah teratasi
sebagian P: Lanjutkan
intervensi - Monitor
TTV
- Berkolaborasi
dalam
pemberian analgetik

32
33
BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pankreatitis adalah peradangan akut, non-bakterial pada organ pankreas, yang terjadi
akibat autodigesti enzim pankreas. Diawali proses inflamasi pankreas yang progresif dan
menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel serta mengakibatkan disfungsi
eksokrin dan endokrin. Frekuensi penyakit pankreatitis di negara Barat adalah 10-20 kasus per
100.000 penduduk pertahun.

Pankreatitis menyebabkan sakit perut, tetapi ini dapat bervariasi antar individu. Jika ada
perdarahan retroperitoneal, mungkin ada memar di panggul atau perubahan Warna kebiruan di
sekitar umbilikus. Mungkin ada tanda dan gejala gangguan pernapasan (sekunder akibat
atelektasis, efusi pleura, atau sindrom gangguan pernapasan) atau syok, Takikardia,
leukositosis, dan demam. Manifestasi klinis meliputi nyeri abdomen yang menjalar ke
punggung atau daerah panggul dan kondisi ini akan semakin buruk bila pasien makan.
Pankreatitisakut menyebabkan mual dan muntah-muntah, dehidrasi, demam ringan,
tachycardia,hypotensi, kuning, dan menurunnya kentut dan kembung. Pankratitis kronis
ditandai dengan nyeri yang sangat dan konstan, tanda dan gejala umum sakit akut,
disertaidengan berat badan turun, sakit kuning ringan, diare, steatorrhea, dan perut lembek

Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
Aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel asinar pankreas
(Cahyono, S. B. 2014). Enzim ini dikeluarkan melalui duktus pankreas. Enzim bekerja
Langsung pada jaringan, yang bisa menyebabkan perdarahan, pencernaan otomatis, dan
Nekrosis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Penunjang seperti pemeriksaan lab dan pemeriksaan radiologi.

5.2 Saran
Penulis berharap agar pembaca dapat mengerti tentang penyakit Pankreatitis Mulai dari
definisi sampai dengan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyakit Pankreatitis.
Selain itu, Penulis juga berharap agar tenaga kesehatan baik medis maupun Paramedik dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada klien Pankreatitis sesuai Dengan ilmu dan kiat
keperawatan yang seharusnya. Dan yang terakhir mahasiswa selaku Calon perawat dapat lebih
mengenal tentang pembahasan ini, dan dapat mensosialisasikanK masyarakat luas
disekitarnya, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan

34
DAFTAR PUSTAKA

Arianto,Fary M.2020. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CHOLELITHIASIS YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT. Jurnal Keperawatan
Samarinda
Irmayanti, Ibrahim Abd Samad, & Mutmainnah. (2019). Pankreatitis Akut. Green Medical
Journal, 1(1), 139–154. https://doi.org/10.33096/gmj.v1i1.27

Meylinda,Eva. 2020. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE DAN POST OPERASI
CHOLELITIASIS YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT. Jurnal Poltekkes Samarinda
Novita-P17120015051, D. (2019). Askep pada ny. T yang mengalami Tumor pankreas di
gedung Prof. Soelarso lantai 2 RSUP Fatmawati JakSel.
Pratama, H. (2016). Tatalaksana Pankreatitis Akut. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 190–194.

Siregar, Gontar A. 2015. Diagnosis dan Prognosis Pankreatitis Akut. Universitas Sumatera
Utara. Diakses tanggal 12 Januari 2023.
Tinoring, Fitlia.p. 2019. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR PANKREAS DI RUANGAN IGD
BEDAH RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR . Jurnal STIKES
Pakkakukang Makasar
Tjokroprawiro, A. (Ed.). (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 2: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Airlangga
University Press.
Wicaksono, Candra. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kelenjar
Pankreas (pankreatitis).

35

Anda mungkin juga menyukai