DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi” ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Mardiatun, S.kep.Ners.,
M.Kep atas bimbingannya kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami
dan menyelesaikan laporan ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
2.1.3 Komponen-Komponen............................................................................ 7
2.1.4 Etiologi.................................................................................................... 9
2.1.11 Pathway............................................................................................... 15
ii
2.2.4 Implementasi Keperawatan................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
disusun rumusan masalah laporan ini yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan nutrisi?
b. Apa saja yang termasuk dalam anatomi fisiologi dari nutrisi?
c. Apa saja komponen-komponen dari nutrisi?
d. Apa saja yang termasuk factor dalam nutrisi?
e. Bagaimana karateristik status nutrisi?
f. Apa saja gangguan dari kebutuhan nutrisi?
g. Apa saja tanda dan gejala kebutuhan nutrisi?
h. Bagaimana asuhan keperawatan dari gangguan pemenuhan nutrisi?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kedalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat sicerna atau merupakan sisa proses terjadi dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati, dan kandung empedu.
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuknya untuk system
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang yang terdapat
dipermukaan lidah. Pengecapan relative sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktprius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan
dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah
juga mengandung antibod dan enzim (misalnya lisozim) yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan (faring) adalah penghubung antara mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang.
4
c. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus adalah sebuah tube yang Panjang. Sepertiganya
bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya
adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa
yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk
perlindungan.
d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kacang kedelai.
Makanan masuk dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter) yang bisa membuka dan menutup.
Dalam kkeadaan normal, spinter menghalangi masuknya
Kembali isi lambung kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai Gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasil kan tiga
zat penting, yaitu lendir untuk melindungi sel-sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung, asam klorida untuk menciptakan
suasana yang sangat asam, prekusor pepsin yang berguna untuk
memecahkan enzim (protein).
e. Usus Halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum
yang panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus
besar terdiri dari rectum, colon, dan rectum yang kemudian
bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dengan
diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima makanan yang sudah
berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorpsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristataltik usus dan akan
berkumpul menjadi feses diusus besar. Dari makan sampai
mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan
colon dibagi menjadi 3 bagian yaitu, pertama houstral shuffing,
5
adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorpsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu Gerakan untuk
mendorong materi air dan semi padat sepanjang colon, ketiga
Gerakan peristaltic yaitu Gerakan maju ke anus yang berupa
gelombang. Makanan yang sudah melewati usus halus chyme
akan tiba direktum 4 hari setelah ditelan, jumlah chyme yang
direabsorpsi kurang lebih 350 ml.
f. Usus Besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rectum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon traversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum)
Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan
zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besarjuga berfugsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotic bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi irtasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air dan terjadilah diare.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ
ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang
lebih tinggi, yaitu kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk kedalam rektum, maka timbul keinginan untuk
6
buang air besar. Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material didalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defensi.
Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus berbentuk
dari permukaan tubuh (kulit) dan Sebagian lainnya dari usus .
pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinther. Feses
dibuang daari tubuh melalui proses defekasi yang merupakan
fungsi utama anus.
2.1.3 Komponen-Komponen
Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang
terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjalankan fungsinya. Enam zat nutrisi esensial 9kelompok
nutrient) yaitu : air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh.
Karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian
dimanfaatkan tubuh dan kehilangan glukosa akan disimpan dihati
dan jaringan otot dalam bentuk glikogen. Karbohidrat
digolongkan menjadi tiga yaitu monosakarida, disakarida dan
polisakarida. Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang
paling sederhana dan merupakan molekul yang paling kecil.
Jenis monosakarida adalah glukosa, dektrosa yang terdapat pada
buah-buahan, sayuran dan madu, galaktosa yang merupakan
pemecah dari disakarida. Disakarida contohnya sukrosa, maltosa,
dan laktosa. Sukrosa dan maltosa banyak terdapat pada makanan
nabati, sedangkan laktosa merupakan jeis gula dalam air susu
baik pada ASI maupun susu hewan. Polisakarida merupakan
gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis
polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
7
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan
dalam penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim,
hormone, dan antibody. Selain itu tersedianya protein dalam
jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel
jaringan serta sebagai larutan untuk kesimbangan osmotik.
Protein ini terdiri dari 24 asam amino, diantaranya 9 asam amino
esensial (yang tidak dapat dibuat didalam tubuh) dan selebihnya
asam amino non-esensial.
c. Lemak
Lemak merupakan zat fizi yang berperan dalam pengangkut
vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Lemak atau lipid
merupakan sumber energi yang dihasilkan jumlah kalori lebih
besar dari pada karbohidrat dan protein. Menurut sumbernya
lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung
lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-
kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai Panjang
seperti pada daging sapi dan lainnya.
d. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan
untuk mengkatalisator metabolism sel yang dapat berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan
organisme. vitamin yang dibutuhkan antara lain vitamin A, B,
B2, B12, C, D, E, dan K.
e. Mineral
Mineral adalah ion organik esensial untuk tubuh karena
peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral
merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok
mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, kromium, kobalt,
tembaga, florin, iodium, besi, magnesium, mangan, fosfor,
kalium, natrium, sulfur dan seng. semuanya harus tersedia dalam
8
jumlah yang cukup. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan
energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam
mempertahankan proses tubuh.
f. Air
Air merupakan Sebagian besar zat pembentuk tubuh
manusia. Jumlah air sekitar 75% dari bagian tubuh seseorang
tanpa jaringan lemak (lean body mess). Air mempunyai berbagai
fungsi dalam proses vital tubuh, antara lain sebagai zat pelarut
dan alat pengangkut zat-zat gizi, katalisator berbagai reaksi
biologi sel, pelumas cairan sendiisendi tubuh, fasilitator
pertumbuhan, pengatur suhu dan peredam benturan.
2.1.4 Etiologi
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi
dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat
terjadi oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan nutrisi.
b. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal
bertambah dengan cepat hal ini sehubungan dengan factor
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia tersebut.
Setelah usia 20 tahun energi basal relatif konstan.
c. Jenis Kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar
dibandingkan dengan Wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0
kkal/kg BB/ jam pada Wanita 0,9 kkal/kg BB/jam
d. Tinggi dan Berat Badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas
permukaan tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin
besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan metabolism basal
tubuh juga menjadi lebih besar.
e. Ekonomi
9
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi
karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendarahan
yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan
kondisi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.
f. Status Kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia
(kurang nasfu makan) biasanya gejala penyakit atau efek
samping obat.
g. Faktor Psikologis seperti Stres dan Ketegangan
Motivasi individu untuk makan-makanan yang seimbang
dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang
kuat. Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak
orang (misalnya susu menyimbolkan kelemahan dan daging
menyimbolkan kekuatan).
10
sedang
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
11
2.1.7 Tanda dan Gejala
a. Kekurangan Nutrisi (Defisit Nutrisi)
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
2. Cepat kenyang setelah makan
3. Kram/nyeri abdomen
4. Nafsu makan menurun
5. Bising usus hiperaktif
6. Otot mengunyah lemah
7. Otot menelan lemak
8. Membran mukosa pucat
9. Sariawan
10. Serum albumin turun
11. Rambut rontok berlebihan
12. Diare
b. Berat badan lebih (kelebihan nutrisi)
1. IMT >25 Kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan
lebih dari presentil 95 (pada anak <2 tahun) atau IMT pada
presentil ke 85-95 (pada anak 2-18 tahun).
2. Tebal lipatan kulit trisep >25 mm.
c. Obesitas
1. IMT >27 Kg/m2 (pada dewasa) atau lebih dari presentil ke
95 untuk usia (pada anak).
2. Tebal lipatan kulit trisep >25 mm.
2.1.8 Patofisiologi
Abnormalitas saluran gastromtectinal bermacam-macam dan
menunjukan banyak patologi yang dapat mempengaruhi system
orang lain perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi, dan kanker.
Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic, dan neoplastik telah
ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi panjang saluran
gastrointentinal.
Bagian darai penyakit organic dimana saluran
gastrointentinal dicurigai tedapat banyak factor elstrinsik yang
12
menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan
utama berupa indigesti, anoreksia/gangguan motorik usus, kadang-
kadang menimbulkan konstipasi/diare.
Selain itu status kesehatan mental, faktor fisik, seperti
kelelahan dan ketidak seimbangan/perubahan masukan diet yang
tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran gastrointectinal sehingga
menyebabkan perubahan nutrisi.
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi
termasuk tingkat aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli
dan menyiapkan makanan serta prosedur dan pengobatan yang
dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas, maka nutrisi dan
kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tindak aktivitas
akan meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan
prosedur atau pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada
asupan makanan, pencernaan, absorpsi, metabolisme dan sekresi.
Beberapa kondisi fisiologi dapat menyebabkan menurunnya
zat makanan tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal
dapat menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi
oleh ginjal. Penyakit–penyakit fisik biasanya meningkatkan
kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada penyakit-penyakit
saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan
yang menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absorbsi
gangguan transportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya.
Luka pada mulut dapat menyebabkan menurunnya asupan absorbsi
nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit pada kandung
empedu, dimana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar,
empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
13
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosa dapat dilakukan melalui pemeriksaan
laboraturium dengan ketentuan nilai normal yakni sebagai berikut:
a. Albumin ( N : 4 – 5,5 mg/100 ml)
b. Ransferin ( N : 170 – 25 mg/100 ml)
c. Hb ( N : 12 mg%)
d. BUN ( N 10-20 mg/100 ml)
e. Eksresi kreatinin untuk 24 jam ( N : laki-laki :0,6 – 1,3 mg/100
ml, wanita 0,5 – 1,0 mg/100 ml)
2.1.10 Penatalaksanaan
a. Penyuluhan masalah nutrisi pada pasien dengan keluarga.
b. Penanganan focus pada penyebab masalah pola nutrisi.
c. Pemberian asupan nutrisi. Oral.
d. Kolaborasi : pemasangan NGT dan pemberian nutrisi melalui
NGT.
e. Pemberian obat pada penyebab masalah pola nutrisi.
14
2.1.11 Pathway
15
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan
keluarga. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam
melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah
yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan tindakan yang
berurutan yang dilakuakn secara sistematis dengan latar belakang
pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah dan diagnosa. Merencanakan intervensi,
mengimplementasi rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan
proses keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan nutrisi.
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan terhadap masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu:
a. Data subjektif
- Biodata
- Alsan datang
- Keluhan utama
- Riwyat kesehatan pasien dan keluarga
b. Data obyektif
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan fisik dengan cara infeksi, palpasi, Auatrultaal,
dan perkusi
- Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan penunjang
c. Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan
status nutrisi dapat dikaji:
1. Pengukuran antropometik (anlropomelik meaauremant)
a) Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu
dewasa dan balita dilakukan dalam posisi berdiri tanpa
alas kaki, dedangkan pada bai dilakuan dalam posisi
berbaring.
16
b) Berat badan
1) Alat serta skala ukur yang digunakan harus sama
setiap kali penimbangan.
2) Pasien ditimbang tanpa alas kaki.
3) Pakian diusahakan tidak tebal dan relatif sama
beratnya stiap kali penimbangan.
4) Waktu menimbang rekatif sama, misalkan sebelum
dan sesudah makan.
c) Tebal lipatan kulit
1) Anjuran klien untuk membuka baju guna mencegah
kesalahan pada hasil pengukuran.
2) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien.
3) Dalam pengukuran TSF utamakan lengan klien
yang tidak dominan.
4) Pengukuran TSF dilakuka titik lengan atas, antara
akromeoit dan olekranon.
5) Ketika pengukuran dilakukan, anjuran klien untuk
relaks.
6) Alat yang digunakan kaliper.
d) Lingkaran tubuh, umumnya area tubuh yang digunakan
untuk pengukuran ini adalah kepala, dada, dan otot
bagian tengah lengan atas.
2. Data biomedia (biomedia data)
3. Tanda- tanda klinis status nutrisi (chmcal sign)
4. Diet ( dietary)
a) Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan gangguan
nutrisi riwayat diet
1) Ganguan pada fungsi mengunyah dan menelan.
2) Asupan makanan tidak ada kuatnya.
3) Diet yang salah atau ketat.
4) Kurangnya persediaan bahan makanan selama
10hari/lebih.
17
5) Pemberian nutrisi melalui intravena selam 10
hari/lebih.
6) Tidak ada kuatnya dana untuk penyediaan bahan
makanan.
7) Tidak ada kuatnya fasilitas penyiapan bahan
makanan.
8) Tidak ada kuatnya fasilitas penyimpanan bahan
makanan.
9) Ketidakmampuan fisik.
10) Lansia yang tinggal dan makan sendiri.
b) Riwayat penyakit
1) Adanya riwayat berat bada yang berlebih dan
berkurang.
2) Penurunan berat badan dan tinggi badan.
3) Mengalami penyaki tertentu.
4) Riwayat pembedahan pada sistem gastroinintedinal.
5) Anorakala.
6) Mual dan muntah.
7) Diare.
8) Alkholisme.
9) Ganguan yang mengenai organ tertentu (kangker)
10) Disabilitas mental.
11) Kehamilan remaja.
12) Terapi radiaal.
13) Riwayal pemakaian obat-obatan : acpırın, antibiotik,
antacida. anti-depresan agens anti-hipersensitivitas,
agen ant -Imflaması agen anti-neoplasmlik digitalis,
lakçalıf, diuretik 14 dari 42.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien
merupakan poHilaian kondisi fiçik yang berhubungan dengan
18
masalah nutrisi Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu
dari kepala Sampai kaki.
e. Pemeriksaan biokimia
Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaan ini
adalah kadar total limfocit, albumin serum, zat besi, transferin
serum, kreatinin, hemoglobin, hemolokrit, keseimbangan
nitrogen dan tes antigen kulit.
19
b. Defisit Nutrisi
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
melabolisme.
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkalan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. financial tindak mencukup!)
6. Faktor psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan).
Manifestasi Klinis:
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral pals
5. Cleft Lip
6. Cleft palate
7. Amyoliopic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskuler
9. Luka bakar
10. Kanker
11. nfeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn's
c. Obesitas
Definisi :
Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesual
dengan usia dan jenis kelamin, serta melampai kondisi berat
badan lebih Cover weight
20
Penyebab :
1. Kurang aktivitas fisik hanan
2. Kelebihan konsumai gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan persepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
7. Gering mengemil
8. Gering memakan makanan berminyak/berlemak
9. Faktor keturunan.
Manieslası Klinis :
1. Gangguan genetik
2. Faktor keturunan
3. Hipotiroid
4. Diabetes melitus maternal.
21
pasien terhadap diet yang
diprogramkan
- Rujuk pada ahli gizi jika perlu
b. Defisit Nutrisi
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi kebiasaan makan dan
keperawatan selama 3 x 24 perilaku makan yang akan di ubah
jam diharapkan masalah - Identifikasi kemajuan modifikasi diet
deficit nutrisi teratasi. secara regular
Dengan keriteria hasil : - Monitor intake dan outpot cairan, nilai
- Berat badan hemaglobin, tekanan darah, kenaikn
membaik berat badan dan kebiasaan membeli
- Tebal lipatan kulit makan
membaik - Bina hubungan terapeutik
- Indek masa tubuh - Gunakan standar nutrisi sesuai
membaik program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan
- Jelaskan program diet dan persepsi
pasien terhadap diet yang
diprogramkan
- Rujuk pada ahli gizi jika perlu
c. Obesitas
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindak - Identifikasi kesiapan dan
keperawatan selama 3 x 24 kemampuan menerima informasi
jam diharapkan masalah - Sediakan materi dan media edukasi
obesitas teratasi. - Jadwalkan pendidikan kesehatan
dengan keriteria hasil : sesuai kesepakatan
- Berat badan - Beri kesempatan pada keluarga
membaik untuk bertanya
22
- Tebal lipatan kulit - Jelaskan kondisi medis yang dapat
membaik mempengaruhi berat badan
- Intake massa tubuh - Jelaskan resiko kegemukan dan
membaik kekurangan
- Ajarkan cara mengelola berat badan
secara efektif
23
evaluasi sumatif yang disebut evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan
yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini
lazimnya menggunakan format “SOAP” Tujuan evaluasi adalah
untuk mendapatkan kembali asupan atau umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan
sebelumnya.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
25
c. Riwayat Keperawatan (Nursing History)
1. Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan kesadaran pasien menurun
2. Keluhan Saat Dikaji :
Keluarga pasien mengatakan pasien merasa lemas,tidak
mampu mengunyah dan menelan,tidak dapat makan dan minum
melalui mulut karena kesadaran pasien menurun,pasien tampak
gelisah, bagian tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakkan,bicara
tidak jelas sejak 1 bulan lalu.
3. Upaya Yang Telah Dilakukan :
Keluarga pasien mengatakan sebelum dibawa kerumah
sakit pasien rajin kontrol tekanan darah di bidan terdekat dan
diberikan obat untuk menurunkan tekanan darah namun keluarga
pasien tidak tau nama obat yang diberikan.
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 15 Agustus 2022
jam 09:00 melakukan kontrol tekanan darah dibidan terdekat
dengan hasil tekanan darah tinggi yaitu 200/100,lalu pasien dibawa
kerumah sakit Asy-Syifa pada tanggal 15 Agustus 2022 jam 11:00
untuk melakukan pemeriksaan,Namun pasien mengalami
penurunan kesadaran,lalu pasien dirujuk ke RSUD sumbawa ke
bagian persyarafan pada tanggal 17 Agustus 2022 jam 09:30
dengan keluhan pasien mengalami penurunan kesadaran.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Agustus 2022
jam 11:30 didapatkan data-data berikut: Keluarga pasien
mengatakan pasien merasa lemas,tidak mampu mengunyah dan
menelan,tidak dapat makan dan minum melalui mulut karena
kesadaran pasien menurun,pasien tampak gelisah,bagian tangan
dan kaki kiri tidak bisa digerakkan,bicara tidak jelas sejak 1 bulan
yang lalu.
26
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluarga pasien mengatakan sering mengalami tekanan
darah tinggi sebelumnya
6. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi,diabetes melitus dan jantung.
7. Riwayat Kesehatan Lainnya :
Pasien tampak menggunakan alat bantu oksigen, selang
infus, syringe pump, nasogastrik, kateter. Keluarga pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan, makanan
dan minuman.
8. Keadaan Kesehatan Lingkungan :
Keluarga pasien mengatakan keadaan lingkungan rumah
bersih dan memiliki ventilasi
9. Genogram
d. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Pola Majemen Kesehatan
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien sering
mengontrol prihal kesehatannya ke puskesmas
27
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pola makan
pasien teratur yaitu 3× sehari dengan pora habis
dan minum 8-9 gelas/sehari
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB
lancar 1× sehari dan BAK menentu kadang 3
atau 4 kali sehari
28
tidak sulit memulai tidur. Jika diakumulasikan
pasien istirahat tidur 7 jam/hari
29
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien selalu
percaya akan dirinya.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tetap
percaya akan dirinya.
30
Nadi : 86 X /menit
Respirasi : 24 X/menit
3. Kesadaran : Apatis
GCS : 12 E4 V2 M6
4. Antropometri
TB : 157 cm
LILA : 23,5 cm
BB saat sakit : 50,9 Kg BB sebelum sakit : 52 Kg
IMT :20,69
5. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, rambut bersih, tidak ada kutu
san ketombe, warna rambut hitam keputihan,
penyebaran rambut tidak merata, tidak ada
rambut rontok, tidak ada bekas luka/jahitan
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan, tidak ada nyeri
tekan
b) Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, penyebaran
alis merata, tampak kantong mata, sklera putih,
konjungtiva merah muda, kornea bening, pupil
isokor, pergerakan bola mata normal, tidak ada
sekret
Palpasi : Tidak teraba masa atau benjolan pada kelopak
mata
c) Hidung
Inspeksi : Lubang hidung hidung utuh, lubang hidung kiri
dan kanan simetris, tidak ada polip, tidak ada
tanda-tanda peradangan, tidak ada secret,
terdapat selang oksigen dan selang NGT.
31
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
d) Mulut
Inspeksi : Terdapat saliva diluar mulut, tidak ada sariawan,
mukosa mulut kering dan pucat.
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
e) Telinga
Inspeksi : Simetris antara kedua daun telinga, tidak ada
bekas luka, aurikula dan pinna utuh, tidak ada
serumen.
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan dan tidak ada nyeri
tekan.
f) Wajah
Inspeksi : Wajah simetreis antara kiri dan akan, tampak
lemah dan lesu.
Palpasi : Tidak ada masa/benjolan atau nyeri tekan.
g) Leher
Inspeksi : Leher simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limpa, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan dan tidak ada nyeri
tekan.
32
h) Thorax
Inspeksi : Bentuk simetris antara kiri dan kanan, bentuk
dada normal chest, papilla menonjol kedepan,
tulang rusuk tampak terlihat, tidak ada bekas
luka/lesi.
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan maupun nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor pada paru-paru, bunyi pekak pada
jantung dan hepar.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan S1 lup, S2 dup.
i) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, warna kulit kecoklatan,
bentuk simetris, tidak ada asites/pembengkakan,
tidak ada lesi/bekas luka, umbilicus bersih.
Auskultasi : Bising usus 20 X/menit.
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : tidak teraba masa/benjolan
j) Integumen
Inspeksi : Warna kulit kecoklatan, tidak ada lesi, kulit
tampak bersih dan lembab.
Palpasi : Turgor kulit baik, CRT kuat dari 2 detik.
k) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : Warna kecoklatan, tidak ada bekas luka, jumlah
jari normal berjumlah lima, dibagian tangan kiri
terpasang selang infus dan selang syringe pump,
CRT < 2 detik, kekuatan otot tangan kanan 5
ditandai dengan pasien mampu menggerakan
persendian dalam lingkup gerak penuh, kekuatan
33
otot kaki kiri 1 ditandai dengan adanya kontraksi
otot dapat di rasakan tanpa menggerkkan
persendian.
Palpasi : Tidak teraba masa/benjolan dan akral hangat.
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Warna kecoklatan, terdapat bekas luka goresan
pada paha kanan, jumlah jari normal berjumlah
lima, kekuatan otot kaki kanan 5 ditandai
dengan pasien mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup gerak penuh, kekuatan
otot kaki kiri 1 ditandai dengan adanya kontraksi
otot dapat di rasakan tanpa menggerakkan
persendian.
Palpasi : Tidak teraba masa/ benjolan, akral hangat, CRT
< 2 detik.
l) Genetalia
Inspeksi : Keadaan bersih, tidak ada bekas luka, terdapat
rambut-rambut di area pubis, warna rambut
hitam, tidak ada secret, tidak ada benjolan,
tampak terpasang dower cateter.
f. Diagnostik Test
1. Laboratorium
Pemeriksaan 17 Agustus 2022
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Natrium darah 140,62 mmol/L 135-145 mmol/L
2. Kalium darah 3,70 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
3. Klorida darah 106,34 mmol/L 95-105 mmol/L
4. Kalsium darah 0,77 mmol/L 1,1-1,25 mmol/L
34
Pemeriksaan 16 Agustus 2022
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Glukosa darah 120 200
sewaktu
2. SGOT/ AST 16,0 L : ≤35 P : ≤31
3. SGPT/ ALT 10,6 L : ≤45 P : ≤34
4. Ureum 30,0 L : 0,8-1,3 P : 0,5-0,9
5. Creatinine 0,80 L : 0,8-1,3 P : 0,5-0,9
2. Rontgen
Pemeriksaan Ro Thorax PA 16 Agustus 2022
- Cor dan pulmo tak tampak kelainan
3. CT-SCAN
Pemeriksaan MSCT SCAN kepala non kontras 18 Agustus 2022
- Pendarahan intracerebri regio corona radiata dan ganglia
basalia kanan
- Herniasi subfalcine
- Pendarahan intravertikel
g. Terapi
Senin, 22 Agustus 2022
35
4. Paracetamol 3x1 gr IV Meredakan nyeri
5. Vit K 1x1 IV Membantu proses
pembekuan darah
6. Omeprazole 2x40 IV Untuk menangani
mg penyakit asam lambung
7. Simvastatin 0-0-1 Oral Untuk menurunkan kadar
kolestrol golongan statin
8. Flunarizine 1-0-1 Oral Untuk mencegah
serangan migrain
9. Zinc 1x20 Oral Mengatasi kekurangan
mg zinc
10. B. Complexs 3x2 tb Oral Untuk membantu
memenuhi kebutuhan vit
B
36
darah tinggi
8. Sinvastin 0-0-1 Oral Untuk menurunkan kadar
kolestrol
9. Flunarizine 5 mg 1-0-1 Oral Untuk mencegah
serangan migraine
10. Zinc 1x20 Oral Mengatasi kekurangan
zinc
11. B. complexs 3x2 Oral Untuk memenuhi
kebutuhan vit B
37
9. Sinvastin 0-0-1 Oral Untuk menurunkan
kadar kolestrol
10. Flunarizine 5 mg 1-0-1 Oral Untuk mencegah
serangan migraine
11. Zinc 1x1 Oral Mengatasi
kekurangan zinc
12. B. complexs 3x2 Oral Untuk memenuhi
kebutuhan vit B
h. Diet
Berdasarkan advis dokter dan tim gizi pasien diberikan jadwal
pemberian makan yaitu
Jam Jenis Dan Jumlah Pemberian
07.00 Bubur sonde 200 cc
09,00 Peptibren 2 sdk takar 1 air 150 cc
11.00 Jus buah 200 cc
13.00 Bubur sonde 200 cc
16.00 Peptibren 2 sendok takar + air 150cc
19.00 Bubur sonde 200 cc
22.00 Peptibren 2 sendok takar + air 150cc
38
3.2 Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Tn. A No. RM : 189501
Umur : 73 Tahun Ruangan : Zaal Dalam
No. Data Penunjang(Symptom) Etiologi Problem
1. Ds: Status Resiko
- Keluarga pasien mengatakan kesehatan defisit
pasien merasa lemas menurun nutrisi
- Keluarga pasien mengatakan ↓
pasien kurang mampu untuk Kelemahan
mengunyah dana menelan otot menelan
- Keluarga pasien mengatakan ↓
pasien tidak dapat makan dan Gangguan
minum melalui mulut karena menelan
kesadaran pasien menurun makanan
Do: ↓
Antropometri Asupan
- IMT : 20,69 nutrisi tidak
Biokimia terpenuhi
- Kreatinine=0.80(L=0,8-1,3, P= ↓
0,5-0.9) Penurunan
Clinis berat badan
- Mukosa tampak pucat dan ↓
kering Resiko defisit
Diet nutrisi
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- 3 x 200 cc bubur sonde,3 x 150
cc peptibren, 1 x 200 cc jus
buah, dari 200 cc air putih/hari.
39
Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien merasa
lemas, tidak mampu menelan dan mengunyah, pasien tidak dapat
makan dan minum melalui mulut karena kesadaran pasien menurun,
pasien tampak gelisah, membran mukosa tampak pucat dan kering.
40
3.3 Intervensi Keperawatan
NO HARI/TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL PARAF
/JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. 22 -08-2022 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukannya - Identifikasi status - Membantu
tindakan keperawatn selama nutrisi mengetahui tanda
3×24 jam di harapkan resiko dan gejala kurang
defisit nutrisi teratasi dengan dari kebutuhan
kriteria hasil : - Membantu
- Porsi makan yang - Identifikasi perlunya mengetahui
diberikan habis tanpa penggunaan selang masalah dalam
dimuntahkan nagogastik pemenuhan nutrisi
- Berat badan - Untuk mengetahui
mengalami - Monitor asupan jumlah asupan
peningkatan menjadi makanan yang masuk
51,5 kg
- Indeks masa tubuh - Membantu pasien
(IMT) normal dan mengetahui
mengalami - Monitor berat badan perubahan berat
peningkatan menjadi badan
41
21 - Untuk mencegah
- Membran mukosa terjadinya
menjadi lembab dan - Berikan makanan konstipasi
tidak pucat tinggi serat kalori - Untuk mengontrol
serta protein tekanan darah
- Kolaborasi dengan - Untuk menjaga
tim gizi untuk diet kesehatan
rendah garam
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian
obat/vitamin
42
3.4 Implementasi Keperawatan
No. HARI/TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON HASIL PARAF
JAM KEPERAWATAN
1. 22-08-2022 Resiko Defisit Nutrisi - Pemasangan selang nasogastric - Terpasang selang nasogastric
07.00 pada lubang hidung sebelah kiri
07.10 - Pemberian makan melalui selang NGT - Pasien diberikan bubur conde
200 cc
07.15 - Pemberian obat melalui selang NGT - Pasienn diberikan obat
flunarizine
07.20 - Pemberian vitamin melalui selang - Pasien diberikan vitamin B
NGT complex
09.00 - Pemberian makan kaya protein melalui - Pasienn diberikan peptibren 2
selang NGT sendok takar + air 150 cc
09.05 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan obat chicolin
dan paracetamol serta
omeprazole
11.00 - Pemberian minuman tinggi serat - Pasien diberikan jus buah
melalui selang NGT papaya
13.00 - Pemberian makanan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur conde
43
melalui selang NGT 200 cc
13.05 - Pemberian obat paracetamol melalui - Pasien diberikan parcetamol 1 gr
16.00 - Pemberian makan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
melalui NGT sendok takar + air 150 cc
17.00 - Pemberian obat paracetamol melalui - Pasien diberikan paracetamol 1
selang infus gr
17.05 - Pemberian vitamin melalui selang - Pasien diberikan vitamin B
NGT complex
18.00 - Pemberian obat melalui selang NGT - Pasien diberikan obat
simvastatin dan flunarizine
19.00 - Pemberian makanan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur conde
melalui selang NGT 200 cc
21.00 - Pemberian obat melalui selang NGT - Pasien diberikan obat citicolin
dan omeprazole
22.00 - Pemberian makanan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
sendok takar + air 150 cc
22.05 - Memonitoring berat badan - LILA : 23,5, estimasi berat
badan : 50,9 kg
22.10 - Mengidentifikasi status nutrisi - PB : 157, IMT : 20,69
44
23-08-2022 Resiko Defisit Nutrisi - Pemberian makanan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur conde
07.00 200 cc
07.05 - Pemberian obat melalui NGT - Captopril dan flunarizine
diberikan ke pasien dan
Amlodipine dan HCL
07.10 - Pemberian vitamin melalui NGT - Pasienn diberikan vitamin B
complex
09.00 - Pemberian makanan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
sendok takar + air 150 cc
09.10 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan citicolin
11.00 - Pemberian minuman tinggi serat - Pasien diberikan jus buah
pepaya
11.10 - Pemberian obat dan vitamin melalui - Pasien diberikan captopril,Zink,
selang NGT dan B complex
13.00 - Pemberian makan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur sonde
200 cc
13.10 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan paracetamol
16.00 - Pemberian makan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
45
sendok takar + air 150 cc
17.00 - Pemberian obat dan vitamin melalui - Pasien diberikan paracetamol
selang infus dan vitamin K
18.00 - Pemberian obat via selang NGT - Pasien diberikan obat
captopril,simfastatin,flunarizin
dan B.complex
19.00 - Pemberian makan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur sonde
200 cc
21.00 - Pemberian obat secara injeksi - Pasien diberikan citicolin,dan
omeprazol
22.00 - Pemberian makan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
sendok takar + air 150 cc
22.05 - Memonitoring berat badan - LILA . 24,estimasi berat badan
pasien dengan LILA adalah 51,3
kg
22.10 - Mengidentifikasi status nutrisi - PB : 157 cm, IMT pasien 20,8
24-8-2022 Resiko Defisit Nutrisi - Pemberian makan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur sonde
46
07.00 200 cc
07.05 - Pemberian obat melalui selang NGT - Pasien diberikan obat
Hct,amlodipin,captofil,flunarizin
07.10 - Pemberian vitamin melalui selang - Pasien diberikan vitamin
NGT B.complex
09.00 - Pemberian makanan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
sendok takar + air 150 cc
09.10 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan obat
citicolin,paracetamol dan
omeprazol
11.00 - Pemberian minuman tinggi serat - Pasien diberikan jus buah
12.00 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan obat
12.05 - Pemberian vitamin melalui selang simvastatin, zinc
NGT - Pasien diberikan vitamin B
13.00 - Pemberian makanan tinggi kalori complex
- Pasien diberikan bubur sonde
13.10 - Pemberian obat melalui selang infus 200 cc
16.00 - Pemberian makan tinggi protein - Pasien diberikan paracetamol
17.05 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan peptibren 2
47
sendok takar + air 150 cc
17.10 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan paracetamol
18.00 - Pemberian obat melalui selang NGT - Pasien diberikan vitamin K
- Pasien diberikan obat captopril,
simvastatin, flunarizin, B
complex
19.00 - Pemberian makan tinggi kalori - Pasien diberikan bubur sonde
200 cc
21.00 - Pemberian obat melalui selang infus - Pasien diberikan obat citicolin
dan omeprazole
22.00 - Pemberian makan tinggi protein - Pasien diberikan peptibren 2
sendok takar + air 150 cc
22.05 - Memonitoring berat badan - LILA = 24,3. Estimasi berat
badan pasien dengan LILA
adalah 52,4
22.10 - Mengidentifikasi status nutrisi - PB = 157.IMT Pasien 21,3
48
3.5 Evaluasi Keperawatan
NO. HARI/TANGGAL JAM DIAGNOSA EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Kamis, 25 Agustus 09.00 Resiko Defisit S:
2022 Nutrisi Keluarga pasien
mengatakan pasien
belum bisa
mengunyah dan
menelan.
O:
Antropometri
- TB: 157cm
- LILA: 24,3
- BB lila: 52,4
- IMT: 21,3
Biokimia
- Kreatinine=0.80
(L=0,8-1,3, P=
0,5-0.9)
Clinis
- Membran
mukosa tampak
lembab dan
tidak pucat lagi
Diet
- Diet TKTP
- 3 x 200 cc
bubur
- 3 x 150 cc
peptibren
- 1 x 200 cc buah
49
- 200 cc air putih
A:
Resiko teratasi
Sebagian
P:
Intervensi tidak
dilanjutkan karena
berakhirnya masa
praktik.
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masalah nutrisi sangat berkaitan dengan intake makanan dan
kebutuhan metabolisme tubuh serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Secara umum, faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi adalah faktor psikologis untuk kebutuhan metabolism basal, faKtor
patofiologi seperti adanya penyakit terttentu yang mengganggu pencernaan
atau meningkatkan kebutuhan nutris, faktor sosioekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
Kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi berfungsi menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerak dan
fungsi fisik, sebagai dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel-
sel tubuh dan sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. Kebutuhan
energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral.
4.2 Saran
Perlu menetapkan diagnosis gizi lebih spesifik yang disesuaikan
kondisi pasien, tidak hanya terkait dengan masalah gizi yang ada akan
tetapi disertakan dengan penyebab masalah gizi, serta tanda dan
gejalanya. Sehingga pemberian intervensi diet dan edukasi juga lebih
spesifik. Perlu adanya kesesuaian antara terapi diet dan konseling yang
diberikan. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi setiap hari untuk
melihat perkembangan pasien terutama asupan energi dan zat gizi yang
berpengaruh terhadap status gizi pasien.
51
DAFTAR PUSTAKA
52