Anda di halaman 1dari 105

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DOSEN PENGAMPU:
Mardiadun, M.KEP

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
Ferdian Hardianata
Kurnia Tamawulan
M. Faisal Kurahman
Trisna Pebriana Solehah
Winda Oktavia Lestari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah satuan acara penyuluhan ini.
Terima ksih kami ucapkan kepada ibu mardiatun atas bimbingannya kami dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kami.

Makalah dengan judul “SATUAN ACARA PENYULUHAN” diharapkan


dapat memberi pengetahuan pada para pembaca.

Terima kasih yang sebesar-besarnya dan kami meminta maaf atas


ketidaksempurnaan tugas laporan ini. Kami berharap agar pembaca dapat
memberikan kritik dan saran dari laporan ini

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Walaupun demikian, inilah usaha kami selaku para penulis. Semoga dengan
membaca makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Mataram, 25 September 2022

Kelompok 8

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN 1
ABORTUS 1
SATUAN ACARA PENTULUHAN 8
MOLAHIDATIDOSA 8
SATUAN ACARA PENYULUHAN 13
KET 13
SATUAN ACARA PENYULUHAN 22
PLASENTA PREVIA 22
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) 33
SOLUSIO PLASENTA 33
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) 40
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) 40
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) 47
ADNEKSITIS 47
SATUAN ACARA PENYULUHAN 54
KISTA OVARIUM 54
SATUAN ACARA PENYULUHAN 61
TUMOR OVARIUM 61
SATUAN ACARA PENYULUHAN 67
KANKER SERVIKS 67
SATUAN ACARA PENYULUHAN 72
CA MAMMAE 72
SATUAN ACARA PENYULUHAN 76
MIOMIA UTERI 76
SATUAN ACARA PENYULUHAN KORIOKARSINOMA 86
CEKLIST 93
PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN PROSEDUR
DIAGNOSTIK 93
KURETASE PADA ABORTUS INKOMPLIT 95
ABORSI 100
DAFTAR PUSTAKA 102

4
SATUAN ACARA PENYULUHAN

ABORTUS

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK PEMBAHASAN : ABORTUS
WAKTU : 20 menit
HARI/TANGGAL : Selasa/12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANAAN :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang abortus, masyarakat khususnya ibu hamil bisa
mengerti dan memahami tentang abortu.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat
1. Masyarakat dapat menjelaskan tentang pengertian abortus
2. Masyarakat dapat menjelaskan penyebab abortus
3. Masyarakat dapat menjelaskan tanda dan gejala abortus
4. Masyarakat dapat menjelaskan komplikasi abirtus
5. Masyarakat dapat menjelaskan pencegahan dan penatalaksanaan abortus
C. PROSES PENYULUIHAN
Media dan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Metode
1. 3 menit Pembukaan :
- Menjawab Salam Ceramah
- Membuka kegiatan dengan
- Mendengarkan
mengucapkan salam
- Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
- Menyebutkan materi yang akan
diberikan
- Apersepsi dengan audience

5
2. 15 menit Pelaksanaan : Ceramah
- Memperhatikan
- Menjelaskan tentang dengan
- Mendengarkan
pengertian abortus menggunak
- Bertanya dan
- Menjelaskan tentang an flipchart
menjawab
klasifikasi abortus
pertanyaan yang
- Menjelaskan tentang penyebab
diajukan
abortus
- Menjelaskan tentang
mekanisme terjadinya abortusi
abortus
- Menjelaskan tentang tanda dan
gejala abortus

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power point
3. Infocus

6
MATERI PENYULUHAN ABORTUS

A. PENERTIAN
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup didunia luar bila
berat badannya telah mencapai >500 gr atau umur kehamilan > 20 minggu
(Sastrawinata Sulaiman, 2002).
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang
berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram
(Manuaba, 2007).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat
500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008).

B. PENYEBAB ABORTUS
Penyebab abortus merupskan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus di
dahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu:


1. Faktor Ibu :
a. Infeksu Akut : virus (cacar, rubella, hepatitis, herpes, simplex), bakteri (salmonella
tiphy), parasit (plasmodium).
b. Infeksi Kronis : sifilis, TB, paru aktif, keracunan (keracunan tembaga, air raksa, timah).
c. Penyakit Kronis : hipertensi, nepritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung.
d. Gangguan Fisiologis : syok, ketakutan.
e. Trauma Fisik.
f. Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun (usia aman untuk
kehamilan dan persalinan 20-30 tahun).
g. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat : jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik (menyebabkan abortus), persalinan lama
dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.
2. Faktor Janin :
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta contohnya abnormal
pembentukan plasenta, kelainan kromosom (monosomi, trisomi).

7
3. Faktor Eksternal :
Dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan, merokok, alkohol, kopi, dan bahan kimia.

C. JENIS-JENIS ABORTUS
1. Abortus Spontan (abortus tanpa tindakan)
a. Abortus Imminent
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
b. Abortus Insipien Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil
kosepsi masih berada pada kavum uteri. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering
dan keluar perdarahan bertambah.
c. Abortus inkomplet Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah keluar.
d. Abortus komplit Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri
e. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Missed abortion biasanya di
dahului oleh abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan, atau setelah
pengobatan.Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamae agak mengendor lagi, uterus
mengecil, tes kehamilan menjadi negative.
f. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannnya berakhir
sebelum 28 minggu.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat).
Kondisi yang memungkinkan dilakukan tindakan abortus provokatus adalah ibu dengan
perdarahan terus-menerus atau jika janin telah meninggal, ibu dengan mola hidatidosa, infeksi
uterus akibat tindakan abortus kriminalis (akibat pemerkosaan), ibu dengan kanker servik,
kanker payudara, hipertensi, TB paru aktif, DM yang disertai komplikasi vaskuler, epilepsy,
hiperemsis gravidarum yang berat, telah berulang kali mengalami operasi Caesar, dan ibu
dengan gangguan jiwa disertai kecenderungan untuk bunuh diri.
a. Abortus provokatus kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya yaitu:
8
o Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
o Alasan psikososial, dimana ibu sendiri enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
o Kehamilan diluar nikah.
o Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
o Masalah social, misalnya kuatir adanya penyakit keturunan, janin cacat.
o Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
o Adanya kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan

D. Tanda dan Gejala Abortus


1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mules atau kram perut didaerah atas simpisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.

E. Penatalaksanaan Abortus
1. Abortus iminens
a. Istirahatkan baring.
b. Observasi perdarahan.
c. Hindarkan koitus
d. Terapi hormone progeteron intramuscular atau dengan berbagai zat.
e. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2. Abortus insipient
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam
ovum, disusul dengan kerokan.
a. Jika usia kehamilan kurang darim 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
 Berikan ergomefrin 0,2/i.m (dapat di ulang setiap 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 mcg peroral (dapat di ulang setiap 4 jam bila perlu).
 Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu
 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
9
 Jika perlu, lakukan pemasangan infuse 20 unit oksitoksin dalam 500 ml cairan
intravena (Nacl atau RL dengan kecepatan 40 tts/mnt untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi).
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan. secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau miso prostol 400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
 Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
 Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu
segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah
kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila
janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia
mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.

10
F. Pencegahan Abortus
1. Usia ibu untuk hamil dan bersalin tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun.
2. Pentingnya untuk melakukan pemeriksaan dini sebelum hamil untuk mendeteksi adanya
masalah-masalah kesehatan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.
3. Kehamilan harus direncanakan, sudah siap secara emosional dan fisik untuk menjadi
orangtua.
4. Mengatur jarak kehamilan dan bersalin agar tidak terlalu dekat.
5. Pemeriksaan kehamilan secara teratur di polindes atau puskesmas.
6. Selama hamil trimester I atau hamil muda harus istirahat yang cukup, makan makanan yang
bergizi dan teratur, menghindari diri dari trauma fisik, pemeriksaan kehamilan secara teratur,
menghindari bahaya radiasi, tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas, tidak mengkonsumsi
bahan makanan/minuman yang mengandung bahan kimia, tidak merokok, minum kopi dan
minuman beralkohol.

11
SATUAN ACARA PENTULUHAN

MOLAHIDATIDOSA

MATA AJAR : MATERNITAS

POKOK PEMBAHASAN : MOLAHIDATIDOSA


WAKTU : 45 menit

HARI/TANGGAL : Selasa /12 September 2022

TEMPAT :

PELAKSANAAN :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang abortus, masyarakat khususnya ibu hamil bisa
mengerti dan memahami tentang molahidatidosa.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat
1. Masyarakat dapat menjelaskan tentang pengertian molahidatidosa
2. Masyarakat dapat menjelaskan penyebab molahidatidosa
3. Masyarakat dapat menjelaskan tanda dan gejala molahidatidosa
4. Masyarakat dapat menjelaskan komplikasi molahidatidosa
5. Masyarakat dapat menjelaskan pencegahan dan penatalaksanaan molahidatidosa

C. PROSES PENYULUHAN
N KEGIATAN
KEGIATAN SARAN WAKTU
O PENYULUHAN
Saran mendengarkan serta
1 Pembukaan 5 menit
memperhatikan para penyuluh
2 Ceramah/menyiapkan materi Sasaran mendengarkan, 15 menit
memperhatikan dan mengerti
tentang materi yang

12
disampaikan
Sasaran menanyakan tentang
3 Tanya jawab 15 menit
materi yang tidak dimengerti
Sasaran dapat menyebutkan isi
4 Penutupan dan evaluasi 10 menit
materi yang telah disampaikan

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstras
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power point
3. Infocus

13
MATERI PENYULUHAN
MOLAHIDATIDOSA

A. PENGERIAN
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan dengan sel – sel Throfoblas (sel – sel pada uri)
yang abnormal, dimana terjadi peresapan cairan berlebihan ke dalam jonjot - jonjot uri, sehingga
timbul gelembung-gelembung berisi cairan sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah
anggur.
Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian janin pada hari ke 13 – 21
(Sarwono, Path Kebid. 99, 342)

B. PENYEBAB MOLA HIDATIDOSA


Penyebab pasti belum ada. Namun ada factor tertentu yang menyebabkan Mola hidatidosa,
antara lain :
- Sosial ekonomi yang rendah
- Kekurangan protein
- Umur ibu kurang < 20 tahun
- Umur ibu > 35 tahun dengan sering melahirkan/punya anak banyak

C. GEJALA-GEJALA MOLA HIDATIDOSA


- Perut cepat membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan
- Tidak merasakan gerakan anak
- Muntah-muntah yang berlebihan dan lama
- Perdarahan pada hamil muda (1-2 bulan ), sedikit/banyak, keluar gelembung-
gelembung Mola Hidatidosa
- Terjadi pre eklampsia dan eklampsia ( tensi tinggi , bengkak-bengkak pada kaki ,
albumin dalam air seni
- Kadar HCG tinggi

D. BAHAYA DARI MOLA HIDATIDOSA


- Pendarahan yang hebat sampai syok, bahkan kematian
- Mola menembus dinding rahim (perforasi)
- Infeksi sampai sepsis (infeksi seluruh tubuh)

14
- Payah jantung
- 5,56% menjadi ganas, berlangsung 7 hari- 3tahun sesudah Mola.

E. PENANGANAN MOLA HIDATIDOSA


1. Perbaiki KU ibu dengan infuse, K/P transfuse
2. Pengeluaran jaringan Mola hidatidosa : dengan curet 2 kali , jarak curet ke 1 dan ke 2
kurang lebih 7-14 hari
Persiapan penderita
~ puasa sejak 6 jam sebelum curet
~ bila mulut rahim masih menutup pasang Laminaria stief 12 jam sebelum curet
~ pemasangan selang air kencing
~ pemberian infuse dengan oksitosin
~ sedia darah

Rencana pengobatan

~ Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi


~ Dilaksanakan kuretase
~ Durante kuretase drip oksitosin 20UI/500 cc cairan
3. Pengangkatan Rahim
Usia ibu > 35 tahun dan sering melahirkan/punya anak banyak
Ada tanda-tanda keganasan
4. Pengobatan Sistostatika
Usia > 35 tahun dan sering melahirkan anak banyak

Selama dirawat :
Ibu tirah baring , kurangi aktifitas agar tidak terjadi perdarahan
Makanan bergizi, untuk mempertinggi daya tahan tubuh

F. PEMERIKSAAN LANJUTAN

Pemeriksaan kadar Hcg dalam air seni selama 1-2 tahun. Dimulai 2 mg setelah curet ke
II , dengan jarak pemeriksaan 2 mg
Bila 2x pemeriksaan hasil HCG (-) dikatakan sembuh, namun tetap control:
~ untuk wanita yang sudah punya anak tetap control selama 2 tahun
~ untuk wanita yang belum punya tetap control selama 1 tahun
15
Selama 1-2 tahun penderita tidak boleh hamil
KB kondom, pil atau spiral
Makan dengan porsi banyak yang bergizi tinggi ( TKTP )
Selama hamil, makanan harus bergizi
Sebaiknya tidak hamil di usia < 20 tahun dan > 35 tahun
Periksa hamil sedini mungkin semenjak terlambat haid
Pemeriksaan hamil rutin dan ikuti petunjuk dari dokter dan petugas.

16
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KET

MATA AJAR : MATERNITAS

POKOK PEMBAHASAN : KET

WAKTU : 20 menit

HARI/TANGGAL : Selasa/12 September 2022

TEMPAT :

PELAKSANAAN :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui


dan memahami tentang kehamilan ektopik terganggu.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:

1. Mengetahui pengertian Kehamilan Ektopik Terganggu

2. Mengetahui penyebab Kehamilan Ektopik Terganggu

3. Mengetahui patologis Kehamilan Ektopik Terganggu

4. Mengetahui diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu

5. Mengetahui tanda dan gejala Kehamilan Ektopik Terganggu

6. Mengetahui penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu

7. Mengetahui komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu

17
C. PROSES PENYULUHAN
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Ceramah -
menit 2. Memperkenalkan diri Menjawa dan
3. Menjelaskan tujuan bsalam Tanya
penyuluhan dan pokok 2. Mendengarkan Jawab
materi yang akan dan
disampaikan memperhatikan
4. Menggali pengetahuan 3. Menjawab
keluarga pasien tentang pertanyaan
perawatan masa nifas

Penyajian 15 Menjelaskan materi: 1. Mendengarkan Ceramah LCD


menit 1. Pengertian Kehamilan dan dan
Ektopik Terganggu memperhatikan Tanya
2. Penyebab Kehamilan Jawab
Ektopik Terganggu
3. Patologis Kehamilan
Ektopik Terganggu
4. Diagnosis Kehamilan
Ektopik Terganggu
5. Tanda dan gejala
Kehamilan
EktopikTerganggu
6. Penanganan Kehamilan
Ektopik Terganggu
7. Komplikasi Kehamilan
Ektopik Terganggu
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Mengajukan Tanya
menit 2. Memberikan kesempatan pertanyaan Jawab
kepada peserta untuk 2. Menjawab

18
bertanya pertanyaan yang
3. Meminta peserta untuk diberikanoleh
menjelaskan penyuluh
kembali materi yang telah 3. Membalas
disampaikan dengan salam
singkat menggunakan

19
bahasa peserta sendiri
4. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
5. Menutup acara dan
mengucapkan salam

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstras
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power point
3. Infocus

20
MATERI PENYULUHAN
KET

A. PENGERTIAN
Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di
luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik.

B. PENYEBAB
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan dan Ilmu Kandungan
Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur
di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami
hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan
Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus
sehingga mengadakan implantasi di tuba:
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang. Terbentuk trofoblast
sebelum telur ada di cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen, tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada
endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan
ovum ke uterus lambat.
e. Infeksi alat genitalia intern khususnya tuba fallopi (infeksi STD, infeksi
21
asenden akibat IUD, chlamydia trachomatis menyebabkan penyempitan
tuba
f. Desakan luar tuba (kista ovarium, mioma, endometriosis yang
menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga terjadi penyempitan
lumen)
g. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang
dsb.
h. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba.
Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
i. Abortus buatan.

Kehamilan Ektopik Terganggu dapat terjadi di beberapa tempat, antara lain :


a. Tuba fallopi (ampulla tuba, isthmus tuba, interstisial tuba)
b. Kehamilan ektopik servikal
c. Kehamilan ovarial
d. Kehamilan abdominal
e. Kehamilan interstisial
C. PATOLOGI
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan Proses
implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan kemudian di reasorbsi.

D. DIAGNOSIS
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal

22
Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:
1. Tes kehamilan : Apa bila tes nya positip, itu dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan umum : Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada
perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Pada jenis
perdarahan tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
3. Anamnesis : Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang
terdapat gejala subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
4. Pemeriksaan ginekologi : Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan,
pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba,
maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping
uterusdengan batas yang sukar ditentukan.
5. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut.
6. Pemeriksaan kuldosentesis : Kuldosentesis adalah suatu cara
pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah,
cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
7. Pemeriksaan ultra sonografi : Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis
kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong
gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin.
8. Pemeriksaan laparoskopi : Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic
terakhir untuk kehamilan ektopik.
E. GEJALA

a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang
setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-
kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.
b. Adanya amenorea: amenorea biasanya muncul beberapa waktu sebelum
terjadi perdarahan.
c. Perdarahan: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna

23
hitam.
d. Shock karena hypovolemia.

e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)

f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.

g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.

h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena


perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada
kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam
rongga perut.
F. PENATALAKSANAAN ATAU PENANGANAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal
1. Diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
gawatdarurat.
2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l
dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :
 Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat
pengisap dan wadah penampung yang steril
 Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan
dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan
diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
 Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan
pada bagian tabung tetesan.
5. Tindakan dapat berupa :
 Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
24
mengandung hasil konsepsi.
 Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba
tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil
konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian
tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang
sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya
pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.

G. KOMPLIKASI POTENSIAL
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau
abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding
tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan
berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan
hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang
dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul

25
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PLASENTA PREVIA

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : PLASENTA PREVIA
WAKTU : 45 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang Plasenta Previa, masyarakat khususnya
ibu hamil bisa mengerti dan memahami tentang penyakit plasenta previa.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat:
1. Masyarakat dapat menjelaskan tentang pengertian Plasenta Previa
2. Masyarakat dapat menjelaskan penyebab Plasenta Previa
3. Masyarakat dapat menjelaskan tanda dan gejala Plasenta Previa
4. Masyarakat dapat menjelaskan komplikasi Plasenta Previa
5. Masyamkatdapat menjelaskan pencegahan dan penatalaksanaan Plasenta Previa

C. PROSES PENYULUHAN
N KEGIATAN
KEGIATAN SARAN WAKTU
O PENYULUHAN
Saran mendengarkan serta
1 Pembukaan 5 menit
memperhatikan para penyuluh
2 Ceramah/menyiapkan materi Sasaran mendengarkan, 15 menit
memperhatikan dan mengerti

26
tentang materi yang
disampaikan
Sasaran menanyakan tentang
3 Tanya jawab 15 menit
materi yang tidak dimengerti
Sasaran dapat menyebutkan isi
4 Penutupan dan evaluasi 10 menit
materi yang telah disampaikan

D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

27
MATERI PENYULUHAN PLASENTA PREVIA

A. PENGERTIAN
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim. (Cunningham, 2006).
Plasenta Previa adalah plasenta berimplantasi, baik parsial atau total pada
sekmen bawah uteri dan terletak di bawah (previa) bagan presents bawah jarin
(Lewellyn, 2001)
Plasenta previa plasenta yang letaknya apnomal, pada sekme uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pada jalanlahir (Mansjoer, 2001).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (FKUI, 2000).

B. ETIOLOGI
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti, namun bermacam
macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologi.Faktor-faktor yang
dapat meningkatkan kejadian plasenta previa :

a. Umur penderita
- Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
- Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
b. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
c. Endometrium yang cacat
- Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
- Bekas operasi, bekas kuretase atau plasentamanual.

28
- Pertumbuhan tumor endometrium seperti pada mioma uteri atau polip
endometrium.
- Gestasi ganda.
- Endometriosis puerperal
d. Hipoplasia endometrium
Bila kawin dan hamil pada umur muda. Menurut Manuaba (2003), penyebab
terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup:

a. Perdarahan (hemorrhaging).

b. Usia lebih dari 35 tahun.

c. Multiparitas.

d. Pengobatan infertilitas.

e. Multiple gestation.

f. Erythroblastosis.

g. Riwayat operasi pembedahan uterus sebelumnya.

h. Keguguran berulang.

i. Status sosial ekonomi yang rendah.

j. Jarak antar kehamilan yang pendek.

k. Merokok.

Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas cesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim
(radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan
rahim.

Sedangkan menurut Kloosterman(1973), Plasenta bertumbuh pada segmen


bawah uterus tidak selalu dapat dengan jelas diterangkan Vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atropi akibat persalinan yang lalu dapat menyebabkan
plasenta previa, tidak selalu benar. Memang apabila aliran darah ke plasenta tidak
29
cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi
pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur
lebih 35 tahun kim-kira 10 kali lebih senng dibandingkan dengan primigravida
yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih
dari 30 tahun kira kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur
kurang dari 25 tahun.

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:

a. Melebarnya pertumbuhan plasenta :

1) Kehamilan kembar (gamelli).

2) Tumbuh kembang plasenta tipis.

b. Kurang suburnya endometrium:

1) Malnutrisi ibu hamil.

2) Melebarnya plasenta karena gamelli.

3) Bekas seksio sesarea.

4) Sering dijumpai pada grandemultipara.

c. Terlambat implantasi :

1) Endometrium fundus kurang subur.

2) Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang


siap untuk nidasi.

D. PATOFISIOLOGI
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus Kading kadang
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal

30
ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak
merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat
tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga
menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya
perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri, akan
membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan dengan
ostimintenum. Plaseta yang letaknya demikian akan diam di tempatnya sehingga
terjadi plasenta previa.
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tettekannya plasenta (apabila
plasenta tumbuh di segmen bawah rahim). Pelebaran pada segmen bawah uterus
dan pembukaan serviks akan menyebabkan bagian plasenta yang di atas atau
dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus. Segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan pada trimester III. Perdarahan tidak dapat dihindari
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti
pada plasenta letak normal. (Doengoes, 2000).

E. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu :
1. Placenta previa totalis
Bila plasenta menutupi ostium internum servisis seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal
spontan biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Placenta previa partialis
Bila hanya sebagian separuh plasenta yang menutupi ostium internum
pembukaan jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan
biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
3. Placenta previa marginalis Bisa
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. dilahirkan per-
vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
31
4. Low-lying placenta
(Plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous
placenta). Yaitu posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan tetap
ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman,
asal hati-hati.

Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi


serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk
mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan
ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan
hebat.

F. TANDA DAN GEJALA


Menurut FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa di antaranya adalah:

a. Pendarahan tanpa sebab dan tanpa rasa nyeri dari biasanya serta berulang
b. Darah biasanya berwarna merah segar.
c. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
d. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
e. Pendarahan pertama (fire bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya biasanya lebih banyak.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1996):

Gejala Utama:(reccurent bleeding)

Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang


berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik:

1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan

32
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.

2. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.

3. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

4. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.

5. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya


perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada
mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah kamkteristik dari placenta previa.
Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan
kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.

Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari


placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada
dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan ke dalam vagina
namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari
placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu.
Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan
fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.

Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam


(yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdamhan
tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya
perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan
33
hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta
dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika
didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka
pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak
boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.

G. KOMPLIKASI

1. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dan dinding rahim.


2. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
3. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
4. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu).
5. Kecacatan pada bayi.

Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari


adanya plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Pada ibu dapat terjadi:
1) Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
2) Anemia karena perdarahan.
3) Plasentitis
4) Endometritis pasca persalinan
b. Pada janin dapat terjadi:
1) Persalinan premature.
2) Asfiksia berat.
H. PROGNOSIS

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat


menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor
resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah
menjalani seksio sebelumnya, kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan

34
dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena
DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas kesakitan ibu
dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran
kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan
amnion (Hanafiah, 2004).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan


pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang
kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta
previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa
(Hanafiah, 2004).

I. PEMERIKSAAAN PENUNJANG DAN LABORATORIUM

a. USG: biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan
teknik operasi yang akan dilakukan.

b. Kardiotokografi (KTG): dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.

c. Laboratorium darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah
sewaktu.

d. Sinar X: Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian


bagian tubuh janin.

e. Pengkajian vaginal: Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi


seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda
(double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran
secara cesar.

f. Isotop Scanning: Atau lokasi penempatan placenta.


35
g. Amniocentesis: Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin/ spingomyelin
[LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan
operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature,

36
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SOLUSIO PLASENTA

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : SOLOSIO PLASENTA
WAKTU : 20 menit
HARI TANGGAL :Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti kegiatan punyuluhan selama 30 menit diharapkan setiap
ibu hamil dan keluarga dapat mengerti dan mengetahui tentang solusio plasenta.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan punyuluhan selama 30 menit diharapkan ibu-ibu hamil
dan keluarga mengetahui:
a. Pengertian solusio plasenta
b. Etiologi solusio plasenta
c. Manifestasi klinik solutio plasenta
d. Pencegahan
e. Penanganan

C. PROSES PENYULUHAN

No Waktu Penyuluhan Kegiatan Peserta


.
1. 3 Menit Pembukaan: Menjawab salam
1. Salam dan perkenalan Mendengarkan

37
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Memperhatikan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan.
2. 15 Menit Pelaksanaan: Menyimak dan
Memperhatikan
Menjelaskan materi penyuluhan secara
berurutan dan teratur. Materi:
- Pengertian solusio plasenta
- Etiologi solusio placenta
-Manifestasi klinik solutio placenta
- Pencegahan
- Penanganan
3. 10 Menit Evaluasi: Merespon dan
menjawab
1. Memberikan kesempatan pada
sasaran untuk bertanya.
2. Menjawab pertanyaan dari sasaran
3. Memberikan pertanyaan pada
sasaran sesuai tujuan penyuluhan
4. 2 Menit Penutup: Menjawab salam
1. Mengucapkan terima kasih
2. Mengucapkan salam

D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

38
MATERI PENYULUHAN SOLUSIO PLASENTA

A. PENGERTIAN
Solusio placenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada sebelum waktunya
yakni antara minggu 20 dan lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas setelah
bayi lahir.

B. ETIOLOGI
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau
menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko, yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatnya usia dan paritas
b. Preeklampsia
c. Hipertensi kronik
d. Ketuban pecah dini
e. Kehamilan ganda
f. Hidroamnion
g. Wanita perokok
h. Trombofilia
i. Penggunaan kokain
J. Riwayat solusio plasenta
k. Mioma dibelakang plasenta
i. Trauma abdomen dalam kehamilan

C. MANIFESTASI KLINIK
a. Kelas 0: asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma
atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal
juga dimasukkan dalam kategori ini.

39
b. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu: rupture sinus marginalis atau terlepasnya
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit
sekali bahkan tidak ada, perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,
tekanan darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada koagulopati, dan
tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
c. Kelas II: gejala klinik sedang dan terdapat hampir 2796 kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari
seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
Gejala perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, perut
mendadak sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih
banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba terus-menerus dan nyeri
tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup
bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop
ultrasonic, terdapat fetal distress, dan hipofibrinogenemi (150-250% mg/dl).
d. Kelas III: gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.
Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya,
terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah
meninggal.
Gejala: ibu telah masuk dalam keadaan syok, dan kemungkinan janin telah
meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan
pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, perdarahan
pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (< 150
mg/dl).

D. PENCEGAHAN

40
a. Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan
narkotika dan psikotropika selama kehamilan.
b. Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya
kehamilan dan secara teratur selama masa kehamilan.
c. Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio
plasenta.

E. PENANGANAN

a. Solusio placenta ringan


Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu dan perdarahan kemudian
berhenti, perut tidak menjadi nyeri, dna uterus tidak tegang, maka penderita
harus diobservasi dengan ketat. Apabila perdarahan berlangsung terus dan
gejala solusio plasenta bertambah jelas atau dengan pemeriksaan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas maka dilakukan terminasi kehamilan
b. Solusio placenta sedang dan berat
Dilakukan perbaikan keadaan umum terlebih dahulu dengan resusitasi
cairan dan transfusi darah. Bila janin masih hidup biasanya dalam keadaan
gawat janin, dilakukan seksio sesarea, kecuali bila pembukaan telah lengkap.
Pada keadaan ini dilakukan amniotomi, drip oksitosin, dan bayi dilahirkan
dengan ekstraksi forcep. Apabila janin telah mati dilakukan persalinan
pervaginam dengan cara melakukan amniotomi, drip oksitosin. Bila bayi belum
lahir dalam waktu 6 jam. dilakukan tindakan seksio sesarea.
c. Sectio caesarea
Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin
hampir selalu berarti seksio sesarea. Kayani dkk. (2003) meneliti hubungan
antara cepatnya persalinan dan prognosis janinnya pada 33 wanita hamil
dengan gejala klinis berupa solusio plasenta dan bradikardi janin. 22 bayi
secara neurologis dapat selamat, 15 bayi dilahirkan dalam waktu 20 menit
setelah keputusan akan dilakukan operasi. 11 bayi meninggal atau berkembang
menjadi Cerebral Palsy. 8 bayi dilahirkan di bawah 20 menit setelah
pertimbangan waktu, sehingga cepatnya respons adalah faktor yang penting
41
bagi prognosis bayi ke depannya. Seksio sesarea pada saat ini besar
kemungkinan dapat membahayakan ibu karena mengalami hipovolemia berat
dan koagulopati konsumtif yang parah.
d. Persalinan pervaginam
Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parah sehingga menyebabkan
janin meninggal, lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif, atau terdapat penyulit obstetri yang
menghambat persalinan pervaginam. Defek koagulasi berat kemungkinan besar
dapat menimbulkan kesulitan pada seksio sesarea. Insisi abdomen dan uterus
rentan terhadap perdarahan hebat apabila koagulasi terganggu. Dengan
demikian, pada persalinan pervaginam, stimulasi miometrium secara
farmakologis atau dengan massage uterus akan menyebabkan pembuluh-
pembuluh darah berkontraksi sehingga perdarahan serius dapat dihindari
walaupun defek koagulasinya masih ada. Lebih lanjut, perdarahan yang sudah
terjadi akan dikeluarkan melalui vagina.
e. Amniotomi
Pemecahan selaput ketuban sedini mungkin telah lama dianggap penting
dalam penatalaksanaan solusio plasenta. Alasan dilakukannya amniotomi ini
adalah bahwa keluarnya cairan amnion dapat mengurangi perdarahan dari
tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin
faktor-faktor pembekuan aktif dari bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi ibu.
Namun, tidak ada bukti keduanya tercapai dengan amniotomi. Apabila janin
sudah cukup matur, pemecahan selaput ketuban dengan mempercepat
persalinan. Apabila janin imatur, ketuban yang utuh mungkin lebih efisien
untuk mendorong pembukaan serviks daripada tekanan yang ditimbulkan
bagian tubuh janin yang berukuran kecil dan kurang menekan serviks.
f. Oksitosin
Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi
hipertonisitas yang mencirikan kerja miometrium, apabila tidak terjadi
kontraksi uterus yang ritmik, pasien diberi oksitosin dengan dosis standar.
Stimulasi uterus untuk menimbulkan persalinan pervaginam memberikan
42
manfaat yang lebih besar daripada risiko yang didapat. Pemakaian oksitosin
pernah dipertanyakan berdasarkan anggapan bahwa tindakan ini dapat
meningkatkan masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu sehingga
memacu atau memperparah kaogulopati konsumtif atau sindroma emboli
cairan amnion.

43
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
WAKTU : 20 menit
HARI TANGGAL :Senin / 12 September 2022
TEMPAT : Ruangan 29
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien di ruang 29
dapat lebih mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS)

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan keluarga pasien:
a. Mengetahui definisi penyakit menular seksual (PMS)...
b. Mengetahui dan memahami penyebab penyakit menular seksual (PMS).
c. Mengetahui dan memahami pencetus penyakit menular seksual (PMS).
d. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala penyakit menular seksual (PMS).
e. Mengetahui dan memahami pencegahan penyakit menular seksual (PMS).
f. Mengetahui cara penanganan penyakit menular seksual (PMS).

C. PROSES PENYULUHAN
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audien
.
1. Pembukaan 5 Menit -Mengucap salam -Menjawab salam
-Memperkenalkan diri -Mendengarkan &
44
memperhatikan
-Menyampaikan maksud dan
tujuan, judul, kontrak waktu -Mendengarkan dan
dan aturan, serta menggali menjelaskan
pengetahuan keluarga

2. Isi 20 Menit 1. Menjelaskan: -Memperhatikan dan


mendengarkan
→Pengertian penyakit menular
seksual (PMS). -Menjawab
pertanyaan
-Penyebab penyakit menular
seksual(PMS). - Menjawab
pertanyaan
- Memberi pertanyaan kepada
audien. tentang pengertian - Memperhatikan dan
penyakit menular seksual mendengarkan
(PMS) Memberi pertanyaan
- Menjawab
kepada audien tentang
pertanyaan
penyakit menular seksual
(PMS). - Menjawab
pertanyaan
Menjelaskan:
- Memperhatikan dan
-Pencetus penyakit menular
mendengarkan
seksual (PMS)
- Menjawab
-Tanda dan Gejala penyakit
pertanyaan
menular seksual (PMS).
- Mendengar
-Memberi pertanyaan kepada
audien tentang pencetus - Memberikan timbal
penyakit menular seksual balik
(PMS).
Memberi pertanyaan kepada
audien tentang tanda dan
gejala penyakit menular
seksual (PMS).
Menjelaskan:
Pencegahan penyakit menular
seksual (PMS).
2. Evaluasi:
-Memberi pertanyaan kepada
audien tentang pencegahan
penyakit menular seksual
45
(PMS).
-Menjawab pertanyaan dari
peserta
-Memberi kesempatan pada
peserta menanggapi jawaban
dari pemateri

5. Penutup 5 Menit - Mengevaluasi pengetahuan - Mendengarkan dan


peserta menjawab
- Kesimpulan - Mendengarkan
- Meminta maaf - Memaafkan
- Mengucap salam - Menjawab salam
- Membagikan leflet

D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

46
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

A. PENGERTIAN
PMS adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui
hubungan seksual
PMS dapat mengakibatkan:
a. Kemandulan
b. Kematian karena infeksi
c. Nyeri yang menetap di perut bagian bawah
d. Kanker serviks (mulut rahim)

B. TANDA-TANDA PMS
Adapun tanda-tanda pada wanita:
a. Cairan yang tidak abnormal dari vagina.
b. Rasa sakit di perut bagian bawah.
c. Benjolan di alat genital

C. CARA MENGETAHUI RESIKO TERKENA PMS


Meskipun tidak memperhatikan tanda-tanda mungkin, mempunyai resiko PMS
bila:
a. Suami memperlihatkan tanda-tanda PMS
b. Pasangan tidak setia
e. Suami tinggal dari rumah atau istri percaya suami tidak setia.

D. JENIS-JENIS PMS
a. Gonorhoe/chalamidya
Keduanya merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan infeksi berat dan
kemandulan pada pria dan wanita.
Tanda-tanda gonorhoe dan chalamidya pada wanita:

47
 Cairan kuning atau hijau dari vagina atau uterus.
 Rasa panas atau nyeri bila buang air kecil.
 Cairan kuning atau hijau dari vagina atau uterus
 . Demam
 Rasa nyeri / berdarah sewaktu berhubungan seksual.

Tanda-tanda pada pria

 Cairan keluar dari penis


 Rasa panas/ nyeri buang air kecil
 Rasa panas / bengkak pada buah pelir

b. Warts

Warts adalah jaringan tumbuh pada kulit di kemaluan disebabkan oleh virus. tanda-
tandanya:

 Gatal-gatal
 Benjolan kecil, tidak sakit, keputih-putihan/kecoklatan yang kadang kadang
dengan permukaan kasar.

Pengobatan :

Bila istri yang terkena, suami sebaiknya memakai kondom sampai kedua belah pihak
bebas dari warts.

Pengobatannya:

 Oleskan minyak salep di kulit yang tumbuh warts


 Dengan tusuk gigi, oleskan Bicholorecetid Acid (BCA) di sekitar tumbuh warts
 Melakukan pemeriksaan PAP SMEAR setiap 1-2 tahun.

c. Syphilis

Adalah suatu penyakit menular seksual yang berat yang mempunyai efek di seluruh
tubuh dan biasanya berlangsung sampai bertahun-tahun. Penyebabnya adalah bakteri.
Tanda-tanda :

48
 Ulkus kecil yang tidak sakit yang menyerupai jerawat, lecet, benjolan, yang dalam
dan basah/ulkus terbuka.
 Beberapa minggu/bulan kemudian akan mengalami radang tenggorokan, demam
timbul kelainan kulit. Semua tanda akan hilang dengan sendirinya tetapi penyakit
masih ada tanpa pengobatan dapat mengakibatkan cacat jantung, kelumpuhan,
penyakit jiwa dan kematian.

d. Herpes genetalia

Adalah jenis PMS yang disebabkan oleh virus dapat menyerang di alat
genitalis/mulut rahim. Tanda-tanda :

 Rasa gatal, rasa panas di mulut genitalia/paha.


 Luka lecet kecil di kemaluan membentuk ulkus (luka) terbuka dan sakit didalam
kemaluan.

Tidak ada obat menyembuhkan penyakit herpes, untuk tidak mengganggu maka hal yang
dapat membantu untuk meringankannya adalah :

 Letakkan es diatas ulkus.


 Buat kompres dengan cara merendam di air dingin yang bersih. Duduk dan
rendam bokong di air dingin yang bersih.
 Campur air bersih dengan baking soda/tepung kanji sehingga berbentuk kental
kemudian di atas ulkus. Penting:
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah menyentuh ulkus. Hati-hati
jangan menyentuh ulkus.
 Coba hindari hubungan seksual sewaktu mengalami ulkus herpes.

e. Chanroid

Adalah jenis PMS yang disebabkan bakteri. Tanda-tanda :

 Satu/lebih ulkus yang lunak dengansakit di alat genitalia dan anus sering
berdarah.
 Kelenjar limpa dipangkal paha mungkin membesar.
 Demam ringan.
49
f. HIV/Aids
Adalah suatu penyakit PMS yang disebabkan oleh virus di sebut dengan HIV
Human Immunodeficiency Virus. Virus tersebar dalam darah, cairan vagina atau
cairan semen pada laki-laki. Obat untuk AIDS belum ada. Bila mungkin resiko tinggi
terkena HIV/AIDS.
Untuk melindungi :

 Setia pada pasangan.


 Gunakan kondom setiap melakukan hubungan seksual.
 Hindari pemakaian jarum suntik yang bergantian.

50
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ADNEKSITIS

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : ADNEKSITIS
WAKTU : 30 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti kegiatan punyuluhan selama 30 menit diharapkan setiap
ibu hamil dan keluarga dapat mengerti dan mengetahui tentang adneksitis.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan punyuluhan selama 30 menit diharapkan ibu-ibu hamil
dan keluarga mengetahui:
a. Pengertian adneksitis
b. Etiologi adneksitis
c. Jenis adneksitis
d. Tanda dan gejala
e. Komplikasi
f. Pencegahan

C. PROSES PENYULUHAN
No Waktu Penyuluhan Kegiatan Peserta
.

1. 3 Menit Pembukaan: Menjawab salam

1. Salam dan perkenalan Mendengarkan

2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Memperhatikan

51
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan.

2. 15 Menit Pelaksanaan: Menyimak dan


Memperhatikan
Menjelaskan materi penyuluhan secara
berurutan dan teratur. Materi:

- Pengertian adneksitis

- Etiologi adneksitis

- Jenis adneksitis

- Tanda dan Gejala

- Komplikasi

- Pencegahan

3. 10 Menit Evaluasi: Merespon dan


menjawab
1. Memberikan kesempatan pada
sasaran untuk bertanya.

2. Menjawab pertanyaan dari sasaran

3. Memberikan pertanyaan pada


sasaran sesuai tujuan penyuluhan

4. 2 Menit Penutup: Menjawab salam

1. Mengucapkan terima kasih

2. Mengucapkan salam

D. METODA
1. Ceramah
52
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

53
MATERI PENYULUHAN
ADNEKSITIS

A. PENGERTIAN
Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita, timbulnya
rasa nyeri pada daerah panggul wanita yang berada pada daerah tuba falopi
sampai ovarium. Rasa nyeri tersebut timbul karena disebabkan oleh bakteri yang
mengakibatkan peradangan di struktur tuba fallopi dan sekitarnya, bahkan sampai
ovarium (indung telur).

B. ETIOLOGI
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi
puerperal dan postpartum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.
Selanjutnya bisa timbul radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan,
laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak
jauh seperti appendiks.
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar
dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan
oleh:
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya
kuman-kuman.
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini
adalah Baktery Gonorrhea dan Bakteri Chalmydia.
C. JENIS ANEKSITIS
Penyakit adnexitis atau salpingo ooporitis terbagi atas:

1. Salpingo ooporitis akuta Salpingo coponitis akuta yang disebabkan oleh


gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroc ada
kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang
54
menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba
menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan
bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari
sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi
puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti
kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus
(aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-
lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah
atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic.
Disini timbul salpingitis interstitial akuta; mesosalping dan dinding tuba
menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal.
Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana
radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan
lumen tuba (Sarwono, 2007).

2. Salpingo ooporitis kronika


Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat
retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan
bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk
keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping
follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding
tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.
b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding
tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan
dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding
tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan
nanah sedikit di tengah tengah jaringan otot.
c. Salpingitis interstisialis kronika

55
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak
fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-
tengah jaringan seperti ovarium, uterus, dan usus.
d. Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium,
sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.
Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri dari stadium akut dapat
memasuki stadium menahun.
e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis
genetalis. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 289.2007).
D. TANDA DAN GEJALA

Gambaran klinik adnexitis akut ialah:


1. Demam
2. Leukositosis
3. Rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus. Penyakit tersebut tidak jarang
dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai
pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan.
4. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada
pielitis.
5. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire
tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang
nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).
E. Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:

1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium

2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan

3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan


adneksitis akuta.

56
Gejalanya adalah nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada
lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai
organ-organ dalam panggul reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran
kencing dan daerah vagina. Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa
appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang
terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac
Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak
meluas perbedaan menjadi kurang jelas (Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal
288.2007).

F. PENCEGAHAN
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia merupakan faktor predisposisi infeksi nifas.
Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya
ketuban dan terjadi infeksi.
b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita
infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang digunakan
harus bersih dari hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah
perdarahan. Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir,
cegah terjadinya persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma
sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat,
pengunjung pada hari pertama dibatasi dan semua alat yang berhubungan
dengan genitalia harus suci hama.

57
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KISTA OVARIUM

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : KISTA OVARIUM
WAKTU : 35 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan ibu bisa mengerti tentang penyakit
Kista Ovarium.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat:
1. Mengetahui pengertian tentang Kista Ovarium
2. Mengetahui dan memahami tentang penyebab terjadinya Kista Ovarium
3. Mengetahui gejala-gejala yang timbul pada Kista Ovarium
4. Mengetahui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita Kista
Ovarium
5. Mengetahui pengobatan yang diberikan pada penderita Kista Ovarium
6. Mengetahui dan mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada Kista
Ovarium

C. PROSES PENTYLUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
.

1. 5 Menit PEMBUKAAN - Menjawab salam


-Membuka kegiatan dengan - Mendengarkan
mengucap salam
58
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan

- Menyampaikan tujuan - Memperhatikan


penyuluhan
- Menyebutkan materi yang akan
disampaikan

2. 15 Menit PELAKSANAAN Memperhatikan


- Menyampaikan materi tentang : Memberi kesempatan bertanya
a. Pengertian Kista Ovarium
b. Penyebab terjadinya Kista
Ovarium
c. Gejala Kista Ovarium
d. Macam-macam pemeriksaan
pada Kista Ovarium
e. Pengobatan yang diberikan
pada Kista Ovarium

3. 10 menit EVALUASI Bertanya dan menjawab


pertanyaan
Membuka kesempatan diskusi

4. 5 Menit Menyampaikan terima kasih atas Memperhatikan


kerjasamanya
Menjawab salam
Mengucapkan salam penutup

D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

59
MATERI PENYULUHAN
KISTA OVARIUM

A. PENGERTIAN
Ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan
atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah
rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ovarium
adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk,
dkk. 2005)

B. MACAM-MACAM KISTA OVARIUM


Kista ovarium dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Kista Folikuler:
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada di
dalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir di dalam ovarium.
b. Kista Korpus Luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista
fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi
perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang
terkadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan biasanya
timbul rasa sakit yang berat di rongga panggul.
c. Kista Teka Lutein
Kista jenis ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan
terjadinya kehamilan di luar kandungan (ektopik pregnansi). Kista ini akan
hilang sendiri tanpa pengobatan atau tindakan begitu kehamilan diluar
kandungan dikeluarkan

60
d. Polikistik kista Kista jenis ini banyak yang mengandung cairan jernih.
Bisa timbul di kedua ovarium kiri dan kanan, berhubungan dengan
gangguan hormon dan gangguan menstruasi. Wanita yang mengandung
polikistik dapat diketahui antara lain:
1. Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomennorhea)
2. Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea)
3. Tidak terjadi ovulasi
4. Mandul
5. Berjerawat

C. KISTA OVARIUM DAN KEHAMILAN


Kista ovarium dapat menjadi komplikasi serius selama kehamilan. Kista
adalah kantung yang tumbuh di dalam rahim. Kehamilan dengan kista ovarium
jarang dijumpai. Pada kehamilan yang disertai kistoma ovarii seolah-olah terjadi
perebutan ruangan, dimana kehamilan makin membesar.

Oleh karena itu, kehamilan dengan kista dilakukan operasi untuk


mengangkat kista tersebut pada umur hamil 16 minggu. Bahaya melangsungkan
kehamilan bersamaan dengan kista ovarium adalah dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim.
Pada kedudukan kista dipelvis minor, persalinan dapat terganggu dan memerlukan
penyelesaian dengan jalan operasi seksio sesarca. Pada kedudukan kista ovarii di
daerah fundus uteri, persalinan dapat berlangsung normal, tetapi bahaya
postpartum mungkin terjadi torsi kista, infeksi sampai abses. Oleh karena itu,
segera setelah persalinan normal bila diketahui terdapat kista ovarii dilakukan
laparotomi untuk mengangkat kista tersebut.

Kista ovarium dapat tumbuh di dalam indung telur yang merupakan


tempat yang paling banyak ditumbuhi tumor. Tumornya berupa kistik, padat,
kecil/besar dan berpengaruh pada mekanisme kerja hormon. Tumor jenis ini bisa
jinak atau ganas. Kista ovarium dapat tumbuh besar dan menghambat
pertumbuhan janin. Akibatnya, akan terjadi abortus/bayi lahir prematur. Pada
kasus ini, jika kondisi ibu baik, dokter akan mempertahankan kehamilan dengan
61
cara melakukan tindakan pemeriksaan dan perawatan secara intensif. Umumnya,
proses persalinan dilakukan dengan tindakan operasi. Dokter akan mengangkat
kista setelah persalinan selesai. Sebaliknya, jika kondisi ibu dan janin buruk,
beberapa dokter tidak akan mempertahankan kehamilan untuk menyelamatkan
kondisi sang ibu.

D. PENYEBAB KISTA OVARIUM


Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita
yang biasanya memiliki:
1. riwayat kista ovarium terdahulu
2. siklus haid tidak teratur
3. perut buncit
4. menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. sulit hamil
6. penderita hipotiroid
7. penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)
E. GEJALA KISTA OVARIUM
Kanker Ovarium sebagian besar berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan
sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Bila gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik pada stadium awal dapat berupa ganguan haid. Jika tumor
sudah menekan rectum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut) penyebaran ke omentum (lemak perut), dan
organ-organ didalam rongga perut lainya seperti usus-usus dan hati seperti perut
membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan
buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa
sesak nafas.
62
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,
radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang mungkin
muncul bila mempunyai kista ovarium:
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandungan kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke panggung
paha
e. Nyeri senggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah
F. PENCEGAHAN KISTA OVARIUM
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari
penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit
ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan
komplikasi yang minimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
1. Pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran
ovarium lainnya
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi
aliran darah
3. Pemeriksaan petanda tumor (tumor marker)
4. Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu

63
Pemeriksaan tersebut diatas sangat dianjurkan terutama terhadap wanita yang
mempunyai resiko akan terjadi kanker ovarium, yaitu:
1. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat
2. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
3. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
4. Wanita penderita kanker payudara atau kolon

G. PENATALAKSANAAN
Pendekatan, jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi
teratur dan tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak
memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan
secara periodic untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga
menjadi pilihan bagi wanita pascamenopouse jika kista berisi cairan dan diameternya
kurang dari 5 cm.

64
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUMOR OVARIUM

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : TUMOR OVARIUM
WAKTU : 30 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit diharapkan Ny.I mampu
memahami konsep penyakit tumor ovarium.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit diharapkan Ny I mampu
memahami dan menjelaskan :
1. Pengertian tumor ovarium
2. Klasifikasi tumor ovarium
3. Etiologi tumor ovarium
4. Manifestasi klinis tumor ovarium
5. Penatalaksanaan tumor ovarium
6. Komplikasi tumor ovarium

C. PROSES PENTYLUHAN
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audien
.

1. Pembukaan 5 Menit -Mengucap salam -Menjawab salam


65
-Memperkenalkan diri -Mendengarkan &
memperhatikan
-Menyampaikan maksud dan
tujuan, judul, kontrak waktu -Mendengarkan dan
dan aturan, serta menggali menjelaskan
pengetahuan keluarga

2. Isi 20 Menit 1. Menjelaskan: -Memperhatikan dan


mendengarkan
-Pengertian Tumor Ovarium
-Menjawab
- Etiologi Tumor Ovarium
pertanyaan
- Manifestasi klinis
- Menjawab
- Penatalaksanaan pertanyaan
- Komplikasi - Memperhatikan dan
mendengarkan
- Memberi pertanyaan kepada
audien. tentang pengertian - Menjawab
tumor ovarium pertanyaan
-Memberi pertanyaan kepada - Menjawab
audien tentang penyakit tumor pertanyaan
ovarium
- Memperhatikan dan
-Tanda dan Gejala penyakit mendengarkan
menular seksual (PMS).
- Menjawab
-Memberi pertanyaan kepada pertanyaan
audien tentang pencetus
- Mendengar
penyakit menular seksual
(PMS). - Memberikan timbal
balik
Memberi pertanyaan kepada
audien tentang tanda dan
gejala penyakit menular
seksual (PMS).
Menjelaskan:
Pencegahan penyakit menular
seksual (PMS).
2. Evaluasi:
-Memberi pertanyaan kepada
audien tentang pencegahan
penyakit menular seksual
66
(PMS).
-Menjawab pertanyaan dari
peserta
-Memberi kesempatan pada
peserta menanggapi jawaban
dari pemateri

3. Penutup 5 Menit - Mengevaluasi pengetahuan - Mendengarkan dan


peserta menjawab
- Kesimpulan - Mendengarkan
- Meminta maaf - Memaafkan
- Mengucap salam - Menjawab salam
- Membagikan leflet

D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

67
MATERI PENYULUHAN
TUMOR OVARIUM

A. PENGERTIAN
Tumor ovarium merupakan suatu neoplasma yang dijumpai pada system
genetalia perempuan, Tumor ovarium dikategorikan menjadi tumor jinak,
boederline, dan tumor ganas (Resti, 2013).
Tumor adalah pertumbuhan sel atau jaringan tubuh yang terus menerus
dan tidak terkendali tanpa mempunyai fisiologis. Tumor ovarium. merupakan
kelainan yang terbanyak dalam bidang ginekologi, sebagian besar merupakan lesi
yang bersifat kistik, dengan insidens pada populasi berkisar 5- 15%. Kasus tumor
jinak ovarium merupakan kasus yang terbanyak, mencapai sepertiga kasus
ginekologi setiap tahunnya. Tumor ovarium biasanya berkembang tanpa gejala
sehingga baru ditemukan saat pemeriksaan ginekologi rutin atau dari pemeriksaan
ultrasonografi oleh karena indikasi lain (Stany dkk., 2011).

B. ETIOLOGI
Tumor ovarium merupakan suatu neoplasma yang dijumpai pada system
genetalia perempuan, Tumor ovarium dikategorikan menjadi tumor jinak,
boederline, dan tumor ganas (Resti, 2013).
Tumor adalah pertumbuhan sel atau jaringan tubuh yang terus menerus
dan tidak terkendali tanpa mempunyai fisiologis. Tumor ovarium. merupakan
kelainan yang terbanyak dalam bidang ginekologi, sebagian besar merupakan lesi
yang bersifat kistik, dengan insidens pada populasi berkisar 5- 15%. Kasus tumor
jinak ovarium merupakan kasus yang terbanyak, mencapai sepertiga kasus
ginekologi setiap tahunnya. Tumor ovarium biasanya berkembang tanpa gejala
sehingga baru ditemukan saat pemeriksaan ginekologi rutin atau dari pemeriksaan
ultrasonografi oleh karena indikasi lain (Stany dkk., 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS
68
Menurut Elisabeth (2018), banyak tumor ovarium tidak menunjukkan
gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa
menyebabkan :

a. Pembenjolan perut

b. Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan
bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa
penuh di perut.

c. Gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekan pada kandung kemih
sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering
d. Konstipasi
e. Bedah (Operasi)
D. PENATALAKSANAAN
a. Pre-operative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur. Traktus
intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien dibawa
keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja
pada kandung kemih atau traktus intestinal.
b. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen.
diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk
mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose. tingkatkan sirkulasi
dengan latihan tungkai dan menggunakan stoking.
E. KOMPLIKASI
a. Infeksi
b. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ
dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari histerektomi
radikal adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang
terjadi, karena ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari
peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada

69
ruang retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu
meminimalkan infeksi.
c. Kerusakan Kandung Kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk
memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang
avaskular yang tepat.

d. Penyempitan Vagina
Penyempitan vagina disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang
berlebihan. Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit, Komplikasi ini memerlukan insisi lateral dan packing
atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.

70
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KANKER SERVIKS

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : KANKER SERVIKS
WAKTU : 45 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mngerti dan
mamahami tentang kanker serviks.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan masyarakat mengetahui dan mampu:
1.Mengerti dan memahami tentang pengertian kanker serviks.
2.Mengerti tentang penyebab kanker serviks.
3.Mengerti tentang deteksi dini kanker serviks.
4.Mengerti tentang pencegahan dan pengobatan kanker serviks.

C. PROSES PENTYLUHAN
N KEGIATAN
KEGIATAN SARAN WAKTU
O PENYULUHAN
Saran mendengarkan serta
1 Pembukaan 5 menit
memperhatikan para penyuluh
2 Ceramah/menyiapkan materi Sasaran mendengarkan, 15 menit
memperhatikan dan mengerti

71
tentang materi yang disampaikan
Sasaran menanyakan tentang
3 Tanya jawab 15 menit
materi yang tidak dimengerti
Sasaran dapat menyebutkan isi
4 Penutupan dan evaluasi 10 menit
materi yang telah disampaikan

D. METODE
Tanya, Jawab
E. MATERI
Terlampir

72
MATERI PENYULUHAN
KANKER SERVIKS

A. PENGERTIAN
Kanker serviks atau servical cancer adalah jenis penyakit kanker yang
terjadi pada daerah leher rahim atau serviks. Yaitu, bagian rahim yang terletak di
bawah, yang membuka ke arah liang vagina.

B. PENYEBAB PENYAKIT KANKER SERVIKS


HPV (human papiloma virus) adalah pemicu awal penyakit ini beberapa
diantaranya disebabkan dari kebiasan kita sendiri tapi karena tidak tahu apa yang
kita lakukan itu salah,misalnya :
a. Seringnya mencuci vagina dengan antiseptik. Banyak antiseptik yang
menyebabkan iritasi pada leher rahim dan antiseptik juga bisa
membunuh kuman baik di vagina yaitu Basillus Doderlain penghasil
asam laktat yang menjaga kelembaban daerah kewanitaan.
b. Kebiasaan merokok.
c. Seringnya menaburi vagina dengan bedak sehingga menimbulkan
iritasi.
d. Melakukan hubungan seks terlalu dini.
e. Penggunaan Hormon Estrogen bagi wanita yang telah menopause
secara tidak terkontrol.
f. Kebiasan makanan yang banyak mengandung lemak, konsumsi
makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran dan buah-
buahan.
g. Penggunaan pil KB yang terlalu lama, bila dilakukan dlm jangka
panjang lebih dari 4 tahun.
h. Trauma kronis pada serviks. Trauma ini terjadi karena persalinan yang
berulang kali (banyak anak), adanya infeksi, dan iritasi menahun.
D. DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

73
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) yaitu pemeriksaan leher
rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim
dengan larutan asam asetat 3-5%. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada
perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka maka indikasi terdapat lesi
kanker.
Papsmear yaitu pemeriksaan dengan cara mengambil cairan di porsio
(dalam leher rahim) dan kemudian di fiksasi dengan alkohol 95% untuk di bawa
ke laboratorium untuk di periksa lebih lanjut menggunakan mikroskop.

E. PENCEGAHAN KANKER SERVIKS


• Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu
melakukan pemeriksaan papsmear minimal setahun sekali atau menurut
petunjuk dokter.
• Pilih kontrasepsi dengan metode barrier.misalnya kondom, karena dapat
memberi perlindungan terhadap kanker serviks.
• Hindari hubungan seks pada usia muda dan jangan berganti-ganti pasangan
seks.
• Dianjurkan untukberperilaku sehat, seperti menjaga kebersihan alat kelamin
dan tidak merokok.
• Perbanyak konsumsi sayuran dan buah segar.

F. PENULARAN KANKER SERVIKS


Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang
dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik
dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital,
maupun secara manual ke genital. Karenanya, penggunaan kondom saat
melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus
HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa berpindah melalui
sentuhan kulit.

G. PENGOBATAN

74
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi
seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika
perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:
 Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
 Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim,
termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan
pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang
mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli
kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker
leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa
hal yang dapat dilakukan adalah:
 Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya
uterus beserta leher rahimnya.
 Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

75
SATUAN ACARA PENYULUHAN

CA MAMMAE

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : CA MAMMAE
WAKTU : 45 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mengerti tentang pencegahan kanker
payudara.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu:

1. Kanker payudara
2. Pentingnya pencegahan dan deteksi dini kanker payudara
3. Cara mencegah kanker payudara
4. Program SADARI
5. Teknik menyusui yang baik dan benar
C. PROSES PENYULUHAN

NO KEGIATAN RESPON DURASI


1 Pendahuluan: - Menjawab salam 5 menit
- Memberikan salam - Mendengarkan
- Memperkenalkan diri - Menyepakati
- Menjelaskan tujuan - Kontrak waktu
- Kontrak waktu

76
2 Memberikan penjelasan mengenai: Mendengarkan dengan 25 menit
- Pengertian kanker payudara seksama dan penuh perhatian
- Angka kejadian kanker payudara
- Factor resiko kanker payudara
- Etiologi kanker payudara
- Cara mencegahkanker payudara
- Teknik menyusui yang baik dan
benar
3 Memutar video teknik menyusui yang baik Mendengarkan dengan 7 menit
dan benar seksama dan penuh perhatian
4 Demonstrasi melakukan sadari Memperhatikan dengan 8 menit
menggunakan panthom seksama
5 Penutupan : Bertanya dan menjawab secara
- Membuka sesi Tanya-jawab aktif
- Menyimpulkan hasil Menjawab salam
penyuluhan
- Memberi salam penutup

D. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi

E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point

77
MATERI PENYULULUHAN
CA MAMMAE

A. PENGERTIAN
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara (Karsono, 2006).

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan


payudara. Kanker bisa tumbuh didalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005)

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari


sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk
kulit payudara (Medicastore, 2011)

B. FAKTOR RESIKO CA MAMMAE


Faktor resiko pada ca mammae dapat dikelompokkan menjadi 2 (Noviani 2007),
yaitu :

1. Faktor yang dapat diubah seperti riwayat kehamilan, riwayat menyusui,


oral kontrasepsi, hormonal replacement, alkohol, obesitas, dan trauma.
2. Faktor yang tidak dapat dirubah antara lain riwayat keluarga yang menderita
kanker, genetic,
status menstruasi (menarche dan menstruasi), riwayat tumor jinak dan kanker
sebelumnya, tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak

C. ETIOLOGI CA MAMMAE
- Umur
- Riwayat kanker payudara
- Riwayat keluarga
- Perubahan payudara tertentu
78
- Perubahan genetik
- Riwayat reproduksi dan menstruasi
- Ras
- Wanita yang mendapat terapi radiasi bagian dada
- Kepadatan jaringan payudara
- Overweight setelah menopause
- Kurangnya aktivitas fisik
- Diet

D. PENCEGAHAN CA MAMMAE
- Pemakaian Bra yang Tepat
- Olahraga secara teratur
- Banyak Mengonsumsi Vitamin A, sayur dan buah-buahan
- Stop Merokok
- Jangan melakukan Implan Payudara
- Berikan ASI kepada bayi anda
- Melakukan SADARI ( Periksa Payudara Sendiri) secara rutin

79
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MIOMIA UTERI

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : MIOMIA UTERI
WAKTU : 45 menit
HARI TANGGAL : Senin / 12 September 2022
TEMPAT :
PELAKSANA :

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mngerti dan
mamahami tentang kanker miomia.

D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian mioma
b. Mengenali penyebab mioma
c. Mengetahui tanda dan gejala mioma
d. Mengetahui diagnosis mioma
e. Mengetahui penatalaksanaan mioma
f. Mengetahui komplikasi pada mioma

E. PROSES PENTYLUHAN
N KEGIATAN WAKT
KEGIATAN SARAN
O PENYULUHAN U
Saran mendengarkan serta
1 Pembukaan 5 menit
memperhatikan para penyuluh
2 Ceramah/menyiapkan Sasaran mendengarkan, 15 menit
materi memperhatikan dan mengerti
80
tentang materi yang
disampaikan
Sasaran menanyakan tentang
3 Tanya jawab 15 menit
materi yang tidak dimengerti
Sasaran dapat menyebutkan isi
4 Penutupan dan evaluasi 10 menit
materi yang telah disampaikan

F. METODE
Tanya, Jawab

G. MATERI
Terlampir

81
MATERI PENYULUHAN

MIOMA UTERI

A. PENGERTIAN
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya sehingga dalam kepustakaan disebut juga
leiomioma, fibromioma, atau fibroid (Saifuddin, 2014).
Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis Mioma
terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan
ikat, dan dikelilingi kapsul yang tipis (Liewellyn, 2010).

B. PENYEBAB
Menurut Saifuddin (2014), walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa
penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschutz dikatakan
bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
"Cell Nest" yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon
estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya mioma adalah: wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia
muda, genetik, zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari
terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan
human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri
akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya
hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50% ), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%).

82
adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3. Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:


a. Umur
Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas atau
apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi
c. Faktor ras dan genetic
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita mioma.
d. Fungsi ovarium Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
e. Berat badan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada
wanita yang memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks
massa tubuh. Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap resiko
terjadinya mioma.

C. TANDA DAN GEJALA

83
Faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi besarnya
mioma uteri, lokasi, dan perubahan pada mioma uteri Gejala klinik terjadi
hanya pada sekitar 35 %-50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik
yang dapat timbul pada mioma uteri.
1. Perdarahan abnormal
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan
yang ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan
dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasanya yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari
pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
c) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik.

2. Penekanan rahim yang membesar:


a) Terasa berat di abdomen bagian bawah.
b) Gejala traktus urinarius
Pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis.
c) Gejala intestinal
Konstipasi dan obstruksi intestinal.
d) Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

3. Nyeri, dapat disebabkan oleh:


a) Penekanan saraf.
b) Torsi bertangkai
84
c) Submukosa mioma terlahir.
d) Infeksi pada mioma

4. Infertilitas
Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu.
Perdarahan kontinyupada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi
implantasi. Terdapat peningkatan insiden abortus dan kelahiran prematur pada
pasien dengan mioma intramural dan submukosa.

5. Kongesti vena,
Disebabkan oleh kompresi tumor pada pembuluh darah dan pembuluh
limfa menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan
dyspareunia.

6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan


7. Abortus spontan
Mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus karena distorsi
rongga uterus Adanya mioma tidak selalu memberikan gejala karena itu mioma
sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik,
Gejala yang ditemukan sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu
berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. (Saifuddin,
2014),

D. DIAGNOSIS
Pemeriksaan abdomen dan vagina mungkin menunjukkan uterus yang
menonjol atau pembesaran uterus yang licin. Kalau serviks digerakkan, seluruh
massa yang padat bergerak. Pada beberapa kasus diagnosis jelas, pada kasus
yang lain pembesaran yang licin mungkin disebabkan oleh kehamilan atau
massa ovarium. Pemeriksaan ultrasound pelvic dapat menegakkan diagnosis
(Liewellyn, 2010).
Dapat ditegakkan dengan :

85
1. Anamnesis Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan
penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut
bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.
2. Pemeriksaan fisik
a) Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin
uterus.
b) Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur
uterus oleh salah satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering
sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari
uterus (biomolekuler).
c) Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah
d) Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum dauglas
e) Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata
3. Pemeriksaan penunjang
a) Ultra Sonografi (USG): untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma.
ketebalan endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau masa yang paling besar
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal
b) Magnetic Resonance Imagine (MRI): sangat akurat dalam
menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jamg
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai masa gelap berbatas tegas
dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi
lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas. termasuk mioma
submukosa MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus
yang tidak dapat disimpulkan
c) Biopsi: untuk mengetahui adanya keganasan
d) Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous
dan mendeteksi keganasan (Saifuddin, 2009).

86
E. PENATALAKSANAAN
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu
penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut:
a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b) Bila anemia, Hb<8g% transfusi PRC
c) Pemberian zat besi
2. Penanganan operatif, bila:
a) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
b) Pertumbuhan tumor cepat.
c) Mioma subserosa bertangkai dan torsi,
d) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e) Hipermenorca pada mioma submukosa.
f) Penekanan pada organ sekitarnya.

Menurut Llewellyn (2010), jenis operasi yang dilakukan dapat berupa:


1. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan
anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini
tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi
sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan
Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas
yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio
sesarea
2. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah

87
bergejala dengan mempertimbangkan usia, ukuran cukup besar, fungsi
reproduksi.
3. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat
hamil sekitar 30-50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah
dilakukan miomektomi harus dilanjutkan histerektomi. Lama perawatan
hari pasca diagnosa keperawatan dan 7 hari pasca
histerektomi/miomektomi. Masa pemulihan 2 minggu pasca diagnosa
perawatan dan 6 minggu pasca histerektomi/miomektomi.
4. Penanganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif akhir
akhir ini kontrak indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
a) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
c) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.

F. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (2001), berikut merupakan komplikasi mioma uteri:
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari:
a) Mioma uteri subserosa.
b) Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan,
a) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
1) Infertilitas
88
2) Abortus
3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak
4) Inersia uteri
5) Gangguan jalan persalinan
6) Perdarahan post partum
7) Retensi plasenta
b) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

Menurut Saifuddin (2014), komplikasi mioma uteri antara lain:


1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarcoma ditemukan hanya 0,32
0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50 75% dari semua sarcoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan apabila mioma
cepat membesar dan apabila pembesaran terjadi pada masa menopause.
2. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadi sindrom abdomen akut.
3. Anemia
Terjadi apabila penderita mengalami perdarahan yang banyak

89
SATUAN ACARA PENYULUHAN KORIOKARSINOMA

Pokok Bahasan : Koriokarsinoma


Sub Pokok Bahasan : Koriokarsinoma
Sasaran : Klien dan keluarga
Tempat :

Hari/Tanggal : kamis, 22 September 2022

Waktu Pertemuan : 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan pasien dan
keluarga mampu memahami dan mengerti tentang koriokarsinoma.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dan keluarga /
orang tua, mampu :
1. Mengetahui pengertian koriokarsinoma
2. Mengetahui penyebab koriokarsinoma
3. Mengetahui tanda dan gejala koriokarsinoma
4. Mengetahui cara mendiagnosis koriokarsinoma
5. Mengetahui penatalaksanaan koriokarsinoma
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
D. Media
1. Leaflet
2. Laptop

Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan
 Menjawab salam
 Mengucapkan salam  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu
2 15 menit Penyampaian materi
 Menjawab
 Merivew pengetahuan peserta
tentang koriokarsinoma
 Memperhatikan
 Menjelaskan pengertian
koriokarsinoma
90
 Mengetahui penyebab  Memperhatikan
koriokarsinoma  Memperhatikan
 Mengetahui tanda dan gejala
koriokarsinoma  Memperhatikan
 Mengetahui cara mendiagnosis
koriokarsinoma  Memperhatikan
 Mengetahui penatalaksanaan
koriokarsinoma
3 10 menit Penutup
 Meminta peserta untuk  Memberikan
memberikan pertanyaan atas pertanyaan
penjelasan yang tidak dipahami
 Menjawab pertanyaan yang  Mendengar
diajukan  Memperhatikan
 Memberikan reinforcement
positif atas jawaban yang  Memperhatikan
diberikan peserta  Menjawab salam
 Menyimpulkan dan menutup
diskusi
 Mengucapkan salam

Evaluasi Hasil
a. Evaluasi struktur
- Pasien mengikuti dari awal sampai akhir
- Selama kegiatan suasana lingkungan tenang dan tidak ada mondar -
mandir
b. Evaluasi proses
- Pasien dapat menyebutkan pengertian koriokarsinoma
- Pasien dapat menyebutkan penyebab dari koriokarsinoma
- Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala koriokarsinoma
- Pasien dapat menyebutkan cara mendiagnosis koriokarsinoma
- Pasien dapat menyebutkan penatalaksanaan koriokarsinoma

MATERI PENYULUHAN
KORIOKARSINOMA
1. Pengertian Koriokarsinoma
Penyakit Trofoblas Ganas (PTG) terdapat hanya dalam uterus
invasive mola adalah tumor atau suatu proses seperti tumor yang
91
menginvasi myometrium dengan hyperplasia trofoblas disertai struktur villi
yang menetap (Martaadisoebrata, 2013). PTG meluas keluar uterus
koriokarsinoma, dibagi menjadi dua yaitu:
 Gestasional koriokarsinoma
Adalah karsinoma yang terjadi dari sel-sel trofoblas dengan
melibatkan sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Hal ini biasa terjadi dari
hasil konsepsi yang berakhir dengan lahir hidup, lahir mati (still birth),
abortus, kehamilan ektopik, molahidatidosa atau karena penyebab yang
tidak diketahui.
 Nongestasional koriokarsinoma
Adalah suatu tumor ganas trofoblas yang terjadi tanpa didahului
oleh suatu fertilisasi, tetapi berasal dari germ cell ovarium. Bewer
mengatakan bahwa nongestasional koriokarsinoma juga dapat merupakan
teratoma. International Union Against Cancer (IUCR) mengadakan
klasifikasi sederhana dari penyakit trofoblas, yang mempunyai
keuntungan bahwa angka yang diperoleh dari berbagai negara di dunia
dapat dibandingkan. (Winkjosastro, 2012)

2. Penyebab Koriokarsinoma
Penyebab terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui.
Trofoblas normal cenderung menjadi invasive dan erosi pembuluh darah
berlebih-lebihan . Metastase sering terjadi lebih dini dan biasanya sering
melalui pembuluh darah jarang melalui getah bening. Tempat metastase
yang paling sering adalah paru-paru (75%) dan vagina (50%). Pada
beberapa kasus metastase dapat terjadi pada vulva, ovarium, hepar, ginjal,
dan orak (Cunningham, 2008). Selama kehamilan, koriokarsinoma dapat
didahului oleh: (Wikipedia, 2009)

 Molahidatidosa sebanyak 50% kasus


 Aborsi spontan sebanyak 20% kasus
 Kehamilan ektopik sebanyak 2 % kasus
 Kehamilan normal sebanyak 20-30% kasus
Menurut Manjoer (2012), faktor -faktor yang menyebabkan antara lain:
92
a) Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan
b) Immunoselektif dari trophoblast
Yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan pada akhirnya
menjadi hyperplasia sel-sel trofoblast
c) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekomomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi
ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum
abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa
d) Paritas tinggi
Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan
kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan berikutnya
menjadi koriokarsinoma
e) Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus
sehingga apabila terjadi kekurangan protein pada saat hamil
menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang
menimbulkan jonjot-jonjot korion
f) Infeksi virus dan faktor kromosom

3. Tanda dan Gejala Koriokarsinoma


Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan dan
terdapat subinvolusio uteri juga perdarahan terjadi terus-menerus atau
intermitten dengan perdarahan mendadak dan terkadang massif. Pada
pemeriksaan ginekologis, ditemukan uterus membesar dan lembek.
Perdarahan karena perforasi uterus atau lesi metastase ditandai
dengan:
 Nyeri perut
 Batuk darah
93
 Melena (BAB disertai darah)
 Peninggian tekanan intracranial berupa sakit kepala, kejang, hemiplegia

Pemeriksaan foto thoraks dapat ditemukan adanya lesi yang


metastase. Pada sediaan histopatologi dapat ditemukan villus dengan tidak
memperlihatkan gambaran patologi sehingga menyebabkan keganasan
(Winkjosastro, 2012).

4. Diagnosis Koriokarsinoma
a) Pemeriksaan klinik
Bila ada perdarahan pada kehamilan muda, terutama bila disertai adanya
hyperemesis, preeklampsia atau hipertiroid, adanya mola perlu dicurigai. Pada
pemeriksaan didapatkan uterus yang lebih besar dari usia kehamilan, tidak ada
ballottement dan detak jantung janin yang biasanya sudah terdengar pada
kehamilan 12 minggu, dalam hal ini tidak terdengar. Pada 15% kasus dijumpai
adanya kista teka lutein pada kedua ovarium. Dan kadang-kadang dijumpai
preeklampsia pada trimester pertama atau kedua, hyperemesis dan hipertiroid.
Adanya tirotoksikosis pada penderita mola dapat diduga bila terdapat
gejala-gejala:
 Nadi istirahat > 100 x/menit tanpa ada sebab-sebab lain yang
jelas seperti Hb < 7 gr%, demam, dan lain-lain
 Besar uterus > 20 minggu
 Kadar hCG > 300.000 mIU/ml
(Muzayyanah, 2010)

b) Pemeriksaan hCG urine


Pemeriksaan ini tidak mutlak menunjukkan adanya mola karena
dalam urine bisa saja lebih rendah dari kehamilan normal,
sedangkan apabila kadarnya tinggi masih mungkin kehamilan
kembar. Jika kadar urine > 500.000 IU/24 jam merupakan
kehamilan mola, sedangkan pada kehamilan normal < 100.000
IU/24 jam (Muzayyanah, 2010).
c) Ultrasonografi

94
Pemeriksaan USG aman baik untuk ibu maupun janin dan cukup akurat.
Pemeriksaan ini harus dilakukan pada setiap perdarahan kehamilan muda dengan
uterus sebesar 12 minggu.
Mola hidatidosa tampak sebagai jaringan ekogenik homogeny yang
mengisi kavum uteri. Adanya gambaran vesikuler yang berasal dari edema villi
baru terlihat mulai kehamilan 9 minggu (terutama dengan pemeriksaan USG
transvaginal). Gambaran mola hidatidosa pada kehamilan trimester II umumnya
spesifik. Kavum uteri tampak berisi massa ekogenik dengan bagian-bagian kistik
vesikuler berdiameter 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti
gambaran sarangtawon atau badai salju. Pada 20-50% kasus dapat dijumpai
adanya massa kistik multilokuler di daerah adneksa, yang berasal dari kista teka
lutein (Muzayyanah, 2010).
5. Penatalaksanaan Koriokarsinoma
1) Histerektomi, apabila jumlah anak telah mencukupi
2) Pengobatan kemoterapi
a) Kemoterapi profilaksis hanya diberikan pada kelompok resiko
tinggi, yaitu:
 Kadar hCG pre evakuasi > 100.000 mIU/ml
 Uterus lebih besar dari usia kehamilan
 Kista lutein lebih besar dari 6 cm
 Usia ibu > 40 tahun
 Ada riwayat penyakit trofoblas sebelumnya
 Hipertiroid, preeklampsia, emboli sel trofoblas
b) Bila kadar ßhCG menetap atau meningkat atau tetap terdeteksi
setelah 4-6 bulan pasca evakuasi, atau bila ditemukan adanya
metastasis
c) Bila terbukti adanya tumor trofoblas atau bila uterus masih besar
disertai perdarahan (Muzayyanah, 2010)

95
CEKLIST

PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN


PROSEDUR DIAGNOSTIK

CEKLIST KULTUR
ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
Definisi:
Kultur adalah suatu metode penelitian dimana objek ditransfer ke
lingkungan buatan dimana mereka dapat terus bertahan dan
berfungsi untuk kemudian diteliti. Objek kultur dapat berupa sel,
jaringan, ataupun spesimen cairan, misalnya cairan vagina
Pelaksanaan
Tahap Pre Interaksi
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan
bahwa Anda adalah petugas yang akan
melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan
abortus inkomplit.

3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik


mengandung risiko, baik yang telah diduga
sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah
mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut
di atas.
5. Beri kesempatan kepada pasien dan
keluarganya untuk mendapatkan penjelasan
ulang apabila ragu atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan
memberikan persetujuan untuk

dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan


secara tertulis, dengan mengisi dan

96
menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan
Medik yang telah diisi dan ditandatangani ke
dalam catatan medik pasien.
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah
diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi
pasien dan pelaksanaan instruksi.
Persiapan Sebelum Tindakan

Tahap Orientasi
1. Meperkenalkan diri
2. Bina hubungan saling percaya
3. Menjelaskan tujuan dari tindakan yang dilakukan
4. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
5. Memberi salam,panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
Tahap Kerja

1. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang


tindakan yang akan dilakukan.
2. Cairan dan selang infus sudah terpasang. perut bawah dan
lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
3. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
kardiopulmoner.
4. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah
5. Medikamentosa
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB,
Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB,Tramadol 1-2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10mg)
c. Atropin Sulfat (0,25-0,50mg/ml)
6. Larutan antiseptic (povido iodin 10%)
7. Oksigen dengan regulator

Tahap Dokumentasi
1. Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

97
CEKLIST

KURETASE PADA ABORTUS INKOMPLIT

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Definisi:
Kuretase cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat
kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase,
penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus
gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan
misalnya perforasi (Sofian, 2011). Kuretase adalah serangkaian
proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum
uteri dengan melakukan invasi dan manipulasi instrument
(sendok kuret) ke dalam kavum uteri.
LANGKAH KEGIATAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa
Anda adalah petugas yang akan melakukan tindakan
medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan
abortus inkomplit.
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung
risiko, baik yang telah diduga sebelumnya maupun
tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah
mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut di atas.
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya
untuk mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu
atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan
memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan
ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan
mengisi dan menandatangani formulir yang telah
disediakan.
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik
yang telah diisi dan ditandatangani ke dalam catatan
medik pasien.
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah
diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan
pelaksanaan instruksi.

PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

98
A. PASIEN
1. Cairan dan selang infus sudah terpasang. perut
bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air
dan sabun.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
kardiopulmoner.
3. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah
4. Medikamentosa
Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin
HCl0,5 mg/kgBB,Tramadol 1-2 mg/kgBB)
5. Sedativa (Diazepam 10mg)
6. Atropin Sulfat (0,25-0,50mg/ml)
7. Larutan antiseptik (Povidon iodin 10%)
8. Oksigen dengan regulator
9. Instrument
10. Cunam tampon: 1
11. Cunam peluru atau tenakulum: 1
12. Klem ovum (Foerster/Fenstrer clampt) lurus dan
lengkung: 2
13. Sendok kuret: 1 set
14. Penala kavum uteri (Uterine Sound/Sondage): 1
15. Spikulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
16. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 sekali pakai: 2
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, marker dan
kacamata pelindung: 3 set
2. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
3. Alas kaki (Sepatu/boot karet): 3 pasang
4. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Mangkok logam: 2
c. Penampung darah dan jaringan: 1

PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


1. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku
dibawah air mengalir.
2. Keringkan tangan dengan handuk DTT/Steril.
3. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker,
dan kacamata pelindung.
4. Pakai sarung tangan DTT/Steril.
5. Pasien dengan posisi litotomi, pasangkan alas
bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah,
fiksasi dengan klem kain (ingat: sarung tangan tidak
boleh menyentuh bagian yang tidak aman).

99
TINDAKAN
1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan
analgetika melalui karet infus (Pethidin diberikan
secara intramuskuler).
2. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan
labium mayus ke kiri dan kanan ke lateral hingga
tampak muara urethra. Masukkan kateter ke uretra
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan hingga 0,5
cm. Pindahkan telunjuk kiri ke dinding depan vagina
(dasar urethra) dorong kateter (dengan tuntunan
telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih
(keluar air kemih).
3. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter,
masukkan ke dalam tempat yang tersedia. Buka
introitus vagina dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan
ke dalam lumen vagina, pindahkan tangan kiri ke perut
bawah (suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan
lengkung uterus, bukaan serviks, jaringan yang
terkumpul di vagina atau terjepit di kanalis serviks
(pemeriksaan dalam).
4. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau
jaringan yang melekat di sarung tangan, lepaskan
sarung tangan secara terbalik.
5. Pakai sarung tangan DTT/ steril yang baru.
6. Pegang spekulum Sim’s/L dengan tangan kanan
masukkan bilahnya secara vertikal kedalam vagina,
setelah itu putar ke bawah sehingga posisi bilah
menjadi transversal.
7. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada
posisinya.
8. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga
lumen vagina tampak jelas) masukkan bilah spekulum
atas secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas
hingga jelas terlihat serviks.
9. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada
posisinya.
10. Jepit kapas (yang telah dibasahi dengan larutan
antiseptik) dengan cunam tampon, bersihkan jaringan
dan darah dalam vagina. Tentukan bagian serviks yang
akan dijepit (posisi jam 11 dan 13).

11. Dengan tangan kanan, jepit serviks dengan tenakulum,


setelah terjepit dengan baik pegang gagang tenakulum
dengan tangan kiri.

100
12. Lakukan pemeriksaan dalam dan lengkung uterus
dengan penala (Uterine Sound/Soundage).
13. Sementara tangan kiri menahan serviks, masukkan
klem ovum yang sesuai dengan bukaan kanalis
servisis hingga menyentuh fundus uteri keluarkan dulu
jaringan yang tertahan pada kanalis).
14. Lakukan pengambilan jaringan dengan jalan membuka
dan menutup klem (dorong klem dalam keadaan
terbuka hingga menyentuh fundus kemudian tutup dan
tarik). Pilih klem ovum yang mempunyai permukaan
bulatan, halus, rata, agar tidak melukai dinding dalam
uterus.
15. Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada
lagi jaringan yang terjepit/keluar.
16. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan
telunjuk, masukkan ujung sendok kuret (sesuai
lengkung uterus) melalui kanalis serviks ke dalam
uterus hingga menyentuh fundus uteri.
17. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan
searah jarum jam, hingga bersih (seperti mengenai
bagian bersabut).
18. Untuk dinding kavum uteri yang berlawanan dengan
lengkung kavum uteri, masukkan sendok kuret
dengan lengkung uteri, setelah mencapai
a. fundus, putar gagang sendok 1800 baru lakukan
pengerokan.
19. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang
menggenangi lumen vagina bagian belakang.
20. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.

21. Lepaskan spekulum atas.

22. Keluarkan spekulum bawah.

23. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan


masukkan instrumen ke dalam wadah yang berisi
cairan klorin 0,5%.
24. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah
atau cairan tubuh pasien, masukkan ke tempat sampah
yang tersedia
25. Bubuhi benda-benda dalam kamar tindakan yang
terkena cairan tubuh atau darah pasien dengan cairan
klorin 0,5%.
26. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan

101
tubuh pasien kemudian lepaskan secara terbalik dan
rendam dalam cairan klorin 0,5%.
CUCI TANGAN SETELAH TINDAKAN
1. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan
kembali dengan sabun, dibawah air mengalir.
2. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang
bersih.
3. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan
tindakan dan beri instruksi apabila terjadi
kelainan/komplikasi.
4. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan
didalam kolom yang tersedia dalam status pasien.
Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah
cairan habis, lepaskan peralatan infus.
5. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan
pemantauan pasien.
6. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa
tindakan telah selesai dilakukan tetapi pasien masih
memerlukan perawatan.
7. Bersama petugas yang akan merawat pasien,
jelaskan jenis perawatan yang masih diperlukan.
8. Tegaskan pada petugayang merawat untuk
menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan
serta laporkan segera bila pemantauan lanjut
ditemukan perubahan-perubahan seperti yang
ditulis dalam catatan pasca tindakan.

Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan

102
CEKLIST

ABORSI

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Definisi:
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu
kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan
jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena
sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.
Pelaksanaan
Tahap pre interaksi
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa Anda
adalah petugas yang akan melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan abortus
inkomplit.
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko,
baik yang telah diduga sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan
jelas tentang penjelasan tersebut di atas.
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum
mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan
persetujuan secara tertulis, dengan mengisi dan
menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah
diisi dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien.
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan
instruksi.
Tahap Orientasi
1. Meperkenalkan diri
2. Bina hubungan saling percaya
3. Menjelaskan tujuan dari tindakan yang dilakukan
4. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
5. Memberi salam,panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
Tahap kerja
1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan
didalam kandungan

103
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar dikeluarkan
mudah
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan
lengkap dan tidak tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat
sampah sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar
di tungku.
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

104
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, M. 2008. Gestationnal Trofoblastic Tumors. William Obstetric.


746- 50.
Manjoer, A. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeculapius.

Martaadisoebrata, D. 2013. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas


Gestasional. Jakarta: EGC.
Muzayyanah. 2010. Mola Hidatidosa. Vol: 2 (1). Yogyakarta: Mutiara Medika.

Winkjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

105

Anda mungkin juga menyukai