Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

DASAR TEORI (MOMEN INERSIA)

2.1 Pengertian Momen Inersia, Momen Gaya, dan Benda Tegar


2.1.1 Momen Inersia
Inersia adalah kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaannya ( tetap diam
atau bergerak). Benda yang sukar bergerak dikatakan memiliki inersia  yang besar. Begitu
juga bumi yang selalu dalam keadaan berotasi memiliki inersia rotasi. Momen Inersia adalah
ukuran dari besarnya kecenderungan berotasi yang ditentukan oleh keadaaan benda atau
partikel penyusunnya. Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaannya
yang diam atau bergerak lurus beraturan disebut inersia. Inersia disebut juga lembam.
Keadaan alami benda ini berkaitan erat dengan hukum I Newton. Oleh karena itu, hukum I
Newton disebut juga hukum inersia atau hukum kelembaman.
 Rumus Momen Inersia
I =m R 2
Keterangan:
I = Momen Inersia (Kgm2)
m = Massa partikel (Kg)
R = Jari-jari Rotasi (m)
Momen inersia adalah hasil kali antara massa dengan kuadrat jarak massa
terhadap titik porosnya. Secara sistematis, rumus momen inersia dirumuskan sebagai berikut:

I = Ʃm.R2
I = m1.R12+m2.R22+ m3.R32+….+mn.Rn2

 Rumus Momen Inersia Pada Beberapa Benda Khusus


1. Benda Berupa Titik
Untuk massa benda atau sistem massa berupa titik atau beberapa titik yang
terhubung oleh tali atau batang yang massanya diabaikan, maka berlaku:

I = Ʃm.R2

Keterangan:
I = Momen Inersia (Kg m2)
m = Massa (Kg)
R = Jarak kr titik poros (m)

2. Batang Homogen
Batang Homogen ialah batang yang memiliki massa tersebar
merata hingga pusat massanya berada di tengah. Untuk batang homogen, maka
akan terlihat jelas bahwa terdapat pengaruh letak sumbu putar terhadap momen
inersia.
a. Poros berada di Pusat
Apabila sumbu putar berada di titik pusat massa maka berlaku:
I = 1/12m.l2
Keterangan :
I = momen inersia (kg m2)
l = panjang batang (m)
m = massa (kg)
b. Poros berada di salah satu ujung
Apabila sumbu putar berada pada salah satu ujung batang, maka berlaku:
I = 1/3m.l2
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
l = panjang batang (m)
m = massa (kg)

c. Poros Bergeser
Apabila sumbu putar atau poros berasa disembarang tempat atau tidak berada di
ujung maupun pusat, maka berlaku:
I = 1/12 m.l2 + m.(k.l)2
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
l = panjang batang (m)
k.l = panjang pergeseran (m)
m = massa (kg)
Panjang pergeseran yang dimaksud yaitu seberapa jauh sumbu putar digeser
misalkan dari pusat digeser sejauh 1/2l.

3. Benda Berbentuk Silinder


a. Silinder Pejal
Benda yang berbentuk silinder pejal seperti katrol atau roda tertentu, maka
berlaku rumus:
I = 1/2 m.R2
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
R = jari-jari silinder (m)
m = massa (kg)

b. Silinder Tipis Berongga


Benda silinder tipis berongga seperti cicncin tipis, maka berlaku rumus:
I = m.R2
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
R = jari-jari silinder (m)
m = massa (kg)

c. Silinder Berongga Tidak Tipis


Silinder berongga tidak tipis yaitu silinder yang mempunyai jari-jari dalam
dan jari-jari luar. Maka berlaku rumus:
I = 1/2 m (R12 + R22)
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
R1 = jari-jari dalam silinder (m)
R2 = jari-jari luar silinder (m)
m = massa (kg)

4. Benda Berbentuk Bola


a. Bola Pejal
Apabila benda berbentuk bola pejal, maka berlaku rumus:
I = 2/5m.R2
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
R = jari-jari bola(m)
m = massa (kg)

b. Bola Berongga
Rumus yang berlaku untuk bola berongga yaitu:
I = 2/3m.R2
Keterangan:
I = momen inersia (kg m2)
R = jari-jari bola(m)
m = massa (kg)

2.1.2 Momen Gaya


Momen gaya (torsi) adalah suatu besaran yang menyatakan besarnya gaya yang
bekerja pada sebuah benda sehingga benda tersebut  melakukan gerakan rotasi. Jika pada gerak
lurus,faktor yang menyebabkan adanya gerak adalah gaya (F). Sedangkan pada gerak rotasi
atau gerak melingkar, selain gaya (F), ada faktor lain yang menyebabkan benda itu bergerak
rotasi yaitu lengan gaya (l) yang tegak lurus dengan gaya. Torsi disebut juga momen gaya dan
merupakan besaran vektor.
 Rumus Momen Gaya
Secara matematis rumus momen gaya dapat ditulis menjadi :
τ =l x F
Jika antara lengan gaya l dan gaya F tidak tegak lurus maka rumusnya dapat ditulis :
τ =l x F sin α
Keterangan :
τ = momen gaya (Nm)
l = lengan gaya (m)
F = gaya (N)
α = sudut antara antara lengan gaya l dan gaya F

2.1.3 Benda Tegar


Benda tegar adalah benda yang jarak serta posisi antara bagian-bagiannya adalah
tetap. Benda terdiri atas bagian-bagaian kecil yang ukurannya kecil hingga tidak
diperhitungkan. Benda tegar akan mengalami keseimbangan.
 Syarat-syarat keseimbangan benda tegar adalah:
a. Syarat partikel diam dalam keseimbangan statis, ∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan V = 0
b. Syarat partikel dalam keseimbangan dinamis (translasi), ∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan V =
konstan
c. Syarat benda tegar, ∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan σ = 0
 Persamaan Kesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan benda tegar merupakan suatu kedaan dimana momentum
sebuah benda tegar bernilai nol. Dalam perihal benda tegar terdapat beberapa
persamaan. Persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Momen Gaya
Momen gaya dapat didefinisikan sebagai suatu gaya yang memiliki
kecenderungan untuk memutar suatu beda terhadap suatu sumbu. Persaman yang
digunakan dalam menghitung momen gaya ini adalah sebagai berikut:
τ =F x d
Keterangan :
F = gaya yang bekerja pada suatu benda (N). Gaya inilah yang cenderung
memutar benda
d = jarak (yang tegak lurus) dengan gaya ke suatu poros (m)
τ = torsi atau momen gaya (Nm)
2. Penguraian Gaya
Dalam kesetimbangan benda tegar terdapat penguraian gaya-gaya yang dilihat
berdasatrkan sumbunya yaitu sumbu x dan sumbu y. Persamaan penguraian gaya
tersebut adalah sebagai berikut:
F x =F cos θ
F y =Fsinθ
Keterangan :
θ adalah sudut yang terbentuk diantara gaya F dan sumbu x.
3. Gerak Translasi dan Rotasi
a. Syarat kesetimbangan translasi
∑ F x =0
∑ F y =0
b. Syarat kesetimbangan rotasi
∑ τ=0
4. Gaya Gesek
Persamaan yang digunakan untuk menentukan gaya gesek adalah sebagai berikut:
F=μN
Keterangan :
F = gaya gesek yang terjadi pada suatu benda (N)
μ = koefesien gesek
N = gaya normal (N)

5. Gaya Berat
Untuk menentukan gaya berat digunakan persamaan berikut ini:
W = m.g
Keterangan :
W = berat suatu benda (N)
m = massa suatu benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
 Benda tegar akan mengalami keseimbangan. Keseimbangan ini dibedakan menjadi 3
macam keseimbangan yakni:
a. Keseimbangan stabil.
Benda dalam keadaan seimbang stabil bila digoyangkan (diberi gaya)
kemudian gaya dilepas akan kembali ke kedudukan semula. Keseimbangan stabil
ditandai oleh adanya kenaikan titik berat jika dipengaruhi oleh suatu gaya. Contoh
kelerang yang diletakkan pada bidang cekung.

b. Keseimbangan labil (goyah).


Benda dalam keadaan seimbang labil bila digoyangkan (diberi gaya)
kemudian gaya dilepas akan membentuk keseimbangan baru yang berbeda.
Keseimbangan labil ditandai oleh adanya turunnya titik berat jika dipengaruhi suatu
gaya. Contoh kelereng yang diletakkan di atas bidang cembung.

c. Keseimbangan netral (indeferens).


Benda dalam keadaan seimbang netral bila digoyangkan (diberi gaya)
kemudian gaya dilepas letak titik beratnya tetap.

2.2 Pengertian Integral Lipat Dua


Rumus integral lipat dua :

Integral lipat dua ini biasanya digunakan untuk menghitung luas. Perhatikan penjelasan
dibawah ini.Integral untuk fungsi satu variabel kita membentuk suatu partisi dari interval [a,b]
menjadi interval-interval yang panjangnya Δxk ,  k = 1, 2, 3, 4, ….n.

Dengan cara yang sama, kita definisikan untuk dua variabel. Misalkan terdapat fungsi
z=f(x,y) untuk daerah tertutup R dibidang xoy. Selanjutnya daerah ini dibagi atas n buah sub daerah
yang masing-masing memiliki luas A1, A2, A3,…,An. Dalam setiap sub daerah pilihlah suatu titik
Pk(xk, yk)  dan bentuklah

Jika jumlah sub daerah makin besar hingga menuju tak hingga maka integral lipat dari daerah
R didefinisikan

Untuk menghitung integral lipat dua kita dapat menggunakan integral berulang yang ditulis
dalam bentuk
Baik kita menggunakan cara a atau cara b jika integralnya memberikan hasil maka hasilnya akan
sama.

 Integral Lipat Dua Dengan Batas Persegi Panjang


Bentuk umum

 Integral Lipat Dua Dengan Batas Bukan Persegi Panjang


Bentuk Umum

 Sifat-Sifat Integral Lipat Dua


2.3 Penerapan Integral Pada Momen Inersia
Pada saat mempelajari hukum Newton, diketahui bahwa ukuran kelembaban benda pada
gerak translasi adalah massa. Perhatikan pergerakan planet pada porosnya. Planet-planet terus
berputar pada sumbunya tanpa berhenti akan selalu mempertahankan keadaan untuk terus berotasi.
Dengan demikian, pada gerak rotasi dikenal istilah kelembaban.
Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan
momen inersia(I). Perbedaan nilai antara massa dan momen inersia adalah besar massa suatu benda
hanya bergantung pada kandungan zat dalam benda tersebut, sedangkan besar momen inersia tidak
hanya bergantung pada jumlah zat tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana zat tersebut terdistribusi
pada benda tersebut. Materi tentang energi kinetik (kinetic energy), dari sebuah partikel dengan massa
m dan kecepatan v yang bergerak dalam sebuah garis lurus dirumuskan dengan :
1 2
Ek= m v
2
Jika sebagai pengganti bergerak sepanjang suatu garis lurus,partikel berputar terhadap suatu
sumbu dengan suatu kecepatan sudut (angular velocity) sebesar ω , maka kecepatan liniernya adalah v
= rω, dengan r merupakan radius lintasan yang berbentuk lingkaran. Ketika disubtitusikan ke
persamaan energi kinetik, maka:
1 2 2
Ek= (r m) ω
2
Maka, dari sebuah pertikel yang berputar dapat dituliskan:
1 2
Ek= I ω
2
Momen inersia (moment of inertia) dari partikel bermassa m terhadap sumbu didefinisikan
sebagai mr2 , dengan r adalah jarak deri partikel ke sumbu. Dari persamaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa momen inersia dari benda dalam gerak berputar memiliki peranan yang serupa
dengan massa benda dalam gerak linear.
Kita perluas konsep ini terhadap lamina dengan fungsi kerapatan ρ( x , y) dan menempati
daerah D denagn cara melanjutkan prosesnya seperti yang kita lakukan pada mmomen biasa. Kita
membagi D menjadi segiempat-segiempat kecil, menghampiri momen inersia masing-masing
segiempat bagian terhadap sumbu –x dan mengambil limit jumlah pada saat banyaknya segiempat
bagian menjadi besar. Hasilnya adalah momen inersia lamina terhadap sumbu –x :
m n ❑
I x = lim
m , n →∞
∑ ∑ ( y¿ij )2 ρ ( x ¿ij y ¿ij ) ∆=∬ y 2 ρ(x , y )dA
i=1 j=1 D

Secara serupa, momen inersia terhadap sumbu –y adalah

m n ❑
I y = lim
m , n→ ∞
∑ ∑ ( x ) ρ( x ¿ 2
ij
¿
ij y ) ∆ A=∬ x ρ(x , y )dA
¿
ij
2

i=1 j=1 D

Untuk suatu sistem n partikel pada suatu bidang yang bermassa m 1, m2,…..,mn dan yang
berjarak r1, r2,….,rn dari garis L, makamomen inersia sistem itu terhadap L didefinisikan sebagai:
n
I =m r +m r + …+m r =∑ m k r k
2 2 2 2
1 1 2 1 n n
k=1
Dengan kata lain kita tambahkan momen – momen inersia dari setiap partikel. Sekarang kita
perhatikan lamina dengan kerapatan δ (x , y ) yang mencakup suatu daerah S dari bidang xy. Jika kita
partisikan S, aproksimasi momen inersia tiap keping Rk, tambahkan dan ambil limit maka rumus
momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x,y dan z dinyatakan dengan:

I x =∬ y 2 δ ( x , y ) dA
S


I y =∬ x 2 δ(x , y) dA
S


I z =∬ ( x 2 + y 2 ) δ( x , y)dA=I x + I y
S

Perhatikan masalah penggantian suatu sistem massa umum yang massa totalnya m oleh
sebuah titik tunggal bermassa m dengan momen inersia I yang sama terhadap suatu garis L, sehingga
didapat rumus sebagai berikut :

r=
√ I
m
Sebuah jari-jari perputaran (radius of gyration) dari suatu sistem. Jadi energi kinetik dari
sistem yang berputar mengelilingi L dengan kecepatan sudut ω adalah :

1 2 2
Ek= m r ω
2

Sumber
https://www.berpendidikan.com/2015/12/pengertian-dan-rumus-momen-inersia-serta-contohnya.html
https://www.pelajaran.id/2017/14/pengertian-rumus-momen-inersia-contoh-soal-dan-pembahasan-
momen-inersia.html
https://bfl-definisi.blogspot.com/2018/04/pengertian-rumus-dan-contoh-soal-momen.html
https://www.ilmudasar.com/2018/02/Kesetimbangan-Benda-Tegar.html
http://rumus-matematika.com/memahami-dengan-mudah-integral-lipat-dua/
https://www.academia.edu/11328793/INTEGRAL_LIPAT_DUA_DAN_PENERAPAN_FISISNYA

Anda mungkin juga menyukai