Anda di halaman 1dari 2

Teks Ulasan Drama “Pada Suatu Hari”

Oleh : (XI MIA 7)


1. Gandhi Surya Buana (11)
2. Nur Faizati (16)
3. Riza Amalia (18)
4. Sonya Milenita A. (24)
5. Suci Indahwati (25)
6. Yudhistira Khusnafi (28)

Drama “Pada Suatu Hari” merupakan sebuah drama yang mengadaptasi naskah karya
salah satu penulis dan sutradara teater ternama Indonesia, Arifin C. Noer. Drama ini
disutradarai oleh Septa Erwida. Berdurasi satu jam lebih dua puluh tiga menit lebih, drama ini
menceritakan tentang kehidupan keluarga besar dengan semua masalahnya, yaitu Kakek dan
Nenek yang bertengkar karena Nenek yang cemburu dengan “mantan si Kakek”, juga Novia
(salah satu anak Nenek dan Kakek) yang meminta cerai dengan suaminya.
Dikisahkan, sepasang suami istri yang sudah sepuh baru saja menggelar acara ulang
tahun pernikahan mereka. Sejak muda mereka selalu bahagia dan selalu menjadi pasangan yang
romantis hingga pada masa tua. Sampai di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun
mereka. Si Kakek ingin mendengarkan si nenek bernyanyi, karena dahulunya si nenek jago
menyanyi, kakek ingin mendengarkan suara si Nenek. Tak lama kemudian datang seorang
janda (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman pasangan tua itu (Nenek dan Kakek), Nyonya
Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek karena
tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu.
Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas tidak
diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan mereka. Nyonya
Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi penyebab utama kemarahan nenek
kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni
(pembantu rumah tangga) memberikan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman
itu adalah kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, Nenek saat itu juga meminta bercerai
kepada Kakek. Dengan segala cara Kakek memohon agar dimaafkan dan agar nenek menarik
kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang telah dilontarkannya.
Nenek dan Kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba datang Nita (anak tertua nenek
dan kakek) berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya terdiam mendengar dan
melihat pertengkaran nenek dan kakek. Kemudian Novia, adik Nita datang dengan membawa
pakaian-pakaiannya. Novia yang ternyata juga sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita)
karena cemburu berlebih kepada pasien suaminya itu. Tidak ingin rumah tangga anaknya rusak,
Nenek dan Kakek bergantian mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara
tiba-tiba, dan memikirkan kembali demi masa depan anak-anaknya. Karena itu pula, baik
Nenek dan Kakek sama-sama melupakan pertengkaran mereka. Malah mereka bergantian
saling memuji. Akhir cerita, anak-anak Novia dibawa pergi oleh Vita ketika anak-anaknya
sedang bermain di kolam bersama Joni.
Secara sederhana pengarang menggambarkan masalah dalam keluarga menjadi sebuah
alur cerita yang menarik untuk disajikan dalam sebuah pementasan drama. Semua akting
pemain sangat menghayati dan baik sekali. Artikulasi yang jelas serta suara yang lantang dari
semua pemain sangat menunjang pemahaman saat menonton drama ini. Humor yang
ditorehkan pun tersampaikan dengan baik, membuat penonton tidak merasa jenuh dan bosan
akibat durasi drama yang cukup lama. Properti yang digunakan juga menurut kami sangat
bagus. Bahasa yang digunakan pada film Pada Suatu Hari ini menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti mungkin karena latar waktu yang dipakai adalah waktu di zaman sekarang.
Sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti makna dari film tersebut.
Drama yang diciptakan Arifin ini mempunyai pesan moral yang tinggi. Menyikapi
banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi dewasa ini yang didasari oleh perasaan
cemburu, hal sepele yang tentunya tidak perlu lagi ada dalam kalimat rumah tangga. Banyak
asumsi yang mengatakan, bahwa sebuah pernikahan ibarat seperti sebuah mainan saja oleh
sebagian besar orang yang tentunya tidak memiliki keseriusan dalam menjalani bahtera rumah
tangganya. Peran seorang saudara atau orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah
pernikahan, namun apakah yang terjadi jika tidak ada orang tua atau pun saudara?. Belakangan
ini banyak sekali anak yang sudah tidak melihat tempat pada siapa ia berbicara, karena
termakan oleh sinetron-sinetron picisan yang bisa merusak moral dan tata bahasa generasi
muda sekarang.
Namun kuncinya tetap pada diri kita sendiri. Sebagai manusia tentu bersinggungan
dengan orang jelas terjadi, namun bagaimana kita menyikapi akan hal yang tentunya tidak perlu
kita rasakan kepada orang-orang yang kita sayangi. Pikirkanlah segala hal yang akan terjadi
jika bercerai, terlebih jika dalam rumah tangga itu telah memiliki anak yang tidak tahu pasti
tentang masalah yang dialami kedua orang tuanya. Menurut kami, drama ini dapat dijadikan
salah satu sumber referensi sebagai pelepas penat. Bagi pembaca yang menyukai jalan cerita
yang lucu, namun tetap sarat akan pesan moral, boleh jadi drama ini adalah pilihan utama.

Anda mungkin juga menyukai