Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI KARET

PTPN VII UNIT REJOSARI-PEMATANG KIWAH

Ayu Setiyawati, Andika Munandar


ayu.119250047@student.itera.ac.id, andikamunandar@tl.itera.ac.id
Program Studi Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Sumatera

Abstrak. Kajian ini membahas mengenai Evaluasi Pengolahan Limbah Padat Industri Karet yang ada
di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah yang berlokasi di Jalan Raya Natar,
Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. PT Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-
Pematang Kiwah hanya berfokus pada produk SIR 20 (Standard Indonesian Rubber) dengan kapasitas
produk yang dihasilkan sebesar 40 ton/hari. Pada proses produksinya menghasilkan produk sampingan
limbah padatan berupa lumpur aktif di dasar kolam IPAL yang mengandung tatalan karet rusak dan
bahan anorganik yang menjadi pencemar dilingkungan pabrik. Tujuan dari kajian ini dilakukan untuk
mengevaluasi pengolahan limbah padat karet dan mengetahui pemanfaatan yang dilakukan dari hasil
pengolahan limbah padat pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi secara langsung, wawancara, studi
kepustakaan dan dokumentasi. Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi, produk sampingan limbah
padatan berupa lumpur yang mengendap akan dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman di
lingkungan pabrik maupun di kebun perusahaan.
Kata kunci : Limbah padat, pupuk, evaluasi
Abstract. This study discusses the Evaluation of Solid Waste Management for the Rubber Industry at the
PT Perkebunan Nusantara VII Rejosari-Pematang Kiwah Unit, located on Jalan Raya Natar, South
Lampung Regency, Lampung Province. PT Perkebunan Nusantara VII Rejosari-Pematang Kiwah Unit
only focuses on SIR 20 (Standard Indonesian Rubber) products with a product capacity of 40 tons/day.
In the production process it produces solid waste by-products in the form of activated sludge at the
bottom of the WWTP pool which contains damaged rubber chips and inorganic materials which become
contaminants in the factory environment. The purpose of this study was conducted to evaluate the
processing of rubber solid waste and to find out the utilization of the results of solid waste processing
at PT Perkebunan Nusantara VII Rejosari-Pematang Kiwah Unit. The data collection method used is
direct observation, interviews, literature study and documentation. Based on the evaluation and
observation results, the by-product of solid waste in the form of sludge that settles will be used as
fertilizer for plants in the factory environment and in company gardens.
Keywords: Solid waste, fertilizer, evaluation

I. Pendahuluan
Perkembangan Industri Karet di Indonesia dimulai dengan dibukanya Perkebunan karet yaitu sekitar
tahun 1864, untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia pada jaman penjajahan
Belanda. Namun, saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor karet dunia
dengan luas perkebunan mencapai 3-3,5 juta hektar terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar
milik negara dan perkebunan besar milik swasta. Di Indonesia, karet merupakan hasil pertanian yang
unggul karena dapat menunjang perekonomian negara, menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Produk karet jenis karet remah yang dikenal dengan karet
Standar Indonesian Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang banyak diperdagangkan saat
ini. Bahan olah karet yang digunakan dalam produksi ada dua jenis yaitu slab dan cup lump, dan untuk
bokar tersebut telah memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI 06 2047-2002). Namun,
Pengolahan karet di Indonesia hanya sebatas menjadi produk setengah jadi, terbukti dari 82% produksi
karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk karet mentah sementara karet domestik untuk produksi
barang-barang baru mencapai 18%. Hal ini terjadi karena penyerap karet nasioanl dan proses hilirisasi
di Indonesia masih belum maksimal [1]. Meskipun pengolahan karet hanya sebatas menjadi produk
setengah jadi, tetapi telah menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Ketersediaan limbah
padat crumb rubber di Indonesia cukup banyak, namun selama ini belum ada penanganan secara efektif
yang dilakukan [2]. Limbah yang dihasilkan hanya ditumpuk di lokasi pabrik atau dibuang ke lahan
tanaman karet. Pemanfaatan limbah padat karet sekitar 18,3 % oleh industri digunakan sebagai media
tanaman yang ada di lokasi pabrik (seperti yang dilakukan oleh pabrik karet PT Perkebunan Nusantara
VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah). Tujuan dari penulisan laporan ini adalah mengevaluasi pengolahan
limbah padat karet dan mengetahui pemanfaatan dari pengolahan limbah padat yang dilakukan oleh
perusahaan.
II. Profil Umum Perusahaan Kerja Praktik
PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan perusahaan BUMN milik pemerintah Indonesia,
kepemilikan saham perusahaan ini dominasi diatas 50% (Major Stake Holder) sehingga fungsi
manajemen dan kebijakan perusahaan di gerakan oleh pemerintah melalui BUMN. PT Perkebunan
Nusantara VII (Persero) merupakan usaha dalam bidang perkebunan dengan beberapa komoditas
andalan dan pokok yang dibudidayakan. Komoditi yang banyak dibudidayakan oleh PT Perkebunan
Nusantara VII sebanyak 4 komoditas yaitu Kelapa Sawit, Karet, Tebu dan Teh. Wilayah kerja
pengelolaan tersebar di Provinsi Lampung sebanyak 10 unit usaha salah satunya PT Perkebunan
Nusantara VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah yang berada di Desa Natar, Kecamatan Natar. PT
Perkebunan Nusantara VII merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki visi “Menjadi
Perusahaan Agribisnis yang Tangguh dengan Tata Kelola yang Baik”. Sedangkan misi dari perusahaan
diantaranya yaitu :
1. Menjalankan usaha Perkebunan Karet, Kelapa Sawit, Teh dan Tebu dengan menggunakan teknologi
budidaya dan proses pengolahan yang efektif serta ramah lingkungan.
2. Menghasilkan produksi bahan baku dan bahan jadi untuk industri yang bermutu tinggi untuk pasar
domestik dan pasar ekspor.
3. Mewujudkan daya saing produk yang dihasilkan melalui tata kelola usaha yang efektif guna
menumbuhkembangkan perusahaan.
4. Mengembangkan usaha industri yang terintegrasu dengan bisnis inti (Karet, Kelapa Sawit, Tebu
dan Teh) dengan menggunakan teknologi terbarukan.
5. Melakukan pengembangan bisnis berdasarkan potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan.
6. Memelihara keseimbangan kepentingan stakeholders untuk menciptakan lingkungan bisnis yang
kondusif.
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah dipimpin oleh manajer Unit langsung
yang bertanggungjawab dengan kepala Direksi dalam melaksanakan tugasnya, seorang manajer dibantu
oleh masinis kepala dan beberapa asisten yaitu Asisten Teknik, Asisten Pengolahan, Asisten Kepala
Tanaman dan Asisten Personalia dan Asisten Kepala TUK.
III. Metodologi
Kerja praktik dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2022 hingga 6 Juli 2022 di PT Perkebunan Nusantara
VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah yang beralamat di Jl. Raya Natar, Kabupaten Lampung Selatan,
Provinsi Lampung. Secara geografis PT Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah
terletak pada koordinat BT 105,20090, LS 5,31920. Data yang dibutuhkan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi sedangkan
data sekunder didapatkan dari buku profil perusahaan PT Perkebunan Nuantara VII Unit Rejosari-
Pematang Kiwah serta data-data lain yang terkait studi literatur seperti referensi jurnal dan juga SNI.
Pengolahan data pada laporan kerja praktik dilakukan dengan analisis deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan keadaan objek berdasarkan fakta yang diperoleh. Berikut merupakan alur pelaksanaan
kerja praktik yang telah dilakukan.
Gambar 3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktik
IV. Hasil dan Pembahasan
1. Sistem Pengolahan Limbah Padat PTPN VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah
Pengolahan limbah padat yang terdapat di PTPN VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah merupakan
limbah yang diperoleh dari proses pengolahan karet yaitu berupa lumpur hasil pengendapan
limbah cair dan zat-zat yang mengapung di kolam rubber trap dan kolam anaerobik. Berikut ini
merupakan diagram pengolahan limbah cair PT Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-
Pematang Kiwah :

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Limbah Cair


Penjelasan mengenai diagram sebagai berikut :
a. Kolam Pra-rubber trap merupakan kolam pertama yang digunakan untuk menampung air
limbah secara langsung dari proses produksi pengolahan dan pada kolam ini akan
dialirkan ke kolam selanjutnya yaitu kolam rubber trap.
b. Kolam rubber trap I dan II merupakan kolam kedua dan ketiga setelah kolam pra-rubber
trap, pada kolam ini terdapat limbah padat berupa tatal karet dan daun-daunan yang
berasal dari proses pencucian. Pada kolam rubber trap ini akan dilakukan pemisahan
limbah padat secara fisik yaitu dengan menggunakan saringan yang dilakukan secara
manual.
c. Kolam Anaerobik I, II dan III merupakan kolam yang berfungsi untuk mengendapkan
limbah karet di dasar kolam, pada kolam ini proses dilakukan dengan kondisi anaerobik
atau tidak menggunakan udara masuk. Proses ini terjadi dengan menggunakan bantuan
dari mikroorganisme anaerobik, dengan proses :
Mikroorganisme anaerobik + air limbah → CO2(g) + H2S(g) + CH4(g).
Gas yang dihasilkan dari proses anaerobik akan mengalami penguapan ke udara,
sedangkan padatan dalam air limbah akan mengalami proses sedimentasi, lalu mengalami
pengendapan didasar kolam sebagai lumpur. Lumpur yang mengendap pada dasar kolam
anaerobik akan dikumpulkan pada bak pengeringan lumpur (SDB/Sludge Drying Bed)
dimana pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Berikut merupakan
lumpur dari kolam anaerobik :

Gambar 4. 1 Limbah Padat


Gambar diatas merupakan tumpukan lumpur hasil pengendapan kolam anaerobik yang
telah didiamkan pada bak pengeringan selama ± 2 bulan, hal tersebut dilakukan agar
lumpur yang awal mulanya basah menjadi kering karena sinar matahari sehingga dapat
lebih efektif ketika akan digunakan sebagai pupuk tanaman sekitar pabrik maupun di
kebun perusahaan.
d. Kolam fakultatif I dan II merupakan kolam terbuka setelah kolam anaerobik, dalam
proses pengolahan limbah karet kolam fakultatif yang digunakan merupakan jenis kolam
fakultatif sekunder yang menerima dan mengolah air limbah yang telah melalui proses
degradasi oleh kolam sebelumnya yaitu kolam anaerobik.
e. Kolam Aerobik I, II dan III merupakan kolam tahapan terakhir dalam pengolahan limbah
cair, limbha cair yang didegradasi pada tahap ini sudah memiliki kadar COD dan BOD
yang sudah menurun karena sudah melewati pengolahan pada kolam anaerobik serta
fakultatif.
2. Hasil Pemberian Limbah Padat Karet pad Tanaman
Ketersediaan limbah padat di PTPN VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah cukup banyak, namun
selama ini belum ditangani secara efektif. Limbah lumpur sebagai produk dari pengolahan air
limbah industri karet merupakan material yang kaya akan nutrisi dan dapat digunakan kembali
sebagai pupuk atau pembenah tanah [3]. Namun karena emisi bau yang tinggi, konsentrasi
logam berat dan senyawa organik beracun yang tinggi, serta berpotensi mengandung
mikroorganisme patogen, maka diperlukan perlakuan khusus sebelum limbah lumpur dapat
diaplikasikan sebagai pupuk. Boonlualohr & Chaisomphob mengemukakan bahwa composting
merupakan salah satu solusi untuk memanfaatkan limbah lumpur menjadi pupuk [4]. Kompos
merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan merupakan proses
dekomposisi secara biologis dan stabilitas bahan organik dibawah kondisi suhu tertentu yang
dihasilkan dari panas akibat adanya aktivitas mikroorganisme yang berkembang biak di
dalamnya dengan hasil yang cukup stabil untuk disimpan dan digunakan di dalam tanah tanpa
merugikan lingkungan. Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah
dan murah serta tidak membutuhkan proses yang terlalu sulit karena dekomposisi bahan
dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara [5].
Pemberian bahan organik tanah (limbah padat pabrik pengolahan karet) pada tanaman cukup
menyumbangkan hara bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk organik berfungsi penting dalam
tanah yaitu menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik,
mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Selain itu unsur hara N, P dan K yang terkandung di dalam bahan organik
pada pupuk limbah padat karet merupakan unsur yang paling dibutuhkan untuk
menyumbangkan hara bagi tumbuhan. Unsur N, P dan K yang terdapat pada limbah padat karet
biasanya berasal dari hasil pengenceran lateks yang dilakukan petani dalam membekukan lateks
dengan berbagai bahan asam yang ikut tercuci oleh air. Penyerapan unsur Nitrogen (N) yang
lebih tinggi oleh tanaman maka tanaman akan membentuk protein lebih tinggi. Terbentuknya
protein yang tinggi bagi tanaman, menyebabkan perkembangan sel-sel tanaman akan lebih baik
sehingga defresiasi sel tanaman menjadi lebih berkembang [6]. Unsur Posfor (P) berperan dalam
pembentukan akar, khususnya pada proses pembibitan tanaman. Tanaman yang kekurangan
unsur hara posfor dapat menyebabkan berkurangnya perkembangan akar, sehingga akar akan
terlihat kecil dan akan mempengaruhi berat kering akar tanaman. Sedangkan unsur Kalium (K)
berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan pucuk tanaman, mendukung pertumbuhan
jaringan tanaman sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap hama penyakit. Menurut
Suseno apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P dan K akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat [7].
Menurut penelitian Setyamidjaja Limbah padat dari pabrik pengolahan karet merupakan limbah
yang secara umum memiliki kandungan bahan organik tinggi, bau menyengat dan berwarna
hitam [8]. Limbah karet padat tersebut mempunyai kandungan bahan organik dan unsur hara
yang tinggi, karena dalam proses pengolahan karet banyak menggunakan bahan kimia seperti
NH4OH sebagai antikoagulan dan juga disenfektan yang ditambahkan pada saat penyadapan
karet sebanyak 5 -10 ml larutan amonia 2 – 2,5 per liter latek yang dihasilkan. Berikut ini bukti
aplikasi pupuk organik limbah padat karet pada tanaman sekitar pabrik :

Gambar 4. 2 Aplikasi Limbah Padat pada Tanaman


Gambar diatas merupakan hasil pengaplikasian pupuk organik dari limbah padat karet pada
tanaman disekitar pabrik yang terlihat tumbuh dengan sangat subur.
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa limbah padat (lumpur) pengolahan air limbah industri
karet memiliki material yang kaya akan nutrisi sehingga sangat cocok digunakan sebagai pupuk.
Selain cocok digunakan sebagai pupuk tanaman karena dapat menyumbangkan unsur hara bagi
tanaman, dapat juga membantu memperbaiki kondisi tanah dan mengurangi pencemaran
lingkungan akibat pemakaian pupuk kimia.
V. Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pengolahan limbah padat pada PTPN VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah dengan
cara limbah lumpur yang dihasilkan akan didiamkan selama ± 2 bulan dan akan
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman di kebun PTPN VII yaitu tanaman kelapa sawit dan
karet yang berlokasi tidak jauh dari pabrik, serta tanaman dikebun sekitar pabrik PTPN VII
Unit Rejosari-Pematang Kiwah.
2. Beberapa manfaat yang didapatkan dari pengolahan limbah padat karet yaitu meningkatkan
kesuburan tanah, sebagai pupuk tanaman karena dapat menyumbangkan unsur hara bagi
tanaman dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Melakukan pengolahan limbah padat karet menjadi kompos yang optimal agar memiliki
nilai jual.
2. Membuat tempat atau lokasi tersendiri untuk pengolahan limbah padat karet pada PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari-Pematang Kiwah.
VI. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama PT Perkebunan Nusantara VII Unit
Rejosari-Pematang Kiwah, Pembimbing lapangan dan Dosen Pembimbing serat teman-teman kelompok
KP yang telah membantu dalam pelaksanaan kerja praktik.
VII. Daftar Pustaka

[1] Muslimah. &. Fahmi. R, “Analisis kelayakan bisnis produk karet remah menjadi karet SIR 20 di
PT. Aceh Rubber Industries,” Jurnal Penelitian Agrisamudra, vol. 5, pp. 16-22, 2018.
[2] Direktorat Jenderal Perkebunan, Luas Areal Kelapa Menurut Provinsi di Indonesia, Jakarta:
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2021.
[3] Kosobucki, et.al "Sewage Sludge Composting," Polish Journal of Enviromental Studies, vol. IV,
no. 9, pp. 243-248, 2000.
[4] Boonlualohr. W & Chaisomphob. T, "Preliminary of Serial Self- turning reactor (STR) to sewage
sludge composting," International Proceedings of Chemical, Biological and Environmental
Engineering, vol. I, no. -, pp. 475-479, 2011.
[5] Kaosol. T & Wandee. S, "Cellulolytic Microbial Activator Influence on Decomposition Of Rubber
Factory Waste Composting," Journal of Environmental Science and Engineering, pp. 41-47,
2009.
[6] Millar. A.H & J.L Heazlewood, "Genomic and proteomic analysis of mitochondria1 carrier
proteins in arabodopsis," Plant Physiol, pp. 443-453, - Februari 2003.
[7] Suseno, "Fisiologi Tumbuhan," in Metabolisme Dasar, Bogor, Departemen Botani Fakultas
Pertanian IPB, 1974, p. 277.
[8] Setyamidjaja, "Budidaya dan Pengolahan Karet," Jurnal Manajemen dan Kualitas Lingkungan,
2003.

Anda mungkin juga menyukai