Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG

ORGANIK DAN ANORGANIK

OLEH :

ALAMSYA
I1D120013

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

2010- 2014 memberikan amanat pada Ditjen Perikanan Budidaya untuk

melaksanakan program peningkatan produksi perikanan budidaya. Indikator

Kinerja Utama (IKU) dari pelaksanaan program tersebut adalah volume produksi

perikanan budidaya dengan target kenaikan pada tahun 2014 mencapai 353%

dibanding tahun 2009. Pada tahun 2014 volume produksi perikanan budidaya

ditarget sebesar 16.891.000 ton. Program tersebut diantaranya dijalankan melalui

kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan yang mulai dicanangkan pada

tahun 2012. Kebijakan ini dipandang perlu untuk mengakserasi pembangunan

kelautan dan perikanan agar kegiatan yang dilakukan tidak sekedar sebuah

rutinitas (business as usual) (DJPB, 2013).

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara

yang memiliki potensi bidang perikanan meliputi perikanan tangkap dan

perikanan budidaya, salah satu usaha perikanan budidaya adalah budidaya ikan

bandeng. Salah satu wilayah Kabupaten Kolaka yang memiliki potensi perikanan

budidaya adalah Kecamatan Wundulako, hal ini ditandai dengan produksi

perikanan budidaya tambak tahun 2017 sebesar 811,42 ton produksi ini meningkat

dari tahun sebelumnya yang berjumlah 2,732 ton (Kecamatan Wundulako dalam

Angka, 2018).

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu komoditas yang

memiliki prospek baik untuk dikembangkan dan sudah dikenal oleh masyarakat
2

Indonesia. Selain itu ikan bandeng merupakan salah satu komoditas yang strategis

untuk memenuhi kebutuhan protein yang relatif murah dan digemari oleh

konsumen di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara. Ikan bandeng juga

merupakan salah satu jenis komoditas yang diekspor dalam bentuk bandeng

umpan dan konsumsi. Menurut (Rachmansyah et al, 2001) ikan bandeng memiliki

keunggulan komparatif dibandingkan dengan spesies ikan lainnya. (Pantjara et al,

1995) menyatakan bahwa ikan bandeng memiliki keunggulan komparatif

dibanding dengan spesies ikan lainnya antara lain bersifat herbivora dan respon

terhadap pakan buatan. Sehingga dalam pemeliharaannya di samping dapat

memanfaatkan pakan alami yang tersedia di tambak juga dapat memakan pakan

buatan sehingga dapat dibudidayakan secara semi intensif dan intensif.

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas yang mempunyai pangsa

pasar cukup baik di dalam negeri dan luar negeri, terutama Timur Tengah, bahkan

beberapa tahun terakhir ini sudah mulai dipasarkan di Cina dan Negara Asia

lainnya (Anonimous, 2010). Pada tahun 2009-2010, bandeng dari Indonesia

sebagian kurang diterima di pasaran Eropa dan Amerika Serikat karena disinyalir

mengandung bahan kimia terutama malachite green yang dapat merusak

kesehatan manusia (Anonimous, 2005). Untuk itu, perlu upaya mengurangi

penggunaan bahan kimia anorganik dan menggantinya dengan penggunaan bahan

organik agar produk yang dihasilkan lebih diminati dan aman dikonsumsi.

Penggunaan pupuk organik dipandang lebih ramah lingkungan dibandingkan

dengan penggunaan pupuk anorganik. Sehingga di masa yang akan datang produk
3

bandeng organik perlu menjadi prioritas agar produksinya dapat dipasarkan baik

dalam negeri maupun luar negeri.

Desa Towua khususnya Bapak H. Ambo merupakan salah satu desa yang

mengembangkan usaha budidaya tambak secara tradisional dengan menggunakan

pupuk organik dan anorganik. Berdasrkan hasil uraian di atas maka penelitian

dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng

Organik dan Anorganik di Desa Towua Kecamatan Wundulako Kabupaten

Kolaka” penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah usaha budidaya ikan

bandeng organik dan anorganik Bapak H. Ambo di Kecamatan Wundulako

Kabupaten Kolaka layak secara finansial untuk dikembangkan?

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial

usaha tambak ikan bandeng organik dan anorganik Bapak H. Ambo di Kecamatan

Wundulako Kabupaten Kolaka.

Kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani tambak ikan bandeng dalam

melakukan usaha bandeng menjadi usaha bandeng organik dan anorganik.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengembangkan usaha

tambak yang sehat dan ramah lingkungan.

3. Sebagai bahan informasi bagi yang melakukan penelitian yang relevan.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Bandeng Organik

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2002), "Organik" adalah istilah

pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan

standar produksi organik dan di sertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi

resmi. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang

minimum, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis. Praktek

pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas sepenuhnya dari

residu karena adanya polusi lingkungan secara umum. Namun beberapa cara

digunakan untuk mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. Pekerja, pengolah

dan pedagang pangan organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas

produk pertanian organik. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk

mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari

kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia. Sejauh ini pertanian organik

disambut oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang

berbeda.

Bandeng merupakan salah satu komoditasyang mempunyai pangsa pasar

cukup baik didalam negeri dan luar negeri, terutama TimurTengah, bahkan

beberapa tahun terakhir inisudah mulai dipasarkan di Cina dan Negara

Asialainnya (Anonimous, 2010). Pada tahun 2009-2010, bandeng dari Indonesia

sebagian kurangditerima di pasaran Eropa dan Amerika Serikatkarena disinyalir

mengandung bahan kimia terutama malachite green yang dapat merusak


5

kesehatan manusia (Anonimous, 2005). Untuk itu, perlu upaya mengurangi

penggunaan bahan kimia anorganik dan menggantinya dengan penggunaan bahan

organik agar produk yang dihasilkan lebih diminati dan aman di konsumsi.

Penggunaan pupuk organik dan pestisida organik dipandang lebih ramah

lingkungan dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. Sehingga di masa

yang akan datang produk bandeng organik perlu menjadi prioritas agar

produksinya dapat dipasarkan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pupuk organik merupakan pupuk yang prosesnya dilakukan oleh mikroba

pengurai yang mengubah bahan organik menjadi ion-ion yang mudah tersedia

sehingga lebih cepat dimanfaatkan pakan alami. Menurut Sutanto(2002),

pemberian pupuk organik selain mendapatkan hara makro seperti N, P, K, Ca,

Mg, dan S juga hara mikro seperti Zn, Cu, Mo,Co, B, Mn dan Fe, walaupun

jumlahnya relatif sedikit. Di tambak, pupuk organik sebagai sumber nitrogen

peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah

(Martodireso & Suryanto, 2001).

Pupuk organik dijual dalam bentuk kompos dan bahkan sudah dibuat oleh

pabrik dalam bentuk padatan (butiran) dan cairan dalam kemasan atau botol

plastik (Simamora dan Salundrik, 2006). Namun harga pupuk organik yang dijual

di pasaran tersebut harganya sedikit lebih mahal, sehingga perlu alternatif lain

penggunaan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah organik seperti limbah

pasar (terutama sayuran), dedak, ampas tahu atau limbah organik lainnya untuk

dijadikan pupuk organik. Kekurangan penggunaan pupuk organik dibandingkan

pupuk anorganik terutama dalam tersedianya nutrien yang rendah sehingga


6

memerlukan pupuk dalam jumlah yang banyak (Anonimous, 2006; Gark &

Bhatnagar, 1999). Namun demikian, pupuk organik mempunyai keunggulan

dalam memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta ramah lingkungan. Menurut

(Purbayanto, 2010), produk organik umumnya menghasilkan produk-produk

panen yang berkualitas dan bebas dari bahan sintetis yang berbahaya.

2. Budidaya Ikan Bandeng

Bandeng merupakan salah satu jenis ikan ekonomis yang banyak digemari

masyarakat Indonesia. Hal itu karena bandeng mempunyai rasa daging yang enak

dan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, bandeng memiliki peran yang cukup

besar bagi peningkatan gizi masyarakat. Dunia perikanan internasional, bandeng

dikenal dengan nama milkfish. Bandeng termasuk ikan pemakan tumbuhan seperti

lumut, kelekap, dan plankton (nabati maupun hewani). Bandeng sangat mudah

untuk dibudidayakan karena memiliki kemampuan dalam menghadapi perubahan

garam yang sangat besar. Di Indonesia budidaya bandeng telah dikenal sejakabad

XII dan merupakan budidaya tertua. Pada saat itu bandeng mulai di budidayakan

di tambak air payau pulau Jawa. Walaupun demikian, sampai saat ini sebagian

besar pemeliharaannya masih bersifat tradisional dan dilakukan pada kedalaman

air sekitar 15-40 cm. Selain pada tambak dangkal, budidaya bandeng juga

dilakukan pada tambak dalam(1-2 m) dengan menggunakan teknologi yang sudah

maju (Sudradjat et al. 2011).

Menurut Ghufran, 2010 menjelaskan bahwa ikan bandeng telah menjadi

konsumsi penting masyarakat Indonesia sejak lama. Saat ini bandeng menjadi

komoditas budidaya penting karena selain rasanya yang gurih, harganya dapat
7

dijangkau oleh segala kalangan masyarakat, tahan terhadap penyakit, serta dapat

dibudidayakan diberbagai habitat yaitu air payau, laut dan tawar. Ikan bandeng

diklarifikasikan ke dalam:

Filum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Gonorhynchiformes
Family : Chadinae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos

Gambar 1. Ikan Bandeng

Bandeng memiliki badan memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor

becabang sebagai tanda bandeng tergolong sebagai ikan perenang cepat. Kepala

bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak diujung rahang tanpa gigi dan lubang

hidung terletak di depan mata. Mata diliputi oleh selaput bening (subcutaneous).

Warna badannya putih keperak-perakan dengan punggung biru kehitaman.

Bandeng memiliki sirip punggung yang jauh di belakang tutup insang dengan 14-

16 jari-jari pada sirip punggung, 16-17 jari-jari pada sirip dada, 11-12 jari-jari

pada sirip perut, dan 10-11 jar-jari pada sirip anus atau dubur (sirip dubur atau

anal finn terletak jauh dibelakang sirip punggung). Kemudian sirip ekor berlekuk

simetris dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk berjumlah 75-80 sisik

(Ghufran, 2010).
8

3. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha adalah penelitan tentang pengevaluasian apakah

suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari

sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu

usaha dikatakan layak apabila usaha mendatangkan keuntungan (Kadariah et

al.1999).

Kelayakan Usaha merupakan suatu bahan yang digunakan sebagai

pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan apakah menerima atau menolak

dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2003). Sementara

menurut Umar (2005) studi kelayakan usaha/bisnis merupakan penelitian terhadap

rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu usaha

dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian

keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

Menurut Nurmalina et al.(2010), studi kelayakan bisnis merupakan

penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan

manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis telah banyak dikenal

oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis. Banyak

peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis menuntut adanya

penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan

manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar

untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan.

Selain itu studi kelayakan bisnis juga dapat diartikan sebagai penelitian tentang
9

dapat tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis investasi) dilaksanakan

dengan berhasil (Husnan dan Muhammad 2000).

(Kasmir dan Jakfar, 2006) menyatakan tujuan dari perlu adanya studi

kelayakan usaha sebelum usaha itu sendiri dilakukan ada empat yaitu :

a. Menghindari Resiko Kerugian

b. Memudahkan Perencanaan

c. Mempermudah Pelaksanaan Pekerjaan

d. Memudahkan Pengawasan

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), suatu studi kelayakan bisnis akan

menyangkut tiga aspek yaitu :

a. Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi bisnis itu sendiri atau manfaat finansial,

artinya apakah bisnis tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan

risiko bisnis.

b. Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis tersebut

dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro

suatu negara.

c. Manfaat sosial bisnis tersebut bagi masyarakat disekitar bisnis.

Menurut Husnan dan Muhammad, (2000), dalam melakukan studi

kelayakan ada tahap-tahap penting yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

1) Identifikasi merupakan tahap dimana pelaku bisnis atau investor melihat

adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Tahap ini dapat

memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.


10

2) Perumusan merupakan tahap untuk menterjemahkan kesempatan investasi ke

dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor penting

dijelaskan secara garis besar.

3) Penilaian dilakukan untuk menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik,

keuangan dan perekonomian.

4) Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang

akan dicapai.

5) Implementasi adalah tahap penyelesaian proyek dengan tetap berpegang pada

anggaran.

3.1. Aspek Teknis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek teknis dikatakan juga sebagai

aspek produksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah

masalah dalam penentuan produksi, tata letak (lay out), peralatan usaha dan

produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasional

sangat tergantung dari jenis usaha yang dijalankan karena setiap jenis usaha

memiliki prioritas sendiri. Ibrahim (1998) menyatakan aspek teknis produksi

merupakan aspek yang berhubungan dengan pembangunan dari proyek yang

direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas produksi, penggunaan teknologi

(mesin/peralatan, maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan faktor

produksi).

Faktor produksi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, serta

sumber daya buatan. Fauzi (2006) menyatakan sumber daya alam adalah suatu

sumber daya hayati maupun non hayati yang dimanfaatkan oleh manusia maupun
11

makhluk hidup lainnya untuk bertahan hidup. Fungsi dari sumber daya alam

adalah sebagai sumber pangan, bahan baku dan sumber energy. Sumber daya alam

merupakan faktor produksi dari alam yang digunakan untuk memproduksi

barang/jasa untuk kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia merupakan bagian

dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan untuk mengelola unsur

manusia secara baik agar diperoleh suatu tenaga kerja yang berkualitas (Umar,

2003). Sementara sumber daya buatan menurut Arifin (2007) merupakan sumber

daya dari hasil ciptaan manusia yang digunakan untuk mempermudah

terlaksananya suatu kegiatan manusia sendiri. Bentuk dari sumber daya buatan

atau modal dapat berbentuk uang maupun bentuk fisik seperti gedung, peralatan,

mesin dan bahan mentah.

Usaha budidaya bandeng dilakukan dengan memulainya dari pemilihan

lokasi tambak yang sesuai untuk pembesaran bandeng, kemudian persiapan

tambak, penebaran nener, pemeliharaan selama periode pembesaran dan

pemanena (Sudrajat, 2011).

a. Lokasi

Pemilihan lokasi tambak merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan budidaya. Pemilihan lokasi budidaya bandeng, hal yang menjadi

pertimbangan utama adalah pemanfaatan sumberdaya alam secara maksimal

untuk mendapatkan biaya produksi yang minimal. Beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan lokasi pembesaran bandeng yaitu posisi lahan

tambak yang terletak diantara pasang surut air, dekat dengan sumber air, tidak

terletak didaerah dengan curh hujan tinggi (bebas banjir) ataupun daerah dengan
12

musim kemarau panjang dan tanah tambak tidak mudah bocor sehingga tambak

mampu mempertahankan air selama dibutuhkan.

b. Persiapan tambak

Jenis kegiatan yang perlu dilakukan dalam persiapan tambak diantaranya

adalah perbaikan kontruksi tambak, pengeringan, pengapuran, pemupukan dan

penumbuhan pakan alami.

1. Perbaikan kontruksi tambak perludilakukan terhadap saluran dan pintu air,

pematangan, peralatan tambak dan komponen lain yang pada umumnya rusak

atau berkurang fungsinya setelah pemeliharaan bandeng setelah panen.

2. Pengeringan tambak bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas fungsi

dari tambak dan mematikan organisme-organisme yang mengganggu sehingga

hasil panen yang diperoleh bisa optimal. Proses pengeringan biasanya

berlangsung selama 1-2 minggu sampai tanah dasar tambak retak-retak. Proses

pengeringan dilakukan tidak sampai kering sekali, melaikan jika di injak masih

bisa amblas atau turun sekitar 1-2 cm (kandungan air 20%).

3. Pengapuran dasar tambak bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan juga

dapat berfungsi sebagai pembasmi hama dan bibit penyakit. Biasanya jenis

kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3), kalsium hidroksida

Ca(OH)2, kalsium oksida (CaO), dan kapur cair.

4. Pemupukan dan penumbuhan pupuk alami bertujuan untuk menyuburkan tanah

sehingga pertumbuhan pakan alami bisa lebih cepat. Pakan alami bandeng

yang dipelihara dalam tambak berupa kelekap, lumut dan plankton.

c. Penebaran nener.
13

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemelihan benih yaitu (a)

kondisi benih sehat, tidak cacat/ luka, tubuh tidak kaku dan gerak lincah, (b)

warna cerah, (c) khusus untuk gelondongan, sisik tubuhnya harus lengkap atau

tidak ada yang lepas, (d) tubuh tidak ditempeli hama/ penyakit, dan (e) memiliki

nafsu makan yang tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, penebaran nener

perlu dilakukan dengan hati-hati. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi

hari (pukul 07.00-09.00) atau sore hari (pukul 16.00-17.00). Hal ini dimaksudkan

agar nener tidak terlalu stres dengan perubahan suhu perairan. Berikut adalah cara

yang biasa dilakukan dalam menebar nener bandeng:

1. Letakkan dan apung-apungkan wadah pengangkutan nener/ kantong plastik

pada permukaan air tambak sebagai proses adaptasi suhu air yang ada pada

wadah pengangkutan nener dan air tambak kurang lebih 15-30 menit.

2. Buka kantong plastik kemudian masukkan air kedalamnya sedikit demi sedikit.

3. Nener dari dalam kantong dikeluarkan atau dilepaskan ketambak secara

perlahan dan tetap dilakukan secara berhati-hati.

4. Padat penebaran nener untuk budidaya bandeng organik dianjurkan sebanyak

5.000-7.000 ekor/ha.

d. Pemeliharaan

Setelah benih ditebarkan di tambak, langkah selanjutnya adalah

pemeliharaan sampai panen. Dalam pemeliharaan dilakukan pengamatan dan

pemberian pupuk tambahan.

1. Pengamatan dilakukan pada lahan tambak tempat bandeng dipelihara. Bila

tampak ditumbuhi ganggang dan lumut sutera tindakan yang harus dilakukan
14

adalah membersihkannya. Akan tetapi ganggang dan lumut sutera

tersebutdapat pula dijadikan pakan tambahan untuk bandeng dengan cara

membusukkannya terlebih dahulu.

2. Pupuk tambahan dilakukan dengan menggunakan probiotik pada hari ke-27

setelah benih ditebar. Jika pembesaran bandeng dilanjutkan sampai bulan ke-3,

penambahan pupuk dilakukan kembali dengan menggunakan pupuk organik

cair pada hari ke-57 setelah penebaran nener.

e. Pemanenan

Panen dilakukan berdasarkan pertimbangan ukuran atau permintaan

konsumen, biasanya antara 100-600 g/ekor. Metode pemanenan bandeng pada

budidaya bandeng dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Sistem serang: caranya yaitu (a) mengurangi air di tambak sebatas ikan mampu

bergerak, (b) mengaliri air kembali melalui pintu air, (c) bandeng akan

berkumpul menuju sumber air dimana air didekat pintu masuk tambak, (d) jika

bandeng sudah berkumpul pada pintu air, bandeng dapat ditangkap dengan

mudah menggunakan jala atau seser, dan (e) untuk tambak-tambak tertentu

yang dilengkapi petak penangkapan dengan mudah bandeng terkumpul disana,

tentunya ukuran petak tersebut lebih kecil dan lebih dalam sehingga

memudahkan untuk ditangkap.

2. Menggunakan alat tangkap biasanya berupa jarring insang atau gill net. Jaring

tersebut dibentangkan melintang tambak sambil ditarik kearah satu sisi tambak

(biasanya sisi lebar).


15

3. Sistem pengeringan adalah penangkapan dapat dilakukan dengan

menggunakan jala atau menggunakan jarring insang yang lebih kecil.

3.2. Aspek Finansial

Analisis aspek finansial merupakan analisis biaya dan manfaat yang

berpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam usaha/proyek dan

merupakan penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

pengelolaannya. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran

uang dengan pendapatan proyek, apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang

diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan

apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat

berdiri sendiri (Kadariah, 2001).

Analisis finansial menyajikan proyeksi arus kas dan laba rugi perusahaan.

Proyeksi arus kas merupakan perangkat penting dalam studi kelayakan khususnya

aspek keuangan. Menurut Subagyo (2008), proyeksi arus kas memberikan

informasi kepada calon investor temasuk bank kreditor mengenai kemampuan

perusahaan dari segi keuangan, dengan arus kas ini calon investor dapat melihat

kemampuan usaha menciptakan surplus atau defisit keuangan serta memberikan

infomasi mengenai sisa uang tunai (kas) pada akhir periode. Laporan laba rugi

mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang

dikeluarkan perusahaan. Laporan laba rugi menunjukan hasil operasi perusahaan

selama periode operasi.

Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa

proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger, 1986). Menurut Husnan


16

dan Muhammad (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa

dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut 5

diantaranya metode average rate return, pay back periode, present value, internal

rate return, serta profitability indeks. Selain itu (Gittiger, 1986), menyebutkan

bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria

investasi net present value, gross benefit cost ratio dan internal rate return.

Adapun komponen yang diperlukan dalam analisis kelayakan dari segi finansial

adalah sebagai berikut :

a. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga

yang tidak dapat menutup biaya yang akan menyebabkan kerugian. Apabila suatu

tingkat harga yang tidak dapt menutupi biaya akan menyebabkan kerugian

sebaliknya apabila tingkat harga melebihi semua biaya maka dapat dipastikan

bahwa suatu usaha tersebut mendapat keuntungan (Soekartawi, 2003).

Menurut Soekartawi (2003), biaya merupakan nilai dari seluruh korbanan

yang diukur dengan nilai uang. Biaya terdiri dari dua komponen yaitu :

1. Biaya tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi

berubah (selalusama), ataut idak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi.

Biaya tetap pada dasarnya hanya mempunyai arti dalam jangka pendek dimana

fakor produksi yang di gunakan merupakan fakor produksi tetap.


17

2. Biaya variable (Variabel Cost)

Biaya variabel disebut pula biaya operasi artinya manajer mengatur,

mengeluarkan sepanjang waktu produksi. Biaya ini selalu bersamaan

tergantung kepada besar kecilnya produksi.

Data biaya tetap dan biaya tidak tetap digunakan untuk mengetahui total

biaya produksi atau total cost menurut La Ola (2014), dengan rumus :

TC = TFC + TVC..................................................................................................(1)
Dimana :
TC = Total Cost (Rp)
TFC = Total Fixed Cost (Rp)
TVC = Total Variable Cost (Rp)

Biaya total (TC) diperoleh dari biaya tetap (TFC) ditambah biaya variabel

(TVC) atau biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang mempunyai nilai

yang stabil (tetap) tanpa dipengaruhi jumlah unit yang diproduksi, misalnya biaya

sewa gedung dan biaya peralatan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya

yang nilainya tergantung pada banyak tidaknya jumlah barang yang diproduksi

misalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku (Ibrahim, 2003).

b. Penerimaan

Ahmad (2007), mengemukakan bahwa penerimaan (revenue) adalah

sumberdaya yang masuk ke perusahaan dalam satu periode. Penerimaan tersebut

merupakan penerimaaan dari hasil penjualan barang atau jasa yang tidak

mencakup dari sumberdaya yang diperoleh dari operasi penjualan. Penerimaan

total (total revenue = TR) adalah keseluruhan penerimaan yang diterima oleh

produsen dari hasil penjualan barang-barang. Penerimaan total dapat dihitung dari
18

jumlah barang yang dijual dikalikan dengan tingkat harga.Adapun rumus yang

digunakan menurut (Rahardja et all, 2008), yaitu :

TR = P.Q................................................................................................................(2)
Dimana :
TR = Total Revenue (Rp/Kg)
P = Price/Harga (Rp)
Q = Quantity (Kg)
c. Keuntungan

Keuntungan dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya

produksi yang di keluarkan dengn jumlah penerimaan dari hasil penjualan, dengan

pusat perhatian ditujukan bagaimana cara menekan biaya sewajarmya supaya

dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diinginkan, adapun biaya yang

dikeluarkan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan adalah jumlah

yang diperoleh dari penerimaan hasil penjualan dan hasil produksi setelah

dikurangi dengan total biaya produksi pada periode tertentu, sehingga untuk

menghitung jumlah keuntungan maka perlu diketahui jumlah penerimaan dan

biaya yang dikeluarkan (Alex, 2004).

Harahap (2008), yang menyatakan keuntungan merupakan main goals atau

tolak ukur keberhasilan manajemen perusahaan ataupun industri yang berbasis

bisnis atau profit seeking terlebih pada bagian manajemen keuangan.

ᴫ= TR – TC...........................................................................................................(3)

Dimana :

ᴫ = Pendapatan bersih atau keuntungan (Rp)


TR = Total Revenue (Rp)
TC = Total cost (Rp)
19

d. Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relative

suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih dari 1 (R/C>1). Hal ini

menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha

akan semakin tinggi (Effendi dan Oktariza, 2006 dalam Rahayu, 2010).

Menururt (Passaribu, 2012), menyebutkan bahwa R/C Ratio merupakan

perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

R TR
= ..................................................................................................................(4)
C TC
Dimana :
TR = Total revenue (Rp)
TC = Total cost (Rp)
20

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang di lakukan oleh Annisa dan Lamusa (2014) dengan judul

Analisis Kelayakan Usaha Tambak Bandeng Di Desa Dolago Kecamatan Parigi

Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk

mengetahui besarnya pendapatan dan kelayakan usaha tambak bandeng di Desa

Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Desa Dolago Kecamatan

Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Penetapan sampel dilakukan dengan

metode sampel acak sederhan (Simple Random Sampling), dimana jumlah sampel

yang digunakan dalam penelitian 30 responden dari populasi sebanyak 42 petani

budidaya tambak bandeng. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analisis Pendapatan dan Kelayakan. Hasil analisis pendapatan yang diperoleh

menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pada usaha tambak bandeng bandeng di

Desa Dolago sebesar Rp4.889.042/Ha. Hasil analisis kelayakan yang diperoleh

menunjukkan Nilai Return CostRatio (R/C-ratio) sebesar 2,7 menunjukkan R/C

>1, maka usaha tambak bandeng di Desa Dolago layak untuk diusahakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dkk., (2018), dengan judul

Evaluasi Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos) Semi

Intensif Di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Penelitian yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui aspek ekonomi dengan menganalisis besarnya modal,

pendapatan dan keuntungan, serta menganalisis aspek kelayakan usaha dari sisi

finansial (NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Period) agar diketahui kelayakan

pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) semi intensif di Kecamatan Tayu,


21

Pati. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengumpulan data

menggunakan metode wawancara dan dis\tribusi kuisioner. Analisis data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian aspek ekonomi di peroleh

bahwa modal investasi berkisar Rp. 12.330.000,-, hingga Rp. 304.900.000,-/Ha,

besar biaya total adalah Rp.92.210.000,- hingga Rp.179.030.000,-/Ha/tahun, besar

pendapatan Rp.135.850.000, hingga Rp. 973. 750. 000 / Ha /tahun dan besarnya

keuntungan berkisar Rp.5.580.000,- hingga Rp.806.700.000/Ha/tahun. Hasil

evaluasi aspek kelayakan usaha diperoleh nilai rata-rata PP, NPV, dan B/C ratio

serta IRR adalah 5,74 tahun, Rp.68.064.730,-, dan 1.07 serta 29%. Dari hasil

evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya pembesaran ikan

bandeng secara semi intensif secara finansial layak untuk di usahakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Triyanti dan Hikmah (2015) tentang

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang dan Bandeng: Studi Kasus di

Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Peluang pengembangan budidaya

polikultur di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu cukup besar terutama

dilihat dari faktor pendukung berupa aspek teknis, keinginan masyarakat yang

cukup besar, aspek finansial dan aspek pasar dan dapat meminimalisir faktor

penghambat usaha tersebut. Usaha budidaya polikultur udang windu dengan

bandeng di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu memberikan keuntungan

dalam satu tahun sebesar Rp 85.896.900, dengan perhitungan R/C ratio > 1 yang

menandakan bahwa usaha budidaya udang dan bandeng di Kecamatan Pasekan

layak untuk diusahakan. Perhitungan analisis sensitifitas pada usaha udang windu

dengan bandeng untuk umur proyek 10 tahun diperole NPV sebesar Rp


22

93.664.893, Net B/C sebesar 2,70 dan nilai IRR sebesar 33% yang menunjukkan

bahwa usaha budidaya polikultur udang windu dengan bandeng layak untuk

diusahakan selama umur proyek.

Penelitian yang dilakukan oleh Affan, (2015) tentang Analisa Kelayakan

Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopaneaus vannamei) Pada Tambak Intensif

(Studi Kasus Kewirausahaan Tambak Udang di Desa Blendung, Kecamatan

Ulujami, Kabupaten Pemalang. Tegal menghasilkan penelitian usaha budidaya

udang vannamei dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar Rp 212.016.952, dan

AE sebesar Rp 170.084.423, yang semakin didukung dengan hasil perhitungan

metode payback period payback period yang menyatakan bahwa periode

pengembalian modal akan terjadi di tahun kedua juga nilai IRR lebih besar

dibandingkan MARR yaitu 42% dibanding 20%.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardany (2010) tentang Analisis

Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname pada Usaha

Dagang Jasa Hasil Diri di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten

Indramayu, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini mengkaji analisis kelayakan usaha

udang vannamei di Cantigi Indramayu menggunakan dua skenario yaitu perluasan

lahan tanpa ada perbaikan teknis dan perluasan lahan yang disertai dengan

perbaikan teknis. Hasilnya diketahui jika skenario pertama yaitu perbaikan lahan

tanpa ada perbaikan teknis lebih sensitif dibandingkan skenario kedua dimana

nilai NPV sebesar Rp 7.221.427.150,00 dan Rp 29.867.006.067,00, net B/C

sebesar 2,62 dan 7,7 da IRR sebesar 47,84 % dan 146,55%.


23

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Usaha Budidaya Ikan Bandeng Organik dan Anorganik

Aliran Penerimaan Aliran Pengeluaran

Produksi Harga Jual Biaya Tetap Biaya Variabel

Penerimaan Total Biaya

Keuntungan

R/C Ratio

Layak Tidak Layak

Gambar 2. Kerangka Pikir


24

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2022 yang berlokasi

Desa Towua Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. Lokasi ini dipilih secara

sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

salah satu tempat budidaya tambak ikan bendeng organik (Chanos chanos).

B. Populasi dan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus

pada usaha budidaya Bapak H. Ambo yang melakukan usaha ikan bandeng

organik dan Anorganik Desa Towua, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka.

Menurut Nazir (2003), studi kasus (case study) adalah penelitian tentang status

subjek penelitian berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

personalitas bertjuan untuk menggambarkan secara mendetail tentang latar

belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus yang kemudian dari sifat-sifat

khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

kueisioner yang akan diajukan kepada masyarakat yang melakukan budidaya

ikan bandeng organik di daerah penelitian.


25

2. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang diambil langsung dari

lapangan tempat penelitian, yaitu yang menyangkut luas lahan, bibit, pakan

serta hasil budidaya.

3. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengambil

gambar,serta data-data penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

ini.

Ketiga teknik pengumpulan data diatas dapat dibagi menjadi dua jenis

data, yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara yaitu

melihat tentang karakteristik usaha budidaya, biaya investasi, biaya

operasional, sumber modal, volume dan nilai produksi perikanan.

2. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber atau instansi termasuk

dokumentasisebagai data pelengkap/penunjang dari data primer seperti data

dari Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Kolaka, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Kolaka, publikasi dan laporan-laporan lainnya maupun jurnal yang

berkaitan dengan penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

mengambil atau menggunakan sebagian atau keseluruhan dari sekumpulan data

yang telah dicatat atau dilaporkan sebelumnya, seperti jumlah petani tambak,

perkembangan luas lahan budidaya, produksi dan produksi ikan bandeng di

Kabupaten Kolaka.
26

D. Konsep Operasional

Fungsi dari konsep operasional ini yaitu untuk mempermudah peneliti

dalam mencapai tujuan penelitian, maka dibutuhkan konsep operasional ini,

sebagai berikut:

1. Responden adalah Bapak H. tambak ikan bandeng yang di wawancarai di

Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka.

2. Ikan bandeng organik adalah ikan bandeng yang dalam

budidayanyamenggunakan pakan alami yang dipupuk dengan menggunakan

bahan organik dari alam.

3. Produksi adalah jumlah atau hasil panen ikan bandeng dari kegiatan budidaya

yang dihitung persiklus produksi.

4. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti

daun, batang, akar dan sisa-sisa bahan organik lainnya.

5. Penerimaan adalah hasil yang diperoleh dari produksi budidaya ikan bandeng

yang telah dikalikan dengan harga jual ikan persatuan siklus.

6. Keuntungan adalah estimasi laba bersih yag dihasilkan dari usaha budidaya

ikan bandeng.

7. Biaya adalah estimasi semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh pembudidaya

ikan bandeng organik. Biaya ada dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

a) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan tidak berpengaruh langsung

dengan jumlah produk atau barang yang dihasilkan oleh petani responden.

b) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dan berpengaruh langsung

dengan jumlah produk atau barang yang dihasilkan oleh petani responden.
27

8. Analisis kelayakan dari segi finansial adalah aspek untuk mengidentifikasi

keuangan pada usaha dilihat dari layak tidaknya pengembangan usaha, serta

mengidentifikasi biaya-biaya yang digunakan pada usaha budidaya ikan

bandeng.

E. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis kuantitatif yaitu untuk menentukan tingkat kelayakan usaha budidaya

tambak ikan bandeng organik (Chanos chanos) dari segi aspek finansial di Desa

Towua Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Biaya

Menentukan biaya dapat dilihat dari dua macam yaitu biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang rutin dikeluarkan oleh

perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya

biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas produksi. Biaya variabel merupakan

biaya yang rutin dikeluarkan sitiap dilakukan usaha produksi dimana besarnya

tergantung pada jumlah produk yang ingin diproduksi (Ardana, 2008).Data

biayatetap dan biaya tidak tetap digunakan untuk mengetahui total biaya produksi

atau total cost menurut (La Ola., 2014), dengan rumus :

TC = TFC + TVC..................................................................................................(5)
Dimana :
TC = Total Cost (Rp)
TFC = Total Fixed Cost (Rp)
TVC = Total Variable Cost (Rp)
28

b. Penerimaan

Analisis ini digunakan untuk melihat berapa besar pendapatan

kotor/penerimaan (revenue) dari usaha budidaya ikan bandeng organik.

Penerimaan adalah jumlah hasil tangkapan dikali dengan harga jual yang berlaku

pada saat itu. Adapun rumus yang digunakan menurut Rahardja et al, (2008) yaitu

TR = P.Q................................................................................................................(6)
Dimana :
TR = Total Revenue (Rp/Kg)
P = Price/Harga (Rp)
Q = Quantity (Kg)

c. Keuntungan

Keuntungan merupakan main goals atau tolak ukur keberhasilan

manajemen perusahaan ataupun industri yang berbasis bisnis atau profit seeking

terlebih pada bagian manajemen keuangan. Untuk mengetahui berapa besar

keuntungan yang diterima oleh petani tambak budidaya ikan bandeng organik

dam anorganik di Desa Towua Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka, maka

digunakan analisis keuntungan sabagai berikut (Harahap, 2008).

ᴫ= TR – TC...........................................................................................................(7)
Dimana :

ᴫ = Pendapatan bersih atau keuntungan (Rp)


TR = Total Revenue (Rp)
TC = Total cost (Rp)
29

d. Revenue Cost Ratio (R/C)

Menururt Passaribu, (2012), menyebutkan bahwa R/C Ratio merupakan

perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

R TR
= ..................................................................................................................(8)
C TC
Dimana :
TR = Total revenue (Rp)
TC = Total cost (Rp)
Dengan kriteria sebagai berikut :
R/C > 1, usaha budidaya layak
R/C < 1, usaha budidaya tidak layak (rugi)
R/C = 1, usaha budidaya impas (tidak untung dan tidak rugi)
30
31

DAFTAR PUSTAKA

Affan, N. 2015. Analisa Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopaneaus


Vannamei) Pada Tambak Intensif (Studi Kasus Kewirausahaan Tambak
Udang di Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang.
Tegal : Universitas Pancasakti.
Ahmad, K. 2007. Akuntansi Manajemen (Dasar-Dasar Konsep Biaya dan
Pengambilan Keputusan) Edisi Revisi.Jakarta : PT Grafindo Persada.
Ahmad, T., Erna, R., Jamil M, danYakoh R. 2000. Budidaya Bandeng Secara
Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
Alex, S.N dan Umar, B. 2004. Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Bumi
Aksara. Jakarta.
Annisa Risna., Arifudin Lamusa. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Tambak
Bandeng di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi
Moutong. Agribisnis. Vol 2 (3).
Anonimous. 2005. Awas bandeng penyebab kanker Uni Eropa: Produk ikan
Indonesiaberacun. http://groups.yahoo.com/ group/apakabar. Diakses
tanggel 9 September 2005.
Anonimous. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia
(FNCA), Biofertilizer Project Group. Japan Atomic Industrial Forum,
Tokyo.
Anonimous. 2010. Ekspor bandeng ke Timur Tengah. http://www.ikan bandeng.
wordpress.com. Diakses Tanggal 2 April 2010.
Asih Dian Sukmawati., Tita Elfitasari., Sri Rejeki. 2018. Evaluasi Kelayakan
Usaha Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Semi Intensif di
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. AMT. Vol 7 (1).

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Wundulako Dalam Angka 2018, Wundulako.


2018.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI)
016729- 2002. Sistem Pangan Organik. Jakarta.
Damardjati, D.S. 2005. Kebijakan Operational Pemerintah dalam Pengembangan
Pertanian Organik di Indonesia. Materi Workshop dan Kongres Nasional
II MAPORINA, 21 December 2005, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2013. Enam Strategi Pokok Program
Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya.http://www.djpb.kkp.go.id/
berita.php?id=931. Diakses pada tanggal 19 November 2014.
32

Anda mungkin juga menyukai