Anda di halaman 1dari 36

D R R I YA N M A G

C U K U P K A H B O I KO T
( P RO D U K ) P E RA N CIS ?
R E S P O N ATA S P E N G H I N A A N
NABI SAW

#32
KECAMAN DAN DEMONSTRASI
DIMANA-MANA, DENGAN
TUNTUTAN YANG MENGEMUKA
UNTUK BOIKOT
PRODUK PERANCIS
FAKTA TRANSAKSI DAGANG PERANCIS-INDONESIA
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam lima tahun terakhir neraca perdagangan
Indonesia dengan Prancis selalu defisit.

Mulai dari defisit USD346 juta di 2015, defisit USD489,3 juta


di 2016, defisit USD609,4 juta di 2017, defisit USD648,5 juta
di 2018, dan defisit USD411 juta di 2019.

Dari sisi segmentasi produk, barang-barang dari Prancis yang masuk ke pasar Indonesia rata-rata
ialah high end market atau pasar kelas atas seperti tas dan baju branded. Di samping itu, ada
juga produk makanan minuman untuk segmen kelas menengah bawah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari-Juli 2020
Indonesia mengimpor barang dari Prancis senilai US$ 682 juta. Angka ini
turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Adapun, dikutip dari laman CNBC Indonesia produk Perancis di Indonesia


antara lain

-Senjata dan peluru 282,029 Kg, senilai USD 71,9 juta


-Pulp and waste paper 111,8 juta kg, senilai USD 45,9 juta
-Mesin dan motor termasuk suku cadang 699.281 kg senilai USD 436 juta.

Produk kesehatan dan farmasi sebanyak 681.044 kg, nilainya USD 33,9
juta
-Kedelai 120.743 kg nilainya USD 73.370
-Mentega 286.790 kg nilainya USD 238 juta.

Kemudian, produk Perancis di Indonesia dari produk kecantikan ada seperti


L'Oreal dan barang mewah, misalnya Louis Vuitton.
FUNGSI BOIKOT :
(1) REPRESENTASI SIKAP POLITIK
(2) ALAT TEKAN POLITIK
SEJAUH INI PERANCIS
MASIH BERTAHAN
Menanggapi hal tersebut, Prancis akan kembali menambahkan
ribuan tentara untuk mengamankan lokasi penting seperti
tempat ibadah dan sekolah.

Berbicara di luar gereja, Marcon menyatakan Prancis telah


diserang namun ia menyatakan bahwa Prancis akan
memperjuangkan kebebasan berkeyakinan dan ia juga
menegaskan bahwa tidak akan menyerah.

“Atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan,


untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan
berkeyakinan. Dan saya mengatakannnya dengan jelas lagi
hari ini: Kami tidak akan menyerah,” tegas Marcon,
sebagaimana dikutip dari ANTARA.
KARAKTER BANGSA PERANCIS
(1) INDIVIDUALIS-LIBERAL
(2) TIDAK ADA PEMERINTAHAN YANG KUAT
MENGAPA MACRON NGOTOT?

PERANCIS ADALAH NEGARA IDEOLOGIS


(KAPITALISME SEKULER)
DAN
NEGARA PENJAJAH
SEKULERISME PERANCIS
Sekularisme ( Prancis : laïcité [la.i.si.te] , [1] [2] dari laïc , dari bahasa Latin lāicus ,
kata pinjaman dari bahasa Yunani λᾱϊκός lāïkós "rakyat", dari λᾱός lāós "rakyat",
dengan akhiran -ité "- ity " [3] [4] [a] ) adalah prinsip konstitusional Prancis.

Pasal 1 Konstitusi Perancis biasanya diartikan sebagai penghinaan keterlibatan agama


dalam urusan pemerintahan, terutama pengaruh agama dalam penentuan kebijakan
negara; Ia juga melarang keterlibatan pemerintah dalam urusan agama, dan terutama
melarang pengaruh pemerintah dalam penentuan agama. Sekularisme di Prancis tidak
menghalangi hak untuk menjalankan agama secara bebas. [6] [7]

Motto republik Prancis pada timpani gereja di departemen Aups , Var, yang dipasang
setelah undang-undang tahun 1905 tentang Pemisahan Negara dan Gereja. Prasasti
semacam itu di gereja sangat jarang; yang satu ini dipulihkan selama dua abad
Revolusi Prancis tahun 1989.

Sekularisme Prancis memiliki sejarah yang panjang. Selama abad terakhir, kebijakan
pemerintah Prancis didasarkan pada undang-undang Prancis tahun 1905 tentang
Pemisahan Gereja dan Negara , [8] yang tidak berlaku di Alsace dan Moselle .
Liberte- kebebasan
Egalite –kesetaraan
Fraternite – Persaudaraan
*)
Liberte adalah kebebasan. Tapi bebas dari hukum agama Nasrani.
Egalite berarti kesetaran (keadilan).
Keadilan yang tak lagi merujuk pada kitab suci.
Fraternite, persaudaraan. Persaudaraan
antar sesama kaum nasionalis,
tapi membunuhi para agamawan dan bangsawan Perancis.
Inilah makna slogan yang diagungkan itu.
Daftar Bekas Koloni Prancis
Teritori koloni Periode
1 Prancis Baru 1534–1763
Kanada (Prancis Baru) 8 Madagaskar Prancis 1897–1958
Acadia 9 Afrika Khatulistiwa Prancis 1910–1958
2 India Prancis 1673–1954 Oubangui-Chari 1903–1958
3 Indochina Prancis 1887–1954 Kongo Prancis
Tonkin (protektorat Prancis) Chad Prancis
Annam (protektorat Prancis) Gabon Prancis
Laos Prancis 10 Mandat Prancis
Kamboja Prancis - Togoland Prancis 1916–1960
Cochinchina - Kamerun Prancis 1918–1960
4 Maroko Prancis 1912–1956 - Suriah dan Lebanon 1923−1946
5 Aljazair Prancis 1830–1962
6 Afrika Barat Prancis 1895–1958
Dahomey Prancis 1904–1958
Sudan Prancis 1880-1960
Guinea Prancis
Volta Hulu Prancis
7 Somaliland Prancis 1896–1967
PERANCIS MENJAJAH NUSANTARA
(L’histoire se Repete : OSA KURNIAWAN ILHAM, 2010)

Ketika VOC menuju pada kebangkrutannya di tahun 1799, di Eropa terjadi pergolakan yang turut menentukan nasib
Nusantara (sayang raja-raja Nusantara saat itu begitu angkuh, egois dan bodoh, mereka tidak mampu memanfaatkan
situasi ini untuk memerdekakan diri .Negeri Belanda telah dicaplok oleh Perancis dan menjadi bagian dari Kerajaan
Perancis dengan Napoleon Bonaparte sebagai kaisarnya. Raja Belanda, Willem V, akhirnya melarikan diri ke Inggris.
Sebagai raja Belanda sekaligus komisaris utama VOC, dia membuat tindakan agar jajahan VOC tidak jatuh ke tangan
Perancis. Karena itu dia membuat perjanjian dengan Inggris, bahwa selama perang dengan Perancis, semua jajahan VOC
atau Belanda akan berada di bawah pemerintahan Inggris. Dan bila perang usai akan dikembalikan ke Belanda.

Sementara itu di tahun 1806, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menginginkan agar Belanda lebih dekat ke Perancis.
Karena itu ia membuat kerajaan di Belanda dengan nama De Bataafse Republik, dan mengangkat kakaknya sendiri,
Lodewijk (Louis) Bonaparte sebagai raja. Raja Lodewijk yang berkuasa di Holland, tentu saja juga berkuasa di jajahannya
di Nusantara. Karena itulah sebenarnya kita pernah dijajah Perancis dalam era Napoleon Bonaparte ini.

Merujuk pada fakta sejarah, VOC di Nusantara ada dalam keadaan lemah dan bingung pada masa-masa itu. Karena
mereka bingung mau berkiblat ke mana. Kepada raja yang sudah kehilangan negara atau kepada De Bataafse Republik.
Sayang kesempatan emas ini tidak dimanfaatkan oleh kerajaan-kerajaan kuat Nusantara untuk mengambil alih Nusantara.
Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta adem ayem saja, terus berperang sendiri memperebutkan kekuasaan antar saudara.
Demikian pula kerajaan di Sumatera, di kalimantan, Sulawesi, maluku, Bali yang saling bertikai antar mereka sendiri.
Kekuasaan Perancis atas Belanda akhirnya berbuah keputusan untuk mengirimkan seorang marsekal dalam pasukan Napoleon
yang bernama Daendles untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.

Pengaruh budaya Perancis sangat kentara sekali di Indonesia sampai saat ini, bahkan tanpa kita sadari. Konon, pakaian sultan
Yogya dan Surakarta yang kita lihat sekarang adalah diinspirasi oleh kekaguman sang sultan kala itu terhadap pakaian
kebesaran Gubernur Jenderal Daendels. Parade prajurit kraton Yogya atau Jawa juga sangat mirip dengan parade militer
Perancis di Arch de Triumph setiap tahunnya.

Konon, ada orang kuat berdarah Spanyol yang diberi gelar bangsawan di Paris, namanya Don Lopez comte de Paris. Kata
prajurit-prajurit Perancis, orang kuat Spanyol tersebut mampu menggotong sendiri batang-batang pohon yang besar dengan
mudah. Karena itulah saat pembangunan Jalan Daendles Anyer Panarukan, para penjaga Perancis memerintahkan para
pekerja rodi untuk selalu menyerukan nama orang kuat tersebut saat bekerja untuk mendapatkan kekuatannya. Tapi dasar
lidah Jawa, karena repot melafal nama asing tersebut, terucaplah Ho Lopis Kuntul Baris. Bung Karno kemudian memanfaatkan
kalimat ini untuk menggambarkan semangat gotong royong.

Banyak kata-kata Perancis yang kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia gara-gara penjajahan Perancis saat itu. Kerja
Rodi (dari kata ordre – perintah, atau ordure -sampah/kotoran). Maling (dari kata malin – jahat). Caping (dari kata
chapeau – topi). Mas Galak (dari kata Maarschalk). Sado (dari kata dos a dos, duduk saling memunggungi). Zaman
Meleset (dari kata malaise - sulit).
Contoh-contoh lainnya adalah gerilya, bivak, restoran, desertir, ajudan, sabotase, intrik, karoseri, sopir, semuanya berasal
dari Bahasa Perancis.
Perancis Pernah Kuasai Hindia Belanda Lewat Daendels
Penulis Silvita Agmasari | Editor Sri Anindiati Nursastri JAKARTA, KOMPAS.com - Hindia Belanda pernah dipimpin oleh Herman
Willem Daendels terhitung dari 1808-1811. Banyak kebijakan Daendels yang fenomenal seperti pembangunan jalan raya pos
Anyer-Panarukan, pemindahan pusat pemerintahan dari wiliayah Kota ke Weltevreden (sekarang Jakarta Pusat) dan pembenahan
administrasi. Namun jika masa kepemimpinan Daendels disebut sebagai masa pendudukan Belanda sebenarnya benar tetapi
kurang tepat. Mengingat Daendels sendiri sebenarnya orang Belanda yang membelot ke Perancis. "Daendels ini seorang Belanda
dilahirkan juga di Belanda (di Hattem). Tetapi dia suka ide revolusi Perancis, Liberte, Egalite, Fraternite. Jadi dia ikut Napoleon.
Sebelumnya dia masuk tentara di Perancis Utara," jelas Penulis Buku Perang Napoleon di Jawa 1811 dan Buku Misteri Napoleon
terbitan Penerbit Buku Kompas, Jean Rocher dalam acara Komunitas Jelajah Budaya Misteri Napoleon, Gambir, Minggu
(13/1/2019). Karier militer Daendels melesat di Perancis. Ia ikut banyak pertempuran. Hingga akhirnya ia dipercaya Napoleon
dan diutus ke Hindia Belanda untuk membenahi Jawa.
Masa itu Belanda dan seluruh koloninya dikuasai oleh Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. "Karena dia dinamis
sekali dia disukai oleh pemerintah Perancis dan Napoleon. Napoleon mengirim Daendels karena dipikir bisa membenahi Pulau
Jawa, menjadi kuat dari serangan Inggris," jelas Jean. Sesampainya di Hindia Belanda, Daendels punya tugas lumayan berat. Ia
harus membereskan Jawa dari kekacauan yang disebabkan VOC. Musuh Daendels banyak berasal dari kalangan Belanda sendiri.
"Dia dianggap punya metode yang kurang cocok dengan Belanda. Misalnya kalau tidak suka seorang pejabat langsung dipecat,"
jelas Jean. Terlalu banyak laporan dan keluhan mengenai Daendels, akibatnya ia dipanggil kembali ke Eropa. Masa pemerintahan
Daendels berakhir pada 1811. Kunci kekuasaan atas Hindia Belanda lantas bergulir ke Inggris yang menginvasi Jawa dengan
gencar. Herman Willem Daendels digantikan Thomas Stamford Raffles.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perancis Pernah Kuasai Hindia Belanda Lewat Daendels", Klik untuk baca:
https://travel.kompas.com/read/2019/01/13/181912227/perancis-pernah-kuasai-hindia-belanda-lewat-daendels.
DAENDELS
DAFTAR KEJAHATAN PERANCIS
DI DUNIA ISLAM
1. Aljazair

Islam adalah agama mayoritas di Aljazair, dan sebagian besar warga adalah Muslim Suni bermazhab Maliki. Populasi
Muslim di sana mencapai 99 persen dari total penduduk. Dan satu persennya adalah kombinasi dari minoritas agama lain
di antaranya Kristen dan Yahudi.

Pada 1246 H/1830 M, Prancis berhasil menduduki Aljazair. Prancis ingin membuat Aljazair sebagai titik tolak perluasan
wilayahnya di Benua Afrika setelah gagal mempertahankan koloni-koloninya di India dan Benua Amerika. Dalam
penjajahan ini, rezim kolonial Prancis merusak kebudayaan tradisional Muslim Aljazair yang telah ada sejak kedatangan
Islam di Afrika Utara.

Muslim Aljazair saat itu tidak bisa menggelar pertemuan publik, membawa senjata api, atau meninggalkan rumah atau
desa mereka tanpa izin. Untuk bisa beraktivitas secara normal, warga Aljazair harus menjadi warga negara Prancis
dengan hak penuh dan harus meninggalkan ajaran Islam. Badan Amal Islam dianggap sebagai milik pemerintah dan
disita.

Prancis juga menganggap sekolah Alquran tradisional membahayakan sehingga ditutup. Mereka mengganti sekolah
berbasis Islam menjadi sekolah Prancis dengan sistem pembelajaran berbahasa Prancis dan mengajarkan tentang
kebudayaan Prancis.

Bahasa Arab juga diupayakan dihapus sebagai bahasa resmi yang digunakan masyarakat Berber. Warga Aljazair
diperintahkan menggunakan bahasa Prancis dalam kehidupan sehari-hari.
Pada 1847, Prancis membuat peraturan code de i'indengenat, yang memakan banyak korban dari umat Islam. Hukuman
ini diberlakukan karena Prancis menilai banyak masyarakat Muslim yang tidak patuh dengan melakukan pengkhianatan
terhadap Prancis.

Aljazair dijajah Prancis selama 132 tahun dan merdeka pada 1962 setelah perang berdarah selama tujuh tahun yang
menewaskan satu juta orang Aljazair menurut pemerintah Aljazair. Salah satu tokoh yang terkenal menggaungkan
perlawanan terhadap Prancis yaitu Abdul Qadir al-Jaza'iri. Maka Aljazair dikenal sebagai negeri seribu syahid karena
ribuan orang tewas saat berupaya mempertahankan agama dan identitas mereka pada masa penjajahan Prancis.

Prancis sempat membawa puluhan tengkorak pejuang Aljazair anti-kolonial untuk disimpan di Museum Manusia di Paris.
Aljazair pun pada 2011 meminta agar tengkorak tersebut dikembalikan untuk dimakamkan dengan layak, tetapi, Prancis
menolaknya.

Di masa Presiden Emmanuel Macron, 24 tengkorak pejuang Aljazair dikembalikan, meski terbilang telat selama bertahun-
tahun. Salah satu tengkorak adalah seorang pemimpin perlawanan bernama Syeikh Bouzian yang ditembak dan
dipenggal Prancis.

Pengembalian itu baru dilakukan pada awal Juli 2020 lalu. Presiden Aljazair saat ini, Abdelmadjid Tebboune
menyampaikan, para pejuang ini telah kehilangan hak asasi mereka selama lebih dari 170 tahun untuk dikuburkan secara
layak.
2. Mesir
Penjajahan Prancis di Mesir berlangsung sekitar 3 tahun dari 1798 sampai 1801. Napoleon Bonaparte termasuk yang
berperan agar Prancis menduduki Mesir. Upaya ini merusak sistem dan budaya Mesir. Hingga akhirnya, Deklarasi Jihad
melawan penjajah Prancis pun disampaikan penguasa Turki Sultan Salim III melalui Gubernur Suriah pada September 1798.

Hal itu pulalah yang mendorong semangat rakyat, bahkan juga mendapat sambutan baik dari negara-negara Arab lain.
Suriah dan Hijaz sampai mengirim tentara untuk membantu Turki mengusir Prancis dari Mesir. Akibat deklarasi itu, terjadi
Pemberontakan Kairo pada 21 Oktober 1798 yang menewaskan banyak orang dan ulama.

Masyarakat Mesir kala itu memberontak karena beberapa hal, di antaranya tingginya tarif pajak dan peraturan-peraturan
yang diberlakukan Prancis. Lebih dari itu, Napoleon Bonaparte juga melakukan propaganda tentang Islam, dengan
menggunakan ulama dalam birokrasi. Napoleon juga menyebut bahwa Prancis adalah teman Islam dan Turki.

Pemberontakan kedua pecah lagi. Kali ini melibatkan akademisi, pedagang, dan warga Kairo yang dipimpin Sayyid Umar
Makram dan Sayyid Ahmad al-Mahruqi. Butuh waktu sampai satu bulan bagi Prancis untuk meredam aksi pemberontakan itu.
Seusai pemberontakan itu, tak lama kemudian, Jenderal Prancis Kleber dibunuh siswa Al-Azhar bernama Sulaiman al-Halabi
pada 14 Juni 1800.
3. Mauritania

Prancis masuk ke Mauritania pada abad ke-20, yaitu pada 1903, dan menjadikan Mauritania sebagai
negara proktetorat Prancis dengan nama 'The Moorish Country', dan akhirnya dijadikan koloni Prancis pada
1920. Sebelum abad ke-19, penjajah Eropa di Afrika Barat hanya tertarik pada perdagangan di pesisir.

Empat perusahaan Prancis menikmati monopoli resmi dari pemerintah Prancis atas perdagangan di sepanjang
Sungai Senegal dari 1659 hingga 1798. Pada 1904 Prancis menganggap Mauritania sebagai entitas yang
terpisah dari Senegal dan menjadikannya daerah jajahan Prancis di bawah delegasi jenderal di Saint-Louis.

Pada 1958, Mauritania diberi kewenangan untuk membentuk pemerintahan sendiri dan diikuti dengan
kemerdekaan pada 28 November 1960. Mauritania merupakan Republik Islam yang mendeklarasikan Islam
sebagai agama negara melalui Piagam Konstitusi 1985.

Meski terbilang negara kecil, Mauritania secara aktif ikut terlibat dalam kancah internasional. Mauritania
merupakan negara anggota Liga Arab. Selain itu Mauritania juga membentuk The Union of The Arab Maghreb
bersama Maroko, Libya, Tunisia dan Aljazair. Organisasi ini bergerak dalam bidang politik dan ekonomi.
SESUATU YANG TERLUPAKAN:
PERTOLONGAN KHILAFAH
KE PERANCIS
Oleh: Ufuk Necat Tasci

Hidayatullah.com | PERANG kata-kata Presiden Prancis Emmanual Macron dengan Turki telah memberikan tekanan
besar pada hubungan bilateral antara Ankara dan Paris. Terlepas dari omelan Macron yang tak henti-hentinya
terhadap Turki dan Presidennya Recep Tayyip Erdogan, pandangan umum di dalam lingkaran kebijakan Ankara
adalah bahwa “hanya Macron yang bermasalah dengan Turki,” tidak dengan publik Prancis.

Pandangan ini berakar pada aliansi bersejarah antara pendahulu Turki Kekhalifahan Utsmaniya atau Ottoman dan
monarki Prancis, yang berasal dari abad ke-16 ketika Sulaiman Agung memasuki Perang Mohacs pada tahun 1526,
mengalahkan kekaisaran Hungaria, yang merupakan sekutu terkuat monarki Habsburg Austria.

Bagaimana keputusan Sultan Sulaiman untuk melawan Kekaisaran Hungaria membantu monarki Prancis saat itu?
Sejarawan mengatakan bahwa setahun sebelum perang, Louise dari Savoy, ibu dari Raja Prancis, Francis I, menulis surat
kepada khalifah, meminta bantuannya untuk mengeluarkan putranya dari penjara Habsburg.

Sebagai sekutu utama Habsburg, Kekaisaran Hungaria menghadapi kekalahan mengerikan di tangan Utsmaniyah,
menandai berakhirnya dinasti Jagiellonia. Charles V, Raja Habsburg, merasakan tekanan untuk datang ke meja
perundingan dan membebaskan Francis I.

Peristiwa tersebut meletakkan dasar yang kuat bagi aliansi Prancis-Utsmaniyah, yang bertahan selama beberapa
abad. Membentuk aliansi dengan seorang kaisar Muslim adalah langkah kontroversial bagi seorang raja Kristen,
namun hal itu membantu Francis I memperpanjang umur kekaisarannya.
“Prancis meminta bantuan dari Kekhalifahan Utsmaniyah di setiap kesempatan melawan Habsburg. Juga negara mendapat
keuntungan dari dukungan Kekhalifahan Utsmaniyah ketika berjuang melawan dominasi Spanyol. Jadi, Utsamaniyah memiliki
kesempatan untuk campur tangan dalam politik Eropa dan mereka melakukannya, ”kata Profesor Feridun Mustafa Emecen,
seorang Sejarawan Kekaisaran Utsmani di Istanbul 29 Mayis University.

Berbicara kepada TRT World, Ecemen mengatakan Habsburg telah mengepung kekaisaran Prancis dan hampir menjadi
ancaman besar bagi identitas Prancis. Jika Utsmaniyah tidak memasuki Eropa tengah selama Perang Mohacs, Prancis akan
berada di bawah hegemoni Habsburg, tambah Ecemen.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Sabah, Profesor Erhan Afyoncu, seorang sejarawan Turki dan rektor Universitas
Pertahanan Nasional, mengatakan bahwa setelah panggilan pertama untuk bantuan dari Kekaisaran Prancis menandai
dimulainya hubungan Perancis-Utsmaniyah, Francis I kembali memintah bantuan Sulaiman yang Agung pada tahun 1528.
Charles V masih mengganggu raja Prancis, yang merasa rentan terhadap musuh Austria-nya karena tidak adanya dukungan
Utsmaniyah.
Berbicara kepada TRT World, sejarawan politik Mesut Hakki Casin, yang merupakan profesor di Universitas Yeditepe Istanbul,
berpendapat bahwa “orang Turki dan Prancis adalah teman lama” dan retorika anti-Turki Macron kehilangan pengetahuan
sejarah tentang bagaimana kedua negara melihat masing-masing lain.

Dari perspektif sejarah, aliansi penting antara raja Prancis dan Turki Utsmaniyah pada waktu yang berbeda dalam sejarah,
yang pada akhirnya beralih ke aliansi Perang Dingin antara Paris dan Ankara, hampir selalu menjadi landasan hubungan
Turki-Prancis, meskipun ada pasang surut turun di beberapa fase sejarah. Konsensus sejarah yang luas tentang kelangsungan
hidup monarki Prancis abad ke-16, bagaimanapun, adalah bahwa tanpa dukungan Utsmaniyah, itu akan runtuh di bawah
beban Habsburg, yang berlangsung hingga 1918.
Titik balik
Selama masa pemerintahannya, Suleiman yang Agung menahan Habsburg. Dalam pertempuran Buda, bagian barat dari ibu
kota Hungaria modern Budapest, Austria menghadapi kekalahan besar di tangan Utsmaniyah, yang memungkinkan penguasa
Muslim untuk menembus jauh di Eropa tengah. Setelah mengalahkan kekaisaran Austria, target Sulaiman selanjutnya adalah
Wina. Pada 1529, Khalifah Utsmaniyah itu melakukan Pengepungan Wina yang terkenal.

Lebih dari satu dekade kemudian, Utsmaniyah kembali menyelamatkan Francis I pada tahun 1543. Sulaiman mengirim kapal
Angkatan Lautnya di bawah komando pelaut legendaris Barbaros Hayreddin Pasa. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa
Barbaros Hayreddin Pasa sangat dihormati di antara para pesaingnya, sehingga Charles V menawarkannya untuk mengambil
alih Angkatan Lautnya sebagai kepala laksamana, tawaran yang ditolak Pasa dengan singkat.

Charles V mencoba membujuk laksamana laut Utsmaniyah dengan kerajaan wilayah Spanyol di Afrika Utara, tetapi dia gagal
dalam upayanya untuk membuat Pasa beralih pihak. Ketika Pasa meninggal pada tahun 1546, dengan Francis I meninggal
setahun kemudian, kekaisaran Prancis kembali merasa gelisah di tengah ancaman yang membayangi dari Habsburg, tetapi
Sulaiman terus mendukung penerus Francis I, Henry II, dan raja lainnya yang mengambil alih pemerintahan kekaisaran di dekade
berikutnya.

“Setelah kematian Francis I, pada tahun 1550-an, Kekhalifahan Utsmaniyah dan Prancis melakukan kampanye militer bersama
melawan Spanyol di mana bahkan Prancis meninggalkan salah satu pelabuhannya kepada Angkatan Laut Utsmaniyah. Prancis
bahkan mendapat keuntungan dari kekuatan angkatan laut Utsmaniyah melawan Spanyol, ”kata Ecemen kepada TRT World.
Sepanjang abad ke-16, Kekhalifahan Utsmaniyah tidak hanya membantu Prancis setiap hari, tetapi terus mengirimkan pasukan
dan Angkatan Lautnya untuk membantu mereka mengusir serangan Kekaisaran Habsburg. Menurut Afyoncu, pada tahun 1533,
Sulaiman yang Agung mengirimkan 100.000 keping emas kepada Francis I. Dengan uang itu, raja Prancis menjalin aliansi
strategis dengan pangeran Inggris dan Jerman.

Raja Prancis Henry II selalu menghargai dukungan Utsmaniyah, memuji Sulaiman yang Agung dengan rasa hormat yang dalam.
Dia menyebut khalifah sebagai ‘teman terhormat, raja Muslim yang luar biasa, Kaisar yang tak terkalahkan.’ Aliansi itu luar
biasa, yang non-ideologis pertama antara negara Kristen dan Muslim, yang berlangsung selama lebih dari dua setengah abad
(meskipun bukan aliansi yang lama), sampai kampanye Napoleon muncul di Mesir Ottoman pada 1798-1801.

Menurut Afyoncu, aliansi Prancis-Utsmaniyah adalah simbol belas kasihan Utsmaniyah kepada raja Prancis yang sangat
bermasalah – sebuah kenyataan bersejarah yang tampaknya tidak disadari oleh Presiden Prancis Macron sehubungan dengan
pernyataannya yang tidak sensitif terhadap Turki, negara penerus Kekhalifahan Utsmaniyah.

Karena Prancis saat ini menyeret dirinya dalam perselisihan maritim bilateral antara Turki dan Yunani di Mediterania timur
dengan mendukung Athena, Casin mengatakan ancaman militer yang ditimbulkan oleh sikap agresif Macron terhadap Turki,
sekutu NATO-nya, dapat menjadi bencana bagi aliansi tersebut. “AS dan Jerman menyadari masalah itu dan mereka seharusnya
tidak mengizinkan Prancis menghancurkan NATO,” katanya.

Casin mengatakan rakyat Prancis dan pembuat kebijakan seharusnya tidak membiarkan Macron memutuskan hubungan yang
telah eksis selama berabad-abad antara Prancis dan Turki dan alih-alih menjual senjata ke Yunani, itu harus bekerja untuk
memperkuat visi bersatu NATO.*
SURAT KHALIFAH SULAIMAN AL QANUNI UNTUK MENOLONG RAJA PERANCIS
Hubungan Prancis dan Islam sudah berlangsung lama. Dalam sejarah tercatat bagaimana negara Khilafah pernah membantu
Prancis membebaskan raja mereka Francis I di dalam peperangan Pavia pada tahun 1525. Ketika itu, Prancis benar-benar
merasa terhina dengan penawanan raja mereka dan tentara mereka telah gagal membebaskan raja dari tawanan. Mereka
lalu meminta pertolongan Daulah Khilafah (Utsmaniyah). Raja Prancis mengirim utusan untuk menemul Khalifah pada 6 Disember
1525. Khalifah Sulaiman al-Qanuni mengabulkan permohonan sang raja.
Inilah bunyi surat Sulaiman Al-Qanuni kepada Francis I :
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang .
Saya penguasa laut putih, laut hitam, laut merah , asia kecil, Kurdistan, Azerbaijan , Negara-negara luar arab, Syam, Mesir,
Makkah, Madinah , Quds , dan seluruh jazirah Arab dan Azam, Hongaria, Negara-negara kekaisaran , dan seluruh Negara-
negara lain yang ditundukan dengan penuh keagungan .
Segala puji bagi Allah SWT , Allah maha besar
Saya Sultan sulaiman putra sultan Salim putra sultan bayazid
Kepada : Francis I raja Negara Francis
"Kami telah menerima Surat yang diberikan oleh utusan kamu saat kamu menyatakan musuh kamu telah menyerang
negara kamu dan kamu telah ditawan dan meminta pertolongan kami untuk membebaskan kamu dari tawanan. Kami
dengan ini menerima permohonan kamu dan bersukacitalah dan jangan bimbang, kami penakluk Negara-negara yang
sulit ditaklukan, dan penghancur benteng yang kokoh, kuda-kuda kami siang dan malam selalu beringas, pedang kami
selalu terhunus, Allah SWT selalu memberikan kami kekutan dan kemudahan .“
Rabiul Akhir , 932H/1525M
*) Perjanjian Constantinople yang ditandatangani pada tahun 1536 antara Khalifah Sulaiman dan Raja Perancis telah memberi
Prancis konsesi di dalam Daulah Islam yang tidak pernah diberikan kepada negara manapun sebelum itu.
BAGAIMANA MELAWANNYA?
(1) IDEOLOGI HARUS DILAWAN IDEOLOGI
(SEKULERISME-KAPITALISME-DEMOKRASI VS ISLAM)
(KLAIM KEBEBASAN VS HUKUMAN MATI)

(2) NEGARA IDEOLOGIS HARUS DILAWAN


DENGAN NEGARA IDEOLOGIS
(NEGARA IMPERIALIS-SEKULER VS KHILAFAH ISLAM)

Anda mungkin juga menyukai