Anda di halaman 1dari 11

NAMA : MUHAMMAD ABHINAYA AB

NIM : 200605502074
KELAS : C

MATA KULIAH : PENGAMBILAN KEPUTUSAN


SOAL
1. Mengapa pengambilan keputusan menjadi tolak ukur dari efektifitas kepemimpinan
seseorang dalam organisasi?

2. Jelaskan 4 syarat yang harus dipenuhi sehingga suatu keputusan dapat dikatakan sebagai
suatu keputusan yang baik.
3. Jelasakan secara detail disertai dengan gambar empat pra kondisi pengambilan keputusan
yang harus diperhatikan sehingga keputusan yang diambil menjadi bermakna

4. Jelaskan alasan-alasan apa saja yang memungkinkan sehingga pengambilan keputusan


merupakan sesuatu yang kontekstual sifatnya.
5. Jelaskan secara rinci empat ciri dari suatu keputusan.
6. Jelaskan tiga macam pendekatan yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan
agar keputusan yang diambil menjadi efektif.

7. Jelaskan secara detail dinamika yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
8. Jelaskan secara rinci aliran-aliran dalam pengambilan keputusan.
9. Kemukakan model pengambilan keputusan dari beberapa ahli, bandingkan model-model
pengambilan keputusan tersebut.

10. Uraikan dalam bentuk diagram perbedaan karakteristik antara model rasional komprehensif
dengan model incremental.
11. Jelaskan Teknik-teknik pengambilan keputusan
12. Jelaskan Teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam pengambilan keputusan strategik.

13. Jelaskan empat macam tingkat keputusan


14. Jelaskan kategori keputusan apabila ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara
memprosesnya.
15. Jelaskan klasifikasi keputusan.

JAWABAN
1. Pengambilan keputusan adalah salah satu tugas penting dalam kepemimpinan organisasi.
Kepemimpinan yang efektif ditandai dengan kemampuan untuk mengambil keputusan yang
tepat dan memiliki dampak yang signifikan pada organisasi. Keputusan yang buruk dapat
mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan, sementara keputusan yang baik
dapat mengarah pada peningkatan produktivitas, efisiensi, dan keuntungan. Oleh karena
itu, kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik dan efektif menjadi tolak ukur dari
efektivitas kepemimpinan seseorang dalam organisasi. Seorang pemimpin yang mampu
mengambil keputusan dengan cepat, tepat, dan efektif akan mampu membawa organisasi
ke arah yang lebih baik dan mencapai tujuan yang diinginkan. Sebaliknya, pemimpin yang
tidak mampu mengambil keputusan dengan baik dan efektif dapat menghambat kemajuan
organisasi dan menyebabkan kerugian bagi organisasi tersebut.

2. empat syarat utama yang harus dipenuhi agar suatu keputusan dapat dikatakan sebagai
keputusan yang baik, yaitu:

• Relevansi: Keputusan harus relevan dengan tujuan organisasi. Keputusan yang


diambil harus sesuai dengan misi, visi, dan tujuan organisasi, serta harus
berkontribusi pada pencapaian tujuan tersebut.

• Akurasi: Keputusan harus didasarkan pada informasi yang akurat dan terpercaya. Hal
ini memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada fakta yang benar,
sehingga dapat mengurangi risiko kesalahan dalam mengambil keputusan.

• Konsistensi: Keputusan harus konsisten dengan nilai dan prinsip organisasi.


Keputusan yang bertentangan dengan nilai dan prinsip organisasi dapat
menimbulkan konflik dan merusak budaya organisasi.

• Implementasi yang efektif: Keputusan harus dapat diimplementasikan dengan baik.


Keputusan yang tidak dapat diimplementasikan atau sulit diimplementasikan tidak
akan memberikan dampak yang signifikan pada organisasi.

3. empat pra-kondisi penting yang harus dipenuhi dalam pengambilan keputusan sehingga
keputusan yang diambil menjadi bermakna, yaitu:
• Mengidentifikasi masalah: Pra-kondisi pertama dalam pengambilan keputusan
adalah mengidentifikasi masalah yang ada. Pemimpin harus memahami masalah
yang dihadapi dan merumuskan masalah tersebut dengan jelas dan terperinci.
Dalam hal ini, penting untuk memahami sumber masalah, dampaknya, dan implikasi
jangka panjang dari masalah tersebut.
• Mengumpulkan informasi: Pra-kondisi kedua adalah mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk mengambil keputusan. Pemimpin harus mengumpulkan informasi
dari sumber yang terpercaya, baik itu dari data internal maupun eksternal, seperti
laporan keuangan, laporan penjualan, dan informasi pasar. Dalam hal ini, penting
untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan relevan dengan masalah yang
dihadapi.
• Mengevaluasi alternatif: Pra-kondisi ketiga adalah mengevaluasi alternatif
keputusan yang tersedia. Pemimpin harus mempertimbangkan berbagai alternatif
dan mencari solusi yang terbaik untuk masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, penting
untuk mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari setiap alternatif yang
dipilih.
• Mengambil keputusan: Pra-kondisi keempat adalah mengambil keputusan. Setelah
mempertimbangkan berbagai alternatif dan mengevaluasi implikasi jangka panjang
dari setiap alternatif, pemimpin harus memilih alternatif yang terbaik untuk
organisasi. Dalam hal ini, penting untuk memilih keputusan yang konsisten dengan
nilai dan prinsip organisasi.

4. Pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang kontekstual sifatnya karena alasan-alasan


berikut:
• Konteks situasional: Setiap situasi atau konteks yang berbeda dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Situasi yang sama dalam organisasi yang berbeda atau
dalam kondisi yang berbeda dapat menghasilkan keputusan yang berbeda. Oleh
karena itu, pengambilan keputusan perlu disesuaikan dengan konteks situasional
yang berbeda.

• Ketersediaan sumber daya: Ketersediaan sumber daya seperti waktu, uang, dan
tenaga kerja dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Jumlah sumber daya
yang tersedia untuk membuat keputusan dapat mempengaruhi pilihan alternatif dan
implikasi dari keputusan yang diambil.

• Tujuan organisasi: Tujuan organisasi atau misi organisasi dapat mempengaruhi


pengambilan keputusan. Keputusan harus sesuai dengan tujuan organisasi dan harus
menunjukkan konsistensi dengan nilai dan prinsip organisasi. Oleh karena itu,
konteks organisasi perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

• Lingkungan eksternal: Lingkungan eksternal seperti persaingan, regulasi, dan


dinamika pasar dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pemimpin perlu
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan eksternal ini dalam pengambilan
keputusan agar keputusan yang diambil dapat memberikan dampak positif pada
organisasi.

• Kepribadian pengambil keputusan: Kepribadian pengambil keputusan dapat


mempengaruhi keputusan yang diambil. Seorang pemimpin yang lebih rasional
cenderung mengambil keputusan yang didasarkan pada fakta dan analisis,
sedangkan pemimpin yang lebih emosional cenderung mengambil keputusan yang
didasarkan pada pengalaman dan perasaan. Oleh karena itu, karakteristik
kepribadian pengambil keputusan juga perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan.

5. Keputusan dapat diidentifikasi melalui empat ciri utama berikut:


• Tujuan: Setiap keputusan dibuat untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut
mungkin bersifat jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada konteksnya.
Keputusan yang baik adalah keputusan yang dapat membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan efektif dan efisien.

• Relevansi: Keputusan yang diambil harus relevan dengan konteksnya. Artinya,


keputusan harus berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi, serta
mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada situasi tersebut.
Keputusan yang tidak relevan dapat menyebabkan masalah yang lebih besar
daripada sebelumnya.

• Konsistensi: Keputusan yang diambil harus konsisten dengan nilai-nilai, norma, dan
prinsip organisasi. Selain itu, keputusan juga harus konsisten dengan keputusan
sebelumnya dan rencana jangka panjang organisasi. Keputusan yang tidak konsisten
dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian di antara anggota organisasi.

• Akuntabilitas: Keputusan harus diambil secara bertanggung jawab dan dapat


dipertanggungjawabkan. Setiap keputusan harus memiliki dasar yang jelas dan
argumentasi yang kuat. Keputusan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dapat
menyebabkan keraguan dan ketidakpercayaan di antara anggota organisasi.

6. Terdapat tiga macam pendekatan yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan
agar keputusan yang diambil menjadi efektif, yaitu:
• Pendekatan rasional: Pendekatan ini menggunakan analisis yang rasional dan
sistematis dalam mengumpulkan informasi dan mempertimbangkan alternatif
keputusan. Pendekatan rasional juga mempertimbangkan tujuan jangka panjang
organisasi dan memilih alternatif yang dapat membantu organisasi mencapai tujuan
tersebut. Pendekatan rasional memungkinkan pengambil keputusan untuk membuat
keputusan yang berdasarkan data dan fakta yang tersedia.
• Pendekatan normatif: Pendekatan ini didasarkan pada teori pengambilan keputusan
yang telah diterapkan secara luas. Pendekatan normatif mengidentifikasi aspek-
aspek yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan memberikan rekomendasi
untuk tindakan yang tepat. Pendekatan ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti
risiko, ketidakpastian, dan nilai-nilai organisasi dalam mengambil keputusan.
• Pendekatan partisipatif: Pendekatan ini melibatkan partisipasi dari semua anggota
organisasi dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ini memperkuat keterlibatan
dan keterlibatan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
dapat meningkatkan kualitas keputusan. Pendekatan partisipatif juga dapat
mempromosikan kolaborasi dan meningkatkan komunikasi antar anggota organisasi.

7. Ada 2 faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal


Faktor Internal :
• Kepribadian
Tingkah laku atau karakter seseorang dalam pengambilan suatu keputusan juga
sangat mempengaruhi dimana sifat manusia ini beragam ada yang tergesa gesa dan
dan juga yang berhati hati dalam menetapkan suatu pilihan sehingga kepribadian ini
juga sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Dan juga dalam
hal ini yang dibutuhkan adalah kebijaksanaan dan ketegassan seseorang dalam
mengambil suatu keputusan.

• Faktor pengalaman
Semakin banyak nya seseorang tersebut mengambil keputusan maka ia akan berani
dalam mengambil keputusan dan hal ini juga berkaitan dengan keahlian yang dimiliki
oleh pemimpin atau skill yang ia miliki karena pengalaman yang pernah dialaminya.
Faktor Eksternal :

• Kedudukan
Jabatan atau kedudukan seseorang dapat dilihat berdasarkan pangkaatnya apakah
sebagai pimpinan atau bawahan, sehingga dapat ditentukan pantas atau tidaknya
mengambil suatu keputusan. Karena jika pimpinan yang mengambil tentu ia telah
berpengalaman dalam mengambil suatu keputusan jika sebaliknya seperti bawahan
tentu mereka belum berpengalaman dan belum lihai dalam mengambil suatu
keputusan sehingga jabatan atau kedudukan ini sangat berperan penting dalam
mengambil suatu keputuan.
• Masalah
Adalah hal yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan yang merupakan
penyimpanga dari hal hal yang diharapkan atau direncanaka.
• Situasi
Adalah keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan secara
bersama sama memencarkan pengaruh terhadap kita dan apa yang akan hendak kita
perbuat.
• Pengaruh dari kelompok lain
Kelompok lain juga dapat berpengaruh terhadap suatu keputusan dikarenakan
kelompok lain atau organisasi mempunyai keputusan yang dapat dipertimbangkan
oleh pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah dan pengaruh kelompok
lain ini juga dapat menjatuhkan organisasi serta mementingkan kelompok tersebut.

8. Aliran birokratik
Teori ini memberikan tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam
struktur organisasi. Tugas dari eselon yaitu melaporkan masalah, member informasi,
menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan menggunakan
segala pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan tadi membuat keputusan
setelah mempelajari semua informasi tadi. Keputusan atasan tadi akan banyak bergantung
pada kemampuannya sendiri dan pada lengkap tidaknya informasi, apakah informasi itu dapat
dipercaya. Keputusan itu selalu dianggap benar walaupun memiliki kelemahan-kelemahan.

Aliran manajemen saintifik


Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam
elemen-elemen logis yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara, manajemen sendiri
memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.

Aliran hubungan kemanusiaan


Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak perhatian
diberikan kepada manusia dalam organisasi itu, seperti yang menimbulkan kepuasan kerja,
peran serta dalam pengambilan keputusan dan konflik internal. Selain itu, kebutuhan dan
keinginan anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan bertindak.
Aliran rasionalitas ekonomi
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversi masukan
(input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang paling efisien.
Menurut aliran ini, suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai
nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.

Aliran satisficing

Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang cukup
rasional. Para manajer sesungguhnya bermaksud membuat keputusan yang rasional tetapi
karena keterbatasan yang kognitif, ketidakpastian dan keterbatasan waktu, memaksa mereka
mengambil keputusan dalam kondisi rasionalitas terbatas.

9. - Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik yang
paling mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan
organisasi berperan penting dalam menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil
terbaik yang mungkin dicapai itu.
- Model satisficing
Salah satu perkembangan baru dalam teori pengambilan keputusan
ialah berkembangnya pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki
kemampuan untuk mengoptimalkan hasil dengan menggunakan berbagai kriteria yang telah
dibahas diawal. Tidak dapat disangkal bahwa aksentuasi pada pendekatan kuantitatif
mempunyai tempat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tidak dapat
didekati semata-mata dengan prosedur yang sepenuhnya didasarkan pada rasionalitas dan
logika.
- Model Mixed Scanning
Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses, menilai,
dan menimbang-nimbang informasi dalam kaitannya dengan menjatuhkan pilihan tertentu.
Model mixed scanning berarti bahwa setiap kali seorang pengambil keputusan
mengahadapi dilemma dalam memilih suatu langkah tertentu, satu keputusan pendahuluan
harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan
digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang akan dilaksakan.
- Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang
terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor-
faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan lebih mendasarkan
keputusannya pada konsep-konsep yang dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang
situasi problematic yang dihadapi. Dalam praktek model ini digunakan apabila para
pengambil keputusan tidak tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan yang
matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia kesempatan untuk
memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk melakukan pengkajian yang sifatnya
kuantitatif.

10. Model inkremental ini untuk pertama kalinya dikembangkan oleh ekonom, Charles E.
Lindblom, sebagai kritik terhadap model rasional komprehensif dalam pembuatan kebijakan
publik. Charles E. Lindblom dalam bukunya yang berjudul “the science of muddling through
dikutip dari (islamy:1988) menjelaskan mengenai proses pembuatan keputusan dengan
model yang disebut “disjointed incrementalism” atau disebut dengan model inkremental.
Inkremental sendiri berarti kebijakan yang mengalami perubahan sedikit-sedikit. Model ini
memandang kebijakan publik sebagai sesuatu kelanjutan kegiatan pemerintah dimasa lalu
dengan hanay menambahkan atau merubahnya sedikit-sedikit.

Dari gambar tersebut tambak bahwa kebijakan ini berusaha mempertahankan komitmen
kebijakan dimasa lalu untuk mempertahankan kinerja yang telah dicapai (Nugroho,2009:90)
Menurut pandangan kaum inkrementalis, para pembuat keputusan dalam menunaikan
tugasnya berada di bawah keadaan yang tidak pasti yang berhubungan dengan
konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka di masa depan, maka keputusan-keputusan
inkremental dapat mengurangi risiko atau biaya ketidakpastian itu. Inkrementalisme juga
mempunyai sifat realistis karena didasari kenyataan bahwa para pembuat keputusan kurang
waktu, kecakapan, dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan untuk melakukan analisis yang
menyeluruh terhadap semua penyelesaian alternatif masalah-masalah yang ada. Disamping
itu, pada hakikatnya orang ingin bertindak secara pragmatis, tidak selalu mencari cara
hingga yang paling baik dalam menanggulangi suatu masalah. Singkatnya, inkrementalisme
menghasilkan keputusan-keputusan yang terbatas, dapat dilakukan dan diterima. Oleh
karena itu, kelemahan yang paling mendasar dari kebijakan ini adalah model kebijakan ini
hanya mampu menyelesaikan masalah rutin dan tidak dapat dilaksanakan untuk mengatasi
masalah kritis yang sudah merambah ke berbagai sector yang tentu saja membutuhkan
analisa yang lebih mendalam.
11
11. • Teknik Partisipatif
Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan gaya kemimpinan
demokratis dan kebanyakan berorientasi pada perilaku, Sebagai teknik pengambilan
keputusan, partisipatif mencakup individu atau kelompok dalam proses.
• Teknik pengambilan Keputusan Kelompok
Teknik pengambilan keputusan kelompok membantu pimpinan untuk mengambil
keputusan lebih efektif.
• Teknik Delphi
Teknik Delphi pertama kali dikembangan kurang lebih tahun 1950 an. Teknik tersebut
baru dipopulerkan akhir- kahir ini yaitu awal tahun 2000 nan sebagai teknik
pengambilan keputusan kelompok untuk prediksi jangka panjang.
• Teknik Kelompok Nominal
Dalam pengambilan keputusan teknik pendekatan kelompok nominal dikembangkan
menjadi teknik khusus.

12. • Rare,
keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, yang tidak dapat ditiru oleh
organisasi, perusahaan, atau instansi lainnya.
• Consequential,
keputusan-keputusan strategis yang memasukan sumber daya penting dan menuntut
banyak komitmen dari instansi terkait.
• Directive,
keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang dapat ditiru untuk
keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan yang akan datang untuk organisasi
secara keseluruhan

13. Pengarahan
Gaya pengambilan keputusan direktif menggunakan pemikiran yang cepat dan tegas untuk
menemukan solusi. Pembuat keputusan direktif memiliki toleransi yang rendah terhadap
ide-ide yang tidak jelas atau ambigu. Mereka fokus pada tugas dan akan menggunakan
pengetahuan dan penilaian mereka sendiri untuk sampai pada kesimpulan dengan masukan
selektif dari individu lain.

Analitis
Pembuat keputusan analitis dengan hati-hati menganalisis data untuk menghasilkan solusi.
Mereka adalah pemikir yang hati-hati dan mudah beradaptasi. Mereka akan
menginvestasikan waktu untuk mengumpulkan informasi untuk membentuk kesimpulan.
Para pengambil keputusan ini berorientasi pada tugas, tetapi memiliki toleransi yang tinggi
terhadap ambiguitas.

Konseptual
Mereka yang membuat keputusan dengan gaya konseptual adalah pemikir gambaran besar
yang bersedia mengambil risiko. Mereka mengevaluasi pilihan dan kemungkinan yang
berbeda dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas. Mereka berorientasi sosial dan
meluangkan waktu untuk mempertimbangkan ide-ide besar dan solusi kreatif.
Pembuat keputusan konseptual menantikan apa yang bisa terjadi jika keputusan dibuat.
Kesimpulan mereka datang dari memvisualisasikan berbagai peluang dan hasil untuk masa
depan. Mereka kuat dalam membuat keputusan jangka panjang.

Perilaku
Sebuah gaya perilaku pengambilan keputusan berfokus pada hubungan lebih dari tugas. Ini
mengevaluasi perasaan orang lain sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan
mereka. Perilaku pengambil keputusan memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas
dan fokus sosial saat mereka mengevaluasi solusi.
Para pembuat keputusan ini mengandalkan informasi dari orang lain untuk memandu apa
yang mereka pilih. Mereka adalah komunikator persuasif yang menghargai keputusan
berdasarkan konsensus tim. Keputusan mereka sering kali didasarkan pada bagaimana
pilihan itu akan memengaruhi hubungan.

14. Keputusan : adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan
dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara
beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil
keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat
diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus
ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga
dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama. Ada beberapa definisi
tentang pengambilan keputusan. Dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan
pembuatan keputusan. Definisi pengambilan keputusan adalah : pemilihan alternatif
perilaku dari dua alternatif atau lebih tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara
alternatif-alternatif yang dimungkinkan.

15. Menurut davis dan Cosenza (1993: 56) dalam pembuatan keputusan dapat
diklasifikasi menjadi : keputusan strategis, keputusan taktis dan keputusan teknis. Tingkat
keputusan strategis merupakan penentu arah tindakan organisasi dimasa mendatang.
Bentuk dari keputusan strategis sangat berorientasi pada masa depan organisasi. Salah satu
bentuk keputusan strategis misalnya menentukan produk, menentukan lokasi perusahaan
dan menentukan diferensiasi produk. Sedangkan keputusan taktis berorientasi pada
sesuatu yang dapat dioperasikan dalam jangka waktu singkat. Keputusan yang dibutuhkan
disini adalah keputusan taktis. Misalnya pembelian fasilitas- fasilitas bahan ajar. Selanjutnya
adalah keputusan teknis, keputusan teknis adalah sebuah keputusan rutinitas yang
dilakukan sehari-hari didalam organisasi misalnya seperti menentukan jadwal akademik
disebuah perguruan tinggi yang dilakukan oleh bagian akademik.

Anda mungkin juga menyukai