Anda di halaman 1dari 9

B.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini yaitu merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dalam pengambilan suatu data di
lapangan. Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi.

1. Deskripsi Wilayah

Penelitian dilaksanakan di wilayah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ciputat Tangerang
Selatan. Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terletak di Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan
Ciputat. Pemekaran terjadi karena wilayah Kecamatan Ciputat terlalu luas sehingga untuk
memudahkan akses komunikasi seiring dengan perkembangan zaman juga untuk memudahkan
koordinasi dalam bidang pemerintahan.
Wilayah Kecamatan Ciputat Timur berbatasan dengan kelurahan kelurahan lain diantaranya
Kelurahan Karang Tengah, Ciputat, Pondok Pinang, Pondok Aren, Bintaro, Pamulang, Cinere,
Sawangan dan Depok.

2. Letak Geografis Kecamatan Ciputat Timur

Ciputat Timur merupakan salah satu kecamatan dari 7 kecamatan yang tersebar di Kota
Tangerang Selatan. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ciputat
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Bintaro
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Cinere

3. Deskripsi Penduduk

a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk kecamatan Ciputat Timur berjumlah 183.300 jiwa
b. Mata Pencaharian Penduduk

Sebagian besar Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ciputat Timur adalah sebagai pegawai
swasta dan wirausaha, yaitu : 38% pegawai swasta, 42% wirausaha dan 15% pegawai negri dan
5% sisanya sebagai ojek online yang banyaknya masyarakat Ciputat Timur yang bermata
pencaharian sebagai pegawai swasta dan wirausaha dilihat dari letak geografis wilayah Ciputat
Timur yang berbatasan dengan Jakarta dan strategis untuk dijadikan ladang usaha mulai dari
usaha kos kosan, makanan hingga kebutuhan masyarakat lainnya.
c. Pendidikan

Sebagian besar masyarakat Ciputat Timur adalah telah menempuh pendidikan SMA tetapi
banyak juga yang sampai perguruan tinggi hal ini terjadi karena wilayah Ciputat Timur dekat
dengan perbatasan Kota Jakarta dan adanya beberapa perguruan tinggi di daerah tersebut.

d. Kondisi Sosial dan Ekonomi


Ciputat Timur adalah termasuk kategori wilayah berkembang karena sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai buruh, pegawai swasta dan wira usaha. Akibat dari letak wilayah
yang strategis membuat Ciputat Timur dapat bersaing dengan wilayah wilayah lainnya. Dengan
kondisi sarana dan prasarana yang mendukung untuk kelancaran aktivitas masyarakat,
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini membahas hasil wawancara mendalam dengan narasumber yang peneliti
sebut partisipan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara yang telah dilakukan, sementara untuk data sekunder
diperoleh dari observasi lapangan dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari
masyarakat transmigran Jawa dan masyarakat asli Lampung. Observasi di lakukan Di Desa Tata
Karya Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara.
1. Informasi Mahasiswa

Dalam penelitian ini partisipan sebanyak 10 orang, yang terdiri dari 10 Mahasiswa yang berada
di wilayah yang terdampak culture shock. Informasi partisipan penelitian dijabarkan pada bab ini
agar pembaca dan penguji dapat memahami situasi dan hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif
kesimpulan penelitian tidak bisa disamakan, oleh sebab itu siapa yang diwawancarai dan kapan
diwawancarai itu sangat penting karena setiap partisipan yang diwawancarai akan memiliki
kesimpulan yang berbeda meskipun partisipan diwawancarai pada waktu yang sama, informasi
partisipan yang telah peneliti wawancarai sebagai berikut:
(1) Sahid Akbar adalah seorang mahasiswa perantauan asal Jambi umurnya 19 tahun, partisipan
mengatakan dia merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya fenomena culture
shock pada mahasiswa perantauan.
(2) Muhammad Firmansyah adalah mahasiswa perantauan asal Rangkasbitung umurnya 19
tahun, partisipan mengatakan dia merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya
fenomena culture shock pada mahasiswa perantauan.
(3) Selvina Dwi adalah mahasiswi perantauan asal Palembang umurnya 19 tahun, partisipan
mengatakan dia merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya fenomena culture
shock pada mahasiswa perantauan.
(4) Bahrul Ulum adalah mahasiswa perantauan asal Banten umurnya 19 tahun, partisipan
mengatakan dia merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya fenomena culture
shock pada mahasiswa perantauan.
(5) Yuda adalah mahasiswa perantauan asal Riau umurnya 19 tahun, partisipan mengatakan dia
merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya fenomena culture shock pada
mahasiswa perantauan.
(6) Ahad Hilman adalah mahasiswa perantauan asal Lampung umurnya 19 tahun, partisipan
mengatakan dia merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya fenomena culture
shock pada mahasiswa perantauan.
(7) Fadillah Sidqi adalah mahasiswa perantauan asal Bogor umurnya 19 tahun, partisipan
mengatakan dia merantau di UIN Jakarta baru 1 tahun dan mengetahui adanya fenomena culture
shock pada mahasiswa perantauan.
(8) Teguh Baihaqi adalah seorang mahasiswa perantauan asal Serang umurnya 19 tahun, dan dia
sudah merantau di UIN Jakarta kurang lebih 1 tahun dan merasakan adanya fenomena culture
shock.
(9) Arief Rahman adalah seorang mahasiswa perantauan asal Magetan umurnya 19 tahun, dan
dia sudah merantau di UIN Jakarta kurang lebih 1 tahun dan merasakan adanya fenomena
culture shock.
(10) Fahmi adalah seorang seorang mahasiswa perantauan asal Lebak umurnya 19 tahun, dan dia
sudah merantau di UIN Jakarta kurang lebih 1 tahun dan merasakan adanya fenomena culture
shock.

2. Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada responden di FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, maka dapat dihasilkan data-data bersifat primer. Tujuannya adalah untuk menguji teori
yang telah ada pada Dampak Fenomena Culture Shock terhadap Adaptasi Sosial-Budaya pada
Mahasiswa Perantauan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Apakah anda pernah mengalami culture shock? Seperti apakah culture shock yang anda alami?

Culture Shock merupakan fenomena yang terjadi kepada orang yang merantau atau pindah dari
tempat lamanya ke tempat barunya. Dia dikenal sebagai anak yang cukup aktif dalam organisasi
di kampus. Siapa tau dibalik sifatnya yang ceria dan ramah, memiliki cerita pada kehidupan
merantaunya. Tidak ada yang akan menyangka beban hidup yang hadapi lumayan berat. Ia
mengalami pasang surut dalam kehidupannya. Menjadi anak rantau tidaklah mudah. Culture
shock yang terjadi pada dirinya karena kebiasaan yang dia alami berbeda dengan kebiasaan di
kampung halamannya.

b. Apakah Culture Shock yang anda alami berlangsung cukup lama?


Mereka rata rata sudah merantau kurang lebih satu tahun namun meski sudah merantau selama
satu tahun mereka masih suka terdampak culture shock namun tak lama kemudian dia benar
benar sudah mengerti akan perbedaan sosial dan budaya yang ada di Jakarta dan tempat asalnya.

c. Menurut anda, seberapa kental budaya asal yang masih melekat pada diri anda?
Salah satu faktor penyebab terjadinya culture shock pada mereka adalah masih kentalnya budaya
asal mereka yang masih melekat dalam diri mereka ini sehingga mereka kaget dengan perbedaan
budaya yang mereka alami di Jakarta. Seperti contohnya pada saat malam hari di daerah asal
mereka ini sangat sepi dan lebih sering menghabiskan waktunya dirumah tetapi tidak dengan di
Jakarta disini malam masih sangat ramai bahkan sampai tengah malam ramainya.

d. Bagaimana anda memandang budaya asal daerah anda jika dibandingkan dengan budaya
Jakarta?
Seiring berjalannya waktu mereka mulai menikmati perbedaan budaya yang ada, dia sering
menghabiskan waktu bersama teman temannya, mencoba berinterkasi dengan orang lain,
mencoba lebih memahami budaya yang ada disini walaupun sangat berbeda dengan budaya yang
ada di daerah asalnya.
e. Apakah anda merasa bahwa anda masih sering melakukan kebiasaan-kebiasaan budaya asal
anda?
Disamping itu mereka juga masih merasa sering melakukan kebiasan kebiasannya di daerahnya,
sebenernya itu tidak menjadi masalah tetapi alangkah baiknya dia mulai membiasakan dengan
budaya yang ada di Jakarta. Ambil sisi baiknya dan jangan mengikuti sisi buruknya karena
budaya Jakarta tidak semuanya baik.

f. Apakah Culture Shock tersebut mempersulit anda dalam menyesuaikan diri?


Meskipun mereka merasakan dampak fenomena culture shock tapi mereka tidak merasa
kesulitan dalam kehidupannya sehari hari, dia merasa bahwa perbedaan culture tidak membuat
dia menyerah dalam menjalani kesehariannya justru dia menjadi banyak belajar dengan adanya
perbedaan budaya tersebut. Temen temen mereka pun ikut mendukung mereka untuk
menyeseuaikan diri.

g. Apakah Culture Shock tersebut juga mempersulit anda untuk berkenalan lebih jauh dengan
teman-teman anda?
Mereka merasa teman temannya tidak memandang untuk mebeda bedakan pertemanan mereka,
mereka merasa temannya disini baik baik dan sangat membantu mereka yang masih dibilang
awam dengan Jakarta. Hal tersebut yang membuat mereka semakin dekat dengan teman
temannya.

h. Bagaimana cara anda mengatasi Culture Shock yang anda alami?


Kalau sudah terbiasa tinggal di Jakarta nyaman banget sih walaupun kehidupannya agak keras
berbeda dengan di kampung halaman. mereka awalnya bingung bagaimana cara dia bisa
berinterkasi sosial dengan baik dengan budaya yang baru, dia awalnya menyendiri dan hanya
sedikit memiliki teman namun setelah dia mengenal lebih tentang tempat tinggal barunya dan
memiliki banyak teman baru dia mulai terbiasa dengan budaya tersebut.

i. Apakah anda sudah cukup memahami sosial - budaya Jakarta?


Jakarta merupakan kota yang besar pada umumnya walaupun UIN Jakarta terletak di Ciputat tapi
Ciputat merupakan perbatasan antara Jakarta Selatan dengan Tangerang Selatan jadi wajar
apabila budaya Ciputat dengan Jakarta hampir sama atau bahkan sama. Dalam memahami sosial
budayanya pun tidak mudah harus membutuhkan waktu ekstra untuk memahaminya. Mereka
yang baru kurang lebih setahun merantau belum cukup memahami sosial budaya yang ada di
Jakarta, dikarenakan mereka pun tujuannya untuk belajar jadi memahami sosial budaya Jakarta
merupakan sampingan karena mereka tinggal di Jakarta.
j. Sejauh mana anda memahami sosial - budaya Jakarta?
Semenjak mereka tinggal di Jakarta, mereka merasakan perbedaan sosial budaya yang cukup
berpengaruh pada kehidupannya, maka dari itu mereka mencoba untuk belajar dan memahami
sosial budaya yang ada di Jakarta, meski tidak semua sosial budaya tau dan dipelajari mereka
mulai memahami sedikit demi sedikit.

k. Bagaimana interaksi sosial yang dilakukan oleh anda?


Organisasi merupakan salah satu wadah yang tepat untuk mahasiswa khususnya mahasiswa
perantauan, karena dengan berorganisasi mahasiswa dapat mengisi kekosongan waktunya selama
dia merantau, selain bisa mengisi kekosongan organisasi juga bisa menjadi wadah untuk
berproses dan mencari pengalaman dalam berorganisasi.

l. Seberapa besar intensitas anda dalam melakukan interaksi sosial? sudah cukup sering atau
justru cenderung tertutup?
Tidak hanya menjadi mahasiswa akademis yang aktif tetapi mereka juga sangat aktif dalam
berorganisasi, menjadi aktivis sangat menyenangkan kata mereka dia bisa merasakan
kekeluargaan dalam organisasi yang membuatnya menjadi nyaman dan sangat aktif dalam
organisasi.

m. Apakah perbedaan budaya mempersulit anda dalam berinteraksi sosial?


Meskipun mereka sebagai mahasiswa perantauan di organisasinya tetapi itu tidak membuatnya
kesulitan untuk berkomunikasi dengan temannya, interaksi yang dia jalani bersama teman
temannya sangat baik dan tidak ada kendala yang membuatnya kesulitan untuk berinteraksi
dikarenakan banyaknya mahasiswa perantauan juga yang ada didalam organisasi tersebut.

n. Bagaimanakah keterlibatan anda dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungan sekitar anda?
Saking aktifnya mereka di organisasi kampus membuat mereka jarang terlibat dengan kegiatan
sosial di lingkungan tempat tinggalnya, mereka juga lebih sering menghabiskan waktunya di
organisasi.

o. Bagaimana respon dari masyarakat lingkungan sekitar terhadap anda?


Walaupun mereka jarang terlibat dalam kegiatan sosial tetapi mereka termasuk orang yang baik
dan tidak macem macem di lingkungannya sehingga respon masyarakat sekitar terhadap mereka
baik baik saja.

p. Apakah anda pernah terlibat gesekan dengan lingkungan sekitar anda?


Akibat perbuatan baiknya dan tidak macem macem di lingkungannya respon masyarakat dengan
mereka baik baik saja dan tidak pernah ada gesekan dengan masyarakat sekitar. Mereka sadar
kalau dia tinggal di wilayah orang lain dan harus taat dan patuh dengan peraturan yang ada
sebagai rasa untuk menghormati masyarakat sekitar.

q. Apakah anda memiliki visi misi pribadi? Jika iya, apakah visi misi anda tersebut?
Hampir setiap orang punya prinsip dalam hidupnya yang membuat hidup kita punya tujuan, lain
dengan visi misi tidak semua orang punya dan memikirkan apa visi misi mereka dalam hidupnya
termasuk sebagian dari mereka yang tidak ada visi misi dalam hidupnya.

r. Apakah masalah perbedaan budaya mempersulit anda dalam mencapai visi misi anda tersebut?
Setiap orang pasti memiliki masalahnya masing masing dalam hidupnya dan masalah itulah yang
menguatkan sesorang untuk tetap bertahan, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, apalagi
kalau kita tinggal di tempat baru kadang ada aja masalah yang tidak terduga oleh kita, tetapi
selagi kita disiplin dengan hidup kita dan kita punya prinsip dalam hidup kita masalah sebesar
apapun pasti kita menyelesaikannya.

3. Hasil Observasi

Pada saat peneliti melakukan observasi, informasi yang diperoleh adalah di jelaskan dalam
bentuk deskripsi sebagai berikut.
a. Jenis Tempat Tinggal

1. Kondisi tempat tinggal

Kondisi tempat tinggal dibagi menjadi dua kategori yaitu; tempat tinggal kategori kontrakan dan
kos kosan.menurut hasil observasi terdapat lima tempat tinggal yang kategori kontrakan dengan
kondisi kontrakan cukup luas dengan model dua sampai tiga petak, halaman cukup luas dan tidak
mencolok, biasanya tempat tinggal ini diisi oleh beberapa mahasiswa karena tempatnya yang
luas.

2. Kondisi lingkungan dan jalan sekitar


Kondisi lingkungan disini sudah termasuk ke katagori yang cukup memadai dan strategis selain
dekat kemana mana jalan disini juga sudah bagus dan rapih.
b. Kepemilikan Fasilitas Hidup
1. Alat transportasi
Dari sepuluh yang menjadi partisipan berdasarkan observasi yang peneliti lakukan yang
memiliki kendaraan bermotor ada sembilan orang.
2. Barang elektronik dan isi di dalam kos kosan

Kepemilikan barang elektronik di antaranya; lima orang memiliki TV, 9 orang memiliki kipas
angin, 8 orang memiliki laptop pribadi dan barang – barang elektronik lainnya serta prabotan
yang terdapat di kos kosan mereka.

D. Analisis dan Pembahasan

Pada bagian analisis dan pembahasan peneliti akan memaparkan jawaban partisipan, catatan
hasil pengamatan serta dokumentasi yang didapat dari observasi dan mendiskusikan data tersebut
dengan teori dan kajian pustaka.

1. Dampak fenomena culture shock pada mahasiswa perantauan di Jakarta.


Fenomena culture shock sering terjadi kepada orang yang baru pindah dari tempat asal mereka
ke tempat baru mereka, Sehingga menjadi fenomena wajar jika Jakarta terlihat sebagai daerah
yang multietnik, tingginya tingkat karakteristik sosial budaya di Jakarta ini disebabkan oleh arus
datang budaya asing yang ikut terbawa masuk oleh individu perantau ke dalam Jakarta. Sebagai
makhluk sosial mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya
yang baru. Dalam lingkungan yang baru tersebut akan memungkinkan terdapatnya tuntutan-
tuntutan untuk dapat mampu memahami budaya yang berlaku, dan respon yang mereka berikan
tidak selalu dapat langsung menunjukkan hasil yang dikehendaki dikarenakan adanya perbedaan
bahasa, adat-istiadat, tata cara dalam berhubungan atau berkomunikasi, yang kesemuanya
memerlukan proses dalam mempelajari suatu hal baru yang kemudian akan dipahami dan
diterapkan oleh individu perantau dalam kehidupan sehari-harinya ditempat rantauan. Hal inilah
yang menimbulkan culture shock bagi mahasiswa perantau, menghasilkan sejumlah reaksi yang
berpotensi mengakibatkan masalah yang mengganggu pada diri Individu perantau.

2. penyebab yang melatar belakangi proses terjadinya culture shock pada mahasiswa perantauan
di Jakarta.

a. Penyebab internal
Dari hasil wawancara yang peneliti peroleh menunjukan bahwa pengaruh intrapersonal dalam
diri individu, seperti keterampilan berkomunikasi, pengalaman dalam setting lintas budaya,
kemampuan bersosialisasi dan ciri karakter individu (toleransi atau kemandirian berada jauh dari
keluarga sebagai orang-orang penting dalam hidupnya yang berperan dalam sistem dukungan
dan pengawasan) benar berpengaruh pada besar-kecil terjadinya penyebab culture shock pada
diri individu.

b. Penyebab eksternal
Gegar budaya terjadi lebih cepat jika budaya tersebut semakin berbeda, hal ini meliputi
perbedaan sosial, budaya, adat istiadat, agama, iklim, rasa makanan, bahasa, gerak tubuh/
ekspresi tubuh hingga mimik wajah, cara berpakaian/ gaya hidup, teknologi, pendidikan, aturan-
aturan dan norma sosial dalam masyarakat serta perbedaan perilaku warga tuan rumah.

3. Adaptasi sosial budaya mahasiswa perantauan.


Tantangan yang harus dipecahkan ketika berada ditempat yang baru adalah proses adaptasi, baik
itu adaptasi dengan lingkungan alam maupun lingkungan masyarakat. Apabila dalam proses
adaptasi tersebut dapat mengatasinya dengan baik, maka kehidupan kedepannya menjadi lebih
menyenangkan. Sebaliknya apabila terus menerus dirundung kesulitan beradaptasi, maka
kehidupan yang akan ditempuh kedepan akan sulit.

E. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang didapatkan antara lain sebagai berikut:


1. Keterbatasan kondisi yang disebabkan karena adanya virus covid-19. Sehingga tidak
memungkinkan penulis untuk mewawancarai lebih detail kepada informan karena pada saat
wawancara pun, penulis harus menggunakan protocol kesehatan.

2. Jarak penelitian yang begitu jauh dimana letak daerah yang menjadi tempat peneliti masih
terisolir.

3. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga dalam menyelesaikan penelitian ini lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai