Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh :
SHOLIHUL HADY
NIM: 1111015000018
Hasil penelitian diperoleh jawaban bahwa tradisi Ngarot dengan berbagai nilai
budaya yang terkandung didalamnya dapat memberi kontrol dalam pergaulan
remaja di Desa Lelea, Indramayu.
i
ABSTRACT
The result were obtained answer that Ngarot tradition with different cultural
values contained in it have control toward youth interaction in Lelea village,
Indramayu.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat sehat, iman, dan Islam. Atas karunia-Nya juga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta Salawat serta Salam saya haturkan untuk
Rasulullah SAW beserta keluarganya.
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Purwanto, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Syaripulloh, M.Si selaku Sekertaris
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah.
3. Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si selaku pembimbing skripsi penulis yang
senantiasa membimbing, memotifasi dan menginspirasi penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan
pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini, baik di
dalam maupun di luar kelas perkuliahan.
5. Ayahanda dan Ibunda penulis tercinta atas bimbingan moral dan spiritual,
dukungan, do’a, dan restunya, matur suwun sanged. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat, keselamatan, dan kesehata. Serta adik
iii
tercinta, Dwi Putri Anna Fadhillah, Insyirohati Alfian, dan Aaulia
Izzatunnisa.
6. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu.
7. Kepala Desa Lelea dan staff, Tokoh Masyarakat, para informan serta, para
remaja Desa Lelea atas segala informasi yang diberikan.
8. Kawan-kawan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2011, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu atas semangat perjuangan yang dikorbankan
dan banyolan yang dimainkan.
9. Sugawan-sugawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung
Djati (KMSGD) Jabodetabek, baik alumni, pengurus maupun anggota yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan
do’a dan dukungannya.
10. Teman-teman yang selalu memberikan waktunya dalam membantu proses
pencarian data, dan proses penulisan. Khususnya Puspita Wulandari,
Abdurrohim Amin, Teguh Haryono, Hilman Faturrahman, Nurkholis
Sofwan, Muthia Hanifah, dan Deden Suhendri.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih
atas bantuan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamin.
Penulis
Sholihul Hady
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
3. Konsep Pergaulan.................................................................... 15
v
C. Kerangka Konseptual .................................................................... 30
1. Observasi ................................................................................. 32
2. Wawancara .............................................................................. 32
3. Dokumentasi ........................................................................... 33
4. Quisioner ................................................................................. 33
D. Instrumen Penelitian...................................................................... 34
I. Refeksi Penelitian.......................................................................... 38
vi
1. Demografi dan Letak Geografis Desa Lelea ........................... 49
A. Kesimpulan ................................................................................... 87
B. Saran .............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan
Remaja........................................................................................................... 34
Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 50
Tabel 4.2 Data Remaja Berdasarkan Usia..................................................... 50
Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Agama............................................. 51
Tabel 4.4 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan. .................................... 53
Tabel 4.5 Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................... 54
Tabel 4.6 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Sakral dan Penting ....... 62
Tabel 4.7 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Wajib diikuti Remaja ... 62
Tabel 4.8 Remaja yang Menjadi Peserta Ngarot .......................................... 63
Tabel 4.9 Tradisi Ngarot Positif Dalam Pergaulan Remaja .......................... 63
Tabel 4.10 Tradisi Ngarot Menjadi Patokan Remaja Dalam Bersikap ......... 64
Tabel 4.11 Tradisi Ngarot Merupakan Budaya yang Harus Dilestarikan ..... 64
Tabel 4.12 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi Untuk Menjalin Silaturahmi 65
Tabel 4.13 Tradisi Ngarot Dapat Membentuk Sikap dan Perilaku Remaja . 66
Tabel 4.14 Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial bagi Remaja ........... 66
Tabel 4.15 Kepercayaan Masyarakat terhadap Mitos ................................... 67
Tabel 4.16 Mitos Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja .......................... 67
Tabel 4.17 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Malu.... 68
Tabel 4.18 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut ... 69
Tabel 4.19 Petuah Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja......................... 69
Tabel 4.20 Petuah Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut . 71
Tabel 4.21 Kebiasaan Gotong Royong Dalam Bermasyarakat .................... 71
Tabel 4.22 Kebiasaan Tolong Menolong Dalam Bermasyarakat ................. 71
Tabel 4.23 Pertentangan Atau Pertikaian Remaja Desa Lelea ...................... 72
Tabel 4.24 Interaksi dengan Masyarakat Desa Lelea.................................... 73
Tabel 4 25 Tegur Sapa Dalam Bermasyarakat .............................................. 73
Tabel 4.26 Bersikap Simpati Kepada Teman, Saudara, dan Tetangga ......... 74
Tabel 4.27 Bersikap Empati Kepada Teman, Saudara, dan Tetangga ......... 75
Tabel 4.24 Remaja yang Melakukan Hubungan Pranikah (Seks Bebas) ...... 75
viii
Tabel 4.25 Remaja yang Minum Minuman Keras ........................................ 76
Tabel 4.26 Remaja yang Mengkonsumsi Obat Terlarang............................. 77
Tabel 4.29 Adat (Tradisi) Menjadi Kontrol Sikap dan Perilaku Remaja ...... 77
Tabel 4.27 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Hukum ........................ 78
Tabel 4.28 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Agama ........................ 78
Tabel 4.30 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Masyarakat ................. 79
Tabel 4.31 Remaja yang Pernah Melanggar Norma Kesopanan ................. 79
Tabel 4.36 Korelasi Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja .... 80
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 30
Gambar 3.1 Teknik Triangulasi Data .................................................................. 37
Gambar 4.1 Kontrol dalam Tradisi Ngarot ......................................................... 86
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Profil Desa Lelea
Lampiran. 2 Intrumen Quisioner
Lampiran. 3 Hasil Wawancara
Lampiran. 4 Nara Sumber Wawancara
Lampiran. 5 Instrumen Observasi
Lampiran. 6 Hasil Observasi
Lampiran. 7 Hasil Analisis Quisioner Variabel (X) Tradisi Ngarot Sebagai
Kontrol
Lampiran. 8 Hasil Analisis Quisioner Variabel (Y) Pergaulan Remaja di Desa
Lelea, Indramayu
Lampiran. 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran. 10 Surat Penelitian dari Desa Lelea
Lampiran. 11 Dokumentasi
Lampiran. 12 Uji Referensi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergaulan merupakan proses interaksi antara individu yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat. Pergaulan memiliki pengaruh besar terhadap
pembentukan kepribadian dan tingkah laku individu, baik pengaruh yang positif
atau pun pengaruh negatif, seperti pergaulan bebas, dan kenakalan remaja.1
Pergaulan terbentuk ketika intensitas dalam berinteraksi relatif sering, bukan
sebatas pada interaksi yang dilakukan saat itu saja. Terdapat “nilai” yang dipakai
oleh masing-masing individu hingga membentuk suatu “kenyamanan” dalam
bergaul. “Kenyamanan” inilah yang kemudian membawa banyak pengaruh
terhadap kehidupan remaja. Pergaulan bebas dan kenakalan remaja adalah dua
contoh “kenyamanan” yang membawa pengaruh negatif. Lain halnya dengan
kelompok belajar yang membawa pengaruh positif untuk remaja. Hal ini
berdasarkan pada kecenderungan remaja untuk berkumpul, bergaul dan merasa
nyaman ketika berada bersama dengan individu lain yang merupakan representasi
dari dirinya sendiri, karena dalam suatu pergaulan terdapat pola mempengaruhi,
dan dipengaruhi.
Pergaulan yang salah (perilaku menyimpang) sering terjadi pada kalangan
remaja, hal tersebut karena remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan,
atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan, selain itu mereka ingin
mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan2.
Aktualisasi diri dalam upaya merealisasikan idealisme masa depan yang
dilakukan remaja dilakukan dengan banyak cara, hingga terkadang cara yang
dilakukan tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
lingkungannya. Sebagaimana menurut Erikson pada masa remaja sering dikenal
1
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. (Jakarta: Restu Agung),
h. 51
2
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010), h. 16.
1
2
sebagai masa mencari jati diri, karena pada masa ini kemampuan emosional
remaja belum stabil berbeda pada saat masa dewasa. 3
Dewasa ini masalah penyimpangan sosial di kalangan remaja marak terjadi.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan media kompas tahun 2013, terungkap
bahwa 62,7 % remaja SMP/SMA mengaku sudah pernah melakukan hubungan
seks pranikah, alias sudah tidak perawan. Yang lebih mencengangkan lagi adalah
bahwa 21,2 % dari siswi-siswi tersebut mengaku pernah melakukan aborsi secara
illegal4. Selain itu data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) pada tahun 2014 menunjukkan, setengah dari jumlah gadis muda
perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan. Sementara 21,2
persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal.
Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren
perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota
dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya
maupun miskin.5 Hal tersebut terjadi karena kurangnya kontrol dan bimbingan
dari keluarga sebagai agen sosial pertama, selain itu juga jika dilihat dari
perkembangan psikologi pada masa remaja, mereka belum memahami dampak-
dampak dari perbuatan yang mereka lakukan. Dalam proses peralihan tersebut,
terdapat pencarian jati diri. Tidak semua remaja paham akan cara mereka dalam
mengaktualisasikan diri. Hal ini yang kemudian membuat remaja melakukan
perilaku menyimpang dari nilai dan norma, sebagai contoh pergaulan bebas, dan
hamil sebelum menikah (maried by acsident). Salah satu perilaku menyimpang
remaja yang telah dianggap “biasa” adalah pacaran. Pacaran sebagai gerbang awal
yang dapat menimbulkan penyimpangan sosial yang mengarah kepada prilaku
seksualitas, dan pergaulan bebas (freesex). Dalam pacaran terdapat perilaku-
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima). (Jakarta: Erlangga,
1991), h. 208
4
Http://Muda.Kompasiana.Com/2013/05/04/62-Remaja-Smp-Sma-Tidak-Perawan-
Cukupkah-Sekedar-Ucapan-Prihatin-Dari-Kita-552754.Html Diakses Tanggal 9 November
2014 Hari Minggu Pukul 19.30
5
http://beritakaltara.com/?p=2053. Diakses tanggal 9 November 2015 Hari kamis
pukul15.28
3
perilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh remaja, seperti pegangan tangan,
memeluk, mencium, dan puncaknya melakukan hubungan seks di luar nikah.
Dari gambaran di atas, ada beberapa faktor yang dapat mengontrol (kontrol)
perilaku-perilaku tersebut, yaitu dengan menerapkannya norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat, norma tersebut dapat dikontrol oleh lembaga-lembaga
pengendali sosial yang ada dalam masyarakat, dan mendapatkan sanksi sosial
yang tegas dalam masyarakat. Penerapan tersebut dilakukan oleh adat istiadat,
tradisi, tokoh masyarakat, yang ada di dalam masyarakat. Karena adat istiadat atau
tradisi memliki kekuatan mengikat anggotanya, sehingga yang melanggar adat
istiadat akan mendapatkan sanksi yang sanksinya keras6, di mana kaidah-kaidah
yang berlaku dalam adat dan tradisi secara turun temurun sama dari satu generasi
ke generasi berikutnya, tanpa mengalami perubahan7. Hal tersebut diharapkan
dapat meredam adanya penyimpangan yang ada dalam masyarakat. Maka dalam
masyarakat tradisional atau sederhana, tradisi merupakan salah satu norma sosial
yang dapat mengontrol pola tindak, perilaku, dan sikap masyarakat yang ada di
dalam masyarakat tersebut, sebagai contoh adalah Tradisi Ngarot yang ada di
Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.
Tradisi Ngarot adalah tradisi yang ada pada masyarakat Desa Lelea,
Indramayu. Tradisi ini hanya diikuti oleh pemuda-pemudi yang masih perawan
dan perjaka. Berdasarkan buku sejarah Desa Lelea, Tradisi Ngarot bermaksud
untuk mengumpulkan para pemuda pemudi yang akan diserahi tugas bertani. Inti
dari pertemuan ini adalah mempertemukan para pemuda pemudi agar dapat
bekerja sama, gotong royong, dan saling bahu-membahu dalam mengolah sawah.
Tradisi Ngarot bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar mereka
saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak, tingkah laku, yang sesuai
dengan adat budaya8.
6
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Prenada, 2011) h. 137-138
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Garfindo
Persada, 2006), h. 190
8
Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea: 2005), h. 54
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
beberapa masalah yang menjadi kajian dalam penelitian mengenai Tradisi Ngarot
Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu, yaitu sebagai
berikut:
1. Pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu.
2. Kematangan diri dan penyimpangan sosial remaja di Desa Lelea, Indramayu.
9
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, Sejarah Desa Lelea
(Indramayu: 2004), h. 49
5
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dirumuskan agar penelitian lebih terarah, fokus dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Berikut adalah batasan masalah yang
dirumuskan dalam penelitian mengenai Tradisi Ngarot sebagai Kontrol Pergaulan
Remaja di Desa Lelea, Indramayu, yaitu sebagai berikut.
1. Tradisi Ngarot masyarakat Desa Lelea, Indramayu.
2. Kekuatan tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial pergaulan remaja Desa Lelea,
Indramayu.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mendapatkan
rumusan masalah utama dalam penelitian yaitu: Bagaimana tradisi Ngarot
berperan sebagai kontrol dalam pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu?
Rumusan masalah utama tersebut akan dielaborasi ke dalam pertanyaan
penelitian yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan tradisi Ngarot dalam masyarakat Desa Lelea,
Indramayu?
2. Bagaimana tradisi Ngarot berperan sebagai kontrol pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu?
6
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat hasil penelitian ini adalah:
a. Secara teoretis penelitian ini berguna sebagai pengembangan dalam
memahami tradisi Ngarot serta perannya sebagai kontrol pergaulan
remaja Desa Lelea, Indramayu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan acuan bagi peneliti sejenis di masa yang akan datang
dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang kajian sosial dan budaya.
b. Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti dalam
pengembangan bidang sosial dan budaya, khususnya tradisi sebagai
kontrol sosial bagi remaja.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat hasil penelitian ini adalah:
a. Peneliti, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan konsep
keilmuwan mengenai ilmu sosial dan budaya khususnya mengenai
kekuatan tradisi sebagai kontrol sosial masyarakat terutama Desa
Lelea, Indramayu.
b. Pendidik, sebagai media informasi mengenai ilmu sosial budaya
khususnya mengenai kekuatan tradisi sebagai kontrol sosial
7
A. Kajian Teori
1. Konsep Tradisi
a. Pengertian Tradisi
Tradisi dapat berarti sebagai berikut:
“Tradisi adalah objek kultural – sistem makna atau ide – yang
diteruskan dari masa lalu ke generasi berikutnya. Tradisi sebagai
makna, dipertahankan oleh setiap anggota masyarakat dan
dikomunikasikan dari satu generasi kepada yang lain dalam rantai
makna yang meliputi kenangan kolektif, representasi kolektif,
kebiasaan-kebiasaan untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan semacam itu
dibangun sebagai lembaga sosial yang mempengaruhi perilaku yang
kemudian menjadi kebiasaan untuk bertindak yang diikuti (seakan)
tanpa dipikirkan terlebih dahulu secara rasional. Pelembagaan
kebiasaan yang didasarkan pada tradisi tersebut menjadi rujukan bagi
cara tindak anggota masyarakat secara umum.
Kebiasaan dalam cara bertindak cenderung diterima secara
otoritatif sebagai suatu yang tidak perlu dipertentangkan oleh individu-
individu yang menganggapnya sebagai fakta sosial yang ada begitu
saja. Ketika otoritas tersebut menjadi tindakan yang sadar dan orang
berusaha mencari pembenaran kebiasaan tersebut dan cara bertindak
tersebut sebagai “cara bertindak yang biasa kita lakukan”, mereka
melegitimasi tradisi dengan jalan membangun penalaran sehingga
setiap orang diharapkan dapat bertindak sesuai dengan hal tersebut”.1
1
John Scott; Tim Penerjemah Labsos Fisip Unsoed (Ed). Sosiologi The Key Concepts
(Jakarta: Rajawali Perss. 2011), h 294
8
9
masa lalu. Senada dengan pengertian di atas, menurut Shils tradisi adalah
segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa
kini.2
b. Fungsi Tradisi
Menurut Shils, manusia tidak mampu hidup tanpa tradisi, meski
mereka sering merasa tidak puas terhadap tradisi mereka. Maka dari
pernyataan tersebut, terdapat beberapa fungsi tradisi, antara lain:3
1) Tradisi merupakan warisan historis yang dipandang sebagai sesuatu
yang memiliki manfaat bagi masyarakat. Seperti tradisi Ngarot yang
memiliki fungsi selain menyatukan para kaum muda, Ngarot juga
sebagai wadah untuk saling mengenal dan memahami di antara semua
warga masyarakat. Hal tersebut merupakan makna yang terkandung di
dalam tradisi
2) Tradisi memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,
pranata, dan aturan yang sudah ada. Hal tersebut memerlukan
pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Salah satu bentuk
legitimasi adalah adanya ucapan “selalu seperti itu” atau “orang selalu
mempunyai keyakinan demikian”.
3) Tradisi menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,
memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas, dan
kelompok.
2
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada. 2011), h. 70
3
Piotr Sztompka, h. 75
10
Selain itu tradisi juga memiliki fungsi sebagai suatu kebiasaan kolektif
dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Tradisi merupakan mekanisme
yang dapat membantu memperlancar perkembangan pribadi anggota
masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaaan.
Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam
masyarakat W. S. Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan
mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaluan bersama akan menjadi kacau,
dan hidup menusia akan biadab.4
c. Kepercayaan masyarakat
Kepercayaan atau keyakinan memang dimiliki oleh semua kelompok
masyarakat dan suku bangsa yang pada awalnya bersumber dari sistem
kepercayaan dalam kebudayaan. Daniel E. Hebding dan Leonard Glick
mengemukakan bahwa kepercayaan merupakan gagasan yang dimiliki
oleh orang atau kelompok tentang sebagian atau keseluruhan realitas dunia
yang mengelilingi seseorang tersebut. Subjek dari pengertian tersebut
adalah manusia dan semua aspek seperti biologis, fisik, sosial, maupun
dunia spiritual. Kebaikan dari kepercayaan adalah sebagai nilai yang
dijadikan standar untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk, sesuatu
yang boleh atau tidak boleh. Serta kepercayaan memberikan langkah atau
cara untuk menginterpretasikan dan menjelaskan dunia.5
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan yang
terdapat pada masyarakat tertentu dapat menjadi sebuah standar terhadap
perilaku, dan sikap masyarakat agar tidak melangar nilai dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat tersebut.
4
Johaner Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius. 1994), h. 12-13
5
Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunitas Antarbudaya (Jakarta: Lkis), h. 55-56
11
6
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Prenada, 2011) h. 252
7
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 253
8
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 256
12
merokok.
2) Tindakan represif. Refresif yaitu suatu tindakan aktif yang dilakukan
berupa sanksi hukuman pada saat penyimpangan sosial terjadi
agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan.
Penyimpangan yang sedang terjadi dapat segera dikendalikan dengan
berupa sanksi yang tegas. Contohnya Ustad memberi sanksi hukuman
berupa mencukur habis rambut santrinya yang ketahuan pacaran di
pondok pesantren. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan
penyimpangan santri tidak berulang lagi.
Macam-macam sanksi
1) Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti:
denda, ganti rugi.
2) Sanksi fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul,
dijemur dipanas matahari, dicambuk, diikat, dipenjara.
3) Sanksi psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti:
dicemooh, diejek, dikucilkan, dicopot tanda kepangkatannya di dalam
suatu upacara, dipermalukan di depan umum.10
9
Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi
Pertama) (Jakarta: Prenada Media Group. 2004), h. 105
10
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 257
13
e. Teori Kontrol
Dalam teori kontrol, yang melatarbelakangi perilaku menyimpang
adalah karena kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini
dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk
tidak patuh pada aturan atau memiliki dorongan untuk melakukan
pelanggaran aturan. Dari hal tersebut maka para ahli sosial menilai
11
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h.272-278
14
12
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 243
13
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 242-243
15
3. Konsep Pergaulan
a. Pengertian Pergaulan
Pergaulan adalah bercampurnya individu dengan individu atau
kelompok individu untuk menghasilkan suatu aktivitas. Sedangkan
pergaulan sendiri bermula dari interaksi sosial antar individu, antar
kelompok, antar individu denga kelompok, dan kelompok dengan
kelompok lain agar terjalin hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Interaksi sosial adalah pokok utama dari timbulnya suatu pergaulan
sehingga tanpa interaksi sosial, tidak akan terjadi pergaulan antar individu
atau kelompok.14
Orang yang berhubungan secara jasmaniah saja tidak mungkin akan
mendapatkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
hidup akan dihasilkan oleh seseorang atau kelompok apabila dia atau
mereka melakukan hubungan kerjasama, saling berbicara, dan seterusnya
untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan dasar dari
proses sosial untuk mencapai pergaulan yang dinamis antar individu atau
kelompok.
Pergaulan merupakan proses dari interaksi sosial. Apabila terdapat dua
orang yang saling bertemu, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
saling berkelahi, hal itu sudah dikategorikan sebagai interaksi sosial.
Begitu pula bila terdapat orang-orang yang bertemu muka namun tidak
saling berbicara atau tidak menukar tanda-tanda. Dalam hal ini interaksi
sosial telah terjadi, sebab masing-masing sadar akan adanya pihak lain
yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf
orang-orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh misalnya bau
14
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. (Jakarta: Restu
Agung.2006), h. 51
16
keringat, minyak wangi, suara berjalan dan lain sebagainya. Semua hal
tersebut dapat menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.15
Dengan demikian terdapat tiga macam interaksi sosial yaitu:
1) Interaksi sosial antara individu dengan individu
2) Interaksi sosial antara individu dengan kelompok
3) Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok
15
Soerjono Soekanto, Sosiolagi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Garfindo Persada.2006),
h. 54-55
16
Soerjono Soekanto, h. 67
17
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 155
18
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h 155
17
19
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul, h. 61
18
2) Pertentangan
Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu masalah sosial
disebabkan karena adanya perbedaan tertentu antara pihak-pihak
tertentu dan di antara pihak tersebut ada yang merasa paling benar.
Petentangan dapat bersumber dari perbedaan antara individu, budaya,
kepentingan, bahkan dari perubahan sosial yang terjadi. Pertentangan
merupakan proses sosial dalam kehidupan, karena di dalam
masyarakat selain kerja sama antar masyarakat, ada juga pertentangan
karena manusia tidak semuanya satu pemahaman dan satu pemikiran
dengan manusia lainnya. 20
3) Perilaku Pacaran
Pacaran merupakan aktivitas yang bermula dari pandang
memandang dengan lawan jenis kemudian timbul rasa cinta, setelah
itu, terjadilah saling bertemu dan bertatap muka, menyepi, dan saling
bersentuhan sambil mengungkapkan rasa cinta dan sayang. Kemudian
berusaha ingin memilikinya.
Semua perbuatan tersebut dilarang dalam Islam karena merupakan
jembatan dan sarana menuju perbuatan yang lebih keji, yaitu zina.
Bahkan, boleh dikatakan, perbuatan itu seluruhnya tidak lepas dari
zina.21
20
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul, h. 78-79
21
Buletin Al Furqon Tahun Ke-3 Volume 9 No. 1 Terbit: Muharram 1430H
19
22
Agoes Dario, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: 2004. Ghalia Idonesia), h. 89
20
23
M. Alias, Fatmawati, dan Mochtaria, “Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad)
Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal Tesis. Magister Ilmu Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. 2013.
21
4. Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut andolescance, berasal dari
bahasa Latin andolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan atau dewasa”25. Seorang anak dikatakan telah
dewasa ketika organ reproduksinya telah berfungsi, artinya ia sudah dapat
dibuahi atau membuahi.
Perkembangan selanjutnya, istilah andolescance sesungguhnya
memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, sosial, dan fisik
Pandangan ini didukung oleh Pieget yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja adalah suatu usai di mana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak.26
Masa remaja, menurut Tornburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu (a)
remaja awal (usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun), (c)
remaja akhir (usia 18-21 tahun).27 Masa remaja awal, umumnya individu
telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP),
sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir,
24
Ayu Khairunnisa, “Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Remaja di Man 1 Samarinda”. Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Psikologi. Universitas Mulawarman. (eJournal Psikologi, 2013, 220-229 ISSN 0000-0000).
25
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima) (Jakarta: Erlangga,
1991), h. 206
26
Elizabeth B. Hurlock, h. 206
27
Agoes Dario, Psikologi Perkembangan Remaja, h. 14
22
umumnya sudah memasuki dunia Perguruan Tinggi atau lulus SMA dan
mungkin sudah bekerja.
Sedangkan menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu
dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan usia
21 tahun. Pada saat ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah
menengah.28
Menurut WHO, mendefinisikan remaja dari sudut konseptual, yaitu:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.29.
28
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima), h. 206
29
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawili Perss, 2002), h. 9.
30
Djalali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), h. 114
31
Djalali, h. 114
23
32
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama), h. 163-164
25
33
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 119
26
34
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 120-122
35
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 125
36
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 132-134
27
37
Tri Sutari. “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan
Remaja” (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010).
38
Abdul Aziz, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak Siswa
(Studi Kasusu di SMA Darusalam Ciputat)”. (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010).
39
Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus
Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu)”. ( Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, 2011).
28
C. Kerangka Konseptual
Tradisi Ngarot
Mitos
Membentuk
Kontrol
Pergaulan Remaja
Gambar 2.1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kontrol sosial dalam
tradisi Ngarot terhadap pergaulan remaja. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney1
adalah metode dengan mencari fakta-fakta dalam interpretasi yang tepat, artinya
penelitian ini mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat, serta
cara berlaku dalam masyarakat dan situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pangaruh-pengaruh, dari suatu fenomena.
Tujuannya penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran, deskripsi,
atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Untuk memperoleh data, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (field research), hal tersebut bertujuan agar data yang didapatkan akurat
dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
1
Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983), h.54-55
31
32
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab secara langsung untuk memperoleh
keterangan atau data penelitian. Adapun teknisnya yaitu bertatap muka secara
langsung dengan menggunakan alat perekam suara dan panduan wawancara.3
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur dengan format terbuka. wawancara terstruktur adalah wawancara yang
telah ditetapkan oleh pewawancara baik permasalahan, maupun pertanyaan yang
akan diajukan.4 Sedangkan format wawancara jenis ini adalah wawancara terbuka
artinya wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.5
Wawancara ini bermaksud untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam proses pengambilan sumber data. wawancara ini lebih bersifat
formal, kurang luwes dan terbatas dalam mengadakan pertanyaan yang lebih
mendalam.6 Namun tetap menggali pokok permasalahan yang sesuai dengan
2
Kumpulan Makalah Kuliah Metodologi Penelitian. Prof. Rusmin Tumanggor. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
Moh. Nazir, Metode Penelitian, h. 193-194
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Jakarta: Rosdakarya,
2011), h. 190
5
Lexy J. Moleong, h. 188
6
Lexy J. Moleong, h. 188
33
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data pendukung dalam penelitian, seperti
catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya.7 Dokumen dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu dokumen
resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang berasal
dari suatu lembaga atau organisasi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal
(berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tetapi
digunakan dikalangan sendiri) dan dokumen eksternal (yang berupa majalah,
buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan di media massa). Dokumen pribadi
merupakan catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan
kepecayaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan
autobiografi.
Sumber dokumentasi dipergunakan berdasarkan dokumen resmi dan
dokumen internal yang ada di Departemen Budaya dan Pariwisata Indramayu, dan
Pemerintah Desa Lelea.
4. Quisioner
Quisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis, dan terstruktur dengan
pilihan jawaban yang sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih
7
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Bina
Aksara, 1985), h. 132
34
jawaban sesuai dengan aspirasi, pendapat, dan persepsi pribadinya. Teknik ini
efisien bila jumlah responden cukup besar dan wilayah yang luas.8
D. Instrumen Penelitian
1. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Untuk memudahkan analisis data, peneliti menggunakan kisi-kisi
instrumen yang mencakup variabel X (Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol) dan
variabel Y (Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu) yang digambarkan
pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kisi Kisi Instrumen Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Sosial
Variabel Dimensi Indikator Item
Tradisi Ngarot Fungsi dan makna 1. Sebagai suatu yang 1
sebagai kontrol tradisi dalam sakral dan penting untuk
remaja Desa Lelea
sosial masyarakat
2. Sebagai tradisi wajib
2, 3
yang harus diikuti oleh
remaja Desa Lelea
3. Sebagai pembimbing 4
pergaulan remaja
4. Sebagai patokan 5
berperilaku dalam
masyarakat (tata nilai)
5. Sebagai warisan budaya 6
yang harus dilestarikan
6. Sebagai ajang 7
berkumpul dan
bersosialisasi dengan
masyarakat
7. Sebagai pembentukan
8
sikap remaja
8. Sebagai kontrol sosial 9
masyarakat
8
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 142
35
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam sumber, yaitu sumber
data primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa buku-buku
sejarah tradisi Ngarot yang ada di Indramayu serta hasil wawancara penelitian.
Adapun wawancara penelitian ini di tujukan kepada para Sesepuh Desa, Kepala
Desa beserta staf-stafnya, para remaja yang ada di Desa Lelea, serta Tokoh
Budayawan yang ada di Indramayu. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini
merupakan data pendukung penelitian yang berupa foto-foto atau gambar-gambar,
buku arsip desa, observasi langsung dan lain sebagainya.
9
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Tindakan, (Bandung:
Refika Aditama, 2014), h. 119
37
adalah teknik pengumpulan data berupa penggabungan dengan cara yang berbeda-
beda dari sumber data yang sama.
1. Triangulasi
Untuk mengabsahkan data daam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
data, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan
berbagai cara dan berbagai waktu .10
Tujuan pengumpulan data dengan teknik triangulasi adalah agar data yang
diperoleh konsisten, tuntas, dan pasti, serta dengan triangulasi akan lebih
meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.11 Teknik
triangulasi dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Wawancara dan
quisioner terkait
dengan kontrol
tradisi Ngarot
terhadap pergaulan
remaja di Desa Lelea
Observasi mengenai Dokumentasi, sebagai
kontrol tradisi Ngarot bukti untuk
terhadap pergaulan memeperkuat hasil
remaja di Desa Lelea penelitian
Tradisi Ngarot
Sebagai
Kontrol
Pergaulan
Remaja
Gambar 3.1
H. Analisis Data
Analisis data ini bertujuan untuk menggambarkan, menguraikan, dan
mengiterpretasikan data-data yang terkumpul dengan memerhatikan dan merekam
sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti. Kemudian menata dan menelaah secara
sistematis semua data yang diperoleh untuk menarik sebuah kesimpulan dan
verifikasi hasil.
10
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 273-274
11
Sugiyono, h. 241-242
38
Untuk data quisioner, peneliti menggunakan teknik analisis data, dengan cara
mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data berdasarkan hasil angket yang telah
disebarkan kepada para remaja yang ada di Desa Lelea Indramayu, dengan
menggunakan rumus distribusi fariabel untuk mengetahui berapa persentasenya,
adapun rumus adalah sebagai berikut:
Keterangan:
f : Frekuensi yang Sedang Dicari Persentasenya
N : Number Of Cases (Jumlah Remaja di Desa Lelea)
p : Angka Persentase
I. Refeksi Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Maret sampai dengan bulan
Agustus, selama proses penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai data dan
informasi mengenai tema yang menjadi pembahasan.
Proses saat awal adalah obeservasi yang dilakukan sekaligus proses
mendapatkan data dan informasi. Observasi dilakukan untuk mengamati
pergaulan remaja dan mengamati asal usul tradisi Ngarot kepada Bapak H. Edi12
dan Bapak Darsono13. Proses tersebut dilakukan pada tanggal 9 Maret sampai
dengan 12 Maret 2015, data yang pertama didapat adalah sejarah tradisi Ngarot
yang di dapat dari buku sejarah Desa Lelea, yang berasa dari arsip Desa Lelea dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Proses selanjutnya adalah melakukan wawancara, wawancara dilakukan pada
tanggal 2 Juli sampai dengan 28 Juli. Wawancara tersebut dilakukan dengan
pihak-pihak terkait seperti, Kepala Desa Lelea karena beliau mengetahui kondisi
masyarakat dan sejarah desa, Tokoh Hukum, karena beliau mengetahui perilaku
12
Bapak H. Edi adalah sekertaris Desa Lelea.
13
Bapak Darsono adalah warga Desa Lelea.
39
remaja desa, Tokoh Masyarakat karena mengerti dan paham seluk beluk sejarah
tradisi Ngarot, Tokoh Agama, karena tokoh agama yang selalu memperhatikan
aktivitas remaja dalam sudut pandang keagamaan, dan beberapa remaja Desa
Lelea. Dalam proses pencarian data mengalami beberapa kesulitan yang dialami
oleh peneliti, seperti dalam proses wawancara terjadi ketidaksesuaian waktu
antara informan dengan peneliti karena bertepatan dengan bulan ramadhan.
Selain itu juga, karena kurangnya data penelitian pada saat proses awal. Maka
peneliti melakukan penelitian ulang dengan menambahkan data menggunakan
quisioner. Proses menyebarkan quisioner dilakukan pada tanggal 20 Agustus
sampai dengan 27 Agustus. Metode tersebut dipilih karena diharapkan dengan
menyebarkan quisioner kepada para remaja, maka data yang didapat akurat, dan
sesuai dengan fakta yang ada. Kendala juga terjadi pada saat menyebarkan
quisioner, karena jumlah remaja yang sangat banyak dan menyebar, maka peneliti
kesulitan untuk menyebarkannya. Dalam proses penyebaran quisioner peneliti
dibantu oleh saudara Tulus (remaja Desa Lelea), karena peneliti tidak begitu
mengenal secara detail mengenai remaja di Desa Lelea. Angket tersebut
disebarkan di Musolah tempat remaja berkumpul, di sekolah (SMP), dan di
lingkungan RT 06 dekat dengan Kantor Kelurahan karena peneliti mengunakan
teknik random sampling artinya setiap remaja yang ada di Desa Lelea berhak
menjadi responden atau dapat mengisi quisioner.
Pada saat mengolah data quisioner pun terjadi kesulitan, dalam proses
pengolahan data, peneliti banyak dibantu oleh Dwi Putri Anna Fadhillah dan
Insyirohati Alfiani, mereka membantu pemenginput data yang telah didapatkan
dari hasil quisioner yang disebarkan.
Namun semua kendala tersebut dapat diatasi karena peneliti selalu
mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing dan keluarga yang selalu
membantu. Peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
tetapi semoga skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Tradisi Ngarot
1. Sejarah Tradisi Ngarot
Tradisi Ngarot muncul karena adanya gagasan dari leluhur masyarakat
Lelela, yaitu Ki Buyut Kapol. Ki Buyut Kapol merupakan seorang tokoh yang
sangat berpengaruh di Desa Lelea, beliau merupakan orang yang kaya dan
sangat loyal terhadap desa, tidak jarang masyarakat dari generasi muda hingga
generasi tua sering berkumpul di kediaman beliau. Dengan adanya hal
tersebut, beliau mempunyai gagasan untuk mempersatukan para pemuda.
Gagasan tersebut direalisasikan dengan memberikan lahan seluas 26.100m2
yang ia miliki, tujuannya adalah untuk membangun pola hidup gotong royong
di kalangan pemuda yang ada di Desa Lelea. Gagasan tersebut disambut baik
oleh para pemuda dan seluruh masyarakat.
“……… Berdasarkan ucapan orang tua, karna Ki Kapol tidak punya anak
dan bukti rasa cintanya kepada anak-anak (pemuda Desa), maka ia
wakafkan sebidang tanah untuk digarap oleh para pemuda-pemudi. Dari
pada berbuat yang tidak benar maka ia mengusulkan untuk
mengumpulkan anak-anak di rumahnya untuk makan-makan dan nanti
diberikan perintah untuk menggarap sawah wakaf tersebut”.1
1
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
40
41
2
H. A. Dasuki, J. P. Sarjono, Sumarjo, Djamara. 1977. Sejarah Indramayu (Cetakan Ke-
3). (Team Peneliti Sejarah Indramayu: Depatertemen Pendidikan dan Kebudayaan), h. 323
3
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 54
4
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kebupaten Indramayu. Sejarah Desa Lelea.
(Indramayu: 2004), h.49
5
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 66
42
pemuda berpakaian harian petani. Hanya ada sedikit perbedaan, para peserta
ada yang membawa keris pusaka yang tidak dipakai sebagai lazimnya orang
memakai keris, tetapi hanya dijinjing saja.
Konon di masa lalu, pemuda dan pemudinya berpakaian hitam dengan
celana longgar di bawah lutut, ikat kepala, dan kain sarung tenun yang hanya
diselendangkan atau dililitkan pada pinggang. Mereka yang membawa keris
itu adalah kepala rombongan, yang sangat unik adalah pakaian anak gadisnya.
Anak gadis menggunakan batik dan kebaya dermayon (batik khas Indramayu),
serta menggunakan tutup kepala yang dibuat dari aneka bunga seperti
kenanga, mawar, melati dan sebagainya. Hingga rambut mereka tertutup oleh
bunga warna warni. Ada yang memakai semacam cunduk – terbuat dari janur
kelapa – yang jumlahnya tidak sama, ada yang hanya dua, ada yang tiga,
empat, lima, dan enam. Warna bajunya pun beraneka ragam, yakni merah,
kuning, biru, hijau, dan lain-lain. Warna tersebut sebagai tanda kelompok,
yang dimaksud kelompok adalah blok tempat tinggal masing-masing.6
6
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 54
43
7
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h.52
8
Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus
Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu)” ( Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, 2011).
44
12
Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 56
13
Ja’cuba Karepesina, Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku
Budaya. (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 6-7
14
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
47
Artinya:
Memikikan anak (generasi penerus) nantinya bagaimana
Walaupunnya sudah memiliki uang harus tetap usaha
Waktu muda jangan berfoya foya
Agar tua nanti tidak sengsara
15
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
48
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sesepuh Lelea dulu sudah
memikirkan tentang generasi – generasi selanjutnya. Hal tersebut maka petuah
dalam tradisi dapat menjadi sebuah pedoman atau kontrol bagi setiap
perbuatan menyimpang yang terjadi, baik di dalam masyarakat ataupun
pergaulan remaja yang ada di Desa Lelea, Indramayu.
16
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
17
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
49
18
Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014, h. 2
19
Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014, h. 4
50
Tabel 4.1.
Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah penduduk laki-laki 2386 Jiwa
2 Jumlah penduduk Perempuan 2429 Jiwa
3 Jumlah kepala keluarga 1643 KK
4 Jumlah Total Penduduk 4765 Jiwa
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014
Gambaran data remaja di Desa Lelea dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.2
Data Remaja Berdasarkan Usia Tahun 2014
No Usia laki-laki Perempuan jumah
12 30 35 65
13 31 30 61
14 35 36 71
15 33 37 70
16 27 28 55
17 28 29 57
18 29 30 59
19 30 31 61
20 25 29 54
Jumlah total 553
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014
Dari table data penduduk berdasarkan usia tahun 2014 dapat dijelaskan
bahwa, pada tahun 2014 data penduduk usia 12 tahun sebanyak 65, usia 13
tahun sebanyak 61, usia 14 tahun sebanyak 71, usia 15 tahun sebanyak 70,
usia 16 tahun sebanyak 55, usia 17 tahun sebanyak 57, usia 18 tahun sebanyak
59, usia 19 tahun sebanyak 61, dan usia 20 tahun sebanyak 54.
51
“……Yang sudah lama itu Fatus Sudur sudah lima tahun, terus ini baru
dua tahun, disini satu tahun. Ya itu karna dalam rangka kiai mengatur
pergaulan remaja bahwa hal-hal yang berdosa dan yang tidak berdosa.”20
20
Hasil wawancara dengan Bapak HEI pada tanggal (2, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea
Indramayu, pukul (11.49)
52
Selain itu Bapak RID, mengatakan bahwa peran tokoh agama sangat
besar:
21
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
22
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta Dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. h. 331
23
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, h. 333
53
Tabel 4.4
Data Penduduk Berdasarkan Tingkatan Pendidikan Tahun 2014
No Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan
(Orang) (Orang)
1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 85 95
2 Usia 3-6 tahun sedang TK/play group 235 246
3 Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 1 1
4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 490 503
5 Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 267 266
6 Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 124 137
7 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP 89 105
8 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 92 100
9 Tamat SD/sederajat 348 384
10 Tamat SMP/sederajat 278 281
11 Tamat SMA/sederajat 194 194
12 Tamat D-1/sederajat 38 37
13 Tamat D-2/sederajat 31 30
14 Tamat D-3/sederajat 34 32
15 Tamat S-1/sederajat 23 14
16 Tamat S-2/sederajat 4 3
17 Tamat S-3/sederajat 3 1
18 Tamat SLB A - -
19 Tamat SLB B - -
20 Tamat SLB C - -
Jumlah 2336 2429
Jumlah total 4765
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014
Perbandingan yang tidak tamat sekolah sebanyak 647 sedangkan yang tamat
sekolah 1929. Bahwa jumlah masyarakat Desa Lelea sebagian besar dalam
taraf pendidikan yang layak.
Tetapi jika dilihat dari setiap tingkat pendidikan, masih didominasi
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sekitar 1291, sedangkan
pendidikan tingkat atas (SMA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) hanya sebanyak
638
Dari data tingkat pendidikan pada tahun 2014 di atas dapat disimpukan,
bahwa masyarakat di Desa Lelea masih dalam tingkat pendidikan yang masih
di bawah standar.
Tabel 4.5
Data Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Tahun 2014
No Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan
(Orang) (Orang)
1 Petani 187 187
2 Buruh Tani 324 319
3 Pegawai Negeri Sispil 42 39
4 Pedagang Keliling 190 160
5 Pensiunan TNI/POLRI 12 -
6 Wiraswasta 529 531
7 Mengurus Rumah Tangga - 792
Jumlah 1354 2103
Jumlah total 3457
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014
“Saya fikir kalau masalah pergaulan normatif tidak jauh berbeda dengan
desa-desa yang lainnya, sama lah, dimana-mana yang namanya remaja
pergaulannya seperti itu……”24
Tetapi berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bapak RDI, beliau
mengatakan bahwa:
24
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
25
Hasil wawancara dengan Bapak DD pada tanggal (6, Juli 2015) di Kediaman Beliau,
pukul (11.53)
57
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa masa remaja adalah masa di
mana seseorang sedang mengalami masa-masa peralihan dan perubahan sikap
dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi karena ada pengaruh dari faktor luar,
apalagi pada zaman modernisasi dan globalisasi sekarang ini. Pengaruh –
pengaruh luar tersebut telah masuk ke pelosok – pelosok daerah seperti,
internet. Selain itu, pengaruh luar lain adalah teman sebaya. Sedangkan
fondasi agama para remaja sangatlah minim, yang mengakibatkan mereka
tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk terhadap nila dan norma
dalam masyarakat. Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa remaja di Desa Lelea
masih terjadi penyimpangan yang yang melanggar norma – norma dalam
masyarakat.
Pengaruh tersebut dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh para remaja. Dorongan perilaku meyimpang tersebut banyak
macamnya, selain faktor dari dalam diri pribadi, terdapat pula dari faktor luar.
Faktor dari dalam diri pribadi yaitu tidak adanya dasar agama pada diri
remaja, sedangkan faktor luar adalah pengaruh teman sebaya, media masa dan
lingkungan.
Berdasarkan wawancara dengan Beberapa narasumber, mereka
menyampaikan bahwa:
“Kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam
pergauan remaja. Tetep ning wongtua ning umah mah di jaga-jaga tapi
tetep bae gagal.
(kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam
pergauan remaja. Tetap saja orang tua di rumah menjaga-jaga tetapi
tetap gagal karena internet dan HP yang dimiliki masing-masing
remaja)”27
26
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
27
Hasil wawancara dengan Bapak SKD pada tanggal (6, Juli 2015) di Rumah Beliau,
pukul (11.05)
58
“Ya mungkin karna ada pengaruh dari teman, pengaruh dari lingkungan,
pengaruh media. Sekarangkan banyak facebook, internet.”28
28
Hasil wawancara dengan Bapak SS pada tanggal (28, Juli 2015) di Rumah, pukul
(15.26)
29
Hasil wawancara dengan Bapak DNS pada tanggal (28, Juli 2015) di Rumah, pukul
(15.05)
30
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 238-239
59
masing, seperti adat istiadat atau tradisi. Tradisi dapat menjadi suatu kontrol
sosial dalam masyarakat yang dapat mengatur ketertiban dalam masyarakat.
Begitu juga dengan tradisi Ngarot yang ada di Desa Lelea Indramayu,
memiliki fungsinya masing-masing. Tradisi Ngarot memiliki fungsi sebagai
suatu proses sosialisasi antara generasi tua dengan generasi muda, dan
merupakan sarana berkumpul dan membaur dalam masyarakat. Tradisi Ngarot
juga berfungsi untuk mempertebal ketakwaan generasi muda kepada Tuhan
yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya, berpartisipasi kepada
pembangunan desa, kerjasama antar masyarakat desa, menciptakan rasa
gotong royong, dan saling menghargai orang lain, menigkatkan persatuan dan
kesatuan.
Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak RDI selaku
Kepala Desa Lelea:
Mempersatukan, mengikat dari beberapa blok agar terjalin silaturahmi
setelah di satukan kemudian diperkenalkan, selain itu tradisi ngarot juga
berfungsi untuk mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di
masyarakat agar anak (remaja) jangan sampai berbuat asusila atau
jangan sampai berbuat sebelum menikah.33
33
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
34
Johaner Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius. 1994), h. 12-13
61
Tradisi Ngarot sangat positif sekali untuk pergaulan tapi yang paling
utama adalah pribadi untuk selalu menjaga diri masing-masing, baik yang
perjaka maupun yang perawan.35
35
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
62
Tabel 4.6
Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Sakral dan Penting
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 45%
Setuju 25 47%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 2 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Dari tabel di atas, sebanyak 45% mengatakan sangat setuju bahwa Ngarot
merupakan tradisi yang sangat sakral dan harus ada setiap tahunnya, sedangkan
47% mengatakan setuju, 2% ragu-ragu, 5% sisanya mengatakan tidak setuju, dan
0% sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja
megatakan tradisi Ngarot merupakan tradisi sakra, penting, dan harus ada setiap
tahunnya.
Tabel 4.7
Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Wajib Diikuti Oleh Ramaja Desa
Lelea
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 38 65%
Setuju 16 33%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
63
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 65% mengatakan sangat setuju
bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang wajib diikuti oleh remaja Desa
Lelea, 33% setuju, 2% ragu-ragu, 0% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang
wajib diikuti oleh setiap remaja yang ada di Desa Lelea.
Tabel 4.8
Remaja yang Menjadi Peserta Tradisi Ngarot
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 11 22%
Sering 17 24%
Kadang-Kadang 3 5%
Jarang 3 5%
Tidak Pernah 21 44%
N 55 100%
Dari tabe di atas dapat dilihat bahwa remaja yang selalu menjadi peserta
tradisi Ngarot sebanyak 22%, sedangkan yang sering menjadi peserta
sebanyak 24%, remaja yang kadang-kadang menjadi peserta tradisi Ngarot
sebanyak 5%, remaja yang jarang menjadi peserta Ngarot sebanyak 5% dan
yang tidak pernah menjadi peserta tradisi Ngarot sebanyak 44%. Dapat
disimpulkan bahwa dari 55 remaja, terdapat 34 orang yang pernah menjadi
peserta Ngarot, sedangkan 21 remaja belum pernah menjadi peserta tradisi
Ngarot.
Tabel 4.9
Tradisi Ngarot Positif Dalam Pergaulan Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 11 20%
Setuju 29 53%
Ragu-Ragu 12 22%
Tidak Setuju 2 4%
64
Tabel 4.10
Tradisi Ngarot Menjadi Patokan Remaja Dalam Bersikap di Masyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 20 36%
Setuju 24 44%
Ragu-Ragu 11 20%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa tradisi Ngarot sangat berperan sebagai
patokan remaja dalam bersikap. Hal tersebut dibuktikan dengan 36% remaja
menjawab sangat setuju, 44% menjawab setuju , 20% menjawab ragu-ragu,
sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%.
Jadi tradisi ngarot dapat menjadi patokan perilaku dan sikap remaja dalam
masyarakat.
Tabel 4.11
Tradisi Ngarot Merupakan Budaya yang Harus Dilestarikan
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 36 65%
65
Setuju 18 33%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Tabel 4.12
Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi Untuk Menjalin Silaturahmi
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 32 58%
Setuju 22 40%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Tabel 4.13
Tradisi Ngarot Dapat Membentuk Sikap dan Perilaku Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 49%
Setuju 15 27%
Ragu-Ragu 12 22%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 2%
N 55 100%
Tabel 4.14
Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 49%
Setuju 20 36%
Ragu-Ragu 8 15%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Tabel 4.15
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos Dalam Tradisi Ngarot
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Percaya 5 9%
Percaya 30 55%
Ragu-Ragu 18 33%
Tidak Percaya 1 2%
Sangat Tidak Percaya 1 2%
N 55 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat mitos
yang berkembang di masyarakat. Dari tabel tersebut di dapat jawaban bahwa
yang menjawab sangat percaya sebanyak 9% , remaja yang menjawab percaya
sebanyak 55%, remaja yang meragukan mitos tersebut sebanyak 33%, remaja
yang tidak mempercayai sebanyak 2%, dan remaja yang sangat tidak percaya
sebanyak 2%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat
mempercayai mitos yang ada dalam tradisi Ngarot
Tabel 4.16
Mitos Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 3 5%
Setuju 30 55%
Ragu-Ragu 19 35%
68
Tidak Setuju 3 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang mitos dalam tradisi Ngarot
mejadi kontrol bagi remaja. sebanyak 5% remaja menjawab sangat setuju,
sebanyak 55% remaja menjawab setuju, remaja yang menjawab ragu-ragu
sebanyak 35%, remaja yang menjawab tidak setuju sebanyak 5% dan remaja
yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian remaja menganggap bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat
menjadi kontrol bagi remaja Desa Lelea.
Tabel 4.17
Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbukan Rasa Malu
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 42 80%
Setuju 12 18%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat
menimbulkan perasaan malu, terlihat bahwa 80% remaja menjawab sangat
setuju, sedangkan 18% mejawab setuju, 2% menjawab ragu – ragu, 0%
menjawab tidak setuju, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%.
Hal ini membuktikan bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan
rasa malu bagi remaja yang melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
69
Tabel 4.18
Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 18 33%
Setuju 28 51%
Ragu-Ragu 8 15%
Tidak Setuju 1 2%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Berdasarkan tabel di atas, bahwa tradisi Ngarot dapat mitos dalam tradisi
Ngarot dapat menimbulkan perasaan takut pada remaja, jika remaja melanggar
aturan yang ada dalam masyarakat. sebanyak 33% remaja menjawab sangat
setuju, sebanyak 51% remaja menjawab setuju, sebanyak 15% remaja
menjawab ragu-ragu, sebanyak 2% remaja tidak setuju, dan sebanyak 2%
remaja menjawab sangat tidak setuju. Jika dilihat dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan perasaan
takut, jika seorang remaja melanggar aturan yang ada dalam masyarakat.
Tabel 4.19
Petuah Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 7 13%
Setuju 31 56%
Ragu-Ragu 15 27%
Tidak Setuju 2 4%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Dari tabe di atas dapat dilihat bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat
menjadi kontrol bagi remaja. Sebanyak 13% menjawab sangat setuju,
70
Tabel 4.20
Petuah Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 15 27%
Setuju 26 47%
Ragu-Ragu 14 25%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat petuah
yang berkembang di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan rasa takut
kepada remaja yang melanggar aturan – aturan masyarakat. Dari tabel tersebut
didapat jawaban bahwa remaja yang sangat setuju sebanyak 27%, remaja yang
setuju sebanyak 47%, yang meragukan sebanyak 25% yang menjawab tidak
setuju sebanyak 0%, sedangkan yang sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat
disimpulkan bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat menjadi kontrol berupa
rasa malu bagi remaja yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
masyarakat, karena petuah merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat Desa Lelea.
Tabel 4.21
Kebiasaan Gotong Royong Dalam Masyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 9 16%
Sering 15 27%
Kadang-Kadang 23 42%
Jarang 6 11%
Tidak Pernah 2 4%
N 55 100%
Dari tabel di atas remaja yang selalu mengikuti kegiatan gotong royong
dalam masyarakat sebanyak 16%, remaja yang sering mengikuti kegiatan
gotong royong sebanyak 27%, sedangkan yang kadang-kadang mengikuti
gotong royong sebanyak 42%, yang jarang melakukan gotong royong
sebanyak 11% dan 4% remaja tidak pernah melakukan gotong royong. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian remaja sering melakukan kegiatan gotong
royong walaupun masih banyak yang jarang mengikuti kegiatan gotong
royong.
Tabel 4.22
Kebiasaan Tolong Menolong Dalam Bermasyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 20 36%
Sering 23 42%
Kadang-Kadang 9 16%
Jarang 3 5%
Tidak Pernah 0 0%
72
N 55 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa remaja yang selalu menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 36%, sedangkan yang sering menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 42%, remaja yang kadang-kadang menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 16%, remaja yang jarang menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 5% dan yang tidak pernah menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 0%. Dapat disimpukan bahwa remaja di
Desa Lela saling tolong menolong jika ada saudara, tema atau tetangga yang
sedang mengalami kesulitan.
Tabel 4.23
Pertentangan atau Pertikaian Remaja Desa Lelea
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 1 2%
Sering 10 18%
Kadang-Kadang 29 53%
Jarang 12 22%
Tidak Pernah 3 5%
N 55 100%
Tabel 4.24
Interaksi dengan Masyarakat Desa Lelea
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 25 45%
Sering 16 29%
Kadang-Kadang 3 5%
Jarang 8 15%
Tidak Pernah 3 5%
N 55 100%
Tabel 4.25
Kebiasaan Tegur Sapa Dalam Bermasyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 26 47%
Sering 13 24%
Kadang-Kadang 8 15%
Jarang 4 7%
Tidak Pernah 4 7%
N 55 100%
74
Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu tegur sapa dengan teman,
saudara, dan masyarakat sebanyak 47%, remaja yang sering tegur sapa dengan
teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 24%, remaja yang kadang-kadang
tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 15%, sedangkan
remaja yang jarang tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat
sebanyak 7%, dan remaja yang tidak pernah teman, saudara, dan masyarakat
sebanyak 7%. Dapat disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan yang baik
antara remaja dan masyarakat di Desa Lelea, Indramayu sangat baik.
Tabel 4.26
Bersikap Simpati Kepada Teman atau Saudara (satu daerah)
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 4 7%
Sering 20 36%
Kadang-Kadang 14 25%
Jarang 15 27%
Tidak Pernah 2 4%
N 55 100%
Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu bersimpati kepada teman dan
saudara sebanyak 7%, remaja yang sering bersimpati kepada teman dan saudara
sebanyak 36%, remaja yang kadang-kadang bersimpati kepada teman dan
saudara sebanyak 25%, sedangkan remaja yang jarang bersimpati kepada teman
dan saudara sebanyak 27%, dan remaja yang tidak pernah bersimpati kepada
teman dan saudara sebanyak 4%. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa, terdapat
rasa simpati yang baik ketika ada saudara atau teman mengalami kesulitan, hal
tersebut disebabkan karena kedekatan hubungan antar warga dan masyarakat
yang ada di Desa Lelea.
75
Tabel 4.27
Sikap Empati Kepada Teman atau Saudara (satu daerah)
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 18 33%
Sering 19 35%
Kadang-Kadang 7 13%
Jarang 9 16%
Tidak Pernah 2 4%
N 55 100%
Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu berempati kepada teman dan
saudaranya sebanyak 33%, remaja yang sering berempati kepada teman dan
saudaranya sebanyak 35%, remaja yang kadang-kadang berempati kepada
teman dan saudaranya sebanyak 13%, sedangkan remaja yang jarang
berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 16%, dan remaja yang
tidak pernah berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 4%. Dari tabel
di atas menunjukkan bahwa, terdapat rasa empati yang baik ketika ada saudara
atau teman mengalami kesulitan, hal tersebut disebabkan karena kedekatan
hubungan antar warga dan masyarakat yang ada di Desa Lelea.
Tabel 4.28
Remaja yang Melakukan Hubungan Pranikah (Seks Bebas)
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 4%
Kadang-Kadang 0 0%
Jarang 0 0%
Tidak Pernah 53 96%
N 55 100%
Tabel 4.25
Remaja yang Minum Minuman Keras
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 1 2%
Kadang-Kadang 1 2%
Jarang 1 2%
Tidak Pernah 52 94%
N 55 100%
Tabel 4.26
Remaja yang Mengkonsumsi Obat Obatan Terlarang
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 1 2%
Kadang-Kadang 0 0%
Jarang 0 0%
Tidak Pernah 54 98%
N 55 100%
Tabel 4.29
Adat Istiadat (Tradisi) Menjadi Pengendali Sikap dan Perilaku Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 20 37%
Setuju 9 16%
Ragu-Ragu 9 16%
Tidak Setuju 9 16%
Sangat Tidak Setuju 8 15%
N 55 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa adat istiadat dan tradisi masyarakat dapat
mengendaikan sikap dan perilaku remaja. Remaja yang menjawab sangat setuju
78
sebanyak 37%, remaja yang menjawab setuju sebanyak 16%, remaja yang
menjawab ragu – ragu sebanyak 16%, remaja yang menjawab tidak setuju
sebanyak 16%, dan remaja yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 15%.
Dapat disimpulkan bahwa adat istiadat, dan tradisi masyarakat dapat menjadi
pengendali bagi remaja.
Tabel 4.27
Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Hukum
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 1 2%
Kadang-Kadang 0 0%
Jarang 7 13%
Tidak Pernah 47 85%
N 55 100%
Tabel 4.28
Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Agama
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 4%
Kadang-Kadang 1 2%
Jarang 2 4%
79
Tabel 4.30
Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Masyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 4%
Kadang-Kadang 6 11%
Jarang 6 11%
Tidak Pernah 41 74%
N 55 100%
Tabel 4.31
Remaja yang Pernah Melanggar Norma Kesopanan
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 3 5%
Sering 3 5%
80
Kadang-Kadang 6 11%
Jarang 4 7%
Tidak Pernah 39 71%
N 55 100%
36
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 255-256
37
Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi
Pertama), h. 134-135
82
“Iya pasti bisa, dengan adanya bunga yang layu (mitos) tersebut ada
efek sosial seperti malu karena dia tidak perawan. dan sangat bagus
seperti yang saya jelaskan tadi, istilahnya efek dari (mitos) bunga-
bunga yang digunakan sebagai kontrol tradisi Ngarot.”38
“Mungkin bisa dadi kontrol, karena konon jaman bengen baka remaja
sing ora perawan meluan ko kembange bisa layu. Dadi mitos jaman
bengene kuh masih kuat.
(mungkin dapat menjadi kontrol, karena konon pada zaman dahulu
kalau remaja yang sudah tidak perawan mengikuti tradisi Ngarot
maka bunga di atas kepala akan layu. Jadi mitos zaman dulu masih
kuat)”39
38
Hasil wawancara dengan Bapak RG pada tanggal (7, Juli 2015) di Kapolsek Lelea,
pukul (11.00)
39
Hasil wawancara dengan Bapak SKD pada tanggal (6, Juli 2015) di Rumah Beliau,
pukul (11.05)
83
“Ki kapol (kolot atau sesepuh Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak
memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada
generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya
bisa dinikmati bareng bareng. Selain itu memberikan contoh kepada
generasi muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras,
harus hidup bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata
sesepuh lelea “irup rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi
jangan salah kita tidak boleh lupa dengan agama karena para tokoh
kan berasal dari Banten”41
40
Ja’cuba Karepesina, Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku
Budaya. (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 6-7
41
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
84
dua hal tersebut (mitos dan petuah sesepuh Lelea) akan menjadi suatu
kontrol sosial dalam masyarakat karena dengan adanya petuah kolot Lelea
dan mitos seperti itu akan menimbulkan sugesti pada masing-masing
individu, bahwa seorang laki-laki atau perempuan harus menjaga diri
jangan sampai berperilaku menyimpang terutama untuk remaja putri.
Dengan adanya sugesti tersebut, maka akan menimbulkan rasa takut
dan malu yang mendorong para remaja khususnya remaja putri dalam
membina pergaulannya. Maka kontrol kedua dalam tradisi ngarot adalah
terciptanya rasa malu akan hal-hal yang tidak sesuai dengan tradisi
tersebut.
Menurut bapak RG, terdapat kontrol yang ada dalam tradisi Ngarot
berupa salah satu sanksinya adalah sanksi sosial, seperti rasa malu yang
akan membuat jera para remaja yang akan melanggar dan berbuat tidak
sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat, yaitu berhubungan badan
luar nikah. Karena menurut beliau, pergaulan remaja saat ini sudah
terlampau di luar batas. Maka dengan adanya tradisi Ngarot diharapkan
dapat mencegah perbuatan remaja yang menyimpang.
Menurut Koentjaraningrat43, fungsi pengendalian sosial, yaitu: (1)
mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-norma
kemasyarakatan. (2) memberikan penghargaan kepada warga yang menaati
norma.(3) mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa warganya
(4)Mengembangkan rasa takut. (5) menciptakan sistem hukum (sanksi yang
tegas bagi pelanggarnya). Dalam tradisi Ngarot juga, terdapat fungsi untuk
mengendalikan pergaulan remaja, yaitu adanya rasa takut dan malu jika
seseorang melakukan hal-hal yang melanggar norma. Maka hal tersebut
akan dapat mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-
42
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
43
Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi
Pertama), h. 105
85
Jadi dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam tradisi
Ngarot terdapat kontrol sosial seperti Petuah Kolot Lelea (Leluhur Lelea),
dan mitos yang dapat menimbulkan rasa malu dan takut yang memiliki
fungsi sebagai alat kontrol dalam pergaulan remaja desa lelea. Hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 4.1.
44
Hasil wawancara dengan Bapak DD pada tanggal (6, Juli 2015) di Kediaman Beliau,
pukul (11.53)
86
Tradisi Ngarot
Membentuk
Kontrol
Pergaulan Remaja
Gambar 4.1
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dilapangan dan analiss dari beberapa uraian pada bab di
atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan tradisi Ngarot memiliki syarat tertentu, seperti peserta yang
diharuskan berasal dari keturunan Lelea, serta masih perjaka dan perawan.
Para peserta kemudian diarak mengeilingi desa dengan memakai pakaian
tertentu yang sudah dianjurkan, dan untuk perempuan mengenakan bunga di
atas kepalanya.
2. Kontrol dalam tradisi Ngarot dapat dilihat dari adanya mitos yang mengatakan
“jika seorang yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot maka bunga yang ada
di atas kepalanya akan layu”. Mitos tersebut akan menimbulkan rasa takut dan
rasa malu yang kemudian membentuk sugesti pada setiap individu di
masyarak Desa Lelea agar tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan
dilarang oleh norma yang ada di dalam masyarakat. Selain itu terdapat petuah
sesepuh Desa Lelea yang mengatakan bahwa, “Mikirun budak engkena
kuma’a (memikirkan anak atau generasi penerus nanti akan seperti apa);
Aturan agama kudu di turut (atiuran agama harus diikuti); Selamet dunya
jung akhiratna (agar selamat dunia dan akhirat)”. hal tersebut juga dapat
menjadi kontrol sosial terutama bagi keluarga karena keluarga merupakan
agen sosial yang pertama dan petuah tersebut bertujuan agar dapat meciptakan
pergaulan yang baik dikalangan masyarakat terutama remaja.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , akhirnya peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi para mahasiswa, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
menyeluruh. Karena peneliti sadar bahwa masih terdapat banyak
87
kekurangan baik dalam hal penulisan maupun dalam hal data. Namun
setidaknya peneliti dapat memberikan kontribusi terhadap daerah dan
sebagai pengetahuan baru mahasiswa.
2. Bagi Kepala Desa dan masyarakat Desa Lelea hendaknya Tradisi Ngarot
harus dipertahankan dan dilestarikan, karena memiliki fungsi positif
terutama dalam bidang sosial yaitu sebagai suatu tolok ukur dan sebagai
kontrol bagi perilaku masyarakat, sehingga norma-norma yang ada dalam
masyarakat berjalan dengan semestinya.
88
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak
Siswa (Studi Kasusu di SMA Darusalam Ciputat)”. Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif
hidayatullah Jakarta, 2010.
http://muda.kompasiana.com/2013/05/04/62-remaja-smp-sma-tidak-perawan-
cukupkah-sekedar-ucapan-prihatin-dari-kita-552754.html diakses tanggal
89
9 November 2014 hari minggu pukul 19.30
Karepesina, Ja’cuba. Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan
Perilaku Budaya. Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988
Narwoko, J.Dwi dan Bagong Suyanto ed. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan
EdisiPertama. Jakarta: Prenada Madia Group, 2004.
90
Samian. Buku sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea Lelea, Indramayu: 2005.
Scott; John dan Tim Penerjemah Labsos Fisip Unsoed Ed. Sosiologi The Key
Concepts. Jakarta: Rajawali Perss, 2011.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:
Prenada, 2011.
91
Lampiraan 1
Lampiraan 2
Karakteristik Responden
Nama/ Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
1. Apakah menurut anda tradisi Ngarot merupakan tradisi sakra dan penting bagi
masyarakat Desa Lelea ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
2. Apakah tradisi Ngarot merupakan tradisi wajib yang harus iikuti oleh remaja Desa
Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
3. Sudah berapa kali anda mengikuti tradisi Ngarot?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
4. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan tradisi yang sangat positif dalam
membimbing pergaulan remaja?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
5. Apakah tradisi Ngarot menjadi patokan anda dalam bersikap agar tidak
melanggar norma?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
6. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan tradisi yang harus dilestarikan?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
7. A p a k a h tradisi Ngarot memiliki peran yang sangat baik dalam menjalin
silaturahmi antar warga dan para pemuda?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
8. Apakah tradisi Ngarot dapat membentuk sikap atau perilaku remaja menjadi
lebih taat terhadap norma dan aturan yang berlaku di Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
9. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan pengendali bagi remaja dalam berperilaku
di masyarakat?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
10. Sejauh mana anda mempercayai mitos yang ada dalam Taradisi Ngarot?
a. Sangat percaya percaya
b. Percaya
c. Ragu-ragu
d. Tidak percaya
e. Sangat tidak percaya
11. A p a k a h mitos yang ada dalam tradisi Ngarot merupakan pengendali sosial
bagi masyarakat?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
12. Apakah mitos dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa malu, jika anda
melanggar aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
13. Apakah mitos dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa takut, jika anda
melanggar aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
14. A p a k a h petuah kolot Lele yang ada dalam tradisi Ngarot merupakan
pengendali sosial bagi masyarakat?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
15. Apakah petuah dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa takut, jika anda
melanggar aturan-aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
16. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi lumrah dan dijadikan
kebiasaan masyarakat, seperti gotong royong. Pernah anda mengikuti
kegiatan gotong royong dengan remaja lain di Desa Lelea?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
17. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan dan adat
istiadat di masyarakat, seperti saling tolong menolong. Pernah anda
melakukannya terhadap teman atau saudara satu Desa Lelea yang mengalami
kesulitan?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
18. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan dan atar
istiadat di masyarakat, seperti pertentangan. Pernahkah anda mengalami
pertentangan dengan dengan teman atau remaja yang ada di Desa Lelea,
seperti pertentangan kepentingan, pertentangan pendapat, dll?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
19. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan yang sudah
menjadi adat istiadat di masyarakat, seperti berinteraksi antar masyarakat.
Pernahkah anda bebincang-bincang dan berkumpul dengan
tetangga/teman/saudara yang ada di wilayah anda (Desa Lelea) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
20. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi adat sitiadat, tradisi , dan
ketetapan yang ada dalam masyarakat, seperti saling sapa antar masyarakat.
Pernahkah anda saling tegur sapa dengan remaja lain di wilayah anda (Desa
Lelea)?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
21. Pernahkah anda merasa sedih ketika teman/tetangga/saudara yang satu daerah
(Desa Lelea) sedang mengalami kesulitan?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
22. Pernahkah anda mejenguk teman/tetangga/saudara satu daerah (Desa Lelea)
ketika sedang sakit?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
23. Hubungan pranikah merupakan perilaku yang dilarang oleh adat istiadat,
hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah anda
melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
24. Minum minuman keras merupakan merupakan perilaku yang dilarang oleh
adat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah
anda melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
25. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang merupakan merupakan perilaku yang
dilarang oleh adat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea,
pernahkah anda melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
26. Apa adat istiadat, dan tradisi yang ada di dalam masyarakat Desa Lelea
membuat anda dapat mengontrol (mengendalikan) sikap dan perilaku remaja?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
27. Pernahkah anda melanggar aturan hukum yang berlaku di masyarakat Desa
Lelea, seperti mencuri dan berbuat kriminal?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
28. Pernahkah anda melanggar aturan agama yang berlaku di masyarakat Desa
Lelea, seperti berzinah?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
29. Pernahkah anda melanggar aturan yang berlaku di masyarakat Desa Lelea,
seperti berduaan dengan lawan jenis ditengah malam (dengan pacar)?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
30. Pernahkah anda melanggar norma kesopanan yang berlaku di masyarakat
Desa Lelea, seperti memakai pakaian yang transparan,pendek, mengumbar
aurat untuk bepergian, tidak sopan dan tidak wajar dalam masyarat di desa
anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
Lampiran 3
Nama/Inisial : RG
Usia : Usia 28
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pembina Desa Lelea dan Brigadir Posles Lelea
Alamat : Lelea Indramayu
- Jelas karna wong bengen sing di arani komunikasi antara pihak dalam
teradisi Ngarot adalah kebersamaan ,ari saling komunikasi kan mending
enak garep apa-apa kuh.
(jelas karena orang zaman dulu selalu berkomunikasi antar pihak dalamm
tradisi Ngarot, kalau saling berkomunikasi mudah dalam melakukan
sesuatu)
19. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- Lamun secara anu mah fungsine kuh saling mengenal akhire kan kadang-
kadang bisa jadi jodone, sekalian amber aja ana perilaku bli bener
keding.
(fungsinya saling mengenal, bahkan kadang-kadang bisa jadi jodoh dan
untuk menjaga perilaku yang menyimpang juga)
20. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja?
- Ya, sebenere mah efektif, wong tua bengen kuh, kan sebenere mah pengen
beneraken masyarakate tapi, kembali maning meng pribadine, bengen
mah bener-bener dijaga tradisi Ngarot kuh.
(sebenarnya efektif, orang tua zaman dulu menginginkan perilaku yang
benar di masyarakat, tetapi kembali lagi ke pribadi masing-masing. Dulu
tradisi Ngarot sangat dijaga kesakraannya)
21. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea?
- Mabuk-mabukan, nogkrong, hamil luar nikah.
22. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Mungkin bisa dadi kontrol, karena konon jaman bengen baka remaja sing
ora perawan meluan ko kembange bisa layu. Dadi mitos jaman bengene
kuh masih kuat.
(mungkin dapat menjadi kontrol, karena konon pada zaman dahulu kalau
remaja yang sudah tidak perawan mengikuti tradisi Ngrot maka bunga di
atas kepala akan layu. Jadi mitos zama dulu masih kuat)
- Sudah, telung balen (tiga kali), singet kelas 1 SMP sampe kelas 3 SMP.
(sudah tiga kali mengikuti Ngarot, sejak kelas1 SMP sampai kelas 3 SMP)
- Karna memang sudah budayanya juga, dan kita sebagai anak muda wajib
melestarikannya.
- Ada
7. Apakah benar jika pada saat ada gadis yang tidak perawan mengikuti tradisi
Ngarot, bunga yang dipakai akan layu?
- Iya itu mitosnya. Tapi saya juga tidak tahu itu mitos atau bukan kalo iya
kan itu pasti ada pengaruhnya.
8. Menurut anda apakah mitos tersebut mengikat para remaja agar berperilaku
tidak menyimpang?
9. Apakah ada sanksi sosial untuk remaja yang tidak mengikuti Ngarot?
- Engga sih, katanya sih ada dari desa tapi cuma nakut-nakitin, mungkin
jaman dulu mah malu sama temen-temen terus jadi omongan orang tua
karna tidak ikut Ngarot.
10. Apakah pernah terjadi bunga layu pada saat pelaksanaan tradisi Ngarot?
- jaman sekarang udah mengiku bangsa Barat kaya pergaulan bebas gitu-
gitulah.
12. Apakah ada peran dari tokoh masyarakat terhadap tradisi Ngarot?
- Belum tau juga, tapi ya mungkin ada kadang-kadang temen saya juga ada
yang mabuk-mabukan..
15. Menurut anda apa penyebab dari penyimpangan yang diakukan remaja?
16. Menurut anda solusi yang terbaik untuk pergaulan di Desa Lelea itu apa?
- Ya mungkin iya
19. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah
pergaulan?
20. Apakah ada kontrol berupa rasa malu yang dirasakan remaja?
- Tradisi yang sudah ada, dan tradisi khusus untuk orang lelea.
- Tujuane sih kanggo ngakuraken lanang wadon, amberan aja tukar atau
priwen, menjaga silaturahmi perempuan dengan laki-laki.
- Kari syarat mah langka, paling syarate wis cukup umur bae.karo asli lea
lan masih perawan
- (kalau syarat tertentu tidak ada, paling syaratnya sudah cukup umur, asli
orang Lelea, dan masih perawan)
6. Apakah benar ada mitos jika bunga nya layu maka dikatakan sudah tidak
perawan? Apakah mitos itu dipegang oleh masyarakat Lelea?
- Masih memegang. dan emang iya mitose mah ana tapi kan ora weruh sih
masih anu belie mah.
- Ya positif sih emang ya. Intie mah lamunan kejadian ya emang ana, tapi
ya mbuh sih kita mah ora weru.
- (ya positif, intinya penyimpangan pasti ada tetapi lebih jelasnya saya
tidak tahu)
9. Mitos yang seperti itu bisa menimbulkan ketakutan tidak terhadap anda untuk
mengikuti tradisi Ngarot?
- Ya tergantung orang nya sih, kalo yang udah ngelakuin (hubungan) bunga
nya layu, tapi kalo yang engga ngelakuin (hubungan) mah ya biasa aja.
10. Ada sanksi khusus tidak jika tidak mengikuti tradisi Ngarot?
- Sanksi sih ada tapi engga benar, cuman nakut-nakutin aja supaya ikut.
- (sanksi ada tapi berfugsi untuk menakuti saja agar ikut tradisi Ngarot)
- Kalo kata orang tua sih iya wajib, minimal sekali juga engga apa-apa.
- Tergantung orangnya, ada yang masih takut, dan nurut sama orang
tuanya. Tapi ada juga yang kurang baik, biasa minum-minuman, sering
keluar malam.
- Ya kalo penyimpanganpasti ada, tapi bukan urusan kita. Itu urusannya dia
sama Yang Maha Kuasa.
14. Ada peran tokoh masyarakat tidak untuk mengntrol pergaulan remaja di Desa
Lelea?
- Ya ada, ya contohnya ustad, kuwu (Kepala Desa). Tapi tergantung
anaknya juga, kalau yang bandel agak susah dibilangin.
15. Apakah ada faktor luar yang mempengaruhi pergaulan remaja menurut anda?
- Lebih mendekatkan diri kepeda Yang Maha Kuasa, dan nurut sama orang
tua.
Lampiran 4
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam proses observasi, semua indra peneliti harus menjadi alat penelitian
yang peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Variabel atau
dimensi yang akan diamati yaitu:
1. Pergaulan remaja Desa Lelea
mengamati secara mendalam dan seksama tentang tentang pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu mengenai:
Mengamati lingkungan pergaulan remaja Desa Lelea
Mengamati faktor yang menyebabkan pergaulan yang menyimpang remaja
2. Sejarah tradisi Ngarot
Mengamati sejarah tradisi Ngarot
Mengamati perkembangan tradisi Ngarot
Peran tradisi Ngarot terhadap remaja Desa Lelea
HASIL OBSERVASI
Beberapa variabel dan sub variabel atau dimensi dalam penelitian ini peneliti
mengamati mengenai, yaitu:
1. Pergaulan remaja Desa Lelea
mengamati secara mendalam dan seksama tentang tentang pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu mengenai:
Mengamati lingkungan pergaulan remaja Desa Lelea
Hasil:
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya lingkungan pergaulan
remaja di Desa Lelea cukup baik, tetapi diakui bahwa masih terdapat
lingkungan yang berdampak negatif bagi remaja, sehingga hal tersebut
mengakibatkan perilaku menyimpangan yang dilakukan oleh remaja desa.
Disi lain juga terdapat kondisi lingkungan yang berdampak positif bagi
remaja, seperti majelis ta’lim remaja, karang taruna, dan perkumpulan
remaja yang dibuat oleh remaja bernama PIKER.
Mengamati faktor yang menyebabkan pergaulan yang menyimpang remaja
Hasil:
Terdapat faktor yang mempengaruhi kerilaku yang menyimpang dikaangan
ramaja Desa Lelea, penyimpangan tersebut disebabkan oleh kurangnya
pengawasan dari orang tua, selain itu remaja belum dapat menyerap norma
atau aturan yang ada di dalam masyarakat.
2. Sejarah terbentuknya Tradisi Ngarot
Sejarah tradisi Ngarot
Hasil:
Dari hasil observasi yang dilakukan mengenai sejarah Tradisi Ngarot, maka di
dapat data bahwa tradisi ini ada sejak abad ke 17 sekitar tahun 1646
Masehi, tokoh yang menggagas tradisi ngarot adalah Ki Kapol. Beliau
adalah orang yang sangat kaya serta peduli dengan anak muda dan
Desanya.
Ki Kapol, lantas menghadiahkan kepada anak muda berupa pesta, dengan
tujuan ajar anak muda desa dapat saling mengenal, dan saling
menyesuaikan sikap dengan budaya atau adat istiadat yang berlaku di
dalam masyarakat. Jadi tradisi Ngarot dibentuk oleh Ki Kapol, hal tersebut
dapat dilihat dari gambar di atas yang menunjukkan nama-nama Kepala
Desa yang menjabat pada saat itu. (penelitian awal dengan Kepala Desa
Lelea Bapak Raidi, Bapak Edi, dan Bapak Darsono)
Item soal no
Responden Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 4 3 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 63
2 5 5 1 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 64
3 4 5 3 4 3 3 5 3 4 3 4 4 4 4 4 57
4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 61
5 5 5 2 5 5 4 5 4 4 5 5 4 3 4 5 65
6 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 63
7 5 5 1 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 64
8 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 66
9 5 5 1 5 4 5 5 5 4 4 5 4 3 3 3 61
10 5 5 1 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 65
11 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 3 3 4 4 63
12 4 5 1 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 62
13 5 5 1 5 4 3 5 5 4 4 5 4 4 3 3 60
14 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 67
15 4 4 1 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 61
16 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 2 4 5 64
17 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 66
18 5 5 1 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 63
19 4 5 1 5 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 58
20 4 4 5 4 3 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 59
21 4 4 1 5 4 4 5 5 4 4 5 3 3 4 3 58
22 4 4 5 4 3 5 5 5 3 3 4 3 3 4 4 59
23 4 5 1 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 3 61
24 2 4 5 5 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 63
25 4 5 1 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 60
26 5 5 5 5 3 3 5 4 3 3 5 4 4 3 4 61
27 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 59
28 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 67
29 4 3 1 3 2 2 4 4 4 3 4 1 3 3 2 43
30 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 68
31 5 5 2 5 4 3 5 5 4 5 5 4 4 4 4 64
32 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 5 4 4 5 4 63
33 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 63
34 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 64
35 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 64
36 5 4 1 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 62
37 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 54
38 3 3 1 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 2 4 47
39 5 5 4 5 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 56
40 5 4 2 5 4 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 62
41 4 5 1 5 3 5 5 5 3 3 5 4 4 3 4 59
42 5 4 4 5 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 60
43 4 5 1 4 3 5 5 4 4 4 5 3 3 4 4 58
44 4 4 1 5 4 3 5 5 4 4 2 4 3 2 4 54
45 5 5 5 4 2 3 4 5 1 4 5 5 5 5 5 63
46 4 4 1 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 51
47 4 4 1 2 2 3 4 4 3 4 2 4 1 2 2 42
48 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 5 3 4 67
49 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 59
50 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 3 3 5 4 66
51 5 5 1 5 4 5 4 5 4 3 4 4 4 5 4 62
52 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 1 2 3 3 57
53 2 4 5 5 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 3 60
54 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4 4 3 3 61
55 5 4 1 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 64
Lampiran 8
Hasil Analisis Quisioner Variabel (Y) Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu
Total
Item soal no:
Responden Skor
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 3 5 3 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 68
2 3 3 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 66
3 4 4 5 4 4 4 4 5 3 5 5 5 4 4 4 64
4 5 4 1 5 5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 5 63
5 3 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 66
6 3 5 3 4 4 4 4 5 4 5 3 4 5 3 4 60
7 3 4 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3 66
8 4 4 4 4 4 5 3 5 5 5 3 4 5 5 3 63
9 5 4 2 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 67
10 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 70
11 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70
12 4 5 4 1 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 63
13 5 5 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 69
14 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 67
15 4 5 3 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 67
16 2 5 3 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 5 65
17 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 70
18 2 4 2 2 5 4 2 5 5 5 1 5 5 5 5 57
19 3 4 3 4 4 3 3 5 5 5 3 5 5 3 5 60
20 3 4 3 2 2 2 2 5 5 5 2 5 5 4 4 53
21 3 4 3 3 1 3 3 5 5 5 2 5 5 5 5 57
22 3 4 5 5 3 5 4 5 5 5 1 5 5 5 5 65
23 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 72
24 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 69
25 4 5 4 2 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 64
26 3 4 2 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68
27 3 5 3 5 5 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 42
28 3 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 68
29 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 64
30 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 70
31 4 5 4 4 4 1 4 5 5 5 3 5 5 4 5 63
32 5 4 3 5 3 5 3 5 5 5 3 5 5 4 3 63
33 3 2 3 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 3 5 62
34 3 5 3 3 3 5 2 5 5 5 3 5 5 5 5 62
35 4 5 3 2 2 5 2 5 5 5 2 5 5 5 5 60
36 3 3 4 3 3 3 3 5 5 5 3 5 5 4 5 59
37 2 5 4 2 4 2 2 5 5 5 2 5 5 2 4 54
38 2 4 3 4 4 2 2 5 5 5 2 5 5 5 5 58
39 2 2 3 5 4 2 2 5 5 5 1 5 5 5 4 55
40 1 5 2 5 2 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 59
41 3 3 3 4 4 3 2 5 5 5 1 5 5 5 5 58
42 4 5 3 4 5 1 2 5 5 5 4 5 5 5 5 63
43 1 4 3 4 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 64
44 4 3 2 4 4 3 3 5 5 5 4 5 5 5 3 60
45 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1 66
46 3 3 3 2 2 2 3 5 5 5 2 5 5 2 4 51
47 2 2 3 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 44
48 3 4 3 4 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 66
49 4 3 3 4 3 4 4 5 5 5 3 5 5 5 5 63
50 3 3 2 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 64
51 3 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68
52 3 5 3 2 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 63
53 3 5 3 1 5 3 4 5 5 5 1 5 5 5 5 60
54 3 4 2 5 5 4 4 5 5 5 2 5 5 2 4 60
55 4 4 2 5 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 5 64
Lampiraan 9
Lampiraan 10
Lampiran 11
DOKUMENTASI PENELITIAN