Anda di halaman 1dari 175

TRADISI NGAROT SEBAGAI KONTROL PERGAULAN

REMAJA DI DESA LELEA, INDRAMAYU

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh :
SHOLIHUL HADY
NIM: 1111015000018

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ABSTRAK
Sholihul Hady (NIM: 1111015000018). Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol
Pergaulan Remaja Di Desa Lelea, Indramayu
Tradisi Ngarot merupakan tradisi yang ada di Desa Lelea, Indramayu sebagai
ucapan syukur terhadap datangnya musim tanam. Masyarakat Lelea memiliki
ungkapan syukur yang khas dalam menyambut datangnya musim tanam. Syukur
ini termanifestasi dalam Tradisi Ngarot yang bertujuan untuk menciptakan
kondisi sosial yang harmonis terutama dari segi pergaulan antar pemuda di dalam
masyarakat, karena dalam tradisi Ngarot terdapat niai-nilai budaya yang sangat
penting dalam membina pergaulan yang sehat seperti, saling mengenal, saling
menyesuaikan sikap, kehendak, dan tingkah laku yang sesuai dengan adat budaya.
Tradisi ini diikuti oleh para remaja desa yang masih perjaka dan perawan. Dalam
pelaksanaan tradisi Ngarot, terdapat mitos dan petuah yang berkembang di
kalangan masyarakat desa tersebut. Berbagai mitos terkandung dalam tradisi
Ngarot yang kemudian menjadi suatu kontrol dalam pergaulan remaja Desa Lelea.

Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk


membuat gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta yang sebenarnya, serta mengetahui hubungan antar fenomena yang
ada. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan quisioner,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. hal tersebut guna memperoleh jawaban
mengenai kekuatan tradisi sebagai kontrol dalam pergaulan di masyarakat. Fokus
penelitian adalah para pemuda di Desa Lelea, diperkuat dengan keterangan
anggota masyarakat terkait.

Hasil penelitian diperoleh jawaban bahwa tradisi Ngarot dengan berbagai nilai
budaya yang terkandung didalamnya dapat memberi kontrol dalam pergaulan
remaja di Desa Lelea, Indramayu.

Kata kunci: Tradisi Ngarot, Kontrol, Pergaulan Remaja

i
ABSTRACT

Sholihul Hady (NIM: 1111015000018). Ngarot Tradition As Youth


Interaction Control In Lelea Village, Indramayu
Ngarot tradition is a tradition which comes from Lelea village, Indramayu as a
gratefull to God toward welcomes the growing season. Lelea people has it’s own
way to welcome the growing season. This gratitude manifestated in Ngarot
tradition to create harmonic social condition, especially between it’s youth
interction in society, because in Ngarot tradition contain the important culture
values to build the healty interaction like to know each other, and adjust the
attitude, desire, and behavior that appropriate with its’ culture. This tradition is
followed by virgin men and women. There are a lot of myths and religious
advices that had been spreading in society about Ngarot tradition. Those things
had become a control for the origin citizen especially for youths to behave in
society.

This research used descriptive analysis method which is aimed to make a


systematic, factual, and accurate description about some acual facts, and also to
know the relationship about those phenomena. The data collection proses in this
reseach use the quisioner, interview, observation, and documentation. The process
done in order to get the answer about power of tradition as a control towards
youths’ interaction. this research’s focus is Lelea village youth people, combine
with information from related community member.

The result were obtained answer that Ngarot tradition with different cultural
values contained in it have control toward youth interaction in Lelea village,
Indramayu.

Keywords : Ngarot tradition, Control, Youth Interaction

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat sehat, iman, dan Islam. Atas karunia-Nya juga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta Salawat serta Salam saya haturkan untuk
Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Dalam menyelesaikan penelitian ini tentunya melibatkan banyak pihak yang


sudah membantu, baik moril maupun materil. Peneliti menyadari sepenuhnya
bahwa selama penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir tidak akan berhasil
dengan baik tanpa adanya bimbingan, dukungan, arahan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karenanya penulis sangat mengucapkan terimakasih atas
semua bantuan yang telah diberikan. untuk itu penulis ucapkan terimakasih
kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Purwanto, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Syaripulloh, M.Si selaku Sekertaris
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah.
3. Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si selaku pembimbing skripsi penulis yang
senantiasa membimbing, memotifasi dan menginspirasi penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan
pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini, baik di
dalam maupun di luar kelas perkuliahan.
5. Ayahanda dan Ibunda penulis tercinta atas bimbingan moral dan spiritual,
dukungan, do’a, dan restunya, matur suwun sanged. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat, keselamatan, dan kesehata. Serta adik

iii
tercinta, Dwi Putri Anna Fadhillah, Insyirohati Alfian, dan Aaulia
Izzatunnisa.
6. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu.
7. Kepala Desa Lelea dan staff, Tokoh Masyarakat, para informan serta, para
remaja Desa Lelea atas segala informasi yang diberikan.
8. Kawan-kawan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2011, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu atas semangat perjuangan yang dikorbankan
dan banyolan yang dimainkan.
9. Sugawan-sugawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung
Djati (KMSGD) Jabodetabek, baik alumni, pengurus maupun anggota yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan
do’a dan dukungannya.
10. Teman-teman yang selalu memberikan waktunya dalam membantu proses
pencarian data, dan proses penulisan. Khususnya Puspita Wulandari,
Abdurrohim Amin, Teguh Haryono, Hilman Faturrahman, Nurkholis
Sofwan, Muthia Hanifah, dan Deden Suhendri.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih
atas bantuan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamin.

Jakarta, 10 September 2015

Penulis

Sholihul Hady

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 6

2. Manfaat Praktis ......................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori .................................................................................... 8

1. Konsep Tradisi .......................................................................... 8

2. Konsep Kontrol Sosial ............................................................ 11

3. Konsep Pergaulan.................................................................... 15

4. Konsep Remaja ....................................................................... 21

B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 26

v
C. Kerangka Konseptual .................................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 31

B. Metodologi Penelitian ................................................................... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 32

1. Observasi ................................................................................. 32

2. Wawancara .............................................................................. 32

3. Dokumentasi ........................................................................... 33

4. Quisioner ................................................................................. 33

D. Instrumen Penelitian...................................................................... 34

E. Sumber Data .................................................................................. 36

F. Populasi Data dan Sampling ......................................................... 36

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 36

H. Analisis Data ................................................................................. 37

I. Refeksi Penelitian.......................................................................... 38

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Tradisi Ngarot ............................................................................... 40

1. Sejarah Tradisi Ngarot ............................................................ 40

2. Asal Mula Tradisi Ngarot ....................................................... 41

3. Tujuan Tradisi Ngarot ............................................................. 42

4. Waktu dan Pelaksanaan Tradisi Ngarot .................................. 43

5. Acara Pelaksanaan Ngarot ...................................................... 44

6. Mitos Dalam Tradisi Ngarot .................................................. 46

7. Nilai-Nilai Luhur Desa Lelea Dalam Tradisi Ngarot ............. 47

B. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Lelea ......................................... 49

vi
1. Demografi dan Letak Geografis Desa Lelea ........................... 49

2. Kondisi Penduduk Masyarakat Desa Lelea............................. 49

3. Keagamaan Masayarakat Desa Lelea...................................... 51

4. Pendidikan Masyarakat Desa Lelea ........................................ 52

5. Matapencaharian Masayarakat Lelea ...................................... 54

C. Implikasi Tradisi Ngarot Terhadap Pergaulan Remaja di Desa


Lelea, Indramayu........................................................................... 56

1. Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu ......................... 56

2. Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja ................ 58

3. Bentuk Kontrol Dalam Tradisi Ngarot ................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 87

A. Kesimpulan ................................................................................... 87

B. Saran .............................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan
Remaja........................................................................................................... 34
Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 50
Tabel 4.2 Data Remaja Berdasarkan Usia..................................................... 50
Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Agama............................................. 51
Tabel 4.4 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan. .................................... 53
Tabel 4.5 Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................... 54
Tabel 4.6 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Sakral dan Penting ....... 62
Tabel 4.7 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Wajib diikuti Remaja ... 62
Tabel 4.8 Remaja yang Menjadi Peserta Ngarot .......................................... 63
Tabel 4.9 Tradisi Ngarot Positif Dalam Pergaulan Remaja .......................... 63
Tabel 4.10 Tradisi Ngarot Menjadi Patokan Remaja Dalam Bersikap ......... 64
Tabel 4.11 Tradisi Ngarot Merupakan Budaya yang Harus Dilestarikan ..... 64
Tabel 4.12 Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi Untuk Menjalin Silaturahmi 65
Tabel 4.13 Tradisi Ngarot Dapat Membentuk Sikap dan Perilaku Remaja . 66
Tabel 4.14 Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial bagi Remaja ........... 66
Tabel 4.15 Kepercayaan Masyarakat terhadap Mitos ................................... 67
Tabel 4.16 Mitos Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja .......................... 67
Tabel 4.17 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Malu.... 68
Tabel 4.18 Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut ... 69
Tabel 4.19 Petuah Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja......................... 69
Tabel 4.20 Petuah Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut . 71
Tabel 4.21 Kebiasaan Gotong Royong Dalam Bermasyarakat .................... 71
Tabel 4.22 Kebiasaan Tolong Menolong Dalam Bermasyarakat ................. 71
Tabel 4.23 Pertentangan Atau Pertikaian Remaja Desa Lelea ...................... 72
Tabel 4.24 Interaksi dengan Masyarakat Desa Lelea.................................... 73
Tabel 4 25 Tegur Sapa Dalam Bermasyarakat .............................................. 73
Tabel 4.26 Bersikap Simpati Kepada Teman, Saudara, dan Tetangga ......... 74
Tabel 4.27 Bersikap Empati Kepada Teman, Saudara, dan Tetangga ......... 75
Tabel 4.24 Remaja yang Melakukan Hubungan Pranikah (Seks Bebas) ...... 75

viii
Tabel 4.25 Remaja yang Minum Minuman Keras ........................................ 76
Tabel 4.26 Remaja yang Mengkonsumsi Obat Terlarang............................. 77
Tabel 4.29 Adat (Tradisi) Menjadi Kontrol Sikap dan Perilaku Remaja ...... 77
Tabel 4.27 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Hukum ........................ 78
Tabel 4.28 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Agama ........................ 78
Tabel 4.30 Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Masyarakat ................. 79
Tabel 4.31 Remaja yang Pernah Melanggar Norma Kesopanan ................. 79
Tabel 4.36 Korelasi Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja .... 80

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 30
Gambar 3.1 Teknik Triangulasi Data .................................................................. 37
Gambar 4.1 Kontrol dalam Tradisi Ngarot ......................................................... 86

x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Profil Desa Lelea
Lampiran. 2 Intrumen Quisioner
Lampiran. 3 Hasil Wawancara
Lampiran. 4 Nara Sumber Wawancara
Lampiran. 5 Instrumen Observasi
Lampiran. 6 Hasil Observasi
Lampiran. 7 Hasil Analisis Quisioner Variabel (X) Tradisi Ngarot Sebagai
Kontrol
Lampiran. 8 Hasil Analisis Quisioner Variabel (Y) Pergaulan Remaja di Desa
Lelea, Indramayu
Lampiran. 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran. 10 Surat Penelitian dari Desa Lelea
Lampiran. 11 Dokumentasi
Lampiran. 12 Uji Referensi

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pergaulan merupakan proses interaksi antara individu yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat. Pergaulan memiliki pengaruh besar terhadap
pembentukan kepribadian dan tingkah laku individu, baik pengaruh yang positif
atau pun pengaruh negatif, seperti pergaulan bebas, dan kenakalan remaja.1
Pergaulan terbentuk ketika intensitas dalam berinteraksi relatif sering, bukan
sebatas pada interaksi yang dilakukan saat itu saja. Terdapat “nilai” yang dipakai
oleh masing-masing individu hingga membentuk suatu “kenyamanan” dalam
bergaul. “Kenyamanan” inilah yang kemudian membawa banyak pengaruh
terhadap kehidupan remaja. Pergaulan bebas dan kenakalan remaja adalah dua
contoh “kenyamanan” yang membawa pengaruh negatif. Lain halnya dengan
kelompok belajar yang membawa pengaruh positif untuk remaja. Hal ini
berdasarkan pada kecenderungan remaja untuk berkumpul, bergaul dan merasa
nyaman ketika berada bersama dengan individu lain yang merupakan representasi
dari dirinya sendiri, karena dalam suatu pergaulan terdapat pola mempengaruhi,
dan dipengaruhi.
Pergaulan yang salah (perilaku menyimpang) sering terjadi pada kalangan
remaja, hal tersebut karena remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan,
atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan, selain itu mereka ingin
mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan2.
Aktualisasi diri dalam upaya merealisasikan idealisme masa depan yang
dilakukan remaja dilakukan dengan banyak cara, hingga terkadang cara yang
dilakukan tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
lingkungannya. Sebagaimana menurut Erikson pada masa remaja sering dikenal

1
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. (Jakarta: Restu Agung),
h. 51
2
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. (Jakarta: Bumi Aksara. 2010), h. 16.

1
2

sebagai masa mencari jati diri, karena pada masa ini kemampuan emosional
remaja belum stabil berbeda pada saat masa dewasa. 3
Dewasa ini masalah penyimpangan sosial di kalangan remaja marak terjadi.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan media kompas tahun 2013, terungkap
bahwa 62,7 % remaja SMP/SMA mengaku sudah pernah melakukan hubungan
seks pranikah, alias sudah tidak perawan. Yang lebih mencengangkan lagi adalah
bahwa 21,2 % dari siswi-siswi tersebut mengaku pernah melakukan aborsi secara
illegal4. Selain itu data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) pada tahun 2014 menunjukkan, setengah dari jumlah gadis muda
perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan. Sementara 21,2
persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal.
Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren
perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota
dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya
maupun miskin.5 Hal tersebut terjadi karena kurangnya kontrol dan bimbingan
dari keluarga sebagai agen sosial pertama, selain itu juga jika dilihat dari
perkembangan psikologi pada masa remaja, mereka belum memahami dampak-
dampak dari perbuatan yang mereka lakukan. Dalam proses peralihan tersebut,
terdapat pencarian jati diri. Tidak semua remaja paham akan cara mereka dalam
mengaktualisasikan diri. Hal ini yang kemudian membuat remaja melakukan
perilaku menyimpang dari nilai dan norma, sebagai contoh pergaulan bebas, dan
hamil sebelum menikah (maried by acsident). Salah satu perilaku menyimpang
remaja yang telah dianggap “biasa” adalah pacaran. Pacaran sebagai gerbang awal
yang dapat menimbulkan penyimpangan sosial yang mengarah kepada prilaku
seksualitas, dan pergaulan bebas (freesex). Dalam pacaran terdapat perilaku-

3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima). (Jakarta: Erlangga,
1991), h. 208
4
Http://Muda.Kompasiana.Com/2013/05/04/62-Remaja-Smp-Sma-Tidak-Perawan-
Cukupkah-Sekedar-Ucapan-Prihatin-Dari-Kita-552754.Html Diakses Tanggal 9 November
2014 Hari Minggu Pukul 19.30
5
http://beritakaltara.com/?p=2053. Diakses tanggal 9 November 2015 Hari kamis
pukul15.28
3

perilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh remaja, seperti pegangan tangan,
memeluk, mencium, dan puncaknya melakukan hubungan seks di luar nikah.
Dari gambaran di atas, ada beberapa faktor yang dapat mengontrol (kontrol)
perilaku-perilaku tersebut, yaitu dengan menerapkannya norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat, norma tersebut dapat dikontrol oleh lembaga-lembaga
pengendali sosial yang ada dalam masyarakat, dan mendapatkan sanksi sosial
yang tegas dalam masyarakat. Penerapan tersebut dilakukan oleh adat istiadat,
tradisi, tokoh masyarakat, yang ada di dalam masyarakat. Karena adat istiadat atau
tradisi memliki kekuatan mengikat anggotanya, sehingga yang melanggar adat
istiadat akan mendapatkan sanksi yang sanksinya keras6, di mana kaidah-kaidah
yang berlaku dalam adat dan tradisi secara turun temurun sama dari satu generasi
ke generasi berikutnya, tanpa mengalami perubahan7. Hal tersebut diharapkan
dapat meredam adanya penyimpangan yang ada dalam masyarakat. Maka dalam
masyarakat tradisional atau sederhana, tradisi merupakan salah satu norma sosial
yang dapat mengontrol pola tindak, perilaku, dan sikap masyarakat yang ada di
dalam masyarakat tersebut, sebagai contoh adalah Tradisi Ngarot yang ada di
Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.
Tradisi Ngarot adalah tradisi yang ada pada masyarakat Desa Lelea,
Indramayu. Tradisi ini hanya diikuti oleh pemuda-pemudi yang masih perawan
dan perjaka. Berdasarkan buku sejarah Desa Lelea, Tradisi Ngarot bermaksud
untuk mengumpulkan para pemuda pemudi yang akan diserahi tugas bertani. Inti
dari pertemuan ini adalah mempertemukan para pemuda pemudi agar dapat
bekerja sama, gotong royong, dan saling bahu-membahu dalam mengolah sawah.
Tradisi Ngarot bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar mereka
saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak, tingkah laku, yang sesuai
dengan adat budaya8.

6
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Prenada, 2011) h. 137-138
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Garfindo
Persada, 2006), h. 190
8
Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea: 2005), h. 54
4

Peserta dalam Tradisi Ngarot adalah pemuda-pemudi yang diharuskan


perawan dan perjaka. Para perawan memakai kebaya, selendang, perhiasan emas,
dan penutup kepala dihiasi berbagai jenis bunga-bungaan seperti kenanga, melati,
cempaka, dan kembang kertas. Sedangkan jejaka memakai baju kombor hitam
dengan celana pangsit.9 Tetapi berdasarkan pengamatan (observasi) yang
dilakukan oleh peneliti terdapat perubahan dalam tradisi Ngarot, khususnya pada
busana dan perlengkapan yang dipakai pada pelaksanaan tradisi tersebut.
Dalam pelaksanaannya, para pemuda-pemudi diiring mengelilingi Desa Lelea.
Konon menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika peserta yang tidak suci
(perawan) mengikuti Ngarot, maka bunga yang terdapat di atas kepalanya akan
layu. Tradisi Ngarot tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan yang
harmonis antar pemuda dan pemudi yang ada di Desa Lelea. Dengan demikian
tradisi ini diharapkan agar para remaja Desa Lelea dapat mengontrol pergaulan
mereka dalam kehidupan bermasyarakat serta menjadikan tradisi Ngarot sebagai
kontrol sosial dalam masyarakat.
Melihat hubungan konsep antara tradisi dan pergaulan remaja seperti yang
diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti pengaruh kontrol
atau pencegahan yang dilakukan masyarakat dalam tradisi Ngarot terhadap
pergaulan remaja. Oleh karna itu, penulis merumuskannya dalam sebuah judul
penelitian yaitu, “Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja Di Desa
Lelea, Indramayu”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
beberapa masalah yang menjadi kajian dalam penelitian mengenai Tradisi Ngarot
Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu, yaitu sebagai
berikut:
1. Pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu.
2. Kematangan diri dan penyimpangan sosial remaja di Desa Lelea, Indramayu.

9
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, Sejarah Desa Lelea
(Indramayu: 2004), h. 49
5

3. Kontrol dan bimbingan keluarga dalam pergaulan remaja di Desa Lelea,


Indramayu.
4. Norma sosial dalam masyarakat Desa Lelea, Indramayu.
5. Peran masyarakat sebagai agen kontrol sosial Desa Lelea, Indramayu.
6. Tradisi Ngarot masyarakat Desa Lelea, Indramayu.
7. Kekuatan tradisi Ngarot sebagai kontrol pergaulan remaja Desa Lelea,
Indramayu.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dirumuskan agar penelitian lebih terarah, fokus dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Berikut adalah batasan masalah yang
dirumuskan dalam penelitian mengenai Tradisi Ngarot sebagai Kontrol Pergaulan
Remaja di Desa Lelea, Indramayu, yaitu sebagai berikut.
1. Tradisi Ngarot masyarakat Desa Lelea, Indramayu.
2. Kekuatan tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial pergaulan remaja Desa Lelea,
Indramayu.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis mendapatkan
rumusan masalah utama dalam penelitian yaitu: Bagaimana tradisi Ngarot
berperan sebagai kontrol dalam pergaulan remaja di Desa Lelea, Indramayu?
Rumusan masalah utama tersebut akan dielaborasi ke dalam pertanyaan
penelitian yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan tradisi Ngarot dalam masyarakat Desa Lelea,
Indramayu?
2. Bagaimana tradisi Ngarot berperan sebagai kontrol pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu?
6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan dan penerapan tradisi Ngarot
dalam masyarakat Desa Lelea, Indramayu.
2. Menganalisis peran tradisi Ngarot sebagai kontrol pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat hasil penelitian ini adalah:
a. Secara teoretis penelitian ini berguna sebagai pengembangan dalam
memahami tradisi Ngarot serta perannya sebagai kontrol pergaulan
remaja Desa Lelea, Indramayu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan acuan bagi peneliti sejenis di masa yang akan datang
dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang kajian sosial dan budaya.
b. Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti dalam
pengembangan bidang sosial dan budaya, khususnya tradisi sebagai
kontrol sosial bagi remaja.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat hasil penelitian ini adalah:
a. Peneliti, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan konsep
keilmuwan mengenai ilmu sosial dan budaya khususnya mengenai
kekuatan tradisi sebagai kontrol sosial masyarakat terutama Desa
Lelea, Indramayu.
b. Pendidik, sebagai media informasi mengenai ilmu sosial budaya
khususnya mengenai kekuatan tradisi sebagai kontrol sosial
7

masyarakat Desa Lelea, Indramayu, sehingga dapat menjadi referensi


dalam pengkajian lebih lanjut.
c. Masyarakat, sebagai media informasi dalam memahami pentingnya
tradisi Ngarot dan perannya dalam mengontrol pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu
d. Pemerintah Desa Lelea, Indramayu, sebagai media informasi dalam
memahami pentingnya tradisi Ngarot serta pelestarian tradisi itu
sendiri sebagai identitas budaya lokal.
e. Departemen Kebudayaan dan Sosial, sebagai media informasi dalam
memahami tradisi Ngarot dan kaitannya dengan kontrol sosial
masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Konsep Tradisi
a. Pengertian Tradisi
Tradisi dapat berarti sebagai berikut:
“Tradisi adalah objek kultural – sistem makna atau ide – yang
diteruskan dari masa lalu ke generasi berikutnya. Tradisi sebagai
makna, dipertahankan oleh setiap anggota masyarakat dan
dikomunikasikan dari satu generasi kepada yang lain dalam rantai
makna yang meliputi kenangan kolektif, representasi kolektif,
kebiasaan-kebiasaan untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan semacam itu
dibangun sebagai lembaga sosial yang mempengaruhi perilaku yang
kemudian menjadi kebiasaan untuk bertindak yang diikuti (seakan)
tanpa dipikirkan terlebih dahulu secara rasional. Pelembagaan
kebiasaan yang didasarkan pada tradisi tersebut menjadi rujukan bagi
cara tindak anggota masyarakat secara umum.
Kebiasaan dalam cara bertindak cenderung diterima secara
otoritatif sebagai suatu yang tidak perlu dipertentangkan oleh individu-
individu yang menganggapnya sebagai fakta sosial yang ada begitu
saja. Ketika otoritas tersebut menjadi tindakan yang sadar dan orang
berusaha mencari pembenaran kebiasaan tersebut dan cara bertindak
tersebut sebagai “cara bertindak yang biasa kita lakukan”, mereka
melegitimasi tradisi dengan jalan membangun penalaran sehingga
setiap orang diharapkan dapat bertindak sesuai dengan hal tersebut”.1

Tradisi diartikan sebagai adat, kepercayaan, kebiasaan atau ajaran yang


turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam
masyarakat. Dengan kata lain, tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun.

Sumber lain juga mengungkapkan bahwa tradisi adalah keseluruhan


benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-
benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang, atau
dilupakan. Tradisi hanya berarti warisan yang benar-benar tersisa pada

1
John Scott; Tim Penerjemah Labsos Fisip Unsoed (Ed). Sosiologi The Key Concepts
(Jakarta: Rajawali Perss. 2011), h 294

8
9

masa lalu. Senada dengan pengertian di atas, menurut Shils tradisi adalah
segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa
kini.2

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi


adalah suatu materi dan gagasan seperti, kebiasaan, pola tindak, pola
perilaku, adat, kepercayaan, kebiasaan, serta ajaran yang ada di dalam
suatu masyarakat yang diturunkan (diwariskan) dari generasi sebelumnya
ke generasi berikutnya, agar masyarakat dalam kelompok tersebut
bertindak sesuai dengan nilai – niai dan norma – norma budaya yang
berlaku hingga saat ini.

b. Fungsi Tradisi
Menurut Shils, manusia tidak mampu hidup tanpa tradisi, meski
mereka sering merasa tidak puas terhadap tradisi mereka. Maka dari
pernyataan tersebut, terdapat beberapa fungsi tradisi, antara lain:3
1) Tradisi merupakan warisan historis yang dipandang sebagai sesuatu
yang memiliki manfaat bagi masyarakat. Seperti tradisi Ngarot yang
memiliki fungsi selain menyatukan para kaum muda, Ngarot juga
sebagai wadah untuk saling mengenal dan memahami di antara semua
warga masyarakat. Hal tersebut merupakan makna yang terkandung di
dalam tradisi
2) Tradisi memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,
pranata, dan aturan yang sudah ada. Hal tersebut memerlukan
pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Salah satu bentuk
legitimasi adalah adanya ucapan “selalu seperti itu” atau “orang selalu
mempunyai keyakinan demikian”.
3) Tradisi menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,
memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas, dan
kelompok.
2
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada. 2011), h. 70
3
Piotr Sztompka, h. 75
10

4) Tradisi membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidak


puasan, dan kekecewaan pada kehidupan modern.

Selain itu tradisi juga memiliki fungsi sebagai suatu kebiasaan kolektif
dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Tradisi merupakan mekanisme
yang dapat membantu memperlancar perkembangan pribadi anggota
masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaaan.
Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam
masyarakat W. S. Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan
mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaluan bersama akan menjadi kacau,
dan hidup menusia akan biadab.4

c. Kepercayaan masyarakat
Kepercayaan atau keyakinan memang dimiliki oleh semua kelompok
masyarakat dan suku bangsa yang pada awalnya bersumber dari sistem
kepercayaan dalam kebudayaan. Daniel E. Hebding dan Leonard Glick
mengemukakan bahwa kepercayaan merupakan gagasan yang dimiliki
oleh orang atau kelompok tentang sebagian atau keseluruhan realitas dunia
yang mengelilingi seseorang tersebut. Subjek dari pengertian tersebut
adalah manusia dan semua aspek seperti biologis, fisik, sosial, maupun
dunia spiritual. Kebaikan dari kepercayaan adalah sebagai nilai yang
dijadikan standar untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk, sesuatu
yang boleh atau tidak boleh. Serta kepercayaan memberikan langkah atau
cara untuk menginterpretasikan dan menjelaskan dunia.5
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan yang
terdapat pada masyarakat tertentu dapat menjadi sebuah standar terhadap
perilaku, dan sikap masyarakat agar tidak melangar nilai dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat tersebut.

4
Johaner Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius. 1994), h. 12-13
5
Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunitas Antarbudaya (Jakarta: Lkis), h. 55-56
11

2. Konsep Kontrol Sosial


a. Pengertian Kontrol Sosial (Pengendalian Sosial)
Menurut Peter L. Berger, pengendalian sosial adalah berbagai cara
yang dilakukan masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang
berbuat menyimpang. Adapun Bruce J. Cohen mengemukakan
pengendalian sosial sebagai cara-cara yang digunakan untuk mendorong
seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau
masyarakat luas tertentu. Robert M. Lawang membatasi hal tersebut
dengan menyatakan bahwa pengendalian sosial merupakan semua cara
yang digunakan masyarakat untuk mengendalikan si penyimpang pada
garis yang normal atau yang sebenarnya. 6
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian sosial adalah segala cara dan proses pengawasan yang
direncanakan atau tidak direncanakan oleh masyarakat terhadap berbagai
hal atau tindakan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini bertujuan untuk
mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar
mematuhi kaidah – kaidah dan nilai sosial yang berlaku.7

b. Cara Pengendalian Sosial


Terdapat beberapa pengendalian yang dapat mengatasi perilaku
menyimpang, khususnya remaja, yaitu dengan dua pendekatan:8
1) Tindakan preventif. Preventif yaitu tindakan yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu seperti tokoh masyarakat sebelum
penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat di
atasi, diredam atau dicegah. Pengendalian yang bersifat preventif
umumnya dilakukan dengan cara melalui bimbingan, pengarahan
dan ajakan. Contohnya kegiatan penyuluhan seperti pengajian,
sosialisasi terkait tentang bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari

6
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Prenada, 2011) h. 252
7
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 253
8
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 256
12

merokok.
2) Tindakan represif. Refresif yaitu suatu tindakan aktif yang dilakukan
berupa sanksi hukuman pada saat penyimpangan sosial terjadi
agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan.
Penyimpangan yang sedang terjadi dapat segera dikendalikan dengan
berupa sanksi yang tegas. Contohnya Ustad memberi sanksi hukuman
berupa mencukur habis rambut santrinya yang ketahuan pacaran di
pondok pesantren. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan
penyimpangan santri tidak berulang lagi.

c. Fungsi Pengendalian Sosial


Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam alat-alat
atau fungsi pengendalian sosial, yaitu:9
1) Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-norma
kemasyarakatan.
2) Memberikan penghargaan kepada warga yang menaati norma.
3) Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa warganya
4) Mengembangkan rasa takut
5) Menciptakan sistem hukum (sanksi yang tegas bagi pelanggarnya)

Macam-macam sanksi
1) Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti:
denda, ganti rugi.
2) Sanksi fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul,
dijemur dipanas matahari, dicambuk, diikat, dipenjara.
3) Sanksi psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti:
dicemooh, diejek, dikucilkan, dicopot tanda kepangkatannya di dalam
suatu upacara, dipermalukan di depan umum.10

9
Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi
Pertama) (Jakarta: Prenada Media Group. 2004), h. 105
10
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 257
13

d. Agen–agen Kontrol Sosial


Di dalam masyarakat, terdapat lembaga sosial yang berperan penting
dalam melaksanakan pengendalian sosial (kontrol sosial), di antara
lembaga agen kontrol tersebut adalah:11
1) Aparat Kepolisian
Pihak paling utama yang mempunyai mandat sebagai penegak hukum
dan bertugas untuk mengatur ketertiban, keamanan, dan keselamatan
masyarakat di berbagai tempat dan waktu.
2) Peradilan
Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum secara adil
kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap
norma-norma yang berlaku.
3) Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat yaitu seseorang yang dianggap mempunyai
pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lain. Orang
tersebut biasanya disegani dan dihormati. Dia diharapkan mampu
mencegah terjadinya berbagai perilaku menyimpang di masyarakat.
4) Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan tindakan sosial yang ada di dalam masyarakat
yang masih memegang teguh tradisi budaya yang berlangsung. Warga
masyarakat yang melanggar adat atau tradisi akan dikenakan sanksi,
sanksi tersebut bisa pengucilan dari warga masyarakat sekitar.

e. Teori Kontrol
Dalam teori kontrol, yang melatarbelakangi perilaku menyimpang
adalah karena kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini
dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk
tidak patuh pada aturan atau memiliki dorongan untuk melakukan
pelanggaran aturan. Dari hal tersebut maka para ahli sosial menilai

11
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h.272-278
14

bahwa perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan


seseorang untuk menaati hukum.
Ahli yang mengembangkan teori ini adalah Hirschi, beberapa
proposisi teorinya yaitu:12
1) Bahwa dalam setiap bentuk pelanggaran aturan sosial yang
dilakukan adalah akibat dari kegagalan mensosialisasikan kepada
individu warga masyarakat untuk bertindak sesuai dengan aturan
yang berlaku atau konform.
2) Penyimpangan dan perilaku kriminal, merupakan bukti kegagalan
kelompok sosial untuk mengikat individu agar taat kepada
peraturan atau konform, seperti keluarga, sekolah, atau institusi
pendidikan dan kelompok dominan lainnya.
3) Seharusnya setiap individu belajar untuk berperilaku sesuai dengan
aturan yang ada, baik dalam masyarakat ataupun negara dan tidak
melakukan tindakan menyimpang.
4) Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal

Menurut Hirscih terdapat empat unsur utama dalam kontrol


internal yang dapat mengendalikan perilaku individu, yaitu: 13

1) Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang


muncul dari hasil sosialisasi kelompok primer (keluarga), sehingga
dengan adanya hal tersebut individu punya komitmen kuat untuk
patuh pada aturan.
2) Commitment atau tanggung jawab yang kuat pada aturan dapat
memberikan kesadaran akan masa depan. Bentuk komitmennya
adalah berupa kesadaran bahwa jika individu melakukan perilaku
menyimpang maka masa depannya akan suram.
3) Involvement, artinya individu menyadari akan perbuatannya, hal
tersebut akan mendorong perilaku partisipatif individu terhadap
ketentuan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan adanya hal
tersebut maka intensitas pelanggaran hukum akan berkurang.
4) Believe atau kepercayaan, kesetiaan dan kepatuhan kepada norma-
norma sosial atau aturan masyarakat pada akhirnya akan tertanam
kuat dalam diri individu dan itu berarti aturan sosial telah self-
enforming dan eksitensinya kukuh dalam diri individu.

Peneliti mengambil teori di atas karena peneliti beranggapan bahwa


terdapat keterkaitan antara kontrol dengan pergaulan remaja, karena hal
tersebut dapat menjadi kontrol bagi remaja dalam bertindak dan

12
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 243
13
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 242-243
15

berperilaku dalam bermasyarakat. Maka, teori yang telah diuraikan di


atas, diharapkan dapat mewakili penelitian yang akan peneliti lakukan.

3. Konsep Pergaulan
a. Pengertian Pergaulan
Pergaulan adalah bercampurnya individu dengan individu atau
kelompok individu untuk menghasilkan suatu aktivitas. Sedangkan
pergaulan sendiri bermula dari interaksi sosial antar individu, antar
kelompok, antar individu denga kelompok, dan kelompok dengan
kelompok lain agar terjalin hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Interaksi sosial adalah pokok utama dari timbulnya suatu pergaulan
sehingga tanpa interaksi sosial, tidak akan terjadi pergaulan antar individu
atau kelompok.14
Orang yang berhubungan secara jasmaniah saja tidak mungkin akan
mendapatkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan
hidup akan dihasilkan oleh seseorang atau kelompok apabila dia atau
mereka melakukan hubungan kerjasama, saling berbicara, dan seterusnya
untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan dasar dari
proses sosial untuk mencapai pergaulan yang dinamis antar individu atau
kelompok.
Pergaulan merupakan proses dari interaksi sosial. Apabila terdapat dua
orang yang saling bertemu, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
saling berkelahi, hal itu sudah dikategorikan sebagai interaksi sosial.
Begitu pula bila terdapat orang-orang yang bertemu muka namun tidak
saling berbicara atau tidak menukar tanda-tanda. Dalam hal ini interaksi
sosial telah terjadi, sebab masing-masing sadar akan adanya pihak lain
yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf
orang-orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh misalnya bau
14
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. (Jakarta: Restu
Agung.2006), h. 51
16

keringat, minyak wangi, suara berjalan dan lain sebagainya. Semua hal
tersebut dapat menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.15
Dengan demikian terdapat tiga macam interaksi sosial yaitu:
1) Interaksi sosial antara individu dengan individu
2) Interaksi sosial antara individu dengan kelompok
3) Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok

b. Pengertian Pergaulan Remaja


Pergaulan sangat erat sekali hubungannya dengan proses interksi dan
sosialisasi. Dua hal tersebut adalah syarat utama terjainya akivitas-aktivitas
sosial dalam masyarakat. Menurut Gilin and Gilin interasi sosial adalah
hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
serta kelompok dengan kelompok. Seperti dua orang yang saling tegur
sapa, atau bersalaman. Dalam interaksi terjadi proses kontak dan
komunikasi antara dua orang atau lebih.16 Sedangkan sosialisasi, terdapat
beberapa definisi menurut para ahli. Menurut Charlotte Buehler sosialisasi
adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan
diri, bagaiman cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan
dan berfungsi dalam kelompoknya.17 Senada dengan Buehler, Bruce J.
Cohen18 mendefinisikan sosialisasi sebagai proses-proses manusia
mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh
kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik
sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok.
Berdasarkan dua konsep yang telah paparkan oleh para ahli-ahli
sosiologi tadi, maka dapat disimpulkan bahwa pergaulan adalah suatu
proses hubungan yang dilakukan antar individu yang terjadi di dalam

15
Soerjono Soekanto, Sosiolagi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Garfindo Persada.2006),
h. 54-55
16
Soerjono Soekanto, h. 67
17
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, h. 155
18
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h 155
17

masyarakat, sebagai proses belajar agar individu dapat menyesuaikan dan


mempelajari tatacara hidup dalam masyarakat.
Pergaulan dapat berdampak pada pembentukan kepribadian dan pola
perilaku individu. Maka pengaruh pergaulan dapat berupa sifat positif
ataupun negatif tergantung individu itu sendiri dalam menginternalisasikan
nilai dan norma yang berada dalam masyarakat dan tergantung pada proses
individu belajar serta memahami suatu rangsangan yang ada dalam
masyarakat. Jika individu tidak dapat memfilter atau membentengi dirinya
sendiri maka yang terjadi adalah perilaku menyimpang, contohnya seperti
pacaran, pergaulan bebas, dan bahkan mungkin hamil di luar nikah.

c. Bentuk Pergaulan Remaja


1) Kerjasama
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorang atau
kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia banyak melakukan kerjasama, karena manusia
tidak bisa hidup sendirian. Menurut Carles H. Cooley kerjasama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian diri sendiri.19 Untuk menghasilkan
kerjasama yang baik, maka setiap individu harus memiliki kesadaran,
pengetahuan, dan pengendalian diri. Hal tersebut agar terjadi saling
pengertian terhadap orang-orang yang saling bekerjasama agar
tujuannya tercapai.

19
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul, h. 61
18

2) Pertentangan
Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu masalah sosial
disebabkan karena adanya perbedaan tertentu antara pihak-pihak
tertentu dan di antara pihak tersebut ada yang merasa paling benar.
Petentangan dapat bersumber dari perbedaan antara individu, budaya,
kepentingan, bahkan dari perubahan sosial yang terjadi. Pertentangan
merupakan proses sosial dalam kehidupan, karena di dalam
masyarakat selain kerja sama antar masyarakat, ada juga pertentangan
karena manusia tidak semuanya satu pemahaman dan satu pemikiran
dengan manusia lainnya. 20

3) Perilaku Pacaran
Pacaran merupakan aktivitas yang bermula dari pandang
memandang dengan lawan jenis kemudian timbul rasa cinta, setelah
itu, terjadilah saling bertemu dan bertatap muka, menyepi, dan saling
bersentuhan sambil mengungkapkan rasa cinta dan sayang. Kemudian
berusaha ingin memilikinya.
Semua perbuatan tersebut dilarang dalam Islam karena merupakan
jembatan dan sarana menuju perbuatan yang lebih keji, yaitu zina.
Bahkan, boleh dikatakan, perbuatan itu seluruhnya tidak lepas dari
zina.21

4) Pergaulan Bebas (hubungan seks pranikah)


Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara
fisiologi, mereka telah mencapai kematangan organ-oragan reproduksi,
baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Kematangan organ
reproduksi tersebut, mendorong individu untuk melakukan hubungan
sosial baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Mereka berupaya
mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman

20
Masyudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul, h. 78-79
21
Buletin Al Furqon Tahun Ke-3 Volume 9 No. 1 Terbit: Muharram 1430H
19

sebayanya (peer-group). Pergaulan bebas yang tak terkendali secara


normatif dan etika-moral antar remaja yang berlainan jenis, akan
berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah (sex per-marital).
Hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar
pernikahan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan
Keluarga Kaiser (Caiser Family Foundation) adalah (a) faktor
mispersepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih-sayang yang
salah di masa pacaran, (b) faktor religiusitas: kehidupan iman yang
tidak baik, dan (c) faktor kematangan biologis.22
a) Hubungan seks: bentuk penyaluran kasih-sayang yang salah dalam
masa pacaran. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah
bahwa masa pacaran merupakan masa di mana seseorang boleh
mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalah hal ini, bentuk
ungkapan rasa cinta (kasih sayang) dapat dinyatttakan dengan
berbagai cara, misalnya, pemberian hadiah bunga, berpelukan,
berciuman, dan bahkan berhubungan seksual pranikah. Dengan
anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan
yang salah.
b) Kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan
benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik, tanpa dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi apapun. Dalam keadaan apa saja, orang
yang taat beragama, selalu dapat menempatkan diri dan
mengendalikan diri agar tidak berbuah hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran agama. Dalam hatinya dia selalu ingat terhadap
Tuhan, sebab mata Tuhan selalu mengawasi setiap perbuatan
manusia. Oleh karena itu, ia tidak akan melakukan hubungan
seksual dengan pacarnya, agar terhindar dari tindakan nafsu
seksual sesaat. Untuk individu yang mempunyai iman yang kokoh,
ia akan melakukan hal yang tidak melanggar ajaran agamanya,

22
Agoes Dario, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: 2004. Ghalia Idonesia), h. 89
20

sebaliknya bagi individu yang rapuh imannya, ia akan cenderung


melakukan hal-hal yang melanggar agama.
c) Faktor kematangan biologis. Dapat diketahui dengan tanda-tanda
kematangan biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan
fungsi reproduksi sebagai mana layaknya orang dewasa, sebab
fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini
membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah
terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya,
misalnya, dengan melihat film porno, dan cerita cabul.
Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan
mengendalikan diri, cenderung berakibat negatif, yakni terjadinya
hubungan seksual pranikah di masa pacaran remaja. Sebaliknya,
kematangan biologis yang disertai pengendalian diri maka akan
berakibat baik di masa depan.
“Berdasarkan penelitian (YKB di 12 kota besar di Indonesia
pada tahun 1992 menunjukkan pelaku seks pranikah 10-31%.
Hasil penelitian Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) di
33 provinsi pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pelaku seks
pranikah bertambah jumlahnya menjadi 62,7% atau 26,23 juta
remaja. Jumlah angka aborsi sebagai akibat seks pranikah pun
meningkat tajam. Jika tahun 2002 ada 3 juta aborsi, maka
survey KPA pada tahun 2008 menunjukkan angka 7 juta.
Merebaknya seks bebas juga menyebabkan banyaknya penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS. Diperkirakan 10-20 juta
jiwa penduduk Indonesia rawan tertular HIV. Sebanyak 81,87
% penderita AIDS tersebut adalah remaja. Angka
penyalahgunaan narkoba menurut BNN pada tahun 2004
adalah 2,3juta. ( Indonesia, HTI, 2009)”23

Selain itu dari hasil analisis yang dilakukan Ayu Khairunnisa


dalam penelitiannya mengatakan bahwa:

“Diketahui beta = - 0.235, t = -2.170, dan p = 0.033 bahwa


religiusitas terbukti memiliki hubungan yang signifikan

23
M. Alias, Fatmawati, dan Mochtaria, “Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad)
Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal Tesis. Magister Ilmu Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. 2013.
21

terhadap perilaku seksual pranikah dengan p<0.05. Hal ini


berarti semakin tinggi religiusitas yang dimiliki seorang remaja
maka semakin rendah perilaku seksual pranikah remaja yang
muncul. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas yang dimiliki
seorang remaja maka semakin tinggi perilaku seksual pranikah
yang muncul. Hal ini juga berarti semakin tinggi kontrol diri
yang dimiliki seorang remaja, maka semakin rendah perilaku
seksual pranikah remaja yang muncul. Sebaliknya, semakin
rendah kontrol diri yang dimiliki seorang remaja maka semakin
tinggi perilaku seksual pranikah yang muncul”.24

4. Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut andolescance, berasal dari
bahasa Latin andolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan atau dewasa”25. Seorang anak dikatakan telah
dewasa ketika organ reproduksinya telah berfungsi, artinya ia sudah dapat
dibuahi atau membuahi.
Perkembangan selanjutnya, istilah andolescance sesungguhnya
memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, sosial, dan fisik
Pandangan ini didukung oleh Pieget yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja adalah suatu usai di mana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak.26
Masa remaja, menurut Tornburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu (a)
remaja awal (usia 13-14 tahun), (b) remaja tengah (usia 15-17 tahun), (c)
remaja akhir (usia 18-21 tahun).27 Masa remaja awal, umumnya individu
telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP),
sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir,

24
Ayu Khairunnisa, “Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Remaja di Man 1 Samarinda”. Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Psikologi. Universitas Mulawarman. (eJournal Psikologi, 2013, 220-229 ISSN 0000-0000).
25
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima) (Jakarta: Erlangga,
1991), h. 206
26
Elizabeth B. Hurlock, h. 206
27
Agoes Dario, Psikologi Perkembangan Remaja, h. 14
22

umumnya sudah memasuki dunia Perguruan Tinggi atau lulus SMA dan
mungkin sudah bekerja.
Sedangkan menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu
dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan usia
21 tahun. Pada saat ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah
menengah.28
Menurut WHO, mendefinisikan remaja dari sudut konseptual, yaitu:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.29.

b. Sikap, Nilai, dan Moral Remaja


1) Sikap
Allport mengemukan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental
dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan
pengaruh langsung kepada respon individu terhadap suatu objek atau
situasi yang berhubungan dengan objek itu.30 Definisi ini menunjukan
bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau bawaan lahir, tetapi
disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh
langsung kepada respon seseorang.
Sedangkan Herlen mengemukakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam
menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.31

28
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima), h. 206
29
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawili Perss, 2002), h. 9.
30
Djalali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), h. 114
31
Djalali, h. 114
23

Sikap bukan bawaan sejak lahir, sikap dibentuk sepanjang


perkembangan manusia. Sikap sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia, sebab apabila sikap sudah dibentuk pada diri
manusia, maka sikap tersebut akan turut menentukan tingkah laku
manusia.
Selain itu sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi terhadap
orang, lembaga, atau peristiwa, baik secara positif maupun negatif.
Berkaitan dengan remaja, maka tidak heran jika seorang remaja
menyukai suatu kelomok tertentu, mereka akan cenderung akan
menimbulkan reaksi menguntungkan terhadap suatu kelompok tersebut
tanpa memandang karakteristik khas mereka selaku individu.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki sikap tidak menyenangkan
terhadap orang, lembaga, kelompok tertentu, mereka cenderung akan
bereaksi secara tidak menguntungkan kelompok tersebut tanpa
memandang karakteristik khas mereka selaku individu.
a) Ciri –ciri sikap
(1) Sikap tidak dibawa orang sejak lahir, tetapi dibentuk atau
dipelajarainya sepanjang perkembangan orang itu dalam
hubungan dengan objeknya.
(2) Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari
orang; atau sebaliknya, sikap-sikap dapat dipelajari
sehingga sikap-sikap dapat berubah pada seseorang bila
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-sayarat tertentu yang
mempermudah perubahannya.
(3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mengandung relasi
tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap
terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan
dengan suatu objek tertentu .
(4) Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu atau dari
dalam hal-hal tersebut. Seperti si X merupakan orang yang
24

rajin, maka hal tersebut menunjukan bahwa bangsa si X


juga merupakan bangsa yang rajin.
(5) Sikap mempunyai segi-segi motiv dan segi-segi perasaan.
Sifat ini yang membedakan dari kecakapan dan
pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Seperti orang
yang memiliki pengetahuan bahwa kebersihan di rumah
bermanfaat bagi kesehantannya, tetapi belum tentu
pengetahuan tersebut merupakan sikap baginya terhadap
kebersihan rumah, apalagi orang tersebut senang dengan
kehidupan yang kotor.32

b) Pembentukan dan Perubahan Sikap


Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi ada hal-hal tertentu yang mempengaruhi sikap
tersebut, seperti interaksi sosial di dalam atau di luar. Interaksi di
luar kelompok adalah interaksi dengan hasil kebudayaan manusia
yang sampai kepada orang tersebut melalui media komunikasi
(radio, TV, internet, surat kabar, dan buku), dan interaksi di dalam
kelompok (hubungan timbal balik antar manusia). Selain itu
pembentukan sikap juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan
tempat individu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan
individu tersebut.
Sedangkan faktor dari dalam adalah faktor yang ada dalam diri
manusia itu, seperti selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri,
atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-
pengaruh dari luar dirinya. Dua faktor tadi memiliki perannya
masing masing dalam pembentukan sikap manusia. Dapat
disimpulkan bahwa sikap bukan bawaan sejak lahir tetapi sikap
terbentuk dari pengaruh dari luar dan dalam.

32
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama), h. 163-164
25

2) Nilai, Norma dan Moral pada Remaja


Di dalam kehidupan, terdapat aturan-aturan sosial yang berlaku
untuk mengatur perilaku anggota masyarakat yang terdapat di
lingkungan tersebut, seperti perbuatan yang dilarang, diperbolehkan,
atau diperintah. Aturan tersebut didasarkan pada sesuatu yang
dianggap baik, layak, pantas, dan patut. Tetapi setiap masyarakat
memiliki kebiasaan yang berbeda dalam berperilaku untuk mengatur
anggota masyarakat.
Anggapan masyarakat tersebut biasanya dijadikan sebagai
pedoman bagi tata kelakuan masyarakat. Tetapi tidak semua anggota
masyarakat berperilaku sesuai dengan tata kelakuan yang ada. Yang
pasti terdapat dua hal dalam masyarakat, yaitu antara pihak yang
berpedoman pada tata kelakuan dan pihak yang tidak patuh dengan tata
kelakuan yang ada.
Hal tersebut mendorong adanya nilai dan norma yang ada di dalam
masyarakat sebagai pengendali terhadap sikap dan perilaku masyarakat
agar tercipta masyarakat yang rukun dan kondusif. Nilai dan norma
tersebut tercipta dari kesepakatan bersama di dalam kehidupan sosial.
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan mengenai apakah
sesuatu itu berarti ataukah tidak. Nilai hakikatnya adalah untuk
mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Suatu tindakan
seseorang dianggap sah jika sesuai dengan nilai yang telah disepakati
dan dijunjung oleh masyarakat tertentu.33
Menurut Adrian, nilai memiliki empat ciri atau karakteristik, yaitu:
1) Umum dan abstrak, karena nilai-nilai berupa patokan umum
tentang sesuatu yang dicita-citakan atau yang dianggap baik.
2) Konsepsional, artinya nilai hanya diketahui dari ucapan, tulisan,
dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang.
3) Mengandung kualitas moral, karena nilai selalu berupa petunjuk
tentang sikap dan perilaku yang sebaiknya atau seharusnya
dilakukan.

33
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 119
26

4) Tidak selamanya realistik, artinya nilai tidak akan terlalu dapat


direalisasikan secara penuh di dalam realitas sosial.
5) Dalam situasi kehidupan masyarakat yang nyata, nilai-nilai itu
akan bersifat campuran.
6) Cenderung bersifat stabil, sukar berubah, karena nilai yang dihayati
telah melembaga atau mendarah daging dalam masyarakat.34

Sedangkan moral merupakan tata cara atau kaidah dalam


kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan yang mengatur perilaku dalam
hubungan kelompok sosial masyarakat. Moral sangat berkaitan dengan
norma. Norma merupakan petunjuk, kaidah, atau aturan untuk berbuat
atau berperilaku yang dibenarkan untuk mewujudkan nilai atau tujuan
tersebut.35
Berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarat terbagi menjadi
empat, seperti berikut ini:
a. Norma agama, yaitu ketentuan-ketentuan yang bersumber dari
ajaran-ajaran yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan yang
keberadaannya tidak boleh ditawar-tawar lagi.
b. Norma kesopanan, yaitu ketentuan hidup yang bersumbernya
adalah pola-pola perilaku sebagai hasil interaksi sosial dalam
kehidupan kelompok.
c. Norma kesusilaan, yaitu ketentuan-ketentuan kehidupan yang
bersumber dari hati nurani, yang produk dari norma susila ini
adalah moral.
d. Norma hukum, yaitu ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku
dalam kehidupan sosial yang bersumber dari undang-undang yang
dibuat oleh lembaga formal kenegaraan.36

B. Penelitian yang Relevan


1. Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan
Remaja, oleh Tri Sutari Dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam. UIN Syarif hidayatullah Jakarta, tahun 2010.
Dalam skripsi tersebut Tri Sutari menjelaskan bahwa pendidikan
dalam lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi dan dapat mengontrol kenakalan remaja, karena selain

34
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 120-122
35
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 125
36
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, h. 132-134
27

keluarga merupakan agen kontrol yang pertama, pendidikan agama dalam


keluarga juga menjadi dasar anak tersebut dalam menyaring pengaruh dari
luar baik di sekolah atau diluar sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya, dan
jenis penelitian dalam skripsinya menggunakan penelitian lapangan
dengan menyebarkan angket dan wawancara dengan pihak-pihak terkait.37

2. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak Siswa


(Studi Kasus di SMA Darusalam Ciputat), Oleh Abdul Aziz Dari Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif
hidayatullah Jakarta, tahun 2010.
Dalam skripsi tersebut, Abdul aziz menjelaskan mengenai peran
pendidikan agama dalam mengatasi krisis akhlak siswa bahwa agama
sangat berperan dalam mengontrol perilaku siswa, dan agama dapat
menjadi pembimbing untuk meraih keselamatan dunia dan akhirat.38
Penelitiannya tersebut menggunakan metode deskripsi analisis, yaitu
memberikan gambaran tentang peranan pendidikan agama dalam
mengatasi krisis akhlak siswa SMA Darusalam Ciputat dengan melakukan
penelitian lapangan dan menyebarkan quisioner kepada siswa agar dapat
mengetahui peran agama dalam mengatasi krisis akhlak siswa.

3. Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus


Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu), oleh Hammidah dari Fakultas
Ilmu Sosial Dan Politik UIN Syarif hidayatullah Jakarta, tahun 2011.39

37
Tri Sutari. “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan
Remaja” (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010).
38
Abdul Aziz, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak Siswa
(Studi Kasusu di SMA Darusalam Ciputat)”. (Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010).
39
Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus
Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu)”. ( Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, 2011).
28

Dalam skripsi tersebut, Hammidah membahas mengenai Kontribusi


Tradisi Ngarot Terhadap Masyarakat di Desa Lelea Indramayu. Tradisi
Ngarot diadakan tiap tahun, sekitar triwulan terakhir pada satu tahunnya.
Tradisi ini merupakan penghormatan kepada Leluhur Desa yang sudah
memberikan jasa-jasanya terhadap desa, sehingga dalam skripsinya
tersebut dijelaskan bahwa terdapat kontribusi dari tradisi Ngarot, seperti
terbentuknya rasa solidaritas, persatuan, gotong royong, dan rasa saling
menghargai di antara warga Desa Lelea. Namun, dalam skripsi tersebut ia
tidak terlalu mengangkat banyak mengenai aspek-aspek yang lain, ia
hanya menggunakan teori solidaritas mekanik Emil Durkheim saja.
Padahal masih banyak sekali cakupan mengenai kontribusi tradisi Ngarot
di Desa Lelea.

4. Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad) Dalam Mengatasi


Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung, Kecamatan Sungai
Raya, Kabupaten Kubu Raya, oleh M. Alias, Fatmawati, Mochtaria.
Magister Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Tanjungpura Pontianak, tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan kontrol sosial tokoh
masyakat dalam mengendalikan kenakalan sosial remaja, dan untuk
mengidentifikasi jenis kenakalan remaja serta mengetahui faktor penyebab
kenakalan sosial remaja di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Kubu Raya, tahun 2012. Hasil penelitian penunjukkan jenis
kenakalan remaja yang paling dominan dilakukan remaja adalah
merokok, judi billiar dan pergaulan bebas. penyebab kenakalan tersebut
faktor diri sendiri, keluarga yang kurang harmonis, kurang komunikatif,
kurang teladan dari kedua orang tua atau keluarga lainnya, tidak tegas
dalam setiap penyimpangan dan faktor dari lingkungan pergaulan remaja
serta media massa yang dapat di akses dimana saja. Keterlibatan ustaz
dalam mengendalikan kenakalan tersebut dengan pendekatan preventif
dengan memberikan penyuluhan, nasehat agama kepada remaja, warga
29

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengajian yang


diselenggarakan setiap seminggu sekali atau kesempatan lainnya. Dalam
pendekatan refresif dengan menegur, memberikan sanksi pada pelaku
tidak dilaksanakan. Dalam penelitian juga ditemukan pendekatan kuratif
berupa melakukan pembinaan yang terlibat dalam kenakalan sosial tidak
pernah dilakukan oleh para ustazd.
Penelitian ini mengginakan metode kualitatif karena itu metode
penelitian kualitatif dipandang cocok untuk dapat mengungkap faktor
penyebab kenakalan remaja dan bentuk kontrol sosial tokoh masyarakat
dalam mengatasi penyimpngan perilaku remaja
30

C. Kerangka Konseptual

Tradisi Ngarot

Mitos

Membentuk

Kontrol

Pergaulan Remaja

Gambar 2.1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan terhitung sejak bulan Maret sampai
dengan Agustus 2015. Sedangkan tempat penelitian adalah di Desa Lelea Kec.
Lelea, Kab. Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Tempat dimana tradisi Ngarot
diadakan. Tempat ini dipilih berdasarkan pada fokus penelitian, yaitu mengenai
tradisi sebagai Kontrol pergaulan remaja. Mengingat bahwa di Desa Lelea
memiliki suatu tradisi dengan budaya yang menarik dan hanya remaja asli
keturunan Desa Lelea yang masih perjaka dan perawan yang dapat mengikuti
tradisi tersebut, maka desa inilah yang tepat untuk dijadikan sebagai tempat
penelitian.

B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kontrol sosial dalam
tradisi Ngarot terhadap pergaulan remaja. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney1
adalah metode dengan mencari fakta-fakta dalam interpretasi yang tepat, artinya
penelitian ini mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat, serta
cara berlaku dalam masyarakat dan situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pangaruh-pengaruh, dari suatu fenomena.
Tujuannya penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran, deskripsi,
atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Untuk memperoleh data, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (field research), hal tersebut bertujuan agar data yang didapatkan akurat
dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

1
Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983), h.54-55

31
32

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data lewat pengunaan alat indra
alami dengan pengunaan yang luas, komplit, kompleks, terhadap suatu yang akan
diteliti.2 Pengumpulan data dalam metode ini dilaksanakan melalui pengamatan
langsung yaitu melihat langsung kondisi di lapangan. Hal ini untuk mengetahui
kehidupan sosial masyarakat Desa Lelea Indramayu, seperti aspek sosial dan
budaya, pendidikan, agama dan aktivitas remaja di desa tersebut. Metode
Observasi ini digunakan untuk mengetahui keadaan remaja dan tradisi Ngarot,
serta pandangan masyarakat tentang kontrol dan pengaruh tradisi Ngarot terhadap
remaja Desa Lelea, Indramayu.

2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab secara langsung untuk memperoleh
keterangan atau data penelitian. Adapun teknisnya yaitu bertatap muka secara
langsung dengan menggunakan alat perekam suara dan panduan wawancara.3
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur dengan format terbuka. wawancara terstruktur adalah wawancara yang
telah ditetapkan oleh pewawancara baik permasalahan, maupun pertanyaan yang
akan diajukan.4 Sedangkan format wawancara jenis ini adalah wawancara terbuka
artinya wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.5
Wawancara ini bermaksud untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam proses pengambilan sumber data. wawancara ini lebih bersifat
formal, kurang luwes dan terbatas dalam mengadakan pertanyaan yang lebih
mendalam.6 Namun tetap menggali pokok permasalahan yang sesuai dengan

2
Kumpulan Makalah Kuliah Metodologi Penelitian. Prof. Rusmin Tumanggor. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
Moh. Nazir, Metode Penelitian, h. 193-194
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Jakarta: Rosdakarya,
2011), h. 190
5
Lexy J. Moleong, h. 188
6
Lexy J. Moleong, h. 188
33

tujuan penelitian. Sedangkan instrumen yang digunakan pada proses wawancara


ini adalah pedoman wawancara dan recorder (alat perekam suara).
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui secara detail tentang pokok
permasalahan mengenai tradisi Ngarot dalam kaitannya dengan pergaulan remaja
sekarang yang peneliti ambil sebagai tema dalam penulisan skripsi. Sehingga
didapat data-data yang valid dari para informan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data pendukung dalam penelitian, seperti
catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya.7 Dokumen dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu dokumen
resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi merupakan dokumen yang berasal
dari suatu lembaga atau organisasi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal
(berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tetapi
digunakan dikalangan sendiri) dan dokumen eksternal (yang berupa majalah,
buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan di media massa). Dokumen pribadi
merupakan catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan
kepecayaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan
autobiografi.
Sumber dokumentasi dipergunakan berdasarkan dokumen resmi dan
dokumen internal yang ada di Departemen Budaya dan Pariwisata Indramayu, dan
Pemerintah Desa Lelea.

4. Quisioner
Quisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis, dan terstruktur dengan
pilihan jawaban yang sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih

7
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Bina
Aksara, 1985), h. 132
34

jawaban sesuai dengan aspirasi, pendapat, dan persepsi pribadinya. Teknik ini
efisien bila jumlah responden cukup besar dan wilayah yang luas.8

D. Instrumen Penelitian
1. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Untuk memudahkan analisis data, peneliti menggunakan kisi-kisi
instrumen yang mencakup variabel X (Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol) dan
variabel Y (Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu) yang digambarkan
pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kisi Kisi Instrumen Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Sosial
Variabel Dimensi Indikator Item
Tradisi Ngarot Fungsi dan makna 1. Sebagai suatu yang 1
sebagai kontrol tradisi dalam sakral dan penting untuk
remaja Desa Lelea
sosial masyarakat
2. Sebagai tradisi wajib
2, 3
yang harus diikuti oleh
remaja Desa Lelea
3. Sebagai pembimbing 4
pergaulan remaja
4. Sebagai patokan 5
berperilaku dalam
masyarakat (tata nilai)
5. Sebagai warisan budaya 6
yang harus dilestarikan
6. Sebagai ajang 7
berkumpul dan
bersosialisasi dengan
masyarakat
7. Sebagai pembentukan
8
sikap remaja
8. Sebagai kontrol sosial 9
masyarakat

8
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 142
35

Kepercayaan 1. Kepercayaan 10,11,12


masyarakat terhadap 13,
masyarakat
mitos yang ada dalam
tradisi Ngarot
2. Kepercayaan 14, 15
masyarakat terhadap
petuah yang ada dalam
tradisi Ngarot

Pergaulan remaja Faktor Sikap 1. Gotong royong 16


Remaja (kerjasama)
2. Tolong menolong
17
(solidaritas)
3. Pertentangan 18
4. Berkumpul(interaksi)
dengan masyarakat 19
sekitar
5. Saling tegur sapa pada
orang yang dikenal 20
6. Bersifat simpati
21
7. Bersikap empati 22
8. Hubungan Pranikah 23
9. Mabuk-mabukan 24
10. Mengkonsumsi Obat 25
terlarang
11. Adat adalah faktor yang
26
dapat mengontrol
(pengendalian)
penyimpangan
Faktor Nilai dan 1. Melanggar aturan aturan 27
Moral Remaja hukum
2. Melanggar aturan agama 28
3. Melanggar aturan yang 29
ada dalam masyarakat
4. Melanggar norma
30
kesopanan
36

E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam sumber, yaitu sumber
data primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa buku-buku
sejarah tradisi Ngarot yang ada di Indramayu serta hasil wawancara penelitian.
Adapun wawancara penelitian ini di tujukan kepada para Sesepuh Desa, Kepala
Desa beserta staf-stafnya, para remaja yang ada di Desa Lelea, serta Tokoh
Budayawan yang ada di Indramayu. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini
merupakan data pendukung penelitian yang berupa foto-foto atau gambar-gambar,
buku arsip desa, observasi langsung dan lain sebagainya.

F. Populasi Data dan Sampling


Pengambilan data penelitian ini dilakukan selama 60 hari. Untuk proses
wawancara peneliti mengambil sampel sebanyak 8 Informan, pemilihan jumlah
responden tersebut menurut peneliti sudah cukup untuk dapat menjelaskan
permasalahan yang ingin diteliti, karena responden merupakan orang-orang yang
mampu memberikan informasi yang peneliti butuhkan.
Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel yang akan disebarkan melalui
angket atau quisioner pada remaja yang ada di Desa Lelea, maka peneliti
menggunakan teori L. R. Gay dalam bukunya yang berjudul Educational Reserch
menyatakan bahwa jumlah sampel untuk penelitian deskriptif sebesar 10% dari
populasi, penelitian korelasi sebanyak 30 subjek, penelitian kausal komparatif 30
subjek per kelompok, dan penelitian eksperimental 50 subjek perkelompok.9
Berdasarkan teori L.R. Gay, maka peneliti mengambil sekitar 55 sampel, karena
menurut peneliti untuk penelitian deskriptif membutuhkan sekitar 10% subjek
atau sampel dari populasi remaja Desa Lelea sebanyak 550 orang.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


untuk mengabsahkan data observasi, wawancara, dan dokumentasi di dalam
penelitian ini, maka maka peneliti meggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi

9
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Tindakan, (Bandung:
Refika Aditama, 2014), h. 119
37

adalah teknik pengumpulan data berupa penggabungan dengan cara yang berbeda-
beda dari sumber data yang sama.
1. Triangulasi
Untuk mengabsahkan data daam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
data, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan
berbagai cara dan berbagai waktu .10
Tujuan pengumpulan data dengan teknik triangulasi adalah agar data yang
diperoleh konsisten, tuntas, dan pasti, serta dengan triangulasi akan lebih
meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.11 Teknik
triangulasi dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Wawancara dan
quisioner terkait
dengan kontrol
tradisi Ngarot
terhadap pergaulan
remaja di Desa Lelea
Observasi mengenai Dokumentasi, sebagai
kontrol tradisi Ngarot bukti untuk
terhadap pergaulan memeperkuat hasil
remaja di Desa Lelea penelitian

Tradisi Ngarot
Sebagai
Kontrol
Pergaulan
Remaja

Gambar 3.1

H. Analisis Data
Analisis data ini bertujuan untuk menggambarkan, menguraikan, dan
mengiterpretasikan data-data yang terkumpul dengan memerhatikan dan merekam
sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti. Kemudian menata dan menelaah secara
sistematis semua data yang diperoleh untuk menarik sebuah kesimpulan dan
verifikasi hasil.
10
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 273-274
11
Sugiyono, h. 241-242
38

Untuk data quisioner, peneliti menggunakan teknik analisis data, dengan cara
mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data berdasarkan hasil angket yang telah
disebarkan kepada para remaja yang ada di Desa Lelea Indramayu, dengan
menggunakan rumus distribusi fariabel untuk mengetahui berapa persentasenya,
adapun rumus adalah sebagai berikut:

Keterangan:
f : Frekuensi yang Sedang Dicari Persentasenya
N : Number Of Cases (Jumlah Remaja di Desa Lelea)
p : Angka Persentase

I. Refeksi Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Maret sampai dengan bulan
Agustus, selama proses penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai data dan
informasi mengenai tema yang menjadi pembahasan.
Proses saat awal adalah obeservasi yang dilakukan sekaligus proses
mendapatkan data dan informasi. Observasi dilakukan untuk mengamati
pergaulan remaja dan mengamati asal usul tradisi Ngarot kepada Bapak H. Edi12
dan Bapak Darsono13. Proses tersebut dilakukan pada tanggal 9 Maret sampai
dengan 12 Maret 2015, data yang pertama didapat adalah sejarah tradisi Ngarot
yang di dapat dari buku sejarah Desa Lelea, yang berasa dari arsip Desa Lelea dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Proses selanjutnya adalah melakukan wawancara, wawancara dilakukan pada
tanggal 2 Juli sampai dengan 28 Juli. Wawancara tersebut dilakukan dengan
pihak-pihak terkait seperti, Kepala Desa Lelea karena beliau mengetahui kondisi
masyarakat dan sejarah desa, Tokoh Hukum, karena beliau mengetahui perilaku

12
Bapak H. Edi adalah sekertaris Desa Lelea.
13
Bapak Darsono adalah warga Desa Lelea.
39

remaja desa, Tokoh Masyarakat karena mengerti dan paham seluk beluk sejarah
tradisi Ngarot, Tokoh Agama, karena tokoh agama yang selalu memperhatikan
aktivitas remaja dalam sudut pandang keagamaan, dan beberapa remaja Desa
Lelea. Dalam proses pencarian data mengalami beberapa kesulitan yang dialami
oleh peneliti, seperti dalam proses wawancara terjadi ketidaksesuaian waktu
antara informan dengan peneliti karena bertepatan dengan bulan ramadhan.
Selain itu juga, karena kurangnya data penelitian pada saat proses awal. Maka
peneliti melakukan penelitian ulang dengan menambahkan data menggunakan
quisioner. Proses menyebarkan quisioner dilakukan pada tanggal 20 Agustus
sampai dengan 27 Agustus. Metode tersebut dipilih karena diharapkan dengan
menyebarkan quisioner kepada para remaja, maka data yang didapat akurat, dan
sesuai dengan fakta yang ada. Kendala juga terjadi pada saat menyebarkan
quisioner, karena jumlah remaja yang sangat banyak dan menyebar, maka peneliti
kesulitan untuk menyebarkannya. Dalam proses penyebaran quisioner peneliti
dibantu oleh saudara Tulus (remaja Desa Lelea), karena peneliti tidak begitu
mengenal secara detail mengenai remaja di Desa Lelea. Angket tersebut
disebarkan di Musolah tempat remaja berkumpul, di sekolah (SMP), dan di
lingkungan RT 06 dekat dengan Kantor Kelurahan karena peneliti mengunakan
teknik random sampling artinya setiap remaja yang ada di Desa Lelea berhak
menjadi responden atau dapat mengisi quisioner.
Pada saat mengolah data quisioner pun terjadi kesulitan, dalam proses
pengolahan data, peneliti banyak dibantu oleh Dwi Putri Anna Fadhillah dan
Insyirohati Alfiani, mereka membantu pemenginput data yang telah didapatkan
dari hasil quisioner yang disebarkan.
Namun semua kendala tersebut dapat diatasi karena peneliti selalu
mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing dan keluarga yang selalu
membantu. Peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
tetapi semoga skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Tradisi Ngarot
1. Sejarah Tradisi Ngarot
Tradisi Ngarot muncul karena adanya gagasan dari leluhur masyarakat
Lelela, yaitu Ki Buyut Kapol. Ki Buyut Kapol merupakan seorang tokoh yang
sangat berpengaruh di Desa Lelea, beliau merupakan orang yang kaya dan
sangat loyal terhadap desa, tidak jarang masyarakat dari generasi muda hingga
generasi tua sering berkumpul di kediaman beliau. Dengan adanya hal
tersebut, beliau mempunyai gagasan untuk mempersatukan para pemuda.
Gagasan tersebut direalisasikan dengan memberikan lahan seluas 26.100m2
yang ia miliki, tujuannya adalah untuk membangun pola hidup gotong royong
di kalangan pemuda yang ada di Desa Lelea. Gagasan tersebut disambut baik
oleh para pemuda dan seluruh masyarakat.

“……… Berdasarkan ucapan orang tua, karna Ki Kapol tidak punya anak
dan bukti rasa cintanya kepada anak-anak (pemuda Desa), maka ia
wakafkan sebidang tanah untuk digarap oleh para pemuda-pemudi. Dari
pada berbuat yang tidak benar maka ia mengusulkan untuk
mengumpulkan anak-anak di rumahnya untuk makan-makan dan nanti
diberikan perintah untuk menggarap sawah wakaf tersebut”.1

Ketika musim tanam tiba, sang tokoh mengumpulkan para pemuda di


kediamannya dan mengadakan pesta minum-minum dan makan-makan.
Setelah musim pengolahan sawah tiba para pemuda bergotong royong untuk
mengolah lahan sawah tersebut. Kegiatan ini dilakukan terus menerus setiap
tahun. Kegiatan pesta tersebut kemudian dikenal dengan istilah tradisi Ngarot
dan menjadi asal mula tradisi Ngarot.

1
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)

40
41

2. Asal Mula Tradisi Ngarot


Kata “Ngarot” ada yang mengatakan berasal dari bahasa sunda yang
artinya minum atau ngeleueut, ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa
sansekerta “ngaruat” yang artinya dibebaskan dari kutukan dewa.2 Sedangkan
menurut Samian “ngaruat”, dia artikan sebagai membersihkan diri dari segala
noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau kelompok pada
masa lalu. Sedangkan kata ngalĕĕt menurut bahasa sunda disama artikan
dengan Ngarot yang bermakana minum.
Peserta yang mengikuti Ngarot dalam masyarakat biasa menyebutnya
kasinoman. Hal tersebut karena para peserta Ngarot adalah para pemuda dan
pemudi (enom artinya anak muda). Adapun Kasinoman asal kata sinom yaitu
asam muda yang diartikan sebagai sekelomok muda-mudi yang dinamis dan
kreatif. Jadi menurut Samian Ngarot adalah pesta minum-minum atau
kasinoman sebagai pesta anak muda3
Orang pertama yang menggagas tradisi Ngarot adalah salah seorang
Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu
Desa (Kepala Desa) Lelea ke-2.4 Peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara
sampai sekarang yaitu Sawah Kasinoman, yakni sawah yang digarap oleh para
muda-mudi dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan sebagai biaya
tradisi Ngarot. Tradisi Ngarot telah ada sejak abad ke 17 Masehi sekitar tahun
1646 Masehi. Tradisi Ngarot baru terbentuk setelah Indramayu berdiri sekitar
tahun 1527, tetapi Desa Lelea masuk ke wilayah kekuasaan Indramayu pada
tahun 1681 atau pada saat pangeran darma naik tahta menjadi bupati
Indramayu yang bergelar Wiralodra II menggantikan ayahnya Wiralodra I. 5
Upacara Ngarot sangat unik, diawali dengan berkumpulnya para remaja
atau muda-mudi di rumah Kuwu (Kepala Desa). Remaja di sini ialah muda
mudi yang belum menikah (muda-mudi). Dalam pelaksanaannya, para

2
H. A. Dasuki, J. P. Sarjono, Sumarjo, Djamara. 1977. Sejarah Indramayu (Cetakan Ke-
3). (Team Peneliti Sejarah Indramayu: Depatertemen Pendidikan dan Kebudayaan), h. 323
3
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 54
4
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kebupaten Indramayu. Sejarah Desa Lelea.
(Indramayu: 2004), h.49
5
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 66
42

pemuda berpakaian harian petani. Hanya ada sedikit perbedaan, para peserta
ada yang membawa keris pusaka yang tidak dipakai sebagai lazimnya orang
memakai keris, tetapi hanya dijinjing saja.
Konon di masa lalu, pemuda dan pemudinya berpakaian hitam dengan
celana longgar di bawah lutut, ikat kepala, dan kain sarung tenun yang hanya
diselendangkan atau dililitkan pada pinggang. Mereka yang membawa keris
itu adalah kepala rombongan, yang sangat unik adalah pakaian anak gadisnya.
Anak gadis menggunakan batik dan kebaya dermayon (batik khas Indramayu),
serta menggunakan tutup kepala yang dibuat dari aneka bunga seperti
kenanga, mawar, melati dan sebagainya. Hingga rambut mereka tertutup oleh
bunga warna warni. Ada yang memakai semacam cunduk – terbuat dari janur
kelapa – yang jumlahnya tidak sama, ada yang hanya dua, ada yang tiga,
empat, lima, dan enam. Warna bajunya pun beraneka ragam, yakni merah,
kuning, biru, hijau, dan lain-lain. Warna tersebut sebagai tanda kelompok,
yang dimaksud kelompok adalah blok tempat tinggal masing-masing.6

3. Tujuan Tradisi Ngarot


Tradisi Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang ada di Desa Lelea
Indaramayu. Tradisi Ngarot bermaksud untuk mengumpulkan para muda-
mudi yang akan diberi pekerjaan tentang program pembangunan di bidang
pertanian. Selain itu, tradisi Ngarot juga bertujuan untuk membina pergaulan
yang sehat di antara muda – mudi (remaja), agar para muda-mudi dapat saling
mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku yang luhur
sesuai dengan nila-nilai budaya nenek moyang. Tradisi Ngarot adalah suatu
metode untuk menggalang dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan di
kalangan para muda-mudi khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
Tradisi Ngarot juga merupakan suatu upaya untuk mengembangkan dan
melestarikan budaya warisan leluhur nenek moyang. Oleh karena itu, tradisi
Ngarot merupakan tradisi yang sangat bermanfaat.

6
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 54
43

Dalam bidang ekonomi tradisi Ngarot dapat meningkatkan pertanian dan


ketahanan pangan, karena pada dasarnya tradisi Ngarot mempersiapkan para
muda-mudi untuk menggarap sawah yang telah disediakan oleh leluhur yaitu
sawah kasinoman.
Dalam bidang budaya tradisi Ngarot dapat menjadi sarana hiburan dan
pelestarian kebudayaan tradisional masyarakat setempat. Seperti, tari topeng,
dan ronggeng ketuk.
Dalam bidang sosial, dalam tradisi Ngarot pada dasarnya terdapat suatu
proses sosialisasi antara generasi tua dengan generasi muda yang merupakan
sarana berkumpul dan membaur dalam masyarakat. Tradisi Ngarot sebagai
upaya generasi muda untuk mempertebal ketakwaan kepada Tuhan yang Maha
Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya, berpartisipasi kepada pembangunan
desa, kerjasama antar masyarakat desa, menciptakan rasa gotong royong, dan
saling menghargai orang lain, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan.7
Selain itu, menurut Hammidah dalam skripsinya berjudul Kontribusi
Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus Tradisi Ngarot di
Desa Lelea Indramayu). Tradisi Ngarot dapat menciptakan ikatan sosial yang
terjalin di dalam masyarakat Lelea. Tradisi tersebut akan membangun
solidaritas masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosia, maupun budaya.8

4. Waktu dan Pelaksanaan Tradisi Ngarot


Tradisi Ngarot dilaksanakan pada saat para petani hendak memulai tebar
sawah (menabur bibit padi atau mengairi sawah). Sedangkan pengumuman
tanggal dan bulan pelaksanaan tradisi Ngarot ditentukan setelah upacara
sedekah bumi. Meskipun tanggal dan bulannya tidak ditentukan secara pasti,
tetapi hal ini tidak jauh dari triwulan terakhir, yaitu bulan Oktober, November,
dan Desember. Pada bulan – bulan tersebut, para petani mulai menggarap

7
Samian. Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h.52
8
Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat (Studi Kasus
Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu)” ( Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, 2011).
44

sawahnya karena sudah masuk musim hujan. Mengenai hari pelaksanaan


tradisi Ngarot, biasanya jatuh pada hari rabu.9
Sebelum menentukan pelaksanaan tradisi Ngarot, sedikitnya terdapat dua
kali mengadakan rembuk desa yang dipimpin oleh Kepala Desa, guna
mempersiapan pelaksanaan upacara tradisi tersebut. Rembuk desa pertama,
yakni mengumpulkan para pamong desa, lembaga desa (LSD, LKMD, PPK,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda). Hal tersebut dilakukan untuk
menentukan hari, tanggal, bulan dan pelaksanaan tradisi Ngarot. Setelah ada
keputusan, barulah Kepala Desa mengumumkan pelaksanaan tradisi Ngarot.
Pengumuman tersebut bertepatan dengan acara sedekah bumi.
Rembuk desa kedua adalah mengumpulkan muda-mudi calon peserta
tradisi Ngarot untuk menetapkan corak dan warna pakaian yang digunakan
dan ketentuan-ketentuan lainnya.10

5. Acara Pelaksanaan Ngarot


Pelaksanaan tradisi Ngarot dimulai pada pukul 09.00 WIB, dan para
peserta saat itu sudah berkumpul di rumah Kepala Desa (Kuwu). Setelah
berkumpul, para peserta dan pamong desa bersiap memulai pawai keliling
desa. Selesai mengadakan pawai selama 1 jam, paserta kemudian berkumpul
di balai desa, di mana telah tersedia hiburan tradisional berupa “Topeng” laki-
laki untuk menghibur para gadis dan “Ronggeng Ketuk” untuk para jejaka11.
Gadis-gadis menyawer Topeng, sedangkan jejaka menari “Ketuk Tilu”,
setelah itu Kepala Desa membagikan nasi kuning, dan istirahat sejenak pukul
14.00 WIB, kemudian upacara Ngarot dilanjutkan kembali pada pukul 16.00
WIB sampai malam.

Adapun susunan pelaksanaan peserta pawai adalah sebagai berikut:


a) Di barisan depan adalah Ibu Kuwu (Istri Kepala Desa) dan diikuti oleh
Pamong Desa (Staf Desa).
9
Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 56
10
Samian, h. 56
11
Samian, h. 56
45

b) Barisan selanjutnya adalah para pemudi, yang sudah berhias dengan


bunga-bungaan di kepalanya.
c) Barisan ketiga adalah kesenian musik lokal yaitu reog.
d) Barisan keempat adalah kuwu (Kepala Desa) di apit oleh seorang Lebe
(tokoh agama yang ada di setiap desa) dan seorang Tetua Desa (Kaur
pemerintahan), serta diiringi oleh seorang petugas pembawa payung.
e) Barisan kelima adalah para peserta Ngarot (pemuda pemudi).
f) Barisan terkhir adalah musik lokal rebana untuk mengiringi para
pemuda.
Sepanjang rute pawai, masyarakat memenuhi jalan untuk menonton dan
mengiring peserta Ngarot. Setelah pawai sampai pada tujuan yaitu balai desa,
sambutan para penabuh gamelan mengiringi peserta dengan lagu jipang
keraton dan taburan beras kuning sebagai penghormatan kepada sang raja desa
yaitu Kuwu dan istrinya.
Setelah para peserta Ngarot berada di balai desa, acara pucak Ngarot
dimuai. Diawali dengan laporan panitia atas terselenggaranya tradisi Ngarot,
lalu dilanjutkan dengan sambutan Kuwu, sekaligus Kuwu dan pamong desa
menyerahkan secara simbolis seperangkat alat-alat pertanian kepada
perwakilan pemuda pemudi Desa Lelea. Adapun susunan acara
penyerahannya sebagai berikut:
a. Kuwu (Kepala Desa) menyerahkan benih unggul kepada perwakilan
pemuda maksudnya benih tersebut agar ditanam dan disebar.
b. Ibu kuwu (Istri Kepala Desa) menyerahkan kendi berisi air putih,
maksudnya adalah untuk mengobati tanaman padi yang telah ditanam
sebagai lambang pengairan.
c. Tetua desa menyerahkan pupuk, maksudnya adalah agar tanaman tetap
subur
d. Raksa bumi menyerahkan alat pertanian, maksudnya adalah untuk
mengolah tanah pertanian dengan baik
e. Lebe (tokoh agama yang ada di setiap desa) menyerahkan sepotong ruas
bambu kuning, daun androng, dan daun pisang yang akan di tancapkan di
46

sawah, maksudnya adalah agar tanaman padi terhindar dari serangan


hama.
Setelah acara inti selesai, secara simbolis Kepala Desa memukul gong
sebagai bukti acara Ngarot telah diresmikan. Setelah itu acara dilanjutkan
dengan hiburan Ronggeng Ketuk dan Tanjidor. Semua perseta Ngarot
(pemuda pemudi) dipersilahkan untuk bersama-sama menari sampai sore.
Pada pukul 19.30 WIB, peserta Ngarot peserta Ngarot berkumpul di desa
untuk melaksanakan penutupan disertai hiburan gamelan jipang dan hiburan-
hiburan lainnya.12

6. Mitos Dalam Tradisi Ngarot


Mitos merupakan kisah yang dirasakan masyarakat sebagai peristiwa yang
sesungguhnya terjadi di masa lalu, meskipun tidak didukung oleh pembuktian
kritis.13 Begitu pula yang ada pada tradisi Ngarot di Desa Lelea. Walaupun
belum terbukti kebenaranya, tetapi berdasarkan informasi dari berbagai
sumber mengatakan bahwa, terdapat syarat dalam tradisi Ngarot yaitu perjaka
dan perawan. Peserta yang tidak suci (tidak perawan) tidak diperkenankan
ikut, jika pada saat pelaksanaan arak-arakan (pawai) tradisi Ngarot ada peserta
yang tidak suci (tidak perawan) mengikuti tradisi Ngarot maka bunga yang
ada di atas kepala itu layu.
Begitu pula yang disampaikan oleh Bpk. AR bahwa:

……karena mungkin di Lelea ada sebuah peristwa budaya Ngarot dan


ketika seorang kasinoman (pemuda pemudi) atau ketika remaja putri
menjadi peserta Ngarot harus mengenakan bunga, bunga itu konon
katanya terdapat mistik jika perempuan Lelea yang tidak suci
mengikuti tradisi Ngarot, maka bunga tersebut akan layu. Mungkin
dari mitos itu atau dari sugesti seperti itu ada rambu-rambu atau
kontrol, minimal untuk para perempuan dan para remaja, walaupun
mereka yang sudah tidak melaksanakan tradisi Ngarot.14

12
Samian, Buku Sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea (Lelea, Indramayu: 2005), h. 56
13
Ja’cuba Karepesina, Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku
Budaya. (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 6-7
14
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
47

Walaupun mitos tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, tetapi mitos


yang ada pada masyarakat Desa Lelea tersebut sangat melekat, karena mereka
memegang teguh kepercayaan para pendahulunya (sesepuh-sesepuh mereka).

7. Nilai-Nilai Luhur Desa Lelea Dalam Tradisi Ngarot


Ngarot merupakan tradisi yang sudah ada sejak abad ke 17, tradisi tersebut
merupakan tradisi yang diwariskan oleh sesepuh Desa Lelea. Berkaitan
dengan hal tersebut terdapat petuah-petuah yang disampaikan oleh sesepuh
Lelea dalam pelaksanaan tradisi Ngarot, yakni sebagai berikut:
“Mikirun budak engkena kuma’a
Senajan boga arta kudu usa’a
Kur ngora ula poya poya
Kamberan kolota ula sengsara

Jlema laki kerja ewena usa’a


Neangan pekaya rukun runtut
Aturan agama kudu di turut
Selamet dunya jung akhiratna”15

Artinya:
Memikikan anak (generasi penerus) nantinya bagaimana
Walaupunnya sudah memiliki uang harus tetap usaha
Waktu muda jangan berfoya foya
Agar tua nanti tidak sengsara

Laki-laki bekerja sedangkan perempuan harus tetap berusaha


Melihat kekayaan harus rukun dan damai
Aturan agama harus diikuti
Agar selamat dunia dan akhirat

Petuah tersebut mengandung nilai – nilai dari berbagai perspektif, yaitu


dari sisi ekonomi, sosial dan budaya. Namun penulis hanya mengambil
perspektif sosial yang berkaitan dengan permasalahan remaja.
Berkaitan dengan pergaulan remaja, para orang tua zaman dulu sudah
memikirkan tentang bagaimana kehidupan generasi selanjutnya. Hal tersebut
sama dengan apa yang tertulis dalam pesan dari sesepuh Lelea di atas

15
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
48

kemudian sejalan dengan apa yang disampaikan dari wawancara dengan


Bapak AR, yang mengatakan bahwa:
“Yang jelas gini, mungkin sesepuh Lelea atau kolot Lelea mengamatkan
kepada orang tua agar memegang perkataan sesepuh Lelea “boga budak
engkena kumaha” artinya ketika orang Lelea memiliki anak dia harus
memperhatikan dan membimbing tidakannya, perilakunya, pendidikannya.
Bukan “kumaha engke, tetapi engke kumaha” dua hal tersebut sangat
berbeda.”16

Dia juga menyambung dengan jawaban selanjutnya:.


“Ki Kapol (sesepuh atau kolot Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak
memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada
generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya bisa
dinikmati bersama-sama. Selain itu memberikan contoh kepada generasi
muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras, harus hidup
bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata sesepuh Lelea “irup
rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi jangan salah kita tidak boleh
lupa dengan agama.”17

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sesepuh Lelea dulu sudah
memikirkan tentang generasi – generasi selanjutnya. Hal tersebut maka petuah
dalam tradisi dapat menjadi sebuah pedoman atau kontrol bagi setiap
perbuatan menyimpang yang terjadi, baik di dalam masyarakat ataupun
pergaulan remaja yang ada di Desa Lelea, Indramayu.

16
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
17
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
49

B. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Lelea


1. Demografi dan Letak Geografis Desa Lelea
Desa Lelea berada di kecamatan Lelea yang terdiri atas beberapa desa
antara lain adalah Desa Lelea, Desa Tempel Wetan, Desa Tempel Kulon, Desa
Pengauban, Desa Telaga Sari, Desa Taman Sari, Desa Langgeng Sari, Desa
Nunuk, Desa Tugu, Desa Tunggul Payung, dan Desa Cempeh
Secara geografis, Desa Lelea terletak pada koordinat bujur 108,239269
dan koordinat lintang -6,431965 dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan
dengan Desa Larangan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pengauban,
sebelah timur berbatasan dengan Desa Taman Sari, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Cempeh. Rata-rata curah hujan setiap enam bulan adalah 1678
mm, suhu rata-rata harian sekitar 32 °C. 18
Berdasarkan data administratif, Desa Lelea terdiri dari 2 rukun warga
(RW) dan 15 rukun tetangga (RT), dengan luas wilayah 422,5200 Ha.
Berdasarkan data luas wiayah tersebut, terdiri dari sawah tada hujan 358,52 Ha,
permukiman 39,039 Ha, dan pekarangan 15,359 Ha.19 Pada tahun 2014
berdasarkan survey jumlah penduduk Desa Lelea tercatat sebanyak 4.765 jiwa,
terdiri dari laki-laki 2.386 jiwa dan perempuan 2.429 jiwa, dengan 1643 jumlah
kepala keluarga (KK).
Desa Lelea merupakan daerah yang sangat subur. Dari luas wilayah sekitar
358,52 Ha, sebagian besar merupakan persawahan, dan Desa Lelea termasuk
lumbung padi Indramayu. berdasarkan data desa tahun 2014, setiap musim
panen desa Lelea dapat menghasilkan padi sebanyak 2100 ton.

2. Kondisi Penduduk Masyarakat Desa Lelea


Pada tahun 2014 data jumah penduduk Desa Lelea adalah 4.765 jiwa, yang
terdiri dari 2386 Jiwa laki-laki, dan 2429 Jiwa perempuan. Sedangkan jumlah
kepala keluarga pada tahun 2014 adalah 1643 Kepaa Keluarga. Lebih rinci
mengenai kondisi penduduk Desa Lelea dapat dilihat pada table berikut:

18
Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014, h. 2
19
Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014, h. 4
50

Tabel 4.1.
Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah penduduk laki-laki 2386 Jiwa
2 Jumlah penduduk Perempuan 2429 Jiwa
3 Jumlah kepala keluarga 1643 KK
4 Jumlah Total Penduduk 4765 Jiwa
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014

Gambaran data remaja di Desa Lelea dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.2
Data Remaja Berdasarkan Usia Tahun 2014
No Usia laki-laki Perempuan jumah
12 30 35 65
13 31 30 61
14 35 36 71
15 33 37 70
16 27 28 55
17 28 29 57
18 29 30 59
19 30 31 61
20 25 29 54
Jumlah total 553
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014
Dari table data penduduk berdasarkan usia tahun 2014 dapat dijelaskan
bahwa, pada tahun 2014 data penduduk usia 12 tahun sebanyak 65, usia 13
tahun sebanyak 61, usia 14 tahun sebanyak 71, usia 15 tahun sebanyak 70,
usia 16 tahun sebanyak 55, usia 17 tahun sebanyak 57, usia 18 tahun sebanyak
59, usia 19 tahun sebanyak 61, dan usia 20 tahun sebanyak 54.
51

3. Keagamaan Masayarakat Desa Lelea


Gambaran penduduk berdasakan agama dapat dilihat lebih rinci pada table
berikut ini:
Tabel 4.3
Data Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2014
No Agama Laki-laki Perempuan
(orang) (orang)
1 Islam 2336 2429
2 Kristen
3 Katolik
4 Hindu
5 Budha
6 Khonhucu
7 Aliran kepercayaan
Jumlah 2336 2429
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014
Berdasarkan tabel di atas, masyarakat Desa Lelea seluruhnya memeluk
agama Islam, tetapi masyarakat khususnya remaja masih sangat kurang dalam
mengikuti kegiatan keagamaan.
Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Bpk.HER:
“……..Kita punya majlis ta’lim di masjid setiap minggu, bebas terbuka
malah Fatus Sudur ini mengarah pada remaja untuk ikut di sini setiap
malam jum’at. Di sana malam rabu, di sana jumat pagi.”

“……Yang sudah lama itu Fatus Sudur sudah lima tahun, terus ini baru
dua tahun, disini satu tahun. Ya itu karna dalam rangka kiai mengatur
pergaulan remaja bahwa hal-hal yang berdosa dan yang tidak berdosa.”20

Dapat dilihat bahwa dari wawancara di atas, pembentukan majlis talim


baru ada dan dibentuk lima tahun yang lalu. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan masyarakat Desa Lelea kurang.
Walaupun kegiatan-kegiatan keagamaan remaja kurang, namun tokoh
agama memiliki pengaruh penting dalam mencegah perbuatan-perbuatan
menyimpang yang dilakukan oleh para remaja.

20
Hasil wawancara dengan Bapak HEI pada tanggal (2, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea
Indramayu, pukul (11.49)
52

Selain itu Bapak RID, mengatakan bahwa peran tokoh agama sangat
besar:

“Mereka juga sama sebetulnya selalu mencegah jangan sampai


kebablasan. dan peran tokoh sangat besar dan sangat terasa mungkin ada
beberapa anak saja yang melanggar mungkin karna kecelakaan, karna
tidak bisa menahan kemudian lepas kontrol, tapi untuk hal-hal seperti itu
1-2% mungkin ada. Diharapkan dengan adanya tradisi Ngarot ada
semacam rem atau pengendalian jangan sampai berbuat kearah sana.”21

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aktifitas keagamaan


masyarakat sangat kurang, tetapi peran dari agama Islam dan tokoh agama
sangat besar dalam membentuk dan membimbing masyarakat. Menurut Emile
Durkheim, agama dapat mengantar individu-individu anggota masyarakat
menjadi makhluk sosial. Agama melestarikan masyarakat, memeliharanya di
hadapan manusia, dalam arti memberikan nilai bagi manusia.22 Selain itu
agama juga memiliki fungsi menyucikan norma-norma dan nilai dalam
masyarakat yang sudah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan
kelompok di atas keinginan individu, dan disiplin kelompok di atas dorongan
hati Individu. Agama juga menangani keterasingan dan kesalahan individu
yang menyimpang.23

4. Pendidikan Masyarakat Desa Lelea


Berdasarkan data statistik tahun 2014 pada tingkat pendidikan dapat
dilihat dari table berikut:

21
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
22
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta Dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. h. 331
23
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, h. 333
53

Tabel 4.4
Data Penduduk Berdasarkan Tingkatan Pendidikan Tahun 2014
No Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan
(Orang) (Orang)
1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 85 95
2 Usia 3-6 tahun sedang TK/play group 235 246
3 Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 1 1
4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 490 503
5 Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 267 266
6 Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 124 137
7 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP 89 105
8 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 92 100
9 Tamat SD/sederajat 348 384
10 Tamat SMP/sederajat 278 281
11 Tamat SMA/sederajat 194 194
12 Tamat D-1/sederajat 38 37
13 Tamat D-2/sederajat 31 30
14 Tamat D-3/sederajat 34 32
15 Tamat S-1/sederajat 23 14
16 Tamat S-2/sederajat 4 3
17 Tamat S-3/sederajat 3 1
18 Tamat SLB A - -
19 Tamat SLB B - -
20 Tamat SLB C - -
Jumlah 2336 2429
Jumlah total 4765
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014

Berdasarkan data di atas, jika dibandingkan antara jumlah yang tamat


sekolah dan tidak tamat sekolah sangat terlihat perbandingannya.
54

Perbandingan yang tidak tamat sekolah sebanyak 647 sedangkan yang tamat
sekolah 1929. Bahwa jumlah masyarakat Desa Lelea sebagian besar dalam
taraf pendidikan yang layak.
Tetapi jika dilihat dari setiap tingkat pendidikan, masih didominasi
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sekitar 1291, sedangkan
pendidikan tingkat atas (SMA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) hanya sebanyak
638
Dari data tingkat pendidikan pada tahun 2014 di atas dapat disimpukan,
bahwa masyarakat di Desa Lelea masih dalam tingkat pendidikan yang masih
di bawah standar.

5. Matapencaharian Masayarakat Lelea


Mata pencaharian masyarakat Lelea dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.5
Data Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Tahun 2014
No Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan
(Orang) (Orang)
1 Petani 187 187
2 Buruh Tani 324 319
3 Pegawai Negeri Sispil 42 39
4 Pedagang Keliling 190 160
5 Pensiunan TNI/POLRI 12 -
6 Wiraswasta 529 531
7 Mengurus Rumah Tangga - 792
Jumlah 1354 2103
Jumlah total 3457
Sumber Dari Profil Desa Lelea 2014

Desa Lelea merupakan daerah yang didominasi oleh persawahan, tetapi


berdasarkan tabel di atas, pola perekonomian tertinggi yang tergambar adalah
wiraswasta, sebanyak 1600 orang, sedangkan jumlah pemilik tanah atau petani
hanya sebasar 347. Jika dianalisa, dengan di dominasi persawahan maka mata
pencaharian utama masyarakat Desa Lelea adalah Petani dan Buruh Tani.
55

Sedangkan banyaknya pekerja wiraswasta tersebut dipengeruhi oleh


kemajuan zama. Matapencaharian masyarakat yang dulunya sebagai petani
berubah menjadi wiraswasta. Selain itu, informasi yang masuk ke dalam Desa
Lelea juga mempengaruhi matapencaharian masyarakat, karena kebutuhan
yang dihasilkan dari bertani masih belum dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Maka masyarakat beralih dan mencari matapencaharian yang lebih
baik.
56

C. Implikasi Tradisi Ngarot Terhadap Pergaulan Remaja di Desa Lelea,


Indramayu
1. Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu
Pergaulan merupakan proses yang berkaitan dengan internalisasi pengaruh
dari luar, yang dapat membuat perubahan-perubahan dalam diri seseorang,
baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif. Pergaulan merupakan
salah satu cara manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya.
Pergaulan memiiki pengaruh positif dan juga pengaruh negatif.
Begitupun yang terjadi pada remaja di Desa Lelea Indramayu, seperti yang
disampaikan oleh KASI (Kepala Seksi) Kebudayaan Indramayu Bpk. ASR
dalam menyikapi pergaulan remaja, bahwa:

“Saya fikir kalau masalah pergaulan normatif tidak jauh berbeda dengan
desa-desa yang lainnya, sama lah, dimana-mana yang namanya remaja
pergaulannya seperti itu……”24

Sejalan dengan jawaban di atas, saudara DD sebagai ketua karang taruna


berpendapat bahwa:
“Kalo pergaulan remaja, ada yang baik ada yang buruk juga, susah
dikira-kiranya mas. Kalo pergaulan yang menyimpang ya paling mabuk-
mabukan, dan nongkrong-nongkrong, kadang juga ada yang hamil di luar
nikah tapi ya tersembunyi. tapi kalau menurut saya dari tahun ke tahun
sudah makin lebih baik.”25

Tetapi berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bapak RDI, beliau
mengatakan bahwa:

“Agak miris dengan pergaulan remaja, dengan masuknya era globalisasi


dan moderenisasi, hal tersebut menjadi penghalang istilahnya
mengganggu, jangankan anak SMA anak SD pun sudah bisa membuka
internet disitu yang membuat khawatir, tapi dari segi agama mudah-

24
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
25
Hasil wawancara dengan Bapak DD pada tanggal (6, Juli 2015) di Kediaman Beliau,
pukul (11.53)
57

mudahan dengan adanya pengajian rutin anak-anak bisa membedakan


yang boleh dan yang tidak boleh, yang baik dan yang buruk.”26

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa masa remaja adalah masa di
mana seseorang sedang mengalami masa-masa peralihan dan perubahan sikap
dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi karena ada pengaruh dari faktor luar,
apalagi pada zaman modernisasi dan globalisasi sekarang ini. Pengaruh –
pengaruh luar tersebut telah masuk ke pelosok – pelosok daerah seperti,
internet. Selain itu, pengaruh luar lain adalah teman sebaya. Sedangkan
fondasi agama para remaja sangatlah minim, yang mengakibatkan mereka
tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk terhadap nila dan norma
dalam masyarakat. Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa remaja di Desa Lelea
masih terjadi penyimpangan yang yang melanggar norma – norma dalam
masyarakat.
Pengaruh tersebut dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh para remaja. Dorongan perilaku meyimpang tersebut banyak
macamnya, selain faktor dari dalam diri pribadi, terdapat pula dari faktor luar.
Faktor dari dalam diri pribadi yaitu tidak adanya dasar agama pada diri
remaja, sedangkan faktor luar adalah pengaruh teman sebaya, media masa dan
lingkungan.
Berdasarkan wawancara dengan Beberapa narasumber, mereka
menyampaikan bahwa:
“Kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam
pergauan remaja. Tetep ning wongtua ning umah mah di jaga-jaga tapi
tetep bae gagal.
(kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam
pergauan remaja. Tetap saja orang tua di rumah menjaga-jaga tetapi
tetap gagal karena internet dan HP yang dimiliki masing-masing
remaja)”27

26
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
27
Hasil wawancara dengan Bapak SKD pada tanggal (6, Juli 2015) di Rumah Beliau,
pukul (11.05)
58

“Ya mungkin karna ada pengaruh dari teman, pengaruh dari lingkungan,
pengaruh media. Sekarangkan banyak facebook, internet.”28

“Karna era globalisasi, anak muda sekarang gampang sekali dipengaruhi


oleh media-media elektronik, seperti internet. Hal tersebut ada positif-
negatifnya, positifnya kita bias mengerjakan tugas lewat internet,
negatifenya banyak situs-situs yang tidak baik yang dapat diakses oleh
remaja.”29

Faktor-faktor tersebut merupakan sumber dari penyimpangan yang


dilakukan oleh remaja, karena masa remaja merupakan masa mencari jati diri.
Jika seorang remaja tidak dapat memfilter dan membentengi diri dari
pengaruh luar, maka yang terjadi adalah akan terjerumus pada perilaku-
perilaku yang menyimpang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling


mempengaruhi pergaulan remaja khususnya di Desa Lelea Indramayu adalah
faktor dari luar, seperti teman sebaya, internet, televisi, dan gadget. Menurut
Edwin H. Sutherland bahwa perilaku menyimpang adalah hasil dari proses
belajar atau yang dipelajari, hal tersebut berarti perilaku menyimpang remaja
bukan diwariskan atau diturunkan, dan perilaku menyimpang terjadi dari
proses belajar dalam kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab,
pengaruh teman sebaya dan media massa seperti TV, Internet, gadget, dan
media massa lainya dapat menjadi pengaruh yang besar pada pembentukan
perilaku remaja. 30

2. Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja


Tradisi sangat erat kaitannya dengan budaya dan masyarakat, karena
tradisi merupakan hasil budaya yang tercipta di dalam suatu masyarakat.
Menurut Selo Soemarjan masyarakat merupakan orang-orang yang hidup

28
Hasil wawancara dengan Bapak SS pada tanggal (28, Juli 2015) di Rumah, pukul
(15.26)
29
Hasil wawancara dengan Bapak DNS pada tanggal (28, Juli 2015) di Rumah, pukul
(15.05)
30
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 238-239
59

bersama dan menghasilkan kebudayaan.31 Selain itu, dalam setiap masyarakat


terdapat pula sistem dan nilai-nilai, seperti yang di jelaskan oleh Max Weber
bahwa masyarakat sebagai struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan
oleh nilai-nilai yang dominan pada warganya.32 Dapat disimpulkan bahwa
antara tradisi, budaya dan masyarakat, terdapat struktur dan nilai merupakan
satu komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap masyarakat
memiliki budaya, setiap budaya akan menciptakan tradisi, setiap tradisi akan
membentuk suatu sistem yang berisi nilai – niai yang dianut oleh masyarakat
itu sendiri.
Fungsi setiap tradisi tergantung pada masyarakat yang berada di dalam
suatu wilayah tertentu. Seperti yang peneliti uraikan pada bab sebelumnya
bahwa fungsi tradisi adalah memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup,
keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada. Hal tersebut memerlukan
pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Salah satu bentuk legitimasi yang
terjadi pada masyarakat adalah dengan adanya ucapan “selalu seperti itu” atau
“orang selalu mempunyai keyakinan demikian”. Hal tersebut merupakan
gambaran dari fungsi tradisi yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pergaulan, pergaulan merupakan proses
internalisasi pengaruh dari luar yang dapat membentuk kepribadian.
Kepribadian terbentuk dari proses interaksi dan sosialisasi dengan manusia
yang berada di dalam masyarakat. Pergaluan dapat membawa pengaruh yang
dampak positif ataupun negatif, apalagi pergaluan yang diakukan pada masa
remaja, karena pada masa remaja diidentikkan dengan masa peralihan dan
masa-masa mencari jati diri, pada masa mencari jati diri ini remaja mulai
mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar seperti teman sebaya, lingkungan
sosial, dan dari media sosial.
Terdapat beberapa agen kontrol yang ada di dalam masyarakat di
antaranya adalah tokoh masyarakat, adat istiadat, aparat, kepolisian, dan
peradilan. Agen – agen kontrol tersebut memiliki fungsi kontrolnya masing-
31
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 36
32
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, h. 36
60

masing, seperti adat istiadat atau tradisi. Tradisi dapat menjadi suatu kontrol
sosial dalam masyarakat yang dapat mengatur ketertiban dalam masyarakat.
Begitu juga dengan tradisi Ngarot yang ada di Desa Lelea Indramayu,
memiliki fungsinya masing-masing. Tradisi Ngarot memiliki fungsi sebagai
suatu proses sosialisasi antara generasi tua dengan generasi muda, dan
merupakan sarana berkumpul dan membaur dalam masyarakat. Tradisi Ngarot
juga berfungsi untuk mempertebal ketakwaan generasi muda kepada Tuhan
yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya, berpartisipasi kepada
pembangunan desa, kerjasama antar masyarakat desa, menciptakan rasa
gotong royong, dan saling menghargai orang lain, menigkatkan persatuan dan
kesatuan.
Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak RDI selaku
Kepala Desa Lelea:
Mempersatukan, mengikat dari beberapa blok agar terjalin silaturahmi
setelah di satukan kemudian diperkenalkan, selain itu tradisi ngarot juga
berfungsi untuk mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di
masyarakat agar anak (remaja) jangan sampai berbuat asusila atau
jangan sampai berbuat sebelum menikah.33

Tradisi Ngarot sangat berperan dalam membentuk kepribadian remaja-


remaja desa. Seperti yang disampaikan oleh W.S Rendra bahwa tradisi
merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat.
Tradisi, merupakan mekanisme yang dapat membantu memperlancar
perkembangan pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing
anak menuju kedewasaaan. Tradisi juga penting sebagai pembimbing
pergaulan bersama di dalam masyarakat. W. S Rendra menekankan
pentingnya tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaluan bersama
akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan biadab.34

33
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
34
Johaner Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius. 1994), h. 12-13
61

Hampir semua informan berpendapat bahwa tradisi Ngarot dapat


mengendalikan pergaulan remaja. Dalam wawancara, Bapak RDI sebagai
Kepala Desa menyampaikan bahwa:

Tradisi Ngarot sangat positif sekali untuk pergaulan tapi yang paling
utama adalah pribadi untuk selalu menjaga diri masing-masing, baik yang
perjaka maupun yang perawan.35

Seperti yang kita ketahui sekarang bahwa pergaulan di kalangan remaja


sangat miris dan jauh sekali jika dibandingkan dengan pergaulan remaja pada
zaman dulu. Ada hal-hal yang berubah dari pergaulan remaja yang dulu dan
remaja sekarang. Terbukti dengan adanya penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh remaja seperti, hubungan pranikah, hal tersebut disebabkan
karena faktor luar yang mendorong faktor dalam atau pribadi remaja itu
sendri. Jika dasar akidah dan agama remaja lemah maka akan gampang
terjerumus ke arah pergaulan yang menyimpang.

Dari uraian tersebut, terdapat beberapa unsur yang dapat mengendalikan


pergaulan remaja yaitu tradisi (adat istiadat), dan tokoh masyarakat. Dua hal
tersebut merupakan komponen yang harus ada dalam setiap tatanan
masyarakat, artinya keduanya merupakan pengendali sosial yang ada dalam
masyarakat.

a. Analisis Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol


Setelah peneliti menyebarkan angket kepada 55 remaja yang ada di Desa
Lelea, dan wawancara dengan jajaran pemerintah desa dan beberapa remaja
Desa Lelea, data tersebut diolah dan digambarkan dengan persentase. Dari
data yang diperoleh tentang tradisi Ngarot sebagai kontrol sosial, penulis
menganalisis dan menginpretasikannya dalam bentuk tabel, dan setiap tabel

35
Hasil wawancara dengan Bapak RDI pada tanggal (6, Juli 2015) di Kantor Desa Lelea,
pukul (10.28)
62

berisi satu pertanyaan beserta persentasenya. Adapun tabelnya adalah sebagai


berikut:

Tabel 4.6
Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Sakral dan Penting
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 45%
Setuju 25 47%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 2 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Dari tabel di atas, sebanyak 45% mengatakan sangat setuju bahwa Ngarot
merupakan tradisi yang sangat sakral dan harus ada setiap tahunnya, sedangkan
47% mengatakan setuju, 2% ragu-ragu, 5% sisanya mengatakan tidak setuju, dan
0% sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja
megatakan tradisi Ngarot merupakan tradisi sakra, penting, dan harus ada setiap
tahunnya.

Tabel 4.7
Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi yang Wajib Diikuti Oleh Ramaja Desa
Lelea
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 38 65%
Setuju 16 33%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%
63

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 65% mengatakan sangat setuju
bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang wajib diikuti oleh remaja Desa
Lelea, 33% setuju, 2% ragu-ragu, 0% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang
wajib diikuti oleh setiap remaja yang ada di Desa Lelea.
Tabel 4.8
Remaja yang Menjadi Peserta Tradisi Ngarot
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 11 22%
Sering 17 24%
Kadang-Kadang 3 5%
Jarang 3 5%
Tidak Pernah 21 44%
N 55 100%

Dari tabe di atas dapat dilihat bahwa remaja yang selalu menjadi peserta
tradisi Ngarot sebanyak 22%, sedangkan yang sering menjadi peserta
sebanyak 24%, remaja yang kadang-kadang menjadi peserta tradisi Ngarot
sebanyak 5%, remaja yang jarang menjadi peserta Ngarot sebanyak 5% dan
yang tidak pernah menjadi peserta tradisi Ngarot sebanyak 44%. Dapat
disimpulkan bahwa dari 55 remaja, terdapat 34 orang yang pernah menjadi
peserta Ngarot, sedangkan 21 remaja belum pernah menjadi peserta tradisi
Ngarot.

Tabel 4.9
Tradisi Ngarot Positif Dalam Pergaulan Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 11 20%
Setuju 29 53%
Ragu-Ragu 12 22%
Tidak Setuju 2 4%
64

Sangat Tidak Setuju 1 2%


N 55 100%
Berdasarkan tabel di atas, remaja yang sangat setuju tradisi Ngarot sebagai
tradisi yang positif dalam pergaulan sebanyak 20%, yang menjawab setuju
seabanyak 53%, yang menjawab ragu-ragu sebanyak 22%, dan menjawab
tidak setuju sebanyak 4%, dan 2% menjawab sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa tradisi Ngarot adalah tradisi yang positif dalam membina
pergaulan remaja, karena terdapat tujuan dan nilai – nilai yang baik dalam
tradisi tersebut.

Tabel 4.10
Tradisi Ngarot Menjadi Patokan Remaja Dalam Bersikap di Masyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 20 36%
Setuju 24 44%
Ragu-Ragu 11 20%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa tradisi Ngarot sangat berperan sebagai
patokan remaja dalam bersikap. Hal tersebut dibuktikan dengan 36% remaja
menjawab sangat setuju, 44% menjawab setuju , 20% menjawab ragu-ragu,
sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%.
Jadi tradisi ngarot dapat menjadi patokan perilaku dan sikap remaja dalam
masyarakat.

Tabel 4.11
Tradisi Ngarot Merupakan Budaya yang Harus Dilestarikan
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 36 65%
65

Setuju 18 33%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Tabel di atas menunjukkan tradisi Ngarot merupakan warisan budaya yang


harus dilestarikan oleh seluruh masyarakat Desa Lelea. Dapat dilihat bahwa
yang menjawab sangat setuju sebanyak 65%, yang menjawab setuju sebanyak
33%, sedangkan yang menjawab ragu-ragu bahwa tradisi Ngarot sebagai
warisan budaya yang harus dilestarikan sebanyak 2%, dan remaja yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Maka dari tabel
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang
harus dilestarikan oleh masyarakat Desa Lelea.

Tabel 4.12
Tradisi Ngarot Merupakan Tradisi Untuk Menjalin Silaturahmi
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 32 58%
Setuju 22 40%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang


baik dalam menjalin hubungan silaturahmi. Sebanyak 58% menjawab sangat
setuju, 40% menjawab setuju, sedangkan yang menjawab ragu-ragu sebanyak
2%, dan sebanyak 0% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa tradisi Ngarot dapat menjadi media silaturahmi bagi
remaja dan warga Desa Lelea, Indramayu.
66

Tabel 4.13
Tradisi Ngarot Dapat Membentuk Sikap dan Perilaku Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 49%
Setuju 15 27%
Ragu-Ragu 12 22%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 2%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 49% menjawab


sangat setuju bahwa tradisi Ngarot dapat membentuk sikap dan perilaku
masyarakat, khususnya remaja yang ada di Desa Lelea, sedangkan yang
menjawab setuju sebanyak 27%, yang menjawab ragu-ragu sebanyak 22%,
yang menjawab tidak setuju sebanyak 0%, dan sebanyak 2% menjawab sangat
tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa tradisi Ngarot dapat membentuk sikap
dan perilaku remaja yang ada di Desa Lelea.

Tabel 4.14
Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 49%
Setuju 20 36%
Ragu-Ragu 8 15%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%

N 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang


dapat mengontrol pergaulan remaja Desa Lelea. Dapat dilihat dari tabel
tersebut bahwa yang menjawab sangat setuju sebanyak 49%, yang menjawab
67

setuju sebanyak 36%, sedangkan yang menjawab ragu-ragu bahwa tradisi


Ngarot sebagai kontrol sosial remaja sebanyak 15%, dan remaja yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tradisi Ngarot merupakan tradisi yang dapat mengontrol
pergaulan remaja Desa Lelea.

Tabel 4.15
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos Dalam Tradisi Ngarot
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Percaya 5 9%
Percaya 30 55%
Ragu-Ragu 18 33%
Tidak Percaya 1 2%
Sangat Tidak Percaya 1 2%

N 55 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat mitos
yang berkembang di masyarakat. Dari tabel tersebut di dapat jawaban bahwa
yang menjawab sangat percaya sebanyak 9% , remaja yang menjawab percaya
sebanyak 55%, remaja yang meragukan mitos tersebut sebanyak 33%, remaja
yang tidak mempercayai sebanyak 2%, dan remaja yang sangat tidak percaya
sebanyak 2%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat
mempercayai mitos yang ada dalam tradisi Ngarot

Tabel 4.16
Mitos Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 3 5%
Setuju 30 55%
Ragu-Ragu 19 35%
68

Tidak Setuju 3 5%
Sangat Tidak Setuju 0 0%

N 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang mitos dalam tradisi Ngarot
mejadi kontrol bagi remaja. sebanyak 5% remaja menjawab sangat setuju,
sebanyak 55% remaja menjawab setuju, remaja yang menjawab ragu-ragu
sebanyak 35%, remaja yang menjawab tidak setuju sebanyak 5% dan remaja
yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian remaja menganggap bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat
menjadi kontrol bagi remaja Desa Lelea.

Tabel 4.17
Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbukan Rasa Malu
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 42 80%
Setuju 12 18%
Ragu-Ragu 1 2%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat
menimbulkan perasaan malu, terlihat bahwa 80% remaja menjawab sangat
setuju, sedangkan 18% mejawab setuju, 2% menjawab ragu – ragu, 0%
menjawab tidak setuju, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%.
Hal ini membuktikan bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan
rasa malu bagi remaja yang melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
69

Tabel 4.18
Mitos Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 18 33%
Setuju 28 51%
Ragu-Ragu 8 15%
Tidak Setuju 1 2%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa tradisi Ngarot dapat mitos dalam tradisi
Ngarot dapat menimbulkan perasaan takut pada remaja, jika remaja melanggar
aturan yang ada dalam masyarakat. sebanyak 33% remaja menjawab sangat
setuju, sebanyak 51% remaja menjawab setuju, sebanyak 15% remaja
menjawab ragu-ragu, sebanyak 2% remaja tidak setuju, dan sebanyak 2%
remaja menjawab sangat tidak setuju. Jika dilihat dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa mitos dalam tradisi Ngarot dapat menimbulkan perasaan
takut, jika seorang remaja melanggar aturan yang ada dalam masyarakat.

Tabel 4.19
Petuah Tradisi Ngarot Merupakan Kontrol Sosial Bagi Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 7 13%
Setuju 31 56%
Ragu-Ragu 15 27%
Tidak Setuju 2 4%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Dari tabe di atas dapat dilihat bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat
menjadi kontrol bagi remaja. Sebanyak 13% menjawab sangat setuju,
70

sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 56%, remaja yang menjawab


ragu-ragu sebanyak 27%, remaja yang menjawab tidak setuju sebanyak 4%
dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan
bahwa sebagian remaja menganggap bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat
menjadi kontrol bagi remaja Desa Lelea.

Tabel 4.20
Petuah Dalam Tradisi Ngarot dapat Menimbulkan Rasa Takut
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 15 27%
Setuju 26 47%
Ragu-Ragu 14 25%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
N 55 100%

Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam tradisi Ngarot terdapat petuah
yang berkembang di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan rasa takut
kepada remaja yang melanggar aturan – aturan masyarakat. Dari tabel tersebut
didapat jawaban bahwa remaja yang sangat setuju sebanyak 27%, remaja yang
setuju sebanyak 47%, yang meragukan sebanyak 25% yang menjawab tidak
setuju sebanyak 0%, sedangkan yang sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat
disimpulkan bahwa petuah dalam tradisi Ngarot dapat menjadi kontrol berupa
rasa malu bagi remaja yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
masyarakat, karena petuah merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat Desa Lelea.

b. Analisis Pergaulan Remaja


Dari data yang diperoleh mengenai pergaulan remaja, penulis
menganalisis dan menginterpretasikannya dalam bentuk tabel dan setiap tabel
71

berisi satu pertanyaan beserta persentasenya. Adapun tabelnya adalah sebagai


berikut:

Tabel 4.21
Kebiasaan Gotong Royong Dalam Masyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 9 16%
Sering 15 27%
Kadang-Kadang 23 42%
Jarang 6 11%
Tidak Pernah 2 4%

N 55 100%

Dari tabel di atas remaja yang selalu mengikuti kegiatan gotong royong
dalam masyarakat sebanyak 16%, remaja yang sering mengikuti kegiatan
gotong royong sebanyak 27%, sedangkan yang kadang-kadang mengikuti
gotong royong sebanyak 42%, yang jarang melakukan gotong royong
sebanyak 11% dan 4% remaja tidak pernah melakukan gotong royong. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian remaja sering melakukan kegiatan gotong
royong walaupun masih banyak yang jarang mengikuti kegiatan gotong
royong.

Tabel 4.22
Kebiasaan Tolong Menolong Dalam Bermasyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 20 36%
Sering 23 42%
Kadang-Kadang 9 16%
Jarang 3 5%
Tidak Pernah 0 0%
72

N 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa remaja yang selalu menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 36%, sedangkan yang sering menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 42%, remaja yang kadang-kadang menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 16%, remaja yang jarang menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 5% dan yang tidak pernah menolong
teman/saudara/tetangga sebanyak 0%. Dapat disimpukan bahwa remaja di
Desa Lela saling tolong menolong jika ada saudara, tema atau tetangga yang
sedang mengalami kesulitan.

Tabel 4.23
Pertentangan atau Pertikaian Remaja Desa Lelea
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 1 2%
Sering 10 18%
Kadang-Kadang 29 53%
Jarang 12 22%
Tidak Pernah 3 5%
N 55 100%

Dari tabel di atas menunjukkan pertentangan yang pernah dialami oleh


remaja. Remaja yang selalu mengalami pertentangan di sekitar lingkungan
sebanyak 2%, remaja yang sering mengalami pertentangan sebanyak 18%,
sedangkan yang kadang-kadang mengalami pertentangan sebanyak 53%, yang
jarang mengalami pertentangan sebanyak 22% dan 5% tidak pernah
mengalami pertentangan di sekitar lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian remaja pernah mengalami pertentangan di lingkungan sekitar baik
pertentangan pendapa maupun pertentangan lainnya.
73

Tabel 4.24
Interaksi dengan Masyarakat Desa Lelea
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 25 45%
Sering 16 29%
Kadang-Kadang 3 5%
Jarang 8 15%
Tidak Pernah 3 5%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu berinteraksi dengan warga


dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 45%, remaja yang sering berinteraksi
dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 29%, remaja yang
kadang-kadang berinteraksi dengan warga dan masyarakat Desa Lelea
sebanyak 5%, sedangkan yang jarang berinteraksi dengan warga dan
masyarakat Desa Lelea sebanyak 15%, dan yang tidak pernah berinteraksi
dengan warga dan masyarakat Desa Lelea sebanyak 5%. Dapat disimpulkan
bahwa hubungan kekerabatan dan kebiasaan (adat istiadat) masyarakat sangat
baik, hal ini terbukti dari hubungan interaksi yang baik antara remaja dan
masyarakat di Desa Lelea, Indramayu.

Tabel 4.25
Kebiasaan Tegur Sapa Dalam Bermasyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 26 47%
Sering 13 24%
Kadang-Kadang 8 15%
Jarang 4 7%
Tidak Pernah 4 7%
N 55 100%
74

Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu tegur sapa dengan teman,
saudara, dan masyarakat sebanyak 47%, remaja yang sering tegur sapa dengan
teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 24%, remaja yang kadang-kadang
tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat sebanyak 15%, sedangkan
remaja yang jarang tegur sapa dengan teman, saudara, dan masyarakat
sebanyak 7%, dan remaja yang tidak pernah teman, saudara, dan masyarakat
sebanyak 7%. Dapat disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan yang baik
antara remaja dan masyarakat di Desa Lelea, Indramayu sangat baik.

Tabel 4.26
Bersikap Simpati Kepada Teman atau Saudara (satu daerah)
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 4 7%
Sering 20 36%
Kadang-Kadang 14 25%
Jarang 15 27%
Tidak Pernah 2 4%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu bersimpati kepada teman dan
saudara sebanyak 7%, remaja yang sering bersimpati kepada teman dan saudara
sebanyak 36%, remaja yang kadang-kadang bersimpati kepada teman dan
saudara sebanyak 25%, sedangkan remaja yang jarang bersimpati kepada teman
dan saudara sebanyak 27%, dan remaja yang tidak pernah bersimpati kepada
teman dan saudara sebanyak 4%. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa, terdapat
rasa simpati yang baik ketika ada saudara atau teman mengalami kesulitan, hal
tersebut disebabkan karena kedekatan hubungan antar warga dan masyarakat
yang ada di Desa Lelea.
75

Tabel 4.27
Sikap Empati Kepada Teman atau Saudara (satu daerah)
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 18 33%
Sering 19 35%
Kadang-Kadang 7 13%
Jarang 9 16%
Tidak Pernah 2 4%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu berempati kepada teman dan
saudaranya sebanyak 33%, remaja yang sering berempati kepada teman dan
saudaranya sebanyak 35%, remaja yang kadang-kadang berempati kepada
teman dan saudaranya sebanyak 13%, sedangkan remaja yang jarang
berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 16%, dan remaja yang
tidak pernah berempati kepada teman dan saudaranya sebanyak 4%. Dari tabel
di atas menunjukkan bahwa, terdapat rasa empati yang baik ketika ada saudara
atau teman mengalami kesulitan, hal tersebut disebabkan karena kedekatan
hubungan antar warga dan masyarakat yang ada di Desa Lelea.

Tabel 4.28
Remaja yang Melakukan Hubungan Pranikah (Seks Bebas)
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 4%
Kadang-Kadang 0 0%
Jarang 0 0%
Tidak Pernah 53 96%
N 55 100%

Tabel di atas menunjukkan sikap remaja yang pernah melakukan


hubungan pranikah (seks bebas). Remaja yang selalu sebanyak 0%, remaja
76

yang sering melakukan hubungan pranikah sebanyak 4%, remaja yang


kadang-kadang melakukan hubungan pranikah sebanyak 0%, remaja yang
jarang melakukan hubungan pranikah sebanyak 0%, dan remaja yang tidak
pernah melakukan hubungan pranikah sebanyak 96%. Dapat disimpulkan
bahwa hampir seluruh remaja Desa Lelea tidak pernah melakukan hubungan
seks di luar nikah.

Tabel 4.25
Remaja yang Minum Minuman Keras
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 1 2%
Kadang-Kadang 1 2%
Jarang 1 2%
Tidak Pernah 52 94%
N 55 100%

Tabel di atas menunjukan remaja yang pernah mengkonsumsi minuman


keras. remaja yang selalu mengkonsumsi minuman keras sebanyak 0%,
remaja yang sering mengkonsumsi minuman keras sebanyak 2%, remaja
kadang-kadang mengkonsumsi minuman keras sebanyak 2%, sedangkan
remaja yang jarang mengkonsumsi minuman keras sebanyak 2%, dan remaja
yang tidak mengkonsumsi minuman keras pernah sebanyak 96%. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar remaja Desa Lelea Indramayu, tidak
pernah mengkonsumsi minuman keras.
77

Tabel 4.26
Remaja yang Mengkonsumsi Obat Obatan Terlarang
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 1 2%
Kadang-Kadang 0 0%
Jarang 0 0%
Tidak Pernah 54 98%
N 55 100%

Tabel di atas menunjukan remaja yang pernah mengkonsumsi obat-obatan


terlarang. remaja yang menjawab selalu mengkonsumsi obat-obatan terlarang
sebanyak 0%, remaja yang sering mengkonsumsi obat-obatan terlarang
sebanyak 2%, remaja yang kadang-kadang mengkonsumsi obat-obatan
terlarang sebanyak 0%, remaja yang jarang mengkonsumsi obat-obatan
terlarang sebanyak 0%, dan remaja yang tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan terlarang sebanyak 98%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja Desa Lelea Indramayu, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
terlarang.

Tabel 4.29
Adat Istiadat (Tradisi) Menjadi Pengendali Sikap dan Perilaku Remaja
Pernyataan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 20 37%
Setuju 9 16%
Ragu-Ragu 9 16%
Tidak Setuju 9 16%
Sangat Tidak Setuju 8 15%
N 55 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa adat istiadat dan tradisi masyarakat dapat
mengendaikan sikap dan perilaku remaja. Remaja yang menjawab sangat setuju
78

sebanyak 37%, remaja yang menjawab setuju sebanyak 16%, remaja yang
menjawab ragu – ragu sebanyak 16%, remaja yang menjawab tidak setuju
sebanyak 16%, dan remaja yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 15%.
Dapat disimpulkan bahwa adat istiadat, dan tradisi masyarakat dapat menjadi
pengendali bagi remaja.

Tabel 4.27
Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Hukum
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 1 2%
Kadang-Kadang 0 0%
Jarang 7 13%
Tidak Pernah 47 85%
N 55 100%

Tabel di atas menunjukan sikap remaja yang pernah melanggar aturan


hukum. remaja yang menjawab selalu melanggar aturan hukum sebanyak 0%,
remaja yang sering melanggar aturan hukum sebanyak 2%, remaja yang
kadang-kadang melanggar aturan hukum sebanyak 0%, remaja yang jarang
melanggar aturan hukum sebanyak 13%, dan remaja yang tidak pernah
melanggar aturan hukum sebanyak 85%.

Tabel 4.28
Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Agama
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 4%
Kadang-Kadang 1 2%
Jarang 2 4%
79

Tidak Pernah 50 90%


N 55 100%

Tabel di atas menunjukan sikap remaja yang pernah melanggar aturan


agama. remaja yang menjawab selalu melanggar aturan agama sebanyak 0%,
remaja yang sering melanggar aturan agama sebanyak 4%, remaja yang
kadang-kadang melanggar aturan agama sebanyak 2%, remaja yang jarang
melanggar aturan agama sebanyak 4%, dan remaja yang tidak pernah
melanggar aturan agama sebanyak 90%.

Tabel 4.30
Remaja yang Pernah Melanggar Aturan Masyarakat
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 4%
Kadang-Kadang 6 11%
Jarang 6 11%
Tidak Pernah 41 74%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas remaja yang selalu melanggar aturan masyarakat


sebanyak 0%, remaja yang sering melanggar aturan masyarakat sebanyak 4%,
remaja yang kadang-kadang melanggar aturan masyarakat sebanyak 11%,
sedangkan remaja yang jarang melanggar aturan masyarakat sebanyak 11%,
dan remaja yang tidak pernah melanggar aturan masyarakat sebanyak 74%.

Tabel 4.31
Remaja yang Pernah Melanggar Norma Kesopanan
Pernyataan Frekuensi Persentase
Selalu 3 5%
Sering 3 5%
80

Kadang-Kadang 6 11%
Jarang 4 7%
Tidak Pernah 39 71%
N 55 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukan remaja yang selalu melanggar


norma kesopanan sebanyak 5%, remaja yang sering melanggar norma
kesopanan sebanyak 5%, remaja yang kadang-kadang melanggar norma
kesopanan sebanyak 11%, sedangkan remaja yang jarang melanggar norma
kesopanan sebanyak 7%, dan remaja yang tidak pernah melanggar norma
kesopanan sebanyak 71%.
81

3. Bentuk Kontrol Dalam Tradisi Ngarot


a) Kontrol yang Ada dalam Tradisi Ngarot
Terdapat bentuk-bentuk kontrol atau pengendalaian sosial yang ada
dalam masyarakat. Bentuk tersebut terbagi menjadi beberapa bentuk dan
salah satunya adalah kontrol preventif. Kontrol preventif merupakan
bentuk kontrol sosial berupa pencegahan atas penyimpang (deviation)
yang diakukan oleh masyarakat, kontrol tersebut bertujuan agar tercipta
masyarakat yang kondusif dan aman (konformis).36 Selain pengertian
tersebut terdapat pengertian lain bahwa kontrol preventif adalah bentuk
kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam
versi “mengancam sanksi”.37
Cara yang diterapkan dalam kontrol preventif adalah berupa ancaman
dan membebankan sanksi kepada para pelanggar norma dan nilai yang ada
dalam masyarakat tertentu, ancaman dan sanksi tersebut mempunyai efek
psikologik yang kuat terhadap para pelanggar norma.
Maka kontrol preventife merupakan salah satu tindakan yang tepat
untuk meminimalisir atau membendung terjadinya perilaku menyimpang,
karena dalam kontrol preventif sanksi yang diancamkan adalah sanksi
psikologis, artinya sanksi tersebut akan selamanya dirasakan sebagai suatu
yang tidak mengenakkan, berat, dan menyakitkan hati pelanggar norma
tersebut selama hidupnya.
Berkaitan dengan hal di atas, tradisi Ngarot salah satu yang
menerapkan kontrol preventif, karena dalam tradisi Ngarot terdapat mitos.
Mitos tersebut sangat dipegang oleh masyarakat Desa Lelea agar menjadi
alat kontrol preventif terhadap para remaja, karena pada pelaksanaan
tradisi Ngarot jika bunganya layu maka seorang perempuan tersebut
dikatakan tidak suci.

36
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. h. 255-256
37
Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi
Pertama), h. 134-135
82

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari bapak RG, bahwa:

“Iya pasti bisa, dengan adanya bunga yang layu (mitos) tersebut ada
efek sosial seperti malu karena dia tidak perawan. dan sangat bagus
seperti yang saya jelaskan tadi, istilahnya efek dari (mitos) bunga-
bunga yang digunakan sebagai kontrol tradisi Ngarot.”38

Dari wawancara tersebut bahwa mitos merupakan salah satu kontrol


yang ada dalam tradisi Ngarot, mitos tersebut sangat melekat pada
masyarakat Lelea. Jika seorang yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot,
maka bunga yang menjadi penghias di atas kepalanya akan layu. Sama
dengan apa yang disampaikan oleh bapak SKD mengenai peran tradisi
Ngarot dalam mengontrol pergaulan remaja, beliau mengatakan bahwa:

“Mungkin bisa dadi kontrol, karena konon jaman bengen baka remaja
sing ora perawan meluan ko kembange bisa layu. Dadi mitos jaman
bengene kuh masih kuat.
(mungkin dapat menjadi kontrol, karena konon pada zaman dahulu
kalau remaja yang sudah tidak perawan mengikuti tradisi Ngarot
maka bunga di atas kepala akan layu. Jadi mitos zaman dulu masih
kuat)”39

Mitos tersebut merupakan alat yang dapat menjadi kontrol sosial


dalam membimbing pergaulan remaja, karena mitos merupakan kisah
yang dirasakan masyarakat sebagai peristiwa yang sesungguhnya terjadi di
masa lalu. Meskipun mitos tidak didukung oleh pembuktian kritis, tetapi
mitos ingin memberi pelajaran moral. Mitos bukan hanya sekedar alat
penyampaian nilai yang semestinya berlaku, atau hanya sebagai perantara
dari nilai dengan kecenderungan perilaku yang kadang-kadang tak
terelakan- sebagai akibat keharusan yang ditimpa oleh struktur lingkungan

38
Hasil wawancara dengan Bapak RG pada tanggal (7, Juli 2015) di Kapolsek Lelea,
pukul (11.00)
39
Hasil wawancara dengan Bapak SKD pada tanggal (6, Juli 2015) di Rumah Beliau,
pukul (11.05)
83

hidup. Mitos juga pemberi jawaban terhadap ketidaksesuaian logika


dengan tata dan nilai yang berlaku.40

Selain mitos yang berkembang di masyarakat Desa Lelea, terdapat


juga Petuah Kolot (Sesepuh) Lelea. Pada petuah tersebut disampaikan
bahwa:

“Mikirun budak engkena kuma’a (memikirkan anak atau generasi


penerus nanti akan seperti apa); Aturan agama kudu diturut (aturan
agama harus diikuti); Selamet dunya jung akhiratna (agar selamat
dunia dan akhirat)”

Petuah tersebut menjadi kontol pergaulan remaja Desa Lelea


Indramayu. Karena terdapat pesan yang bermakna sebagai proteksi yang
ditujukan kepada para orang tua, pemerintah desa, remaja, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat Lelea pada umumnya. Hal
tersebut seperti apa yang dituturkan oleh SIE kebudayaan Indramayu Bpk
AR, bahwa:

“Ki kapol (kolot atau sesepuh Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak
memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada
generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya
bisa dinikmati bareng bareng. Selain itu memberikan contoh kepada
generasi muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras,
harus hidup bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata
sesepuh lelea “irup rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi
jangan salah kita tidak boleh lupa dengan agama karena para tokoh
kan berasal dari Banten”41

“………………..mungkin kontrolnya dalam keluarga dalam hal ini


adalah orang tua karena orang tua telah diamanatkan oleh sesepuh
desa Lelea tadi “boga budak engkena kumaha” artinya hal tersebut
memiliki penuh makna, orang tua harus memperhatikan anak
semuanya seperti membimbing tindakannya, perilakunya,
pendidikannya, termasuk mengontrol semua hal tersebut. dan

40
Ja’cuba Karepesina, Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku
Budaya. (Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 6-7
41
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
84

perkataan sesepuh “ka agama kudu diturut supaya salamat dunya


aherat”.42

dua hal tersebut (mitos dan petuah sesepuh Lelea) akan menjadi suatu
kontrol sosial dalam masyarakat karena dengan adanya petuah kolot Lelea
dan mitos seperti itu akan menimbulkan sugesti pada masing-masing
individu, bahwa seorang laki-laki atau perempuan harus menjaga diri
jangan sampai berperilaku menyimpang terutama untuk remaja putri.
Dengan adanya sugesti tersebut, maka akan menimbulkan rasa takut
dan malu yang mendorong para remaja khususnya remaja putri dalam
membina pergaulannya. Maka kontrol kedua dalam tradisi ngarot adalah
terciptanya rasa malu akan hal-hal yang tidak sesuai dengan tradisi
tersebut.
Menurut bapak RG, terdapat kontrol yang ada dalam tradisi Ngarot
berupa salah satu sanksinya adalah sanksi sosial, seperti rasa malu yang
akan membuat jera para remaja yang akan melanggar dan berbuat tidak
sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat, yaitu berhubungan badan
luar nikah. Karena menurut beliau, pergaulan remaja saat ini sudah
terlampau di luar batas. Maka dengan adanya tradisi Ngarot diharapkan
dapat mencegah perbuatan remaja yang menyimpang.
Menurut Koentjaraningrat43, fungsi pengendalian sosial, yaitu: (1)
mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-norma
kemasyarakatan. (2) memberikan penghargaan kepada warga yang menaati
norma.(3) mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa warganya
(4)Mengembangkan rasa takut. (5) menciptakan sistem hukum (sanksi yang
tegas bagi pelanggarnya). Dalam tradisi Ngarot juga, terdapat fungsi untuk
mengendalikan pergaulan remaja, yaitu adanya rasa takut dan malu jika
seseorang melakukan hal-hal yang melanggar norma. Maka hal tersebut
akan dapat mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma-

42
Hasil wawancara dengan Bapak AR pada tanggal (6, Juli 2015) di Dinas Kebudayaan
dan Periwisata, pukul (14.47)
43
Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi
Pertama), h. 105
85

norma kemasyarakatan dan menciptakan kondisi yang aman dan sejalan


dengan norma sosial.

Selain itu, hampir semua informan menyampaikan bahwa tradisi


Ngarot memiliki fungsi sebagai berikut:

“……. berkomunkasi dan mengontrol pergaulan pemuda-pemudi (Bpk.


RG)”

“Mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di masyarakat


agar anak jangan sampai berbuat asusila atau jangan sampai berbuat
sebelum menikah.(Bpk. RDI)”

“Persatuan remaja desa antar blok, dan megontrol pergaulan


mereka…..Serta sebagai kontrol sosial bagi remaja, khususnya remaja
perempuan.(Bpk. HEI)”

DD Ketua Karang Taruna menyampaikan, bahwa:

“Bisa mengontrol pergaulan yang menyimpang, selama ini efektif


dalam mengontrol penyimpangan yang dilakukan pemuda. Bisa
menekan pergaulan bebas dan mengontrol mereka para pemuda dalam
membina pergaulan.”44

Jadi dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam tradisi
Ngarot terdapat kontrol sosial seperti Petuah Kolot Lelea (Leluhur Lelea),
dan mitos yang dapat menimbulkan rasa malu dan takut yang memiliki
fungsi sebagai alat kontrol dalam pergaulan remaja desa lelea. Hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 4.1.

44
Hasil wawancara dengan Bapak DD pada tanggal (6, Juli 2015) di Kediaman Beliau,
pukul (11.53)
86

Kontrol Dalam Tradisi Ngarot

Tradisi Ngarot

Mitos Petuah kolot Lelea

Membentuk

Kontrol

Rasa Malu Rasa Takut

Pergaulan Remaja

Gambar 4.1
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dilapangan dan analiss dari beberapa uraian pada bab di
atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan tradisi Ngarot memiliki syarat tertentu, seperti peserta yang
diharuskan berasal dari keturunan Lelea, serta masih perjaka dan perawan.
Para peserta kemudian diarak mengeilingi desa dengan memakai pakaian
tertentu yang sudah dianjurkan, dan untuk perempuan mengenakan bunga di
atas kepalanya.
2. Kontrol dalam tradisi Ngarot dapat dilihat dari adanya mitos yang mengatakan
“jika seorang yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot maka bunga yang ada
di atas kepalanya akan layu”. Mitos tersebut akan menimbulkan rasa takut dan
rasa malu yang kemudian membentuk sugesti pada setiap individu di
masyarak Desa Lelea agar tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan
dilarang oleh norma yang ada di dalam masyarakat. Selain itu terdapat petuah
sesepuh Desa Lelea yang mengatakan bahwa, “Mikirun budak engkena
kuma’a (memikirkan anak atau generasi penerus nanti akan seperti apa);
Aturan agama kudu di turut (atiuran agama harus diikuti); Selamet dunya
jung akhiratna (agar selamat dunia dan akhirat)”. hal tersebut juga dapat
menjadi kontrol sosial terutama bagi keluarga karena keluarga merupakan
agen sosial yang pertama dan petuah tersebut bertujuan agar dapat meciptakan
pergaulan yang baik dikalangan masyarakat terutama remaja.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , akhirnya peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi para mahasiswa, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
menyeluruh. Karena peneliti sadar bahwa masih terdapat banyak

87
kekurangan baik dalam hal penulisan maupun dalam hal data. Namun
setidaknya peneliti dapat memberikan kontribusi terhadap daerah dan
sebagai pengetahuan baru mahasiswa.
2. Bagi Kepala Desa dan masyarakat Desa Lelea hendaknya Tradisi Ngarot
harus dipertahankan dan dilestarikan, karena memiliki fungsi positif
terutama dalam bidang sosial yaitu sebagai suatu tolok ukur dan sebagai
kontrol bagi perilaku masyarakat, sehingga norma-norma yang ada dalam
masyarakat berjalan dengan semestinya.

88
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Alias, M., Fatmawati, Mochtaria.”Kontrol Sosial Tokoh Masyarakat (Ustad)


Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Remaja di Desa Limbung
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya”. Jurnal Tesis: PMIS-
UNTAN-PSs-2013.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik,


Yogyakarta: Bina Aksara, 1985

Aziz, Abdul. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Krisis Akhak
Siswa (Studi Kasusu di SMA Darusalam Ciputat)”. Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif
hidayatullah Jakarta, 2010.

Buletin Al Furqon Tahun Ke3 Volume 9 No. 1 Terbit: Muharrom 1430

Dario, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Idonesia, 2004

Dasuki, H. A. Sarjono J. P, Djamara Sumarjo. 1977. Sejarah Indramayu Cetakan


Ke-3. Team Peneliti Sejarah Indramayu: Depatertemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kebupaten Indramayu. Sejarah Desa Lelea.


Indramayu: 2004

Hammidah, “Kontribusi Tradisi Lokal Terhadap Solidaritas Masyarakat Studi


Kasus Tradisi Ngarot di Desa Lelea Indramayu” Skripsi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2011.

http://muda.kompasiana.com/2013/05/04/62-remaja-smp-sma-tidak-perawan-
cukupkah-sekedar-ucapan-prihatin-dari-kita-552754.html diakses tanggal

89
9 November 2014 hari minggu pukul 19.30

http://beritakaltara.com/?p=2053. Diakses tanggal 9 November 2015 Hari kamis


pukul15.28

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga,


1991.

Karepesina, Ja’cuba. Muh. Shaleh Buchari BM, dkk. Mitos, Kewibawaan, dan
Perilaku Budaya. Jakarta: Pustaka Grafika Kita, 1988

Khairunnisa, Ayu. “Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku


Seksual Pranikah Remaja di Man 1 Samarinda”. Fakultas Ilmi Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Psikologi. Universitas Mulawarman. eJournal
Psikologi, 2013, 220-229 ISSN 0000-0000.

Kumpulan Makalah Kuliah Metodologi Penelitian. Prof. Rusmin Tumanggor.


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Liliweri, Alo, Makna Budaya Dalam Komunitas Antarbudaya. (Jakarta: Lkis.)

Mardimin, Johaner. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius, 1994

Masyudi. Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul. Jakarta: Restu


Agung

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Jakarta:


Rosdakarya, 2011

Narwoko, J.Dwi dan Bagong Suyanto ed. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan
EdisiPertama. Jakarta: Prenada Madia Group, 2004.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Profil Desa dan Kelurahan Lelea Tahun 2014.

90
Samian. Buku sejarah Desa Lelea. Arsip Desa Lelea Lelea, Indramayu: 2005.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawili Perss, 2002.

Scott; John dan Tim Penerjemah Labsos Fisip Unsoed Ed. Sosiologi The Key
Concepts. Jakarta: Rajawali Perss, 2011.

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:
Prenada, 2011.

Soekanto, Soerjono. Sosiolagi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Garfindo Persada,


2006

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakulats Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D.


Bandung:Alfabeta, 2014

Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2011.

Sutari, Tri. “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Kenakalan


Remaja” Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010.

91
Lampiraan 1
Lampiraan 2

LEMBAR ANGKET PENELITIAN “TRADISI NGAROT SEBAGAI


KONTROL TERHADAP PERGAULAN REMAJA DI DESA LELEA
INDRAMAYU)”TAHUN 2015

Assalamu Alaikum. Wr. Wb


Dalam rangka penelitian, bersama ini saya mohon kesediaan
saudara/saudari untuk menjawab daftar pertanyaan atau kuesioner yang saya
ajukan . maksud adan tujuan pengumpulan data, sebagai bahan penyusunan tugas
akhir (skripsi) yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Guru dengan Konsentrasi Pendidikan Sosiologi pada Program
Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. untuk kelancaran
tugas ini, dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk
membantu mengisi pertanyaan-pertanyaan secara lengkap dan sejujur-jujurnya
dengan penuh keikhlasan serta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kerahasiaan data saudara/saudari sangat dijamin, karena kuesioner ini hanya
ditunjukann untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini berjudul “Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Terhadap
Pergaulan Remaja Desa Lelea, Indramayu”.
Atas kesediaan dan dukungan saudara/saudari berikan dalam mengisi
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini, saya ucapkan banyak terimakasih.

Karakteristik Responden
Nama/ Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
1. Apakah menurut anda tradisi Ngarot merupakan tradisi sakra dan penting bagi
masyarakat Desa Lelea ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
2. Apakah tradisi Ngarot merupakan tradisi wajib yang harus iikuti oleh remaja Desa
Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
3. Sudah berapa kali anda mengikuti tradisi Ngarot?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
4. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan tradisi yang sangat positif dalam
membimbing pergaulan remaja?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
5. Apakah tradisi Ngarot menjadi patokan anda dalam bersikap agar tidak
melanggar norma?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
6. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan tradisi yang harus dilestarikan?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
7. A p a k a h tradisi Ngarot memiliki peran yang sangat baik dalam menjalin
silaturahmi antar warga dan para pemuda?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
8. Apakah tradisi Ngarot dapat membentuk sikap atau perilaku remaja menjadi
lebih taat terhadap norma dan aturan yang berlaku di Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
9. A p a k a h tradisi Ngarot merupakan pengendali bagi remaja dalam berperilaku
di masyarakat?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
10. Sejauh mana anda mempercayai mitos yang ada dalam Taradisi Ngarot?
a. Sangat percaya percaya
b. Percaya
c. Ragu-ragu
d. Tidak percaya
e. Sangat tidak percaya
11. A p a k a h mitos yang ada dalam tradisi Ngarot merupakan pengendali sosial
bagi masyarakat?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
12. Apakah mitos dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa malu, jika anda
melanggar aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
13. Apakah mitos dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa takut, jika anda
melanggar aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
14. A p a k a h petuah kolot Lele yang ada dalam tradisi Ngarot merupakan
pengendali sosial bagi masyarakat?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
15. Apakah petuah dalam tradisi Ngarot membuat anda merasa takut, jika anda
melanggar aturan-aturan yang beraku dalam masyarakat Desa Lelea?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
16. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi lumrah dan dijadikan
kebiasaan masyarakat, seperti gotong royong. Pernah anda mengikuti
kegiatan gotong royong dengan remaja lain di Desa Lelea?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
17. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan dan adat
istiadat di masyarakat, seperti saling tolong menolong. Pernah anda
melakukannya terhadap teman atau saudara satu Desa Lelea yang mengalami
kesulitan?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
18. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan dan atar
istiadat di masyarakat, seperti pertentangan. Pernahkah anda mengalami
pertentangan dengan dengan teman atau remaja yang ada di Desa Lelea,
seperti pertentangan kepentingan, pertentangan pendapat, dll?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
19. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang dijadikan kebiasaan yang sudah
menjadi adat istiadat di masyarakat, seperti berinteraksi antar masyarakat.
Pernahkah anda bebincang-bincang dan berkumpul dengan
tetangga/teman/saudara yang ada di wilayah anda (Desa Lelea) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
20. Dalam bermasyarakat terdapat hal-hal yang menjadi adat sitiadat, tradisi , dan
ketetapan yang ada dalam masyarakat, seperti saling sapa antar masyarakat.
Pernahkah anda saling tegur sapa dengan remaja lain di wilayah anda (Desa
Lelea)?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
21. Pernahkah anda merasa sedih ketika teman/tetangga/saudara yang satu daerah
(Desa Lelea) sedang mengalami kesulitan?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
22. Pernahkah anda mejenguk teman/tetangga/saudara satu daerah (Desa Lelea)
ketika sedang sakit?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
23. Hubungan pranikah merupakan perilaku yang dilarang oleh adat istiadat,
hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah anda
melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
24. Minum minuman keras merupakan merupakan perilaku yang dilarang oleh
adat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea, pernahkah
anda melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
25. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang merupakan merupakan perilaku yang
dilarang oleh adat, hukum, dan agama yang berlaku di masyarakat Desa Lelea,
pernahkah anda melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
26. Apa adat istiadat, dan tradisi yang ada di dalam masyarakat Desa Lelea
membuat anda dapat mengontrol (mengendalikan) sikap dan perilaku remaja?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
27. Pernahkah anda melanggar aturan hukum yang berlaku di masyarakat Desa
Lelea, seperti mencuri dan berbuat kriminal?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
28. Pernahkah anda melanggar aturan agama yang berlaku di masyarakat Desa
Lelea, seperti berzinah?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
29. Pernahkah anda melanggar aturan yang berlaku di masyarakat Desa Lelea,
seperti berduaan dengan lawan jenis ditengah malam (dengan pacar)?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
30. Pernahkah anda melanggar norma kesopanan yang berlaku di masyarakat
Desa Lelea, seperti memakai pakaian yang transparan,pendek, mengumbar
aurat untuk bepergian, tidak sopan dan tidak wajar dalam masyarat di desa
anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Pernah
e. Tidak pernah
Lampiran 3

Nama/Inisial : RG
Usia : Usia 28
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pembina Desa Lelea dan Brigadir Posles Lelea
Alamat : Lelea Indramayu

1 Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea?


- Secara ekonomi berasal dari pertanian,secara kriminalitas pada saat
musim panen banyak terjadi pencurian,tetapi pada saat belum musim
panen situasi masih aman terkendali,karena masih punya uang
- Aman–aman saja, sosialnya juga bagus
- SDM orang Lelea bagus di bandingkan desa-desa lain
2 Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ?
- Kejadian hamil di luar nikah pernah terjadi,tetepi jarang di banding kan
desa-desa di luar Lelea karena mungkin SDM nya masih kurang
- pergaulan masih terkontrol di Lelea ikatan adat masih positif terbukti
pada budaya Ngarot yang masih berjalan satu tahun sekali
3 Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah
pergaulan remaja?
- masih kadang-kadang kalo malam istilahnya, masih ada peduli kalo
jelajah malam. Sering lapor ke kita biasanya,seperti ada orang-orang
nongkrong atau muda-mudi yang masih berkeliaran disitu kaya di daerah
weluntas.
4 Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan
remaja?
- saya kalo piket biasanya kontrol, biasanya saya antisipasi. Kalo sayakan
istilahnya bukan aparat saja tetapi pembina Desa Lelea juga.
5 Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan?
- Kalo masalah adat kurang memahami udah berapa lamanya tuh.
- Kalo untuk masalah itu mah lebih tanya sama orang desanya. cuman bagi
saya mah disitukan para perawan dikasih bunga, kalo bunganya layu dia
engga perawan, itu mungkin kontrolnya.
6 Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot?
- Para muda mudi keturunan dari Desa Lelea asli
7 Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja?
- Iya, pasti bisa dengan adanya bunga yang layu (mitos) tersebut ada efek
sosial seperti malu karena dia tidak perawan. dan sangat bagus seperti
yang saya jelaskan tadi, istilahnya efek dari (mitos) bunga-bunga yang
digunakan sebagai kontrol tradisi Ngarot.
8 Apakah terdapat sanksi untuk orang yang melanggar tradisi?
- Kalo sanksi dibuktikannya dengan tradisi budaya Ngarot dengan bunga
tersebut, sanksinya sanksi sosial. Kalo dari kita penegak hukum, yang
namanya perzinaan hukumannya kurang, soalnya hukum dibuat oleh
belanda.
9 Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi ngarot di Desa Lelea?
- kita (masyarakat) setiap tahun berkomunikasi, berorganisasi dengan
pemuda-pemudi di Desa Lelea.
10 Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- Ya sama seperti tadi, berkomunkasi dan mengontrol pergaulan pemuda-
pemudi
11 Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea?
- Penyimpangan seperti hubungan pranikah, selain itu dalam pelaksanaan
Ngarot banyak ditemukan orang-orang yang kehilangan dompet, anak-
anak muda yang mabuk-mabukan
12 Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Sangat berpengaruh, karena diLelea adatnya sangat kuat sekali jadi adat
mengontrol masyarakat.
Nama/inisial : AR
Umur : 54
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Kepala seksi kebudayaan
Alamat : Indramayu Kota

1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di desa Lelea?


- Sebenernya kalo dilihat dari hal tersebut, mereka adalah masyaratak yang
mayoritas bertani, apalagi etos kerja sudah diterapkan sudah dari dulu
dan menjadi sebuah amana seperti yang disampaikan oleh para sesepuh
Lelea harus bekerja keras dan bergotong royong. dan juga mereka
memegang moto “lelakina kerja ewena usaha” artinya lelakinya kerja dan
perempuannya juga usaha jadi dua-duanya usaha. jadi secara ekonomi
mereka sudah tergolong sejahterah karena mereka sudah ditanamkan etos
kerjanya, sehingga kehidupan dalam bertani serta kehidupan masyarakat
Lelea kelihatan lebih makmur.
2. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ?
- Saya fikir kalau masalah pergaulan normatof tidak jauh berbeda dengan
desa-desa yang lainnya, sama lah, dimana-mana yang namanya remaja
pergaulannya seperti itu. cuman mungkin karena mungkin di Lelea ada
sebuah peristwa budaya Ngarot dan ketika seorang kasinoman (pemuda
pemudi) atau ketika remaja putri menjadi peserta Ngarot harus
mengenakan bungan, bunga itu konon katanya terdapat mistik jika
perempuan Lelea yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot maka bunga
tersebut akan layu. Mungkin dari mitos itu atau dari sugesti seperti itu
ada rambu-rambu atau kontrol, minimal untuk para perempuan dan para
remaja, walaupun mereka yang sudah tidak melaksanakan tradisi Ngarot
3. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah
pergaulan remaja?
- Yang jelas gini, mungkin sesepuh Lelea atau kolot Lelea mengamatkan
kepada orang tua agar memegang perkataan sesepuh Lelea “boga budak
engkena kumaha” artinya ketika orang Lelea memiliki anak dia harus
memperhatikan dan membimbing tidakannya, perilakunya, pendidikannya.
Bukan “kumaha engke, tetapi engke kumaha” dua hal tersebut sangat
berbeda.
4. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan
remaja?
- Ki kapol (sesepuh atau koot Lelea) sangat cerdas, karena dia tidak
memberikan suatu yang sudah jadi, tetapi mewakafkan tanah kepada
generasi muda supaya bisa diolah dan dimanfaatkan yang hasilnya bisa
dinikmati bersama-sama. Selain itu memberikan contoh kepada generasi
muda untuk mengingatkan agar kita harus bekerja keras, harus hidup
bergotong royong, kemudian sesuai dengan kata-kata sesepuh Lelea “irup
rukun runtut ka agama kudu diturut” tetapi jangan salah kita tidak boleh
lupa dengan agama karena para tokoh kan berasa dari Banten
5. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan?
- Sudah lama sekali, sekitar 1660
6. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot?
- Jejaka dan perawan asli Desa Lelea.
7. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di Desa Lelea?
- Sebernya gini, upacara adat Ngarot sendiri ini adalah perstanya para
kasinoman (pemuda dan pemudi) sebagai hadiah untuk para pemuda yang
sudah bekerja membantu menggarap sawahnya ki kapol. Sedangkan yang
menggarap sawahnya adalah para pemuda Lelea, jadi yang ikut tradisi
ngarot adalah muda mudi desa Lelea.
- Esensi dari tradisi Ngarot sendiri adalah sebagai hadiah untuk hiburan
para pemuda dan pemudi yang sudah bekerja. itu saja, tatapi banyak
esensi lainnya seperti mengontrol pergaulan para pemuda.
8. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- Jelas ada kalau itu mah, sekarang gini pertama menanamkan rasa cinta
terhadap seni budaya. Anak anak dikenalkan pada tradisi karena tradisi
merupakan kekayaan yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain.
9. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja?
- Mudah-mudahan dengan adanya tradisi ini walaupun kondisi zaman
seperti apa pun, kalau kita menanamkan etika, budaya, pokoknya yang
berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang kita miliki maka insya Allah
dapat mencegah hal tersebut. karena memang dengan adanya globalisasi
perubahan perilaku mungkin terjadi,tetapi minimalkan kita punya rambu-
rambu dengan adanya tradisi tersebut.
10. Apakah ada sanksi untuk orang yang melakukan perilaku menyimpang?
- Nah kebetulan kalu di Lelea merupakan desa adat, jadi tatan
pemerintahannya tidak mengacuh pada tata pemerintahan yang umum,
ada hukum adatnya dan tradisi masih dipakai.
11. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Andaikata ada hal tersebut, mungkin kontrolnya dalam keluarga dalam
hal ini adalah orang tua karena orang tua telah diamanatkan oleh
sesepuh Desa Lelea tadi “boga budak engkena kumaha” artinya hal
tersebut memiliki penuh makana, orang tua harus memperhatikan anak
semuanya seperti membimbing tidakannya, perilakunya, pendidikannya,
termasuk mengontrol semua hal tersebut. dan perkataan sesepuh “ka
agama kudu di turut supaya salamat dunya aherat”.
Nama/Inisial : DD
Umur : 28
Pendidikan : SMP
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Ketua Karangtaruna
Alamat : Ds. Lelea

1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea?


- Kalo dilihat dari ekonomi masyarakatnya dari kalangan menengah, kalo
untuk lingkungan sosial termasuk sosialisasi antar masyarakat bagus.
2. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ?
- Kalo pergaulan remaja, ada yang baik ada yang buruk juga, susah dikira-
kiranya mas. Kalo pergaulan yang menyimpang ya paling mabuk-
mabukan, dan nongkrong-nongkrong, kadang juga ada yang hamil di luar
nikah tapi ya tersembunyi. tapi kalau menurut saya dari tahun ke tahun
sudah makin lebih baik.
3. Menurut anda adakah pergaulan menyimpang seperti pranikah di wilayah ini?
- Ada Cuma ya terselubung. Kalo itu sih mungkin menurut saya mungkin
ada, tetapi terselubung atau tersembunyi
4. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah
pergaulan remaja?
- Ada, tapi kembali lagi ke pribadinya masing-masing. Karena sekarang
mah susah, apalagi internet dan modernisasi udah masuk. Dijaga sama
orang tua juga kalo pribadinya ga sadar mah susah.
5. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan
remaja?
- Pertama untuk menangani hal tersebut mungkin dari karangtaruna
menegur atau memberi pengarahan kalo ada anak yang bertamu sampai
jam batas dan diwajibkan untuk pulang.
6. Apakah ada sanksi untuk orang yang melakukan perilaku menyimpang?
- Kalo sanksi khusus tidak ada paling ada persetujuan dari masyarakat,
pemudan dan para pamong desa.
7. Menurut anda apa solusi dari perilaku menyimpang remaja seperti itu?
- Ya harus dari diri sendiri dulu dan tapi semuanya (komponen masyarakat)
ikut berperan, untuk menanggulangi yang tadi(hubungan pranikah) semua
unsur ikut berperan terutama masyarakat. Kita karangtaruna selalu
standby terus yang pentingkan peran masyarakatnya.
8. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan?
- Sudah lama, dah dari sesepuh dulu. Kalo tahunnya sih saya tidak tahu
mas.
9. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot?
- Para remaja yang masih perawan dan jejaka keturunan Lelea, kalo dari
desa lain ga boleh.
10. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di desa Lelea?
- Mengumpulkan para muda mudi dan sebagai pestanya anak muda.
Istilahnya hadiah lah. Karena sudah bekerja untuk desa.
11. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- Ya sama kaya tadi, intinya sih ngumpulin anak muda supaya saling
mengenal.
12. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja?
- Ya bias, kan peserta Ngarot harus perjaka dan perawan. Jadi kalo ga suci
ya ngerasa malu sendiri.
13. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea?
- Mabuk-mabukan, nongkrong, kadang juga ada yang hamil di luar nikah
tapi ya tersembunyi
14. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Bisa mengontrol pergaulan yang menyimpang selama ini efektif dalam
mengontrol penyimpangan yang dilakukan pemuda. Bisa menekan
pergaulan bebas dan mengontrol mereka para pemuda dalam membina
pergaulan.
Nama/Inisial : SKD
Umur : 43 Tahun
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Lebe Desa Lelea
Alamat : Ds. Lelea
12. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea?
- Lamon secara anu mah manjing tarap-tarap sedeng atau menengah
(kalau secara umum kondisilingkungan Desa Lelea masuk pada taraf
sedang dan menengah)
13. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ?
- Ya masih mengikuti adat bengen, walaupun ana sing ora gah. Akhire
mengikuti perkembangan jaman dadi kan kadang-kadang pergaulan
bebas.
(Ya, Masih mengikuti adat pada zaman dulu, walaupun ada beberapa
yang tidak mengikuti, tetapi pada akhirnya remaja lebih mengikuti
perkembangan zama jadi terkadang banyak juga yang sampai mengarah
ke pergaulan bebas)
14. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah
pergaulan remaja?
- Ya, akhire tokoh masyarakat masih tetep ngupai pengarahan-pengarahan
tapi kembali maning meng pribadine, karena penyebabe manjinge
tekhnologi sih.
(Tokoh masyarakat masih tetap memberikan pengarahan-pengarahan
tetapi kembali kepada pribadi individunya masing masing, karena
penyebabnya adalah masuknya teknologi).
15. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan
remaja?
- Ulama membuat suasana yang religius agamaan, dan budaya.
16. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan?
- Ngrot kuh dari abad 17
17. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot?
- dadi secara aturan mah di utama kena pribumi, sing melu iki ya bocah
enom sing durung pernah kawin toli ya mengikuti aturan-aturan kepala
desa misale nganggo seragam kien karo cunduk kembang sing sakral.
dadi kuen mah mitos, cuma kan ya mbuh bengen mitose masih parek, anak
muda mudi terutama perawan. kalo ngga perawan katanya layu kembange
(jadi secara aturan diutamakan pribumi, yang mengikuti itu anak muda
yang belum pernah nikah dan harus mengikuti aturan-aturan Kepala
Desa, misalnya menggunakan seragam dan memakai cunduk bunga yang
sacral. Walaupun mitos, tetapi sudah ada sejak dulu dan masih melekat,
kalau ada anak perawan yang ikut tradisi Ngarot katanya nanti bunganya
akan akan layu).
18. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di desa Lelea?
- tujuane mah siji, dengan adanya budaya adat kita dapat mempererat
antara muda mudi dan umumnya masyarakat. Terutamakan kudu hidup
rukun, karena wong bengen kuh selalu jaga kerukunan.
(tujuannya satu, dengan adanya budaya dan adat, kita dapat mempererat
remaja dan umumnyamasyarakat. Terutama harus hidup rukun, karena
orang zaman dulu selalu menjaga kerukunan )

- Jelas karna wong bengen sing di arani komunikasi antara pihak dalam
teradisi Ngarot adalah kebersamaan ,ari saling komunikasi kan mending
enak garep apa-apa kuh.

(jelas karena orang zaman dulu selalu berkomunikasi antar pihak dalamm
tradisi Ngarot, kalau saling berkomunikasi mudah dalam melakukan
sesuatu)
19. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- Lamun secara anu mah fungsine kuh saling mengenal akhire kan kadang-
kadang bisa jadi jodone, sekalian amber aja ana perilaku bli bener
keding.
(fungsinya saling mengenal, bahkan kadang-kadang bisa jadi jodoh dan
untuk menjaga perilaku yang menyimpang juga)
20. Apakah tradis Ngarot mengontrol tentang masalah pergaulan remaja?
- Ya, sebenere mah efektif, wong tua bengen kuh, kan sebenere mah pengen
beneraken masyarakate tapi, kembali maning meng pribadine, bengen
mah bener-bener dijaga tradisi Ngarot kuh.
(sebenarnya efektif, orang tua zaman dulu menginginkan perilaku yang
benar di masyarakat, tetapi kembali lagi ke pribadi masing-masing. Dulu
tradisi Ngarot sangat dijaga kesakraannya)
21. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di desa Lelea?
- Mabuk-mabukan, nogkrong, hamil luar nikah.
22. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Mungkin bisa dadi kontrol, karena konon jaman bengen baka remaja sing
ora perawan meluan ko kembange bisa layu. Dadi mitos jaman bengene
kuh masih kuat.
(mungkin dapat menjadi kontrol, karena konon pada zaman dahulu kalau
remaja yang sudah tidak perawan mengikuti tradisi Ngrot maka bunga di
atas kepala akan layu. Jadi mitos zama dulu masih kuat)

23. Apakah hubungan pranikah merupakan hal yang melanggar norma?


- Ya kuen kuh penyakit masyarakat kuh, akeh kejadian-kejadian hamil
diluar nikah, tapi bli ning baerah lelea baelah.
(ya itu adalah penyakit masyarakat, banyak kejadian tetapi bukan hanya
di daerah ea saja )

- Kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam


pergauan remaja. Tetep ning wongtua ning umah mah di jaga-jaga tapi
tetep bae gagal.
(kemajuan teknologi, melelui HP, Internet sangat berpengaruh dalam
pergauan remaja. Tetap saja orang tua di rumah menjaga-jaga tetapi
tetap gagal karena internet dan HP yang dimiliki masing-masing remaja)
24. Apakah ada sanksi untuk orang yang melakukan perilaku menyimpang
tersebut?
- Laka, lamun anu mah aturan-aturan hamil di luar nikah mah laka. Lamun
Negara agama ya mungkin ana.
(tidak ada, kalaupun ada mungkin aturan hamil di luar nikah ga ada.
Kalau Negara agama mungkin ada)
- Paling ya ana sanksi sosial. biasane bocane kuh keisinen. Ari sangsi
hukum didera, dicambuk, ditelanjangikan laka. Secara anukan wis
melekat kita kih ngerasa isin dewek.
(paling yang ada hanya sanksi sosial. Biasanya anak akan merasa malu
sendiri. Kalau sanksi hukum didera, dicambuk, ditelanjangi tidak ada,
secara otomatis sudah merasa malu sendiri)
Nama/ Inisial : RDI
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Kepala Desa Lelea

1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea?


- Pendidikan kita tidak terlalu bawah berada di level tengah karna dilihat
dari kelulusan SD, SMP, dan SMA itu tetap karena tahun ini diusahakan
100% melanjutkan sd,smp,sma. Target pengennya dari dinas UPTD
100%, untuk saat ini baru dua yang dianggap belum jelas keputusannya.
Sebagian anak pengennya.jalur tidak mampu tetapi pihak sekolah dan
DIKNAS ada kontrol dan ada ricek pada saat mendaftarkan SKTM ada
tim untuk mengontrol keadaan rumahnya dan ekonomi. Untuk tingkat
tidak melanjutkan sma atau smk 10%.
- Kalo untuk pangan di kita sudah cukup sejahtera karna panen dikita dua
kali, tidak semuanya di desa lain bisa panen dua kali
- Dilihat dari sosialnya tinggi juga punya beberapa majlistalim, dari
himpunan zakat alhamdulilah dari tingkat sosialnya bagus karena yang
bapak peratiin sudah cukup baik dan tertata.
2. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ?
- Agak miris dengan pergaulan remaja, dengan masuknya era globalisasi
dan moderenisasi hal tersebut menjadi penghalang istilahnya
mengganggu, jangankan anak SMA anak SD pun sudah bisa membuka
internet di situ yang membuat khawati, tapi dari segi agama mudah-
mudahan dengan adanya pengajian rutin anak-anak bisa membedakan
yang boleh dan yang tidak boleh , yang baik dan yang buruk.
3. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah
pergaulan remaja?
- Mereka juga sama sebetulnya selalu mencegah jangan sampai
kebablasan.
- Dengan tradisi Ngarot ada semacam rem atau pengendalian jangan
sampai berbuat kearah sana.
- Diwajibkan siapapun anak yang sudah berbuat tidak suci tidak boleh
mengikuti ngarot. Hal tersebut sudah diketahui oleh mereka bahwa itu
adalah larangan tujuannya adalah agar si anak selalu suci
- Sangat besar dan sangat terasa mungkin ada bebeapa anak saja yang
melanggar mungkin karna kecelakaan, karna tidak bisa menahan
kemudian lepaskontrol tapi untuk hal-hal seperti itu 1-2% mungkin ada
4. Apa saja yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan
remaja?
- Hanya sebatas penyampaian, omongan-omongan,ajakan-ajakan aja kaya
wong ora bener kudu bener.
5. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan?
- Sudah dari 1646 karna konon katanya pada saat kuwu kedua yang
membuat tradsi Ngarot yaitu Ki Kapol. Berdasarkan ucapan orang tua,
karna Ki Kapol tidak punya anak dan cintanya kepada anak-anak
(pemuda), maka dia wakafkan sebidang tanah untuk digarap oleh para
pemuda-pemudi. Dari pada yang berbuat tidak benar maka dia
mengusulkan untuk mengumpulkan anak-anak di rumahnya untuk makan-
makan dan nanti diberikan perintah untuk menggarap sawah wakaf
tersebut. Upahnya adalah ngarot tersebut atau ngumpul-ngumpul bareng
atau makan-makan karena mereka tidak dibayar.
6. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot?
- Untuk perempuan, tidak boleh yang sudah berumah tangga atau yang
tidak suci, itu pantangan yang paling utama dan untuk yang laki-laki yang
masih perjaka.
7. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di Desa Lelea?
- Mempersatukan, mengikat dari beberapa blok agar terjalin silaturahmi
setelah di satukan kemudian diperkenalkan
8. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- mempererat, mengontrol, mengendalikan hubungan di masyarakat agar
anak (remaja) jangan sampai berbuat asusila atau jangan sampai berbuat
sebelum menikah.
9. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di Desa Lelea?
- Penyimpangan diluar nikah terus mabuk-mabukan tetapi sedikit dilingkup
balai desa tidak ada itu biasanya diluar.
10. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Tradisi Ngarot sangat positif sekali untuk pergaulan tapi yang paling
utama adalah pribadi untuk selalu menjaga diri masing-masing, baik yang
perjaka maupun yang perawan.
11. Menurut anda bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut?
- Solusinya adalah misalkan ada anggaran, kita pengen membuat kegiatan-
kegiatan baik di bidang kesenian maupun bidang yang lainnya hal itu
bertujuan untuk mengalihkan perhatian remaja, supaya ada kegiatan.
12. Apakah tradisi Ngarot mendapat dukungan penuh dari semua lapisan
masyarakat?
- Dari DIKNAS selalu suport untuk kegiatan Ngarot
- Dukungan dari masyarakat sangat bagus dan sangat penuh sudah
tertanam dalam masyarakat bahkan partisipasinya lebih dari hari raya.
Nama/Inisial : HEI
Umur : 52 Tahun
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Sekertaris Desa Lelea
Alamat : Ds. Lelea

1. Menurut anda bagaimana kondisi lingkungan di Desa Lelea?


- Sudah cukup memadai untuk pergaulan remajanya
2. Menurut anda bagaimana pergaulan remaja di wilayah ini ?
- Sudah agak menginjak modern, karna internet sudah masuk
- untuk pergaulan remaja nya karna sekarang kan sudah ada internet,
teknologi sudah masuk sudah cukup memadai untuk pergaulan remaja nya
- Karna semua sudah masuk sehingga akses apapun mudah dibandingkan
dengan desa lain, karna Desa Lelea ini yang terletak di ibu kota
kecamatan berarti internet yang ada di Desa Lelea ini sudah ada 3 kalo di
desa lain belum tentu ada, paling ada juga sama hal nya dengan Desa
Lelea.
3. Menurut anda bagaimana pengaruh tokoh masyarakat terhadap masalah
pergaulan remaja?
- Sudah mulai, karna di Desa Lelea ini sudah ada majlis ta’li. Kita punya
majlis ta’lim itu di masjid setiap minggu, bebas terbuka malah Fatus
Sudur ini mengarah pada remaja untuk ikut disini setiap malam jum’at.
Disana malam rabu, disana jumat pagi
- Sangat berperan sekali dalam menyikapi pergaulan remaja, contoh
berdirinya majlis ta’lim. Yang sudah lama itu Fatus Sudur sudah lima
tahun, terus ini baru dua tahun, disini satu tahun. Ya itu karna dalam
rangka kiai mengatur pergaulan remaja bahwa hal-hal yang berdosa yang
tidak berdosa.
4. Apa saja peran yang dilakukan tokoh masyarakat dalam mengontrol pergaulan
remaja?
- Mengadakan sosialisasi dampak HIV AIDS, pesertanya remaja cuman kita
sudah mengantisipasi disini, terus di tempat perbatasan Desa Lelea dan
larangan. yaitu penjual minuman keras di perbatasan Desa Lelea dan
larangan. Kami arahkan kesana penyuluhan HIV AIDS dua bulan yang
lalu, ya akhirnya sampai ada uji klinis yang ikut dirahasiakan siapa yang
terkena HIV AIDS karna pribadi.
5. Sudah berapa lama tradisi Ngarot dilaksanakan?
- Sudah lama jadi sejak Kuwu ke dua
6. Siapa saja yang menjadi peserta dalam tradisi Ngarot?
- Bujangan, perawan, pamong desa, dan lembaga.
7. Apa tujuan dari dilaksanakannya tradisi Ngarot di Desa Lelea?
- Persatuan remaja desa antar blok, dan megontrol pergaulan mereka.
8. Apa fungsi dari tradisi Ngarot, khususnya untuk para remaja?
- kontrol social bagi remaja, khususnya remaja perempuan.
9. Apakah tradisi Ngarot mengontrol tentangmasalah pergaulan remaja?
- Ya, sangat mengotrol. Karena menimbulkan rasa malu bagi remaja jika
mereka tidak suci dan tidah bias menjaga diri.
10. Penyimpangan apa saja yang pernah dilakukan remaja di Desa Lelea ?
- Hubungan diluar nikah sampai hamil dan minuman.
11. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah pergaulan
remaja?
- Sangat berpengaruh terhadap kelangsungan adat tradisi ngarot.
- Semakin banyak peserta ngarot (perempuan) berarti masysrakat desa elea
secara keseluruhan semakin bias menekan angka tindak asusila.
Nama/inisial :DNS
Usia : 16 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa Lelea Indramayu

1. Apakah anda pernah mengikuti tradisi Ngarot? Berapa kali?

- Sudah, telung balen (tiga kali), singet kelas 1 SMP sampe kelas 3 SMP.

(sudah tiga kali mengikuti Ngarot, sejak kelas1 SMP sampai kelas 3 SMP)

2. Menurut anda apa tradisi Ngarot itu?

- Budaya dari leluhur-leluhur Desa Lelea.

3. Menurut anda apa tujuan tradisi Ngarot?

- Ya katanya buat menyambut musim tanam baru.

4. Menurut anda apa tujuan tradisi Ngarot untuk anak muda?

- Ya untuk menjaga silaturahmi, melestarikan budaya leluhur, bias kumpul


bareng.

5. Mengapa anda ingin mengikuti tradisi Ngarot ?

- Karna memang sudah budayanya juga, dan kita sebagai anak muda wajib
melestarikannya.

6. Apakah ada aturan-aturan dalam tradisi Ngarot ?

- Ada

7. Apakah benar jika pada saat ada gadis yang tidak perawan mengikuti tradisi
Ngarot, bunga yang dipakai akan layu?

- Iya itu mitosnya. Tapi saya juga tidak tahu itu mitos atau bukan kalo iya
kan itu pasti ada pengaruhnya.

8. Menurut anda apakah mitos tersebut mengikat para remaja agar berperilaku
tidak menyimpang?

- Iya tradisi Ngarot itu mempengaruhi remaja karena pergaulan remaja


sekarang udah rusak.

9. Apakah ada sanksi sosial untuk remaja yang tidak mengikuti Ngarot?
- Engga sih, katanya sih ada dari desa tapi cuma nakut-nakitin, mungkin
jaman dulu mah malu sama temen-temen terus jadi omongan orang tua
karna tidak ikut Ngarot.

10. Apakah pernah terjadi bunga layu pada saat pelaksanaan tradisi Ngarot?

- Engga ada, kalo ada ya pasti malu.

11. Bagaimana pergaulan remaja di Desa Lelea?

- jaman sekarang udah mengiku bangsa Barat kaya pergaulan bebas gitu-
gitulah.

12. Apakah ada peran dari tokoh masyarakat terhadap tradisi Ngarot?

- Kan sekarang sudah ada PIKER (perkumpulan remaja)

13. Penyimpangan apa saja yang sudah terjadi?

- Belum tau juga, tapi ya mungkin ada kadang-kadang temen saya juga ada
yang mabuk-mabukan..

14. Apa pendapat anda ketika melihat penyimpangan seperti itu?

- Ya perihati dengan keadaan ini, merusak masa depan.

15. Menurut anda apa penyebab dari penyimpangan yang diakukan remaja?

- Karna era globalisasi, anak muda sekarang gampang sekali dipengaruhi


oleh media-media elektronik, seperti internet. Hal tersebut ada positif-
negatifnya, positifnya kita bias mengerjakan tugas lewat internet,
negatifenya banyak situs-situs yang tidak baik yang dapat diakses oleh
remaja.

16. Menurut anda solusi yang terbaik untuk pergaulan di Desa Lelea itu apa?

- Ya menurut saya, mempertahankan ke imanan, terus juga kalau


melakukan apa-apa harus ada batasnya jangan berlebihan. Kalau temen
yang tidak baik jangan ditemenin dan jangan diikut perilakunya.

17. Apa anda sudah mempunyai pacar sebelumnya?

- Belum pernah, karna belum mau.

18. Apakah tradisi Ngarot bisa mencegah penyimpangan hubungan pranikah?

- Ya mungkin iya
19. Menurut anda bagaimana pengaruh tradisi Ngarot terhadap masalah
pergaulan?

- Ya ada, sama kaya tadi

20. Apakah ada kontrol berupa rasa malu yang dirasakan remaja?

- Ada, karena kalau tidak perawan kan malu.


Nama/Inisial :SS
Usia : 17 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa Lelea Indramayu

1. Sudah pernah mengikuti Ngarot?

- Sudah patang balen (empat kali)

(sudah empat kali menikuti tradisi Ngarot)

2. Menurut anda apa tradisi Ngarot itu?

- Tradisi yang sudah ada, dan tradisi khusus untuk orang lelea.

3. Menurut anda apa tujuan tradisi Ngarot bagi remaja?

- Tujuane sih kanggo ngakuraken lanang wadon, amberan aja tukar atau
priwen, menjaga silaturahmi perempuan dengan laki-laki.

- (Tujuannya adalah merukunkan antara ramaja laki-laki dan perempuan,


agar bisa saling tukar pikiran, dan menjaga silaturahmi)

4. Ada syarat khusus tidak jika tidak melakukan tradisi Ngarot?

- Kari syarat mah langka, paling syarate wis cukup umur bae.karo asli lea
lan masih perawan

- (kalau syarat tertentu tidak ada, paling syaratnya sudah cukup umur, asli
orang Lelea, dan masih perawan)

5. Apa keinginan anda untuk mengikuti tradisi Ngarot ini?

- Ya pengene mah cuman cari pengalaman bae sih, cari batur.

- (ya inginnya sih untuk mencari pengalaman)

6. Apakah benar ada mitos jika bunga nya layu maka dikatakan sudah tidak
perawan? Apakah mitos itu dipegang oleh masyarakat Lelea?

- Masih memegang. dan emang iya mitose mah ana tapi kan ora weruh sih
masih anu belie mah.

- (masih memegang, dan memang itu mitosnya tetapikan tidak tahu


kebenarannya)
7. Menurut anda mitos itu positif atau gimana buat para remaja, khususnya bagi
remaja putri?

- Ya positif sih emang ya. Intie mah lamunan kejadian ya emang ana, tapi
ya mbuh sih kita mah ora weru.

- (ya positif, intinya penyimpangan pasti ada tetapi lebih jelasnya saya
tidak tahu)

8. Adakah kejadian bunga layu pada saat melaksanakan tradisi Ngarot?

- Lamon kembang layu sih emang ana.

(kalau kejadian bunga layu sih ada)

9. Mitos yang seperti itu bisa menimbulkan ketakutan tidak terhadap anda untuk
mengikuti tradisi Ngarot?

- Ya tergantung orang nya sih, kalo yang udah ngelakuin (hubungan) bunga
nya layu, tapi kalo yang engga ngelakuin (hubungan) mah ya biasa aja.

- (tergantung orangnya, kalau sudah melakukan penyimpangan bunganya


layu, tapi kalau yang tidak melakukan penyimpangan biasa saja)

10. Ada sanksi khusus tidak jika tidak mengikuti tradisi Ngarot?

- Sanksi sih ada tapi engga benar, cuman nakut-nakutin aja supaya ikut.

- (sanksi ada tapi berfugsi untuk menakuti saja agar ikut tradisi Ngarot)

11. Jadi Ngarot itu wajib?

- Kalo kata orang tua sih iya wajib, minimal sekali juga engga apa-apa.

- (kata orang wajib, minimal harus ikut satu kali)

12. Menurut anda pergaulan remaja di Desa Lelea itu bagaimana?

- Tergantung orangnya, ada yang masih takut, dan nurut sama orang
tuanya. Tapi ada juga yang kurang baik, biasa minum-minuman, sering
keluar malam.

13. Ada penyimpangan-penyimpangan yang pernah terjadi tidak di Desa Lelea?

- Ya kalo penyimpanganpasti ada, tapi bukan urusan kita. Itu urusannya dia
sama Yang Maha Kuasa.

14. Ada peran tokoh masyarakat tidak untuk mengntrol pergaulan remaja di Desa
Lelea?
- Ya ada, ya contohnya ustad, kuwu (Kepala Desa). Tapi tergantung
anaknya juga, kalau yang bandel agak susah dibilangin.

15. Apakah ada faktor luar yang mempengaruhi pergaulan remaja menurut anda?

- Ya mungkin karna ada pengaruh dari teman, pengaruh dari lingkungan,


pengaruh media. Sekarangkan banyak facebook, dan internet.

16. Solusi apa yang paling tepat untuk pergaulan remaja?

- Lebih mendekatkan diri kepeda Yang Maha Kuasa, dan nurut sama orang
tua.
Lampiran 4

Karakteristik Narasumber Pada Proses Wawancara


No Inisial Jenis Kelamin Status Tanggal
Wawancara
1 AR Lk Kepala Seksie 06 Juli 2015
Kebudayaan
Indramayu
2 RDI Lk Kepala Desa Lelea 06 Juli 2015
3 HEI Lk Sekertaris Desa 02 Juli 2015
Lelea
4 SKD Lk Tokoh Agama Desa 06 Juli 2015
Lelea
5 RG Lk Tokoh Hukum Desa 07 Juli 2015
Lelea
6 DD Lk Ketua Karang 06 Juli 2015
Taruna
7 DNS Pr Remaja Desa Lele 28 Juli 2015
8 SS Pr Remaja Desa Lelea 28 Juli 2015
Lampiran 5

PEDOMAN OBSERVASI
Dalam proses observasi, semua indra peneliti harus menjadi alat penelitian
yang peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Variabel atau
dimensi yang akan diamati yaitu:
1. Pergaulan remaja Desa Lelea
mengamati secara mendalam dan seksama tentang tentang pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu mengenai:
 Mengamati lingkungan pergaulan remaja Desa Lelea
 Mengamati faktor yang menyebabkan pergaulan yang menyimpang remaja

2. Sejarah tradisi Ngarot
 Mengamati sejarah tradisi Ngarot
 Mengamati perkembangan tradisi Ngarot
 Peran tradisi Ngarot terhadap remaja Desa Lelea

Setelah selesai melakukan pengamatan, kroscek kembali data


pengamatan yang telah dilakukan dan catat secara jelas. Akhiri dengan
berfikir positif dan hamdalah.
Lampiran 6

HASIL OBSERVASI
Beberapa variabel dan sub variabel atau dimensi dalam penelitian ini peneliti
mengamati mengenai, yaitu:
1. Pergaulan remaja Desa Lelea
mengamati secara mendalam dan seksama tentang tentang pergaulan remaja Desa
Lelea, Indramayu mengenai:
 Mengamati lingkungan pergaulan remaja Desa Lelea
Hasil:
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya lingkungan pergaulan
remaja di Desa Lelea cukup baik, tetapi diakui bahwa masih terdapat
lingkungan yang berdampak negatif bagi remaja, sehingga hal tersebut
mengakibatkan perilaku menyimpangan yang dilakukan oleh remaja desa.
Disi lain juga terdapat kondisi lingkungan yang berdampak positif bagi
remaja, seperti majelis ta’lim remaja, karang taruna, dan perkumpulan
remaja yang dibuat oleh remaja bernama PIKER.
 Mengamati faktor yang menyebabkan pergaulan yang menyimpang remaja
Hasil:
Terdapat faktor yang mempengaruhi kerilaku yang menyimpang dikaangan
ramaja Desa Lelea, penyimpangan tersebut disebabkan oleh kurangnya
pengawasan dari orang tua, selain itu remaja belum dapat menyerap norma
atau aturan yang ada di dalam masyarakat.
2. Sejarah terbentuknya Tradisi Ngarot
 Sejarah tradisi Ngarot
Hasil:
Dari hasil observasi yang dilakukan mengenai sejarah Tradisi Ngarot, maka di
dapat data bahwa tradisi ini ada sejak abad ke 17 sekitar tahun 1646
Masehi, tokoh yang menggagas tradisi ngarot adalah Ki Kapol. Beliau
adalah orang yang sangat kaya serta peduli dengan anak muda dan
Desanya.
Ki Kapol, lantas menghadiahkan kepada anak muda berupa pesta, dengan
tujuan ajar anak muda desa dapat saling mengenal, dan saling
menyesuaikan sikap dengan budaya atau adat istiadat yang berlaku di
dalam masyarakat. Jadi tradisi Ngarot dibentuk oleh Ki Kapol, hal tersebut
dapat dilihat dari gambar di atas yang menunjukkan nama-nama Kepala
Desa yang menjabat pada saat itu. (penelitian awal dengan Kepala Desa
Lelea Bapak Raidi, Bapak Edi, dan Bapak Darsono)

 Selain itu terdapat perubahan dalam tradisi Ngarot, seperti pada


pakaiannya dan aksesoris pakaian yang dikenakan.
 Tradisi Ngarot juga memiliki fungisi sebagai kontrol yang terdapat pada
masyarak Desa Lelea, Indramayu, karena di dalam tradisi ini terdapat
nilai-nilai budaya yang masih dipercaya dapat membina hubungan baik
antar masyarakt dan remaja yang ada di Desa Lelea, Indramayu, seperti
saling mengenal, saling berinteraksi, dan berbaur dengan masyarakat.
Lampiran 7

Hasil Analisis Quisioner Variabel (X) Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol

Item soal no
Responden Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 4 3 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 63
2 5 5 1 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 64
3 4 5 3 4 3 3 5 3 4 3 4 4 4 4 4 57
4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 61
5 5 5 2 5 5 4 5 4 4 5 5 4 3 4 5 65
6 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 63
7 5 5 1 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 64
8 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 66
9 5 5 1 5 4 5 5 5 4 4 5 4 3 3 3 61
10 5 5 1 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 65
11 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 3 3 4 4 63
12 4 5 1 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 62
13 5 5 1 5 4 3 5 5 4 4 5 4 4 3 3 60
14 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 3 4 67
15 4 4 1 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 61
16 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 2 4 5 64
17 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 66
18 5 5 1 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 63
19 4 5 1 5 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 58
20 4 4 5 4 3 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 59
21 4 4 1 5 4 4 5 5 4 4 5 3 3 4 3 58
22 4 4 5 4 3 5 5 5 3 3 4 3 3 4 4 59
23 4 5 1 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 3 61
24 2 4 5 5 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 63
25 4 5 1 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 60
26 5 5 5 5 3 3 5 4 3 3 5 4 4 3 4 61
27 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 59
28 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 67
29 4 3 1 3 2 2 4 4 4 3 4 1 3 3 2 43
30 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 68
31 5 5 2 5 4 3 5 5 4 5 5 4 4 4 4 64
32 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 5 4 4 5 4 63
33 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 63
34 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 64
35 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 64
36 5 4 1 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 62
37 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 54
38 3 3 1 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 2 4 47
39 5 5 4 5 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 56
40 5 4 2 5 4 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 62
41 4 5 1 5 3 5 5 5 3 3 5 4 4 3 4 59
42 5 4 4 5 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 60
43 4 5 1 4 3 5 5 4 4 4 5 3 3 4 4 58
44 4 4 1 5 4 3 5 5 4 4 2 4 3 2 4 54
45 5 5 5 4 2 3 4 5 1 4 5 5 5 5 5 63
46 4 4 1 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 51
47 4 4 1 2 2 3 4 4 3 4 2 4 1 2 2 42
48 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 5 3 4 67
49 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 59
50 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 3 3 5 4 66
51 5 5 1 5 4 5 4 5 4 3 4 4 4 5 4 62
52 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 1 2 3 3 57
53 2 4 5 5 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 3 60
54 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4 4 3 3 61
55 5 4 1 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 64
Lampiran 8
Hasil Analisis Quisioner Variabel (Y) Pergaulan Remaja di Desa Lelea, Indramayu

Total
Item soal no:
Responden Skor
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 3 5 3 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 68
2 3 3 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 66
3 4 4 5 4 4 4 4 5 3 5 5 5 4 4 4 64
4 5 4 1 5 5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 5 63
5 3 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 66
6 3 5 3 4 4 4 4 5 4 5 3 4 5 3 4 60
7 3 4 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3 66
8 4 4 4 4 4 5 3 5 5 5 3 4 5 5 3 63
9 5 4 2 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 67
10 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 70
11 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 70
12 4 5 4 1 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 63
13 5 5 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 69
14 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 67
15 4 5 3 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 67
16 2 5 3 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 5 65
17 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 70
18 2 4 2 2 5 4 2 5 5 5 1 5 5 5 5 57
19 3 4 3 4 4 3 3 5 5 5 3 5 5 3 5 60
20 3 4 3 2 2 2 2 5 5 5 2 5 5 4 4 53
21 3 4 3 3 1 3 3 5 5 5 2 5 5 5 5 57
22 3 4 5 5 3 5 4 5 5 5 1 5 5 5 5 65
23 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 72
24 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 69
25 4 5 4 2 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 64
26 3 4 2 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68
27 3 5 3 5 5 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 42
28 3 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 68
29 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 64
30 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 70
31 4 5 4 4 4 1 4 5 5 5 3 5 5 4 5 63
32 5 4 3 5 3 5 3 5 5 5 3 5 5 4 3 63
33 3 2 3 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 3 5 62
34 3 5 3 3 3 5 2 5 5 5 3 5 5 5 5 62
35 4 5 3 2 2 5 2 5 5 5 2 5 5 5 5 60
36 3 3 4 3 3 3 3 5 5 5 3 5 5 4 5 59
37 2 5 4 2 4 2 2 5 5 5 2 5 5 2 4 54
38 2 4 3 4 4 2 2 5 5 5 2 5 5 5 5 58
39 2 2 3 5 4 2 2 5 5 5 1 5 5 5 4 55
40 1 5 2 5 2 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 59
41 3 3 3 4 4 3 2 5 5 5 1 5 5 5 5 58
42 4 5 3 4 5 1 2 5 5 5 4 5 5 5 5 63
43 1 4 3 4 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 64
44 4 3 2 4 4 3 3 5 5 5 4 5 5 5 3 60
45 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1 66
46 3 3 3 2 2 2 3 5 5 5 2 5 5 2 4 51
47 2 2 3 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 44
48 3 4 3 4 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 66
49 4 3 3 4 3 4 4 5 5 5 3 5 5 5 5 63
50 3 3 2 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 64
51 3 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68
52 3 5 3 2 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 63
53 3 5 3 1 5 3 4 5 5 5 1 5 5 5 5 60
54 3 4 2 5 5 4 4 5 5 5 2 5 5 2 4 60
55 4 4 2 5 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 5 64
Lampiraan 9
Lampiraan 10
Lampiran 11

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan Bapak AR

Wawancara dengan Bapak SKD


Wawancara dengan Bapak HEI

Wawancara dengan Bapak RG


Wawancara dengan Bapak RDI

Wawancara dengan Saudari DNS


Wawancara dengan Saudari SS

Pengisian Quisioner oleh para remaja Desa Lelea


Pengisian Quisioner oleh para remaja Desa Lelea

Peserta Tradisi Ngarot


Pelaksanaan Tradisi Ngarot

Pelaksanaan Arak-Arakan Dalam Tradisi Ngarot


Penyerahan Tugas Bertani Kepada Pemuda

Penyerahan Tugas Bibit Padi


Lampiraan 12

Anda mungkin juga menyukai