Anda di halaman 1dari 3

Ramadhan Sebagai Pembersih Jiwa

Ramadan  merupakan sarana untuk melakukan penyucian  hati (tasyfiatun  qolbi) dimana menjadi sangat
penting untuk pribadi-pribadi muslim saat ini,  Sehingga kewajiban untuk bagi kita untuk memanfaatkan
bulan Ramadhan dengan sebaik baiknya sehingga kita menjadi manusia yang  suci jiwa dan raga.

Suatu ketika pengalaman saya terhadap bulan suci ramadhan ia datang selalu membawa suasana
berbeda. Tentu saja, karena Ramadan adalah bulan suci, bulan yang dihormati dan ditunggu-tunggu
umat Islam. Bahkan saya yakin sahabat-sahabat yang berbeda keyakinan pun menghormati dan
merasakan suasana lain ketika Ramadan. Keindahan toleransi lebih terasa ketika Ramadan.

Di masa kecil, Ramadan identik dengan kegembiraan mengaji menjelang buka puasa dan tarawih
bersama teman-teman. Rumah besar di depan rumah saya dijadikan musala dadakan untuk jamaah salat
tarawih pada setiap bulan Ramadan. saya tidak pernah absen tarawih di sana.

Masih teringat serunya berburu tanda tangan penceramah tarawih di buku Kegiatan Ramadan. Solusinya
adalah saya tarawih sambil membawa catatan pelajaran.  

Dengan puasa jiwa orang mukmin akan menjadi bersih dan memberikan nilai posistif pada cara
pandang, perkataan, dan perilakunya. Nilai positif ini terlihat pada cara kerja lidah, mata, telinga dan
anggota tubuh lainnya. Wujudnya adalah selalu memperbaiki cara beribadah kepada Allah SWT dengan
melakukan seluruh kewajibannya kepada Allah dan menjauhi segala larangan Allah, sebab jika
dilanggar akan menyebabkan kemurkaan Allah. Lebih dari itu dengan ibadah puasa justru akan
meningkatkan ibadah sosial yaitu saling tolong menolong dan saling menyambung silaturrahmi sesama
manusia.

Sore hari ketika nadira ingin pergi bersamaku untuk ngabuburit ke sekitar jalan raya dekat rumah, dia
terenyuh. Pasaalnya Kegiatan menunggu azan magrib menjelang buka puasa pada bulan Ramadan atau
ngabuburit mulai sering kembali dilakukan masyarakat setelah pandemi, tidak  seperti tahun sebelumnya
yang masih ada aturan untuk tidak terlalu berada di luar rumah yang membuat hiruk pikuk jalanan,
suasana pedagang di pinggir jalan, dan orang-orang mencari takjil di pinggir jalan tidak bisa dirasakan.
Yang bisa dibilang suasana Ramadan seperti tahun sebelumnya tidak bisa ia rasakan ketika di
pertengahan Ramadan ia sudah mencapai targetnya. Ia melihat ke belakang ketika waktu itu mencapai
targetnya dan membandingkannya di tahun ini. Nadira coba merenungi apakah karena kualitas iman
yang ia miliki berkurang karena banyaknya kegiatan yang ia lakukan di kampus atau ada hal lain yang
mengganggunya.

Selanjutnya, di sela-sela mendengarkan ceramah yang kadang susah dipahami tetapi kita menikmati itu
dengan penuh kehangatan, dilanjut dengan tadarus alquran bersama teman-teman musola sambil
memakan hidangan dari tim RW 03 yang kebagian jadwal hari itu untuk memberi hidangan ketika waktu
buka puasa dan tadarus alquran di malam harinya.

Ibadah di bulan Ramadhan akan melahirkan manusia paripurna yang membuat jiwanya kuat untuk
mengendalikan hawa nafsunya akan tetapi berbeda dengan yang pernah saya melihat dan saya rasakan.
Ada banyak orang yang mengakui diri nya islam tapi ia berbuka di siang hari dan banyak yang
melakukan itu secara sengaja. padahal sudah jelas bulan ramadhan ini harus dijadikan momentum untuk
beribadah secara optimal agar hamba Allah memiliki kedalaman mata hati (basyirah) sehingga bisa
beribadah secara istiqamah baik ibadah Sahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah. Jika hamba Allah
mampu menjalankan ibadah seperti ini, sungguh Lailatul qadar akan menunggu. Betapa bahagianya.

Kebanyakan masyarakat ketika waktu malam digunakan untuk berleha-leha dan bersantai dengan
keluarga di rumah. Jarang sekali, orang-orang memilih kegiatan tadarus di masjid atau musola dekat
rumah. Sudah merasa sangat Lelah jika melakukan aktivitas di luar kebiasaan kita. Seperti tadarus dan
menghafal alquran.

Sempat terbesit perasaan sedih dengan suasana musola yang semakin hari semakin sepi dalam
kegiatannya. Makin terlihat seleksi alam terjadi di musola ketika menuju penghujung bulan Ramadan.
Lantas, temanku nadira akan segera menyadari jika ia sudah jauh dari target ramadannya. Yang ia
pernah ceritakan kepadaku tentang target dia ketika memasuki bulan Ramadan ingin menghatamkan
alquran sebanyak dua kali.
Allah memberikan cobaan seperti itu tidaklah sia-sia. Akan selalu ada hikmah dibalik cobaan yang telah
Allah berikan. Salah satunya adalah ketika kita sibuk beraktivitas di perkuliahan sehingga tidak sempat
mengingat targetnya. Dengan adanya cobaan seperti ini, banyak evaluasi yang harus dilakukan.

dan datang di malam laliatul qadar suatu malam yang ibadah di dalamnya memiliki keutamaan lebih
daripada ibadah 1000 bulan. Pada malam hari itu malaikat (Jibril) dengan seijin Allah mengatur setiap
perkara.

Demikian juga Allah akan memandang umatnya dengan pandangan penuh rahmat/penuh kasih sayang,
dan telah memaafkan serta mengampuni dosa-dosa umat yang beribadah dengan sungguh-sungguh.

Dan akhirnya saya mengajak teman saya yang waktu di bulan suci ramadhan banyak berbuat dosa untuk
melakukan salat meminta perampunan kepada allah swt atas kesalahan yang ia perbuat di bulan suci
yang sedikit lagi sampai di penghujung.

Anda mungkin juga menyukai