DISUSUN OLEH Nama : Aprilian nucke Rifky pramudya NIM : 2205007
PRODI D III KEPERAWATAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG 2023 MATERI KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH Fisiologi Pengaturan Suhu tubuh Pekerja Secara homeostasis manusia mempertahankan suhu tubuh pada tingkat optimal untuk kelangsungan metabolisme sel. Peningkatan suhu tubuh sed ikit saja dapat menimbulkan gangguan fungsi syaraf dan kerusakan protein yang tetap. Suhu i nti di dalam tubuh , termasuk dalam organ-organ abdomen dan thoraks, sistem syaraf pusat d an otot rangka umumnya relatif konstan 37,8o C. Suhu inti ini yang dianggap sebagai suhu tu buh dan menjadi subyek agar selalu diatur stabil. Berbeda dengan suhu di dalam yang konsta n, suhu di lapisan luar tubuh, misalnya kulit, umumnya lebih dingin dan dapat berubah-ubah. Suhu kulit secara sengaja diubah-ubah untuk memonitor pertahanan tubuh agar suhu dalam te tap konstan. Nilai yang konstan ini terjadi karena adanya mekanisme termoregularik yang dik oordinasikan oleh hipotalamus. 2, Suhu tubuh diatur tetap stabil, seimbang antara panas yang masuk dan panas yang keluar. Panas masuk melalui penambahan panas dari lingkungan ekste rnal dan produksi panas internal yang berasal dari aktivitas metabolik. Untuk mempertahanka n suhu tubuh dalam batas sempit walaupun terjadi perubahan produksi panas metabolik dan p erubahan suhu lingkungan, harus terjadi penyesuaian kompensatorik dalam mekanisme pena mbahan dan pengurangan panas. Pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalu i radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Berkeringat adalah suatu proses evaporasi aktif dibawah kontrol saraf simpatis. Kecepatan pengurangan panas evaporatif dapat disesuaikan melalui proses berkeringat (merupakan mekanisme homeostatik penting) untuk mengurangi k elebihan panas sesuai kebutuhan. 2 Pada kenyataannya saat suhu lingkungan melebihi suhu k ulit, maka berkeringat adalah satu-satunya cara untuk mengurangi panas karena pada keadaan ini tubuh mendapat panas melalui radiasi dan konduksi. Perlu diketahui keringat adalah laruta n garam encer yang secara aktif dikeluarkan ke permukaan kulit oleh kelenjar-kelenjar kering at di seluruh permukaan tubuh. Tujuannya agar panas dapat keluar dari tubuh melalui keringa t yanng menguap dari kulit. Jika keringat hanya menetes dari permukaan kulit atau diseka, ma ka tidak akan terjadi pengurangan panas. 2 Pada kondisi pajanan panas, bagian anterior hipot alamus mengurangi produksi panas dengan menurunkan aktivitas otot rangka dan mendorong pengeluaran panas dengan adanya vasodilatasi kulit. Apabila vasodilatasi kulit maksimum ga gal mengurangi kelebihan panas tubuh, mekanisme berkeringat diaktifkan sehingga panas da pat terus dikeluarkan melalui proses evaporasi. Pada kenyataannya, bila suhu udara meningka t diatas suhu kulit dengan vasodilatasi maksimum, gradien suhu berbalik sendiri, sehingga tub uh memperoleh panas dari lingkungan. Pada keadaan ini, berkeringat adalah satu-satunya car a tubuh untuk mengurangi panas. Respon-respon vasomotor kulit ini di koordinasi oleh hipot alamus melalui keluaran sistem saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis ke pembuluh k ulit menghasilkan vasokonstriksi sebagai respon terhadap pajanan dingin, sedangkan penurun an aktifitas simpatis menimbulkan vasodilatasi pembuluh kulit sebagai respon terhadap pajan an panas. 2 Seperti tampak dalam gambar 1. Dengan adanya mekanisme pengaturan seperti ini, suhu tubuh dapat dipertahankan hampir m enetap walau suhu di lingkungan berubah-ubah. Panas yang dihasilkan oleh metabolisme tub uh juga dipengaruhi oleh keadaan suhu sekitar, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan ger akan udara dan suhu radiasi, yang semuanya disebut dengan nama cuaca kerja. Apabila cuaca kerja dipadu dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh disebut dengan nama tek anan panas lingkungan kerja. Suhu udara, kelembaban udara, panas radiasi dan kecepatan ger akan udara disebut dengan nama climatic factor. Sedangkan panas metabolisime, pakaian kerj a dan tingkat aklimatisasi disebut dengan nama non-climatic factor. Untuk menentukan besarnya tekanan panas digunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah Basal dan Bola) atau disebut dengan WBGT (Wet Globe Temperatur Indeks). Indeks ini dire komendasikan oleh ‘American Industrial Hygienist’ untuk nilai limit paparan panas pekerja y ang bekerja pada lingkungan kerja panas. 7,8,9,10,11,12 Indeks ini disusun berdasarkan wakt u kerja dan waktu istirahat. Untuk keamanan pekerja agar suhu sentral tubuh pekerja tidak me ningkat lebih dari 38°C, indeks ini perlu disesuaikan dengan beban kerja pekerja yang bersan gkutan. 7,8, 11,12 Rumus dari ISBB adalah sebagai berikut: 1. Untuk pekerjaan di dalam rua ngan tanpa panas radiasi matahari) ISBB = 0.7tba + 0.3tg 2. Untuk pekerjaan di luar ruangan dengan panas radiasi ISBB = 0.7tba+0.2tg+0.1ts tba = suhu basah alami tg = suhu globe (suh u radiasi) ts = suhu kering (termometer kering) Nilai Ambang Batas iklim kerja yang menggu nakan parameter ISBB dapat dilihat pada tabel sebagai berikut • Akibat Terjadinya Masalah Suhu Salah satu masalah suhu tubuh jika tidak Tubuh ditangani dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan erektrolit dan biasa menyebabkan kejang. Jika terjadi kejang yang berulang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak yang menyebabkan ganguan tingkah laku, serta pada dehidrasi yang berat dapat menyebabkan syok dan bisa berakibat fatal yaitu berujung kematian (Wijayahadi, 2011). Biasanya pada suhu tubuh yang tinggi akan melakukan pendinginan melalui pengeluaran keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara diatas 35oC dan dengan kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif ketika kelembaban udara yang tinggi, keringat tidak akan menguap dengan cepat (Puji, 2018).
• Penanganan Suhu Tubuh Yang Efektifitas penurunan suhu tubuh antara
Meningkat kompres hangat dan WTS pada anak usia 6 bulan-3 tahun dengan demam di Puskesmas Kartasura Sukoharjo menyimpulkan bahwa lebih efektif kompres WTS dalam menurunkan suhu tubuh anak demam, dibandingkan dengan metode kompres hangat. Kompres hangat mengalami penurunan suhu mulai dari 0.1oC – 0.3oC dan untuk WTS penurunan suhu berkisar antara 0.3oC – 0.6oC.WTS merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar. Pemberian Water Tepid Sponge juga akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar sehingga mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, 2015).