Nama Kelompok
D3 MANAJEMEN PERUSAHAAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN
2022/2023
1. PERENCANAAN STRATEGIS RITEL
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan perusahaan, membuat strategi
untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktifitas kerja perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan tak
akan dapat berjalan.
Perencanaan bisnis ritel melibatkan penggunaan strategi berbasis data yang
disesuaikan untuk tidak hanya memenuhi permintaan konsumen, tetapi juga
mengoptimalkan dan memaksimalkan (Return on Investmen) ROI Anda.
Perencanaan strategis (strategic planning) adalah “proses pemilihan tujuan-
tujuan organisasi; penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-program strategik
yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut; dan penetapan metoda-metoda yang
diperlukan untuk menjaga bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan”.
Strategis pemasaran ritel adalah pernyataan yang menjelaskan tentang beberapa
hal berikut ini:
a. Target Pasar Ritel
Dimana pengertian target pasar adalah segmen pasar yang menjadi fokus bisnis
riteldalam penyusunan rencana sumber daya, usaha dan bauran ritelnya. Segmen
atau kelompok pelanggan tersebut harus sudah di identifikasikan dengan jelas,
sehingga kebutuhan dan keinginannya dapat dipahami dan disesuaikan dengan
sumber daya yangdimiliki maupun yang harus disiapkan oleh peritel
b. Format Ritel
Format ritel akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan target pasar,
menggambarkan karakteristik operasi dari bisnis ritel (jenis barang dan jasa, harga,
iklan dan promosi,desain toko yang khas, lokasi) untuk memenuhi kebutuhan target
pasarnya.
c. Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage)
Yaitu keunggulan pengecer yang tidak mudah ditiru oleh pesaing dan dapat
dipertahankan selama jangka waktu yang Panjang.
2. Harga (Price)
Keputusan penetapan harga semakin peting karena pelanggan saat ini
cenderung mencari nilai barang (value) ketika mereka membeli barang dagangan atau
jasa. Nilai adalah hubungan antara apa yang diperoleh pelanggan (barang dan jasa) dan
dan apa yang harus dia bayar untuk mendapatkan manfaat barang tersebut. Seringkali
penetapan harga yang dilakukan oleh ritel skala besar yang menyediakan item barang
dagangan sampai puluhan ribu merupakan hal yang biasa, sedangkan bagi ritel yang
baru memulai usaha dan belum memiliki sistem ataupun tenaga trampil dalam
menetapkan harga, maka satu-satunya langkah yang dapat dilakukan adalah
membenahi dan membangun sistem pengadaan barang dagangan yang baik dengan
tidak meninggalkan keinginan untuk membangun relasi yang baik dan saling
menguntungkan dengan pihak pemasok dan didukung pula oleh keberadaan sistem
informasi yang handal dan canggih.
Beberapa hal yang terkait dengan harga dapat dirinci sebagai berikut:
a. “Value”/Nilai berkaitan dengan persepsi konsumen tentang harga yang ditawarkan
dibandingkan dengan persaingan yang ada di bisnis tersebut
b. Kualitas mengacu kepada hubungan antara harga dengan kualitas dan posisi
pengecer tersebut di pasar
c. Tingkat harga berhubungan dengan rentangan harga yang diberikan yang
mempengaruhi kemasan barang yang dijual. Tingkat harga ini juga mencakup harga
yang ditetapkan untuk menarik target market yang ada.
Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang berlainan
yaitu:
• Penetapan harga rendah tiap hari (=EDLP; everyday low pricing) yang
menekankan kontinyuitas harga ritel pada level antara harga non-obral reguler
dan harga obral diskon besar pesaing ritel (tak selalu berarti termurah).
• High atau low pricing (HLP), di mana ritel menawarkan harga yang kadang
kadang diatas EDLP pesaing, dengan memakai iklan untuk mempromosikan
obral dalam frekuensi yang cukup tinggi.
Penetapan strategi harga rendah, harga biasa atau biasa disebut dengan at par
(sama dengan harga rata-rata pasar) maupun harga tinggi, berkaitan erat dengan faktor-
faktor merchandise (yaitu ragam, fitur maupun nilai barang dagangan), lokasi, atmosfer
maupun layanan yang disediakan oleh ritel. Barang dagangan (merchandise) yang
tergolong kelas rata-rata dan dijual di lokasi biasa akan dijual dengan harga yang
umum. Sedangkan produk-produk yang bersifat eksklusif yang unik biasanya dijual di
lokasi yang strategis dengan sedikit pesaing biasanya akan dijual dengan harga yang
relatif tinggi. Sebaliknya produk yang sangat populer dan banyak dibuat orang sehingga
tersebar hingga ke pelosok akan dijual dengan harga yang lebih rendah daripada harga
pasar atau harga umum.
3. Orang (People)
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat menjadi dasar untuk mendapatkan
keuntungan yang kompetitif, dengan tiga alasan sebagai berikut :
a. Perhitungan biaya tenaga kerja termasuk sebagai salah satu komponen dalam biaya
total ritel. Oleh karena itu, mengelola karyawan yang efektif dapat menghasilkan
keuntungan dalam penghematan biaya total ritel.
b. Pengalaman yang dimiliki kebanyakan pelanggan terhadap ritel, bisa ditentukan
dari aktivitas karyawan yang menseleksi barang dagangan atau merchandise,
menyediakan informasi dan bantuan, dan ketrampilan dalam memajang stok barang
dagangan (stock merchandise) di rak pajang. Oleh karena itu, karyawan menjadi
fungsi utama dalam membedakan apa yang ditawarkan ritel terhadap apa yang
ditawarkan oleh ritel pesaing.
c. Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang baik akan mewujudkan kinerja
operasional karyawan ritel yang baik pula dan dapat mewujudkan keuntungan
potensial bagi ritel. Keuntungan potensial tersebut sulit atau bahkan tidak dapat
ditiru oleh pesaing.
Contoh, tiap eksekutif departemen toko memahami tentang pentingnya penyediaan
layanan bagi pelanggan yang dilakukan oleh karyawan dalam menyambut
pelanggan secara outstanding (karyawan berdiri di luar toko), namun tiap eksekutif
tidak mungkin secara terus menerus melakukan pengawasan agar standar pelayanan
ini konsisten dilaksanakan. Hal ini akan sangat tergantung pada komitmen masing-
masing pekerja ritel dan sangat berorientasi pada budaya perusahaan tersebut.
4. Promosi (Promotion)
Bisnis ritel berkaitan dengan pemasaran barang-barang (atau jasa) yang
dibutuhkan perorangan dan rumah tangga. Pembahasan mengenai konsumen berarti
berbicara tentang pikiran dan emosi mereka. Dengan demikian image atau citra
perusahaan ritel yang ingin diciptakan dapat berwujud dalam bentuk; image secara
umum, atribut merchandise (..menyajikan produk lengkap dan bermutu), atribut
harga(..dengan harga murah/wajar..), atribut fisik (…digerai yang ditata secara nyaman
di lokasi prima…), customer service (…pramuniaga-pramuniaga yang sopan dan
terlatih…), perhatian terhadap lingkungan (…akrab dengan lingkungan…). Jika
digabungkan image secara lengkap akan berbunyi” sebagai 3 besar peritel nasional
yang menyajikan produk lengkap dan bermutu dengan harga wajar di gerai yang ditata
secara nyaman di lokasi prima dengan pelayanan prauniaga yang sopan dan terlatih dan
akarb dengan lingkungan.
Image akan dibangun dengan program promosi. Program promosi yang lengkap
disebut sebagai bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas iklan, sales
promotion, public relation(& publisitas) dan personal selling.
Bauran ritel yang terdiri dari elemen Place, People, Product, Price, Promotion
merupakan hal yang sangat substantial dalam mengembangkan strategi dalam bisnis
ritel. Kesalahan dalam penetapan salah satu elemen tersebut akan berimplikasi terhadap
elemen yang lain, untuk itu menjadi tugas utama top level manajemen dalam bisnis ritel
utnuk selalau konsern pada semua elemen retail mix tersebut.
3. PERENCANAAN RETAIL
Perencanaan retail merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan retail untuk
mengatur strategi dan kegiatan bisnisnya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan ini meliputi berbagai aspek seperti pengembangan produk, penjualan,
pemasaran, dan pengelolaan stok.
Proses perencanaan retail dimulai dengan melakukan analisis pasar untuk memahami
kondisi pasar dan persaingan yang terjadi. Kemudian, perusahaan retail melakukan analisis
data penjualan untuk menganalisis kinerja bisnis pada periode sebelumnya dan
mengidentifikasi tren dan pola pembelian yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
bisnis.
Selanjutnya, perusahaan retail melakukan perencanaan produksi dan pengadaan barang
untuk memastikan stok barang yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan pelanggan di masa
depan. Perusahaan juga melakukan pengaturan stok yang efisien untuk menghindari
kelebihan atau kekurangan stok.
Selain itu, perusahaan retail juga melakukan perencanaan pemasaran untuk
mempromosikan produknya kepada konsumen. Perencanaan pemasaran meliputi
pengembangan kampanye pemasaran, iklan, dan promosi.
Perusahaan retail juga melakukan analisis biaya untuk mengelola biaya produksi, biaya
distribusi, dan biaya pemasaran dengan efisien. Dengan menganalisis biaya secara teliti,
perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan.
Sumber untuk melakukan perencanaan retail dapat bervariasi tergantung pada
perusahaan dan industri yang bersangkutan. Beberapa sumber yang dapat digunakan antara
lain:
a. Data Penjualan: Data penjualan dapat digunakan untuk menganalisis kinerja bisnis pada
periode sebelumnya dan mengidentifikasi tren dan pola pembelian yang dapat
digunakan sebagai dasar perencanaan bisnis.
b. Analisis Pasar: Melakukan analisis pasar dapat membantu perusahaan retail dalam
memahami kondisi pasar dan persaingan yang terjadi. Analisis pasar dapat meliputi
survei, riset, dan analisis data untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
c. Analisis Persediaan: Perusahaan retail perlu melakukan analisis persediaan untuk
mengetahui stok yang tersedia dan mengantisipasi kebutuhan pelanggan di masa depan.
Analisis persediaan meliputi perencanaan produksi, pengadaan barang, dan pengaturan
stok.
d. Analisis Biaya: Analisis biaya meliputi perencanaan dan pengelolaan biaya produksi,
biaya distribusi, dan biaya pemasaran. Dengan menganalisis biaya secara teliti,
perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan.
e. Analisis Risiko: Perusahaan retail juga perlu melakukan analisis risiko untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bisnisnya, seperti risiko
persediaan, risiko pemasaran, dan risiko keuangan.
Sumber-sumber di atas dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti laporan keuangan,
data penjualan, survei pasar, dan analisis data industri. Selain itu, perusahaan dapat juga
menggunakan.
Terakhir, perusahaan retail juga melakukan analisis risiko untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bisnisnya, seperti risiko persediaan, risiko
pemasaran, dan risiko keuangan.
Secara keseluruhan, perencanaan retail menjadi sangat penting untuk membantu
perusahaan retail mencapai tujuan bisnisnya dengan efisien dan efektif.
9. STRATEGI-STRATEGI PERTUMBUHAN
Empat tipe kesempatan-kesempatan pertumbuhan yang diusahakan oleh ritel yaitu:
1. Penembusan Pasar
Pendekatan untuk meningkatkan penembusan pasar meliputi menarik konsumen-
konsumen baru dengan membuka lebih banyak toko di target pasar dan berusaha
membukanya dalam beberapa jam lebih lama bahkan terdapat beberapa ritel seperti
Sinar Supermarket yang menawarkan layanan dengan buka 24 jam nonstop.
2. Perluasan pasar
Perluasan pasar dilakukan melalui menambah varian produk yang berbeda dalam satu
toko. Misalnya toko perlengkapan bayi yang semula hanya menjual perlengkapan
balita, kemudian menambah variasi produk perlengkapan wanita dewasa.
3. Pengembangan Format Ritel
Kesempatan pengembangan format ritel meliputi penawaran format ritel baru, format
dengan gabungan ritel yang berbeda pada target pasar yang sama, contohnya Gramedia.
Ritel yang berdasar pada toko buku khusus, menggunakan kesempatan pengembangan
format saat toko mulai menjual buku-buku pada target pasarnya sekarang melalui
Internet.
4. Diversifikasi entang edisi ini
Diversifikasi mengembangkan penjualan produk yang tidak terkait dengan produk saat
ini, misalnya ketika perusahaan ketika perusahaan toko mainan anak, dalam rangka
diversifikasi membuat toko perlengkapan outdoor.
5. Penyatuan Vertikal
Penyatuan vertikal adalah diversifikasi yang dilakukan ritel dalam penjualan atau
produksi. Salah satu contoh penyatuan vertikal adalah ketika perusahaan distributor
membeli pabrik/perusahaan yang berproduksi.