Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NADYA SEPTYA MENTARI E.

KADIR

NIM : 1011420106

KELAS : I SEMESTER 4

MATA KULIAH : HUKUM PERTAMBANGAN

Kelegalan Terhadap Tambang Emas Ilegal


Segera Lakukan
Mandailing Natal!

Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut) menahan tiga orang tersangka kasus
tambang emas ilegal yang longsor dan menyebabkan 12 orang tewas di Mandailing Natal.
Ketiga tersangka itu berperan sebagai pemodal, penampung dan pemilik lahan. "Saat ini
penyidik telah menetapkan tiga tersangka terhadap pemodal, penampung dan pemilik lahan,"
kata Dirkrimum Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja kepada wartawan, Rabu
(18/5/2022).

Ketiga tersangka itu yakni JP sebagai pemilik mesin dompeng, lahan serta pemodal usaha
tambang, serta AP dan AL sebagai penampung butiran emas hasil usaha tambang emas milik
JP. Atas perbuatannya, para pelaku dijerat dengan pasal yang berbeda. Untuk pelaku JP,
dijerat Pasal 158 subs Pasal 161 UU RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Jo Pasal 38 Subs Pasal 39
UU RI Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan atau Pasal 359 KUHP dengan ancaman
hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda paling banyak Rp 100 miliar.

Sementara untuk tersangka AP dan AL dikenakan Pasal 161 UU RI Nomor 3 Tahun 2020
tentang Perubahan Atas UU Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Jo Pasal 38 Subs Pasal 39 UU RI Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan ancaman
hukuman maksimal dua tahun penjara dan denda paling banyak Rp 5 miliar. Selain itu, Tatan
mengatakan sebelum terjadinya kejadian nahas yang menewaskan 12 orang di Desa Limabung,
Kecamatan Lingga Bayu tersebut. Polres Madina juga menangkap tiga orang pelaku terkait
kasus tambang emas ilegal di Desa Simpang Durian, Kecamatan Lingga Bayu.

Ketiganya, yakni AI selaku operator ekskavator, ADA sebagai pengawas dan penanggung jawab
tambang emas ilegal, serta RM selaku pemilik lahan. "Awalnya sebelum kejadian musibah yang
menimpa warga Madina. Polres Madina melakukan penindakan terhadap kegiatan
penambangan secara ilegal atau tanpa izin," sebut Tatan. "Jadi, tanggal 26 April, dari
Satreskrim Madina melakukan penindakan terhadap pertambangan tanpa izin, saksi yang
diperiksa ada tiga orang kemudian tersangka ada tiga orang," ujar Tatan.

Selain para tersangka, petugas menyita sejumlah barang bukti seperti ekskavator serta alat
dulang yang digunakan untuk menambang emas. Atas perbuatannya, para pelaku dijerat Pasal
158 UU RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas UU RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara Jo Pasal 55 KUHP Jo Pasal 56 KUHP dengan ancaman
hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda paling banyak Rp 100 miliar. Sebelumnya, 12
orang yang merupakan penambang emas di Madina, Sumut, meninggal dunia akibat tertimbun.
Mereka tertimbun akibat longsor di lubang lokasi mereka menambang.

Sumber : https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6084228/tersangka-kasus-
tambang-yang-menyebabkan-12-orang-tewas-ditangkap

1|Hukum Pertambangan
Analisis :

Dalam kasus kali ini menyebut ada dua laporan terhadap para tersangka. Laporan
pertama tentang pertambangan tanpa izin berdasarkan laporan polisi nomor
LP/A/37/IV/2021/SPKT/Polres Madina/ Polda Sumut. Berdasarkan perbuatannya pelaku
dijerat Pasal 158 UU RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan UU Nomor 4 Tahun
2009 yang berbunyi Setiap orang yang melakukan Penambangan tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Sementara untuk laporan kedua tentang kelalaian sehingga menyebabkan orang lain
mati berdasarkan laporan polisi nomor LP/A/01//IV/2022/SPKT unit Reskrim/Polsek
Lingga Bayu/Polres Madina/Polda Sumut. Berdasarkan perbuatannya pelaku JP dijerat
Pasal 158 yang berbunyi Setiap orang yang melakukan Penambangan tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
Subs Pasal 161 UU RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas UU Nomor 4
Tahun 2009 yang berbunyi Setiap orang yang menampung, memanfaatkan, melakukan
Pengolahan dan/atau Pemurnian, Pengembangan dan/atau Pemanfaatan,
Pengangkutan, Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang tidak berasal dari pemegang
IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c
dan huruf g, Pasal 104, atau Pasal 105 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) jo
Pasal Subs Pasal 39 UU RI Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja yang dengan
pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda Rp 5 miliar dan Pasal 359 KUHPidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda Rp100 miliar.
Sedangkan untuk tersangka AP dan AL dikenakan Pasal 161 UU RI Nomor 3 tahun
2020 tentang perubahan UU RI nomor 4 tahun 2009 jo yang berbunyi Setiap orang
yang menampung, memanfaatkan, melakukan Pengolahan dan/atau Pemurnian,
Pengembangan dan/atau Pemanfaatan, Pengangkutan, Penjualan Mineral dan/atau
Batubara yang tidak berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g, Pasal 104, atau
Pasal 105 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), Pasal 38 Subs Pasal 39 UU RI
nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja dengan pidana penjara paling lama 2 tahun
dan denda Rp 5 miliar. 

Solusi :

Dari analisis kasus yang saya lakukan diatas, saya dapat mengambil dan
menyimpulkan beberapa solusi dari kasus diatas sebagaimana yang di cantumkan
dibawah ini

1. Pemilik lahan pertambangan harus melakukan segala bentuk perizinan AMDAL,


WPR,dan IPR agar tambang tersebut dapat dilegalkan.
2. Pihak ketenagakerjaan harus melakukan pengawasan secara rutin terhadap
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan dengan
melaksanakan uji dan pemeliharaan kelayakan di tiap pertambangan dan
berkerja sama dengan pihak yang diberikan kewenangan.
3. Perusahan memberikan jaminan kepada setiap tenaga kerja yang ada
dilingkungan perusahaan tersebut seperti jaminan K3 (kesehatan serta
keselamatan kerja) dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan lain
sebagainya.

2|Hukum Pertambangan

Anda mungkin juga menyukai