Anda di halaman 1dari 2

TUGAS INDIVIDU HUKUM ADAT

Nadya Septya Mentari E. Kadir

1011420106

Kelas I – Semester 4

Jurusan Ilmu Hukum

1. Magis Religius (Magisch – Religieus)


Diartikan sebagai Pola pikir dengan dasar religiusitas/keyakinan tentang sesuatu yang
sakral. Dulunya masyarakat adat itu belum mengenal agama dan sifat religius ini diwujudkan
dalam bentuk tidak logis, animisme (benda-benda itu berjiwa (berhala)) dan percaya hal gaib
(benda-benda itu bergerak/dinamisme ).
Contoh Corak Hukum Adat adalah Dolmen. Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan
sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang . Di bawah dolmen biasanya sering
ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di
Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar
145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak
menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk
meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki
mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini menunjukan kalau
masyarakat pada masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan antara yang sudah meninggal
dengan yang masih hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi hubungan yang baik akan
menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah pihak.

2. Komunal/Masyarakat

Merupakan hubungan antar anggota masyarakat didasarkan oleh rasa kekeluarga,


kebersamaan, tolong menolong, gotong royong. Dalam sifat ini mempercayai bahwa kepentingan
atau kebutuhan individu itu tidak lepas dari masyarakat, karna merupakan bagian integral dari
masyarakat secara keseluruhan.
Contoh Corak Hukum Adat adalah pada suku bangsa jawa terdapat pepatah adat yang
dengan tepat menggambarkan corak komunal yaitu: dudu sanak dudu kadang, ning yen mati melu
kelangan (bukan anggota keluarga bukan saudara sekandung, tetapi kalau ia meninggal merasa
turut kehilangan)

3. Demokrasi

Hukum adat mengutamakan adanya musyawarah dan mufakat, di dalam keluarga, di


dalam hubungan kekerabatan, dan ketetanggaan, baik untuk memulai suatu pekerjaan maupun
dalam mengakhiri pekerjaan, apalagi yang bersifat “peradilan”. Dalam menyelesaikan
perselisihan antara yang satu dengan yang lain. Di dalam penyelesaian perselisihan selalu
diutamakan jalan penyelesaian secara rukun dan damai dengan musyawarah dan mufakat, dengan
saling memaafkan, tidaklah tergopoh-gopoh begitu saja langsung menyampaikan ke pengadilan
negara. Jalan penyelesaian damai itu membutuhkan adanya I’tikad baik dari para pihak dan
adanya semangat yang adil dan bijaksana dari orang yang dipercayakan sebagai penengah atau
semangat dari Majelis Permusyawaratan Adat.

4. Kontan/tunai

Maknanya segala perbuatan itu selalu diikuti suasana yang serba konkret. Terutama
dalam pemenuhan prestasi, dalam arti segala prestasi itu selalu diiringi dengan kontra prestasi.
prestasi dan kontra prestasi itu selalu dilakukan secara bersama-sama disaat itu juga.

Contoh Hukum Adat adalah Perjanjian jual beli didalam masyarakat hukum adat
biasanya dalam jual beli mempunyai sifat kontan (tunai) dan percaya yang kuat. Kontan
(tunai) adalah suatu bentuk prestasi yang dilakukan sekaligus bersama-sama pada waktu itu
juga. Sifat percaya yang kuat yaitu saling percaya satu sama lain, antara pembeli dan
penjual dalam proses jual beli,sehingga didalam proses tersebut, mereka tidak membuat
bukti tertulis karena mereka sudah saling percaya.

5. Konkret

Artinya keterlihatan, nyata, jelas, berwujud dan sebagainya, Artinya hubungan hukum adat
yang ada dimasyarakat itu dilakukan dengan secara terbuka dan tidak tersembunyi.

Contoh Corak Hukum Adat adalah pemberian pening set (jawa) atau penyangcang (Sunda)
merupakan penegasan dari telah terjadinya pertunangan, pemberian panjar pada transaksi jual beli
merupakan penegasan adanya kehendak pemberian yang dalam waktu dekat akan dilakukan.
Disamping coraknya yang berbeda, hukum adat juga mempunyai sifat-sifat yang berbeda pula
dengan hukum barat, karena adanya perbedaan alam pikiran dan corak yang mendasari hukum
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai