Anda di halaman 1dari 14

MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

MATA KULIAH
ILMU SOSIAL / BUDAYA DASAR
Disusun Oleh :
Hana Lumban Gaol ( BBA 116 109 )
Meysi Enjelina Sembiring ( BBA 116 112 )
Kristina Maysie ( BBA 116 117 )
Saryati ( BBA 116 121 )
Ria Wulandari ( BBA 116 133 )
Krisman Jayadi ( BBA 116 160 )
Andre Deardo Sigiro ( BBA 116 165 )
Ella Puspita Sari ( BBA 116 166 )
PENGERTIAN MANUSIA, NILAI,
MORAL DAN HUKUM

Pengertian Manusia
Pengertian Nilai

Pengertian Moral

Pengertian Hukum
PENGERTIAN MANUSIA

Dari segi fisiologis

Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan dianugerahi-Nya
akal, hati, dan fisik. Yang membedakan antara manusia dengan hewan adalah akal.
Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan, tetapi yang
membedakannya adalah akal.
PENGERTIAN NILAI

Dari sudut pandang filsafat, istilah nilai atau value didalam bidang filsafat dipakai
untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhagaan (worth), atau
kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu
dalam menilai atau melakukan penilaian.
PENGERTIAN MORAL

Pengertian Moral (Bahasa Latin Moralitas) berdasarkan Wikipedia Ensiklopedia


Bebas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya
dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Selain itu moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari
mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral
diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang
umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang
wajar. Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang
dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral
adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
PENGERTIAN HUKUM
Purnadi Porbacaraka dan Soekanto mengatakan ada sembilan arti hukum, yaitu :
Ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.

Disiplin, yakni suatu ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.

Norma, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau peri-kelakuan yang pantas

atau diharapkan.
Tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat norma-norma hukum yang

berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
Petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat

dengan penegakan hukum (laeenforcement officer).


Keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi (kebebasan mengambil keputusan

sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi).


Proses pemerintahan, yakni proses hubungan timbal balik antar unsur-unsur pokok

dari sistem kenegaraan.


Sikap, tindak ejek atau peri-kelakuan yang teratur yakni peri-kelakuan yang

diulang-ulang dengan cara yang sama yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
Jalinan nilai-nilai , yakni jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang

dianggap baik dan buruk.


Dalam kehidupan manusia antara nilai, moral dan hukum adalah satu keterkaitan
yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan persoalan kehidupan manusia terjadi ketika tidak
ada lagi peran nilai, moral dan hukum dalam kehidupan. Nilai-nilai menjadi landasan
sangat penting yang mengatur semua perilaku manusia. Nilai menjadi sumber
kekuatan dalam menegakkan suatu ketertiban dan keteraturan sosial. Karena itulah,
moral sebagai landasan perilaku manusia yang menjadikan kehidupan berjalan dalam
norma-norma kehidupan yang humanis-religius. Kekuatan hukum menjadi kontrol
dalam mengatur keadilan akan hak dan kewajiban setiap manusia dalam menjalankan
peran-peran penting bagi kehidupan manusia. Peran nilai, moral maupun hukum
menjadi bagian penting bagi proses pembentukan karakter suatu bangsa.
KASUS / KONFLIK SAMPIT

PENYEBAB

DAMPAK
KASUS / KONFLIK SAMPIT

Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal


pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota
Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota
Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura
dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga
Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. [2] Konflik Sampit mengakibatkan lebih
dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat
tinggal.[3] Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku
Dayak.[4]
PENYEBAB

Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi
beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir
terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban
tewas.[5] Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah
program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan
dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21%
populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan
yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah
memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri
komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. [3]
Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi
mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak.
Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan
kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di
permukiman Madura.[5]
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian
oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota
mereka diserang. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa
dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa
Kerengpangi pada 17 Desember 2000. Versi lain mengklaim bahwa konflik ini
berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.

Perilaku yang tidak menyenangkan Bagi suku Dayak, mencuri barang orang
lain dalam jumlah besar adalah tabu karena menurut mereka barang dan
pemiliknya telah menyatu; ibarat jiwa dan badan. Bila dilanggar, pemilik barang
akan sakit. Bahkan, bisa meninggal. Sementara orang madura sering kali terlibat
pencurian dengan korbannya dari suku dayak. Pencurian yang dilakukan inilah
yang menjadi pemicu pecahnya perang antara suku dayak dan madura.
DAMPAK

Dampak Positif Dampak Negatif


Membangun kesatuan antar Hilangnya harta benda bahkan

kelompok sehingga lebih solid lagi. banyak korban jiwa.


Mendorong masyarakat untuk Retaknya hubungan antar suku.

kembali mengkoreksi diri, atas Menghambat kerjasama.


konflik yang terjadi agar kejadian Kesenjangan sosial.
seperti ini lagi tidak akan pernah
terjadi lagi.
KESIMPULAN

Salah satu yang menjadi penyebab kasus ini menurut kami adalah kurangnya
pengetahuan tentang nilai kemanusiaan, tentang HAM yang dimiliki oleh setiap
orang. Seharusnya sebagai manusia yang bermoral dan bermartabat tidaklah kedua
suku tersebut melakukan hal-hal yang mengambil hak-hak orang lain terutama hak
hidup yang dimiliki oleh setiap orang sejak lahirnya ataupun melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan nilai yang mereka anut dan moral yang mereka miliki.
Di dalam konflik ini tidak ada yang dapat disalahkan, walaupun cenderung
madura lah yang salah. Pada intinya didalam konflik ini hanya tidak ada jiwa
pancasilanya. Karena konflik ini tidak akan bisa besar kalau seandainya ada jiwa
pancasila yang mereka miliki sesuai dengan sila-sila dinegara ini. Dilihat dari
kerasnya watak-watak suku dayak dan madura dan tidak ada jiwa kemanusiaannya.
Perbedaan adat istiadat di suatu daerah sangat berbeda-beda, harusnya sebagai
perantau dapat beradaptasi sesuai dengan adat disekitarnya, dan mampu bersosialisasi
dengan suku didaerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai