Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

MANUSIA, NILAI, MORAL, KERAGAMAN DAN


KESETARAAN HUKUM
Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Dosen Pengampu Nur arifuddin, S.Ip., M.Sos


Disusun oleh kelompok 7 :
Airini Kurniasih (PAI) 220016
Marwah (PAI)
Widyawati Husin (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI DA’WAH ISLAM INDONESIA
(STAI-PTDII)
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimushshalihat, segala Puji bagi Allah yang


dengan nikmatNYA segala kebaikan menjadi sempurna. Puji syukur kami
panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan nikamt
iman, islam dan sehat kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang membahas ”Manusia, Nilai,
Norma, Moral, Keragaman dan Kesetaraan Hukum“.

Sholawat serta salam tercurah teruntuk rasulullah salallahu ‘alaihi wa


sallam, keluarga, sahabat, dan ummatnya hingga akhir zaman. Serta tidak lupa
pula kami ucapkan jazakallah khairan katsir dan terima kasih kepada dosen
pengampu matakuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bapak Nur Arifuddin, S.Ip.,
M.Sos yang telah membimbing hingga tugas makalah ini selesai.

Semoga makalah ini dapat menjadi resefensi bagi pembaca dan menambah
pengetahuan serta motivasi kepada para pembaca. Saran dan kritik yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat kami harapkan, karena
kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan didalam penyusunan makalah
ini.

Jakarta, Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia, Nilai, Norma, Moral, Keragaman dan Kesetaraan Hukum.


B. Fungsi Nilai, Norma, Moral dan Hukum dalam Masyarakat.
C. Pengaruh Keragaman terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,
Bernegara, dan Kehidupan Bermasyarakat.
D. Problematika Hukum
E. Diskriminasi dalam Masyarakat yang Beragam.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman manusia, nilai, moral dan kesetaraan merupakan


keniscayaan hidup manusia, termasuk di Indonesia. Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dengan beraneka ragam suku, agama, budaya, bahasa, dan
adat istiadat yang masing-masing daerah memiliki nilai dan norma yang
berbeda. Perbedaan nilai dan norma yang ada di setiap daerah dapat memicu
timbulnya konflik apabila tidak adanya sikap saling toleransi dan menghargai di
tengah masyarakat.
Dalam paham multikulturalisme, kesetaraan sangat dihargai untuk
semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya merupakan
bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-
budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting
sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia.
Manusia meupakan makhluk monodualis yang memiliki cipta, rasa,
dan karsa sehingga dalam tingkah lakunya mampu mempertimbangkan nilai-
nilai yang terkandung dalam keragaman dan kesetaraan. Manusia adalah salah
satu makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai
makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah
Subhanahu Wata’ala bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud

kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa


manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan

akal dan pikiran.


Sebagai khalifah dimuka bumi manusia hendaknya juga dapat
menjaga amanatnya dalam menjaga alam dan isinya. Manusia semestinya
memiliki akhlak dan perilaku yang baik kepada sesama. Nilai merupakan
bagian terpenting bagi manusia dalam hal menyangkut segala sesuatu yang

3
baik atau yang buruk. Begitupun dengan moral, yang merupakan kualitas
perbuatan manusia yang dilakukan baik itu perbuatan benar ataupun salah.
Sedangkan hukum merupakan system peraturan yang teratur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam hal keterkaitannya dengan nilai dan moral.

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman


identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang
dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang
sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak
asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud
dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata
hukum,yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil
mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam
kehidupan nyata termasuk kesetaraan dalam hukum.
 Kesetaraan dalam hukum penting keberadaannya dalam suatu negara,
terutama di Indonesia yang memiliki keragaman. Setiap warga negara di Indonesia
memilki hak untuk mendapatkan kesetaraan hukum. Kesetaraan hukum yang
dimaksud adalah persamaan setiap manusia di mata hukum. Tidak terpengaruh
pada suku, agama, derajat, kekuatan, kekuasaan, dan harta yang dimiliki setiap
individual, melainkan memberi hukuman sesuai dengan apa yang ia lakukan.

Penegakan hukum di Indonesia yang ada saat ini merupakan suatu


pencerminan bahwa negara kita merupakan negara hukum sebagaimana
dijelaskan UUD 1945. hukum yang ada pada saat ini dimaksudkan untuk
melindungi segenap kepentingan individu dan menciptakan keadilan ditengah-
tengah masyarakat guna menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan
sejahtera.
Dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dengan tidak ada kecualinya. Pasal tersebut merupakan penguat tentang apa
yang penulis jelaskan tadi tentang kesetaraan kedudukan hukum bagi seluruh
warga negara Indonesia. Dalam pasal ini, apabila kita cermati lebih dalam

4
maka dapat kita simpulkan bahwa pasal ini merupakan implementasi dari
penerapan Asas equality before the law atau kesetaraan dalam hukum yang
terdapat dalam sistem hukum kita saat ini.
Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap warga negara
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Namun keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia, bagi masyarakat
kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi
masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit untuk
menjeratnya dengan tuntutan hukum.

ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan


hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan
masalah-masalah yang terwujud daripadanya. Memberikan landasan dan
wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif untuk
memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah


yang terkait dengan manusia , nilai, moral, dan hukum yaitu :
1. Manusia , nilai, norma, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Fungsi nilai, norma, moral dan hukum dalam masyarakat.
3. Problematika hukum di Indonesia.
4. Kemajemukan rentan menimbulkan konflikik dalam masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang terkait dengan manusia , nilai,


moral, dan hukum, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

5
1. Hakikat nilai, norma, moral dan hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Hakikat keragaman dan kesetaraan hukum.
3. Problematika Hukum dalam masyarakat
4. Pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat,
bernegara, dan kehidupan Global.
5. Problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan


masalah sebagai berikut:
1. Hakikat nilai, norma, moral dan hukum dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Apa fungsi perwujudan nilai, moral, dan hukum?
3. Apa saja probematika hukum di Indonesia?
4. Apa pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat,
bernegara, dan kehidupan?
5. Apa saja problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam?

E. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui hakikat manusia, nilai, norma, moral, dan hukum.
2. Mengetahui hakikat keragaman dan kesetaraan hokum.
3. Menhetahui Problematika Hukum di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama,
bermasyarakat dan bernegara.
5. Mengetahui problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia, Nilai, Norma, Moral, Keragaman dan Kesetaraan


Hukum
1. Pengertian Manusia
Manussia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya
dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai tersebut berupa etika yang
erat hubungannya dengan moralitas, maupun setetika yang erat
hubungannya dengan keindahan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk di dunia yang dapat berfikir
yang berjalan demikian saja tanpa pengarahan dan pengontrolan yang
sadar. Perbuatan-perbuatan seperti itu merupakan perbuatan manusia,
bukan perbuatan manusiawi.
Manusia dalam pandangan agama adalah makhluk yang memiliki
potensi untuk berkahlak baik (taqwa) atau buruk (fuju). Potensi buuk akan
senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink,
naluriah atau hawa nafsu, seperti naluri makan/ minum, seks, bekuasa dan
rasa aman.

2. Pengertian Nilai
Secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal hal
yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang
dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak pantas, buruk, salah dan
tidak indah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai, apabila mempunyai kegunaan, kebenaran,
kebaikan dan keindahan.

7
Pengertian Nilai Menurut Para Ahli
Selain penjelasan secara umum, para ahli dan pakar memiliki
pendapat yang berbeda-beda dalam menerangkan definisi nilai. Berikut
merupakan pengertian nilai menurut para ahli :
Spranger
Suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan
memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Horrocks
Sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat
keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang
dibutuhkan.
Antony Giddens (1995)
Nilai merupakan suatu gagasan yang dimiliki seseorang maupun kelompok
mengenai apa yang layak, apa yang dikehendaki, serta apa yang baik dan
buruk.
Horton & Hunt (1987)
Definisi nilai adalah suatu gagasan mengenai apakah suatu tindakan itu
penting ataukah tidak penting.
Richard T. Schaefer dan Robert P. Lmm (1998)
Nilai adalah suatu gagasan bersama-sama (kolektif) mengenai apa yang
dianggap penting, baik, layak dan diinginkan, sekaligus mengenai yang
dianggap tidak penting, tidak baik, tidak layak dan tidak diinginkan dalam
hal kebudayaan. Nilai merujuk kepada suatu hal yang dianggap penting
pada kehidupan manusia, baik itu sebagai individu ataupun sebagai
anggota masyarakat.

3. Pengertian Norma
Secara etimologis, kata norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu
“Norm” yang artinya patokan, pokok kaidah, atau pedoman. Namun ada
juga pendapat yang menyebutkan bahwa istilah norma berasal dari bahasa
latin, “Mos” yang artinya kebiasaan, tata kelakuan, atau adat istiadat.

8
Secara umum, norma berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat
tertentu, misalnya etnis atau negara tertentu. Namun, ada juga norma-
norma yang bersifat universal dan berlaku bagi semua manusia.
Norma adalah aturan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi individu atau kelompok masyarakat yang melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat tersebut, maka akan dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, norma memiliki
kekuatan yang bersifat memaksa.

Pengertian Norma Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah pengertian norma menurut para ahli:
Isworo Hadi Wiyono
Norma adalah peraturan atau petunjuk hidup yang memberi ancar-ancar
perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang harus
dihindari untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
E. Ultrecht
Norma adalah semua petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat atau bangsa yang mana peraturan itu diwajibkan untuk ditaati
oleh setiap masyarakat, jika ada yang melanggar maka akan ada tindakan
dari pemerintah.
John J. Macionis
Norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat yang
memandu sebuah perilaku anggota-anggotanya.
Robert Mz. Lawang
Norma adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan baik dan pantas
sehingga sejumlah angggapan yang baik dan perlu dihargai sebagaimana
mestinya.
Soerjono Soekano
Norma adalah suatu perangkat aturan agar hubungan antar manusia di
dalam masyarakat terjalin dengan baik.

9
Antony Giddens
Norma adalah suatu prinsip atau aturan yang konkret, yang seharusnya
diperhatikan oleh masyarakat.

4. Pengertian Moral

Moral dalam pandangan islam identik dengan akhlak yang


merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa dan dorongan keimanan
seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan sehari-
hari. Akhlak yang baik (akhlakul karimah) merupakan pola perilaku yang
berlandaskan pada nilai-nilai Iman, Islam, dan Ihsan yang bersumber dari
Al-qur’an dan hadist.
Sabda Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam :
"orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

1) Secara umum
dapat dikatakan
bahwa akhlak
yang baik pada
dasarnya
2) adalah
akumulasi dari
aqidah dan
10
syariat yang
bersatu secara
utuh dalam diri
3) seseorang.
Apabila aqidah
telah mendorong
pelaksanaan syariat
akan lahir akhlak
4) yang baik, atau
dengan kata lain
akhlak merupakan
perilaku yang
tampak apabila

11
5) syariat Islam
telah dilaksanakan
berdasarkan aqidah.
6) Jadi akhlak yang
baik itu (Akhlaqul
Karimah) ialah pola
perilaku yang
7) dilandaskan pada
nilai-nilai Iman,
Islam dan
Ihsan.Ihsan yang
berarti berbuat
baik.
8) Orang yang
ihsan disebut
12
muhsin berarti
orang yang berbuat
baik. Setiap
perbuatan
9) baik yang
nampak pada sikap
jiwa dan perilaku
yang sesuai atau
dilandaskan kepada
10) aqidah dan
syariah Islam
disebut Ihsan.
Dengan demikian
akhlak dan ihsan
adalah
13
11) dua pranata yang
berada pada suatu
sistem yang lebih
besar yang disebut
akhlaqul
12) karimah.
Dengan kata
lain, akhlak
adalah pranata
perilaku yang
mencerminkan
13) struktur dan pola
perilaku manusia
dalam segala aspek
kehidupan.
14
14) Secara umum
dapat dikatakan
bahwa akhlak
yang baik pada
dasarnya
15) adalah
akumulasi dari
aqidah dan
syariat yang
bersatu secara
utuh dalam diri
16) seseorang.
Apabila aqidah
telah mendorong

15
pelaksanaan syariat
akan lahir akhlak
17) yang baik, atau
dengan kata lain
akhlak merupakan
perilaku yang
tampak apabila
18) syariat Islam
telah dilaksanakan
berdasarkan aqidah.
19) Jadi akhlak yang
baik itu (Akhlaqul
Karimah) ialah pola
perilaku yang

16
20) dilandaskan pada
nilai-nilai Iman,
Islam dan
Ihsan.Ihsan yang
berarti berbuat
baik.
21) Orang yang
ihsan disebut
muhsin berarti
orang yang berbuat
baik. Setiap
perbuatan
22) baik yang
nampak pada sikap
jiwa dan perilaku
17
yang sesuai atau
dilandaskan kepada
23) aqidah dan
syariah Islam
disebut Ihsan.
Dengan demikian
akhlak dan ihsan
adalah
24) dua pranata yang
berada pada suatu
sistem yang lebih
besar yang disebut
akhlaqul
25) karimah.
Dengan kata
18
lain, akhlak
adalah pranata
perilaku yang
mencerminkan
26) struktur dan pola
perilaku manusia
dalam segala aspek
kehidupan.
Secara umum, pengertian moral adalah sesuatu yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi pekerti, dan mental,
yang membentuk karakter dalam diri seseorang sehingga dapat menilai

dengan benar apa yang baik dan buruk.


Moral dalam istilah dipahami juga sebagai :
1) Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk
2) Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah,
3) Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.

Pengertian Moral Menurut Para Ahli


Maria Assumpta
Moral adalah aturan aturan (rule) mengenai sikap (attitude) dan perilaku
manusia (human behavior) sebagai manusia.

19
Russel Swanburg
Moral adalah suatu pernyataan dari pemikiran yang berhubungan dengan
keantusiasan seseorang dalam bekerja dimana hal itu dapat merangsang
perilaku seseorang tersebut.
Elizabeth B. Hurlock
Moral adalah suatu kebiasaan, tata cara, dan adat dari suatu peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dalam
masyarkat.
Maria J. Wantah
Moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan dalam
menentukkan benar atau salah serta baik atau buruknya suatu perilaku
pada diri seseorang.
Imam Sukardi
Moral adalah karakter yang dicirikan sebagai sesuatu yang baik dalam
masyarakat melalui nilai-nilai yang diterapkan bersama.
Istilah akhlak atau moral mengandung integritas dan martabat
pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh
akhlak atau moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung
dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Manusia yang berakhlak adalah manusia yang pola
perilaku yang berlandaskan pada nilai-nilai Iman, Islam, dan Ihsan yang
bersumber dari Al-qur’an dan hadist

5. Pengertian Keragaman
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras,
agama, idelogi, budaya “masyarakat yang manjemuk”. Keragaman dalam

20
masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang
cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.
Keragaman disini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam
masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang,
terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideology, adat
kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan kesedarajatan memiliki
makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perebdaan dan keragaman
yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu
tingkatan hierarki.

Indonesia adalah aktualisasi firman-firman Allah dalam Alquran


terkait kehidupan bersosial dan beragama yang damai. Terkait hal ini,
surat ar-Ruum ayat 22 menyebut:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit


dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu.Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang
mengetahui.”

 Dijelaskan pula dalam surat al-Hujurat ayat 13:

“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

6. Pengertian Kesetaraan

Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan


juga dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan
demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan

21
yan sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah
antara satu sama lain:

a. Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk


Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua
manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang
sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk lain.
b. Dihadapan Tuhan, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan,
atau tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah tingkat
ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Persamaan atau tingkatan manusia ini berimplikasi pada adanya
pengakuan akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi,
kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya
persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap
mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban sebagai sesama manusia. Implikasi selanjutnya adalah
perlunya jaminan akan hak-hak itu agar setiap manusia bisa
merealisasikan serta perlunya merumuskan sejumlah kewajiban-
kewajiban agar semua bisa melaksanakan agar tercipta tertib
kehidupan.

Berkaitan dengan dua konsep di atas, maka dalam keragaman


diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya, meskipun
individu maupun masyarakat adalah beragam dan berbeda-beda, tetapi
mereka memiliki dan diakui akan kedudukan, hak-hak dan kewajiban yang
sama sebagai sesama baik dalam kehidupan pribadi maupun
kemasyarakatan. Terlebih lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
jaminan atau kedudukan, hak  dan kewajiban yang sama dari berbagai
ragam masyarakat di dalamnya amat diperlukan.

22
7. Pengertian Hukum

Dalam kehidupan bermasyarakat, ada peraturan berupa norma dan


sanksi yang dibuat dengan kesepakatan bersama. Hukum dibuat dengan
tujuan mengatur dan menjaga ketertiban, keadilan sehingga kekacauan
bisa terkendali atau dicegah.
Setiap negara memiliki peraturan hukum yang berbeda-beda,
termasuk negara Indonesia. Sesuai dengan pasa 1 ayat 3, Indonesia
merupakan negara hukum dan setiap warga negara Indonesia harus
mematuhi aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hukum di setiap negara merupakan peraturan yang secara adat,
resmi dianggap mengikat dan diresmikan oleh penguasa negara atau
pemerintah. Ada banyak sekali hukum di Indonesia, Undang-Undang,
peraturan pemerintah, keputusan presiden, sampai peraturan daerah.
Jika ada warga negara Indonesia yang tidak mematuhi hukum-
hukum tersebut, maka akan dikenakan sanksi, bisa berupa penjara atau
membayar denda. 
Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan
melalui lembaga sosial atau pemerintah untuk mengatur perilaku
masyarakat. Hukum yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh
legislatif kelompok atau oleh seorang legislator tunggal, yang
menghasilkan undang-undang; oleh eksekutif melalui keputusan dan
peraturan; atau ditetapkan oleh hakim melalui preseden.
Berikut adalah pengertian hukum menurut beberapa ahli:
Aristoteles
Aristoteles membagi hukum menjadi dua, hukum tertentu dan hukum
universal. Hukum tertentu adalah aturan-aturan yang menetapkan dan

23
melarang beberapa tindakan. Hukum universal adalah hukum alam, ia
memiliki aturan dan pengarahannya tersendiri. 

Ernst Utrecht 
Menurutnya, definisi hukum adalah himpunan yang menjadi petunjuk
hidup, berupa perintah atau larangan yang bertujuan mengatur tata tertib di
dalam masyarakat yang harus ditaati oleh masyarakat.
Immanuel Kant
Menurut Immanuel, manusia akan tergerak untuk bertindak di bawah
hukum, dan hal itu merupakan standar otoritatif yang mengikat secara
perasaan.

B. Fungsi Nilai, Norma, Moral dan Hukum dalam Masyarakat


1. Fungsi Nilai
Ada enam fungsi nilai bagi kehidupan manusia, sebagai berikut:
1) Nilai dapat berfungsi sebagai petunjuk arah bagaimana cara berpikir
dan bertindak sesuai norma dan niali yang berlaku, sebagai acuan
dalam menentukan pilihan terhadap peran individu di masyarakat,
serta sebagai pemersatu banyak orang ke dalam kelompok tertentu.
2) Sebagai sarana untuk membantu proses pengembangan diri setiap
individu yang ada di masyarakat.
3) Sebagai pelindung setiap individu yang ada di masayrakat.
4) Sebagai sarana untuk mendorong setiap orang agar melakukan
sesuatu berdasarkan nilai-nilai tertentu.
5) Sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat bagi masyakarat
umum.
6) Sebagai perwujudan seorang individu atau kelompok individu di
dalam masyarkat.

2. Fungsi Norma

24
Secara umum, fungsi dan peranan norma adalah sebagai pedoman atau
acuan bagi setiap individu dalam berperilaku di tengah-tengah kehidupan
bermasyarakat. Selengkapnya, berikut ini adalah beberapa fungsi norma
bagi masyarakat:
 Norma dapat berfungsi sebagai pedoman dan aturan dalam kehidupan
bermasyarakat.
 Norma dapat menciptakan keteraturan dan stabilitas dalam kehidupan
bermasyarakat.
 Norma berfungsi sebagai dasar dalam memberikan sanksi kepada
anggota masyarakat yang melanggar.
 Norma dapat menciptakan keterlibatan dan keadilan dalam
bermasyarakat.
 Norma akan membantu semua lapisan masyarakat dalam mencapai
tujuan bersama.

3. Fungsi Moral

Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk mewujudkan


harkat dan martabat kepribadian manusia melalui pengamalan nilai-nilai
dan norma. Adapun beberapa tujuan dan fungsi moral adalah sebagai
berikut:
1) Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi seseorang
dan kemanusiaan.
2) Untuk memotivasi manusia agar bersikap dan bertindak dengan penuh
kebaikan dan kebajikan yang didasari atas kesadaran kewajiban yang
dilandasi moral.
3) Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar manusia, karena
moral menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.
4) Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani karena
menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa menyesal, konflik
batin, dan perasaan berdosa atau kecewa.

25
5) Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik
sanksi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia
akan penuh pertimbangan sebelum bertindak.
6) Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan kesabaran
dalam bertahan dalam setiap dorongan naluri dan keingingan/ nafsu
yang mengancam harkat dan martabat pribadi.

4. Fungsi Hukum

Masyarakat adalah pelaku, bukan alat atau objek yang mempunyai


kepentingan dan tuntutan yang diharapkan bisa dilaksanakan dengan baik.
Tujuan hukum menurut hukum positif Indonesia termuat dalam
pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “..untuk
membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial”.
Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap
orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus
diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang
berlaku.
Berikut adalah tujuan dari hukum:
1) Kaidah hukum memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan
manusia dari bahaya yang mengancam.
2) Mengatur hubungan antara sesama manusia agar tercipta ketertiban
dan diharapkan bisa mencegah terjadinya konflik di antara manusia.
3) Hukum melindungi kepentingan manusia baik secara individu ataupun
kelompok. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang juga
membutuhkan perlindungan kepentingan agar kepentingannya bisa
terlindungi dari ancaman sekelilingnya.

26
4) Hukum memiliki tujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya untuk semua orang. Tidak hanya memberi nafkah
hidup, tapi juga memberi makan yang berlimpah, perlindungan dan
mencapai kebersamaan.
5) Hukum menjadi sarana untuk memelihara dan menjamin ketertiban. 
Sedangkan fungsi dari hukum yaitu:
1) Sebagai sarana pengendali sosial. sebuah sistem yang menerapkan
aturan-aturan mengenai perilaku yang benar.
2) Sebagai sarana untuk mengadakan perubahan pada masyarakat.
3) Sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.
4) Sebagai sarana dalam mewujudkan keadilan sosial.
5) Sebagai sarana dalam pergerakan pembangunan.
6) Sebagai fungsi kritis, melakukan pengawasan baik pada aparatur
pengawas, aparatur pelaksana dan aparatur penegak hukum.
7) Sebagai alat untuk mengikat anggota dalam masyarakat sehingga
kelompok jadi semakin erat eksistensinya.
8) Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus yang
mengganggu masyarakat dengan cara memberikan sanksi baik pidana,
perdata, administrasi dan sanksi masyarakat.
9) Sebagai alat untuk melakukan alokasi kewenangan dan putusan
terhadap badan pemerintahan.
10) Sebagai alat stimulasi sosial. Hukum bukan alat yang hanya
digunakan untuk mengontrol masyarakat, namun juga meletakan
dasar-dasar hukum yang bisa menstimulasi dan memfasilitasi interaksi
di antara masyarakat dengan tertib dan adil.

C. Pengaruh Keragaman terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,


Bernegara, dan Kehidupan Bermasyarakat
Pengaruh keragaman terhadapa kehidupan beragama, bermasyarakat, dan
bernegara yaitu :

27
1. Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali  
memilikikebudayaan yang berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplemeter.

3. Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat


tentang nilai-nilaisosial yang bersifat dasar.

4. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.

5. Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling


ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang


lain.

Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar


kemungkinan terciptamasalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan
kesatuan bangsa seperti :
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara
manusia  dengandunia lingkungannya.
2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu
akanmemunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai
bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara.

3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat


bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras atau
sukunya kelompoknya lebihtinggi dari ras/suku/kelompok lain.

4. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang
diakibatkan oleh pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
Semangat religius, semangat nasionalisme, semangat pluralism, dan dialog
antar umat beragama.

28
5. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antaragama, media, masa, dan harmonisasinya.

Berdirinya Negara Indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang


demikian majemuk, baik secara etnis, geografis, kultural maupun religius.
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai
harmoni. Perbedaan yang berwujud baik secara fisik maupun mental,
seharusnya dijadikan sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan
yang menjunjung tinggi toleransi. Tetapi sering kali yang terjadi adalah,
perbedaan tersebut justru memicu ketegangan hubungan antar anggota
masyarakat. Sifat dasar yang selalu dimiliki oleh masyarakat majemuk
sebagaimana dijelaskan oleh (Van de Berghe).Terjadinya segmentasi
(pemisahan diri) kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplementer (melengkapi). Kurang mengembangkan
konsensus (kesepakatan) diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai
sosial yang bersifat dasar. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara
kelompok yang satu dengan yang lainnya. Secara relative integrasi sosial
tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi.
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Realitas diatas harus diakui dengan sikap terbuka, logis dan dewasa. Karena
dengan adanya sifat terbuka itulah solusi dari akar permasalahan yang terjadi
akibat kemajemukan dapat dipertumpul.

D. Problematika Hukum
Problema paling mendasar dari hokum di Indonesia adalah manipulasi
atas fungsi hukum oleh pengemban kekuasaan. Problem akut dan mendapat
sorotan lain adalah:

29
1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya
manusia yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki
integritas dalam jumlah yang banyak sangat dibutuhkan.
2. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering
mengalami intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan
karena negara belum mampu mensejahterakan aparatur penegak hukum.
3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin surut.
Hal ini berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk menentukan
sendiri siapa yang dianggap adil.
4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak memerhatikan
keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan yang dibuat
sebenarnya sulit untuk dijalankan.
5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan
pemahaman aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi
peraturan perundang-undangan tidak mungkin ada efektivitas peraturan di
tingkat masyarakat.
Problem berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam
masyarakat yang tidak berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya
dianggap sebagai representasi dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan
kerap berpihak pada mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi
dalam masyarakat. Contoh kasus adalah kasus ibu Prita Mulyasari.

Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum.


Berbagai upaya perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai
pemegang kedaulatan dapat merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.

E. Problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam


Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan
terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku,
etnis, klompok, golongan, status, dan kelas sosial ekonomi, jenis kelamin,
kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan idiologi, dan politik

30
serta batas Negara, dan kebangsaan seseorang. Pasal 281 Ayat 2 UUD NKRI
1945 Telah menegaskan bahwa “ Setiap orang berhak bebasdari perlakuan
yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu “ Sementara
itu Pasal 3 UU No30 Tahun 1999 tentang HAM Telah menegaskan bahwa
“Setiap orang dilahirkan bebasdengan harkat dan martyabat yang sama dan
sederajat”.
Komunitas Internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih
terjadi diberbagai belahan Dunia, dan Prinsip Non diskriminasi harus
mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan,
keadilan, dan perdamaian
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi
karena adanya beberapa faktor penyebab antara lain :

1. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan,


terutama tekanan dan intimidasi biasanya dilakukan oleh kelompok yang
dominan terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah.
2. Ketidak berdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan
membuat mereka terus terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.

Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintekrasi


bangsa dan bubarnya sebuah Negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor
utama yang secara geradual bias menjadi penyebab utama peroses itu, yaitu :
 Kegagalan kepemimpinan
 Kerisis Ekonomi yang akut dan berlangsung lama

 Krisis politik

 Krisis Sosial

 Demoralisasi Tentara dan Polisi

 Interfensi asing

31
Terciptanya “ Tungal Ika “ dalam masyarakat “ Bhineka “ dapat
diwujudkan melalui “Intergrasi kebudayaan “ atau “ Intergrasi Nasional “
Manusia Ber-adab dalam keragaman.
Dalam hal ini maka tedapat teori yang menunjukkan penyebab konflik
ditengah masyarakat antara lain:

1. Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang


sering muncul ditengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus
terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang
berbeda, perbedaan bias dilatarbelakangi SARA bahkan pilihan ideologi
politiknya.
2. Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras dimasyarakat
tidak lain disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan

Teori kesalahpahaman antar budaya, teori ini melihat konflik


disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara budaya
yang berbeda. Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadi
konflik adalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah sosial budaya

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan
dan salingmenunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari,
menghayati dan melaksanakandengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum
agar terjadi keselarasan dan harmonikehidupan.
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat
perbedaan-perbedaandalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras,
agama dan keyakinan, ideologi, adatkesopanan, serta situasi ekonomi.
Kesederajatan adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan dan
keragaman yang adamanusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan
satu tingkatan hierarki. Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia
yaitu Suku Bangsa dan Ras, Agama danKeyakinan, Ideologi dan Politik, Tata
Krama, Kesenjangan Ekonomi serta Kesenjangan Sosial.
Problematika diskriminasi yang timbul dan harus diwaspadai adalah
adanya disintegrasibangsa. Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus
disintegrasi bangsa dan bubarnyasebuah negara, dapat disimpulkan adanya
enam faktor utama yang secara gradual bisa menjadipenyebab utama proses
itu, yaitu: Kegagalan kepemimpinan, Krisis ekonomi yang akut
danberlangsung lama, Krisis politik, Krisis social, Demoralisasi tentara dan
polisi, serta Intervensiasing.

B. Saran
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika
yang merupakanungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang
“majemuk” atau “heterogen”. Masyarakat Indonesia terwujud sebagai hasil

24
interaksi sosial dari banyak suku bangsa dan beraneka ragam latar belakang
kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut Kebudayaan
Nasional.
Terciptanya “tunggal ika” dalam masyarakat yang “bhineka” dapat
diwujudkan melalui“integrasi kebudayaan” atau “integrasi nasional”. Dalam
hubungan ini, pengukuhan ide “tunggalika” yang dirumuskan dalam wawasan
nusantara dengan menekankan pada aspek persatuandisegala bidang
merupakan tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal
Ikaini harus benar-benar dipahami dan menjadi sebuah pedoman dalam
berbangsa dan bernegara.
Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan
dan kepastianhukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin
terciptanya keadilan(justice), kepastian hukum (certainty of law), dan
kesebandingan hukum (equality before thelaw).Penegakan hukum-pun harus
dilakukan dalam proporsi yang baik dengan penegakan hak asasi manusia.
Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang bersifat
diskriminatif,menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan
hukum jangan dipertentangkandengan penegakan HAM. Karena,
sesungguhnya keduanya dapat berjalan seiring ketika
para penegak hukum memahami betul hak-hak warga negara dalam konteks
hubungan antara negara hukum dengan masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Joko Tri Prasetyo. Ilmu Budaya Dasar (MKDU). Jakarta. Rineka Cipta.2004
http://grms.multiply.com/journal/item/26
http://bambang1988.wordpress.com/2009/04/13/manusia-nilai-moral-dan-hukum/
http://hanstoe.wordpress.com/2009/02/21/problematika-nilai-moral-dan-hukum-
dalam-masyarakat/
http://herususetyo.multiply.com/journal/item/9
Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: UNJ.
Iqbal, Muhammad.2011.
 Hakikat Keragaman Dan Kesetaraan Manusia.
http://iqbalpersada.blogspot.com/2013/03/hakikat-keragaman-dan-
kesetaraan.html. Diakses pada 7 April 2019 Pukul 21.15 WITA.Koentjaraningrat.
1990.

26

Anda mungkin juga menyukai