menolak uji materi terhadap hukuman mati, wajar dan pantas dilakukan. Karena keputusan itu diambil
guna mewujudkan ‘sesuatu yang lebih besar’, mewujudkan apa yang disebut oleh Jeremy Bentham the
greatest happiness of the greatest number. Pemerintah Indonesia tentu tidak bisa dianggap tidak
mendukung atau bahkan telah melanggar Hak Asasi Manusia, karena hukuman mati dilakukan untuk
kepentingan masyarakat yang lebih luas. Tentu akan berbeda dengan negara-negara yang telah berhasil
memerangi narkotika. Inilah yang disebut relativisme budaya. Kepentingan Indonesia berbeda dengan
kepentingan negaranegara lain (NA ARDANI 2018 ).
Salah satu isu hak asasi manusia yang selalu menjadi perdebatan adalah konflik antara dua
“ideologi/perspektif” yang berbeda dalam penerapan hak asasi manusia dalam skala nasional, yaitu
universalisme (universalism) dan relativisme budaya (cultural relativism).1 Perdebatan panjang tentang
universalisme dan relativisme di dalam hak asasi manusia telah membelah negaranegara Barat yang
mayoritas mendukung universalisme hak asasi manusia dengan negara-negara Timur yang mengedepan-
kan relativisme budaya. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan dalam konsep filosofis hak asasi
manusia ( BPM JAYA, M ARAFAT 2018).
Novel Sioux Dawn merupakan novel yang berlatar pasca perang sipil Amerika yaitu tahun 1866.
Orang-orang Amerika mulai melakukan perjalanan ke daerah barat melalui daerah Indian. Adanya
relativisme kebudayaan diantara orang kulit putih dan suku Indian mengakibatkan sejumlah konflik yang
tak terselesaikan. Relativisme kebudayaan merupakan moralitas dari suatu kelompok. Suatu tindakan
dinilai baik jika tindakan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip moralitas. Sikap baik, keadilan, dan
hormat terhadap diri sendiri merupakan prinsip-prinsip tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan Indian
Sioux menyerang orang kulit putih adalah adanya nilai-nilai kebudayaan dari suku indian Sioux yang
telah mereka langgar. Pelanggaran nilai-nilai budaya tersebut juga mengakibatkan pelanggaran prinsip-
prinsip moralitas ( MA HASBI 2009).
Faktor Budaya mau tidak mau sangatlah berperan penting dalam masalah biopiracy. Dalam hal
relativisme budaya, konteks kultural sangatlah penting dalam memahami praktik, kepercayaan, dan juga
nilai-nilai masyarakat ). Kasus biopiracy umumnya terjadi antara negara maju dan negara berkembang,
dan hal tersebut berkaitan dengan pemahaman tradisional suatu negara. Pemahaman tradisional tersebut
dapat mempengaruhi pola pikir suatu negara karena pada dasarnya, budaya merupakan reaksi mental dan
fisik serta kegiatan yang menjadi ciri dari perilaku individu dalam menyusun kelompok sosial secara
kolektif dan individual dalam kaitannya dengan lingkungan alam mereka, hubungan dengan kelompok
lain, hubungan dengan anggota kelompok sendiri, serta kepada masing-masing individu secara personal
(M WIDIYASTUTI 2018 ).
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Nur Afif, Sulfi Amalia, and Rooseno Hertanto. "RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK
ASASI MANUSIA." Jurnal Cakrawala Hukum 13.1 (2018).
Jaya, Belardo Prasetya Mega, and Muhammad Rusli Arafat. "Universalism Vs. Cultural Relativism dan
Implementasinya dalam Hak Kebebasan Beragama Di Indonesia." Pena Justisia: Media Komunikasi dan
Kajian Hukum 17.1 (2018).
Vidyastutie, Anggraeni Maulia, Ika Riswanti Putranti, and Andi Akhmad Basith Dir. "Analisa Komparasi
Penanganan Kasus Kejahatan Transnasional Biopiracy antara India dan Amerika Serikat di Bawah Rezim
Internasional." Journal of International Relations 4.2 (2018): 189-197.