Verbatime
Verbatime
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data ini dilakukan mulai pada awal april 2021. Pada awal penelitian
peneliti mengambil tiga orang yang smemenuhi kriteria untuk diwawancarai. Peralatan
yang disiapkan meliputi: alat rekam, alat tulis dan kertas. Selanjutnya peneliti
yang mempengaruhi coping stress pada istri yang ditinggal dinas suami bertugas, setelah
menyiapkan peralatan dan pedoman wawancara peneliti menemui subjek satu per satu
Peneliti terlebih dahulu membangun rapport dengan ketiga subjek dan informan
agar subjek dan informan merasa nyaman, memiliki trust kepada peneliti, sehingga
muncul keterbukaan dari subjek maupun informan maka peneliti dapat memperoleh
penjelasan yang jelas dari subjek dan informan bagaiman gambaran coping stress istri
yang ditinggal dinas suami bertugas dan faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress
memaparkan tata cara selama proses penelitian berlangsung, seperti pada proses
pengambilan data dan informasi, seluruh data akan direkam menggunakan alat bantu
rekam, yaitu kamera dan voice recorder, kemudian peneliti menjelaskan tata cara
penelitian dengan meminta subjek dan informan untuk menyatakan kesanggupan atau
kesediaan untuk menjadi subjek penelitian, dalam hal ini dengan mengisi informed
consent.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui proses wawancara secara
langsung antara subjek dengan peneliti dan bersifat pribadi sehingga bisa
didapatkan informasi yang bersifat rahasia dari subjek. Metode wawancara yang
bisa dikembangkan lebih jauh atau diperdalam lagi saat mendengarkan respon
lebih dalam untuk menemukan permasalahan secara lebih mendalam dan terbuka
dan mengungkap gambaran coping stress istri yang ditinggal dinas suami bertugas
dan faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress pada istri yang ditinggal dinas
1. Gambaran Umum
Informan dalam penelitian ini merupakan seorang istri TNI-AD yang sedang
menjalani long distance marriage karena ditinggal suami bertugas. Berikut data informan
peneliti
Table 2
tangga
bertugas
a. Faktor Lingkungan
Tidak semua lingkungan bisa mengerti dan memahami kondisi rumah tangga
seseorang, apalagi seorang istri TNI yang ditinggal suaminya bertugas dan harus
menjalani semua kegiatan dan peraturan didalam asrama yang sangat banyak dan
ketat. Tidak sedikit istri TNI yang mengeluh akan banyaknya kegiatan dan
tertekan, UL tidak bisa pulang kerumah orang tuanya karena peraturan tidak
mengizinkan untuk para istri kembali ke rumah orang tua, ataupun saudara. UL
banyak ketimbang kegiatan sebelum suami berangkat bertugas, dan ketika suami
dukungan. Situasi ini sama dengan yang dirasakan oleh informan DN. DN adalah
seorang guru honorer di kabupaten Bogor, DN memiliki dua orang anak yang
merasa bingung harus membagi waktu untuk mengajar, mengurus anak ditmabah
lagi kegiatan yang sangat banyak diasrama. Asrama tempat tinggalnya sekarang
tidak jauh dari rumah orang tuanya, maka dari itu DN merasa jika ia tertekan atas
peraturan juga kegiatannya di asrama dia punya tempat pulang dan mengeluh,
Cuma rumah dan anak tapi kerja juga. Kalau anak mau
neninya.”
selalu menjadi tekanan untuknya, AF merasa kegiatan yang padat bisa dijadikan
hiburan juga bisa menjadi tempat berbagi kepada teman sesama istri yang
banyak.
diasrama lumayan membuat mood aku baik si, kan pas ada
Proses diri terhadap tuntutan dirinya sendiri untuk bisa menerima keadaan,
menjalani konsekuensi yang sudah diketahui sejak awal pernikahan dan sudah
diberi tahu sejak awal bahwa menjalani rumah tangga dengan seorang TNI harus
siap ditinggal mengabdi pada negara, namun tidak dapat dipungkiri bahawa
ditinggal suami bertugas Ia harus siap menjadi ibu sekaligus mengisi figur ayah
informan UL.
serang ayah juda ibu dalam waktu yang bersamaan, juga memberi
kasih sayang”
harus mengurus kedua anaknya yang masih sangat keci-kecil. DN harus pintar-
pintar membagi waktu untuk anaknya juga untuk pekerjaannya. DN juga merasa
stres jika pekerjaan banyak dan ketika sampai rumah anaknya pada rewel.
orang tua. Kadang juga tu aku stres banget kalo kerjaan disekolah
banyak, anak pada rewel mana suami nggak ada dan susah
dihubungi juga. Mana kalau lihat berita tu ada prajurit yang tewas
merasa sangat berat karena ketikan hamil anak pertama dia ingin didampingi
“Berat banget dek, apalagi pas hamil muda kan aku bener-
Bener-bener teler dan pas itu juga aku ga cuti hamil ya, kerjaan
dirumah sakit bener-bener nguras tenaga juga dan pas aku lagi
c. Pikiran
Pikiran negatif dan kesejahteraan psikologis pada istri yang ditinggal suami
berat, istri mungkin tidak akan memiliki waktu luang yang cukup untuk orang lain
atau anaknya. Kepercayaan diri terkait keterampilan istri dalam merawat anak dan
mengurus rumah tangga ketika suami sedang bertugas juga dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis.
Informan UL merasa tidak sanggup dan selalu merasa cemas ketika suami
pikirannya sendiri, menghawatirkan kondisi suami yang jauh darinya dan anak-
anak.
ada prajurit TNI yang tewas tertembak, itu membuat DN menjadi stres.
nangis gitu”
pusing dan tensi darahnya naik ketika melihat berita di TV ada prajurit TNI tewas
pada istri TNI-AD yang ditinggal bertugas. Menurut Sarafino (2011), stres adalah
bentuk interaksi dari individu atau lingkungan, yang mana individu tersebutlah
orang tua menurut Musradinur (2016), sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
3. Gambaran coping stres pada istri TNI-AD yang ditinggal suami bertugas
(2011), strategi coping merupakan suatu usaha kognitif maupun perilaku individu
tekanan fisik maupun psikis, yang meliputi usaha dalam tindakan nyata dan usaha
mengontrol psikisnya.