Tugas Aspek Hukum
Tugas Aspek Hukum
Nama : Pranowo
NIM : 2892250149
Berdasakan hasil studi yang baik, yang telah dibuktikan secara instutif,kualitatif & kuantitatif
tersebut dapat disusun kesimpulan dan sarannya sebagai berikut :
Kedua, pembiayaan gardul hasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
usaha Islami, karena usaha mikro-kecil yang mem-peroleh penyaluran zakat, infak, sedekah
(ZIS) dari BMT dalam bentuk pembiayaan gardul hasan kinerja usahanya menjadi lebih baik.
Hal ini ber-arti bahwa semakin besar pembiayaan qardul hasan dikeluarkan BMT kepada
usaha mikro-kecil yang menjadi nasabahnya,
Islami nasabah BMT akan semakin meningkat. Demikian pula sebalik- nya, jika
pembiayaan gardul hasan yang dikeluarkan BMT semakin kecil, maka kinerja usaha Islami
nasabah BMT semakin menurun.
Keenam, pembiayaan syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas Islami,
karena usaha mikro-kecil yang memperoleh.
Dari sisi lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Y2 (Loyalitas Islami)
dari lima indikatornya yang paling dominan adalah motif maslahat, yaitu keputusan untuk
memilih atau mengambil pem biayaan syariah atas pertimbangan masalahat, yaitu suatu
pilihan atau
Keputusan untuk beraktivitas ekonomi, dalam hal ini pilihan usaha mikro-kecil yang
mengambil pembiayaan syariah dari BMT, dengan memper-timbangkan kemaslahatan dunia
dan akhirat sesuai tujuan umum syariat (magasid al-’am asy-syariah). Para nasabah yakin
bahwa pilihan pembiayaan syariah tersebut sebagai wujud upaya menghindari larangan riba.
Se-bagaimana sudah dijelaskan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan
syariah berpengaruh dominan baik terhadap Kinerja Usaha Islami, maupun Loyalitas Islami.
Kesembilan, bahwa norma al-Qur’an dalam Surat 73: 20; 38: 24; 2:275: dan as-
Sunnah tentang mudarabah, musyarakah dan murabahah secara meyakinkan telah
dipraktikkan oleh BMT dalam bentuk produk pem-biayaan syariah berupa mudarabah,
musyarakah dan murabahah. Hal ini ter-bukti di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam pembiayaan mudarabah, dan musyarakah diberlakukan besaran bagi hasil, sementara
untuk pembiayaan murabahah ditentukan besaran margin. Berdasarkan analisis kualitatif
dari jawaban responden menunjukkan bahwa rasio bagi hasil antara BMT (sahibul mal) dan
nasabah (mudarib) dalam pembiayaan mudarabah sebesar 30: 70 atau 25: 75, sementara
rasio bagi hasil dalam pem-biayaan musyarakah sebesar 50: 50 atau 40: 60. Sedangkan
dalam pem-biayaan murabahah ditentukan atau disepakati margin sebesar 5%.
Kesepuluh, bahwa norma al-Qur’an yang termaktub dalam surat al-Bagarah ayat
278-279 tentang larangan riba telah dijauhi oleh BMT di mana dalam menjalankan usahanya
berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah menghindari transaksi bisnis ribawi dengan produk
pembiayaan syariah berupa mudarabah, musyarakah dan murabahah. Hal ini terbukti bahwa
dari jawaban 40 responden manajer BMT semua (100%) me-nyatakan yakin bahwa produk
pembiayaan syariah berupa mudarabah,musyarakah dan murabahah sebagai implementasi
komitmen menjauhi larang riba. Sementara dari jawaban 200 responden nasabah BMT,
semua responden (100%) menjelaskan bahwa alasan mengambil produk pem-biayaan
syariah berupa mudarabah, musyarakah dan murabahah dari BMT karena mereka yakin
bahwa produk tersebut bebas dari unsur riba.
Kesebelas, bahwa pembiayaan dalam bentuk pinjaman kebajikan tanpa bagi hasil
sesuai dengan norma al-Qur’an yang termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 245.
165 BERKAHNYA PEMBIAYAAN SYARI’AH
Dilaksanakan oleh BMT dengan produk pembiayaan gardul hasan bagi usaha mikro
dan kecil. Dari hasil kuesioner jawaban 40 responden manajer BMT, sejumlah 27 responden
(67.50%) menyatakan bahwa pembiayaan gardul hasan tersebut hanya dikembalikan
pokoknya saja dan sejumlah 13 responden (32.5%) menyatakan bahwa pembiayaan gardul
hasan tersebut hanya dikembalikan pokoknya saja ditambah infak suka rela. Sedangkan 200
responden nasabah BMT, sejumlah 100 responden (50 %) menyata-kan bahwa pembiayaan
qardul hasan tersebut hanya dikembalikan pokok-nya saja dan sejumiah 100 responden (50
%) menyatakan bahwa pembiaya-an gardul hasan tersebut hanya dikembalikan pokoknya
saja ditambah infak sukarela.
Rakyat berbasis syariah sangat signifikan dan sangat efektif, sekaligus merupakan
model pengentasan kemiskinan dengan membangun ke-swadayaan masyarakat baik dari
aspek material maupun spiritual. Hal ini dibuktikan dari jawaban responden Nasabah BMT di
mana sejumlah 87,50% menyatakan bahwa BMT membantu memecahkan masalah usaha,
sejumlah 60% menyatakan bahwa BMT memberi pelatihan dan bimbingan usaha, sejumlah
87,50% menyatakan bahwa BMT memotivasi etos kerja, sejumlah 93,25% menyatakan
bahwa BMT mendorong meningkatkan pendapatan, sejumlah 87,50 % menyatakan bahwa
BMT menginformasi-kan tentang pemasaran, sejumlah 87,50% menyatakan bahwa BMT
me-macu semangat efisiensi, dan sejumlah 100 % menyatakan bahwa BMT mendorong
nasabah meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama.
Pembiayaan gardul hasan dan pembiayaan syariah yang dilaksanakan oleh BMT di
Jawa Tengah terbukti menghasilkan peningkatan kinerja usaha Islami dan loyalitas Islami
nasabah. Bahwa BMT di Jawa Tengah dalam menjalankan usahanya benar-benar
menghindari transaksi bisnis ribawi melalui produk mudarabah, musyarakah dan
murabahah, serta me-miliki produk pembiayaan gardul hasan (pinjaman kebajikan) bagi
usaha mikro dan kecil serta memiliki peran strategis dan efektif dalam upaya
memberdayakan ekonomi umat (rakyat) dengan berbasis syariah. Dengan demikian
percepatan pembangunan ekonomi rakyat melalui usaha mikro yang berbasiskan syariah
dapat diwujudkan menjadi sebuah kenyataan. Konsep yang menonjol dari lembaga
keuangan mikro syariah BMT dibanding dengan lembaga keuangan mikro konvensional
adalah jaminan atau proteksi sosial melalui pengelolaan dana baitul mal yang berasal dari
zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang didistribusikan dalam bentuk pem-biayaan gardul
hasan. Sehingga BMT memiliki peran comunication inter-mediary antara kelas masyarakat
(asnab) yang berbeda yaitu golongan si kaya (agniya) dan golongan si miskin (fugqara-
masakin), sehingga harta ke-kayaan tidak hanya dinikmati oleh golongan terbatas melainkan
meluas menjadi keberkahan bagi semua pihak. Pada gilirannya usaha mikro yang
memperoleh support dana dari ZIS tersebut suatu saat mampu me-ngeluarkan ZIS dan
begitu seterusnya kemanfaatan itu bergulir semakin meluas.
Selanjutnya berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan tersebut, maka studi ini dapat
dirumuskan saran-saran sebagai berikut:
Pertama, bagi pemerintah. Peran BMT dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat
telah terbukti sangat efektif, sekaligus merupakan model pengentasan kemiskinan dengan
membangun keswadayaan masyarakat baik dari aspek material maupun spiritual. Oleh
karena itu sudah se-harusnya pemerintah memberikan perhatian khusus dan serius kepada
lembaga ini dengan memberikan perlindungan: pertama kepada nasabah berupa jaminan
simpanan oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS),
Kedua, tampilan ekonomi Islam yang bertumpu pada paradigma tauhid (keimanan)
bersumber pada nilai-nilai Ilahiah berbasis keadilan, menghapuskan sistem ribawi dan
bertujuan mensejahterakan manusia baik aspek lahiriah maupun batiniah, baik berdimensi
kehidupan dunia maupun akhirat, bahkan bukan saja kesejahteraan bagi manusia melain-
kan seluruh alam semesta (rahmatan Iil’alamin) sudah selayaknya bisa dijadikan solusi
untuk mengatasi problema perekonomian saat ini.
Kelima, pengenaan biaya administrasi pembiayaan qardul hasan sebesar 1-1,5% dari
jumlah qardul hasan yang diterima nasabah bertentang-an dengan standard syariah AAOJFI.
Oleh karena itu bagi BMT yang mengenakan biaya administrasi jumlah harus sebesar biaya
pengurusan transaksi gardul hasan yang meliputi biaya meterai, pendaftaran anggota,
kemungkinan biaya penagihan (jika memang harus mengeluarkan biaya).Sedangkan bagi
masyarakat muslim selayaknya dalam aktivitas ber-ekonomi memiliki komitmen
meninggalkan ekonomi sistem ribawi dan berhijrah kepada berekonomi syariah yang mampu
mensejahterakan manusia lahir batin dunia akhirat dan seluruh makhluk planet bumi.