REKAYASA GENETIKA
BAB III
Pembuatan Sel Kompeten dan Transformasi Plasmid
KELOMPOK RE2 :
ASISTEN PRAKTIKUM :
KADEK BINTANG INDAH LESTARI
Hasil
Kelas RE
Kelompok RE2
2 mL starter
Dibuang supernatan
Dibuang supernatan
Hasil
Kelas RE
Kelompok RE2
Hasil
Kelas RE
Kelompok RE2
LAPORAN PRAKTIKUM
Praktikum 3. Pembuatan Sel Kompeten dan Transformasi Plasmid
1. Mengapa pada LB agar ditambahkan ampisilin konsentrasi 100 µg/mL?
Penambahan ampisilin pada media tumbuh E. coli berupa LB berfungsi sebagai agen
penguji resistensi E. coli terhadap antibiotik. Koloni yang pada akhirnya mampu tumbuh
merupakan koloni yang resisten terhadap ampisilin dikarenakan pada koloni-koloni
tersebut telah tersisip gen bla yang menyandi β-lactamase pemecah cincin β-lactam
sehingga E. coli menjadi resisten terhadap ampisilin. Oleh karena itu, ampisilin berfungsi
sebagai penanda keberhasilan proses transformasi DNA plasmid serta mempermudah
proses isolasi DNA mengandung plasmid resisten antibiotik sebab hanya koloni yang
mengandung gen resisten antibiotik yang dapat tumbuh pada media mengandung
ampisilin. Konsentrasi 100 µg/mL dipilih berdasarkan batas konsentrasi ideal ampisilin
yang mampu mengeliminasi koloni tanpa gen penyandi β-lactamase tersebut tanpa
menyebabkan lemahnya dinding sel serta lepasnya β-lactamase akibat konsentrasi
ampisilin yang terlalu tinggi dari batas tersebut (Lee et al., 2015).
3. Apakah sel Escherichia coli DH5α dapat diganti dengan sel mikroorganisme yang lain?
Jelaskan alasan Anda!
Sel E. coli DH5α merupakan salah satu strain E. coli yang umum dipakai dalam
transformasi genetic, sebab strain E. coli ini memiliki mutasi-mutasi yang membuatnya
dapat ditransformasi dengan lebih mudah, atau dengan kata lain merupakan sel kompeten
yang baik. Beberapa mutase tersebut diantaranya adalah mutasi yang mengaktivasi
enzim-enzim tertentu yang berkaitan dengan transformasi (recombinase dan
endonuclease), serta mutasi yang menghilangkan sebagian gen pengkode beta
galactosidase pada gen lacZ (mutasi lacZM15). Mutasi lacZM15 ini memungkinkan
adanya blue-white screening, sebab bagian gen yang hilang tersebut tersedia pada
plasmid-plasmid tertentu, dan ketika tranformasi berhasil dilakukan, kedua gen
ditranslasi menjadi komponen-komponen yang dapat digabung menjadi enzim beta
galactosidase yang lengkap (Hamed et al, 2020).
Kelas RE
Kelompok RE2
4. Pada metode transformasi heat shock, mengapa dilakukan penambahan larutan CaCl2?
Jelaskan!
Pada pembuatan sel kompeten ini, plasmid rekombinan tidak dapat dimasukkan ke
dalam sel tanpa tahap persiapan terdahulu. Hal ini dikarenakan porositas sel yang tidak
memungkinkan plasmid untuk masuk. Karena itu dilakukan penambahan CaCl--2 untuk
melemahkan porositas dinding sel yang akan ditransformasi sehingga sel tersebut
menjadi sel kompeten. Dengan pelemahan dinding sel ini, plasmid rekombinan akan
dapat masuk ke dalam sel dengan lebih mudah pada saat proses heat shock (Mastutik dkk,
2015).
5. Apa peranan dari inkubasi pada suhu 4⁰C dan dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu 42⁰C?
Heat shock merupakan metode tranformasi sel yang memiliki prinsip dengan cara
mengejutkan pada suhu tinggi selama beberapa detik. Metode heat shock umumnya
menggunakan suhu 42oC selama 2 menit. Suhu memiliki peranan penting dalam heat
shock, agar dapat terjadi kejutan, suhu awal sampel diturunkan terlebih dahulu. Dengan
cara menginkubasi sampel terlebih dahulu pada es suhu 0-4oC lalu selama 3 menit lalu
diinkubasi kembali pada suhu yang lebih tinggi yaitu 42oC selama beberapa menit.
(Bernadus dkk, 2019).
jika jenis antibiotic tidak sesuai dengan resistensinya maka sel kemungkinan akan mati.
Konsentrasi DNA yang terlalu rendah memungkinkan koloni tidak dapat tumbuh.
Kompetensi sel berfungsi untuk menggangu keseimbangan kalsium dalam membrane
sehingga membran berhasil terbuka. Jenis ion metal mempengaruhi keberhasilan jika
divalent ion metal semakin baik. Suhu heat shock harus pada suhu yang spesifik yaitu
42oC, jika terlalu tinggi sel akan mati dan jika suhu terlalu rendah tidak efektif (Masfurah
et al, 2017).
KESIMPULAN
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan proses transformasi plasmid kedalam sel inang
bakteri dengan menerapkan metode heat shock. Sel kompeten dibuat dengan prinsip bahwa
larutan garam dapat merubah permeabilitas atau porositas dinding sel. Hasil yang diperoleh
dari praktikum kali ini adalah diketahuinya keberhasilan proses transformasi dengan uji
resistensi antibiotik, uji ini digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya plasmid
diinsersikan kedalam sel inang. Jika plasmid mengandung gen insert, maka inang akan
bertransformasi sehingga menjadi resisten terhadap antibiotik ampisilin. Jika proses
transformasi ini berhasil, sel inang + plasmid yang ditumbuhkan pada media akan tumbuh.
Sebaliknya jika ternyata proses transformasi ini tidak berhasil atau sel inangnya kososng,
maka tidak akan tumbuh. Seleksi ini akan menunjukan bahwa efisiensi transformasi
(CFU/µg) adalah perbandingan jumlah plasmid terhadap jumlah transforman.
DAFTAR PUSTAKA