Anda di halaman 1dari 41

Materi 5.

STUDI BIOAVAILABILITAS- BIOEKIVALENSI


(BA-BE

CPMK
• Mampu menerapkan konsep teoritis farmakokinetika pada pengujian BA-
BE

Sub CPMK

Mahasiswa mampu memahami rancangan studi BA-BE dalam menentukan


status Bioavailabilitas-Bioekivalensi (BA-BE) dari sediaan farmasi
INTEGRASI AIK
• Q.S Al-’Alaq: 1-5
• Q.S Sad: 29
• Q.S At Taubah: 122
• Hadist: “Barang siapa menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu,
maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga”(H.R.Muslim)

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


LATAR BELAKANG
Menilai semua obat sebelum dipasarkan,
memberi ijin pemasaran, melakukan
Peranan BPOM
pengawasan dan menjamin kepada
masyarakat bahwa obat tersebut standar
efikasi, keamanan dan mutu
NCE/produk Perlu dilakukan penilaian terhadap efikasi,
inovator keamanan, dan mutu secara lengkap

NCE yang dipatenkan oleh pabrik penemunya → obat inovator


→bioavailabilitas.
dilengkapi dengan standar mutu yaitu data
Produk bioekivalensi (BE) dengan komparator
copy/generik (reference product) yang merupakan baku
mutu.
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
• Bioavailabilitas
• pengamatan ~ absorpsi ( “Rate” & “Extent”)
• perhitungan ~ Cmax & Total AUC

• Bioekivalen
• pengamatan ~ Ekivalen : nilai“Rate” &Extent”
• perhitungan ~ Ekivalen : Cmax , t max & Total AUC

BE ~ Keragaman profil FK

✓ Permeabilitas sal cerna yg rendah


✓ Metabolisme first pass efect

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Tujuan
• Umum :
Untuk menjamin efikasi, keamanan dan mutu obat yang
beredar.

• Khusus
Untuk menjamin obat copy yang mendapat izin edar bioekivalen
dengan obat komparatornya.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Komponen Persyaratan

• Innovator -Chemistry Multisource Generic


-Manufacturing -Chemistry
-Controls -Manufacturing
-Labeling -Controls
-Testing -Labeling
-Preclinical/clinical studies -Testing
-Bioavailability -Bioequivalence
-GMP/other -GMP/other

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Alasan dilakukan Uji BA/BE ????

• Biaya kesehatan semakin hari semakin tinggi

• Dibutuhkan substitusi obat dengan obat copy generik yang berkualitas.


• Obat substitusi harus ekivalen secara terapetik dengan obat inovator.
→ dapat dijadikan alternatif selain produk inovator.
• Terapetik ekivalen diasumsikan sebagai bioekivalen

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Dampak Uji BE

 Inovator:
 Menghasilkan industri
Pengembangan NCE generik yang
di negara induk kompetitif .
 Meningkatkan akses
obat yang terjangkau
 Mendorong inovasi
melalui kompetisi.
 Generik: Pengembangan formulasi  Meningkatkan peran
produk obat yang sudah Indonesia dalam pasar
offpaten agar sama generik global.
dengan inovator
 Meningkatkan riset
obat generik

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Ekivalensi farmasetik 2 obat dengan kandungan zat aktif
sama, jumlah yang sama dan bentuk
sediaan yang sama

2 obat dengan zat aktif sama namun


Alternatif farmasetik berbeda dalam bentuk kimia (garam,
ester, eter, isomer, campuran isomer
kompleks atau derivat) atau bentuk
sediaan atau kekuatan
Bioekivalensi 2 obat dengan ekivalensi farmasetik atau
merupakan alternatif farmasetik dan pada
pemberian dengan dosis molar yang sama
akan menghasilkan bioavailabilitas yang
Bioinekivalen sebanding sehingga efeknya akan sama
dalam hasil efikasi maupun keamanan.
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
2 obat mempunyai ekivalensi farmasetik
Ekivalensi terapetik atau merupakan alternatif farmasetik dan
pada pemberian dengan dosis molar
yang sama akan menghasilkan efikasi
klinik dan keamanan yang sebanding.

Produk farmasi yang akan digantikan


Obat komparator oleh obat copy dalam praktek klinik. Obat
komparator umumnya adalah produk
inovator dengan efikasi, keamanan dan
mutu yang sudah terjamin.
obat yang mengandung zat aktif dengan
komposisi, kekuatan, bentuk sediaan, rute
Obat copy
pemberian, indikasi dan posologi yang
sama dengan obat komparator yang
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451
sudah
uhamkaid
disetujui.
Uhamka @UhamkaID
Bioavailabilitas/Ketersediaan hayati

Persentase dan kecepatan zat


aktif dalam suatu sediaan obat
yang mencapai/tersedia dalam
sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh/aktif setelah pemberian
obat dengan mengukur
kadarnya dalam darah atau urin.
Absolut relative

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI

1. Obat yang 2. Obat yang cukup 3. Obat yang


memerlukan uji dilakukan uji ekivalensi tidak
ekivalensi invivo in vitro (Uji disolusi memerlukan uji
terbanding) ekivalensi

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


1. Obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo
Uji ekivalensi invivo dapat berupa studi farmakokinetik, studi
farmakodinamik, atau uji klinik komparator. Dokumentasi ekivalensi in vivo
diperlukan jika ada resiko, bahwa perbedaan bioavailabilitas dapat
menyebabkan inekivalensi terapi.

1.1 obat 1.2 obat 1.3 obat 1.4 obat 1.5 obat 1.6 dalam hal 1.1.
oral non oral lepas kombinasi bukan s/d 1.4,
tetap untuk larutan untuk pengukuran kadar
lepas dan non lambat bekerja penggunaan obat dalam
cepat parenteral atau sistemik, non-sistemik plasma versus
yang yang termodifi yang paling dan waktu biasanya
bekerja didesain kasi sedikit salah dimaksudka cukup untuk
sistemik untuk yang satu zat n untuk membuktikan
aktifnya bekerja lokal efikasi dan
bekerja bekerja memerlukan keamanan.
sistemik sistemik studi in vivo
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
1.1 Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik dan memenuhi satu atau lebih
kriteria berikut:
a. Batas keamanan/indeks terapi sempit;kurva dosis-respons yang curam.
misal: digoksin, antiaritmia, antikoagulan, sitostatika, litium fenitoin,
hipoglikemik, siklosporin, teofilin, dll
b. Indikasi untuk kondisi serius → memerlukan respon pasti.
misal: anti TBC, antibakteri, antiaritmia, obat gagal jantung, antiangina,
antiepilepsi, antiasma, antimalaria, antiretroviral, antihipertensi,
kontrasepsi oral
c. Terbukti ada masalah BA or BE dengan obat tersebut or obat dengan
struktur kimia or formulasi yang mirip (tidak berhubungan dengan
masalah disolusi), misal:
- Absorpsi bervariasi atau tidak lengkap, mis: tetrasiklin
- Farmakokinetik nonlinier, mis: Difenilhidantoin

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


- Eliminasi presistemik yang tinggi (>70 %)
mis: nitrat organik, verapamil
- Sifat fisikokimia yang tidak menguntungkan
misal : - Kelarutan rendah, mis: glukokortikoid, hormon sex
steroid
- Tidak stabil, mis: nifedipin
- permeabilitas rendah

d. Eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi


bioekivalensi.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


1.2. Produk obat non oral dan non parenteral → sistemik
 Sediaan transdermal (nitrat organik, hormon)
 Supositoria (teofilin), permen karet nikotin, gel testosteron dan
kontrasepsi bawah kulit

1.3. Produk lepas lambat atau termodifikasi bekerja sistemik


 Diklofenak SR, nifedipin oros, felodipin ER

1.4. Produk kombinasi tetap yang sistemik yang paling sedikit salah satu zat
aktifnya memerlukan studi in vivo
 Rifampisin+INH, pirazinamid dll (diukur rifampisin)
 Levodopa + karbidopa
 Etinilestradiol + levonorgestrel,etinilestradiol+ noretisteron

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


1.5. Produk bukan larutan → non sistemik (oral, nasal, okular,
dermal, rektal, vaginal, dsb) → lokal
  uji bioekivalensi → studi klinik atau farmakodinamik,
dermatofarmakokinetik komparatif dan/atau studi in vitro.
 Kadar dalam darah kadang diperlukan → melihat absorpsi
yang tidak diinginkan

Catatan untuk point 1.1. s/d 1.4, pengukuran kadar obat dalam plasma
versus waktu biasanya cukup untuk membuktikan efikasi dan keamanan.
Jika tidak, studi klinik atau farmakodinamik dapat digunakan untuk
membuktikan ekivalensi.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Produk Obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro (uji disolusi
terbanding)

1. Obat yang tidak memerlukan studi in vivo


2. Produk obat copy yang hanya berbeda kekuatan→ uji disolusi
terbanding dapat diterima untuk kekuatan lebih rendah berdasarkan perbandingan
profil disolusi
a. Tablet lepas cepat
Produk obat copy dengan kekuatan berbeda, dibuat pabrik sama,tempat produksi
sama, jika:
▪ semua kekuatan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama or
untuk zat aktif yang sangat poten, zat inaktifnya sama banyak untuk semua
kekuatan
▪ studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan
▪ profil disolusinya mirip antar kekuatan
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
b. Kapsul berisi butir-butir lepas lambat
Jika kekuatannya berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif
c. Tablet lepas lambat
Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama beda kekuatan dan proporsi zat
aktif dan inaktif persis sama or untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg
per satuan dosis) zat inaktif sama banyak, mekanisme pelepasan obat sama,
kekuatan yang lebih rendah tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil
disolusi yang mirip, dst.

obat oral lepas cepat dengan mengacu pada sistem klasifikasi


biofarmasetik(biopharmaceutic classification system = BCS) zat aktif , profil
disolusi dan karakteristik disolusi obat.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


BCS dari zat aktif
❖ kelas 1 : kelarutan dalam air tinggi, permeabilitas dalam usus tinggi
❖ kelas 2 : kelarutan dalam air rendah, permeabilitas dalam usus tinggi
❖ kelas 3: kelarutan dalam air tinggi, permeabilitas dalam usus rendah
❖ kelas 4 : kelarutan dalam air rendah, permeabilitas dalam usus rendah

Kelarutan dalam air tinggi (dari zat aktif)


Jika dosis tertinggi yang direkomendasi WHO (jika terdapat dalam daftar obat
esensial WHO) atau kekuatan dosis tertinggi (yang ada dipasar) dari obat
larut dalam ≤250 ml media air pada kisaran pH 1,2 s/d 6,8 pada suhu
37±1°C. Penentuan kelarutan pada setiap pH harus dilakukan minimal triplo.

Permeabilitas dalam usus tinggi(dari zat aktif)


Jika absorpsi pada manusia ≥85% dibandingkan dosis intravena dari
pembandingnya.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Karakteristik disolusi (dari obat lepas cepat)

Disolusi sangat cepat:


Jika ≥85% dari jumlah zat aktif
yang tertera dilabel melarut dalam Disolusi cepat :
waktu ≤15 menit dengan Sama dengan disolusi
menggunakan alat basket pada sangat cepat tetapi dalam
100 rpm atau alat paddle pada 50 waktu 30 menit
rpm (atau 75 rpm jika terjadi
coning) dalam volume ≤900 ml

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Produk obat yang tidak memerlukan uji ekivalensi

1. Produk copy intravena (larutan dalam air) yang mengandung zat aktif yang sama/ molar sama dengan
pembanding

2. Produk copy parenteral lain (intramuskular, subkutan) sbg larutan dalam air yang mengandung zat aktif yang sama/
molar sama dan eksipien yang sama or mirip dalam kadar yang sebanding dengan pembanding. Eksipien ttt (bufer,
pengawet, antioksidan) boleh berbeda asalkan tidak mempengaruhi keamanan dan/atau efikasi obat
3. Produk copy larutan untuk oral (sirup, eliksir, tingtur or bentuk larutan lain bukan suspensi) yang
mengandung zat aktif yang sama/ molar sama dengan pembanding → hanya mengandung eksipien yang
tidak berefek terhadap transit or perneabilitas dalam sal. Cerna → absorpsi or stabilitas zat aktif dalam
sal.cerna

4. Produk copy berupa bubuk untuk dilarutkan → larutannya memenuhi kriteria 1,2 or 3.

5. Produk copy berupa gas

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


6. Sediaan obat mata or telinga sebagai larutan dalam air

7. Sediaan obat topikal sebagai larutan dalam air

8.Produk copy berupa larutan untuk aerosol or inhalasi or semprot hidung yang
digunakan dengan or tanpa alat yang praktis sama.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Contoh obat-obatan yang memerlukan uji BA/BE

Golongan Obat Contoh senyawa obatnya

Antidiabetic glimepiride,gliclazide, glibenclamide, glipizide

Antibacterial ofloxacin, levofloxacine, rifampicin

Antiprotozoa artemether, artesunate

ARV lamivudine, lamivudine + zidovudine, stavudine,


nevirapin, evafirenz

ACE-inhibitor captopril, captopril + HCT, enalapril, lisinopril,


ramipril
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
Golongan Obat Senyawa obat

Diuretic furosemide, indapamide, spironolactone

Angiotensin Receptor Blockers irbesartan, losartan

Antiaritmia digoxin, amiodarone, disopyramide

Ca-antagonist nifedipine, amlodipine, nimodipin, felodipine

Anticonvulsant/antiepileptic valproic acid, carbamazepine, phenytoin,


gabapentin
Beta- blocker carvediol
www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
Golongan obat Senyawa obat
Antiparkinson levodopa + carbidova, levodopa + benserazide

Antidote naltrexone

Antiasthma theophylline

Antimicotic ketoconazole, itraconazole

Contraceptives medroxyprogesterone acetate, EE + levonorgestrel

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Untuk hal regulasi, uji BA/BE sebelumnya ditangani oleh Direktorat Penilaian
→ sekarang ditangani oleh Subdirektorat Standardisasi dan Penilaian
Bioavailabilitas/Bioekivalensi Obat  di bawah Direktorat Standardisasi
Produk Terapeutik dan PKRT

Badan POM telah menunjuk beberapa laboratorium → UI, ITB, UGM, UNAIR,
UBAYA, dan swasta lainnya → memenuhi standar mutu lab pengujian
menurut SNI 19-17025-2000  kompetensi lab pengujian dan lab kalibrasi
→ adopsi dari ISO/EC 17025-2005

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Obat Uji
• Obat uji yang digunakan dalam uji BE harus dibuat sesuai dengan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
• Bets obat uji yang digunakan pada uji disolusi terbanding harus sama
dengan yang akan diuji BE.
• Obat uji yang digunakan dalam uji BE untuk tujuan registrasi harus identik
dengan obat yang dipasarkan. Karena itu, spesifikasi/sumber/produsen
bahan baku, formula, proses produksi, spesifikasi peralatan yang
digunakan , lingkungan produksi, dan kontrol pengawasan produksi
termasuk kualifikasi personel harus sama dengan produksi rutin obat
tersebut.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


• Idealnya obat uji harus mewakili obat yang akan dipasarkan. Bets obat uji
harus minimal 1/10 skala produksi atau 100.000 unit(pilih yang besar)
kecuali dijustifikasi. Jika skala produksi kurang dari 100.000 unit maka
bets obat uji harus diambil dari skala produksi penuh.

• Laboratorium uji BE harus menyimpan sampel dari semua obat yang


diteliti dalam studi (dalam jumlah yang cukup selama 2 tahun setelah
selesainya studi atau 1 tahun lebih lama dari masa pakai (shelf life) obat
atau sampai keluarnya izin edar (mana yang lebih lama) agar dapat
dilakukan pemeriksaan ulang jika diminta badan POM.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Obat Komparator
Obat komparator yang digunakan dalam uji BE harus diseleksi sesuai
kriteria yang ditetapkan Badan POM sebagai berikut:
1. obat komparator yang digunakan dalam uji Ekivalensi harus obat Inovator
yang memiliki izin edar diindonesia
2. dalam hal obat inovator sebagaimana dimaksud pada butir 1 berasal dari
tempat produksi yang berbeda dengan tempat produksi obat inovator yang
terdaftar diindonesia, maka harus dilakukan Uji Disolusi Terbanding untuk
membuktikan ekivalensi kedua obat inovator.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


3. jika obat komparator sebagaimana dimaksud pada butir 1 tidak tersedia,
maka dapat dipilih dengan urutan prioritas sebagai berikut:
a. obat yang telah terdaftar dinegara yang tergabung dalam International
Conference on Harmonization (ICH) dan negara asosiasinya (Associated
Countries).
b. obat copy yang telah terbukti bioekivalen terhadap obat inovator dengan hasil
paling mendekati obat inovator.
c. obat yang termasuk dalam daftar prakualifikasi World Health Organization

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Lanjutan..
• Untuk pemilihan bets obat komparator, perbedaan kadar nya
yang tertera dilabel dengan obat uji BE tidak boleh lebih dari
5%. Disarankan untuk melakukan pengujian lebih dari satu bets
obat komparator.
• Bets obat komparator yang digunakan pada uji disolusi
terbanding harus sama dengan yang akan diuji BE.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


PARAMETER BIOAVAILABILITAS

Bentuk kurva
dan AUC

Menilai jumlah dan


Kec absorpsi
Profil ekskresi ginjal
Kumulatif dan kec
ekskresi

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
Parameter Bioavailabilitas dari Sampel Darah
Dosis Tunggal
• AUCt = area di bawah kurva kadar obat (metabolit) dalam
plasma/serum/darah vs waktu dari 0 – akhir kadar diukur
(dihitung secara trapezoidal)
• AUC = AUC dari 0 sampai tak terhingga
= AUCt + Ct/ke
= jumlah obat yang bioavailabel
• Cmax = kadar maks obat/metabolit dalam plasma yg teramati
• tmax = waktu sejak obat diberikan sampai Cmax
• t1/2 = waktu paruh obat/metabolit dalam plasma/serum
• AUC dan Cmax → paling relevan untuk penilaian BE
• AUCt → paling dapat dipercaya → besar absorpsi → obat yang
bioavailabel

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Parameter Bioavailabilitas dari sampel urin

Dosis Tunggal
• Aet = jumlah kumulatif obat utuh/metabolit dalam urin dari waktu
0 – akhir kadar diukur
• Ae = Ae dari 0 – tak terhingga (ekstrapolasi)
= jumlah obat max yang diekskresi dalam urin
= sebanding dengan jumlah obat yang bioavailabel
• dAe/dt= kec ekskresi obat dalam urin
• (dAe/dt)max = kec max ekskresi obat dalam urin → terjadi pada
t max (plasma) → tergantung pada jumlah dan kec absorpsi
• Ae dan (dAe/dt)max → paling relevan untuk penilaian BE
• Aet → paling dipercaya untuk besarnya absorpsi (jumlah obat
bioavailabel)

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


ANALISIS DATA

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


Kriteria bioekivalen
Kriteria bioekivalen ditetapkan berdasarkan 2 parameter bioavailabilitas yaitu
AUC0-t dan Cmax . obat uji (test=T) dan obat komparator (reference= R)
dikatakan bioekivalen jika :
• a. rasio nilai rata-rata geometrik (AUC)T / (AUC)R = 1,00 dengan 90% Cl =
80,00-125,00% (Indeks Terapi lebar) dan 90,00-111,11% (Indeks terapi
sempit).
• b. rasio nilai rata-rata geometrik (Cmax )T / (Cmax)R juga = 1,00 dengan 90%
Cl = 80,00-125,00%. Umumnya CV Cmax lebih besar dibanding CV AUC,
sedangkan variabilitas Cmax dinilai tidak begitu relevan secara klinik , maka
kriteria penerimaan Cmax dapat diperlebar hingga maksimum 69,84-
143,19%.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


c. perbandingan tmax dilakukan hanya jika ada klaim yang
relevan secara klinik mengenai pelepasan zat aktif dari
formulasinya atau kerja yang cepat atau adanya tanda-tanda
yang berhubungan dengan efek samping obat.
Nilai 90% confidence interval (CI) dari perbedaan tmax harus
terletak dalam interval yang relevan secara klinik.
Catatan:
Nilai confidence interval (CI) tidak boleh dibulatkan, maka untuk
CI 80,00-125,00 nilainya harus minimal 80,00 dan tidak lebih
dari 125,00.

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID


www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID
Alur Permohonan Uji BA/BE Obat
Lab Uji BE/Sponsor

Konsultasi
Protokol

KI/KE

Perbaikan
BPOM

Disetujui

Persetujuan Pelaksanaan Uji BE


Izin Import Obat Uji BE

www.uhamka.ac.id info@uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamka @UhamkaID

Anda mungkin juga menyukai