Anda di halaman 1dari 20

REVIEW

Dasar-Dasar Islami Tasawuf

Disusun untuk menyelesaikan tugas UAS mata kuliah

“Tafsir Hadist dan Ayat Sufistik”

Dosen Pengampu : Dr. Rizqa Ahmadi, LC., MA.

Oleh

Desy Irmawati (126303212035)

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tasawuf dalam Islam mulai berkembang setelah Islam memiliki hubungan dengan
agama Kristen dan Hindu Budha. Di mana kemudian animisme adalah kepercayaan orang
Indonesia mengambil alih lebih dulu. Islam sendiri datang tanpa kampanye, Islam datang
damai, kemudian muncul da'i dari perkembangan Islam merupakan uraian pertama tentang
pengantar masuknya tasawuf.

Padahal, tasawuf ini sudah ada sejak zaman Nabi dan diikuti kemudian dari teman-
temannya. Secara etimologis, kata tasawuf berasal dari bahasa Arab tashawwafa,
yatashawwafu, tashawwafan. Namun, para ilmuwan tidak setuju kata tasawwuf konon berasal
dari kata shaff, yang berarti garis dalam pengertian ini mencatat umat Islam awal yang berdiri
di barisan depan saat kebaktian doa atau perang suci. Seperti beberapa orang lain yang
mempercayai kata itu Tasawuf berasal dari kata Suffah yang artinya serambi masjid tempat
tinggal sebagian orang Sahabat Rosululloh SAW. Tentang pendapat lain dari mana asal kata
tasawuf Kata suf berarti wol dan menunjukkan kecenderungan ke arah itu pengetahuan batin
yang mendalam terlepas dari penampilan dan sering hanya memakai satu potong bulu domba
sepanjang tahun.

Tasawuf adalah suatu disiplin ilmu dalam islam atau sains Islam merupakan hasil dari
kebudayaan Islam yang kemudian muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad. Intinya Tasawuf
dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan cinta dan kesempurnaan spiritual. Tasawuf atau
Sufieme adalah salah satu aspek esoteris Islam dan pembentukannya ihsan yang menyadari
adanya komunikasi antara hamba dengan Tuhan. Tasawuf merupakan jantung pelaksanaan
ajaran Islam dan kunci kesempurnaan praktis. Tasawuf adalah ilmu mengetahui bagaimana
menyucikan jiwa, mensucikannya bangunan moral, jasmani dan rohani untuk kebahagiaan
abadi. Tasawuf Pertama adalah gerakan Zuhud (menjauhi urusan duniawi) dalam Islam dan di
Perkembangannya melahirkan tradisi tasawuf Islam. Tujuan tasawuf adalah untuk menjalani
kehidupan pada tingkat spiritual dengan mensucikan dan memanfaatkan hati Semua perasaan
dan pemikiran di jalan Allah Tasawuf sendiri dalam Islam terdiri dari beberapa bagian yaitu
tasawuf klasik dan tasawuf modern. Tasawuf klasik adalah tasawuf yang dipraktikkan oleh
Para sufi meninggalkan kesenangan dunia dan hidup menurut sang penguasa hidup itu sangat
sederhana dan jauh dari keramaian duniawi beruzlah dengan gapura untuk mendekati Tuhan
untuk merasakan kedekatan Tuhan yang benar Miliknya.

Di beberapa titik, baru-baru ini muncul disiplin ilmu baru, yang disebut dengan tasawuf
modern, yaitu dengan ilmu tasawuf yang diamalkan para sufi tanpa meninggalkannya
kesenangan atau kesenangan duniawi, bahkan dalam tasawuf modern penekanannya pada sufi
Tugas membangun dunia ini, tugas kita sebagai manusia di bumi ini adalah seperti seorang
khalifah di bumi, yang tugasnya adalah membuat bumi subur segala isinya dan
membebaskannya dari tangan atau perilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas
kehancuran negara ini dan membantu orang-orang dengan kebiasaan buruk Perbaikan akhlak
menurut kaidah Hukum Agama. Tasawuf memiliki Aliran yang disebut tasawuf filosofis,
tasawuf akhlaqi dan tasawuf amali.

BAB 2

RINGKASAN MATERI

Tasawuf bersifat universal baik pada arti ruang juga waktu, tasawuf menjadi aspek
spiritual Islam ditentukan sang unsur-unsur gaib atau filosofis yg terdapat sebelum Islam,
misalnya mistisisme Kristen, Hindu, atau system filsafat Neo-Platonisme & Stoikisme. Tetapi
itu bukan berarti bahwa Islam menjadi kepercayaan nir relatif buat menaruh basis bagi
kehidupan spiritualnya sendiri. Seandainya sistem-sistem gaib & filosofis pra-Islam nir pernah
terdapat, mistisisme Islam atau Tasawuf ini akan permanen tumbuh, lantaran spiritualitas
dalam hakikatnya adalah kebutuhan esensial manusia, kapan saja & dimana saja. Dan itulah
sebabnya mistisisme dengan segala variasi & kesamaannya sanggup & sudah tumbuh pada
tradisi & bangsa pada semua penjuru global ini. Demikianlah, maka Islam sudah menaruh
beberapa basis bagi sistem spiritualnya sendiri yg dianggap menjadi tasawuf.

Sebagai sebuah sistem spiritual, tasawuf tentu mempunyai basis filosofis, pada atas
mana semua bangunan spiritualnya didirikan. Basis filosofis tadi nir lain daripada basis atau
prinsip bagi semua yg terdapat pada alam semesta ini, yaitu Tuhan. Tuhan merupakan basis
ontologism bagi segala sesuatu, yg tanpa-Nya, segala yg terdapat ini akan kehilangan
pijakannya. Para sufi menyebut prinsip ini menjadi kebenaran (al-haqq). Disebut al-haqq
lantaran Dia-lah satu-satunya yg terdapat pada arti yg sesungguhnya, yg mutlak, ad interim yg
lain bersifat relatif atau majasi.

Para sufi mendeskripsikan Tuhan menjadi sebuah prinsip yg menyeluruh & sempurna.
Dari sudut pandang waktu, Dia merupakan yg Awal & yg Akhir, pada arti Dialah berdari &
loka balik segala yg terdapat. Dari sudut ruang, Dia merupakan yg Lahir & yg Batin, yakni yg
imanen & yg transendental. Dan konsep empiris yg sempurna ini sepenuhnya berdasarkan
dalam ayat al-Qur'an, tepatnya surah al-Hadid ayat 3

ٰ ‫ِر و ا‬
َُ ‫اْل ِخ َُر ااْل َّو‬
َ‫ل هُو‬ َُ ‫ظاه‬ ِ ‫ل وهُوَ و االب‬
َّ ‫اطنَُ وال‬ َِ ‫ع ِليامَ ش ايءَ بِ ُك‬

Artinya

“Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir & Yang Batin; & Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu”.

Esensi menurut sebuah sistem mistisisme merupakan perasaan dekat menggunakan


Tuhan. Dan perasaan dekat ini dinyatakan pada perasaan sufi akan kehadiran Tuhan pada mana
pun ia berada. Kehadiran Tuhan yg dirasakan baik pada dirinya juga pada alam yg
mengelilinginya.

Tasawuf menjadi suatu bentuk pemahaman pada Islam sudah memperkenalkan betapa
ajaran cinta (mahabbah) menempati kedudukan yg tinggi. Dalam kajian tasawuf, mahabbah
berarti menyayangi Allah & mengandung arti patuh pada-Nya & membenci perilaku yg
melawan pada-Nya, mengosongkan hati menurut segala-galanya kecuali Allah SWT dan
menyerahkan semua diri pada-Nya. Kaum Sufi menduga mahabbah menjadi modal primer
sekaligus mauhibah menurut Allah Swt, buat menuju kejenjang ahwâl yg lebih tinggi.
Pengertian mahabbah menurut segi tasawuf ini lebih lanjut dikemukakan al-Qusyairi menjadi
berikut:

ُ‫ق ش ِريافةَ حالةَ ا المحب ََّة‬ ُ ‫ن ِبها ِل الع اب َِد‬


ََّ ‫سباحان َهُ ش ِهداالح‬ َ‫سباحان َهُ ف االحقَ ِل الع اب َِد محبَّ ِت َِه وا اخبرع ا‬ َُ ‫االعبادَ ي ُِحبَ ِبانَّ َهُ ي اُوص‬
ُ ‫ف‬
ُ ‫ف و االع اب َد‬ ََّ ‫سباحا االح‬
َُ ‫ق ي ُِحبَ بِانَّ َهُ ي اُوص‬ ُ ُ‫ن َه‬

Al-Mahabbah adalah hal (keadaan) jiwa yg mulia yg bentuknya merupakan


disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT, sang hamba, selanjutnya yg dicintainya itu juga
menyatakan cinta pada yg dikasihi-Nya & yg seseorang hamba menyayangi Allah SWT.
Konsep al-hub (cinta) pertama kali dicetuskan oleh seorang wanita sufi terkenal
Rabi'atul Adawiyah (96 H - 185 H) menyempurnakan dan menyempurnakan versi asketisme,
al khauf Perangَ Raja”َ karyaَ tokohَ sufiَ Hasanَ Alَ Basr.َ Cintaَ murni lebih tinggi dan lebih
sempurna dari al khauf raja' (ketakutan dan harapan), untuk cinta yang murni, Tidak
mengharapkan apapun dari Allah kecuali keridhaan-Nya. Menurut Rabi'atul Adawiyah, al Hub
adalah kerinduan dan pengabdian kepada-Nya. Perasaan cinta merayap ke dalam hati Rabi'atul
Adawiyah dan memaksanya mengorbankan seluruh hidupnya hidupnya mencintai Allah SWT.

Cinta Rabi'ah kepada Allah SWT begitu memenuhi seluruh jiwanya menolak semua
lamaran pernikahan. Dia bilang dia milik Tuhan kekasihnya, sehingga siapa pun yang ingin
menikahinya harus meminta izin terlebih dahulu. Rabiah pernah ditanya: Apakah kamu
membenci setan? Dia membalas, "Tidak, cintaku pada Tuhan tidak memberiku ruang kosong,
tidak ada tempat membenci iblis Ditanya apakah dia mencintai Nabi Muhammad SAW? Dia
menjawab:َ “Sayaَ mencintaiَ Nabiَ Muhammadَ SAW,َ tetapiَ cintaَ sayaَ adalahَ untukَ orang-
orang Aku berpaling dari cinta makhluk. Ada banyak puisi dan karangan tentang Rabi'ah
Menggambarkan cintanya kepada Allah SWT.

Dasar-Dasar Tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadist

Para sarjana tasawuf sepakat bahwa tasawuf didasarkan pada asketisme sebagaimana
yang dilakukan oleh Nabi SAW dan sebagian besar sahabat dan tabi'in. Asketisme ini
merupakan implementasi dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi (saw) beralih ke akhirat, berjuang
untuk menyingkirkan kesenangan. keduniawian yang berlebihan berusaha untuk menyucikan
diri, bertawakal kepada Allah SWT, Takut akan ancaman-Nya, berharap belas kasihan dan
pengampunan dari-Nya dan orang lain.

1. Dasar-dasar Al-Qur'an

Meskipun ada perbedaan arti kata shufy, namun jalur yang ditempuh para Sufi
didasarkan pada Islam. Di antara ayat-ayat Allah yang dijadikan dasar urgensi Asketisme
dalam kehidupan duniawi adalah Firman Allah dalam Alquran yang berbunyi:

ٰ ‫ي لهَ ن ِزداَ ا‬
َ‫اْل ِخر َِة ح ارثَ ي ُِر اي َد ُ كانَ م ان‬ َ‫ن ح ارثِهَ فِ ا‬ ٰ‫ن ا‬
َ‫اْل ِخر َِة فِى لهَ وما ِم انهاَ نُؤا تِهَ الد انيا ح ارثَ ي ُِر اي َد ُ كانَ وم ا‬ ِ َّ‫ن‬
َ‫صيابَ ِم ا‬
Artinya

“Kami akan meningkatkan kemenangan ini untuk setiap orang yang menginginkan
kemenangan di akhirat Kepadanya dan kepada semua orang yang ingin mengambil manfaat
darinya di dunia, Kami akan memberinya bagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak
akan mendapat bagian di akhirat. (Q.S AsyDyuura [42]: 20)

Di antara teks Al-Qur'an yang memerintahkan orang-orang beriman: Firman Allah


SWT dalam ayat Q.S al-Hadid [57]: 20

‫ل ِفى وتكاثُرَ بيان ُك اَم َّوتفا ُخرَ َّو ِزيانةَ َّول اهوَ ل ِعبَ الد انيا االح ٰيو َة ُ انَّما عال ُم آْوا‬ َِ ‫اال ُكفَّارَ اعاجبَ غياثَ كمث‬
َِ ‫ل و ااْل اوْل َِد ااْل اموا‬
‫ج ث ُ ََّم نبَات ُ َه‬ ٰ ‫ّللاِ ِمنَ َّوم اغ ِفرةَ ش ِديادَ عذابَ ا‬
‫اْل ِخرةَِ وفِى ُحطا ًماَ ي ُك اونَُ ث ُ ََّم ُم ا‬
َُ ‫صف ًّرا فت ٰرى َهُ ي ِه اي‬ َٰ َ‫ِْل الد انيَا ْٓ االح ٰيو َة ُ وماَو ِرضاوان‬
َ َّ ‫ا‬
ُ ‫االغُ ُر او َِر متا‬
َ‫ع‬

Artinya

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan kesenangan, perhiasan
dan kebanggaan di antara kamu dan bersaing untuk kekayaan dan anak-anak seorang anak
seperti hujan, yang panennya memukau para petani; kemudian (tanaman) mengering dan
terlihat menguning, lalu hancur. Dan di sini (di akhirat) akan ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah dan keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang palsu.

Ayat ini menekankan bahwa kebanyakan orang melakukan perbuatan baik Maka
jauhkanlah dia dari amalan-amalan yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya mereka kami
menemukan toko di Black Joy dan Kegelapan nafsu dimulai dengan kesenangan dalam pakaian
yang indah, tempat tinggalnya cantik dan semua yang bisa menyenangkan nafsu, bangga akan
garis keturunan dan jumlah harta dan keturunan (anak cucu). Namun semua hal ini sementara
dan bisa menjadi alasan utama kehancuran seseorang pedih pada hari di mana Allah
menegakkan keadilan, karena semua itu hanyalah kesenangan belaka, sedangkan rahmat Allah
hanya bagi orang-orang yang jauhi hal-hal yang mengabaikannya.

Ayat-ayat Alquran lainnya yang dijadikan dasar tasawuf adalah ayat-ayat itu
kewajiban orang beriman untuk selalu percaya dan pasrah hanya untuk Allah swt saja dan
cukup untuk dirinya sendiri sebagai tempat hanya untuk Allah itu tergantung pada semua hal,
ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan masalah itu sudah cukup Variasi, tetapi penulis puas
dengan ayat yang merupakan Firman Tuhan Dalam ayat Q.S. at-Thalaq [65]: 3

ُّّ‫ن ي ار ُز اق َه‬ َُ ‫ن يحا تسِبَُ ْلَ حي‬


َ‫اث ِم ا‬ َ‫ّللاِ عَلى يَّتو َّك ا‬
َ‫ل وم ا‬ َٰ ‫ّللاُ جعلَ قداَ ا ام ِرهَ با ِل َُغ‬
ََّ ‫ّللا ا‬
َٰ َ‫ِنَح اسبُهَ ف ُهو‬ َٰ ‫ل‬ َِ ‫قد ًارا ش ايءَ ِل ُك‬
Artinya

“Dan dia memberinya makanan dari arah yang tak terduga. Dan semua orang
bertawakallah kepada Allah, dan Allah pasti akan mencukupi kebutuhannya. Faktanya Tuhan
mengurus urusannya sendiri. Padahal, Tuhan yang mengaturnya dari semua.

Di antara ayat-ayat Alquran yang menjadi dasar munculnya asketisme dan Ayat-ayat
yang berbicara tentang takut akan Tuhan dan Satu-satunya harapan di antara mereka kepada-
Nya adalah Firman Allah dalam ayat Q.S as-Sajadah: 16 yang berbunyi:

‫ن ُجنُ او ُب ُه اَم تتج ٰافى‬ ِ ‫يُ ان ِفقُ اونَ رز اق ٰن ُه اَم َّو ِم َّما َّوطم ًعاَ خ اوفًا ر َّب ُه اَم يداع اُونَ االمض‬
َِ ‫اج َعِ ع‬

Artinya

“Perut mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada tuhannya penuh
ketakutan dan harapan, dan mereka mengkonsumsi sebagian dari makanan yang kami sediakan
berikan kepada mereka.

Arti dari firman Allah SWT: "Perut mereka jauh dari tempat tidur mereka" adalah
bahwa mereka tidak tidur ketika orang biasanya tidur untuk melakukan shalat malam. Ada
banyak ayat yang berbicara tentang urgensi ketakutan dan satu-satunya harapan Tuhan saja
tetapi juru tulis sudah cukup dalam dua ayat sebelumnya.

Di antara ayat-ayat yang menjadi dasar tasawuf adalah manuskrip Alquran


merekomendasikan ibadah di malam hari atau dalam bentuk pujian atau quyamulail
diantaranya adalah Firman Allah:

َِ ‫سى لَّكَ نافِل َةً بِهَ فته َّج َدا الَّ اي‬
َّ‫ل ِمن‬ ْٓ ٰ ‫ن ع‬
َ‫َّمحا ُم اودًا مقا ًما ربكَ يَّباعثكَ ا ا‬

Artinya

“Dan pada beberapa malam shalat Tahajud juga dilakukan (sebagai ibadah). kepadamu:
semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (Q.S. Al-Isra' [17] Ayat: 79

َ‫ال بُ اكر َة ً ر ِبكَ اسامَ اذا ُك ِر‬


َ ً ‫صي‬ َِ ‫ال وس ِبحا َهُ لهَ فا اس ُجداَ الَّ اي‬
ِ ‫ل و ِمنَ َّوا‬ َ ً ‫ال لي‬
َ ً ‫ط ِوي‬

Artinya

“Dan sebutlah nama Tuhanmu pagi dan petang. Dan Sebagian malam, lalu bersujud di
hadapan-Nya dan memuji-Nya di bagian ini malam yang panjang (ayat Q.S Al-Insa [76]: 25-
26
Tiga ayat di atas menunjukkan bahwa mereka yang selalu begadang rajin bernyanyi di
malam hari dan memeriahkan malam dengan doa dan tindakan pemujaan matahari lainnya
hanya untuk harapan Belas kasihan, pengampunan, kepuasan, dan cinta Tuhan untuknya adalah
yang paling penting di sisi Tuhan.

Kecuali hal-hal yang penulis uraikan sebelumnya, di antara pepohonan Dogma tasawuf
adalah mencintai Tuhan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan berdasarkan firman Allah swt
dalam surat Q.S at-Taubah: 24

ُّ ‫ل‬ َ‫ل وع ِشيارت ُ ُك اَم وا ازوا ُج ُك اَم وا اِخوانُ ُك اَم وابان ۤاؤُ ُك اَم ٰاب ۤاؤُ ُك اَم كانَ ا ا‬
َ‫ِن ا‬ َُ ‫كسادها ت اخش اونَ و ِتجارةَ ا اقتر افت ُ ُم اوهاَِوا اموا‬
َُ‫ّللاِ ِمنَ اِل اي ُك اَم احبََّ ت ارض اونهَا ْٓ ومسٰ ِكن‬ َٰ َ‫س او ِله‬ُ ‫ي و ِجهادَ ور‬ ُ َّ‫ّللاُ يأاتِيَ حتٰى فترب‬
َ‫ص اوا سبِ اي ِلهَ فِ ا‬ َٰ ‫االق اومَ ي اهدِى ْلَ و‬
َٰ َ‫ّللاُ بِا ام ِره‬
‫اال ٰف ِس ِقيان‬

Artinya

“Jika ayahmu, anakmu, saudaramu, istrimu, Keluarga Anda, kekayaan tempat Anda
bekerja, bisnis yang Anda sayangi kehilangannya dan rumah yang Anda cintai lebih dari
Anda cintai Allah dan Rasul-Nya dan carilah jalan-Nya, lalu tunggulah Allah memberi
Keputusannya.”َDanَTuhanَtidakَmembimbingَorangَfasik.َ

Ayat ini menunjukkan cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan Jihad Jalannya harus
didahulukan, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih dari cinta kepada ayah, ibu, anak,
istri, keluarga, harta benda, bisnis dan semua urusan duniawi, atau dengan kata lain seseorang
yang ingin mencari kebahagiaannya di dunia ini dan merindukan tempat terbaik di akhirat
Biarkan dia menjadikan Allah dan Rasul-Nya cinta tertinggi untuk dirinya sendiri.

2. Dasar-dasar Hadits

Jika kita cermati kisah hidup Nabi Muhammad SAW dan teman-temannya akan
ditemukan yang menyenangkan Tuhan sikap zuhud dan ketawadhu'an dipadukan dengan
ibadah wajib dan wajib Sunnah, bahkan secara individu, Nabi, semoga Tuhan memberkatinya
dan memberinya kedamaian, tidak pernah meninggalkan sholat malam sampai Lututnya lecet
karena berdiri dan membungkuk dan membungkuk sepanjang malam, dan dia bisa melihat
tidak pernah meninggalkan pelatihan sampai akhir hayatnya, itu sudah selesai melihatnya
karena dia menyukai pemahaman tentang jiwa dan alam semesta yang mencintainya adalah
Tuhan, yang cintanya kepada manusia tidak pernah dilanggar yang mencintainya Uraian hadits
fi'liyah di atas adalah salah satu bentuknya Para sufi menggunakan tasawuf sebagai landasan
untuk mewujudkan pemahamannya.

Selain itu, ada juga hadits Qauliyah yang menjadi bagian dari dasar-dasarnya Ajaran
tasawuf dalam Islam, di antaranya hadits, adalah:

َ‫ل ا‬
ّ‫ن‬ َِ ‫ان س اه‬
َِ ‫ِي ِ س اعدَ ب‬ ََّ ِ‫ّللاُ صلَّى النَّب‬
َ ‫ي أتى قالَ السَّا ِعد‬ ََّ ‫سولَ يا فقالَ ر ُجلَ وسلَّمَ عل اي َِه‬ ََّ ‫أنا إِذا عملَ على دُلَّنِي‬
ُ ‫ّللاِ ر‬
ُ‫ّللاُ أحبَّنِي ع ِم الت ُ َه‬ َُ َّ‫ل فقالَ الن‬
ََّ ‫اس وأحبَّنِي‬ َُ ‫سو‬ ََّ ‫ّللاُ صلَّى‬
ُ ‫ّللاِ ر‬ ََّ ‫ازهداَ وسلَّمَ عل اي َِه‬
‫ّللاُ ي ُِحبَّكَ الد انيا فِي ا‬ ‫أ ايدِي فِي فِيما و ا‬
ََّ َ‫ازهدا‬
ِ ََّ‫ي ُِحبوكَ الن‬
َ‫اس‬
Artinya

Tentang sahabat Sahal bin Saad al-Sa'idy dia berkata: datang kepada seseorang
Rasulullahَ(damaiَdanَberkahَAllahَbesertanya)َmengatakan:“WahaiَRasulullah!َTunjukkanَ
pada saya latihan ketika saya lakukan itu dan Allah akan mencintaiku dan orang-orangَjuga,”َ
kata Rasulullah, damai dan berkah besertanya: "Jadilah pertapa di dunia ini dan Tuhan akan
mencintaimu dan menjadi pertapa." di atas semua yang dimiliki orang, maka mereka (orang)
akan mencintaimu."

ّ‫ قال ثابِت بانَُ ز اي َدُ ن‬: َُ‫سولَ س َِم اعت‬ ََّ ‫ّللاُ صلَّى‬
ُ ‫ّللاِ ر‬ ََّ ‫ل وسلَّمَ عل اي َِه‬ َُ ‫ن يقُو‬ َ‫ّللاُ ف َّرقَ ه َّم َهُ الد انيا كان ا‬
َ‫ت م ا‬ ََّ ‫وجعلَ أ امر َهُ عل اي َِه‬
ُ‫ن يأاتِ َِه ول اَم عيان اي َِه بيانَ ف اقرَه‬ َ َّ ِ‫ن ل َهُ ُك ِتبَ ما إ‬
َ‫ْل الد انيا ِم ا‬ َ‫ت وم ا‬ ََّ ُ‫الد انيا وأتتا َهُ ق البِ َِه فِي ِغنا َهُ وجعلَ أ امر َهُ ل َه‬
َ‫ّللاُ جمعَ نِيَّت َهُ ااْل ِخر َة ُ كان ا‬
َ‫را ِغمةَ وهِي‬

Artinya

Atas otoritas Zaid bin Thabit dia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Dia
yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, Tuhan meninggalkannya semua miliknya, dan dia
tidak menerima apa pun dari dunia kecuali apa yang dia miliki pakai dia Dan dia yang
menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Tuhan mengumpulkan semua kekayaan untuknya
dan mengubahnya menjadi kekayaan dalam hatinya dan menangkan dunia ketika dia terdesak.”

Hadits pertama menunjukkan perintah untuk selalu berlatih asketisme di dunia,


sementara hadits lain menjelaskan teguran dari kehidupan yang bertujuan keduniawian belaka
dan kemuliaan akhirat. Dua hadits menyatakan kemuliaan mereka yang hanya menjadikan
Tuhan sebagai tujuan utama mereka Hidup dan merasa puas dengan semua yang telah Tuhan
berikan kepadanya.

Selain kedua hadits tersebut di atas, banyak juga hadits yang memberikan wasiat orang
percaya bahwa mereka seharusnya tidak hanya fokus pada kehidupan duniawi, dan mereka
harus dia selalu memotong semua keinginan duniawi dan tidak menikah hidup di dunia
selamanya dan berusaha untuk tidak menjadi kaya di dalamnya sesuai dengan kebutuhannya,
maka Rasulullah mewariskan kepadanya Abdullah bin Umar menepuk pundaknya dan berkata:

َ‫سبِيل عا ِب َُر أ اَو غ ِريبَ كأنَّكَ الد انيا فِي ا‬


ُّ ‫ن‬

Artinya

Jalani hidupmu di dunia seolah-olah kamu adalah orang asing atau orang asing
penumpang"

 Hadist-Hadist kudisi

‫قال عنه هللا رضي هريرة أبي عن‬: ‫قال تعالى هللا إنَ وسلم عليه هللا صلى هللا رسول قال‬: ‫فقداَ و ِليًّا لى عادى من‬
‫ب أذنتاه‬ ‫ي تقرب وما ا‬
َِ ‫بالح ار‬ ََّ ‫ي أجبَ بشيء عبدي اِل‬ َ‫ا‬
ََّ ‫افترضت مما ال‬ َُ ‫ي يتقربَُ عبدى يزا‬
‫ل وما عليه‬ َِ ِ‫بالنَّواف‬
ََّ ‫ل ال‬
‫به ا ال ورجله بها يبطش الهي ويده اُباصره الذي ا‬
‫سمعه كنتَُ أحببتُه فإذا أحبه حتى‬

Artinya

“DariَAbiَHurairahَyangَmengatakanَbahwaَRasulullahَ(saw)َberselingkuh: "Ya Allah


bersabda:َ “Barangَ siapaَ yangَ menjadiَ musuhَ kekasihku,َ akuَ benar-benar akan
mengizinkannya.” berperang dan hamba-hamba-Ku tidak berbuat apa-apa untuk mendekati-
Ku Aku mencintai lebih dari apa yang Aku paksakan, dan hamba-Ku tidak akan berhenti
mendekati-Ku melalui amalan sunnah sampai Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya
jadi aku adalah telinganya yang biasa dia dengar Penglihatannya biasa ia lihat, tangannya biasa
ia tampar, dia menggunakan kakinya untuk berjalan dan jika dia memintaku, aku pasti akan
melakukannya memberi dan jika dia meminta perlindungan, saya pasti akan melindunginya"

‫قال ةجلَ عزَ ربه عن يرويه فيما وسلم عليه هللا صلى النبي عن عنه هللا رضي أنس عن‬: ‫ي العب َد ُ تقرب إذا‬
ََّ ‫تقربتَُ ِشب ًارا ال‬
ََّ ‫باعًا منه تقريتَُ ذراعًا ال‬، ‫)البخاري رواه( هرولة أتيتُه يمشي أتاني وإذا‬
‫ذِراعًا اليه‬، ‫ي تقرب وإذا‬

Artinya

“DariَAnas ra, dari Nabi SAW, dia meriwayatkan apa yang dikatakan Tuhannya adalah
yang paling mulia dan terbesar, ketika hamba mendekat Saya memiliki tendon, jadi saya
mendekati ulna ketika mendekati saya satu hasta, dan aku akan mendekati satu hasta, dan ketika
dia datang kepadaku berjalanَlaluَakuَberlariَmenghampirinya”َ(HR.َAl-Bukhari)
Hadits Qudsi pertama menjelaskan proses mahabah (cinta) kepada Allah, kedudukan
orang-orang yang mencintai Allah dan dicintai-Nya. seorang pria yang mencintai Tuhan yang
mendekatinya. Anda memiliki pertahanan yang luar biasa Allah SWT. Hadits qudsi lainnya
menunjukkan bahwa Allah itu dekat dengan hambanya sesuai dengan keinginan dan usaha
yang sungguh-sungguh dari hambanya untuk mendekati-Nya.

 Hadist-hadist nabi

َ‫ل ع ان‬
َِ ‫ان س اه‬
َِ ‫ِي ِ س اعدَ ب‬ ََّ ِ‫ّللاُ صلَّى النَّب‬
َ ‫ي أتى قالَ السَّا ِعد‬ ََّ ‫سولَ يا فقالَ ر ُجلَ وَسلَّمَ عل اي َِه‬ ََّ ‫أحبَّنِي ع ِم الت ُ َهُ أنا إِذا عملَ على دُلَّنِي‬
ُ ‫ّللاِ ر‬
َُ َّ‫ل فقالَ الن‬
ََّ ‫اس وأحبَّنِي‬
ُ‫ّللا‬ َُ ‫سو‬ ََِّ ‫ّللاُ صلَّى‬
ُ ‫ّللا ر‬ ََّ ‫ازهداَ وسلَّمَ عل اي َِه‬
‫ّللاُ ي ُِحبَّكَ الد انيا فِي ا‬ ‫اس أ ايدِي فِي فِيما و ا‬
ََّ َ‫ازهدا‬ َ ِ َّ‫ي ُِحبوكَ الن‬
Artinya
“Dariَ sahabatَ Sahalَ binَ Saadَ as-Sa'idy beliau berkata: datanglah seseorang kepada
Rasulullah Saw dan berkata: 'Wahai Rasulullah! tunjukanlah aku sutu amalan, jika aku
mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia', Rasulullah saw merindukan:
“berlakuَzuhudlahَkamuَdiَdunia,َmakaَAllahَakanَmencintaimu,َdanَberlakuَzuhudlahَkamuَ
atas segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka (manusia) akan mencintaimu”.
‫قال ثا ِبت بانَُ ز اي َدُ عن‬: َُ‫سولَ س ِم اعت‬ ََّ ‫ّللاُ صلَّى‬
ُ ‫ّللاِ ر‬ ََّ ‫ل وسلَّمَ عل اي َِه‬ َُ ‫ن يقُو‬ َ‫ت م ا‬ ََّ ‫ف اقر َهُ وجعلَ أ امر َهُ عل اي َِه‬
َ‫ّللاُ ف َّرقَ ه َّم َهُ الد انيا كان ا‬
َ‫ن يأاتِ َِه ول اَم عيان اي َِه بيان‬
َ‫ْل الد انيا ِم ا‬َ َّ ‫ن ل َهُ ُكتِبَ ما ِإ‬َ‫ت وم ا‬ ََّ ُ‫وأتتا َهُ ق ال ِب َِه فِي ِغنا َهُ وجعلَ أ امر َهُ ل َه‬
َ‫ّللاُ جمعَ ِنيَّت َهُ ااْل ِخر َة ُ كان ا‬
‫را ِغمةَ وهِيَ الد انيا‬
Artinya
Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata: Aku mendengarkan Rasulullah SAW kehilangan:
“Barangsiapaَyangَmenjadikanَduniaَsebagaiَtujuannya,َmakaَAllahَakanَmelepaskanَdiriَdari
segala urusannya dan tidak ia mendapatkan dari dunia sesuatu apapun keculi apa yang telah di
tetapkan untuknya. Dan barang siapa yang sangat menjadikan tujuan sebaga tujuannya, maka
Allah akan mengumpulkan seluruh harta kekayaan yang dia miliki, dan menjadikan kekayaan
itu dalam hatinya, serta mendapatkan dunia sedang dia dalam keadaan tertindas”.

Hadis pertama menunjukkan perintah untuk selalu berlaku zuhud di dunia, sementara
hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan memusatkan keduniaan
belaka, dan mulianya kehidupan yang mengarah ke akhirat. Kedua hadis tersebut menjelaskan
kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan Allah sebagai tujuan utama dalam hidupnya
dan merasa cukup atas segala yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Satu fakta kebenaran yang harus pengakuan bahwa bahwa kezuhudan dan
kesederhanaan Rasulullah bukanlah karena faktor kemiskinan dan keterdesakan kondisi hidup,
melainkan karena sebuah pilihan dan kegemaran. Beliau lebih memilih hidup zuhud dan
sederhana daripada menyibukkan diri dengan berbagai bentuk kenikmatan hidup di dunia fana'
. Diriwayatkan dari Abu Umamah, dari Rasulullah SAW beliau pernah berlibur:
َّ‫ي رض‬
ََّ ‫ي ِليجا علَ ر ِبي عل‬ ‫ب يا ْلَ قُ التَُ ذهبًا م َّكةَ ب ا‬
َ‫طحاءَ ِل ا‬ َِ ‫ن ر‬ َُ ‫أو ثلثًا وقالَ ي او ًما وأ ُج او‬
َ‫ع ي اَو ًما أ اشب َُع ول ِك ا‬ َ‫هذا نحا وَ ا‬
‫وح ِمداتُكَ شك ارتُكَ شبُ اعتَُ وإذا وذك ارتُكَ إلياكَ تض َّرعاتَُ ُج اعتَُ فإذا‬
Artinya

“Rabb-ku pernah menawariku untuk mengubah padang pasir menjadi emas, namun aku
berkata: ya Tuhan, aku hanya ingin kenyang sehari dan lapar sehari –beliau membayangkan
sebanyak tiga kali atau yang setara– Sehingga bila lapar, aku dapat menyesuaikan diri pada-
Mu, dan bila kenyang, aku bersyukur kepada-Mu dan memuji-Mu”َ(HR.َAt-Turmudzi)

Selain dari hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang memberikan wasiat kepada
orang-orang mu'min agar tidak terpancang pada kehidupan dunia semata, dan hendaklah ia
selalu memangkas segala angan-angan keduniaan, serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk
hidup kesengsaraan di dunia dan tidak pula berusaha untuk memperkaya diri di dalamnya
kecuali sesuai dengan apa yang ia butuhkan, karena itu Rasulullah Saw berwasiat kepada
Abdullah bin Umar sambil meletakkan pundaknya dan tertidur:
َ‫س ِبيل عا ِب َُر أ اَو غ ِريبَ كأنَّكَ الد انيا ِفي ُك ان‬
Artinya

“Hiduplahَkamuَdiَduniaَseolah-seolah kamu adalh orang asing atau


seorang musafir”

Dari keterangan-keterangan yang berdasarkan al-Qur'an dan hadis di atas menunjukkan


bahwa ajaran tasawuf yang menjadi landasan utamanya adalah kezuhudan terhadap dunia demi
mencapai tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah yaitu ketika seseorang menjadikan dunia
sebagai persinggahan sementara dan menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah
sebagai tujuan akhir.

BAB 3
ANALISIS

Teori Asal Usul Ajaran


Dari beberapa jurnal, artikel dan buku (kajian) tentang dasar-dasar Islami tasawuf,
biasanya kita menjumpai pendapat atau teori-teori yang berkaitan dengan sumber-sumber yang
membentuk tasawuf. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ada dua teori yang
berpengaruh dalam membentuk tasawuf, yaitu teori yang berasal dari ajaran atau unsur Islam,
dan teori yang berasal dari ajaran atau unsur lain di luar Islam. Para orientalis Barat mengatakan
bahwa tasawuf bukan murni dari ajaran Islam, sementara para tokoh sufi mengatakan bahwa
tasawuf merupakan inti ajaran dari Islam.

1.Unsur Islam

Para tokoh sufi dan juga termasuk dari kalangan cendikian muslim memberikan
pendapat bahwa sumber utama ajaran tasawaf adalah bersumber dari al-Qur’anَdanَal-Hadits.
Al-Qur’anَ adalah kitab yang di dalam ditemukan sejumlah ayat yang berbicara tentang inti
ajaran tasawuf. Ajaran-ajaranَ tentangَ khauf,َ raja’,َ taubat,َ zuhud,َ tawakal,syukur,َ shabar,َ
ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam al-
Qur’an.َAntaraَlainَtentangَmahabbahَ(cinta)َterdapatَdalamَsuratَal-Maidah ayat 54, tentang
taubat terdapat dalam surat al-Tahrim ayat 8, tentang tawakal terdapat dalam surat at-Tholaq
ayat 3, tentang syukur terdapat dalam surat Ibrahim ayat 7, tentang shabar terdapat dalam surat
al-Mukmin ayat 55, tentang ridha terdapat dalam surat al-Maidah ayat 119, dan sebagainya.
Sejalan dengan apa yang dikatakan dalam al-Qur’an,َ bahwaَ al-Hadits juga banyak
berbicara tentang kehidupan rohaniah sebagaimana yang ditekuni oleh kaum sufi setelah
Rasulullah.َ Duaَ haditsَ populerَ yangَ diriwayatkanَ olehَ Bukhariَ danَ Muslim:َ “Sembahlahَ
Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, maka Ia pasti
melihatmu”َdanَjugaَsebuahَhaditsَyangَmengatakan:َ“Siapaَyangَkenalَpadaَdirinya,َniscayaَ
kenal dengan Tuhan-Nya”َ adalahَ menjadiَ landasanَ yangَ kuatَ bahwaَ ajaran-ajaran tasawuf
tentang masalah rohaniah bersumber dari ajaran Islam.
Ayat-ayat dan hadits di atas hanya sebagian dari hal yang berkaiatan dengan ajaran
tasawuf. Dalam hal ini Muhammad Abdullah asy-Syarqowiَmengatakan:َ“awalَmulaَtasawufَ
ditemukan semangatnya dalam al-Qur’anَdanَjugaَditemukanَdalamَsabdaَdanَkehidupanَNabiَ
SAW, baik sebelum maupun sesudah diutus menjadi Nabi. Begitu juga awal mula tasawuf juga
dapat ditemukan pada masa sahabat Nabi beserta para generasi sesudahnya. Selanjutnya, Abu
Nashr As-Siraj al-Thusi mengatakan, bahwa ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari al-Qur’anَ
dan as-Sunah, karena amalan para sahabat, menurutnya tentu saja tidak keluar dari ajaran al-
Qur’anَdanَas-Sunnah. Demikian pula menurut Abu Nashr, bahwa para sufi dengan teori-teori
mereka tentang akhlak pertama-pertama sekali mendasarkan pandangan mereka kepada al-
Qur’anَdanَas-Sunnah.
Selanjutnya di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW juga terdapat banyak petunjuk
yang menggambarkan dirinya sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad telah melakukan
pengasingan diri ke Gua Hira menjelang datangnya wahyu. Dia menjauhi pola hidup
kebendaan di mana waktu itu orang Arab menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta.
Dikalangan para sahabat pun juga kemudian mengikuti pola hidup seperti yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW. Abu bakar Ash-Shiddiqَ misalnyaَ berkata:َ “Akuَ mendapatkanَ
kemuliaan dalam ketakwaan, kefanaan dalam keagunganَ danَ rendahَ hati”.َ Demikianَ pulaَ
sahabat-sahabat beliau lainnya seperti Umar bin Khottob, Ustman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Abu Dzar al-Ghiffari, Bilal, Salman al-Farisyi dan Huzaifah al-Yamani.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami, bahwa teori asal usul tasawuf bersumber
dari ajaran Islam. Semua praktek dalam kehidupan para tokoh-tokoh sufi dalam membersihkan
jiwa mereka untuk mendekatkan diri pada Allah mempunyai dasar-dasar yang kuat baik dalam
al-Qur’anَ maupunَ as-Sunnah. Teori-teori mereka tentang tahapan-tahapan menuju Allah
(maqomat)َsepertiَtaubat,َsyukur,َshabar,َtawakal,َridha,َtakwa,َzuhud,َwara’َdanَikhlas,َatauَ
pengamalan batin yang mereka alami (ahwal) seperti cinta, rindu, intim, raja dan khauf,
kesemuanya itu bersumber dari ajaran Islam.

2. Unsur di luar Islam

Menurut teori Ignas Goldziher, bahwa asal usul tasawuf terutama yang berkaitan
dengan ajaran-ajaran yang diajarkan dalam tasawuf merupakan pengaruh dari unsur-unsur di
luar Islam. Goldziher mengatakan, bahwa tasawuf sebagai salah satu warisan ajaran dari
berbagai agama dan kepercayaan yang mendahului dan bersentuhan dengan Islam. Bahkan
berpendapat bahwa beberapa ide al-Qur’anَ jugaَ merupakanَ hasilَ pengolahanَ “ideology”َ
agama dan kepercayaan lain. pengaruh dari agama Nashrani, Hindu-Budha, Yunani dan Persia.

Pengaruh dari unsur agama Nashrani terlihat pada ajaran tasawuf yang mementingkan
kehidupan zuhud dan fakir. Menurut Ignas Goldziher dan juga para Orientalis lainnya
mengatakan bahwa kehidupan zuhud dalam ajaran tasawuf adalah pengaruh dari rahibrahib
Kristen. Begitu pula pola kehidupan fakir yang dilakukan oleh para sufi adalah merupakan
salah satu ajaran yang terdapat dalam Injil. Dalam agama Nashrani diyakini bahwa Isa adalah
orang fakir. Di dalam Injil dikatakanَ bahwaَ Isaَ berkata:َ “Beruntunglahَ kamuَ orangorangَ
miskin, karena bagi kamulah kerajaan Alah. Beruntunglah kamu orang-orang yang lapar,
karenaَkamuَakanَkenyang”.َSelainَIgnasَGoldziher,َpendapatَyangَserupaَjugaَdilontarkanَ
Reynold Nicholson. Menurut Nicholson,َ “Banyakَ teksَ Injilَ danَ ungkapanَ al-Masih (Isa)
ternukil dalam biografi para sufi angkatan pertama. Bahkan, sering kali muncul biarawan
Kristen yang menjadi guru dan menasehati kepada asketis Muslim. Dan baju dari bulu domba
itu juga berasal dari umatَKristen”.َ

Di samping pengaruh dari ajaran Nashrani, Goldziher juga mengatakan, bahwa ajaran
tasawuf banyak dipengaruhi oleh ajaran Budha. Dia mengatakan bahwa ada hubungan
persamaan antara tokoh Budha Sidharta Gautama dengan tokoh sufi Ibrahim bin Adam yang
meninggalkan kemewahan sebagai putra mahkota. Bahkan, Goldziher mengatakan para sufi
belajar menggunakan tasbih sebagaimana yang digunakan oleh para pendeta Budha, begitu
juga budaya etis, asketis serta abstraksi intelektual adalah pinajaman dari Budhisme. Ada
kesamaan paham fana dalam tasawuf dengan nirwana dalam agama Budha. Begitu juga ada
kesamaan cara ibadah dan mujahadah dalam ajaran tasawuf dengan ajaran Hindu. Menurut
Harun Nasution, bahwa paham fana hampir sama dengan nirwana dalam agama Budha, dimana
agama Budha mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia dan memasuki hidup
kontemplatif. Demikian dalam ajaran Hindu ada perintah untuk meninggalkan dunia untuk
mencapai persatuan Atman dan Brahman.

Untuk selanjutnya ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf juga dipengaruhi
oleh unsur Yunani. Menurut Abuddin Nata, bahwa metode berfikir filsafat Yunani telah ikut
mempengaruhi pola berfikir umat Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Hal ini terlihat
dari pemikiran al-Farabi, al-Kindi, Ibn Sina tentang filsafat jiwa. Demikian juga uraian
mengenai ajaran tasawuf yang dikemukakan oleh Abu Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi, Suhrawardi
dan lain-lain. Menurut Abuddin Nata, ungkapan Neo Platonis: “Kenallah dirimu dengan
dirimu” Para sufi mengambilnya sebagai acuan untuk memperluas makna hadis mengatakan:
“Barangsiapaَmengenalَdirinya,َpastiَmengenalَTuhannya”.َdariَsini Asal Usul Teori Hulul,
Wihdah Ash-Syuhud dan Wihdah al-Wujud. Filsafat emanasi Platonis yang menyatakan bahwa
keberadaan alam semesta ini terpancar dari hakikat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari
Allah dan kembali kepada Allah. Tetapi memasuki dunia material, pikiran menjadi tidak murni,
sehingga pikiran harus dimurnikan. Pemurnian roh terjadi tinggalkan dunia dan dekati Tuhan
sedekat mungkin. Ini adalah pelajaran kemudian mempengaruhi penampilan para Zuhud dan
Sufi dalam Islam.
Kembali ke teori Goldziher bahwa tasawuf dipengaruhi oleh iman dan agama Di luar
ajaran Islam, unsur keimanan yang bersumber dari Persia sendiri juga memiliki makna
Berpartisipasi dalam mempengaruhi tasawuf melalui hubungan politik, intelektual, sosial dan
sastra Arab dan Persia telah lama terjalin. Tapi tidak ada bukti kehidupan yang kuat
Spiritualitas Persia datang ke negara-negara Arab. Namun sebenarnya ada sedikit kesamaan
antara istilah zuhud dalam bahasa Arab Zuhud setelah agama Manu dan Mazdaq di Iran. Begitu
juga dengan konsep pengajaran Sifat Muhammad mirip dengan pemahaman Harmuz (dewa
kebaikan) dalam agama Zarathustra.

Menyanggah Teori Orientalis

Teori Goldziher dan Nicholson seperti yang terlihat di atas sisi yang berbeda memiliki
banyak kelemahan. Ketika mereka mengakui bahwa tasawuf tidak murni dari ajaran Islam,
karena fokus kesimpulan mereka hanya penelitian tasawuf dari ajaran sufi atau cara hidup.
Harus diakui bahwa itu ada Kemiripan antara kehidupan dan pemikiran tokoh sufi dengan
ajaran di luar Islam, namun kesamaan itu bukan berarti mereka mengadopsi ajaran di luar
Islam, karena Alquran dan al-Hadits merupakan sumber utama yang sarat dengan ajaran
tasawuf. Tampaknya Goldziher dan Nicholson tidak benar-benar mempelajari kedua sumber
tersebut. Mereka fokus pada pemikiran dan gaya hidup sufi, bukan pada ajarannya landasan
formal yang menjadi landasan tasawuf, dan mereka juga lupa mempelajarinya Tentang
kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang menjadi panutan Tokoh sufi.

Kelemahan lain dari teori mereka adalah bahwa mereka diidentikkan dengan ajaran
Islam daripada ajaran non-Islam yang dibangun dari produk pemikiran. Anda lupa Islam adalah
agama wahyu yang bukan hasil pemikiran manusia. Semua Pelajaran Informasi di sini bersifat
universal dan dijamin benar dan tidak akan benar mengalami perubahan. Kristen, Budha, Hindu
kepercayaan dan agama dan budaya Pemikiran Yunani dan Persia merupakan produk
pemikiran manusia yang terpisah dari ajaran Epifani. Ada kesamaan dalam ajaran Kristen
dengan konsep zuhudi dan fakir miskin dengan perilaku berpasangan Sufi yang menjalani
kehidupan asketis dan mandiri tidak berarti bahwa para sufi mengadopsi ajaran Kristen untuk
menjadi panduan mereka, tetapi hanya kesamaan aspek doctrinal hanya antara Kristen dan
Islam. Zuhud dan hidup kurus benar-benar dipraktekkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya
sebelum tokoh sufi muncul. Rasulullah SAW mengamalkan asketisme, qana'a, taqwa, mahaba,
syukur, Pertobatan, keselamatan dan perpisahan dalam kehidupan sehari-harinya, serta teman-
temannya.

Kelemahan lain dari teori Goldziher dan Nicholson adalah premature menyimpulkan
bahwa ajaran tasawuf berasal dari ajaran Hindu-Buddha. Konsep fana dan Dalam ajaran Hindu-
Buddha, kontemplasi tidak berpengaruh Mempraktikkan kajian Tasawuf terhadap tokoh sufi.
Secara historis ada kekurangan informasi menunjukkan bahwa agama Hindu-Budha
berkembang di negara-negara Arab. Menurut Qamar Kailan Pendapat yang ekstrim
mengatakan bahwa ajaran tasawuf berasal Hindu-Buddha. Artinya, sebelum masa Nabi
Muhammad SAW, ajaran Hindu-Buddha sudah berkembang di Mekkah dan Madinah,
sedangkan sepanjang sejarah belum ada kesimpulan demikian. itu. Juga tidak ada argumen
yang ditemukan dengan pengaruh Persia pernyataan yang kuat bahwa kehidupan spiritual
orang Persia tetap menembus negara-negara Arab justru sebaliknya kehidupan spiritual orang
Arab datang ke tanah Persia. Hal yang sama berlaku untuk pengaruh ajaran Neoplatonik
Yunani, informasi tidak tersedia Perilaku Nabi Muhammad SAW dan para sufi Muslim awal
diyakini berperan dalam kehidupan sufi. diwarnai oleh prinsip-prinsip pemikiran Yunani.
Pengaruh Neoplatonik berkembang jauh setelah ajaran Tasawuf dipraktikkan.
BAB 4

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori tentang asal usul tasawuf bersifat
ambigu bahkan mulai melibatkan para orientalis untuk memahami sumber ajarannya Islam.
Mereka terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa terlebih dahulu mempelajari ajaran tasawuf
secara mendalam al-Quran dan al-Hadits. Subjek penelitiannya adalah gagasan dan praktik
kehidupan masyarakat Sufi, bukan konsep ajaran sufi yang sudah ada dasarnya standar dalam
Al-Qur'an. Ketika mereka mencoba memahami Al-Qur'an dan sejarah asal-usulnya praktek
tasawuf, teori mereka bahwa ajaran tasawuf dipengaruhi oleh unsur-unsur Secara akademik
gagal dan keluar dari Islam itu sendiri. Teori yang dapat diterima adalah teori yang menyatakan
bahwa ajaran tasawuf murni ajaran Islam, bukan pengaruh. dari luar Islam. Pemikiran dan
praktik tasawuf yang bersumber dari pemahaman al-Qur'an dan al-Hadits berbeda dengan
pemikiran bebas yang bersumber dari keduanya. Pemikiran yang bukan dari Al-Qur'an dan al-
Hadits bersifat liberal, jadi tidak dapat dijadikan acuan untuk membuat grand theory yang
handal menyelidiki asal-usul ajaran tasawuf dalam Islam.

Mengenai pokok-pokok ajaran tasawuf, jika kita melihat landasannya baik dari Al-
Qur'an maupun Hadits, terlihat bahwa tasawuf mengajarkan asketisme. dan serahkan dirimu
kepada Tuhan saja dan lakukan Dia cinta tertinggi di atas semua cinta.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Muhammad bin Yazid al-Qazwiny Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Kitab; Zuhud, Bab;
Zuhud di Dunia, No Hadis; 4102. (Cet. I; Bandung: Maktabah Dakhlan, T.Th), Jld. II,
h. 1373

[2] Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary, Shahih al-Bukhary, Kitab: Riqaq, Bab:
Jadilah kamu manusi asing di dunia atau seorang pejalan jauh. (Cet. I; Beirut: al-
Makatabah al-Ilmiyah, 1417 H), Jld. III, h. 3347

[3] A.Rivay Siregar,Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme,Cet. 2, (Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 46-48.

[4] Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin,Kamus Ilmu Tasawuf, (Tt.p: AMZAH, 2005),
hlm. 246.

[5] Muhammad Rifa'i Subhi,Tasawuf Modern Paradigma Alternatif Pendidikan Islam,


(Pemalang: Manajemen Alrif, 2002), hlm. 31.

[6] M. Sholihin dan Rosihon Anwar,Kamus Tasawuf, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), 211-215.

[7] Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari,Shahih Al-Bukhari,Juz 4, (Indonesia: Dar
Ihya' Al-Kutub Al-'Arabiyah, Tt), hlm. 129.

[8] Muhammad bin Yazid al-Qazwiny Ibnu Majah,Sunan Ibnu Majah, Kitab; Zuhud,No.
Hadis; 4102. Cet. Saya, (Bandung: Maktabah Dakhlan, T.Th), Jilid. II, hlm. 1373.

[9] Mathba'ah Al-Fajr Al-Jadid,Tashawwuf Al-Islami wa Al-Khalaq, terj. Muhammad Fauqi


Hajjaj, (Jakarta: AMZAH, 2011), hlm. 58.

[10] Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary,Shahih al-Bukhary, Kitab: Riqaq,Cet. I,
(Beirut: Al-Makatabah al-Ilmiyah, 1997), Jilid. III, hlm. 3347.

[11]َReynoldَNicholson,َTheَMysticsَofَIslam,َterj.َA.َNashirَBudiman,َ“TasawufَMenguakَ
CintaَIlahi”َJakarta:َRajaَGrafindo,َ1993.

[12] Reynold Nicholson, Jalaluddin Rumi, Ajaran dan Pengalaman Sufi Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993.
[13] Muhammad Abdullah Asy-Syarqawi, Sufisme & Akal, terj. Halid al-Kaf Bandung:
Pustaka Hidayah, 2003.

[14] Abul al-Wafa’َal-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ala al Tashawwuf alIslam, terj. Ahmad
Rofi’َUstman,َ“SufiَDariَZamanَkeَZaman”,َ(Bandung:َPustaka): 1985, hlm. 25

[15] Muhammad Abdullah Asy-Syarqawi, Sufisme & Akal, terj. Halid al-Kaf (Bandung:
Pustaka Hidayah), 2003, hlm. 29

[16] Amin al-Kurdi, Tanwir al-QulubَfiَMu’amalahَ‘Alamَal-Ghuyub, (Surabaya: Bungkul


Indah), tt., hlm. 406

[17] Abu Bakr Muhammad al-Kalabadzi, at-Ta’arrufَ liَ Mazhabَ Ahlَ at-Tashawwuf, (tk.:
Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyyah, 1969).

[18] A. J. Arberry, Pasang-Surut Aliran Tasawuf, (terj.) Bambang Herawan, dari judul asli
Sufism: An Account of The Mystics of Islam, (Bandung: Mizan, 1985), cet. I, hlm.49.
Lihat pula Harun Nasutio,loc,cit., hlm.71.

[19] Asmal May, Corak Tasawuf Syekh Jalaluddin, Cet. 1, (Pekanbaru: Susqa
Press, 2001, hlm. 160.

Anda mungkin juga menyukai