Anda di halaman 1dari 28

Hukum Acara MK

PERMOHONAN

Mekanisme Constitutional Control digerakkan oleh adanya “permohonan”


dari ‘pemohon’ yg memliki “Legal Standing” utk membela kepentingan yg
dianggap dirugikan oleh berlakunya suatu UU atau berangkat dari
kewenangan konstitusional satu Lembaga Negara dilanggar atau dilampaui
oleh Lembaga Negara Lain-nya.
Dalam hukum acara MK, Hakim itu aktif dlm proses tetapi tidak boleh
melakukan inisiatif utk mengadakan pengujian UU atas kemauan sendiri.
Dlm kewenangan yg lain, Hakim/MK bersifat pasif baik dlm sengketa
kewenangan antar lembaga negara, perselisihan hasil pemilihan pemilu,
pembubaran partai, dan impeachment.
Kenapa istilah yang digunakan adalah
permohonan bukan gugatan?
Siapa yang Boleh Memohon (Legal Standing)?
Berdasarkan Psl 51 (1) UU MK, Pemohon adalah pihak yg hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh belakunya UU, yaitu: a.
Perseorangan Warganegara Indonesia b. Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat sepanjang masih hidup dan sesuai prinsip NKRI yg diatur UU
c. Badan Hukum Publik atau Privat d. Lembaga Negara.
Dengan demikian dasar Legal Standing dlm mengajukan permohonan ke
MK ada 2 hal: a. Kualifikasi Pemohon (lihat butir a – d di atas) b.
Kualifikasi Hak dan/atau Kewenangan Konstitusional pemohon yg
dirugikan oleh berlakunya UU.
MK memeriksa, mengadili, dan memutus dalam sidang pleno
yang dihadiri oleh seluruh hakim yang terdiri atas 9 (sembilan)
orang, hanya dalam keadaan “luar biasa”, maka sidang pleno
tersebut dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) Hakim
Konstitusi.

Keadaan luar biasa itu dimaksudkan adalah meninggal dunia


atau terganggu fisik/jiwanya sehingga tidak mampu
melaksanakan kewajiban sebagai Hakim

Anda mungkin juga menyukai