Anda di halaman 1dari 633

RENCANA KEGIATAN TAHUNAN

SMA Al Mazaya Islamic School

SMA AL MAZAYA ISLAMIC SCHOOL


JL. Cempaka Besar No. 57 RT/RW 03/01, Banjarmasin Tengah, Kodepos 70112
KOTA BANJARMASIN
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i

LEMBAR PENGESSAHAN............................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN................................................................................3

BAB III PROGRAM SEKOLAH.....................................................................................6

BAB IV RENCANA KEGIATAN..................................................................................16

BAB V PEMBIAYAAN..................................................................................................22

BAB VI PENUTUP.........................................................................................................25

LAMPIRAN.....................................................................................................................26

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
KATA PENGANTAR

Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas


pendidikan di SMA Al Mazaya, melaksanakan pengelolaan pendidikan yang demokratis,
transparan, dan akuntabel, serta mengupayakan pencapaian standar nasional pendidikan
(SNP) maka perlu menyusun secara harmonis rancangan berbagai kegiatan pendidikan
seoptimal mungkin dapat dilaksanakan oleh sekolah serta perkiraan perolehan dana baik yang
diperoleh dari Yayasan Al Mazaya Pelita Asia, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
maupun dari partisipasi masyarakat.
Selanjutnya hasil penyusunan tersebut dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan
Tahunan SMA Al Mazaya Banjarmasin Tahun Pelajaran 2021/2022. Dengan
melaksanakan berbagai kegiatan secara optimal melalui kegiatan-kegiatan Kurikulum,
Kesiswaan, Sarana dan Prasarana, Ketenagaan dan Rumah tangga.
Sekolah, diharapkan secara bertahap memeroleh peningkatan kualitas proses dan hasil
pendidikan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan SMA Al Mazaya Islamic.
Atas segala kekurangannya kami mohon maaf, saran serta kritiknya.

Banjarmasin, Juni 2021

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakta menunjukan pertumbuhan penduduk di Kota Banjarmasin sangat cepat akibat angka
kelahiran dan perpindahan penduduk dari daerah lain serta pertumbuhan pendapatan
penduduk Kota Banjarmasin dan sekitarnya meningkat walaupun tidak semua masyarakat
ekonominya kuat, maka dibutuhkan pendidikan nasional yang bertarap internasional.
Melihat kebutuhan masyarakat tersebut SMA Al Mazaya Banjarmasin menyelenggarakan
pendidikan nasional yang berkelas internasional.

SMA Al Mazaya Banjarmasin menyelenggarakan proses pembelajaran secara interaktif,


inovatif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, sehingga peserta didik berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk
itu SMA Al Mazaya Banjarmasin melakukan perencanaan pendidikan dan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan sesuai dengan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.

Rencana Kegiatan Tahunan SMA Al Mazaya Banjarmasin Tahun Pelajaran


2021/2022 dikembangkan untuk/dalam rangka meningkatkan prestasi siswa khususnya
pada Islamic Studies, Bahasa Inggris, Matematika dan Science serta mengutamakan
pembentukan karakter dan ahlak mulia. Dengan didukung oleh tenaga pengajar yang
kompeten, capable dan professional di bidangnya masing-masing serta mempunyai
idealisme sebagai pendidik yang mendedikasikan dan mencurahkan pengetahuan dan
keilmuannya dengan penuh perhatian dan semangat tinggi, proses pembelajaran dilakukan
dengan metode active learning. Diharapkan dengan metode dan pembelajaran yang
dimiliki, maka potensi peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Adapun dalam
pelaksanaannya tentulah diikuti dengan proses penyempurnaan sesuai dengan metode
pembelajaran interaktif dan memiliki konsep life long learning.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMA Al Mazaya sesuai dengan Kurikulum


Nasional Berwawasan Global ditambah hasil inovasi sekolah sendiri ditandai dengan
perilaku siswa sebagai berikut:

1
1. Peserta didik menjadi umat yang mampu mengimplementasikan islam secara utuh dan
konsisten
2. Peserta didik tidak hanya berpengetahuan tetapi mempunyai pengalaman
bermasyarakat dan mempunyai life skill, siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dan berprestasi
3. Peserta didik siap dan mampu menghadapi tantangan nasional dan internasional
4. Tanggap terhadap perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
5. Menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, bertanggung jawab dan kreatif sehingga
mampu mengembangkan potensi terbaiknya
6. Peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, keterampilan yang mumpuni sehingga
peserta didik dapat melanjutkan ke perguruan tinggi nasional maupun internasional

B. Landasan

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
2. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintahan Pusat dan Daerah.
4. Permendiknas no.19, tahun 2007, tentang standar pengelolaan pendidikan oleh satuan
pendidikan dasar dan menengah
5. Permendiknas no. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
7. Permendiknas no. 23, tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan
8. Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
9. Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
10. Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
11. Permendikbud No. 3 tahun 2017 tentang Standar Penilaian Hasil Belajar Oleh
Pemerintah Satuan Pendidikan.

2
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN

A. Visi, Misi, dan Tujuan

Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di SMA Al
Mazaya Banjarmasin sebagai unit penyelenggara pendidikan juga harus memperhatikan
perkembangan dan tantangan masa depan. Perkembangan dan tantangan itu misalnya
menyangkut :

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


2. Globalisasi yang memungkinkan sangat cepatnya arus perubahan dan mobilitas antar
dan lintas sektor serta tempat,
3. Era informasi,
4. Pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia,
5. Berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan,
6. Era perdagangan bebas khususnya Masyarakat Ekonomi Asia

Tantangan sekaligus peluang itu harus direspon oleh sekolah kami, sehingga visi sekolah
diharapkan sesuai dengan arah perkembangan tersebut. Visi tidak lain merupakan citra
moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang. Namun
demikian, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional. Visi juga
harus memperhatikan dan mempertimbangkan :

1. Potensi yang dimiliki sekolah,


2. Harapan masyarakat yang dilayani sekolah.
3. Tujuan Pendidikan Nasional;

a. Meyakini, memahami, dan menjalankan pendidikan ajaran agama yang diyakini


dalam kehidupan.
b. Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk berkarya dan
memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
c. Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif dalam memecahkan masalah, serta
berkomunikasi melalui berbagai media.
d. Menyenangi dan menghargai seni.
e. Menjalankan pola hidup bersih, bugar dan sehat.

3
f. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga terhadap
bangsa dan tanah air.

Dalam merumuskan visi, pihak-pihak yang terkait (stakeholders) bermusyawarah,


sehingga visi sekolah mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait, sehingga seluruh
kelompok yang terkait (guru, karyawan, siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah)
bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkannya.

Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat:

1. Filosofis,
2. Khas,
3. Mudah diingat
Berikut ini merupakan visi, misi dan tujuan yang dirumuskan oleh sekolah kami, SMA
Al Mazaya Banjarmasin:

1. Visi SMA Al Mazaya Banjarmasin

Dalam merumuskan visi, pihak-pihak yang terkait bermusyawarah, sehingga visi


sekolah mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait, berikut ini merupakan visi
yang dirumuskan oleh sekolah kami, SMA Al Mazaya Banjarmasin;
”Membentuk generasi Islami yang unggul”.

2. Misi SMA Al Mazaya Banjarmasin

Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka
panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan
berdasarkan visi di atas :

Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang interaktif, inspiratif,


inovatif, menyenangkan, dan menantang, agar peserta didik berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, inovatif dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pendidikan berbasis islami


b. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang gemar beribadah
c. Menyediakan sumber daya manusia yang profesional dan berdedikasi
d. Menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi

4
e. Menyelengarakan pembelajaran yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika,
kinestetika, dan kearifan lokal
f. Menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki
g. Menyiapkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan berwawasan global

3. Tujuan SMA Al Mazaya Banjarmasin

Langkah-langkah operasional perlu diuraikan menjadi beberapa kegiatan yang memiliki


tujuan lebih detail, lebih jelas, dapat diukur dan komunikatif. Berikut ini jabaran tujuan
yang diuraikan dari visi dan misi diatas:

a. Membentuk moral dan prilaku yang Islami dalam kehidupan peserta didik,
b. Menyiapkan peserta didik untuk senantiasa belajar sepanjang hayat guna menguasai
keterampilan hidup yang menitik beratkan kepada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, bahasa, spiritual, intelektual, sosial-emosi serta
seluruh kecerdasan,
c. Mengembangkan peserta didik sedini mungkin secara baik dan benar sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
d. Menumbuhkembangkan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
agar mampu menolong diri sendiri, yaitu mandiri dan membantu orang lain,
e. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa baik Bahasa Nasional
maupun Internasional,
f. Mempersiapkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing tinggi baik Nasional
maupun Internasional

5
BAB III
PROGRAM SEKOLAH

A. Keadaan Sekolah Tahun Pelajaran 2021/2022

1. Sarana dan Prasarana

a. Tanah Sekolah
Tanah yang digunakan oleh sekolah adalah milik Yayasan Al Mazaya Pelita Asia
yang menaungi keberadaan SMA Al Mazaya Banjarmasin dengan luas
keseluruhan 5664 m2.
b. Gedung Sekolah
Bangunan SMA Al Mazaya Banjarmasin masih dalam kondisi sangat baik, terdiri
dari beberapa ruangan digunakan untuk ruang kelas, administrasi dan penunjang
proses pembelajaran.
Keadaan gedung SMA Al Mazaya Banjarmasin tergambarkan seperti berikut:
NO Jenis Ruang Jumlah Kondisi
1 Lapangan Upacara 1 Baik
2 Ruang Kelas 6 Baik
3 Ruang Tata Usaha 1 Baik
4 Ruang Marketing 1 Baik
5 Ruang Keuangan 1 Baik
6 Ruang Guru Perempuan 1 Baik
7 Ruang Guru Laki-Laki 1 Baik
8 Ruang Lab. Biologi 1 Baik
9 Ruang Lab. Kimia 1 Baik
10 Ruang Lab. Komputer 1 Baik
11 Ruang Lab Bahasa 1 Baik
12 Ruang Perpustakaan 1 Baik
13 Ruang Ibadah 1 Baik
14 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
15 Ruang Wakil Kepala Sekolah 2 Baik
16 Ruang BK 1 Baik
17 Ruang OSIS 1 Baik
18 Ruang UKS 1 Baik

6
19 Kantin 1 Baik
20 Lapangan Olah Raga 1 Baik
21 Tempat Parkir 1 Baik
22 Mobil Dinas 2 Baik

2. Personil Sekolah

Jumlah guru dan karyawan SMA Al Mazaya Banjarmasin hingga saat ini sangat
memadai, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas. Berikut keadaan personil SMA
Al Mazaya Banjarmasin:
a. Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasi
Kualifikasi Jumlah Persen
Magister (S-2) 3 18,75%
Sarjana (S-1) 13 81,25%
Total 16 100%

b. Jumlah Guru Berdasarkan Status


Persen
Kualifikasi Jumlah
(%)
Guru Tetap Yayasan 11 68,75 %
Guru Negeri (PNS) - -
Guru Tidak tetap (Honorer) 5 31,25 %
Total 16 100 %

c. Jumlah Guru Berdasarkan Jenis Kelamin


1) Laki-laki : 3 orang.
2) Perempuan : 13 orang
d. Jumlah Tenaga Non-Guru Berdasarkan Status
Kualifikasi Jumlah Persen
Tetap Yayasan 25 100%
Negeri (PNS) - -
Tidak tetap (Honorer) - -
Kontrak - -
Total 25 100%

7
e. Jumlah Tenaga Non-Guru Berdasarkan Jenis Kelamin
1) Laki-laki : 15 orang.
2) Perempuan : 10 orang.
f. Jumlah Tenaga berdasarkan jenis pekerjaan.
1) Kepala sekolah : 1 orang
2) Wakil Kepala Sekolah : 4 orang
3) Guru : 18 orang
4) Driver : 1 orang
5) Jaga malam : 1 orang
6) Kepala IT :1 orang
7) Kepala keuangan : 1 orang
8) Kepalasarana/prasarana : 1 orang
9) Kepala TU : 1 orang
10) Manager marketing : 1 orang
11) OB : 4 orang
12) Security : 2 orang
13) Staf IT : 1 orang
14) Staf kantin : 1 orang
15) Staf keuangan : 1 orang
16) Staf laboratorium : 1 orang
17) Staf marketing : 1 orang
18) Staf TU : 3 orang
19) Staff : 4 orang

3. Struktur Organisasi Sekolah

SMA Al Mazaya Banjarmasin berada di bawah naungan Yayasan Al Mazaya Pelita


Asia. Pimpinan tertinggi di SMA Al Mazaya Banjarmasin adalah Kepala Sekolah
yang dibantu oleh 4 (empat) orang Wakil Kepala Sekolah, 1 (satu) orang Kepala Tata
Usaha dan Staff sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

8
KETUA
YAYASAN

DIREKTUR BOD

KEPALA SEKOLAH KOMITE

STAF

KESISWAAN KURIKULUM SARPRAS HUMAS

BK PUSTAKAWAN

WALI KELAS GURU

SISWA

Ketua Yayasan : Hj. Sri Erliani, M.M.,M.Kes.


Direktur : Rizky Pratama Putra, BIT.,
Hons. Board of Directors : Emon Radiman, M.Si
Kepala Sekolah :.Siti Choeriyah,S.Pd
Komite : Deffi Heldawati, S.Pd.
Staf :
Tata Usaha : Noorhasanah
Aulia Wahdah
Keuangan : Fenny Merita Sari, S.Ab
Wakil Kepala :
Bidang Kesiswaan : Nurul Jannah, S.Pd.
Bidang Kurikulum : Siti Mardiah. A, M.Pd.
Sarana Prasarana : Muhammad Budy Surya, S.E.
Humas : Mahendra Lazuardi Thariq Buana, S.Farm.
BK : Deffi Heldawati, S.Pd.
Pustakawan : Mina Adhiyati, Amd
Wali Kelas : Khairun Nisa, M.Pd
Nadya Hidayati, S.Pd..
Renanda Nila Bilianti, S.Pd.
Nabila Azizah, S.Pd.
Muhammad Firdaus, S.Pd.
Rina Supriyanti, S.Pd., Gr

9
B. Pengembangan Sekolah

Sistem penyelenggaraan pendidikan di SMA Al Mazaya Banjarmasin untuk tahun pelajaran


2021/2022 diharapkan menjadi Sekolah Nasional Berkelas Internasional.

1. Mutu Pendidikan

Beberapa analisis kualitas pendidikan yang diharapkan dalam tahun palajaran sesuai
dengan penjabaran PP No. 19 tahun 2005, di SMA Al Mazaya Banjarmasin sebagai
berikut :
a. Kurikulum

1) Memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lengkap.


2) Memiliki Silabus dan RPP secara lengkap untuk setiap mata pelajaran dengan
menerapkan inovasi-inovasi yang bermutu.
3) Kerjasama Internasional
4) Sistem penilaian komputerisasi yang penuh inovasi dan lengkap setiap mata
pelajaran untuk segala jenjang kelas.
5) Memiliki modul dan LKS
6) Memiliki bahan ajar berbasis IT
7) Melaksanakan dive rsifikasi kurikulum dengan baik.
b. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1) Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara


teknis dan administratif: Kemampuan menguasai Materi; Kemampuan
komunikasi dengan Bahasa Indonesia, Inggris Kemampuan Organisasi;
Keteladanan
2) Pembinaan kompetensi pendidik dalam aspek profesionalisme, pedagogik,
sosial, dan kepribadian
3) Pembinaan kompetensi tenaga kependidikan/administrasi sekolah.
4) Monitoring, pemantauan, supervisi dan evaluasi terhadap kinerja guru dan
tenaga kependidikan/administrasi sekolah secara komprehensif dan
berkelanjutan.
c. Proses Pembelajaran

1) Pengembangan model-model pembelajaran yang inovatif

1
2) Melaksanakan proses pembelajaran dengan kurikulum yang dirancang khusus
sebagai implementasi islamisasi, ilmu pengetahuan dan internasionalisasi
pendidikan
3) Pengembangan strategi dan pendekatan pembelajaran yang variatif
4) Proses KBM dengan bilingual
5) Sekolah Nasional Bertaraf Internasional

d. Fasilitas Pendidikan

1) Pengembangan sarana prasarana pendidikan yang sesuai dengan SPM dan SNP
dilengkapi yang mengacu pada Negara Maju
2) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan; Meja kursi mudah dipindah; AC; LCD
Projektor; Komputer; Loker; Almari perpustakaan; Mading; Atribut
3) Sarana Belajar; Buku teks; Modul buatan guru; Bahan ajar berbasis IT;
internet; CCTV; Smartboard; LKS; Perpustakaan; Lab. IPA; Lab. Komputer
4) Terwujudnya media pembelajaran yang lengkap sesuai dengan indikator
pencapaian dan kompetensi dasar tiap mata pelajaran.
5) Lingkungan pendidikan sebagai tempat belajar yang menyenangkan
6) Layanan pendidikan dengan menggunakan perpustakaan, internet, studio dan
laboratorium sebagai sumber belajar yang utama.
e. Kelulusan

1) Peningkatan KKM tiap mata pelajaran setiap tahun


2) Peningkatan prestasi belajar sesuai dengan pencapaian kompetensi lulusan.
3) Peningkatan sistem pembinaan peserta didik berprestasi akademik dan non
akademik.
4) Peningkatan kreatifitas peserta didik dalam berkarya dan berinovasi.
5) Membentuk anak didik yang berkarakter
6) Menjadi siswa kebanggaan, unggul, tangguh ideal, mandiri, kreatif, dan bisa
barsaing baik di tingkat nasional maupun internasional, yang di landasi akhlak
mulia, karakter, kepribadian yang kuat, disiplin, kecerdasan keterampilan.
f. Pengelolaan Kelembagaan Sekolah

1) Terwujudnya peningkatan dalam pelaksanaan MBS di era otonomi sekolah


2) Pengembangan konsep pemberdayaan fungsi pengelola sekolah
3) Kerjasama dengan orang tua, dan berbagai pihak dalam upaya mensukseskan
pencapaian SSN dan SNBI

1
4) Layanan informasi pendidikan secara profesional dan proporsional sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan teknologi
g. Pembiayaan

1) Sumber pembiayaan dari Yayasan Insan Cendikia, orang tua siswa, Pemerintah
dan pihak lain yang tidak mengikat.
2) Terwujudnya peningkatan penggalangan dana dari berbagai sumber dalam
pembiayaan sekolah.
3) Manajemen keuangan yang profesional, transparan dan akuntabel.
h. Penilaian

1) Model penilaian yang inovatif dan variatif


2) Instrumen atau perangkat soal evaluasi memenuhi standar
3) Administrasi dan sistem penilaian Berbasis IT.
2. Relevansi

a. Kebutuhan peserta didik akan pelayanan pendidikan, penyaluran bakat dan minat
dan pemanfaatan fasilitas pendidikan.secara maksimal
b. Kurikulum muatan lokal dan global dapat dilaksanakan secara menyeluruh
c. Jaringan internet di semua ruangan, baik ruang guru, tenaga administrasi sekolah,
maupun ruang kelas.
d. Semua komponen sekolah baik guru maupun tenaga administrasi sekolah mahir
Berbaha Inggris dan mengoprasikan serta mengakses internet
3. Kapasitas

a. Kepemimpinan sekolah yang bercirikan sebagai leader, transparansi, profesional.


b. Pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan tugas dan
fungsinya yang sudah terinci dan dapat digunakan sebagai pedoman kerja.
c. Terciptanya jalinan kerja yang efisien dan efektif baik secara vertikal maupun
horisontal.
d. Terjalinnya kerjasama di bidang pendidikan dengan berbagai instansi dan
lembaga, baik nasional maupun internasional
e. Terciptanya lingkungan kerja yang kondusif
f. Terdokumentasikannya rencana pengembangan sekolah ( RPS ) jangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek atau tahunan.
g. Terlaksananya pembelajaran yang Islami, efektif, efisien, dan menyenangkan
dengan prestasi yang diperoleh terus meningkat.

1
h. Terlaksananya monitoring, pengawasan, supervisi dan evaluasi terhadap kinerja
sekolah untuk semester maupun tahunan.
i. Terlaksananya supervisi klinis terhadap tenaga kependidikan setiap semester atau
tahun.
j. Terlaksana MBS yang partisipatif dan akuntabel baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

C. PROGRAM UNGGULAN

SMA Al Mazaya Banjarmasin bekerjasama dengan Sekolah Unggul baik Nasional


maupun Internasional, menyelenggarakan pendidikan World Class Management System,
untuk dapat melahirkan Generasi Global Mind yang betul-betul mampu
mempresentasikan diri sebagai Pemimpin Dunia, dengan program-program unggulan
sebagai berikut:

1. Academic Excelence;

a. Pendidik
b. Program
c. Ruang belajar
d. Media pembelajaran
e. Bahan ajar berbasis IT
f. Strategi, pendekatan, metode dan model
g. One Stop Education Service

2. English Program:

a. English Course; Pembelajaran bahasa inggris dengan pendekatan Revolutionary


Mastery English Pendekatan pembelajaran yang revolusioner, menyenangkan
sekaligus menantang. Penambahan kosakata secara bertahap dan terus menerus
dengan menekankan pada percakapan/kalimat sederhana atau komplek.

b. Reading English Habit; Membaca adalah salah satu media untuk memperkaya
informasi dan pengetahuan siswa.Dalam hal ini untuk memperkaya kosakata
bahasa inggris siswa diberikan media / majalah berbahasa inggris.

c. Daily English Conversation; Penguatan perolehan bahasa asing diteruskan dalam


program daily conversation. Secara bertahap siswa-siswi akan lebih terampil
berkomunikasi bahasa inggris, tentunya didampingi dan di bimbing oleh tutor yang
1
ahli.

1
3. International Class:

Mengembangkan kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Internasional yang mengacu


pada Permen no. 32, tahun 2014 Kelas Internasional

4. Interpersonal Skills;

a. Mengembangkan kemampuan personal menjadi pribadi ideal, berkarakter muslim,


tangguh, kokoh, berani dan percaya diri.
b. Melatih semua instrument diri sehingga mempunyai kepantasan untuk
mengembangakan misi sebagai Khalifah Allah di bumi.

5. Overseas Program;

a. Arah dari program ini adalah untuk pengembangan wawasan anak didik,
menguatkan keyakinan bahwa kemuliaan hidup itu baru dapat dicapai harus
dilandasi akhlak mulia, kepribadian yang kuat, ilmu pengetahuan yang tinggi,
jasmani yang kokoh, estetika yang tepat, dan dengan perjuangan yang gigih.
b. Mengenalkan kultur, adat istiadat, kepribadian, lingkungan dan alam secara global
agar meningkatkan kepercayaan diri, Bangsa Indonesia sedrajat dengan Bangsa-
bangsa lain, bahkan untuk beberapa hal kita lebih unggul dan lebih baik

6. Field Trip/Out door Study;

Field Trip adalah pengembangan kegiatan belajar dan praktek yang dilaksanakan di
luar sekolah, agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang lengkap dan maksimal
sesuai dengan pendekatan pembelajaran CTL.

7. Super Camp;

a. English Camp;
Memperkuat dan mempercepat penguasan bahasa inggris, membiasakan hidup
mandiri, membangun kerjasama sesama siswa,

b. Math Camp;
Memperkuat dan mempercepat penguasan matematika, membiasakan hidup
mandiri, membangun kerjasama sesama siswa,

1
c. Science Camp;
Memperkuat dan mempercepat penguasan Sain, membiasakan berpikir ilmiah.
melakukan penelitian hidup mandiri, dan membangun kerjasama sesame siswa.

8. Student Individual Service;


Program pelayanan individu baik akademik maupun non akademik Bagi siswa yang
punya kemampuan lebih atau tertinggal difasilitasi khusus agar mencapai hasil
maksimum
.
D. Output
Menjadi siswa kebanggaan, unggul, tangguh, ideal, mandiri, kreatif, dan bisa barsaing
baik di Tingkat Nasional maupun Internasional, yang di landasi Akhlak Mulia,
karakter bangsa, kepribadian yang kuat, disiplin, kecerdasan, keterampilan, dan Cinta
Tanah Air.

1
BAB IV
RENCANA KEGIATAN

A. Analisis Lingkungan Operasional Sekolah

SMA Al Mazaya Banjarmasin Kota Banjarmasin merupakan salah satu sekolah yang
berada di Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. SMA Al Mazaya Banjarmasin
berada pada posisi geografis yang sangat strategis, akses jalan yang lebar dengan kondisi
amat baik, dan berada di lingkungan yang nyaman, asri, aman, terhindar dari pencemaran
air, pencemaran udara, jauh dari kebisingan, maka SMA Al Mazaya Banjarmasin mudah
dijangkau dari berbagai arah dan dapat menyelenggarakan pendidikan yang kondusif.

Selain itu, berada di lingkungan perumahan dan perkantoran di Kota Banjarmasin di mana
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan lima tahun terakhir sangat baik dan sangat
membutuhkan lembaga pendidikan yang berkualitas dan unggul agar para generasi
penerusnya memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi era globalisasi.

Karena letaknya sangat strategis dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang memadai,
dan tingkat sosial masyarakat pada masa yang akan datang sangat menjanjikan, akan
berdampak positif bagi pengembangan SMA Al Mazaya Banjarmasin Kota Banjarmasin.
Pada masa mendatang sekolah ini akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Indikasi
akan terjadinya kemajuan yang sangat pesat itu makin terlihat sejak sekolah ini
memprogramkan kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional dan mendapat
dukungan penuh baik Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Banjarmasin maupun
Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Selatan, membuat sekolah ini sangat
besar diminati oleh lulusan-lulusan Sekolah Menegah Pertama (SMP) yang berprestasi,
baik akademik maupun non akademiknya. Hal ini terlihat dari besarnya animo masyarakat
yang mendaftar pada SMA Al Mazaya Banjarmasin Kota Banjarmasin pada saat
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Selain tingkat ekonomi dan sosial masyarakat yang mendukung pada masa yang akan
datang. SMA Al Mazaya Banjarmasin Banjarmasin akan memperkuat sistem manajemen
dan penciptaan lingkungan belajar yang sangat kondusif serta didukung oleh keamanan
lingkungan, Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya, baik di bidang keilmuan, kesenian, agama, olahraga,
minat baca, lomba cerdas cermat, karya ilmiah remaja, maupun di bidang teknologi
informasi dan komunikasi melalui komputer dan internet yang dimiliki sekolah. Semuanya

1
itu diharapkan menjadi bekal yang akan dikembangkan para lulusan SMA Al Mazaya
Banjarmasin pada tingkat dan jenjang pendidikan berikutnya serta memiliki ketrampilan
dasar yang dapat dipergunakan dikemudian hari.

Adapun uraian kondisi lingkungan yang mendukung dalam penyelenggaraan pendidikan


dan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) SMA Al Mazaya Banjarmasin adalah
sebagai berikut:

1. Dukungan dari Masyarakat dan Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Banjarmasin,


khususnya Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin sangat baik
2. Dukungan dari Masyarakat dan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan
Selatan, khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan sangat baik
3. Kondisi geografis lingkungan sekolah sangat menunjang karena berada di dekat pusat
Pemerintahan Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dengan transportasi yang
mudah dan lancar.
4. Kondisi demografis masyarakat sekitar banyak anak usia sekolah.
5. Perkembangan globalisasi: Karena banyak warga yang sudah mempunyai penghasilan
yang cukup, serta banyak warga yang memiliki alat-alat elektronika memungkinkan
anak-anak menangkap perkembangan informasi dengan baik.
6. Kebutuhan Masyarakat Setempat
7. Banyak masyarakat yang sangat membutuhkan pendidikan yang diselenggarakan SMA
Al Mazaya Banjarmasin, sebab mayoritas masyarakat Kota Banjarmasin rata-rata
berpenghasilan cukup baik sehingga umumnya masyarakat sekitar memilih SMA Al
Mazaya Banjarmasin sebagai pilihan utama untuk menyekolahkan anaknya.

B. Analisis Pendidikan Sekolah Saat Ini

Berbagai upaya dilakukan terus-menerus untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.


Peran serta pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan,
Dinas Pendidikan Kota Banjarmasindan masyarakat Kecamatan Banjarmasin Tengah di
sekitar SMA Al Mazaya Banjarmasin sangat diperlukan untuk menunjang ketercapaian
tujuan pendidikan SMA Al Mazaya Banjarmasin yang berada di wilayah Kecamatan
Banjarmasin Tengah harus berusaha maksimal dalam rangka bersaing dalam prestasi
dengan SMA lainnya yang berada di wilayah Kota Banjarmasin dan sekitarnya..

SMA Al Mazaya Banjarmasin diharapkan termasuk SMA favorit yang tentu saja sangat
diminati oleh siswa lulusan SMP. Sehingga input siswa SMA Al Mazaya Banjarmasin
tinggi nilainya. Lebih lanjut uraiannya adalah sebagai berikut :
1
Kondisi sekolah saat ini jika ingin ideal harus memperhatikan:
1. Kualitas/Mutu Pendidikan
2. Efisiensi dan Efektifitas dalam Penyelenggaraan Pendidikan
3. Relevansi Pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
4. Kesempatan/Akses Pendidikan untuk jenjang pendidikan berikutnya.
5. Pemenuhan Standarisasi Pendidikan yang meliputi
a. Isi Kurikulum
b. Proses Belajar Mengajar (PBM)
c. Pendidik dan tenaga Kependidikan
d. Prasarana dan sarana pendidikan
e. Peserta Didik
f. Manajemen pengelolaan
g. Output Kelulusan
h. Pembiayaan
i. Hubungan dengan Komite sekolah/Yayasan
.
C. Tujuan Situasional/Sasaran

1. Lulusan menjadi kebanggaan, unggul, tangguh, ideal, mandiri, kreatif, dan bisa
barsaing baik di Tingkat Nasional maupun Internasional, yang di landasi Akhlak
Mulia, karakter bangsa, kepribadian yang kuat, disiplin, kecerdasan, keterampilan, dan
Cinta Tanah Air.
2. Mendapat kejuaraan dalam bidang Akademis Tingkat Kota, Provinsi, Nasional dan
Internasional dengan mengadakan pembinaan intensif bidang akademis.
3. Mendapat kejuaraan dalam bidang Non Akademis Tingkat Kota, Provinsi, Nasional
dan Internasional dengan mengadakan pembinaan dalam bidang Non Akademis.
4. Melaksanakan program kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional dan
negara maju. Arah dari program ini adalah untuk pengembangan wawasan anak didik,
menguatkan keyakinan bahwa kemuliaan hidup itu baru dapat dicapai harus dilandasi
akhlak mulia, kepribadian yang kuat, ilmu pengetahuan yang tinggi, jasmani yang
kokoh, estetika tepat, dan dengan perjuangan yang gigih.
5. Mengembangkan kemampuan personal menjadi pribadi muslim, ideal, berkarakter,
tangguh, kokoh, berani dan percaya diri.
6. Melatih semua instrument diri sehingga mempunyai kepantasan untuk
mengembangakan misi sebagai Khalifah Allah di bumi.

1
D. Kegiatan
1. Sebelum pelaksanaan kegiatan permulaan tahun pelajaran yang efektif, diadakan
kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Penerimaan peserta didik baru
adalah kegiatan yang sangat penting, maka kegiatan PPDB direncanakan dengan
cermat dan dilaksanakan dengan baik.
2. Hari Pertama Semester Ganjil TP. 2021/2022 tanggal 12 Juli 2021
3. Foundation kelas X tanggal 12 Juli s.d 12 Oktober 2021
4. Hari Raya Idul Adha 1442 H tanggal 20 Juli 2021
5. Pelatihan P3K kelas X , XI , XII tanggal 30 Juli 2021
6. Tahun Baru Islam 1443 H tanggal10 Agustus 2021
7. English Camp kelas XI & XII tanggal 16 s.d 28 Agustus 2021
8. Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2021
9. English Camp kelas X tanggal 1 s.d 30 September 2021
10. UTS Kelas XI & XII tanggal 4 s.d 12 Oktober 2021
11. Remedial dan Persiapan Closing Foundation tanggal 13 s.d 15 Okt ober 2021
12. Closing Foundation tanggal 16 Oktober 2021
13. Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 19 Oktober 2021
14. Pembagian Raport Semester UTS Ganjil tanggal 22 Oktober 2021
15. Pre Tryout UTBK kelas XII tanggal 1 s.d 2 November 2021
16. UTBK Preparation I Kelas XII tanggal 15 November - 3 Desember 2021
17. UAS Kelas X, XI, XII tanggal 6 s.d 14 Desember 2021
18. Remedial dan Persiapan Pembagian Raport tanggal 15 s.d 21 Desember 2021
19. Pembagian Raport Semester UAS Ganjil tanggal 22 Desember 2021
20. Hari Raya Natal tanggal 24 s.d 15 Desember 2021
21. Tahun Baru Masehi 2022 tanggal 01 Januari 2022
22. Hari Pertama Semester Genap 2021/2022 tanggal 03 Januari 2022
23. UTBK Preparation I Kelas XII bulam November 2021-Jananuari, Februari 2022
24. Tahun Baru Imlek tanggal 01 Februari 2022
25. UTBK Preparation II Kelas XII tanggal 31 Januari s.d 18 Februari 2022
26. Ujian Tengah Semester Genap kelas X & XI tanggal 21Februari s.d 2 Maret 2022
27. Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tanggal 28 Februari 2022
28. Hari Raya Nyepi tanggal 03 Maret 2022
29. Ujian Praktek Kelas XII sesi 1 tanggal 04 Maret 2022
30. UTBK Prep III Kelas XII tanggal 7-11 Maret 2022
31. UASBK Kelas XII tanggal 21 Maret s.d 30 Maret 2022
2
32. Remedial UTS Kelas X dan XI tanggal 04 s.d 10 Maret 2022
33. Pembagian Raport UTS Genap Kelas X & XI tanggal 18 Maret 2022
34. Market Day tanggal 31 Maret 2022
35. Libur Awal Ramadhan tanggal 01 s.d 05 April 2022
36. UTBK Preparation III tanggal 6 s.d 18 April 2022
37. Libur Wafat Yesus Kritus tanggal 15 April 2022
38. Kegiatan Ramadhan tanggal 7 s.d 22 April 2022
39. Ujian Praktek bagian 2 tanggal 19-22 April 2022
40. Libur Idul Fitri tanggal 25 April s.d 06 Mei 2022
41. Hari Raya Idul Fitri 1443H tanggal 2 s.d 3 Mei 2022
42. Libur Hari Buruh tanggal 01 Mei 2022
43. Pengumuman Kelulusan tanggal 5 Mei 2022
44. Tryout dan pembahasannya kelas XII tanggal 9-13 Mei 2022
45. Libur Hari Raya Waisak tanggal 16 Mei 2022
46. SBMPTN tanggal 17-31 Mei 2022
47. Libur Kenaikan Isa Al Masih tanggal 26 Mei 2022
48. Hari Lahir Pancasila tanggal 01 Juni 2022
49. Wisuda Kelas XII tanggal 4 Juni 2022
50. Ujian Kenaikan Kelas X dan XI tanggal 6 s.d 14 Juni 2022
51. Remedial tanggal 15 s.d 16 Juni 2022
52. Pembagian Raport Kenaikan Kelas tanggal 24 Juni 2022
53. Libur semester tanggal 27 Juni s.d 8 Juli 2022
54. Awal Tahun Pelajaran 2022/2023 tanggal 11 Juli 2022
55. Kegiatan khusus;
b. Islamic Studies setiap hari efektif 2 jp
c. Student Individual Service setiap hari Sabtu
d. Ekstrakurikuler setiap minggu 1 kali

2
E. Kalender Pendidikan Tahun 2021/2022

SMA AL MAZAYA ISLAMIC SCHOOL BANJARMASIN


Jalan Cempaka Besar No. 57, Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin

KALENDER PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Juli 2021 Agustus September 2021 Oktober 2021


2021
Min Se Sel Ra Ka Jum Sa Min Se Sel Ra Ka Jum Sa Ming Se Sel Ra Ka Jum Sa Ming Se Se Ra Ka Jum Sa
g n b m b g n b m b n b m b n l b m b
1 2 3 1 2 3 4 1 2
4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 5 6 7 8 9 10 11 3 4 5 6 7 8 9
11 12 13 14 15 16 17 8 9 10 11 12 13 14 12 1 14 15 16 17 18 10 1 12 13 14 15 16
3 1
18 19 20 21 22 23 24 15 16 17 18 19 20 21 19 2 21 22 23 24 25 17 1 19 20 21 22 23
0 8
25 26 27 28 29 30 31 22 23 24 25 26 27 28 26 2 28 29 30 24 2 26 27 28 29 30
7 5
29 30 31 31
Total Hari : 31 Total Hari : 31 Total Hari : 30 Total Hari : 31

November 2021 Desember 2021 Januari 2022 Februari 2022


Min Se Sel Ra Ka Jum Sa Min Se Sel Ra Ka Jum Sa Ming Se Sel Ra Ka Jum Sa Ming Se Se Ra Ka Jum Sa
g n b m b g n b m b n b m b n l b m b
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 1 2 3 4 5
7 8 9 10 11 12 13 5 6 7 8 9 10 11 2 3 4 5 6 7 8 6 7 8 9 10 11 12
14 15 16 17 18 19 20 12 13 14 15 16 17 18 9 1 11 12 13 14 15 13 1 15 16 17 18 19
0 4
21 22 23 24 25 26 27 19 20 21 22 23 24 25 16 1 18 19 20 21 22 20 2 22 23 24 25 26
7 1
28 29 30 26 27 28 29 30 31 23 2 25 26 27 28 29 27 2
4 8
30 3
1
Total Hari : 30 Total Hari : 31 Total Hari : 31 Total Hari : 28

Maret 2022 April 2022 Mei 2022 Juni 2022


Min Se Sel Ra Ka Jum Sa Min Se Sel Ra Ka Jum Sa Ming Se Sel Ra Ka Jum Sa Ming Se Se Ra Ka Jum Sa
g n b m b g n b m b n b m b n l b m b
1 2 3 4 5 1 2 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4
6 7 8 9 10 11 12 3 4 5 6 7 8 9 8 9 10 11 12 13 14 5 6 7 8 9 10 11
13 14 15 16 17 18 19 10 11 12 13 14 15 16 15 1 17 18 19 20 21 12 1 14 15 16 17 18
6 3
20 21 22 23 24 25 26 17 18 19 20 21 22 23 22 2 24 25 26 27 28 19 2 21 22 23 24 25
3 0
27 28 29 30 31 24 25 26 27 28 29 30 29 3 31 26 2 28 29 30
0 7

3 Maret: Hari Raya Nyepi 15 April: Wafat Yesus Kristus 16 Mei: Hari Raya Waisak 1 Juni: Hari Lahir Pancasila
Total Hari : 31 Total Hari : 30 26 Mei: Kenaikan Isa Al Masih Total Hari : 30
Total Hari : 31

2
BAB V
PEMBIAYAAN

Untuk meningkatkan mutu dan melaksanakan program-program sekoah sangat dibutuhkan


faktor-faktor pendukung seperti sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan proses
pengelolaan yang baik, yang semuanya itu memerlukan dana yang relatif tidak sedikit.
Bertitik tolak dari kondisi di atas kami pihak Sekolah, Komite beserta Yayasan membuat
rencana kegiatan beserta besaran-besaran dana yang dibutuhkan. Biaya pendidikan yang
dibutuhkan di SMA Al Mazaya Banjarmasin untuk tahun pelajaran 2021/2022, dengan rincian
sebagai berikut:
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH
SMA AL MAZAYA ISLAMIC SCHOOL
BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2021-2022
RENCANA PENERIMAAN JUMLAH
1 Pendaftaran Rp 9.000.000
2 Dana Pengembangan/Uang Gedung Rp 300.000.000
3 Iuran Kegiatan/tahun siswa umum Rp 220.000.000
4 Iuran Kegiatan/tahun siswa beasiswa (dibayarkan oleh Yayasan) Rp 24.000.000
5 SPP/bulan siswa umum Rp 912.000.000
6 SPP/bulan siswa beasiswa (dibayarkan oleh Yayasan) Rp 70.000.000
7 Penerimaan Dana BOSREG Rp 187.620.000
8 Penerimaan Dana BOSDA Rp 63.807.000
9 Iuran Wisuda dan Kelulusan Rp 62.400.000
TOTAL RENCANA PENERIMAAN Rp 1.848.827.000

RENCANA PENGELUARAN JUMLAH


1 Gaji Guru dan Staf Rp 311.817.000
2 Konsumsi dan Transport Rutin Rp 48.794.000
3 Kegiatan Belajar Mengajar (ATK, fasilitas, alat peraga) Rp 44.415.000
4 Kegiatan Ujian (UTS, UAS, Kelulusan, Praktik) Rp 49.724.000
5 Kegiatan Siswa (Lomba, Camp, Ekskul, Tahfiz) Rp 218.560.000
6 Kelulusan, Wisuda dan Perpisahan Rp 54.662.000
7 Peningkatan SDM (Workshop, pelatihan, fasilitas) Rp 152.933.000
8 Transportasi dan Akomodasi Kegiatan Operasional Sekolah Rp 21.273.000
9 Tagihan Listrik, Air, Telepon, Internet Rp 55.246.000
10 Penerimaan Siswa, Promosi dan Marketing Rp 33.840.000
11 Pengadaan, Perbaikan, Pemeliharaan Aset Fasilitas Sekolah Rp 68.173.000
12 Pengadaan, Perbaikan, Pemeliharaan Gedung dan Halaman Rp 789.391.000
TOTAL RENCANA PENGELUARAN Rp 1.848.828.000

2
BAB VI
PENUTUP

SMA Al Mazaya Islamic dalam penetapan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) Tahun
2021/2022 sudah melaui pertimbangan dan perhitungan yang cermat namun dalam tataran
oprasionalnya masih sangat butuh dukungan, bantuan dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya sumbangsih berupa ide,
pemikiran dan dorongan berupa moril maupun materil, hingga rencana ini dapat
diimplementasikan dengan baik.

Atas partisipasi semua pihak yang terlibat kami ucapkan terima kasih.

2
LAMPIRAN

2
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial;

b. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan


Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang- undang;

c. bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;

d. bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak
memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu


membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

3. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

4. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

5. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

6. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

7. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

8. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat


perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

9. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.

10. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan


pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

11. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

12. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

13. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

14. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

15. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi,
dan media lain.

16. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama,
sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk
masyarakat.

17. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

18. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara
Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

19. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

20. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.

21. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

22. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

23. Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.

24. Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat
yang peduli pendidikan.
25. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

26. Warga negara adalah Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

27. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

28. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

29. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah
Kota.

30. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan nasional.
BAB II

DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN

Pasal 2

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 3

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB III

PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Pasal 4

(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan
multimakna.

(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.

(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan


mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat.
(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA,

ORANG TUA, MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Pasal 5

(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.

(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak
memperoleh pendidikan layanan khusus.

(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.

(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Pasal 6

(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.

(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan


pendidikan.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Orang Tua

Pasal 7

(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.

Bagian Ketiga

Hak dan Kewajiban Masyarakat

Pasal 8

Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.

Pasal 9

Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Bagian Keempat

Hak dan Kewajiban Pemerintah dan

Pemerintah Daerah

Pasal 10

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

BAB V

PESERTA DIDIK

Pasal 12
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :

a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;

b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;

c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;

d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;

e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;

f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban :

a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan


keberhasilan pendidikan;

b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan
dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI

JALUR, JENJANG, DAN JENIS PENDIDIKAN

Bagian Kesatu

Umum Pasal

13

(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui
tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.

Pasal 14

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pasal 15

Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Pasal 16

Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Bagian Kedua

Pendidikan Dasar

Pasal 17

(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

(2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat.

(3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Pendidikan Menengah

Pasal 18
(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

(2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

(3) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat

Pendidikan Tinggi

Pasal 19

(1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

(2) Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.

Pasal 20

(1) Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

(2) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.

(3) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.

(4) Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 21

(1) Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak menyelenggarakan
program pendidikan tertentu dapat memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program
pendidikan yang diselenggarakannya.
(2) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi dilarang
memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.

(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang
dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.

(4) Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam
bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

(5) Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) atau penyelenggara pendidikan bukan perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa penutupan penyelenggaraan pendidikan.

(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara pendidikan yang tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan
perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.

(7) Ketentuan mengenai gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 22

Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada setiap individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan
dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan,
kebudayaan, atau seni.

Pasal 23

(1) Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau profesor sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja
sebagai pendidik di perguruan tinggi.

Pasal 24
(1) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada perguruan tinggi berlaku
kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan.

(2) Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.

(3) Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan
berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.

(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 25

(1) Perguruan tinggi menetapkan persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi.

(2) Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi,
atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.

(3) Ketentuan mengenai persyaratan kelulusan dan pencabutan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kelima

Pendidikan Nonformal

Pasal 26

(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.

(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
(4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(6) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.

(7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keenam

Pendidikan Informal

Pasal 27

(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri.

(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketujuh Pendidikan

Anak Usia Dini Pasal 28

(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal.

(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

(6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedelapan

Pendidikan Kedinasan

Pasal 29

(1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggara-kan oleh departemen atau
lembaga pemerintah nondepartemen.

(2) Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah non-
departemen.

(3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

(4) Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kesembilan

Pendidikan Keagamaan

Pasal 30

(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk
agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk
lain yang sejenis.
(5) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kesepuluh

Pendidikan Jarak Jauh

Pasal 31

(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

(2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak
dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh
sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar
nasional pendidikan.

(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kesebelas Pendidikan

Khusus dan Pendidikan

Layanan Khusus Pasal 32

(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.

(2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
segi ekonomi.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII

BAHASA PENGANTAR
Pasal 33

(1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.

(2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan
dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.

(3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung
kemampuan berbahasa asing peserta didik.

BAB VIII

WAJIB BELAJAR

Pasal 34

(1) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Pasal 35

(1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.

(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
(3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara
nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.

(4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X

KURIKULUM

Pasal 36

(1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

(3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan :

a. peningkatan iman dan takwa;

b. peningkatan akhlak mulia;

c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

f. tuntutan dunia kerja;

g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

h. agama;

i. dinamika perkembangan global; dan

j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

(4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 37

(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :

a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;

c. bahasa;

d. matematika;

e. ilmu pengetahuan alam;

f. ilmu pengetahuan sosial;

g. seni dan budaya;

h. pendidikan jasmani dan olahraga;

i. keterampilan/kejuruan; dan

j. muatan lokal.

(2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat :

a. pendidikan agama;

b. pendidikan kewarganegaraan; dan

c. bahasa.

(3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 38

(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
Pemerintah.

(2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk
pendidikan menengah.

(3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

(4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

BAB XI
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Pasal 39

(1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

(2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pasal 40

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh :

a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;

b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;

d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan

e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk


menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

(2) Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Pasal 41

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah.

(2) Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga
yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu.

(4) Ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 42

(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

(2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.

(3) Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 43

(1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang
pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan.

(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi.

(3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 44

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(2) Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.

BAB XII

SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN


Pasal 45

(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

(2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIII

PENDANAAN PENDIDIKAN

Bagian Kesatu Tanggung

Jawab Pendanaan

Pasal 46

(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana
diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(3) Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Sumber Pendanaan Pendidikan

Pasal 47

(1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.

(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga

Pengelolaan Dana Pendidikan

Pasal 48

(1) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik.

(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat

Pengalokasian Dana Pendidikan

Pasal 49

(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

(2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).

(3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIV

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Bagian Kesatu

Umum Pasal

50

(1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Menteri.

(2) Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional.
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional.

(4) Pemerintah Daerah Propinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan
tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota
untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah.

(5) Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan
yang berbasis keunggulan lokal.

(6) Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di
lembaganya.

(7) Ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 51

(1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah.

(2) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan
mutu, dan evaluasi yang transparan.

(3) Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 52

(1) Pengelolaan satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.

(2) Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan nonformal sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Badan

Hukum Pendidikan

Pasal 53

(1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau
masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

(2) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi memberikan
pelayanan pendidikan kepada peserta didik.

(3) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip nirlaba dan dapat
mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan.

(4) Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan Undang-undang tersendiri.

BAB XV

PERAN SERTA MASYARAKAT

DALAM PENDIDIKAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 54

(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,
organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan.

(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Pendidikan

Berbasis Masyarakat

Pasal 55

(1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan
nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

(2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi
pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara,
masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber
daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

(5) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah Pasal 56

(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

(2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota yang tidak mempunyai
hubungan hirarkis.

(3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

(4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB XVI

EVALUASI, AKREDITASI, DAN SERTIFIKASI

Bagian Kesatu

Evaluasi

Pasal 57

(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal
dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Pasal 58

(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.

Pasal 59

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan.

(2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk
melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58.

(3) Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Akreditasi

Pasal 60

(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau lembaga mandiri
yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

(3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Sertifikasi

Pasal 61
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.

(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian
suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi.

(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik
dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi.

(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XVII

PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN

Pasal 62

(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.

(2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta
manajemen dan proses pendidikan.

(3) Pemerintah atau Pemerintah Daerah memberi atau mencabut izin pendirian satuan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Ketentuan mengenai pendirian satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 63

Satuan pendidikan yang didirikan dan diselenggarakan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara lain
menggunakan ketentuan Undang-undang ini.

BAB XVIII

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
OLEH LEMBAGA NEGARA LAIN

Pasal 64

Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, bagi peserta didik warga negara asing, dapat menggunakan ketentuan yang berlaku di negara yang
bersangkutan atas persetujuan Pemerintah Republik Indonesia.

Pasal 65

(1) Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya dapat menyelenggarakan
pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(2) Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar dan menengah wajib memberikan
pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi peserta didik Warga Negara Indonesia.

(3) Penyelenggaraan pendidikan asing wajib bekerja sama dengan lembaga pendidikan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan mengikutsertakan tenaga pendidik dan pengelola Warga Negara
Indonesia.

(4) Kegiatan pendidikan yang menggunakan sistem pendidikan negara lain yang diselenggarakan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.

(5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XIX

PENGAWASAN

Pasal 66

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/ madrasah melakukan pengawasan
atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan
masing-masing.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan
akuntabilitas publik.

(3) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB XX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 67

(1) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang memberikan ijazah, sertifikat kompetensi,
gelar akademik, profesi, dan/ atau vokasi tanpa hak dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Penyelenggara perguruan tinggi yang dinyatakan ditutup berdasarkan Pasal 21 ayat (5) dan masih
beroperasi dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(3) Penyelenggara pendidikan yang memberikan sebutan guru besar atau profesor dengan melanggar Pasal 23
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Penyelenggara pendidikan jarak jauh yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 68

(1) Setiap orang yang membantu memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau
vokasi dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling
lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang
diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling
lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang menggunakan gelar lulusan yang tidak sesuai dengan bentuk dan singkatan yang
diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(4) Setiap orang yang memperoleh dan/atau menggunakan sebutan guru besar yang tidak sesuai dengan
Pasal 23 ayat (1) dan/atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 69

(1) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi
yang terbukti palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja tanpa hak menggunakan ijazah dan/atau sertifikat kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) dan ayat (3) yang terbukti palsu dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

Pasal 70

Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara
paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 71

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan tanpa izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 72

Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang pada saat Undang-undang ini diundangkan belum
berbentuk badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 tetap berlaku sampai dengan
terbentuknya Undang-undang yang mengatur badan hukum pendidikan.

Pasal 73

Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib memberikan izin paling lambat dua tahun kepada satuan pendidikan
formal yang telah berjalan pada saat Undang-undang ini diundangkan belum memiliki izin.

Pasal 74

Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan Undang-undang


Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390) yang ada pada saat diundangkannya Undang- undang ini masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 75

Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-undang ini harus
diselesaikan paling lambat dua tahun terhitung sejak berlakunya Undang-undang ini.

Pasal 76

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 48/Prp./1960 tentang Pengawasan
Pendidikan dan Pengajaran Asing (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2103) dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 77

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan


penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada


tanggal 8 Juli 2003
Presiden Republik Indonesia,

ttd.

MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada Tanggal 8 Juli 2003
Sekretaris Negara Republik
Indonesia,

Bambang Kesowo

Sistem Pendidikan Nasional. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Pemerintah Daerah. (Penjelasan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 1999
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-
Undang Dasar 1945 memberikan kcleluasaan kepada Daerah untuk
menyelenggarakan Otonomi Daerah;

b. bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih


menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah;

c. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri,
serta tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan Otonomi Daerah
dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah
secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan
prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
potensi dan keanekaragaman Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

d. bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah


(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) tidak
sesuai lagi dengan prinsip penyelenggaraan Otonomi Daerah dan perkembangan keadaan,
sehingga perlu diganti;

e. bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara
Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153) yang menyeragamkan
nama, bentuk, susunan, dan kedudukan pemerintahan Desa, tidak sesuai dengan jiwa Undang-
Undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui serta menghormati hak asal-usul Daerah yang
bersifat istimewa sehingga perlu
diganti;

f. bahwa berhubung dengan itu, perlu ditetapkan Undang-undang mengenai Pemerintahan


Daerah untuk mengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pekok-pokok
Pemerintahan Di Daerah dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa.

Mengingat :
1. Pasal 1 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/ 1998


tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/ 1998


tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/ 1998


tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber
Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis


Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3811);

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKIIAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Mem utuskan:

Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal l

Dalam Undang-undang. ini yang dimaksud dengan:


a. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri dari.Presiden beserta para Menteri.

b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah.

C. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif
Daerah.

d. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh


Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi.

e. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah


Otonom dalam kerangka Negara Kcsatuan Republik Indonesia.

f. Dekonsentrazi, adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai


wakil Pemerintah dan atau perangkat pusat di Daerah.

g. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan
dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana
dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaanaya dan
mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

h. Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

i. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu,berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

j. Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil Pemerintah.

k. Instansi Vertikal adalah perangkat Departemen dan atau Lembaga Pemerintah Non
Departemen di Daerah.

1. Pejabat yang berwenang adalah pejabat Pemerintah di tingkat Pusat dan atau pejabat
Pemerintah di Daerah Propinsi yang berwenang membina dan mengawasi
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

m. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah
Kota.

n. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan/ atau
Daerah Kota di bawah Kecamatan.

o. Desa atau yang discbut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

p. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan (2)Pembentukau, nama,
batas, dan ibukota kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Undang.

q. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasaserta perubahan nama dan pemindahan ibukota pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.

BAB II
PEMBAGIAN DAERAH
Pasal 2

(1) Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam Daerah Propinsi, Daerah
Kabupaten, dan Daerah Kota yang bersifat otonom,

(2) Daerah Propinsi berkedudukan juga sebagai Wilayah Administrasi.


Pasal 3

Wilayah Daerah Propinsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), terdiri atas
wilayah darat dan wilayah laut sejauh dua batas mil laut yang diukur dari garis pantai ke
arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan.

BAB III
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN DAERAH
Pasal 4

(1) Dalam rangka Pelaksanaan asas Desentralisasi dibentuk dan disusun Daerah Propinsi,
Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota yang berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.

(2) Daerah-daerah sebagaimana pada ayat (1) masing-masing berdiri sendiri dan tidak
mempunyai hubungan hirarki satu sama Lain.

Pasal 5

(1) Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi Daerah, sosial-
budaya, sosial-politik, jumlah penduduk, luas Daerah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah.

(2) Pembentukan, nama, batas, dan ibukota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah ekonomi.

(3) Perubahan,batas yang tidak mengakibatkan ghapusan suatu Daerah, perubahan nama
Daerah, serta perubahan nama daerah, serta perubahan nama dan pemindahan ibukota
daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

(4) Syarat-syarat pembentukan Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 6

(1) Daerah yang tidak mampu menyelenggarakan Otonomi Daerah dapat dihapus dan atau
digabung dengan Daerah lain.

(2) Daerah dapat dimckarkan menjadi lebih dari satu Daerah.

(3) Kriteria tentang penghapusan, penggabungan, dan pemekaran Daerah, sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(4) Penghapusan, penggabungan dan pemekaran Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), ditetapkan dengan Undang-undang.

BAB IV
KEWENANGAN DAERAH
Pasal 7
(1) Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamananan, peradilan, moneter
dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.

(2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan
tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi,
dan standardisasi nasional.

pasal 8

(1) Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka desentralisasi
harus disertai dengan penyerahan dan penngalihan pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.

(2) Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur dalam rangka dekosentrasi
harus disertai dengan pcmbiayaan sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan tersebut.

Pasal 9

(1) Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, serta kewenangan dalam bidang
pemerintahan tertentu lainnya.

(2) Kewenangan propinsi sebagai Daerah Otononi termasuk juga kewenangan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

(3) Kewenangan Propinsi sebagai Wilayah Administrasi mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.

Pasal 10

(1) Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

(2) Kewenangan Daerah di wilayah laut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, meliputi:
a. eksplorasi, eksploitas4 konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah
laut tersebut;
b. pengaturan kepentingan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oieh Pemerintah; dan
f. bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

(3) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota di wilayah laut, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), adalah sejauh sepertiga dari batas laut Daerah
Propinsi.

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 11

(1) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua kewenangan
pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam Pasal 7 dan yang diatur dalam
Pasal 9.

(2) Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,
industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan
tenaga kerja.

Pasal 12

Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal
9 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13

(1) Pemerintah dapat menugaskan kepada Daerah tugas-tugas tertentu dalam rangka tugas
pembantuan disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada
Pemerintah.

(2) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan peraturan
pcrundang-undangan.

BAB V
BENTUK DAN SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH
Bab Kesatu
Umum
Pasal 14

(1) Di Daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah
sebagai Badan Eksekutif Daerah.

(2) Pemerintah Daerah terdiri atas Kepala, Daerah beserta perangkat Daerah lainnya.

Bagian Kedua
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pasal 15

Kedudukan, susunan, tugas, wewenang, hak, keanggotaan, pimpinan, dan alat kelengkapan
DPRD diatur dengan Undang-undang.
Pasal 16

(1) DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

(2) DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari
Pemerintah Daerah.

Pasal 17

(1) Keanggotaan DPRD dan jumlah anggota DPRD ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas pimpinan, komisi-komisi, dan panitia-
panitia.
(3) DPRD membentuk fraksi-fraksi yang bukan merupakan alat kelengkapan DPRD.
(4) Pelaksanaan ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), diatur
dengan Peraturan Tata Tertib DPRD.

Pasal 18

(1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang:


a. memilih Guberaur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil
Walikota;
b. memilih anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari Utusan Daerah;
C. mengusulkan pcngangkatan dan pemberhentian Gubcrnur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, atau Walikota/Wakil Walikota;
d. bersama dengan Gubcrnur, Bupati, atau Walikota membentuk Peraturan Daerah;
e. bersama dengan Gubernur, Bupati atau Walikota menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
f. melaksanakan pengawasan terhadap:
1). Pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lain; 2).
Pelaksanaan Keputusan Gubernur, Bupati,dan Walikota;
3). pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 4).
kebijakan Pemerintah Daerah; dan
5). pelaksanaan kerja sama internasional di Daerah.
g. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah terhadap rencana perjanjian
internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan.
h. menampung dan menindaklanjuti aspirasi Daerah dan masyarakat.

(2) Pelaksanaan tugas dan wewenang, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam
Peraturan Tata Tertib DPRD.

Pasal 19

(1) DPRD mempunyai hak:


a. meminta pertanggungjawaban Gubernur, Bupati, dan Walikota;
b. meminta keterangan kepada Pemerintah
Daerah;
C. mengadakan penyelidikan;
d. mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah;
e. mengajukan pernyataan pendapat;
f. mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
g. mengajukan Anggaran Belanja DPRD; dan
h. menetapkan Peraturan Tata Tertib DPRD.

(2) Pelaksanaan hak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Tata
Tertib DPRD.

Pasal 20

(1) DPRD dalam melaksanakan tugasnya berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah,
atau warga maryarakat untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu
ditangani demi kepentingan negara, bangsa, pemerintahan, dan pembangunan.

(2) Pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat yang menolak permintaan,
sebagai dimaksud pada ayat (1), diancam dengan pidana kurungan paling lama satu
tahun karcna meren-
dahkan martabat dan kehormatan DPRD.

(3) Pelaksanaan hak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dalam
Peraturan Tata Tertib DPRD.

Pasal 21

(1) Anggota DPRD mempunyai hak:


a. pengajuan pertanyaan;
b. protokoler; dan
e. keuangan/administrasi.

(2) Pelaksanaan hak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Tata
Tertib DPRD.

Pasal 22 DPRD

mempunyai kewajiban:
a. mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mentaati segala peraturan
perundang-undangan;

C. membina demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat di Daerah berdasarkan demokrasi ekonomi; dan

e. memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan pengaduan


masyarakat, serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya.

Pasal 23

(1) DPRD mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya enam kali dalam setahun.

(2) Kecuali yang dimaksud pada ayat (1), atas permintaan sekurang-kurangnya
seperlima dari jumlah anggota atau atas pcrmintaan Kepala Daerah, Ketua
DPRD dapat mengundang anggotanya untuk mengadakan rapat selambat-lambatnya dalam
waktu satu bulan setelah permintaan itu diterima.

(3) DPRD mengadakan rapat atas undangan Ketua DPRD.

(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib DPRD.

Pasal 24

Peratura Tata Tertib DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD.

Pasal 25

Rapat-rapat DPRD bersifat tcrbuka untuk umum, kecuali yang dinyatakan tertutup
berdasarkan Peraturan Tata Tcrtib DPRD atau atas kesepakatan di antara pimpinan DPRD.

Pasal 26

Rapat tertutup dapat mengambil keputusan, kecuali mengenai:


a. pemilihan Ketua/Wakil Ketua DPRD;
b. pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
C. pemilihan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Utusan Daerah;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
e. penetapan perubahan dan pcnghapusan pajak dan retribusi;
f. utang piutang, pinjaman, dan pembebanan kepada Daerah;
g. Badan Usaha Milik Daerah;
h. penghapusan tagihan sebagian atau seluruhnya;
i. persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai; dan
j. kebijakan tata ruang.

Pasal 27

Anggota DPRD tidak dapat dituntut di pengadilan karena pernyataan dan atau pendapat
yang dikemukakan dalam rapat DPRD, baik terbuka maupun tertutup, yang diajukannya
secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan ada yang disepakati
dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau
hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai pengumuman rahasia negara dalam buku
Kedua Bab I Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pasal 28

(1) Tindakan penyidikan terhadap anggota DPRD dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Menteri Dalam Negeri bagi anggota DPRD Propinsi dan Gubernur bagi
anggota DPRD Kabupaten dan Kota, kecuali jika yang bersangkutan tertangkap
tangan melakukan tindak pidana.
(2) Dalam hal auggota DPRD tertangkap tangan melakukan tindak pidana,
sebagaimana dimaksud Gubernur berada di bawah dan bertanggungjawab pada ayat
(1), selambat-lambatnya dalam tempo 2 kali 24 jam diberitahukan
secara tertulis kepada Menteri Dalam Negeri dan/atau Gubernur.

Bagian Ketiga
Sekretariat DPRD
Pasal 29

(1) Sekretariat DPRD membantu DPRD dalam menyelenggarakan tugas dan


kewenangannya.

(2) Sekretariat DPRD dipimpin oleh seorang Sekretaris DPRD yang diangkat oleh Kepala
Daerah dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas persetujuan pimpinan
DPRD.

(3) Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada pimpinan DPRD.

(4) Sekretaris DPRD dapat menyediakan tenaga ahli dengan tugas membantu anggota DPRD
dalam menjalankan fungsinya.

(5) Anggaran Belanja Sekretariat DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagian Keempat
Kepala Daerah Pasal
30

Setiap Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai kepala eksekutif yang
dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah.

Pasal 31

(1) Kepala, Daerah Propinsi disebut Gubernur, yang karena jabatannya adalah juga sebagai
wakil Pemerintah.

(2) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai Kepala Daerah, Gubcrnur
bertanggungjawab kepada DPRD Propinsi.

(3) Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib DPRD sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

(4) Dalam kedudukan sebagai wakil pemerintah, gubernur berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada gubernur

(5) Tata cari pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 32

(1) Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati

(2) Kepala Daerah Kota disebut Walikota.


(3) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati/Walikota
bertanggungiawab kepada DPRD Kabupaten/Kota.

(4) Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
ditetapkan dalam Peraturan Tata Tcrtib DPRD sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

Pasal 33

Yang dapat ditetapkan menjadi Kepala Daerah adalah warga negara Republik Indonesia
dengan syarat-syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah yang
sah;
c. tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuau Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dinyatakan
dengan surat keterangan Ketua Pengadilan Negeri;
d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan/atau
sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya tiga puluh tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;
i. tidak sedang dicabut bak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan negeri;
j. mengenai daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;
k. menyerahkan daftar kckayaan pribadi; dan
1. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Daerah.

Pasal 34

(1) Pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD melalui
pemilihan secara bersamaan.

(2) Calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah, ditetapkan oleh DPRD melalui
tahap pencalonan dan pemilihan.

(3) Untuk pcncalonan dan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
dibentuk Panitia Pemilihan.

(4) Ketua dan para Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua
panitia Pemilihan merangkap sebagai anggota.

(5) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Panitia Pemilihan, tetapi
bukan anggota.

Pasal 35

(1) Panitia pemilihan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3), bertugas:
a. melakukan pemeriksaan berkas identitas mengenai bakat calon berdasarkan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam ;
b. melakukan kegiatan teknis peiiailihan calon ; dan
c. menjadi penanggungjawab penyelenggaraan pemilihan.
(2) Bakal calon Kepala Daerah dan-bakal calon Wakil Kepala Daerah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan kepada DPRD untuk Ditetapkan sebagai
calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah.

Pasal 36

(1) Setiap fraksi melakukan kegiatan penyaringan pasangan bakal calon sesuai dengan
syarat yang ditetapkan dalam Pasal 33.

(2) Setiap fraksi menetapkan pasangan bakal calon Kepala Daerah dan bakal calon Wakil
Kepala Daerah dan menyampaikannya dalam rapat paripurna kepada pimpinan DPRD.

(3) Dua fraksi atau lebih dapat secara bersama-sama mengajukan pasangan bakal calon Kepala
Daerah dan bakal calon Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 37

(1) Dalam Rapat Paripurna DPRD, setiap fraksi atau beberapa fraksi memberikan
penjelasan mengenai bakal calonnya.

(2) Pimpinan DPRD mengundang bakal calon dimaksud untuk menjelaskan visi, misi, serta
rencana-rencana kcbijakan apabila bakal calon dimaksud terpilih sebagai Kepala Daerah.

(3) Anggota DPRD dapat melakukan tanya jawab dengan para bakal calon.

(4) Pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi-fraksi melakukan penilaian atas kemampuan dan
kepribadian para bakal calon dan melalui musyawarah atau pemungutan suara menetapkan
sekurang-kurangnya dua pasang calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang
akan dipilih satu pasang di antaranya oleh DPRD.

Pasal 38

(1) Nama-nama, calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur yang telah ditetapkan oleh
pimpinan DPRD dikonsultasikan dengan Presiden.

(2) Nama-nama calon-Bupati dan calon Wakil Bupati serta calon Walikota dan calon Wakil
Walikota yang akan dipilih oieh DPRD ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD.

Pasal 39

(1) Pemilihan calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah dilaksanakan dalam
Rapat Paripur na DPRD yang dihadiri oleh sckurang-kurangnya
dua pertiga dari jumlah anggota DPRD.

(2) Apabila jumlah anggota DPRD belum mencapai kuorum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pimpinan rapat dapat menunda rapat paling lama satu jam.
(3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum dicapai, rapat paripurna
diundur paling lama satu jam Lagi dan selanjutnya pemilihan calon Kepala Daerah dan
calon Wakil Kepala Daerah
tetap dilaksanakan.

Pasal 40

(1) Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung, bebas,
rahasia, jujur dan adil.

(2) Setiap anggota DPRD dapat memberikan suaranya kepada satu pasang calon Kepala
Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah dari pasangan calon yang telah ditetapkan
oleh pimpinan DPRD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (4).

(3) Pasangan calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang memperoleh suara
terbanyak pada pemilihan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh DPRD dan disahkan oleh
Presiden.

Pasal 41

Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali hanya
untuk sekali masa jabatan.

Pasal 42

(1) Kepala Daerah dilantik oieh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
bertindak atas nama Presiden.

(2) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Daerah mengueapkan sumpah/janji.

(3) Susunan kata-kata sumpah/janji dimaksud adalah sebagai berikut:


"Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya selaku Gubernur/
Bupati/walikota dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya; dan seadil-adilnya; bahwa saya
akan selalu taat dalam mengenalkan dan mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan perundang-undwigan
yang berlaku bagi Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(4) Tata cara pengucapan sumpah/janji dan pelantikan bagi Kepala Daerah
ditetapkan oleh Pemerintah.

Bagian Kelima Kewajiban


Kepala Daerah
Pasal 43

Kepala Daerah mempunyai -kewajiban:


a. mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana cita-cita Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945;
b. memegang teguh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. menghormati kedaulatan rakyat;

d. menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

e. meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat;

f. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;. dan

g. mengajukan Rancangan Peraturan Daerah dan menetapkannya sebagai Peraturan Daerah


bersama dengan DPRD.

Pasal 44

(1) Kepala Daerah memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan kebijakan


yang ditetapkan bersama DPRD.

(2) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Kepala Daerah bertanggungjawab kepada
DPRD.

(3) Kepala Daerahlah wajib menyampaikan laporan atas penyelenggaraan Pemerintahan


Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada
Gubernur bagi Kepala Daerah Kabupaten dan Kepala Daerah Kota, sekurang-kurangnya
sekali dalam satu tahun, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau apabila
diminta oleh Presiden.

Pasal 45

(1) Kepala Daerah wajib menyampaikan pertanggung jawaban kepada DPRD pada setiap akhir
tahun anggaran.

(2) Kepala Daerah wajib memberikan pertanggungjawaban kepada DPRD untuk hal tertentu
atas permintaan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2).

Pasal 46

(1) Kepala Daerah yang ditolak pertanggungiawabannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,
baik pertanggungjawaban kebijakan pemerintahan maupun pertanggungjawaban keuangan,
harus melengkapi dan/atau menyempurnakannya dalam jangka waktu paling lama tiga puluh
hari.

(2) Kepala Daerah yang sudah melengkapi dan/atau menyempurnakan pertanggungjawabannya


menyampaikannya, kembali kepada DPRD, sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Bagi Kepala Daerah yang pcrtanggungjawabannya ditolak untuk kedua kalinya, DPRD
dapat mengusulkan pemberhentiannya kepada Presiden.

(4) Tata cara, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 47

Kepala Daerah mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk
kuasa untuk mewakilinya.

Bagian Keenam larangan


bagi Kepala Daerah
Pasal 48

Kepala Daerah dilarang:

a. turut serta dalam swata-perusahaan, baik milik swasta maupun milik Negara
Daerah, atau dalam yayasan bidang apapun juga;

b. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya, anggota
keluarganya, kroninya, golongan tertentu, atau kelompok yang secara nyata merugikan
kepentingan umum atau mendiskriminasikan warga dan golongan masyarakat lain;

C. melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan Daerah yang
bersangkutan;

d. menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang patut dapat hidup
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; dan

e. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan, selain yang
dimaksud dalam Pasal 47.

Bagian Ketujuh Pemberhentian


Kepala Daerah
Pasal 49

Kepala Daerah berhenti atau diberhentikan karena:


a. meninggal dunia;
b. mengajukan berhenti atas permintaan sendiri;
c. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
d. tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33;
e. melanggar sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3);
f. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48; dan
g. mengalami krisis kepercayaan publik yang luas akibat kasus yang melibatkan tanggung
jawabnya, dan keterangannya atas kasus itu ditolak oleh DPRD.

Pasal 50

(1) Pemberhentian kepala daerah karena alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49
ditetapkan dengan keputusan DPRD dan disahkan oleh presiden

(2) Keputusan DPRD, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dihadiri oleh
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota, DPRD dan putusan diambil
dengan persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota yang hadir.
Pasal 51

Kepala Daerah diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui Keputusan DPRD apabila terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan, yang diancam, dengan hukuman lima tahun atau.lebih, atau
diancam dengan hukuman mati sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.

Pasal 52

(1) Kepala Daerah yang diduga melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah
belah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberhentikan untuk sementara dari jabatannya
oleh Presiden tanpa melalui Keputusan DPRD.

(2) Kepala Daerah yang terbukti melakukan makar dan perbuatan yang dapat memecah belah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dengan keputusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap diberhentikan
dari jabatannya oleh Presiden, tanpa persetujuan DPRD.

(3) Kepala Daerah yang setelah melalui proses peradilan ternyata tidak terbukti
melakukan makar dan perbuatan yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik,
Indonesia, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaktifkan kembali Dan direhabilitasi
selaku Kepala Daerah sampai akhir masa jabatannya.

Pasal 53

(1) DPRD memberitahukan akan berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah secara tertulis
kepada yang bersangkutan, enam bulan sebelumnya.

(2) Dengan adanya pemberitahuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Daerah
mempersiapkan pertanggungjawaban akhir masa jabatannya kepada DPRD dan menyampaikan
pertanggungjawaban tersebut selambat-lambatnya empat bulan setelah pemberitahuan.

(3) Selambat-lambatnya satu bulan sebelum masa jabatan Kepala Daerah berakhir, DPRD
mulai memproses pemilihan Kepala Daerah yang baru.

Pasal 54

Kepala Daerah yang ditolak pertanggungjawabannya oleh DPRD, sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 53, tidak dapat dicalonkan kembali sebagai Kepala Daerah dalam masa jabatan
berikutnya.

Bagian Kedelapan
Tindakan Penyidikan terhadap Kepala Daerah Pasal 55

(1) Tindakan pcnyidikan terhadap Kepala Daerah dilaksanakan setelah adanya


persetujuan tertulis dari Presiden.

(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih; dan
b. dituduh telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
hukuman mati.

(3) Setelah tindakan penyidikan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan hal itu
harus dilaporkan kepada Presiden selambat-lambatnya dalam 2 kali 24 jam.

Bagian Kesembilan
Wakil Kepala Daerah
Pasal 56

(1) Di setiap Daerah terdapat seorang Wakil Kepala Daerah.

(2) Wakil Kepala Daerah dilantik oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk,
bersamaan dengan pelantikan Kepala Daerah.

(3) Sebelum memangku jabatannya, Wakil Kepala Daerah mengucapkan sumpah/janji.

(4) Susunan kata-kata sumpah/janji dimaksud adalah sebagai berikut:


"Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan menentukan
kewajiban saya selaku Wakil Gubernur/Wakil Bupati/wakil Walikota dengan sebaik-
baiknja sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu
taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya
akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi
negara serta segala peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi Daerah dan Negara kesatuan Republik Indonesia".

(5) Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 41, Pasal 43, kecuali
huruf g, Pasal 47 sampai dengan Pasal 54, berlaku juga bagi Wakil
Kepala Daerah.

(6) Wakil Kepala Daerah Propinsi disebut Wakil Gubernur, Wakil Kepala Daerah
Kabupaten disebut Wakil Bupati dan Wakil Kepala Daerah Kota disebut Wakil
Walikota.

Pasal 57

(1) Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas:


a. membantu.Kcl)ala Daerah dalam melaksanakan kcwajibannya;
b. mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintahan di Daerah; dan
c. melaksanakan'tugas-tups lain yang diberikan oieh Kepala Daerah.

(2) Wakil Kepala Daerah bertanggungjawab kepada Kepala Daerah.

(3) Wakil Kepala Daerah melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila
Kepala Daerah berhalangan.

Pasal 58

(1) Apabila Kepala Daerah berhalangan tetap, jabatan Kepala Daerah diganti oleh
Wakil Kepala Daerah sampai habis masa jabatannya.
(2) Apabila Wakil Kepala Daerah berhalangan tetap, jabatan Wakil Kepala Daerah tidak
diisi.
(3) Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berhalangan tetap, sekretaris Daerah
melaksanakan tugas Kepala Daerah untuk sementara waktu.
(4) Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berhalangan tetap, DPRD
menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah selambat-
lambatnya dalam waktu tiga bulan.

Bagian Kesebelas
Perangkat Daerah
Pasal 60

Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan lembaga
teknis Daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan Daerah.

Pasal 61

(1) Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah.


(2) Sekretaris Daerah Propinsi diangkat oleh Gubernur alas persetujuan pimpinan DPRD
dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
(3) Sekretaris Daerah Propinsi karena jabatannya adalah Sekretaris Wilayah
Administrasi.
(4) Sekretaris Daerah Kabupaten atau Sekretaris Daerah Kota diangkat oleh Bupati atau
Walikota atas persetujuan pimpinan DPRD dari Pegawai Negeri Sipil
yang memenuhi syarat.
(5) Sekretaris Daerah berkewajiban membantu Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan
serta membina hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis, dan unit pelaksana
lainnya.
(6) Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
(7) Apabila Sekretaris Daerah berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas Sekretaris
Daerah dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala (3) Daerah.

Pasal 62

(1) Dinas Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah.


(2) Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat alas usul Sekretaris Daerah.
(3) Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 63

Penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku


wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3),
dilaksanakan oleh Dinas Propinsi.

Pasal 64

(1) Penyelenggaraan bidang pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dilakukan oleh instansi vertikal.
(2) Pembentukan, susunan organisasi, formasi dan tata laksananya, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 65

Di Daerah dapat dibentuk lembaga teknis sesuai dengan kebutuhan Daerah.


Pasal 66

(1) Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh
Kepala Kecamatan.
(2) Kepala Kecamatan disebut Camat.
(3) Camat diangkat oleh Bupati/Walikota alas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/ kota dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
(4) Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/
Walikota.
(5) Camat bertanggungjawab kepada Bupati atau Walikota.
(6) Pembentulan Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 67

(1) Kelurahan merupakan perangkat Kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan.
(2) Kepala Kelurahan disebut Lurah.
(3) Lurah diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat oleh Walikota/ Bupati
atas usul Camat.
(4) Lurah menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Camat.
(5) Lurah bertanggung jawab kepada Camat.
(6) Pembentukan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 68

(1) Susunan organisasi perangkat Daerah ditetapkan (1) Peraturan Daerah dan Keputusan
Kepala Daerah dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
Pemerintah.
(2) Formasi dan persyaratan jabatan perangkat Daerah (2) ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan Pemerintah.

BAB VI
PERATURAN DAERAH DAN KEPUTUSAN
KEPALA DAERAH
Pasal 69

Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam rangka
penyelenggaraan Otonomi Daerah dan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.

Pasal 70

Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, Peraturan Daerah lain
dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 71

(1) Peraturan Daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan
penegakan hukum seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar.
(2) Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama enam bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dengan atau tidak
merampas barang tertentu untuk Daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan
perundang-undangan.

Pasal
(1) Untuk melaksanakan Peraturan Dacrah dan alas kuasa peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku, Kepala Daerah menetapkan keputusan Kepala Daerah.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan daerah, dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 73

(1) Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah yang bersifat mengatur
diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempunyai kekuatan hukum dan
mengikat setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah.

Pasal 74

(1) Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah
dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Dengan Peraturan Daerah dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untuk
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah.

BAB VII
KEPEGAWAIAN DAERAH
Pasal 75

Norma, standar, dan prosedur mengenai pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan


pensiun gaji , tunjungan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, serta
kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil di Daerah dan Pegawai Negeri Sipil Daerah,
ditetapkan dengan pcraturan perundang-undangan.

Pasal 76

Daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan,


pemberhentian, penetapan pensiun gaji, tunjangan dan kesejahteraan pegawai,
serta pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Daerah yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 77

Pemerintah Wilayah Propinsi melakukan pengawasan pelaksanaan administrasi


kepegawaian dan karir pegawai di wilayahnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

BAB VIII
KEUANGAN DAERAH
Pasal 78

(1) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas bebas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal
Sumber pendapatan Daerah terdiri atas:
a. pendapatan asli Dacrah, yaitu:
1) hasil pajak Daerah;
2) hasil retribusi Daerah;
3)hasil perusahaan milik Daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan; dan
4) lain-lain pcndapatan asli Daerah yang sah;
b. dana perimbangan;
c. pinjaman Daerah; dan
d. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.

Pasal 80

(1) Dana perimbangan, sebagaimana. dimaksud dalam Pasal 79, terdiri atas:
a. bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam;
b. dana alokasi umum; dan
c. dana alokasi khusus.
(2) Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perdesaan, perkotaan,
dan perkebunan serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, diterima langsung oleh Daerah penghasil.
(3) Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan serta
kehutanan dan penerimaan dari sumber daya alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, diterima oleh, Daerah penghasil dan Daerah lainnya
untuk pemerataan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan dengan Undang-undang.

Pasal 81

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan peminjaman dari sumber dalam negeri dan/ atau dari
sumber luar negeri untuk membiayai kegiatan pemerintahan dengan persetujuan DPRD.
(2) Pinjaman dari dalam negeri diberitahukan kepada Pemerintah dan dilaksanakan sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Peminjaman dan sumber dana pinjaman yang berasal dari luar negeri,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan persetetujuan
Pemerintah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tata cara peminjaman, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 82

(1) Pajak dan retribusi Daerah ditetapkan dengan Undang-undang.


(2) Penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Pasal 83

(1) Untuk mendorong pemberdayaan Daerah, Pemerintah memberi intensif fiskal dan nonfiskal
tertentu.
(2) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 84

Daerah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan pembentukannya diatur dengan Peraturan Daerah.

Pasal 85

(1) Barang milik Daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum tidak dapat
digadaikan, dibebani hak tanggungan dan/atau dipindahtangankan.
(2) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menetapkan keputusan tentang:
a. penghapusan tagihan Daerah sebagian atau seluruhnya;
b. persetujuan penyelesaian sengketa perdata secara damai; dan
c. tindakan hukum lain mengenai barang milik Daerah.

Pasal 86

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-
lambatnya satu bulan setelah ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun anggaran berakhir.
(3) Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
(4) Pedoman tentang penyusunan, perubahan, dan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(5) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Dacrah disampaikan kepada Gubernur bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dan kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi Pemerintah Propinsi untuk diketahui.
(6) Pedoman tentang pengurusan, pertanggungjawaban, dan pengawasan kcuangan Daerah
serta tata cara penyusunan Anggaran Pcndapatan dan Belanja Dacrah, pelaksanaan tata
usaha keuangan Dacrah dan penyusunan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Dacrah ditetapkan sesuai dcngan peraturan perundang- undangan.

BAB IX
KERJA SAMA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 87

(1) Beberapa Daerah dapat mengadakan kerjasama antar Daerah yang diatur dengan keputusan
bersama.
(2) Daerah dapat membentuk Badan Kerja Sama Antar Daerah.
(3) Daerah dapat mengadakan kerja sama dengan badan lain yang diatur dengan
keputusan bersama.
(4) Keputusan bersama dan/atau kerjasama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) yang membebani masyarakat dan Daerah harus mendapatkan persctujuan
DPRD masing-masing.

Pasal 88

Daerah dapat mengadakan kerja sama yang saling menguntungkan dengan lembaga/ badan luar
negeri, yang diatur dengan keputusan bersama, kecuali menyangkut kewenangan Pemerintah,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Tata cara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
oleh Pemerintah.
Pasal 89

(1) Perselisihan antar Daerah diselesaikan oleh Pemerintah secara musyawarah.


(2) Apabila dalam penyelesaian perselisihan antar Daerah, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdapat salah satu pihak yang tidak menerima keputusan Pemerintah, pihak
tersebut dapat mengajukan penyelesaian kepada Mahkamah Agung.

BAB X
KAWASAN PERKOTAAN
Pasal 90

Selain Kawasan Perkotaan yang berstatus Daerah Kota, perlu ditetapkan


Kawasan Perkotaan yang terdiri atas:
a. Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian Daerah Kabupaten;
b.Kawasan Perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah Kawasan
Perdesaan menjadi Kawasan Perkotaan; dan
C. Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih Daerah yang berbatasan
sebagai satu kesatuan sosial, ekonomi, dan fisik perkotaan.

Pasal 91

(1) Pemerintah Kota dan/atau Pemerintah Kabupaten yang wilayahnya berbatasan langsung
dapat membentuk lembaga bersama untuk mengelola Kawasan perkotaan.
(2) Di Kawasan Perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi Kawasan Perkotaan di
Daerah Kabupaten, dapat dibentuk Badan Pengelola Pembangunan yang bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dan hal-hal lain mengenai
pengelolaan Kawasan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 92

(1) Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perkotaan, Pemerintah Daerah perlu


mengikut sertakan masyarakat dan pihak swasta.
(2) Pengikutsertaan masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan upaya
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perkotaan.
(3) Pengaturan mengenai Kawasan Perkotaan ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.

BAB XI
DESA
Bagian Pertama
Pembentukan, Penghapusan dan/atau Penggabungan Desa
Pasal 93

(1) Desa dapat dibentuk, dihapus, dan/atau digabung dengan memperhatikan asal-
usulnya atas prakarsa masyarakat dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten dan
DPRD.
(2) Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 94
Di Desa dibentuk Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa, yang merupakan
Pemerintahan Desa.

Bagian Kedua
Pemerintah Desa
Pasal 95

(1) Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan
perangkat Desa.
(2) Kepala Desa dipilih langsung oleh Penduduk Desa dari calon yang memenuhi syarat.
(3) Calon Kepala Desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara terbanyak,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh Badan Perwakilan Desa
dan disahkan oleh Bupati.

Pasal 96

Masa jabatan Kepala Desa paling lama sepuluh tahun atau dua kali masa jabatan
terhitung sejak tanggal ditetapkan.

Pasal 97

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa warga negara Republik
Indonesia dengan syarat-syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
C. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, G30S/PKI dan/atau kegiatan organisasi terlarang
lainnya;
d.berpendidikan sckurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau
berpengetahuan yang sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. berkelakuan baik, jujur, dan adil;
i. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;
j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap;
k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat;
1. bersedia dicalonkan menjadi Kepala desa; dan
m. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam
Peraturan Daerah.

Pasal 98

(1) Kepala Desa dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.
(2) Sebelum memangkujabatannya,Kepala Desa mengucapkan sumpah/janji.
(3) Susunan kata-kata sumpal/janji dimaksud adalah sebagai berikut:
"Demi Allah (Tithan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban
saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya;
bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara setia segala peraturan
perundang~undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pasal 99

Kewenangan Desa mencakup:


a. kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Desa;
b.kewenangan yang oleh peraturan pcrundang-undangan yang berlaku belum
dilaksanakan o1eh Daerah dan Pemerintah; dan
c. Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan/atau Pemerintah
Kabupaten.

Pasal 100

Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten


kepada Desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.

Pasal 101

Tugas dan kewajiban Kepala Desa adalah:


a. memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa;
b. membina kehidupan masyarakat Desa;
C. membina perekonomian Desa;
d. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
e. mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa; dan mewakili Desanya di dalam dan di
luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya.

Pasal 102

Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101, Kepala
Desa:
a. bertanggungjawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa; dan
b. menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.

Pasal 103

(1) Kepala Desa berhenti karena:


a. meninggal dunia;
b. mengajukan berhenti atas permintaan sendiri;
c. tidak lagi memenuhi syarat dan/atau melanggar sumpah/janji;
d. berakhir masa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang baru; dan
e. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku izin/atau norma yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat Desa.
(2) Pemberhentian Kepala Desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh
Bupati atas usul Badan Perwakilan Desa.

Bagian Ketiga Badan


Perwakilan Desa
Pasal 104

Badan Perwakilan Desa atau yang disebut dengan nama lain berfungsi mengayomi adat
istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Pasal 105

(1) Anggota Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh penduduk Desa yang
memenuhi persyaratan.
(2) Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh anggota.
(3) Badan Perwakilan Desa bersama dengan Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa.
(4) Pelaksanaan Peraturan Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Bagian Keempat
Lembaga Lain Pasal
106

Di Desa dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan Desa dan ditetapkan
dengan Peraturan Desa.

Bagian Kelima
Keuangan Desa Pasal
107

(1) Sumber pendapatan Desa terdiri atas:


a. pendapatan asli desa yang meliputi:
1. hasil usaha desa;
2. hasil kekayaan desa;
3. hasil swadaya dan partisipasi;
4. hasil gotong royong; dan
5. lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
b. bantuan pemerintah kabupaten yang meliputi:
1). bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah; dan
2).bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
pemerintah kabupaten;
c. bantuan dari pemerintah dan pemerintah propinsi;
d. sumbangan dari pihak ketiga; dan
e. pinjaman desa.
(2) Sumber pendapatan desa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelola melalui anggaran
pendapatan dan belanja desa.
(3) Kepala desa bersama Badan Perwakilan Desa menetapkan anggaran pendapatan dan belanja
desa setiap tahun dengan peraturan desa.
(4) Pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa ditetapkan oleh bupati.
(5) Tatacara dan pungutan objek pendapatan dan belanja desa dan badan perwakilan desa.

Pasal 108

Desa dapat memiliki badan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam Kerja


Sama Antar Desa
Pasal 109

(1) Beberapa Desa dapat mengadakan kerja sama untuk kepentingan Desa yang diatur dengan
keputusan bersama dan diberitahukan kepada Camat.
(2) Untuk pciaksanaan kerja sama, scbagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk
Badan Kerja Sama.

Pasal 110

Pemerintah Kabupaten dan/atau pihak ketiga yang merencanakan pembangunan bagian


wilayah Desa menjadi wilayah permukiman, industri, dan jasa wajib mengikutsertakan
Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasannya.

Pasal 111

(1) Pengaturan lebih lanjut mengenai Desa ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten,
sesuai dengan pedoman umum yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan undang-
undang ini.
2) Peraturan Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat(1), wajib mengakui dan menghormati
hak, asal-usul dan adat istiadat Dcsa.

BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 112

(1) Dalam rangka pembinaan, Pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan Otonomi Daerah.


2) Pedoman mengenai pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Otonomi Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 113

Dalam rangka pengawasan, Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah


disampaikan kepada Pemerintah selabat-lambatnya lima belas hari setelah ditetapkan.

Pasal 114

(1) Pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya.
(2) Keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Daerah yang
bersangkutan dengan mcnyebutkan alasan-alasannya.
(3) Selambat-lambatnya satu minggu setelah keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat(2), Peraturan Daerah
atau Keputusan Kepala Daerah tersebut dibatalkan pelaksanaannya.
(4) Daerah yang tidak dapat mcnerima keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat mengajukan
kcbcratan kcpada Mahkamah Agung setelah mengajukannya kepada Pemerintah.

BAB XIII
DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH
Pasal 115

(1) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden
mengenai:
a. pembentukan, penghapusan, penggabungan,dan pemekaran Dcsa;
b. perimbangan keuangan Pusat dan Daerah; dan
c. kemampuan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota untuk melaksanakan kewenangan tertentu,
sebagaiinana dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah terdiri atas Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, Menteri Sekretaris Negara, menteri lain sesuai dengan kebutuhan, perwakilan
Asosiasi Pemerintah Daerah,dan wakil-wakil Dacrah yang dipilih
oleh DPRD.
(3) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan karena jabatannya adalah Ketua dan
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
(4) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengadakan rapat sekurang-kurangnya satu kali dalam
enam bulan.
(5) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah bertanggungjawab kepada Presiden.
(6) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 116

Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dibantu oleh Kepala
Sekretariat yang membawahkan Bidang Otonomi Daerah dan Bidang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah.

BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 117

Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta karena kedudukannya diatur


tersendiri dengan Undang-undang.

Pasal 118

(1) Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur dapat diberikan otonomi khusus dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan
perundang-undangan.
(2) Pengaturan mengenai penyelenggaraan otonomi khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),ditetapkan dengan Undang-undang.

Pasal 119

(1) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
berlaku juga di kawasan otoritas yang terletak di Daerah
Otonom, yang mcliputi badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan bandar udara,
kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan,kawasan pertambangan,
kawasan kehutanan,kawasan, pariwisata, kawasan jalan bebas hambatan,dan kawasan
lain yang sejenis.
(2) Pengaturan lebih lanjut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Pemcrintah.

Pasal 120

(1) Dalam rangka menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum serta untuk
menegakkan Peraturan Daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja sebagai
perangkat Pemerintah Daerah.
(2) Susunan organisasi, formasi, kedudukan, wewenang, hak, tugas, dan kewajiban
Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 121

Sebutan Propinsi Daerah Tingkat I, Kabupaten Daerah Tingkat II, dan


Kotamadya Daerah Tingkat II, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
1974, berubah masing-masing menjadi Propinsi, Kabupaten, dan Kota.

Pasal
Keistimewaan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, adalah tetap
dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Propinsi Istimewa Aceh dan
Propinsi Istimewa Yogyakarta didasarkan pada
undang-undang ini.

Pasal 123

Kewenangan Daerah, baik kewenangan pangkal alas dasar pembentukan Daerah


maupun kewenangan tambahan alas dasar Peraturan Pemerintah dan/atau dasar peraturan
perundang-undangan lainnya,penyelenggaraannya disesuaikan dengan Pasal 9, Pasal 10,
dan Pasal 11 undang-undang ini.

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 124

Pada saat berlakunya undang-undang ini, nama, batas dan ibukota Propinsi Daerah
Tingkat I, Daerah Istimewa, Kabupaten Daerah Tingkat II, dan Kotamadya Daerah Tingkat
II, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan adalah tetap.

Pasal 125

(1) Kotamadya Batam, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Mimika,
Kabupaten Simuelue, dan semua Kota Administratif dapat ditingkatkan menjadi Daerah
Otonom dengan memperhatikan Pasal 5 undang-undang ini.
(2) Selambat-lambatnya dua tahun setelah tanggal ditetapkannya undang-undang ini,
Kotamadya,Kabupaten, dan Kota Administratif, scbagaimana dimaksud pada ayat (1),
sudah harus berubah statusnya menjadi Kabupaten/Kota jika memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam Pasal 5 UU ini.
(3) Kotamadya, Kabupatenan dan Kota Administratif,sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat dihapus jika tidak memenuhi ketentuan untuk ditingkatkan
statusnya mcnjadi Dacrah Otonom.

Pasal 126

(1) Kecamatan, Kelurahan, dan Desa yang ada pada saat mulai berlakunya undang-
undang ini tetap sebagai Kecamatan, Kelurahan, dan Desa atau yang disebut dengan
nama lain, sebagainiana yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf m, huruf n, dan huruf o
undang-undang ini, kecuali ditentukan lain oleh peraturan pcrundang-undangan.
(2) Desa-desa yang ada dalam wilayah Kotamadya ,Kotamadya Administratif, dan Kota
Administratif berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 pada saat mulai
bcrlakunya undang-undang ini ditetapkan sebagai Kelurahan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 huruf n undang-undang ini.

Pasal 127

Selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini, seluruh instruksi,


petunjuk atau pedoman yang ada atau yang diadakan olch Pemerintah dan Pemerintah
Daerah j1ka tidak bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku.

Pasal
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I,Wakil Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati
Kepala Daerah Tingkat II, Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, Wakil Bupati
Kepala Daerah Tingkat II, Wakil Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II,
Bupati,Walikotamadya, Walikota, Camat, Lurah, dan Kepala Desa beserta perangkatnya
yang ada, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, pada saat mulai
berlakunya undang-undang ini tetap menjalankan tugasnya, kecuali ditentukan lain
berdasarkan undang-undang ini.

Pasal 129
(1) Dengan diberlakukannya undang-undang ini, Lembaga Pembantu Gubernur, Pembantu
Bupati, pembantu Walikotamadya, dan Badan Pertimbangan Daerah, sebagaimana
dimaksud dalain Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, dihapus.
(2) Instansi verlikal di Daerah selain yang menangani bidang-bidang luar negeri,
pertahanan keamanan,peradilan, moneter, dan fiskal, serta agama, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, menjadi perangkat Daerah.
(3) Semua instansi vertikal yang menjadi perangkat Daerah, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2),kekayaannya dialihkan menjadi milik Daerah.

Pasal 130

(1) Apabila masa jabatan Wakil Kepala Daerah berakhir lebih awal daripada masa
jabatan Kepala Daerah, jabatan wakil Kepala Daerah tidak diisi.
(2) Apabila masa jabatan Wakil Kepala Daerah berakhir lebih lambat dari pada
masa jabatan Kepala Daerah, masa jabatan Wakil Kepala Daerah disesuaikan
dengan masa jabatan Kepala Daerah.

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 131

Pada saat bcrlakunya undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi:


a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3037);
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tcntang Pemeritahan Desa
(Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lcmbaran Negara Nomor 3153).

Pasal 132

(1) Undang-undang ini sudah selesai sclambat-lambatnya satu tahun sejak undang-
undang ini ditetapkan.
(2) Pelaksanaan undang-undang ini dilakukan secara efektif selambat- lambatnya
dalam waktu dua tahun sejak ditetapkannya undang-undang ini.

Pasal 133

Ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dan/atau tidak sesuai


dengan undang-undang ini, diadakan penyesuaian.

Pasal 134
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundang.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-


undang ini dengan penempatannya dalam lembaran negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada


tanggal 7 Mei 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta pada


tanggal 7 Mei 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA
ttd

AKBAR TANJUNG
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 1999
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH

I. UMUM

1. Dasar Pemikiran
a. Negara Republik Indonesia scbagai Negara Kcsatuan menganut asas desentralisasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan
perluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu,
Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain menyatakan bahwa pembagian
Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susuna
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang.
Dalam penjelasan pasal tersebut, antara lain dikemukakan bahwa "oleh karena
Negara Indoncsia itu suatu eenheidsstaat,maka Indonesia tidak akan
mempunyai Daerah dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah
Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi dan Daerah Propinsi akan dibagi
dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat otonom (streek
en locale rechtgemeenscahppen) atau bersifat administrasi belaka, semuanya
menurut aturan yang akan
ditetapkan dengan Undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan
diadakan Badan Perwakilan Daerah. Oleh karena itu, di daerah pun, pemerintah akan
bersendi atas dasar permusyawaratan.
b.Dengan demikian, Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk
menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab kepada daerah,sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR-RI
Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta
Perimbangan Kcuangan Pusat dan
Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Undang-undang ini discbut "Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah" karena
undang-undang ini pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.
d.Sesuai dengan Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tersebut di atas,
Penyelenggaraan Otonomi Dacrah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab Kepada Daerah secara proporsional
yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Di
samping itu, penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah.
e. Hal-hal yang menclasar dalam undang-undang ini adalah mendorong untuk
memberdayakan masyarakat, mcnumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan
peran-serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Oleh karena itu, undang-undang
ini menempatkan Otonami Daerah secara utuh pada Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota, yang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 berkedudukan
sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kotamadya Daerah Tingkat II. Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota tersebut berkedudukan sebagai Daerah Otonom
mempunyai kewenangan dan
keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa
dan aspirasi masyarakat.
f. Propinsi Daerah Tingkat I menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, dalam
undang-undang ini dijadikan Daerah Propinsi dengan kedudukan sebagai Daerah
Otonom dan sekaligus Wilayah Administrasi, yang melaksanakan kewenangan
pemerintah Pusat yang didelegasikan kepada Gubernur, Daerah Propinsi bukan
merupakan Pemerintah alasan dari Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Dengan
demikian, Daerah Otonom Propinsi dan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
tidak mempunyai hubungan hierarki.
g.Pemberian kedudukan Propinsi sebagai Daerah Otonom dan sekaligus sebagai
Wilayah Administrasi dilakukan dengan pertimbangan:
(1) untuk memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan Rcpublik Indoncsia;
(2) untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah
yang belum dapat dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; dan
(3) untuk mclaksanakan tugas-tugas Pemerintahan tertentu yang
dilimpahan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsciitrasi.
h. Dengan memperhatikan pengalaman penyelenggaraan Otonomi Daerah pada masa
lampau yang menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dengan
penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban daripada hak, maka
dalam Undang-undang ini pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan kepada asas desentralisasi saja dalam wujud
otonomi
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab Kewenangan otonomi luas adalah
keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan
yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan yang mencakup kewenangan
semua bidang, pertahanan keamanan,Peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Di
samping itu keleluasaan otonomi mencakup pola kewenangan yang utuh dan bulat
dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan,pengendalian,dan evaluasi.
Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan Daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata
ada diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di Daerah.
Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa penyuluhan
pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada
Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahtentan masyarakat yang semakin
baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan , pemerataan, serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar-Daerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi untuk Daerah Propinsi diberikat secara terbatas yang meliputi kewenangan
lintas Kabupaten dan Kota, dan kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan
oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,serta kewenangan bidang pemerintahan
tertentu lainnya.
i. Atas dasar pemikiran di atas, prinsip-prinsip pemberian Otonomi
Daerah yang dijadikan pedoman dalam Undang-undang ini adalah sebagai berikut:
(1) Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi, keadilan,pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman
Daerah.
(2) Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan
bertanggungjawab.
(3) Pelaksanaan otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah
kabupaten dan Daerah Kota, sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan
otonomi yang terbatas.
(4) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara,
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah scrta
antar-Daerah.
(5) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah
Otonomi, dan karenanya dalam Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada
lagi Wilayah Adminitrasi.
Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh Pemerintah atau
pihak lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan
perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan
kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku
Ketentuan peraturan Daerah Otonom.
(6) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi
pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(7) Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam
kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintahan tertetu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
pernerintah.
(8) Pelaksanaan asas tugas pcmbantuan dimungkinkan, tidak hanya.dari
Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah Kepada
Desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan
kepada yang menugaskannya.

2. Pembagian Daerah
Isi dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 Beserta
penjelasannya menjadi pedoman dalam penyusunan undang-undang ini dengan pokok-
pokok pikiran sebagai berikut:
a. Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembinaan
kewenangan berdasarkan asas dekosentrasi dan desentralisasi dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.Daerah yang dibcntuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah Daerah
Propinsi, sedangkan Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi
berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.
c. Pembagian Daerah di luar Daerah Propinsi dibagi habis ke dalam Daerah Otonom.
Dengan demikian, Wilayah Administrasi yang berada dalam Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota dapat dijadikan Daerah Otonom atau dihapus.
d. Kecamatan yang menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 sebagai Wilayah
Administrasi dalam rangka dekonsentrasi, menurut undang-undang ini kedudukannya
diubah menjadi perangkat Daerah Kabupaten atau Daerah Kota.

Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah:
a. digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan;
b. penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang
dilaksanakan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; dan
c. asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Propinsi, Daerah
Kabupaten, Daerah Kota dan Desa.

4. Susunan Pemerintahan Daerah dan Hak DPRD


Susunan Pemerintahan Daerah Otonom meliputi DPRD dan Pemerintah Daerah. DPRD
dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan
meningkatkan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat. Oleh karena itu, hak-
hak DPRD cukup luas dan diarahkan untuk menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat
menjadi kcbijakan Daerah dan melakukan fungsi pengawasan.

5. Kepala Daerah
Untuk menjadi Kepala Daerah, seseorang diharuskan memenuhi persyaratan Tertentu yang
intinya agar Kepala Daerah selalu bertakwa kepaga Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etika
dan moral, berpengetahuan dan berkemampuan sebagai Pimpinan pemerintahan, berwawasan
kebangsaan, serta mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Kepala Daerah di samping sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah Pimpinan Daerah
dan pengayom masyarakat sehingga Kepala Daerah harus mampu berpikir, bertindak, dan
bersikap dengan lebih mengutamakan kepentingan
bangsa, negara, dan masyarakat umum dari pada kepentingan pribadi, golongan, dan aliran.
Oieh karena itu, dari kclompok atau etnis, dan keyakinan mana
pun Kepala Daerah harus bersikap arif, bijaksana, jujur, adil, dan netral.

6. Pertanggungjawaban Kepala Daerah


Dalam menjalankan tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah, Gubernur bertanggungjawab
kepada DPRD Propinsi, sedangkan dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah, Gubernur
bertanggungjawab kepada Presiden. Sementara itu, dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, Bupati atau Walikota bertanggungjawab kepada DPRD
Kabupaten/DPRD Kota dan Berkewajiban memberikan laporan kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri Dalam rangka pembinaan dan pengawasan.

7. Kepegawaian
Kebijakan kepegawaian dalam undang-undang ini dianut kebijakan yang mendorong
pengembangan Otonomi Daerah sehingga kebijakan kepegawaian di Daerah yang
dilaksanakan oieh Daerah Otonomi sesuai dengan kebutuhannya, baik pengangkatan,
penempatan, pemindahan, dan mutasi maupun pemberhentian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Mutasi antar-Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dalam Daerah
Propinsi diatur oleh Gubernur, sedangkan mutasi
antar-Daerah Propinsi diatur oleh Pemerintah. Mutasi antar-Daerah Propinsi dan/atau antar-
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota atau Daerah Propinsi dengan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota didasarkan pada kesepakatan Daerah Otonom tersebut.

8. Keuangan Daerah
(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab,
diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang
didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta
antara Propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem
Pemerintahan Daerah.
(2) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah kewenangan keuangan yang melekat
pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.

9. Pemerintahan Desa
(1) Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain
sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan
hak asal-usul yang bersifat istimewa,
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 18 Undang- Undang Dasar 1945 Landasan
penlikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan
pemberdayaan masyarakat.
(2) Penyelenggaraan Pemerintahan merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggug jawab pada Badan Perwakilan
Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut kepada Bupati.
(3) Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum
perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat
dituntut dan rncnuntut di pengadilan. Untuk itu, Kepala Dcsa dengan persetujuan
Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum
dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.
(4) Sebagai perwuludan demokrasi, di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa atau
sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa yang
bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal
pefaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan
Keputusan Kepala Desa.
(5) Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan Desa lainnya sesuai dengan kebutuhan
Desa. Lembaga dimaksud merupakan mitra Pemerintah. Desa dalam rangka
pemberdayaan masyarakat Desa.
(6) Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan Desa, bantuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pendapatan lain-lain yang sah,
sumbangan pihak ketiga dan pinjaman Desa.
(7) Berdasarkan hak asal-usul Desa yang bersangkutan, Kepala Desa mempunyai
wewenang untuk mendamaikan perkara/sengketa dari para warganya.
(8) Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat yang
berdirikan perkotaan dibentuk Kelurahan sebagai unit Pemerintah Kelurahan yang
berada di dalam Daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota.

10. Pembinaan dan Pengawasan


Yang dimaksud dengan pembinaan adalah lebih ditekankan pada memfasilitasi Dalam upaya
pemberdayaan Daerah Otonom, sedangkan pengawasan lebih Ditekankan pada pengawasan
represif untuk lebih memberikan kebebasan kepada Daerah Otonom dalam mengambil
keputusan serta memberikan peran kepada DPRD Dalam mewujudkan fungsinya sebagai badan
pengawas terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah. Karena itu, Peraturan Daerah yang
ditetapkan Daerah Otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih dahulu oleh pejabat yang
berwenang.

II PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
Yang dimaksud Wilayah Administrasi adalah daerah administrasi menurut
Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 3
Cukup jelas

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tidak mempunyai hubungan hierarki satu sama lain adalah Bahwa
Daerah. Propinsi tidak membawahkan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, tetapi dalam
praktek. penyelenggaraan pemerintahan terdapat hubungan koordinasi, kerja sama,
dan/atau kemitraan dengan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota dalam kedudukan masing-masing sebagai Daerah Otonom. Sementara itu, dalam
kedudukan sebagai Wilayah Administrasi, Gubernur selaku wakil Pemerintah melakukan
hubungan pemnbinaan dan pengawasan terhadap Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Untuk menentukan batas dimaksud, setiap Undang-undang mengenai pembentukan Daerah
dilengkapi dengan peta yang dapat menunjukkan dengan tepat letak geografis Daerah yang
bersangkutan, demikian pula mengenai perubahan batas Daerah.
Ayat (3)
Yang dimaksud ditetapkan Peraturan Pemerintah didasarkan pada usul Pemerintah Daerah
dengan persetujuan DPRD.
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 6
Cukup jelas

Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan moneter dan fiskal adalah kebijakan makro ekonomi. Khusus
di bidang keagamaan sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh Pemerintah kepada
Daerah sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam menumbuh
kembangkan kehidupan beragama.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 8
Dalam penyelenggaraan kewenangan Pemerintah yang diserahkan dan atau Dilimpahkan
kepada Daerah/Gubernur mempunyai kewenangan untuk mengelolanya mulai dari pembiayaan,
perijinan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
sesuai dengan standar, norma, dan kebijakan Pemerintah.

Pasal 9
Ayat (1)
Kewenangan bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota seperti
kewenangan di bidang pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan.
Yang dimaksud dengan kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya adalah:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro;
b. pelatihan bidang tertentu, alokasi sumber daya manusia potensial, dan
penelitian yang mencakup wilayah Propinsi;
c. pengelolaan pelabuhan regional;
d. pengendalian lingkugan hidup;
e. promosi dagang dan budaya/pariwisata;
f. penanganan penyakit menular dan hama
tanaman; dan
g. perencanaan tata ruang propinsi

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kewenangan ini adalah kewenangan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota yang ditangani oleh Propinsi setelah ada pernyataan
dari Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

Ayat (3)
cukup jelas

Pasal 10
ayat (1)
Yang dimaksud dengan sumber daya nasional Ayat (1) adalah sumber daya alam,
sumber daya buatan, dan sumber daya manusia yang tcrsedia di Daerah
Pasal 11
Ayat (1)
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, pada dasarnya seluruh kewenangan sudah
berada pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Oleh karena itu, penyerahan kewenangan
tidak perlu dilakukan secara aktif, tetapi dilakukan melalui pengakuan oleh Pemerintah.
Ayat (2)
Tanpa mengurangi arti dan pentingnya prakarsa Daerah dalam penyelenggaraan otonominya,
untuk menghindarkan terjadinya kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada
masyarakat, Daerah Kabupatcri dan Daerah Kota
wajib melaksanakan kcwenangan dalam Bidang pemerintahan tertentu menurut pasal ini,
sesuai dengan kondisi Daerah masing-masing.
Kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak dapat
dialihkan ke Daerah Propinsi.
Khusus kewenangan Daerah Kota disesuaikan dengan kebutuhan perkotaan, antara lain,
pemadam kebakaran, kebersihan, pertamanan,dan tata kota.

Pasal 12
cukup jelas

Pasal 13
cukup jelas

Pasal 14
Cukup jelas

Pasal 15
Cukup jelas

Pasal 16
Ayat(1)
Khusus untuk penan~kapan ikan secara tradisional tidak dibatasi wilayah
laut.
Ayat(2)
Dalam kedudukannya sebagai Badan Legislatif Daerah, DPRD bukan
merupakan bagian dari Pemerintah Daerah.

Pasal 17
Cukup jelas

Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Pemilihan anggota MPR dari Utusan Daerah hanya dilakukan oleh DPRD Propinsi.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h

Ayat (2)
cukup jelas

Pasal 19
cukup jelas

Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pejabat negara dan pejabat pemerintah adalah pejabat di
lingkungan kerja DPRD bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 21
cukup jelas

Pasal 22
cukup jelas

Pasal 23
cukup jelas

Pasal 24
cukup jelas

Pasal 25
cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas

Pasal 27
cukup jelas

Pasal 28
cukup jelas

Pasal 29
cukup jelas

Pasal 30
cukup jelas

Pasal 31
cukup jelas

Pasal 32
cukup jelas

Pasal 33
cukup jelas

Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
secara bersamaan adalah bahwa calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala
Daerah dipilih secara berpasangan. Pemilihan secara bersamaan ini dimaksudkan
untuk menjamin kerja sama yang harmonis antara Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 35
Cukup jelas

Pasal 36
Ayat (1)
cukup jelas

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan rapat paripurna adalah rapat yang khusus diadakan untuk
pemilihan Kepala Daerah.

ayat (3)
cukup jelas

Pasal 38
ayat (1)
Calon Gubernur dan calon wakil Gubernur dikonsultasikan dengan Presiden,
karena kedudukannya sclaku wakil Pemerintah di Daerah.
ayat (2)
Calon Bupati dan calon Wakil Bupati serta calon Walikota dan calon Wakil
Walikota diberitahukan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.

Pasal 39
cukup jelas

Pasal 40
cukup jelas

Pasal 41
Cukup jelas

Pasal 42
Cukup jelas
Pengucapan sumpah/juanji dan pelantikan Kepala Daerah dapat dilakukan di
GedungDPRD atau di gedung lain, dan tidak dilaksanakan dalam rapat DPRD.
Pengucapan sumpah/janji dilakukan menurut agama yang diakui Pemerintah,
yakni:
a. diawali dengan ucapan "Demi Allah" untuk Pasal 48 penganut agama Islam;
b. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan Menolong saya" untuk penganut agama
Kristen Protestan/Katolik;
c. diawali denngan ucapan "Om atah paramawisesa' untuk pcnganut agama Hindu;
dan
d. diawali dengan ucapan "Denii Sanghyang Adi Buddha" untuk penganut agama
Budha.

Ayat (3)
cukup jelas

Ayat (4)
cukup jelas

Pasal 43
huruf a
cukup jelas
huruf b
cukup jelas
huruf c
cukup jelas
huruf d
cukup jelas
huruf e
Dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat, Kepala Daerah berkewajiban
mewujudkan demokrasi ekonomi dengan melaksanakan Pembinaan dan pengembangan
koperasi, usaha kecil dan menengah yang mencakup permodalan, pemasaran,
pengembangan teknologi,produksi, dan pengolahan serta pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia.
huruf f
cukup jelas
huruf g
cukup jelas

Pasal 44
cukup jelas

Pasal 45
cukup jelas

Pasal 46
cukup jelas

Pasal 47
cukup jelas

Pasal 48
huruf a dan c
Larangan tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya
konflik kepentingan bagi Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya untuk
memberikan pelayanan pemerintahan dengan tidak membeda-bedakan warga
masyarakat.

Huruf b, huruf e, dan huruf d


Larangan tersebut dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan, antara
lain, yang berwujud korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pasal 49
cukup jelas

Pasal 50
cukup jelas

Pasal 51
cukup jelas

Pasal 52
cukup jelas

Pasal 53
Ayat (1)
Pemberitahuan secara tertulis tentang berakhirnya masa jabatan Gubernur, tembusannya
dikirimkan kepada Presiden, sedangkan berakhirnya masa jabatan Bupati/Walikota,
tembusannya dikirimkan kepada Gubernur.
Ayat (2)
cukup jelas

Pasal 54
cukup jelas

Pasal 55
cukup jelas

Pasal 56
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
cukup jelas
Ayat (3)
Pengucapan sumpah/janji dan pelantikan Wakil Kepala Daerah dapat
dilakukan di Gcdung Pasal 66 DPRD atau di gedung lain, tidak
dilaksanakan dalam rapat DPRD. Pcngucapan sumpah/janji dilakukan
menurut agama yang diakui Pemerintah, yakni:
a. diawali dengan ucapan
"Demi Allah" untuk penganut agarna Islam;
b. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan Menolong saya" untuk
penganut agama Kristen Protestan/Katolik;
c. diawali dengan "Om atah paramawisesa untuk penganut agama Hindu;
dan
d. diawali dengan ucapan "Demi Sanghyang Ad Buddha" untuk penganut agama
Buddha.
Ayat (4)
cukup jelas
Ayat (5)
cukup jelas

Pasal 57
cukup jelas

Pasal 58
cukup jelas

Pasal 59
cukup jelas

Pasal 60
cukup jelas

Pasal 61
cukup jela

Pasal 62
cukup jelas

Pasal 63
cukup jelas

Pasal 64
cukup jelas

Pasal 65
Yang dimaksud dengan lcmbaga teknis adalah Badan Penelitian dan Pengembangan,
Badan Perencana, Lembaga Pengawasan, Badan Pendidikan dan Pelatihan, dan lain-
lain.

Pasal 66
cukup jelas

Pasal 67
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
cukup jelas
Ayat (3)
Sekretaris Daerah Kota/Kabupaten memberi pertimbangan kepada
Walikota,Bupati dalam proses pengangakatan Lurah.
Ayat(4)
Camat dapat melimpahkan sebagian kewenangan kepada Lurah. Ayat (5)
cukup jelas
Ayat (6)
cukup jelas

Pasal 68
cukup jelas

Pasal 69
Peraturan Daerah hanya ditandatangani oleh Kepala Daerah dan tidak
ditandatangani-serta Pimpinan DPRD karena DPRD bukan merupakan
bagian dari Pemerintah Daerah.

Pasal 70

cukup jelas

Pasal 71
Ayat (1)
Paksaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menegakkan hukum dengan
Undang-undang ini disebut "paksaan penegakan Hukum" atau "paksaan pemeliharaan
hukum".
Paksaan penegakan hukum itu pada umumnya berwujud mengambil atau
meniadakan, mencegah atau memperbaiki segala sesuatu, melakukan sesuatu yang
telah dibuat, diadakan, dijalankan, dialpakan, atau ditiadakan yang bertentangan
dengan hukum.
Paksaan itu harus didahului oleh suatu perintah tertulis oleh penguasa eksekutif
kepada pelanggar. Apabila pelanggar tidak mengindahkannya, diambil suatu
tindakan paksaan. Pejabat yang menjalankan tindakan paksaan penegakan
hukum terhadap pelanggar harus dengan
tegas diserahi tugas tersebut. Paksaan penegakan hukum itu hendaknya hanya
dilakukan dalam hal yang sangat perlu saja dengan cara seimbang sesuai dengan
berat pelanggaran, karena paksaan tersebut pada
umumnya dapat menimbulkan kerugian atau penderitaan. Jumlah denda dapat disesuaikan
dengan perkembangan tingkat kemahalan.

Ayat (2)
cukup jelas

Pasal 72
cukup jelas

Pasal 73
ayat (1)
Pengundangan peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur
dilakukan mcnurut cara yang sah, yang merupakan keharusan agar Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah tersebut mempunyai kekuatan hukum dan mengikat.
Pengundangan dimaksud kecuali untuk memenuhi formalitas hukum juga dalam rangka
keterbukaan pemerintahan Cara
pengundangan yang sah adalah dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah oleh
Sekretaris Daerah. Untuk lebih mengefcktifkan pelaksanaan Peraturan
Daerah dan Keputusan Kepala Daerah, peraturan dan keputusan tersebut perlu
dimasyarakatkan.

ayat (2)
cukup jelas

Pasal 74
cukup jelas

Pasal 75
cukup jelas

Pasal 76
Pemindahan pegawai dalam Daerah Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bupati/
Walikota, pemindahan pegawai antar-Daerah kabupaten/Kota dan/atau antara Daerah
Kabupaten/Kota dan Daerah Propinsi dilakukan oleh Gubernur setelah berkonsultasi
dengan Bupati/Walikota, dan pemindahan pegawai antar-Daerah Propinsi atau antara
Daerah Propinsi dan Pusat serta pemindahan pegawai Daerah antara Daerah
Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Propinsi lainnya ditetapkan
oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Kepala Daerah.

Pasal 77
Cukup jelas

Pasal 78
Cukup jelas

Pasal 79
huruf a
angka 1 Cukup jelas
angka 2 cukup jelas
angka 3 cukup jelas
angka 4
lain-lain pendapatan aslidaerah yang sah antara lain hasil penjualan asset
daerah dan jasa giro

huruf b
cukup jelas

huruf c
cukup jelas

huruf d
lain-lain pendapatan Daerah yang sah adalah antara lain hibah atau penerimaan
dari Daerah Propinsi atau Daerah Kabupatcii/Kota lainnya, dan peneriniaan lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 80
Ayat (1)
huruf a
Yang dimaksud dengan pcncrimaan sumber daya alam adalah penerimaan negara
yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam antara lain di
bidang pertambangan umum, pertambangan minyak dan gas bumi, kehutanan, dan
perikanan.

huruf b Cukup jelas

huruf c cukup jelas


ayat (2)
Tidak termasuk bagian Pemerintah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolchan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang dikembalikan kepada Daerah.

ayat (3)
Cukup jelas

ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 81
Ayat (1)
Pinjaman dalam negeri bersumber dari Pemerintah, lembaga komersial, dan/atau
pembiayaan obligasi Daerah dengan diberitahukan kepada Pemerintah sebelum
peminjaman tersebut dilaksanakan.
Yang berwenang mengadakan dan menanggung pinjaman Daerah adalah Kepala Daerah,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah atas persetujuan DPRD.
Di dalam Keputusan Kepala Daerah harus dicantumkan jumlah pinjaman dan sumber dana
untuk memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman.

Ayat (2)

Ayat (3)
Mekanisme pinjaman dari sumber luar negeri harus mendapat persetujuan Pemerintah
mengandung pengertian bahwa Pemerintah akan melakukan evaluasi dari berbagai aspek
mengenai dapat tidaknya usulan pinjaman Daerah
untuk memproses lebih lanjut. Dengan demikian pemrosesan lebih lanjut usulan
pinjaman Daerah secara tidak langsung sudah mencerminkan persetujuan
Pemerintah atas usulan termaksud.

Pasal 82
Ayat (1)
Daerah dapat menetapkan pajak dan retribusi dengan Peraturan Daerah sesuai
dengan ketentuan Undang-undang.

Ayat (2)
Penentuan tata cara pemungutan pajak dan retribusi Daerah termasuk
pengembalian atau pembebasan pajak dan/atau rciribusi Daerah yang dilakukan
dengan bcrpcdoman pada ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 83
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan inswitif nonfiskal adalah bantuan Pemerintah berupa
kemudahan pembangunan prasarana, penyebaran lokasi industri strategis,
penyebaran lokasi pusat-pusat perbankan nasional, dan
lain-lain.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 84
Cukup jelas

Pasal 85
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a Cukup jelas
Huruf b Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan tindakan hukum lain adalah menjual, menggadaikan,
menghibahkan, tukar guling, dan/atau memindahtangankan

Pasal 86
cukup jelas

Pasal 87
cukup jelas

Pasal 88
cukup jelas

Pasal 89
cukup jelas

Pasal 90
cukup jelas

Pasal 91
ayat (1)
Yang dimaksud dengan lembaga bersama adalah lembaga yang dibentuk secara
bersama oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang berbatasan dalam rangka
meningkatkan pelayanan, kepada masyarakat.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 92
Ayat (1)
Pemerintah Daerah perlu memfasilitasi pembentukan forum perkotaan untuk
menciptakan sinergi Pemerintah Daerah, masyarakat, dan pihak swasta.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat adalah pengikutsertaan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemilikan.
ayat (3)
cukup jelas

Pasal 93
Ayat (1)
Istilah Dcsa discsuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat
seperti nagari,kampung, huta, bori, dan marga.
Yang dimaksud dengan asal-usul adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 dan pcnjelasannya.

Ayat (2)
Dalam pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa perlu
dipertimbangkan luas wilayah, jumlah penduduk, sosial budaya, potensi
Desa, dan lain-lain.

Pasal 94
Istilah Badan Perwakilan Desa dapat disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa setempat.
Pembentukan Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Dcsa dilakukan oleh masyarakat
Desa.

Pasal 95
Ayat (1)
Istilah Kepala Desa dapat disesuaikan dengan kondisi sosial budaya Desa
setempat.
Ayat (2)
cukup jelas

Pasal 96
Daerah Kabupaten dapat menetapkan masa jabatan Kepala Desa sesuai dengan
sosial budaya setempat.

Pasal 97
cukup jelas

Pasal 98
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
Pengucapan sumpah/janji Kepala Desa dilakukan menurut agama yang diakui
Pemerintah, yakni:
a. diawali dengan ucapan "Demi Allah" untuk penganut agama Islam;
b. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan Menolong saya" untuk
penganut agama Kristen Protestan/Katolik;
c. diawali dengan ucapan "Om atah paramawisesa" untuk penganut agama Hindu;
dan
d. diawali dengan ucapan "Demi Sanghyang Adi Buddha" untuk penganut agama
Buddha.

Ayat (3)
cukup jelas

Pasal 99
cukup jelas

Pasal 100
Pemerintah Desa berhak mcnolak pelaksanaan Tugas Pembantuan yang tidak
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia.

Pasal 101
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa, Kepala Desa dapat dibantu
oleh lembaga adat Desa. Segala perselisihan yang telah didamaikan oleh Kepala
Desa bersifat mengikat pihak-pihak yang berselisih.
Huruf f
cukup jelas

Pasal 102
Huruf a
cukup jelas
Huruf b
Laporan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati dengan tembusan
kepada Camat

Pasal 103
ayat (1)
Huruf a
cukup jelas
Huruf b
cukup jelas
Huruf c
cukup jelas
Huruf d
Untuk menghindari kekosongan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Kepala
Desa yang setelah berakhir masa jabatannya tetap melaksanakan tugasnya sebagai
Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa yang baru.
Huruf e
cukup jelas

Fungsi pengawasan Badan Perwakilan Desa meliputi pengawasaan terhadap pelaksanaan


Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 105
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Peraturan Desa tidak memerlukan pengesahan Bupati, tetapi wajib
disampaikan kcpadanya selambat-lambatnya dua minggu setelah ditetapkan
dengan tembusan kepada Camat.
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 106
Cukup jelas

Pasal 107
Ayat (1)
Sumber pcndapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak
dibenarkan diambilalih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Pemberdayaaii potcnsi Desa dalam meningkatkan pendapatan Desa
dilakukan, antara lain, dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa,
kerja sama dengan piliak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman. Sumber
Pendapatan Daerah yang berada di Desa, baik pajak maupun retribusi yang sudah
dipungut oleh Daerah Kabupaten, tidak Ayat (2) dibenarkan adanya pungutan
tambahan oleh Pemerintah Desa.
Pendapatan Daerah dari sumber tersebut harus diberikan kepada Desa yang
bersangkutan dengan pembagian secara proporsional dan adil.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan beban biaya ekonomi tinggi
dan dampak lainnya.

Ayat (2)
Kegiatan pengclolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang
ditetapkan setiap tahun meliputi penyusunan anggaran, pelaksanaan tata
usaha kcuangan, dan perubahan serta perhitungan anggaran.

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
cukup jelas

Ayat (5)
cukup jelas

Pasal 108
cukup jelas

Pasal 109
Ayat (1)
Kerja sama antar-Desa yang memberi beban kepada masyarakat harus mendapat
persetujuan Badan Perwakilan Desa.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 110
Pemerintah Desa yang tidak diikutsertakan dalam kegiatan dimaksud berhak
menolak pembangunan tersebut.

Pasal 111
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan asal-usul adalah asal-usul terbentuknya Desa yang
bersangkutan.

Pasal 112
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah upaya memberdayakan Daerah Otonom
melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 113
cukup jelas
Pasal 114
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pengajuan keberatan kepada Mahkamahi Agung sebagai upaya hukum terakhir dilakukan
selambat-lambatnya lima belas hari setelah adanya keputusan pembatalan dari Pemerintah.

Pasal 115
Ayat (1)
Mekanisme pemnbentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau pemekaran Daerah
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Daerah yang akan dibentuk, dihapus, digabung dan/atau dimekarkan
diusulkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD kepada
Pemerintah;
b.Pemerintah menugaskan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah untuk melakukan
penelitian dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
udaya, sosial-polilik, jumlah penduduk luas daerah,
dan pertimbangan lain;
C. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah menyampaikan pertimbangan untuk menyusun
rancangan undang-undang yang mengatur pembentukan, penghapusan, penggabungan,
dan/atau pemekaran Daerah Otonom.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Asosiasi Pemerintah Daerah adalah organisasi yang dibentuk
oleh Pemerintah Daerah dalam rangka kerja sama antar-Pemerintah Propinsi, antar
Pemerintah Kabupaten, dan/atau antar-Pcmerintah Kota berdasarkan pcdoman yang
dikeluarkan oleh Pemerintah.
Wakil-wakil Daerah dipilih oleh DPRD dari berbagai keahlian terutama di bidang
keuangan dan pemerintahan, serta bersikap independen sebanyak 6 orang, yang
terdiri atas 2 orang wakil Daerah Propinsi, 2 orang wakil
Daerah Kabupaten dan 2 orang wakil Daerah Kota dengan masa tugas selama dua
tahun.

Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas

Pasal 116
cukup jelas

Pasal 117
cukup jelas

Pasal 118
Ayat (1)
Pemberian otonomi khusus kepada Propinsi Daerah I Timor Timur
didasarkan pada perjanjian bilateral antara Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Portugal di bawah supervisi Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Yang dimaksud dengan ditetapkan lain adalah Ayat(1) Ketetapan MPR RI yang
mengatur status Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur lebih

Ayat (2)
cukup jelas

Pasal 119
cukup jelas

Pasal 120
cukup jelas

Pasal 121
cukup jelas

Pasal 122
Pengakuan keistinicwaan Propinsi Daerah Aceh didasarkan pada sejarah
perjuangan kemerdekaan nasional, sedangkan isi keistimewaannya berupa
pelaksanaan kehidupan beragama, adat, dan pendidikan serta
mempcrhatikan peranan ulama dalam penetapan kebijlakan Daerah.
Pengakuan keistimewaan Propinsi istimewa Yogyakarta didasarkan pada asal-
usul dan peranannya dalam sejarah perjuangan nasional, sedangkan isi
keistimewaannya adalah Pengangkatan Gubernur dengan mempertimbangkan
calon dari keturunan Sultan Yogyakarta dan Wakil Gubernur dengan
mempertimbangkan calon dari keturunan Paku Alam yang memenuhi syarat
sesuai dengan undang-undang ini.

Pasal 123
Cukup jelas

Pasal 124
Cukup jelas

Pasal 125
Cukup jelas

Pasal 126
Cukup jelas

Pasal 127
Cukup jelas

Pasal 128
Cukup jelas

Pasal 129
Cukup jelas

Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas

Pasal 132
Ayat (1)
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan undang-
undang ini sudah harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu satu
tahun.
Ayat (2)
Pelaksanaan penataan dimulai sejak ditetapkannya undang-undang ini dan sudah
selesa dalam waktu dua tahun.

Pasal 133
Cukup jelas

Pasal 134
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3839


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1999
TENTANG

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan, dan


pembangunan untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata, berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan
melalui otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional, yang memberi kesempatan bagi
peningkatan demokrasi dan kinerja daerah yang berdaya guna dan berhasil guna dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme,
untuk itu diperlukan keikutsertaan masyarakat, keterbukaan, dan pertanggungjawaban kepada
masyarakat;
c. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui penyediaan sumber- sumber
pembiayaan berdasarkan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, perlu diatur
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berupa sistem keuangan yang diatur
berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat
pemerintahan;
d. bahwa Undang-undang Nomor 32 Tahun 1956 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Negara
Dengan Daerah-daerah Yang Berhak Mengurus Rumah-Tangganya Sendiri, sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan serta adanya kebutuhan dan aspirasi masyarakat dalam
mendukung otonomi daerah maka perlu ditetapkan Undang- undang yang mengatur perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

Mengingat :

1. Pasal 1 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20 ayat (1), Pasal 23 ayat (4), dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang
Berkeadilan, Serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT


DAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan
pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar- Daerah secara proporsional, demokratis,
adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah, sejalan
dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan
tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya;
2. Pemerintah Pusat adalah Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Otonomi Daerah adalah Otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Daerah Propinsi atau Bupati bagi Daerah Kabupaten
atau Walikota bagi Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Desentralisasi adalah Desentralisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Dekonsentrasi adalah Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Tugas Pembantuan adalah Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah salah satu Sekretariat dalam
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN, adalah suatu rencana
keuangan tahunan Negara yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD, adalah suatu
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
14. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi;
15. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak lain
sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk
membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan;
16. Anggaran Dekonsentrasi adalah pelaksanaan APBN di Daerah Propinsi, yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan Dekonsentrasi;
17. Anggaran Tugas Pembantuan adalah pelaksanaan APBN di Daerah dan Desa, yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan Tugas Pembantuan;
18. Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi;
19. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah
untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu;
20. Dokumen Daerah adalah semua dokumen yang diterbitkan Pemerintah Daerah yang bersifat
terbuka dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah.

BAB II
DASAR-DASAR PEMBIAYAAN
PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 2

(1) Penyelenggaraan tugas Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dibiayai atas beban
APBD.

(2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah Propinsi dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dibiayai atas beban APBN.

(3) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah dan Desa
dalam rangka Tugas Pembantuan dibiayai atas beban APBN.

(4) Penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur atau penyerahan
kewenangan atau penugasan Pemerintah Pusat kepada Bupati/Walikota diikuti dengan
pembiayaannya.

BAB III
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN
PELAKSANAAN DESENTRALISASI

Bagian Pertama
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah

Pasal 3

Sumber-sumber penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi adalah:

a. Pendapatan Asli Daerah;


b. Dana Perimbangan;
c. Pinjaman Daerah;
d. Lain-lain Penerimaan yang sah.

Bagian Kedua
Sumber Pendapatan Asli Daerah

Pasal 4

Sumber Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri dari:

a. hasil pajak Daerah;


b. hasil retribusi Daerah;
c. hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang
dipisahkan;
d. lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Pasal 5

(1) Ketentuan mengenai pajak Daerah dan retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
dan huruf b diatur dengan Undang-undang.

(2) Ketentuan mengenai perusahaan milik Daerah dan pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang
dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Dana Perimbangan

Pasal 6

(1) Dana Perimbangan terdiri dari:

a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam;
b. Dana Alokasi Umum;
c. Dana Alokasi Khusus.

(2) Penerimaan Negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan imbangan 10% (sepuluh persen)
untuk Pemerintah Pusat dan 90% (sembilan puluh persen) untuk Daerah.

(3) Penerimaaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibagi dengan imbangan
20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah Pusat dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.

(4) 10% (sepuluh persen) penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan 20% (dua puluh persen) penerimaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang menjadi bagian dari Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibagikan kepada seluruh Kabupaten dan Kota.
(5) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor
perikanan dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah Pusat dan 80% (delapan
puluh persen) untuk Daerah.

(6) Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas alam yang dihasilkan
dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan sebagai berikut:

Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari wilayah Daerah setelah dikurangi
komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 85% (delapan puluh lima
persen) untuk Pemerintah Pusat dan 15% (lima belas persen) untuk Daerah.

Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari wilayah Daerah setelah dikurangi
komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 70% (tujuh puluh persen)
untuk Pemerintah Pusat dan 30% (tiga puluh persen) untuk Daerah.

Pasal 7

(1) Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari
Penerimaan Dalam Negeri yang ditetapkan dalam APBN.

(2) Dana Alokasi Umum untuk Daerah Propinsi dan untuk Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan masing-
masing 10% (sepuluh persen) dan 90% (sembilan puluh persen) dari Dana Alokasi Umum
sebagaimana yang ditetapkan pada ayat (1).

(3) Dalam hal terjadi perubahan kewenangan di antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota,
persentase Dana Alokasi Umum untuk Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan perubahan tersebut.

(4) Dana Alokasi Umum untuk suatu Daerah Propinsi tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah
Dana Alokasi Umum untuk seluruh Daerah Propinsi yang ditetapkan dalam APBN, dengan porsi
Daerah Propinsi yang bersangkutan.

(5) Porsi Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan proporsi bobot Daerah
Propinsi yang bersangkutan terhadap jumlah bobot semua Daerah Propinsi di seluruh Indonesia.

(6) Dana Alokasi Umum untuk suatu Daerah Kabupaten/Kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian
jumlah Dana Alokasi Umum untuk seluruh Daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam APBN
dengan porsi Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(7) Porsi Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan proporsi bobot
Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan terhadap jumlah bobot semua Daerah Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia.

(8) Bobot Daerah ditetapkan berdasarkan:

a. kebutuhan wilayah otonomi Daerah;


b. potensi ekonomi Daerah.

(9) Penghitungan dana alokasi umum berdasarkan rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5),
ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) dilakukan oleh Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Pasal 8

(1) Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk membantu
membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN.

(2) Kebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum; dan/atau
b. kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional;

(3) Dana Alokasi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk yang berasal dari dana reboisasi.

(4) Dana reboisasi dibagi dengan imbangan:

a. 40% (empat puluh persen) dibagikan kepada Daerah penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus.
b. 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah Pusat.

(5) Kecuali dalam rangka reboisasi, Daerah yang mendapat pembiayaan kebutuhan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menyediakan dana pendamping dari APBD sesuai dengan kemampuan Daerah
yang bersangkutan.

Pasal 9

Besarnya jumlah Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan setiap
tahun anggaran dalam APBN.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penghitungan dan penyaluran atas bagian Daerah dari penerimaan
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), dan rumus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8), serta Dana Alokasi
Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat
Pinjaman Daerah

Pasal 11

(1) Daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk membiayai sebagian
anggarannya.

(2) Daerah melakukan pinjaman dari sumber luar negeri melalui Pemerintah Pusat.

(3) Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang
merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali pinjaman, serta
memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat.
(4) Daerah dapat melakukan pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus kas dalam rangka
pengelolaan kas Daerah.

Pasal 12

(1) Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilakukan dengan persetujuan DPRD.

(2) Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan Daerah untuk memenuhi kewajibannya.

(3) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, setiap perjanjian pinjaman yang dilakukan oleh Daerah
diumumkan dalam Lembaran Daerah.

Pasal 13

(1) Daerah dilarang melakukan Pinjaman Daerah yang menyebabkan terlampauinya batas jumlah
Pinjaman Daerah yang ditetapkan.

(2) Daerah dilarang melakukan perjanjian yang bersifat penjaminan sehingga mengakibatkan beban
atas keuangan Daerah.

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14

(1) Semua pembayaran yang menjadi kewajiban Daerah atas Pinjaman Daerah merupakan salah satu
prioritas dalam pengeluaran APBD.

(2) Dalam hal Daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas Pinjaman Daerah dari Pemerintah
Pusat, maka Pemerintah Pusat dapat memperhitungkan kewajiban tersebut dengan Dana Alokasi Umum
kepada Daerah.

Pasal 15

Pelaksanaan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kelima
Dana Darurat

Pasal 16

(1) Untuk keperluan mendesak kepada Daerah tertentu diberikan Dana Darurat yang berasal dari APBN.

(2) Prosedur dan tata cara penyaluran Dana Darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.
BAB IV
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN DEKONSENTRASI

Pasal 17

(1) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi disalurkan kepada Gubernur melalui
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

(2) Pertanggungjawaban atas pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Gubernur kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang bersangkutan.

(3) Administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan secara terpisah
dari administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Desentralisasi.

(4) Penerimaan dan pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi


diadministrasikan dalam Anggaran Dekonsentrasi.

(5) Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih dari penerimaan terhadap pengeluaran dana
Dekonsentrasi, maka sisa anggaran lebih tersebut disetor ke Kas Negara.

(6) Pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh instansi pemeriksa keuangan Negara.

(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

BAB V
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 18

(1) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan disalurkan kepada Daerah dan Desa
melalui Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menugaskannya.

(2) Pertanggungjawaban atas pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan oleh Daerah dan Desa kepada Pemerintah Pusat melalui
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menugaskannya.

(3) Administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan secara terpisah dari
administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Desentralisasi.

(4) Penerimaan dan pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan Tugas Pembantuan
diadministrasikan dalam Anggaran Tugas Pembantuan.

(5) Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih dari penerimaan terhadap pengeluaran dana Tugas
Pembantuan, maka sisa anggaran lebih tersebut disetor ke Kas Negara.

(6) Pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh instansi pemeriksa keuangan Negara.
(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

BAB VI
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN DESENTRALISASI

Bagian Pertama
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan dalam
Pelaksanaan Desentralisasi

Pasal 19

(1) Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dicatat dan dikelola
dalam APBD.

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran Daerah yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi
atau Tugas Pembantuan merupakan penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.

(3) APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(4) APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD merupakan Dokumen Daerah.

Pasal 20

(1) APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBN
ditetapkan.

(2) Perubahan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya tahun anggaran.

(3) Perhitungan APBD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan.

Pasal 21

Anggaran pengeluaran dalam APBD tidak boleh melebihi anggaran penerimaan.

Pasal 22

(1) Daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan tertentu.

(2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicadangkan dari sumber penerimaan Daerah.

(3) Setiap pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

(4) Semua sumber penerimaan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan semua
pengeluaran atas beban dana cadangan diadministrasikan dalam APBD.
Pasal 23

(1) Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

(2) Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan Daerah diatur dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai
dengan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Kedua
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

Pasal 24

(1) Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD mengenai:

a. pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan
Pasal 22;
b. kinerja keuangan Daerah dari segi efisiensi dan efektivitas keuangan dalam pelaksanaan
Desentralisasi.

(2) DPRD dalam sidang pleno terbuka menerima atau menolak dengan meminta untuk
menyempurnakan laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Laporan pertanggungjawaban keuangan Daerah merupakan Dokumen Daerah.

Bagian Ketiga
Pemeriksaan Keuangan Daerah

Pasal 25

Pemeriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan Daerah dilakukan


sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 26

Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24, diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH

Pasal 27

(1) Pemerintah Pusat menyelenggarakan suatu sistem informasi keuangan Daerah.

(2) Informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan data terbuka yang dapat diketahui masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan sistem informasi keuangan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 28

(1) Daerah wajib menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan Daerah kepada
Pemerintah Pusat termasuk Pinjaman Daerah.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

BAB VIII
SEKRETARIAT BIDANG PERIMBANGAN KEUANGAN
PUSAT DAN DAERAH

Pasal 29

(1) Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah bertugas mempersiapkan
rekomendasi Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengenai perimbangan keuangan Pusat
dan Daerah serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur
dengan Keputusan Presiden.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30

(1) Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan Daerah sepanjang tidak
bertentangan dan belum disesuaikan dengan Undang-undang ini masih tetap berlaku.

(2) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambat-


lambatnya 2 (dua) tahun setelah Undang-undang ini diberlakukan.

Pasal 31

(1) Dalam APBN dapat dialokasikan dana untuk langsung membiayai urusan Desentralisasi
selain dari sumber penerimaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(2) Ketentuan pada ayat (1) hanya berlaku paling lama 2 (dua) tahun anggaran sejak
diundangkannya Undang-undang ini.

(3) Pembiayaan langsung dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari
ketentuan Pasal 19 ayat (1).

(4) Setiap tahun anggaran, menteri-menteri teknis terkait menyusun laporan semua proyek
dan kegiatan yang diperinci menurut:

a. sektor dan subsektor untuk belanja pembangunan;


b. unit organisasi departemen/lembaga pemerintah non departemen untuk pengeluaran rutin;
c. proyek dan kegiatan yang pelaksanaannya dikelola oleh Pemerintah Pusat, serta proyek dan
kegiatan yang pelaksanaannya dikelola oleh Daerah untuk semua belanja.

(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada DPR.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 32 Tahun 1956 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Negara Dengan Daerah-daerah, Yang Berhak Mengurus Rumah-Tangganya Sendiri
(Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1442) dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 33

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 19 Mei 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta pada


tanggal 19 Mei 1999
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

PROF. DR. H. MULADI, S.H.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 72


PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1999
TENTANG

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

UMUM

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai
masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1
Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Selanjutnya dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya menyatakan
bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip
otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan
demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani
yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai sub sistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
Sebagai daerah otonom, Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan
kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan
pertanggung-jawaban kepada masyarakat.

Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pembangunan, maka


pemerintahan suatu negara pada hakekatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi alokasi yang
meliputi, antara lain, sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat, fungsi
distribusi yang meliputi, antara lain, pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan
fungsi stabilisasi yang meliputi, antara lain, pertahanan-keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi distribusi
dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat sedangkan fungsi
alokasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, karena Daerah pada umumnya
lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya perlu
diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah. Dengan demikian,
pembagian ketiga fungsi dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah secara jelas dan tegas.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi Daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab di Daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan Daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah
merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari bagian Daerah dari Pajak Bumi dan
Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, serta
dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, mengingat tujuan masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi.

Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,
dan penerimaan dari sumber daya alam, merupakan sumber penerimaan yang pada dasarnya memperhatikan
potensi daerah penghasil. Dana alokasi umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan
memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan
masyarakat di Daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dengan daerah yang belum
berkembang dapat diperkecil. Dana alokasi khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-
kebutuhan khusus Daerah. Di samping itu untuk menanggulangi keadaan mendesak seperti bencana alam,
kepada Daerah dapat dialokasikan Dana Darurat. Dengan demikian, Undang-undang ini selain memberikan
landasan pengaturan bagi pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, juga memberikan
landasan bagi perimbangan keuangan antar Daerah.

Dalam pelaksanaan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tersebut perlu
memperhatikan kebutuhan pembiayaan bagi pelaksanaan kewenangan yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat, antara lain pembiayaan bagi politik luar negeri, pertahanan-keamanan, peradilan,
pengelolaan moneter dan fiskal, agama, serta kewajiban pengembalian pinjaman Pemerintah Pusat.

Undang-undang ini juga mengatur mengenai kewenangan Daerah untuk membentuk Dana Cadangan yang
bersumber dari penerimaan Daerah, serta sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam
pelaksanaan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Pertanggungjawaban keuangan dalam
rangka desentralisasi dilakukan oleh Kepala Daerah kepada DPRD. Berbagai laporan keuangan Daerah
ditempatkan dalam dokumen Daerah agar dapat diketahui oleh masyarakat sehingga terwujud
keterbukaan.

Dalam pengelolaan keuangan Daerah. Dalam hal pemeriksaan keuangan Daerah dilakukan oleh instansi
pemeriksa fungsional. Di samping itu, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan sistem alokasi kepada
Daerah, diatur pula sistem informasi keuangan daerah dan menetapkan Sekretariat Bidang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang bertugas mempersiapkan rekomendasi mengenai perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 1956 tidak dapat dilaksanakan sesuai yang diharapkan, karena antara lain beberapa faktor
untuk menghitung pembagian keuangan kepada Daerah belum memungkinkan untuk dipergunakan. Selain
itu, berbagai jenis pajak yang merupakan sumber bagi pelaksanaan perimbangan keuangan tersebut saat ini
sudah tidak diberlakukan lagi melalui berbagai peraturan perundangan serta adanya kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang berkembang dalam mendukung otonomi daerah, maka perlu ditetapkan Undang-undang
yang mengatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Berdasarkan uraian di atas, Undang-undang ini mempunyai tujuan pokok antara lain :

a. Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah.


b. Menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan,
partisipatif, bertanggungjawab (akuntabel), dan pasti.
c. Mewujudkan sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang
mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, mendukung pelaksanaan otonomi Daerah
dengan penyelenggararaan pemerintahan daerah yang transparan, memperhatikan partisipasi
masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat, mengurangi kesenjangan antar Daerah
dalam kemampuannya untuk membiayai tanggung jawab otonominya, dan memberikan kepastian
sumber keuangan Daerah yang berasal dari wilayah daerah yang bersangkutan.
d. Menjadi acuan dalam alokasi penerimaan negara bagi Daerah.
e. Mempertegas sistem pertanggungjawaban keuangan oleh Pemerintah Daerah.
f. Menjadi pedoman pokok tentang keuangan Daerah.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pasal ini menegaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam Undang-undang ini, dengan maksud untuk
menyamakan pengertian atas istilah-istilah tersebut, sehingga dapat dihindarkan kesalahpahaman dalam
menafsirkannya.

Pasal 2

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur atau Bupati/Walikota
dapat dilakukan dalam rangka Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Setiap penyerahan
atau pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah dalam rangka Desentralisasi dan
Dekonsentrasi disertai dengan pengalihan sumber daya manusia, dan sarana serta pengalokasian anggaran
yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penyerahan dan pelimpahan kewenangan tersebut.

Sementara itu, penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah dalam rangka Tugas
Pembantuan disertai pengalokasian anggaran.

Pasal 3

Huruf a
Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Lain-lain penerimaan yang sah, antara lain, hibah, Dana Darurat, dan penerimaan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain,
bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik Daerah.

Huruf d
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain, hasil penjualan aset tetap Daerah dan jasa giro.

Pasal 5

Ayat (1)
Jenis-jenis pajak Daerah dan retribusi Daerah disesuaikan dengan kewenangan yang diserahkan kepada Daerah
Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan mengubah Undang-undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1)
Dana Perimbangan yang terdiri dari 3 (tiga) jenis sumber dana, merupakan sumber pembiayaan
pelaksanaan Desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, mengingat tujuan
masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

Huruf a
Yang dimaksud dengan bagian Daerah dari penerimaan sumber daya alam adalah bagian Daerah dari
penerimaan Negara yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam, antara lain, di bidang pertambangan
umum, pertambangan minyak dan gas alam, kehutanan, dan perikanan.

Huruf b
Penggunaan dana ini ditetapkan sepenuhnya oleh Daerah.

Huruf c
Cukup jelas

Ayat (2)
Pembagian lebih lanjut antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (3)
Pembagian lebih lanjut antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (5)
Bagian Daerah yang berasal dari penerimaan sumber daya alam dari sektor kehutanan, sektor
pertambangan umum, dan sektor perikanan yang diterima dari Pemerintah Pusat ditetapkan sebagai
berikut:

a. Sektor kehutanan dibagi sebagai berikut:

1) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan dibagi dengan perincian:

a. bagian Propinsi sebesar 16% (enam belas persen);


b. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 64% (enam puluh empat persen).

2) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan Provisi Sumber Daya Hutan dibagi dengan perincian:

a. bagian Propinsi sebesar 16% (enam belas persen);


b. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 32%(tiga puluh dua persen);
c. bagian Kabupaten/Kota lainnya dalam Propinsi yang bersangkutan sebesar 32% (tiga puluh
dua persen).

b. Sektor pertambangan umum dibagi sebagai berikut:

1) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan Iuran Tetap (Land-rent) dibagi dengan perincian:

a. bagian Propinsi sebesar 16% (enam belas persen);


b. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 64% (enam puluh empat persen).

2) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalty)
dibagi dengan perincian:

a. bagian Propinsi sebesar 16%(enam belas persen);


b. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 32% (tiga puluh dua persen);
c. bagian Kabupaten/Kota lainnya dalam Propinsi yang bersangkutan sebesar 32% (tiga puluh
dua persen).
d. 80% (delapan puluh persen) dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan
dibagikan secara merata kepada seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.

Ayat (6)

Huruf a
Bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a ini dibagi dengan perincian sebagai berikut:
i. bagian Propinsi yang bersangkutan sebesar 3% (tiga persen);
ii. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 6% (enam persen);
iii. bagian Kabupaten/Kota lainnya dalam Propinsi yang bersangkutan sebesar 6% (enam
persen).

Huruf b
Bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b ini dibagi dengan perincian sebagai berikut:

i. bagian Propinsi yang bersangkutan sebesar 6% (enam persen);


ii. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 12% (dua belas persen);
iii. bagian Kabupaten/Kota lainnya dalam Propinsi yang bersangkutan sebesar 12% (dua
belas persen).

Pasal 7

Ayat (1)
Dana Alokasi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakan jumlah seluruh alokasi umum untuk
Daerah Propinsi dan untuk Daerah Kabupaten/Kota.

Kenaikan Dana Alokasi Umum akan sejalan dengan penyerahan dan pengalihan kewenangan Pemerintah Pusat
kepada Daerah dalam rangka Desentralisasi.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Penyesuaian persentase sebagaimana dimaksud pada ayat ini ditetapkan dalam APBN.

Ayat (4) dan Ayat (5)


Rumus Dana Alokasi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah: Dana

Alokasi Umum untuk satu Propinsi tertentu =

Jumlah Dana Alokasi Bobot Daerah Propinsi yang bersangkutan


Umum untuk Daerah X . .
Propinsi Jumlah bobot dari seluruh Daerah Propinsi

Ayat (6) dan Ayat (7)


Rumus Dana Alokasi Umum sebagaimana yang dimaksud pada ayat ini adalah: Dana

Alokasi Umum untuk satu Kabupaten/Kota tertentu =

Jumlah Dana Alokasi Bobot Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan


Umum untuk Daerah X .
Kabupaten/Kota Jumlah bobot dari seluruh Daerah Kabupaten/Kota

Ayat (8)
Bobot Daerah ditentukan berdasarkan hasil kajian empiris dengan memperhitungkan variabel- variabel yang
relevan.
a. Kebutuhan wilayah otonomi Daerah paling sedikit dapat dicerminkan dari variabel jumlah
penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat dengan
memperhatikan kelompok masyarakat miskin.
b. Potensi ekonomi Daerah antara lain dapat dicerminkan dengan potensi penerimaan yang diterima
Daerah seperti potensi industri, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, dan
Produk Domestik Regional Bruto.

Ayat (9)
Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah juga menyusun dan atau menjaga
kemutakhiran data yang merupakan variabel dalam rumus tersebut. Dengan demikian Sekretariat Bidang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai instansi yang objektif dan independen dapat menjaga
keterbukaan dan transparansi dalam pengalokasian Dana Alokasi Umum.

Pasal 8

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a
Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus, adalah kebutuhan yang
bersifat khusus yang tidak sama dengan kebutuhan Daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan
transmigrasi, dan kebutuhan beberapa jenis investasi/prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan
terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer.

Huruf b
Termasuk, antara lain, proyek yang dibiayai donor dan proyek-proyek kemanusiaan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)

Huruf a
Dana reboisasi sebagaimana dalam ayat (4) huruf a ini hanya digunakan untuk pembiayaan
kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh Daerah penghasil.

Huruf b
Dana reboisasi sebagaimana dalam ayat (4) huruf b ini digunakan untuk pembiayaan kegiatan reboisasi secara
nasional oleh Pemerintah Pusat.

Ayat (5)
Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawab Daerah dalam pembiayaan program-program yang
merupakan kebutuhan khusus tersebut, maka perlu penyediaan dana dari sumber APBD sebagai
pendamping atas Dana Alokasi Khusus dari APBN.

Pasal 9

Cukup jelas
Pasal 10

Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain:

a. tata cara penghitungan dan penyaluran bagian Daerah dari penerimaan Negara yang berasal dari
pembagian Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, sumber
daya alam sektor kehutanan, sektor
b. pertambangan umum, sektor pertambangan minyak dan gas alam, dan sektor perikanan untuk
Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

rumus Dana Alokasi Umum yang memuat bobot Daerah Propinsi, bobot Daerah Kabupaten/Kota,
mekanisme penyaluran bagian Daerah kepada Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.

c. Dana Alokasi Khusus yang memuat persentase minimum dana pendamping, sektor/kegiatan yang
tidak dapat dibiayai, penggunaan Dana Alokasi Khusus, dan peranan menteri yang membidangi
perencanaan pembangunan nasional dan menteri teknis terkait serta mekanisme penyaluran
bagian Daerah kepada Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 11

Ayat (1)
Pinjaman dalam negeri dapat bersumber dari Pemerintah Pusat dan/atau lembaga komersial dan/atau
penerbitan obligasi Daerah.

Ayat (2)
Mekanisme pinjaman dari sumber luar negeri melalui Pemerintah Pusat mengandung pengertian bahwa
Pemerintah Pusat akan melakukan evaluasi dari berbagai aspek mengenai dapat tidaknya usulan Pinjaman
Daerah untuk diproses lebih lanjut. Dengan demikian pemrosesan lebih lanjut usulan Pinjaman Daerah secara
tidak langsung sudah mencerminkan persetujuan Pemerintah Pusat atas usulan termaksud.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pinjaman jangka panjang adalah Pinjaman Daerah dengan jangka waktu lebih dari
satu tahun dengan persyaratan bahwa biaya pembayaran kembali pinjaman, berupa pokok pinjaman
dan/atau bunga dan/atau semua biaya lain, sebagian atau seluruhnya akan dilunasi pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Jangka waktu pinjaman jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi umur ekonomis
prasarana tersebut.

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pinjaman jangka pendek adalah Pinjaman Daerah dengan jangka waktu kurang atau
sama dengan satu tahun dengan persyaratan bahwa biaya pembayaran kembali pinjaman, berupa pokok
pinjaman dan/atau bunga dan/atau semua biaya lain, akan dilunasi seluruhnya dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.

Pasal 12

Ayat (1)
Persetujuan DPRD terhadap usulan Pemerintah Daerah untuk mendapatkan pinjaman dilakukan secara
seksama dengan mempertimbangkan, antara lain, kemampuan Daerah untuk membayar dan batas
maksimum pinjaman.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kemampuan Daerah untuk memenuhi kewajibannya adalah kemampuan Daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluaran, baik atas kewajiban pinjaman tersebut maupun pengeluaran
lainnya seperti gaji pegawai serta biaya operasional dan pemeliharaan.

Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan agar terdapat keterbukaan dan pertanggungjawaban yang jelas kepada
masyarakat tentang kewajiban pinjaman tersebut.

Pasal 13

Ayat (1)
Batas jumlah Pinjaman Daerah adalah jumlah pinjaman maksimum yang dapat diterima oleh Daerah
dengan memperhatikan indikator kemampuan Daerah untuk meminjam maupun dalam pengembalian
pinjaman, yaitu suatu rasio yang menunjukkan tersedianya sejumlah dana dalam periode waktu tertentu
untuk menutup kewajiban pembayaran pinjaman.

Ayat (2)
Penjaminan yang dimaksud pada ayat ini adalah penjaminan Daerah terhadap antara lain pinjaman
perusahaan milik Daerah dan pinjaman swasta dalam rangka pelaksanaan proyek Daerah.

Ayat (3)
Peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain, adalah Undang-undang Tindak Pidana Korupsi,
Undang-undang Kepegawaian, Undang-undang Perbendaharaan Negara, dan KUHP.

Pasal 14

Ayat (1)
Dengan menempatkan kewajiban Daerah atas pinjaman Daerah sebagai salah satu prioritas dalam
pengeluaran APBD, pemenuhan kewajiban termaksud diharapkan mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan pengeluaran lain yang harus diprioritaskan Daerah, misalnya pengeluaran yang apabila tidak
dilakukan dapat menimbulkan kerawanan sosial. Dengan demikian pemenuhan kewajiban atas pinjaman
Daerah tidak dapat dikesampingkan apabila target penerimaan APBD tidak tercapai.

Ayat (2)
Pelaksanaan ketentuan ayat ini dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan keuangan Daerah.

Pasal 15

Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, jenis dan sumber pinjaman, sektor yang
dapat dibiayai dengan dana pinjaman, batas maksimum pinjaman, jangka waktu pinjaman, dan tata cara
mendapatkan pinjaman.

Pasal 16

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keperluan mendesak adalah terjadinya keadaan yang sangat luar biasa yang tidak
dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan pembiayaan dari APBD, yaitu bencana alam dan/atau peristiwa
lain yang dinyatakan Pemerintah Pusat sebagai bencana nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 17

Ayat (1)
Kewenangan dan tanggung jawab sehubungan dengan pembiayaan dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi, mengacu pada peraturan perundang-undangan mengenai APBN dan perbendaharaan negara.
Dana pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi tersebut tidak merupakan penerimaan APBD.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (5)
Cukup jelas

Ayat (6)
Cukup jelas

Ayat (7)
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, pengalokasian dan pengadministrasian
keuangan pelaksanaan Dekonsentrasi oleh Gubernur beserta perangkatnya, yang meliputi sistem dan prosedur
perencanaan, pelaksanaan pemeriksaan/pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan, sesuai dengan
mekanisme keuangan Negara yang berlaku bagi APBN.

Pasal 18

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (5)
Cukup jelas

Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, bentuk dan struktur Anggaran Tugas
Pembantuan, pengalokasian dan pengadministrasian keuangan pelaksanaan Tugas Pembantuan oleh
Gubernur beserta perangkatnya, yang meliputi sistem dan prosedur perencanaan, pelaksanaan
pemeriksaan/pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan, sesuai mekanisme keuangan Negara yang
berlaku bagi APBN.

Pasal 19

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dicatat dan dikelola dalam APBD termasuk dicatat dan dikelola dalam perubahan dan
perhitungan APBD.

Ayat (2)
Ketentuan ini untuk menjamin bahwa semua penerimaan dan pengeluaran yang dikelola Gubernur atau
Bupati/Walikota dengan perangkatnya digolongkan dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi atau dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi atau dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Sebagai contoh
pungutan Puskesmas merupakan penerimaan dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dan
diadministrasikan dalam APBD.

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 21

Ketentuan Pasal ini berarti Daerah tidak boleh menganggarkan pengeluaran tanpa kepastian terlebih
dahulu mengenai ketersediaan sumber pembiayaannya dan mendorong Daerah untuk meningkatkan
efisiensi pengeluarannya.

Pasal 22

Ayat (1)
Ketentuan ayat ini memberi peluang kepada Daerah apabila diperlukan untuk membentuk dana cadangan
bagi kebutuhan pengeluaran yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan
dalam satu tahun anggaran.

Ayat (2)
Dana cadangan dapat disediakan dari sisa anggaran lebih tahun lalu dan/atau sumber
pendapatan Daerah.
Ayat (3)
Peraturan Daerah tersebut, antara lain, menetapkan tujuan dana cadangan, sumber pendanaan dana
cadangan, dan jenis pengeluaran yang dapat dibiayai dengan dana cadangan tersebut.

Ayat (4)
Dana cadangan dibentuk dan diadministrasikan secara terbuka, tidak dirahasiakan, disimpan dalam bentuk
kas atau yang mudah diuangkan, dan semua transaksi harus dicantumkan dalam APBD.

Diadministrasikan dalam APBD berarti dicatat saldo awal, semua penerimaan dan pengeluaran, serta saldo
akhir dalam bentuk rincian dana cadangan tersebut.

Pasal 23

Ayat (1)
Pokok-pokok muatan Peraturan Daerah tersebut, antara lain, kerangka dan garis besar prosedur penyusunan
APBD, kewenangan keuangan Kepala Daerah dan DPRD, prinsip-prinsip pengelolaan kas, otorisasi
pengeluaran kas, tata cara pengadaan barang dan jasa, prosedur melakukan pinjaman, dan
pertanggungjawaban keuangan.

Ayat (2)
Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan Daerah meliputi, antara lain, struktur organisasi, dokumentasi,
dan prosedur terperinci dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan, yang bertujuan untuk mengoptimalkan
efektivitas, efisiensi, dan keamanan. Selain itu, sistem dan prosedur tersebut harus dapat menyediakan
informasi kepada Pemerintah Pusat secara akurat dan tepat pada waktunya.

Pasal 24

Ayat (1)
Laporan pertanggungjawaban keuangan tersebut dinyatakan dalam satu bentuk laporan.

Ayat (2)
Penolakan laporan oleh DPRD harus disertai dengan alasannya.

Proses lebih lanjut dari penolakan pertanggungjawaban Kepala Daerah tersebut mengikuti mekanisme
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah.

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain:

a. prinsip-prinsip bagi transparansi dan akuntabilitas mengenai penyusunan, perubahan, dan


perhitungan APBD, pengelolaan kas, tata cara pelaporan, pengawasan intern, otorisasi, dan
sebagainya, serta pedoman bagi sistem dan prosedur pengelolaan;
b. pedoman laporan pertanggungjawaban yang berkaitan dengan pelayanan yang dicapai, biaya
satuan komponen kegiatan, dan standar akuntansi Pemerintah Daerah, serta persentase jumlah
penerimaan APBD untuk membiayai administrasi umum dan pemerintahan umum.

Pasal 27

Ayat (1)
Sumber informasi bagi sistem informasi keuangan Daerah terutama adalah laporan informasi APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1).

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Pokok-pokok muatan Keputusan Menteri Keuangan tersebut, antara lain, instansi yang bertanggung jawab
menyusun dan memelihara sistem informasi keuangan Daerah, prosedur perolehan informasi yang
diperlukan, dan tata cara penyediaan informasi kepada instansi pemerintah dan masyarakat.

Pasal 28

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, jenis informasi, bentuk laporan informasi, tata
cara penyusunan, dan penyampaian informasi kepada Menteri teknis terkait.

Pasal 29

Ayat (1)
Rekomendasi tersebut, antara lain, mengenai penentuan besarnya Dana Alokasi Umum untuk tiap-tiap
Daerah berdasarkan rumus yang telah ditetapkan dan kebijakan pembiayaan Daerah.

Ayat (2)
Pokok-pokok muatan Keputusan Presiden tersebut, antara lain, jumlah dan kualifikasi anggota, tata cara
pengangkatan, masa kerja, serta tugas dan tanggung jawab anggota Sekretariat.

Pasal 30

Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 31

Ayat (1)
Ayat ini memungkinkan pengalokasian dana APBN guna membiayai urusan Desentralisasi secara
langsung untuk masa peralihan dua tahun anggaran. Ketentuan ini, antara lain,
memungkinkan dana APBN untuk menyelesaikan proyek yang pelaksanaannya telah dimulai dengan dana
APBN sektoral sebelum berlakunya Undang-undang ini. Ketentuan ini bertujuan untuk mengurangi secara
bertahap, dalam jangka waktu dua tahun tersebut, jumlah anggaran pembiayaan urusan Desentralisasi yang
sebelumnya dibiayai langsung dari Pusat melalui departemen teknis.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan setiap tahun anggaran dalam ketentuan ini adalah untuk 2 (dua) tahun anggaran dalam
masa peralihan.

Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3848


PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN


DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor


19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496);
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun
2006;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK


INDONESIA TENTANG STANDAR PENGELOLAAN

1
PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
.

Pasal 1

(1) Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang
berlaku secara nasional.

(2) Standar pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta pada


tanggal 23 Mei 2007

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD.

BAMBANG SUDIBYO

2
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 19 TAHUN 2007 TANGGAL 23 MEI 2007

STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN


OLEH SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

A. PERENCANAAN PROGRAM

1. Visi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan visi serta
mengembangkannya.
b. Visi sekolah/madrasah:
1) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah
dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang
akan datang;
2) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada
warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
3) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga
sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan,
selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan
nasional;
4) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan
komite sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
6) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

2. Misi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan misi serta
mengembangkannya.
b. Misi sekolah/madrasah:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu
tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu
lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah;

3
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan
dengan program sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan
kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

3. Tujuan Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya.
b. Tujuan sekolah/madrasah:
1) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam
jangka menengah (empat tahunan);
2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
3) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah
ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah;
4) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan.

4. Rencana Kerja Sekolah/Madrasah


a. Sekolah/Madrasah membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan
tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun
yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan
perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu
lulusan;
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M)
dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.
b. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah:

4
1) disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan
pertimbangan dari komite sekolah/madrasah dan disahkan
berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada
sekolah/madrasah swasta rencana kerja ini disahkan
berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah;
2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-
pihak yang terkait.
c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan
persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite
sekolah/madrasah.
d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan
sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
1) kesiswaan;
2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
4) sarana dan prasarana;
5) keuangan dan pembiayaan;
6) budaya dan lingkungan sekolah;
7) peranserta masyarakat dan kemitraan;
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada
peningkatan dan pengembangan mutu.

B. PELAKSANAAN RENCANA KERJA

1. Pedoman Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang
mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
b. Perumusan pedoman sekolah/madrasah:
1) mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah;
2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
c. Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:
1) kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
2) kalender pendidikan/akademik;
3) struktur organisasi sekolah/madrasah;
4) pembagian tugas di antara guru;

5
5) pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
6) peraturan akademik;
7) tata tertib sekolah/madrasah;
8) kode etik sekolah/madrasah;
9) biaya operasional sekolah/madrasah.
d. Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk
pelaksanaan operasional.
e. Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian
tugas pendidik dan tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala
tahunan, sementara lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.

2. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah


a. Struktur organisasi sekolah/madrasah berisi tentang sistem
penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas
dan transparan.
b. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai
uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang
keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi
sekolah/madrasah.
c. Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi
sekolah/madrasah:
1) memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan
tanggungjawab yang jelas untuk menyelenggarakan
administrasi secara optimal;
2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektifitas
mekanisme kerja pengelolaan sekolah;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dengan
mempertimbangkan pendapat dari komite
sekolah/madrasah.

3. Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah


a. Kegiatan sekolah/madrasah:
1) dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan;
2) dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang
didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.
b. Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai
dengan rencana yang sudah ditetapkan perlu mendapat
persetujuan melalui rapat dewan pendidik dan komite
sekolah/madrasah.

6
c. Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan
pelaksanaan pengelolaan bidang akademik pada rapat dewan
pendidik dan bidang non-akademik pada rapat komite
sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran
yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan
berikutnya.

4. Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk
pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta
didik yang meliputi:
1) Kriteria calon peserta didik:
a) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun,
pengecualian terhadap usia peserta didik yang kurang
dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi
tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti konselor
sekolah/madrasah maupun psikolog;
b) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, intelektual, mental,
sensorik, dan/atau sosial;
c) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau
satuan pendidikan bentuk lainnya yang sederajat;
d) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat
yang telah lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan
pendidikan lainnya yang sederajat.
2) Penerimaan peserta didik sekolah/madrasah dilakukan:
a) secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana
tertuang dalam aturan sekolah/madrasah;
b) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender,
agama, etnis, status sosial, kemampuan ekonomi bagi
SD/MI, SMP/MTs penerima subsidi dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah;
c) berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK,
MA/MAK, dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK;
d) sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan
pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan
pengawasan guru.
b. Sekolah/Madrasah:

7
1) memberikan layanan konseling kepada peserta didik;
2) melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para
peserta didik;
3) melakukan pembinaan prestasi unggulan;
4) melakukan pelacakan terhadap alumni.

5. Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran


a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1) Sekolah/Madrasah menyusun KTSP.
2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya.
3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi
sekolah/madrasah, potensi atau karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
4) Kepala Sekolah/Madrasah bertanggungjawab atas
tersusunnya KTSP.
5) Wakil Kepala SMP/MTs dan wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK
bidang kurikulum bertanggungjawab atas pelaksanaan
penyusunan KTSP.
6) Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap
mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan Standar Isi,
Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan
KTSP.
7) Dalam penyusunan silabus, guru dapat bekerjasama dengan
Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP), atau Perguruan Tinggi.
8) Penyusunan KTSP tingkat SD dan SMP dikoordinasi,
disupervisi, dan difasilitasi oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota sedangkan SDLB, SMPLB, SMALB, SMA dan
SMK oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang bertanggungjawab
di bidang pendidikan. Khusus untuk penyusunan KTSP
Pendidikan Agama (PA) tingkat SD dan SMP dikoordinasi,
disupervisi, dan difasilitasi oleh Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota, sedangkan untuk SDLB, SMPLB, SMALB,
SMA dan SMK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama.
9) Penyusunan KTSP tingkat MI dan MTs dikoordinasi,
disupervisi, dan difasilitasi oleh Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota, sedangkan MA dan MAK oleh Kantor
Wilayah Departemen Agama Provinsi.
b. Kalender Pendidikan

8
1) Sekolah/Madrasah menyusun kalender pendidikan/akademik
yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan
ekstrakurikuler, dan hari libur.
2) Penyusunan kalender pendidikan/akademik:
a) didasarkan pada Standar Isi;
b) berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah/madrasah
selama satu tahun dan dirinci secara semesteran,
bulanan, dan mingguan;
c) diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan
oleh kepala sekolah/madrasah.
3) Sekolah/Madrasah menyusun jadwal penyusunan KTSP.
4) Sekolah/Madrasah menyusun mata pelajaran yang
dijadwalkan pada semester gasal, dan semester genap.
c. Program Pembelajaran
1) Sekolah/Madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan
tambahan yang dipilihnya.
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta
Standar Proses dan Standar Penilaian.
3) Mutu pembelajaran di sekolah/madrasah dikembangkan
dengan:
a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
Standar Proses;
b) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis,
mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan
dialogis;
c) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan
kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan
aktivitas intelektual yang berupa berpikir,
berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji,
menemukan, dan memprediksi;
d) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara
aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai
pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru.

9
4) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang
diampunya agar peserta didik mampu:
a) meningkat rasa ingin tahunya;
b) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten
sesuai dengan tujuan pendidikan;
c) memahami perkembangan pengetahuan dengan
kemampuan mencari sumber informasi;
d) mengolah informasi menjadi pengetahuan;
e) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah;
f) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
g) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan
proporsi yang wajar.
5) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab terhadap
kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan Pemerintah.
6) Kepala SD/MI/SDLB/SMPLB/SMALB, wakil kepala SMP/MTs,
dan wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK bidang kurikulum
bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
dengan cara:
a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
b) menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi,
inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran;
c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang
tersedia secara efektif dan efisien;
d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan
peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang
bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari
yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat;
e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas
kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya;
f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat
menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki
motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang

1
tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir
logis dalam menyelesaikan masalah.
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
1) Sekolah/Madrasah menyusun program penilaian hasil belajar
yang berkeadilan, bertanggung jawab dan
berkesinambungan.
2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada
Standar Penilaian Pendidikan.
3) Sekolah/Madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh
kelompok mata pelajaran, dan membuat catatan
keseluruhan, untuk menjadi bahan program remedial,
klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan, laporan
kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan
kelas atau kelulusan, dan dokumentasi.
4) Seluruh program penilaian hasil belajar disosialisasikan
kepada guru.
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik,
berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan program
termasuk temuan penguji eksternal dalam rangka
mendapatkan rencana penilaian yang lebih adil dan
bertanggung jawab.
6) Sekolah/Madrasah menetapkan prosedur yang mengatur
transparansi sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian
formal yang berkelanjutan.
7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah
dinilai.
8) Sekolah/Madrasah menetapkan petunjuk pelaksanaan
operasional yang mengatur mekanisme penyampaian
ketidakpuasan peserta didik dan penyelesaiannya mengenai
penilaian hasil belajar.
9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang
diajarkan.
10) Seperangkat metode penilaian perlu disiapkan dan
digunakan secara terencana untuk tujuan diagnostik,
formatif dan sumatif, sesuai dengan metode/strategi
pembelajaran yang digunakan.
11) Sekolah/Madrasah menyusun ketentuan pelaksanaan
penilaian hasil belajar sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan.
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau,
didokumentasikan secara sistematis, dan digunakan sebagai

1
balikan kepada peserta didik untuk perbaikan secara
berkala.
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti kesahihan,
keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan
metode penilaian.
14) Sekolah/Madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang
tua peserta didik, komite sekolah/madrasah, dan institusi di
atasnya.
e. Peraturan Akademik
1) Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan Peraturan
Akademik.
2) Peraturan Akademik berisi:
a) persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti
pelajaran dan tugas dari guru;
b) ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan
kelas, dan kelulusan;
c) ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan
fasilitas belajar, laboratorium, perpustakaan, penggunaan
buku pelajaran, buku referensi, dan buku perpustakaan;
d) ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru
mata pelajaran, wali kelas, dan konselor.
3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik
dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

6. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Sekolah/Madrasah menyusun program pendayagunaan pendidik
dan tenaga kependidikan.
b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan:
1) disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan;
2) dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah,
termasuk pembagian tugas, mengatasi bila terjadi
kekurangan tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan
pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga
kependidikan serta menerapkannya secara profesional, adil,
dan terbuka.
c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan
dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
penyelenggara sekolah/madrasah.

1
d. Sekolah/Madrasah perlu mendukung upaya:
1) promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas
kemanfaatan, kepatutan, dan profesionalisme;
2) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang
diidentifikasi secara sistematis sesuai dengan aspirasi
individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah/madrasah;
3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan
kebutuhan baik jumlah maupun kualifikasinya dengan
menetapkan prioritas;
4) mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain
didasarkan pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi
tugas oleh pimpinan tertinggi sekolah/madrasah yang
dilakukan setelah empat tahun, tetapi bisa diperpanjang
berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,
sedangkan untuk tenaga kependidikan tambahan tidak ada
mutasi.
e. Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
1) kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah;
2) wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah;
3) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
bidang kurikulum;
4) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
sarana prasarana;
5) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kesiswaan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
peserta didik;
6) wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola kemitraan dengan dunia
usaha dan dunia industri;
7) guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi,
mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga
menjadi manusia berkualitas dan mampu

1
mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara
optimum;
8) konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik;
9) pelatih/instruktur melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik
pada kegiatan pelatihan;
10) tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar di
perpustakaan;
11) tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya membantu guru mengelola kegiatan praktikum di
laboratorium;
12) teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana
dan prasarana pembelajaran;
13) tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan administratif;
14) tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam memberikan layanan kebersihan
lingkungan.

7. Bidang Sarana dan Prasarana


a. Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis
mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
b. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada
Standar Sarana dan Prasarana dalam hal:
1) merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan
prasarana pendidikan;
2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan
prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses
pendidikan;
3) melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas
di sekolah/madrasah;
4) menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan
sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-
masing tingkat;
5) pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.

1
d. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan
peserta didik.
e. Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:
1) direncanakan secara sistematis agar selaras dengan
pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar
Sarana dan Prasarana;
2) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang
meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.
f. Pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah perlu:
1) menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman
buku dan bahan pustaka lainnya;
2) merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan
pustaka lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
pendidik;
3) membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari
kerja;
4) melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik
internal maupun eksternal;
5) menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan
dari sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta.
g. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi
dengan manual yang jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan yang
dapat menimbulkan kerusakan.
h. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler
disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler
peserta didik dan mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana.

8. Bidang Keuangan dan Pembiayaan


a. Sekolah/Madrasah menyusun pedoman pengelolaan biaya
investasi dan operasional yang mengacu pada Standar
Pembiayaan.
b. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
Sekolah/Madrasah mengatur:
1) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang
dikelola;
2) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan
dana di luar dana investasi dan operasional;

1
3) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah
dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan
peruntukannya;
4) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta
penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite
sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya.
c. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah/madrasah diputuskan oleh komite sekolah/madrasah dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah serta mendapatkan
persetujuan dari institusi di atasnya.
d. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah/madrasah disosialisasikan kepada seluruh warga
sekolah/madrasah untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana
secara transparan dan akuntabel.

9. Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah


a. Sekolah/Madrasah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan
pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam
prosedur pelaksanaan.
b. Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan
pendidikan:
1) berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting
minimum yang akan dilaksanakan;
2) memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab dan
wewenang, serta penjelasannya;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dalam rapat
dewan pendidik.
c. Sekolah/Madrasah menetapkan pedoman tata-tertib yang berisi:
1) tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik,
termasuk dalam hal menggunakan dan memelihara sarana
dan prasarana pendidikan;
2) petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di
Sekolah/Madrasah, serta pemberian sangsi bagi warga yang
melanggar tata tertib.
d. Tata tertib sekolah/madrasah ditetapkan oleh kepala
sekolah/madrasah melalui rapat dewan pendidik dengan
mempertimbangkan masukan komite sekolah/madrasah, dan
peserta didik.
e. Sekolah/Madrasah menetapkan kode etik warga
sekolah/madrasah yang memuat norma tentang:

1
1) hubungan sesama warga di dalam lingkungan
sekolah/madrasah dan hubungan antara warga
sekolah/madrasah dengan masyarakat;
2) sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang
mematuhi dan sangsi bagi yang melanggar.
f. Kode etik sekolah/madrasah ditanamkan kepada seluruh warga
sekolah/madrasah untuk menegakkan etika sekolah/madrasah.
g. Sekolah/Madrasah perlu memiliki program yang jelas untuk
meningkatkan kesadaran beretika bagi semua warga
sekolah/madrasahnya.
h. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur peserta didik
memuat norma untuk:
1) menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya;
2) menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi
ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua peraturan
yang berlaku;
4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan
harmoni sosial di antara teman;
5) mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama;
6) mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta
7) menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan,
ketertiban, keamanan, keindahan, dan kenyamanan
sekolah/madrasah.
i. Peserta didik dalam menjaga norma pendidikan perlu mendapat
bimbingan dengan keteladanan, pembinaan dengan membangun
kemauan, serta pengembangan kreativitas dari pendidik dan
tenaga kependidikan.
j. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur guru dan tenaga
kependidikan memasukkan larangan bagi guru dan tenaga
kependidikan, secara perseorangan maupun kolektif, untuk:
1) menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian
sekolah/madrasah, dan/atau perangkat sekolah lainnya baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada peserta
didik;
2) memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau
les kepada peserta didik;
3) memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung
maupun tidak langsung yang bertentangan dengan
peraturan dan undang-undang;

1
4) melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang mencederai integritas hasil Ujian
Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional.
k. Kode etik sekolah/madrasah diputuskan oleh rapat dewan
pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

10. Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/Madrasah


a. Sekolah/Madrasah melibatkan warga dan masyarakat pendukung
sekolah/madrasah dalam mengelola pendidikan.
b. Warga sekolah/madrasah dilibatkan dalam pengelolaan akademik.
c. Masyarakat pendukung sekolah/madrasah dilibatkan dalam
pengelolaan non-akademik.
d. Keterlibatan peranserta warga sekolah/madrasah dan masyarakat
dalam pengelolaan dibatasi pada kegiatan tertentu yang
ditetapkan.
e. Setiap sekolah/madrasah menjalin kemitraan dengan lembaga
lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan
pemanfaatan lulusan.
f. Kemitraan sekolah/madrasah dilakukan dengan lembaga
pemerintah atau non-pemerintah.
g. Kemitraan SD/MI/SDLB atau yang setara dilakukan minimal
dengan SMP/MTs/SMPLB atau yang setara, serta dengan
TK/RA/BA atau yang setara di lingkungannya.
h. Kemitraan SMP/MTs/SMPLB, atau yang setara dilakukan minimal
dengan SMA/SMK/SMALB, MA/MAK, SD/MI atau yang setara,
serta dunia usaha dan dunia industri.
i. Kemitraan SMA/SMK, MA/MAK, atau yang setara dilakukan
minimal dengan perguruan tinggi, SMP/MTs, atau yang setara,
serta dunia usaha dan dunia industri di lingkungannya.
j. Sistem kemitraan sekolah/madrasah ditetapkan dengan perjanjian
secara tertulis.

C. PENGAWASAN DAN EVALUASI

1. Program Pengawasan
a. Sekolah/Madrasah menyusun program pengawasan secara
obyektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
b. Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah
didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan.

1
c. Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan.
d. Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
hasil pengawasan.
e. Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh
komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga
perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan
berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas pengelolaan.
f. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas
sekolah/madrasah.
g. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-
kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala
sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta didik.
h. Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas
masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang
ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah. kepala
sekolah/madrasah, secara terus menerus melakukan pengawasan
pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i. Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada
komite sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.
j. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah
kepada bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang
bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.
k. Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah
kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada
madrasah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada
madrasah terkait.
l. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah/madrasah, termasuk memberikan
sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.
m. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan
tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam
pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.

1
2. Evaluasi Diri
a. Sekolah/Madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah/madrasah.
b. Sekolah/Madrasah menetapkan prioritas indikator untuk
mengukur, menilai kinerja, dan melakukan perbaikan dalam
rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.
c. Sekolah/Madrasah melaksanakan:
1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-
kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester
akademik;
2) evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-
kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun
anggaran sekolah/madrasah.
d. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasar
pada data dan informasi yang sahih.

3. Evaluasi dan Pengembangan KTSP


Proses evaluasi dan pengembangan KTSP dilaksanakan secara:
a. komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mutakhir;
b. berkala untuk merespon perubahan kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, serta perubahan sistem pendidikan, maupun
perubahan sosial;
c. integratif dan monolitik sejalan dengan perubahan tingkat mata
pelajaran;
d. menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak meliputi: dewan
pendidik, komite sekolah/madrasah, pemakai lulusan, dan alumni.

4. Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir semester
dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan,
b. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan
beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam
pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian
prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik.

2
5. Akreditasi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Sekolah/Madrasah meningkatkan status akreditasi, dengan
menggunakan lembaga akreditasi eksternal yang memiliki
legitimasi.
c. Sekolah/Madrasah harus terus meningkatkan kualitas
kelembagaannya secara holistik dengan menindaklanjuti saran-
saran hasil akreditasi.

D. KEPEMIMPINAN SEKOLAH/MADRASAH
1. Setiap sekolah/madrasah dipimpin oleh seorang kepala
sekolah/madrasah.
2. Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah
berdasarkan ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga
kependidikan.
3. Kepala SMP/MTs/SMPLB dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala
sekolah/madrasah.
4. Kepala SMA/MA dibantu minimal tiga wakil kepala sekolah/madrasah
untuk bidang akademik, sarana-prasarana, dan kesiswaan. Sedangkan
kepala SMK dibantu empat wakil kepala sekolah untuk bidang
akademik, sarana-prasarana, kesiswaan, dan hubungan dunia usaha
dan dunia industri. Dalam hal tertentu atau sekolah/madrasah yang
masih dalam taraf pengembangan, kepala sekolah/madrasah dapat
menugaskan guru untuk melaksanakan fungsi wakil kepala
sekolah/madrasah.
5. Wakil kepala sekolah/madrasah dipilih oleh dewan pendidik, dan
proses pengangkatan serta keputusannya, dilaporkan secara tertulis
oleh kepala sekolah/madrasah kepada institusi di atasnya. Dalam hal
sekolah/madrasah swasta, institusi dimaksud adalah penyelenggara
sekolah/madrasah.
6. Kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan
memimpin yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkannya dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan sesuai dengan Standar
Pengelolaan Satuan Pendidikan.
7. Kepala sekolah/madrasah:
a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;

2
c. menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekolah/madrasah;
d. membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan
untuk pelaksanaan peningkatan mutu;
e. bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah;
f. melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan
penting sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta,
pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara
sekolah/madrasah;
g. berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang
tua peserta didik dan masyarakat;
h. menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian
penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan
dan kode etik;
i. menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta
didik;
j. bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai
pelaksanaan kurikulum;
k. melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta
memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja
sekolah/madrasah;
l. meningkatkan mutu pendidikan;
m. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya;
n. memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan
visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan
didukung oleh komunitas sekolah/madrasah;
o. membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan
sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang kondusif bagi
proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para
guru dan tenaga kependidikan;
p. menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber
daya sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar
yang aman, sehat, efisien, dan efektif;
q. menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat, dan komite sekolah/madrasah menanggapi
kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan
memobilisasi sumber daya masyarakat;

2
r. memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
8. Kepala sekolah/madrasah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan
kewenangan kepada wakil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan
bidangnya.

E. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


1. Sekolah/Madrasah:
a. mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk
mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan
akuntabel;
b. menyediakan fasilitas informasi yang efesien, efektif dan mudah
diakses;
c. menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk
melayani permintaan informasi maupun pemberian informasi atau
pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan pengelolaan
sekolah/madrasah baik secara lisan maupun tertulis dan
semuanya direkam dan didokumentasikan;
d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah yang telah
terdokumentasikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Komunikasi antar warga sekolah/madrasah di lingkungan
sekolah/madrasah dilaksanakan secara efisien dan efektif.

F. PENILAIAN KHUSUS
Keberadaan sekolah/madrasah yang pengelolaannya tidak mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan Pemerintah
atas dasar rekomendasi BSNP.
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BAMBANG SUDIBYO

2
2
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 19 TAHUN 2007 TANGGAL 23 MEI 2007

STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN


OLEH SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

A. PERENCANAAN PROGRAM

1. Visi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan visi serta
mengembangkannya.
b. Visi sekolah/madrasah:
1) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
2) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
3) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah
dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di
atasnya serta visi pendidikan nasional;
4) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan;
6) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

2. Misi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan misi serta
mengembangkannya.
b. Misi sekolah/madrasah:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan
yang diharapkan oleh sekolah/madrasah;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan
satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;

1
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan
oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

3. Tujuan Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya.
b. Tujuan sekolah/madrasah:
1) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka
menengah (empat tahunan);
2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan
dengan kebutuhan masyarakat;
3) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan Pemerintah;
4) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan
pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan.

4. Rencana Kerja Sekolah/Madrasah


a. Sekolah/Madrasah membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang
akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan
mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang
mendukung peningkatan mutu lulusan;
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan
rencana jangka menengah.
b. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah:
1) disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan
dari komite sekolah/madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota. Pada sekolah/madrasah swasta rencana
kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah;
2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang
terkait.
c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan
rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite sekolah/madrasah.

2
d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas.
e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
1) kesiswaan;
2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
4) sarana dan prasarana;
5) keuangan dan pembiayaan;
6) budaya dan lingkungan sekolah;
7) peranserta masyarakat dan kemitraan;
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu.

B. PELAKSANAAN RENCANA KERJA


1. Pedoman Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai
aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang
terkait.
b. Perumusan pedoman sekolah/madrasah:
1) mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah;
2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
c. Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:
1) kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
2) kalender pendidikan/akademik;
3) struktur organisasi sekolah/madrasah;
4) pembagian tugas di antara guru;
5) pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
6) peraturan akademik;
7) tata tertib sekolah/madrasah;
8) kode etik sekolah/madrasah;
9) biaya operasional sekolah/madrasah.
d. Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan
operasional.
e. Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian tugas
pendidik dan tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan,
sementara lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.

3
2. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah
a. Struktur organisasi sekolah/madrasah berisi tentang sistem penyelenggaraan
dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.
b. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan
penyelenggaraan dan administrasi sekolah/madrasah.
c. Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi sekolah/madrasah:
1) memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan
tanggungjawab yang jelas untuk menyelenggarakan administrasi secara
optimal;
2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektifitas mekanisme kerja
pengelolaan sekolah;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan
pendapat dari komite sekolah/madrasah.

3. Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah


a. Kegiatan sekolah/madrasah:
1) dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan;
2) dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada
ketersediaan sumber daya yang ada.
b. Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai dengan rencana
yang sudah ditetapkan perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan
pendidik dan komite sekolah/madrasah.
c. Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan pelaksanaan
pengelolaan bidang akademik pada rapat dewan pendidik dan bidang non-
akademik pada rapat komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada
akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja
tahunan berikutnya.

4. Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan
operasional mengenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi:
1) Kriteria calon peserta didik:
a) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian
terhadap usia peserta didik yang kurang dari 6 (enam) tahun
dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari pihak yang
berkompeten, seperti konselor sekolah/madrasah maupun psikolog;
b) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau
sosial;
c) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan
pendidikan bentuk lainnya yang sederajat;

4
d) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah
lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang
sederajat.
2) Penerimaan peserta didik sekolah/madrasah dilakukan:
a) secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang
dalam aturan sekolah/madrasah;
b) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis,
status sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/MTs
penerima subsidi dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
c) berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK,
dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK;
d) sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan
lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan guru.
b. Sekolah/Madrasah:
1) memberikan layanan konseling kepada peserta didik;
2) melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta
didik;
3) melakukan pembinaan prestasi unggulan;
4) melakukan pelacakan terhadap alumni.

5. Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran


a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1) Sekolah/Madrasah menyusun KTSP.
2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya.
3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, potensi
atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
peserta didik.
4) Kepala Sekolah/Madrasah bertanggungjawab atas tersusunnya KTSP.
5) Wakil Kepala SMP/MTs dan wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK
bidang kurikulum bertanggungjawab atas pelaksanaan penyusunan
KTSP.
6) Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata pelajaran
yang diampunya sesuai dengan Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP.
7) Dalam penyusunan silabus, guru dapat bekerjasama dengan Kelompok
Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), atau Perguruan Tinggi.
8) Penyusunan KTSP tingkat SD dan SMP dikoordinasi, disupervisi, dan
difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sedangkan SDLB,
SMPLB, SMALB, SMA dan SMK oleh Dinas Pendidikan Provinsi
yang bertanggungjawab di bidang pendidikan. Khusus untuk

5
penyusunan KTSP Pendidikan Agama (PA) tingkat SD dan SMP
dikoordinasi, disupervisi, dan difasilitasi oleh Kantor Departemen
Agama Kabupaten/Kota, sedangkan untuk SDLB, SMPLB, SMALB,
SMA dan SMK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama.
9) Penyusunan KTSP tingkat MI dan MTs dikoordinasi, disupervisi, dan
difasilitasi oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota,
sedangkan MA dan MAK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi.
b. Kalender Pendidikan
1) Sekolah/Madrasah menyusun kalender pendidikan/akademik yang
meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler,
dan hari libur.
2) Penyusunan kalender pendidikan/akademik:
a) didasarkan pada Standar Isi;
b) berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah/madrasah selama
satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan;
c) diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala
sekolah/madrasah.
3) Sekolah/Madrasah menyusun jadwal penyusunan KTSP.
4) Sekolah/Madrasah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada
semester gasal, dan semester genap.
c. Program Pembelajaran
1) Sekolah/Madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya.
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan
Standar Penilaian.
3) Mutu pembelajaran di sekolah/madrasah dikembangkan dengan:
a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;
b) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik,
memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis;
c) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan
berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang
berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji,
menemukan, dan memprediksi;
d) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan
mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada
materi yang diberikan oleh guru.
4) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta
didik mampu:

6
a) meningkat rasa ingin tahunya;
b) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan
tujuan pendidikan;
c) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan
mencari sumber informasi;
d) mengolah informasi menjadi pengetahuan;
e) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
f) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
g) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi
yang wajar.
5) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab terhadap kegiatan
pembelajaran sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Pemerintah.
6) Kepala SD/MI/SDLB/SMPLB/SMALB, wakil kepala SMP/MTs, dan
wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK bidang kurikulum
bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara:
a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
b) menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan
tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran;
c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia
secara efektif dan efisien;
d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik,
dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta
kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar
dengan cepat sampai yang lambat;
e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum,
hasil-hasil penelitian dan penerapannya;
f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat
menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi,
kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami
belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan
masalah.
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
1) Sekolah/Madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang
berkeadilan, bertanggung jawab dan berkesinambungan.
2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada Standar
Penilaian Pendidikan.
3) Sekolah/Madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata
pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan
program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan,

7
laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas
atau kelulusan, dan dokumentasi.
4) Seluruh program penilaian hasil belajar disosialisasikan kepada guru.
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik,
berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan program termasuk
temuan penguji eksternal dalam rangka mendapatkan rencana penilaian
yang lebih adil dan bertanggung jawab.
6) Sekolah/Madrasah menetapkan prosedur yang mengatur transparansi
sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang
berkelanjutan.
7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai.
8) Sekolah/Madrasah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang
mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan
penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.
9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.
10) Seperangkat metode penilaian perlu disiapkan dan digunakan secara
terencana untuk tujuan diagnostik, formatif dan sumatif, sesuai dengan
metode/strategi pembelajaran yang digunakan.
11) Sekolah/Madrasah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil
belajar sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau, didokumentasikan
secara sistematis, dan digunakan sebagai balikan kepada peserta didik
untuk perbaikan secara berkala.
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti kesahihan, keandalan,
dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode penilaian.
14) Sekolah/Madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta
didik, komite sekolah/madrasah, dan institusi di atasnya.
e. Peraturan Akademik
1) Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan Peraturan Akademik.
2) Peraturan Akademik berisi:
a) persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti pelajaran
dan tugas dari guru;
b) ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan
kelulusan;
c) ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan fasilitas
belajar, laboratorium, perpustakaan, penggunaan buku pelajaran,
buku referensi, dan buku perpustakaan;
d) ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata
pelajaran, wali kelas, dan konselor.
3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

8
6. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Sekolah/Madrasah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan.
b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan:
1) disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan;
2) dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, termasuk
pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga,
menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi
setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara
profesional, adil, dan terbuka.
c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara
sekolah/madrasah.
d. Sekolah/Madrasah perlu mendukung upaya:
1) promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas
kemanfaatan, kepatutan, dan profesionalisme;
2) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang diidentifikasi
secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum
dan sekolah/madrasah;
3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan baik
jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas;
4) mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan
pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi tugas oleh pimpinan
tertinggi sekolah/madrasah yang dilakukan setelah empat tahun, tetapi
bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk tenaga kependidikan
tambahan tidak ada mutasi.
e. Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
1) kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah;
2) wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah;
3) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola bidang kurikulum;
4) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola sarana prasarana;
5) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kesiswaan melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola peserta didik;

9
6) wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam
mengelola kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri;
7) guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen
pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik,
membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia
berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya
secara optimum;
8) konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik;
9) pelatih/instruktur melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan
pelatihan;
10) tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan;
11) tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
membantu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium;
12) teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana dan prasarana
pembelajaran;
13) tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menyelenggarakan pelayanan administratif;
14) tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan kebersihan lingkungan.

7. Bidang Sarana dan Prasarana


a. Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai
pengelolaan sarana dan prasarana.
b. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana
dan Prasarana dalam hal:
1) merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana
pendidikan;
2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar
tetap berfungsi mendukung proses pendidikan;
3) melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di
sekolah/madrasah;
4) menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai
dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat;
5) pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan
memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.
d. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik.

1
e. Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:
1) direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan
kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana;
2) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung
dan laboratorium serta pengembangannya.
f. Pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah perlu:
1) menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan
bahan pustaka lainnya;
2) merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lainnya
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik;
3) membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari kerja;
4) melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal
maupun eksternal;
5) menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari
sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta.
g. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas
sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan.
h. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan
dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan mengacu
pada Standar Sarana dan Prasarana.

8. Bidang Keuangan dan Pembiayaan


a. Sekolah/Madrasah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan
operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan.
b. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Sekolah/Madrasah
mengatur:
1) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola;
2) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar
dana investasi dan operasional;
3) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah dalam
membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;
4) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan
anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta
institusi di atasnya.
c. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah/madrasah
diputuskan oleh komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala
sekolah/madrasah serta mendapatkan persetujuan dari institusi di atasnya.
d. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah/madrasah
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah/madrasah untuk menjamin
tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.

1
9. Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan
yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan.
b. Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan
pendidikan:
1) berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting minimum
yang akan dilaksanakan;
2) memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab dan wewenang, serta
penjelasannya;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dalam rapat dewan pendidik.
c. Sekolah/Madrasah menetapkan pedoman tata-tertib yang berisi:
1) tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk
dalam hal menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan;
2) petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di
Sekolah/Madrasah, serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar
tata tertib.
d. Tata tertib sekolah/madrasah ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah
melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan masukan komite
sekolah/madrasah, dan peserta didik.
e. Sekolah/Madrasah menetapkan kode etik warga sekolah/madrasah yang
memuat norma tentang:
1) hubungan sesama warga di dalam lingkungan sekolah/madrasah dan
hubungan antara warga sekolah/madrasah dengan masyarakat;
2) sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan
sangsi bagi yang melanggar.
f. Kode etik sekolah/madrasah ditanamkan kepada seluruh warga
sekolah/madrasah untuk menegakkan etika sekolah/madrasah.
g. Sekolah/Madrasah perlu memiliki program yang jelas untuk meningkatkan
kesadaran beretika bagi semua warga sekolah/madrasahnya.
h. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur peserta didik memuat norma
untuk:
1) menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya;
2) menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi ketentuan
pembelajaran dan mematuhi semua peraturan yang berlaku;
4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni
sosial di antara teman;
5) mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama;
6) mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta
7) menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban,
keamanan, keindahan, dan kenyamanan sekolah/madrasah.

1
i. Peserta didik dalam menjaga norma pendidikan perlu mendapat bimbingan
dengan keteladanan, pembinaan dengan membangun kemauan, serta
pengembangan kreativitas dari pendidik dan tenaga kependidikan.
j. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur guru dan tenaga kependidikan
memasukkan larangan bagi guru dan tenaga kependidikan, secara
perseorangan maupun kolektif, untuk:
1) menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian sekolah/madrasah,
dan/atau perangkat sekolah lainnya baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada peserta didik;
2) memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada
peserta didik;
3) memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bertentangan dengan peraturan dan undang-undang;
4) melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang
mencederai integritas hasil Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian
Nasional.
k. Kode etik sekolah/madrasah diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

10. Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/Madrasah


a. Sekolah/Madrasah melibatkan warga dan masyarakat pendukung
sekolah/madrasah dalam mengelola pendidikan.
b. Warga sekolah/madrasah dilibatkan dalam pengelolaan akademik.
c. Masyarakat pendukung sekolah/madrasah dilibatkan dalam pengelolaan
non-akademik.
d. Keterlibatan peranserta warga sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
pengelolaan dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.
e. Setiap sekolah/madrasah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang
relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan.
f. Kemitraan sekolah/madrasah dilakukan dengan lembaga pemerintah atau
non-pemerintah.
g. Kemitraan SD/MI/SDLB atau yang setara dilakukan minimal dengan
SMP/MTs/SMPLB atau yang setara, serta dengan TK/RA/BA atau yang
setara di lingkungannya.
h. Kemitraan SMP/MTs/SMPLB, atau yang setara dilakukan minimal dengan
SMA/SMK/SMALB, MA/MAK, SD/MI atau yang setara, serta dunia usaha
dan dunia industri.
i. Kemitraan SMA/SMK, MA/MAK, atau yang setara dilakukan minimal
dengan perguruan tinggi, SMP/MTs, atau yang setara, serta dunia usaha dan
dunia industri di lingkungannya.
j. Sistem kemitraan sekolah/madrasah ditetapkan dengan perjanjian secara
tertulis.

1
C. PENGAWASAN DAN EVALUASI

1. Program Pengawasan
a. Sekolah/Madrasah menyusun program pengawasan secara obyektif,
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
b. Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah didasarkan pada
Standar Nasional Pendidikan.
c. Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga
kependidikan.
d. Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
e. Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh komite
sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak
yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan.
f. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah.
g. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap
akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah dan orang
tua/wali peserta didik.
h. Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas masing-
masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada
kepala sekolah/madrasah. kepala sekolah/madrasah, secara terus menerus
melakukan pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i. Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan sekurang-
kurangnya setiap akhir semester.
j. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada
bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang bersangkutan,
setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.
k. Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah kepada
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang
bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada madrasah terkait.
l. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan menindaklanjuti
laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu
sekolah/madrasah, termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang
ditemukan.
m. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut
untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam pengelolaan
pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.

1
2. Evaluasi Diri
a. Sekolah/Madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah/madrasah.
b. Sekolah/Madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai
kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar
Nasional Pendidikan.
c. Sekolah/Madrasah melaksanakan:
1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-kurangnya dua
kali dalam setahun, pada akhir semester akademik;
2) evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-kurangnya
satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah/madrasah.
d. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasar pada data
dan informasi yang sahih.

3. Evaluasi dan Pengembangan KTSP


Proses evaluasi dan pengembangan KTSP dilaksanakan secara:
a. komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang mutakhir;
b. berkala untuk merespon perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
serta perubahan sistem pendidikan, maupun perubahan sosial;
c. integratif dan monolitik sejalan dengan perubahan tingkat mata pelajaran;
d. menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak meliputi: dewan pendidik,
komite sekolah/madrasah, pemakai lulusan, dan alumni.

4. Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan direncanakan
secara komprehensif pada setiap akhir semester dengan mengacu pada
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
b. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi
kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, dan
kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas.
c. Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian prestasi dan
perubahan-perubahan peserta didik.

5. Akreditasi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk
mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Sekolah/Madrasah meningkatkan status akreditasi, dengan menggunakan
lembaga akreditasi eksternal yang memiliki legitimasi.
c. Sekolah/Madrasah harus terus meningkatkan kualitas kelembagaannya
secara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.

1
D. KEPEMIMPINAN SEKOLAH/MADRASAH
1. Setiap sekolah/madrasah dipimpin oleh seorang kepala sekolah/madrasah.
2. Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah berdasarkan
ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Kepala SMP/MTs/SMPLB dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala
sekolah/madrasah.
4. Kepala SMA/MA dibantu minimal tiga wakil kepala sekolah/madrasah untuk
bidang akademik, sarana-prasarana, dan kesiswaan. Sedangkan kepala SMK
dibantu empat wakil kepala sekolah untuk bidang akademik, sarana-prasarana,
kesiswaan, dan hubungan dunia usaha dan dunia industri. Dalam hal tertentu atau
sekolah/madrasah yang masih dalam taraf pengembangan, kepala
sekolah/madrasah dapat menugaskan guru untuk melaksanakan fungsi wakil
kepala sekolah/madrasah.
5. Wakil kepala sekolah/madrasah dipilih oleh dewan pendidik, dan proses
pengangkatan serta keputusannya, dilaporkan secara tertulis oleh kepala
sekolah/madrasah kepada institusi di atasnya. Dalam hal sekolah/madrasah
swasta, institusi dimaksud adalah penyelenggara sekolah/madrasah.
6. Kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan memimpin yaitu
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan sesuai
dengan Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan.
7. Kepala sekolah/madrasah:
a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
c. menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekolah/madrasah;
d. membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu;
e. bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah/madrasah;
f. melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting
sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta, pengambilan
keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah/madrasah;
g. berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua peserta
didik dan masyarakat;
h. menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas
prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
i. menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;
j. bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan
kurikulum;
k. melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan
hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah;
l. meningkatkan mutu pendidikan;

1
m. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
n. memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah;
o. membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah
dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik
dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan;
p. menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat,
efisien, dan efektif;
q. menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan
komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan
komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;
r. memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
8. Kepala sekolah/madrasah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan
kepada wakil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan bidangnya.

E. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


1. Sekolah/Madrasah:
a. mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung
administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel;
b. menyediakan fasilitas informasi yang efesien, efektif dan mudah diakses;
c. menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani
permintaan informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan dari
masyarakat berkaitan dengan pengelolaan sekolah/madrasah baik secara
lisan maupun tertulis dan semuanya direkam dan didokumentasikan;
d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah yang telah terdokumentasikan
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Komunikasi antar warga sekolah/madrasah di lingkungan sekolah/madrasah
dilaksanakan secara efisien dan efektif.

F. PENILAIAN KHUSUS
Keberadaan sekolah/madrasah yang pengelolaannya tidak mengacu kepada Standar
Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan Pemerintah atas dasar rekomendasi
BSNP.

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BAMBANG SUDIBYO

1
GLOSARIUM

1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di


seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang didukung oleh
standar-standar: pengelolaan, kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan penilaian.
2. Standar pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah
standar pengelolaan pendidikan untuk sekolah/madrasah yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
3. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
4. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
5. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional.
6. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar ini disusun dan
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional.
7. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar ini
disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional.

1
8. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini disusun dan
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional.
9. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar ini
disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional.
10. RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja
jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran
Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-SM).
11. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
12. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
13. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan
14. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
15. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat
16. Menteri adalah Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
pendidikan

1
2
SALINAN

PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2007

TENTANG

STANDAR SARANA DAN PRASARANA


UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI),
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs), DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH
ALIYAH (SMA/MA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 48


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar
Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA);
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
2
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 62 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004
mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun
2007;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL


TENTANG STANDAR SARANA DAN PRASARANA
UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH
IBTIDAIYAH (SD/MI), SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs),
DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH
ALIYAH (SMA/MA).

Pasal 1

(1) Standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/madrasah


ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas/madrasah
aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria
minimum prasarana.

(2) Standar Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Penyelenggaraan pendidikan bagi satu kelompok pemukiman


permanen dan terpencil yang penduduknya kurang dari 1000 (seribu)
jiwa dan yang tidak bisa dihubungkan dengan kelompok yang lain
dalam jarak tempuh 3 (tiga) kilo meter melalui lintasan jalan kaki yang
tidak membahayakan dapat menyimpangi standar sarana dan
prasarana sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
3

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni
2007

MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL, TTD
BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya.


Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional.
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan
Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I.

Muslikh, S.H.
NIP.131479478
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 24 TAHUN 2007 TANGGAL 28 JUNI 2007
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI),
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs), DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH
(SMA/MA)

I. STANDAR SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DASAR/ MADRASAH


IBTIDAIYAH (SD/MI)

A. SATUAN PENDIDIKAN

1. Satu SD/MI memiliki minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24


rombongan belajar.
2. Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa.
Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan
rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih
dari 24 dilakukan pembangunan SD/MI baru.
3. Satu desa/kelurahan dilayani oleh minimum satu SD/MI.
4. Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk
lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SD/MI dalam jarak tempuh bagi peserta
didik yang berjalan kaki maksimum 3 km melalui lintasan yang tidak
membahayakan.

B. LAHAN
1. Lahan untuk satuan pendidikan SD/MI memenuhi ketentuan rasio minimum luas
lahan terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 6 12,7 7,0 4,9
2 7-12 11,1 6,0 4,3
3 13-18 10,6 5,6 4,1
4 19-24 10,3 5,5 4,1

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak


peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lahan juga memenuhi
ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Luas Minimum Lahan

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 6 1340 790 710
2 7-12 2270 1240 860
3 13-18 3200 1720 1150
4 19-24 4100 2220 1480

3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga.

4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan


keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat.

5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.

6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.


a. Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor 94/MENKLH/1992
tcntang Baku Mutu Kebisingan.
c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH Nomor 02/MEN
KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah
Daerah setempat.

8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

C. BANGUNAN GEDUNG

1
1. Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SD/MI memenuhi ketentuan rasio
minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 6 3,8 4,2 4,4
2 7-12 3,3 3,6 3,8
3 13-18 3,2 3,4 3,5
4 19-24 3,1 3,3 3,4

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak


peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga
memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Luas Minimum Lantai Bangunan

Banyak Luas minimum lantai bangunan (m2)


No rombongan Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
belajar lantai lantai lantai
1 6 400 470 500
2 7-12 680 740 770
3 13-18 960 1030 1050
4 19-24 1230 1330 1380

3. Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:


a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
c. jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan bangunan
gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas
persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.

4. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut.


a. Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati,

2
serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

5. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.


a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan
tempat sampah, serta penyaluran air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

6. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,


dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

7. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.


a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi
kondisi di luar ruangan.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

8. Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan berikut.


a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.

9. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut.


a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk
arah yang jelas.

10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.

11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.

12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

13. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.

14. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut.


a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun
jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.

3
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka
kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20
tahun.

15. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA

Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:


1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. tempat beribadah,
7. ruang UKS,
8. jamban,
9. gudang,
10. ruang sirkulasi,
11. tempat bermain/berolahraga.

Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada di dalamnya diatur
dalam standar sebagai berikut.

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.

4
No Jenis Rasio Deskripsi
Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan untuk kelas 1-3
dan kelas 4-6.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
1.2 Meja peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan untuk kelas 1-3
dan kelas 4-6.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke bawah
meja.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan
nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja
dengan
nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan
perlengkapan yang diperlukan kelas.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Rak hasil 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk meletakkan
karya peserta hasil karya seluruh peserta didik yang
didik ada di kelas.
Dapat berupa rak terbuka atau lemari.
1.7 Papan pajang 1 buah/ruang Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Alat peraga [lihat daftar sarana laboratorium IPA]
3 Media
Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik
melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan
Lai
n
4.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
4.3 Jam dinding 1 buah/ruang
4.4 Soket listrik 1 buah/ruang

2. Ruang Perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan
guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
5
membaca,

6
mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Buku
1.1 Buku teks 1 eksemplar/mata Termasuk dalam daftar buku teks
pelajaran pelajaran/peserta pelajaran yang ditetapkan oleh
didik, Mendiknas dan daftar buku teks
ditambah muatan lokal yang ditetapkan oleh
2 eksemplar/mata Gubernur atau Bupati/Walikota.
pelajaran/sekolah
1.2 Buku panduan 1 eksemplar/mata
pendidik pelajaran/guru mata
pelajaran
bersangkutan,
ditambah
1 eksemplar/mata
pelajaran/sekolah
1.3 Buku pengayaan 840 judul/sekolah Terdiri dari 60% non-fiksi
dan 40% fiksi.
Banyak eksemplar/sekolah minimum:
1000 untuk 6 rombongan belajar,
1500 untuk 7-12 rombongan belajar,
2000 untuk 13-24 rombongan belajar.
1.4 Buku referensi 10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kamus
Bahasa Inggris, ensiklopedi, buku
statistik daerah, buku telepon, kitab
undang-
undang dan peraturan, dan kitab suci.
1.5 Sumber belajar 10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi majalah,
lain surat kabar, globe, peta, gambar
pahlawan nasional,
CD pembelajaran, dan
alat peraga matematika.
2 Perabot
2.1 Rak buku 1 set/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
dengan baik.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi buku
dengan
mudah.
2.2 Rak majalah 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
majalah.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi majalah dengan

7
No Jenis Rasio Deskripsi
mudah.
2.3 Rak surat kabar 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
suratkabar.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi suratkabar dengan
mudah.
2.4 Meja baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke
bawah
meja.
2.5 Kursi baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil.
Ukuran yang memadai untuk
bekerja dengan nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan mudah
sirkulasi dipindahkan. Ukuran yang memadai
untuk bekerja
dengan nyaman.
2.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog.
Lemari katalog dapat diganti dengan
meja untuk menempatkan katalog.
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
untuk pengelolaan perpustakaan.
Dapat dikunci.
2.10 Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m2.
pengumuman
2.11 Meja multimedia 1 buah/sekolah Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
multimedia.
3 Media
Pendidikan
3.1 Peralatan 1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri dari 1
multimedia set komputer (CPU, monitor
minimum 15 inci, printer), TV,
radio, dan
pemutar VCD/DVD.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Soket listrik 1 buah/ruang
4.4 Jam dinding 1 buah/ruang

3. Laboratorium IPA

a. Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.

8
b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan
dalam bentuk percobaan.
c. Setiap satuan pendidikan dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti
tercantum pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium IPA

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk menyimpan
seluruh alat peraga.
Tertutup dan dapat dikunci.
Dapat memanfaatkan lemari yang
terdapat di ruang kelas.
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Model kerangka 1 buah/sekolah Tinggi minimum 125
manusia cm. Mudah dibawa.
2.2 Model tubuh 1 buah/sekolah Tinggi minimum 125 cm.
manusia Dapat diamati dengan mudah oleh
seluruh peserta didik.
Dapat dibongkar pasang.
Mudah dibawa.
2.3 Globe 1 buah/sekolah Diameter minimum 40 cm.
Memiliki penyangga dan dapat diputar.
Dapat memanfaatkan globe
yang terdapat di ruang
perpustakaan.
2.4 Model tata surya 1 buah/sekolah Dapat mendemonstrasikan terjadinya
fenomena gerhana.
2.5 Kaca pembesar 6 buah/sekolah
2.6 Cermin datar 6 buah/sekolah
2.7 Cermin cekung 6 buah/sekolah
2.8 Cermin cembung 6 buah/sekolah
2.9 Lensa datar 6 buah/sekolah
2.10 Lensa cekung 6 buah/sekolah
2.11 Lensa cembung 6 buah/sekolah
2.12 Magnet batang 6 buah/sekolah Dapat mendemonstrasikan gaya
magnet.
2.13 Poster IPA, 1 set/sekolah Jelas terbaca dan
terdiri dari: berwarna, ukuran
a) metamorfosis, minimum A1.
b) hewan langka,
c) hewan dilindungi,
d) tanaman khas
Indonesia,
e) contoh ekosistem
f) sistem-sistem

9
No Jenis Rasio Deskripsi
pernapasan hewan

4. Ruang Pimpinan

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan


sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur
komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci
dengan baik.
d. Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi pimpinan 1 buah/ruang Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.2 Meja pimpinan 1 buah/ruang Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.3 Kursi dan 1 set/ruang Ukuran memadai untuk 5 orang
meja tamu duduk dengan nyaman.
1.4 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan
pimpinan sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran
minimum 1 m2.
2 Perlengkapan
lain
2.1 Simbol 1 set/ruang Terdiri dari Bendera Merah Putih,
kenegaraan Garuda Pancasila, Gambar Presiden RI,
dan Gambar Wakil Presiden RI.
2.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.3 Mesin 1 set/sekolah
ketik/komputer
2.4 Filing cabinet 1 buah/sekolah
2.5 Brankas 1 buah/sekolah
2.6 Jam dinding 1 buah/ruang

5. Ruang Guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 32 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.9.

1
Tabel 2.9 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/guru Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.2 Meja kerja 1 buah/guru Kuat dan stabil.
Model meja setengah biro.
Ukuran memadai untuk
menulis,
membaca, memeriksa pekerjaan, dan
memberikan konsultasi.
1.3 Lemari 1 buah/guru Ukuran memadai untuk menyimpan
atau perlengkapan guru untuk persiapan dan
1 buah yang pelaksanaan pembelajaran.
digunakan Tertutup dan dapat dikunci.
bersama oleh
semua guru
1.4 Papan statistik 1 buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran
minimum 1 m2.
1.5 Papan 1 buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran
pengumuman minimum 1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang
2.4 Penanda waktu 1 buah/sekolah

6. Tempat Beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan


ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan,
dengan luas minimum 12 m2.
c. Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Beribadah

1
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabo
t
1.1 Lemari/rak 1 buah/tempat Ukuran memadai untuk menyimpan
ibadah perlengkapan ibadah.
2 Perlengkapan lain
2.1 Perlengkapan ibadah Disesuaikan dengan kebutuhan.
2.2 Jam dinding 1 buah/tempat
ibadah

7. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
d. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang UKS

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat dan stabil.
1.2 Lemari 1 buah/ruang Dapat dikunci.
1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat dan stabil.
1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat dan stabil.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Catatan kesehatan 1 set/ruang
peserta didik
2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang Tidak kadaluarsa.
2.3 Tandu 1 buah/ruang
2.4 Selimut 1 buah/ruang
2.5 Tensimeter 1 buah/ruang
2.6 Termometer badan 1 buah/ruang
2.7 Timbangan badan 1 buah/ruang
2.8 Pengukur tinggi 1 buah/ruang
badan
2.9 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.10 Tempat cuci tangan 1 buah/ruang
2.11 Jam dinding 1 buah/ruang

8. Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.


b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit
jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.
Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.
c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.

1
e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f. Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Jamban

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perlengkapan
Lain
1.1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa.
1.2 Tempat air 1 buah/ruang Volume minimum 200
liter. Berisi air bersih.
1.3 Gayung 1 buah/ruang
1.4 Gantungan 1 buah/ruang
pakaian
1.5 Tempat sampah 1 buah/ruang

9. Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar


kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang tidak/belum
berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang
telah berusia lebih dari 5 tahun.
b. Luas minimum gudang 18 m2.
c. Gudang dapat dikunci.
d. Gudang dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Gudang

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan alat-
alat dan arsip berharga.
1.2 Rak 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan
peralatan olahraga, kesenian, dan
keterampilan.

10. Ruang Sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang


dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain
dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat
hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah.

1
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-
ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum
2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak
lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar
anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan
tinggi 85-90 cm.
h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

11. Tempat Bermain/Berolahraga

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,


pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
b. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m 2/peserta didik. Untuk
satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167, luas
minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di dalam luasan tersebut
terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m.
c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami
pohon penghijauan.
d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas.
e. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 2.14.

Tabel 2.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain/Berolahraga

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Peralatan
Pendidikan
1.1 Tiang bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku.
1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.
1.3 Peralatan bola voli 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
1.4 Peralatan sepak 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
bola
1.5 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat,
simpai, bola plastik, tongkat.
1.6 Peralatan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram, peluru,

1
No Jenis Rasio Deskripsi
tongkat estafet, dan bak loncat.
1.7 Peralatan seni 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
budaya masing satuan pendidikan.
1.8 Peralatan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
ketrampilan masing satuan pendidikan.

2 Perlengkapan
Lain
2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah

1
II. STANDAR SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA/MADEASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs)

A. SATUAN PENDIDIKAN

1. Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 24


rombongan belajar.
2. Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa.
Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan
rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih
dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.
3. Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat menampung
semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.
4. Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk
lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs dalam jarak tempuh bagi
peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak
membahayakan.

B. LAHAN

1. Lahan untuk satuan pendidikan SMP/MTs memenuhi ketentuan rasio minimum


luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik

Rasio minimum luas lahan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 3 22,9 - -
2 4-6 16,0 8,5 -
3 7- 9 13,8 7,5 5,1
4 10-12 12,8 6,8 4,7
5 13-15 12,2 6,6 4,5
6 16-18 11,9 6,3 4,3
7 19-21 11,6 6,2 4,3
8 22-24 11,4 6,1 4,3

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak


peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lahan juga memenuhi
ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 3.2.

1
Tabel 3. 2 Luas Minimum Lahan

Banyak Luas minimum lahan (m2)


No rombongan Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
belajar lantai lantai lantai
1 3 1440 - -
2 4-6 1840 1310 -
3 7- 9 2300 1380 1260
4 10-12 2770 1500 1310
5 13-15 3300 1780 1340
6 16-18 3870 2100 1450
7 19-21 4340 2320 1600
8 22-24 4870 2600 1780

3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga.

4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan


keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat.

5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.

6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.


a. Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor 94/MENKLH/1992
tcntang Baku Mutu Kebisingan.
c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH Nomor 02/MEN
KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah
Daerah setempat.

8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

C. BANGUNAN GEDUNG

1. Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SMP/MTs memenuhi ketentuan


rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel
3.3.

1
Tabel 3.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 3 6,9 - -
2 4-6 4,8 5,1 -
3 7-9 4,1 4,5 4,6
4 10-12 3,8 4,1 4,2
5 13-15 3,7 3,9 4,1
6 16-18 3,6 3,8 3,9
7 19-21 3,5 3,7 3,8
8 22-24 3,4 3,6 3,7

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak


peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga
memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Luas Minimum Lantai Bangunan

Banyak Luas minimum lantai bangunan (m2)


No rombongan Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
belajar lantai lantai lantai
1 3 430 - -
2 4-6 550 610 -
3 7-9 690 750 780
4 10-12 830 900 930
5 13-15 990 1060 1090
6 16-18 1160 1260 1300
7 19-21 1300 1390 1440
8 22-24 1460 1560 1600

3. Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:


a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
c. jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan bangunan
gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas
persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.

1
4. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut.
a. Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati,
serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

5. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.


a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan
tempat sampah, serta penyaluran air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

6. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,


dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

7. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.


a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi
kondisi di luar ruangan.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

8. Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan berikut.


a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.

9. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut.


a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk
arah yang jelas.

10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.

11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.

12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

13. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.

1
14. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut.
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun
jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka
kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20
tahun.

16. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. KELENGKAPAN PRASARANA DAN SARANA

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:


1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. ruang laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. ruang tata usaha,
7. tempat beribadah,
8. ruang konseling,
9. ruang UKS,
10. ruang organisasi kesiswaan,
11. jamban,
12. gudang,
13. ruang sirkulasi,
14. tempat bermain/berolahraga.

Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang
diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.

2
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik.
Desain dudukan dan sandaran
membuat
peserta didik nyaman belajar.
1.2 Meja peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok
usia peserta didik dan mendukung
postur tubuh yang baik.
Desain memungkinkan kaki peserta didik
masuk dengan leluasa ke bawah meja.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan
nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja
dengan
nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan yang
diperlukan kelas tersebut.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Papan pajang 1 buah/ruang Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.

2 Media
Pendidikan
2.1 Papan tulis 1 buah/ruang Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik
melihatnya dengan jelas.
3 Perlengkapan
Lai
n
3.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
3.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
3.3 Jam dinding 1 buah/ruang
3.4 Soket listrik 1 buah/ruang

2. Ruang Perpustakaan

a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan


guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola

2
perpustakaan.

2
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Buku
1.1 Buku teks 1 eksemplar/mata Termasuk dalam daftar buku teks
pelajaran pelajaran/peserta pelajaran yang ditetapkan oleh
didik, Mendiknas dan daftar buku teks
ditambah muatan lokal yang ditetapkan oleh
2 eksemplar/mata Gubernur atau Bupati/Walikota.
pelajaran/sekolah
1.2 Buku panduan 1 eksemplar/mata
pendidik pelajaran/guru mata
pelajaran
bersangkutan,
ditambah
1 eksemplar/mata
pelajaran/sekolah
1.3 Buku pengayaan 870 judul/sekolah Terdiri dari 70% non-fiksi
dan 30% fiksi.
Banyak eksemplar/sekolah minimum:
1000 untuk 3-6 rombongan belajar,
1500 untuk 7-12 rombongan belajar,
2000 untuk 13-18 rombongan belajar,
2500 untuk 19-24 rombongan belajar.
1.4 Buku referensi 20 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kamus
Bahasa Inggris, ensiklopedi, buku
statistik
daerah, buku telepon, buku undang-
undang dan peraturan, dan kitab
suci.
1.5 Sumber belajar 20 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi majalah,
lain surat kabar, globe, peta, CD
pembelajaran, dan
alat peraga matematika.
2 Perabot
2.1 Rak buku 1 set/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
dengan baik.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi buku
dengan
mudah.
2.2 Rak majalah 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
majalah.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi majalah dengan
mudah.

2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.3 Rak surat kabar 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
suratkabar.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi suratkabar dengan
mudah.
2.4 Meja baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain meja memungkinkan kaki
peserta didik masuk dengan leluasa
ke
bawah meja.
2.5 Kursi baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
sirkulasi Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog.
Lemari katalog dapat diganti
dengan meja untuk menempatkan
katalog.
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
untuk pengelolaan perpustakaan.
Dapat dikunci.
2.10 Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m2.
pengumuman
2.11 Meja multimedia 1 buah/sekolah Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
multimedia.
3 Media
Pendidikan
3.1 Peralatan 1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri dari 1
multimedia set komputer (CPU, monitor
minimum 15 inci, printer), TV,
radio, dan
pemutar VCD/DVD.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Soket listrik 1 buah/ruang
4.4 Jam dinding 1 buah/ruang

3. Ruang Laboratorium IPA

a. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan


pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

2
b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar.
c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18
m2. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
d. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
e. Tersedia air bersih.
f. Ruang laboratorium IPA dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel
3.7.

Tabel 3.7 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium IPA

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan
didik, ditambah mudah dipindahkan.
1 buah/guru
1.2 Meja peserta didik 1 buah/7 peserta didik Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menampung kegiatan peserta didik
secara
berkelompok maksimum 7 orang.
1.3 Meja demonstrasi 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Luas meja memungkinkan
untuk melakukan demonstrasi
dan menampung peralatan dan
bahan yang diperlukan.
Tinggi meja memungkinkan seluruh
peserta didik dapat mengamati
percobaan yang didemonstrasikan.
1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk menyiapkan
materi percobaan.
1.5 Lemari alat 1 buah/lab Ukuran memadai untuk
menampung semua alat.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Lemari bahan 1 buah/lab Ukuran memadai untuk
menampung semua bahan dan tidak
mudah berkarat.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.7 Bak cuci 1 buah/ Tersedia air bersih dalam
2 kelompok, jumlah memadai.
ditambah
1 buah di ruang
persiapan.
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Mistar 6 buah/lab Panjang minimum 50
cm, ketelitian 1 mm.
2.2 Jangka sorong 6 buah/lab Ketelitian 0,1 mm.
2.3 Timbangan 3 buah/lab Memiliki ketelitian berbeda.

2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.4 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.5 Rol meter 1 buah/lab Panjang minimum 5 m,
ketelitian 1 mm.
2.6 Termometer 6 buah/lab Ketelitian 0,5 derajat.
100 C
2.7 Gelas ukur 6 buah/lab Ketelitian 1 ml.
2.8 Massa logam 3 buah/lab Dari jenis yang berbeda,
minimum massa 20 g.
2.9 Multimeter 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan, arus,
AC/DC, 10 dan hambatan.
kilo ohm/volt Batas minimum ukur
arus 100 mA-5 A.
Batas minimum ukur
tegangan untuk DC 100 mV-
50 V. Batas minimum ukur
tegangan
untuk AC 0-250 V.
2.10 Batang magnet 6 buah/lab Dilengkapi dengan potongan
berbagai jenis logam.
2.11 Globe 1 buah/lab Memiliki penyangga dan dapat
diputar.
Diameter minimum 50 cm.
Dapat memanfaatkan globe
yang
terdapat di ruang perpustakaan.
2.12 Model tata surya 1 buah/lab Dapat menunjukkan terjadinya
gerhana.
Masing-masing planet dapat diputar
mengelilingi matahari.
2.13 Garpu tala 6 buah/lab Bahan baja, memiliki frekuensi
berbeda dalam rentang audio.
2.14 Bidang miring 1 buah/lab Kemiringan dan kekasaran
permukaan dapat diubah-ubah.
2.15 Dinamometer 6 buah/lab Ketelitian 0,1 N/cm.
2.16 Katrol tetap 2 buah/lab
2.17 Katrol bergerak 2 buah/lab
2.18 Balok kayu 3 macam/lab Memiliki massa, luas permukaan,
dan koefisien gesek berbeda.
2.19 Percobaan muai 1 set/lab Mampu menunjukkan fenomena dan
panjang memberikan data pemuaian
minimum untuk tiga jenis
bahan.
2.20 Percobaan optik 1 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
sifat bayangan dan memberikan
data tentang keteraturan hubungan
antara jarak benda, jarak bayangan,
dan jarak fokus cermin cekung,
cermin cembung, lensa cekung, dan
lensa cembung.
Masing-masing minimum dengan
tiga nilai jarak fokus.
2.21 Percobaan 1 set/lab Mampu memberikan data hubungan
rangkaian listrik antara tegangan, arus,
dan hambatan.
2.22 Gelas kimia 30 buah/lab Berskala, volume 100 ml.

2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.23 Model molekul 6 set/lab Minimum terdiri dari atom
sederhana hidrogen, oksigen, karbon,
belerang, nitrogen, dan dapat
dirangkai
menjadi molekul.
2.24 Pembakar spiritus 6 buah/lab
2.25 Cawan penguapan 6 buah/lab Bahan keramik,
permukaan dalam diglasir.
2.26 Kaki tiga 6 buah/lab Dilengkapi kawat kasa dan
tingginya sesuai tinggi pembakar
spiritus.
2.27 Plat tetes 6 buah/lab Minimum ada 6 lubang.
2.28 Pipet tetes + karet 100 buah/lab Ujung pendek.
2.29 Mikroskop 6 buah/lab Minimum tiga nilai perbesaran
monokuler obyek dan
dua nilai perbesaran okuler.
2.30 Kaca pembesar 6 buah/lab Minimum tiga nilai jarak fokus.
2.31 Poster genetika 1 buah/lab Isi poster jelas terbaca dan
berwarna, ukuran minimum A1.
2.32 Model kerangka 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
manusia

2.33 Model tubuh 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.


manusia Organ tubuh terlihat dan
dapat dilepaskan dari model.
Dapat diamati dengan mudah
oleh seluruh peserta didik.
2.34 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
pencernaan jelas terbaca dan berwarna
manusia dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.35 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
sistem peredaran jelas terbaca dan berwarna
darah manusia dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.36 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
sistem pernafasan jelas terbaca dan berwarna
manusia dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.37 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
jantung manusia jelas terbaca dan berwarna
dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.38 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
mata manusia jelas terbaca dan berwarna
dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.

2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.39 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
telinga manusia jelas terbaca dan berwarna
dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.40 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
tenggorokan jelas terbaca dan berwarna
manusia dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.41 Petunjuk percobaan 6 buah/ percobaan

3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.

4 Perlengkapan
Lain
4.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket untuk tiap meja
peserta didik,
2 soket untuk meja demo,
2 soket untuk di ruang persiapan.
4.2 Alat pemadam 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
kebakaran
4.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan isinya
tidak kadaluarsa termasuk obat P3K
untuk luka bakar dan luka terbuka.
4.4 Tempat sampah 1 buah/lab
4.5 Jam dinding 1 buah/lab

4. Ruang Pimpinan

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan


sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur
komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci
dengan baik.
d. Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.8.

2
Tabel 3.8 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi pimpinan 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.2 Meja pimpinan 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.3 Kursi dan 1 set/ruang Ukuran memadai untuk 5 orang
meja tamu duduk dengan nyaman.
1.4 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan
pimpinan sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran
minimum 1 m2.
2 Perlengkapan
lain
2.1 Simbol 1 set/ruang Terdiri dari Bendera Merah Putih,
kenegaraan Garuda Pancasila, Gambar Presiden RI,
dan Gambar Wakil Presiden RI.
2.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang

5. Ruang Guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 48 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/guru, Ukuran memadai untuk duduk
ditambah dengan nyaman.
1 buah/satu wakil
kepala sekolah
1.2 Meja kerja 1 buah/guru Model meja setengah biro.
Ukuran memadai untuk
menulis,
membaca, memeriksa pekerjaan, dan
memberikan konsultasi.
1.3 Lemari 1 buah/guru, atau Ukuran memadai untuk menyimpan
1 buah yang perlengkapan guru untuk persiapan dan
digunakan pelaksanaan pembelajaran.
bersama oleh Tertutup dan dapat dikunci.
semua guru
1.4 Kursi tamu 1 set/ruang
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran
minimum 1 m2.

2
No Jenis Rasio Deskripsi
1.6 Papan 1 buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran minimum
pengumuman 1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang

6. Ruang Tata Usaha

a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan
administrasi sekolah.
b. Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2.
c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang tata usaha dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Tata Usaha

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/petugas Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.2 Meja kerja 1 buah/petugas Model meja setengah biro.
Ukuran memadai untuk
melakukan pekerjaan administrasi.
1.3 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan
arsip dan perlengkapan pengelolaan
administrasi sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.4 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran minimum
1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Mesin ketik/ 1 set/sekolah
komputer
2.2 Filing cabinet 1 buah/sekolah
2.3 Brankas 1 buah/sekolah
2.4 Telepon 1 buah/sekolah
2.5 Jam dinding 1 buah/ruang
2.6 Soket listrik 1 buah/ruang
2.7 Penanda waktu 1 buah/sekolah
2.8 Tempat sampah 1 buah/ruang

7. Tempat Beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan


ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.

3
b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan,
dengan luas minimum 12 m2.
c. Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Beribadah

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabo
t
1.1 Lemari/rak 1 buah/tempat Ukuran memadai untuk menyimpan
ibadah perlengkapan ibadah.
2 Perlengkapan lain
2.1 Perlengkapan ibadah Disesuaikan dengan kebutuhan.
2.2 Jam dinding 1 buah/tempat
ibadah

8. Ruang Konseling

a. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan


layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi,
sosial, belajar, dan karir.
b. Luas minimum ruang konseling 9 m2.
c. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin
privasi peserta didik.
d. Ruang konseling dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Konseling

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Meja kerja 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.2 Kursi kerja 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
1.3 Kursi tamu 2 buah/ruang Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.4 Lemari 1 buah/ruang Tertutup dan dapat dikunci.
1.5 Papan kegiatan 1 buah/ruang
2 Peralatan Konseling
2.1 Instrumen konseling 1 set/ruang
2.2 Buku sumber 1 set/ruang
2.3 Media pengembangan 1 set/ruang Menunjang pengembangan kognisi,
kepribadian emosi, dan motivasi peserta didik.
3 Perlengkapan lain
3.1 Jam dinding 1 buah/ruang

9. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.

3
b. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
c. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang UKS

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat dan stabil.
1.2 Lemari 1 buah/ruang Dapat dikunci.
1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat dan stabil.
1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat dan stabil.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Catatan kesehatan 1 set/ruang
peserta didik
2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang Tidak kadaluarsa
2.3 Tandu 1 buah/ruang
2.4 Selimut 1 buah/ruang
2.5 Tensimeter 1 buah/ruang
2.6 Termometer badan 1 buah/ruang
2.7 Timbangan badan 1 buah/ruang
2.8 Pengukur tinggi 1 buah/ruang
badan
2.9 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.10 Tempat cuci tangan 1 buah/ruang
2.11 Jam dinding 1 buah/ruang

10. Ruang Organisasi Kesiswaan

a. Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan


kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.
b. Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2.
c. Ruang organisasi kesiswaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Organisasi Kesiswaan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Meja 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
1.2 Kursi 4 buah/ruang Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
1.3 Papan tulis 1 buah/ruang
1.4 Lemari 1 buah/ruang Dapat dikunci.
2 Perlengkapan
lain
2.1 Jam dinding 1 buah/ruang

3
11. Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.


b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit
jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.
Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.
c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f. Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Jamban

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perlengkapan
Lain
1.1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa.
1.2 Tempat air 1 buah/ruang Volume minimum 200
liter. Berisi air bersih.
1.3 Gayung 1 buah/ruang
1.4 Gantungan 1 buah/ruang
pakaian
1.5 Tempat sampah 1 buah/ruang

12. Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar


kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang tidak/belum
berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang
telah berusia lebih dari 5 tahun.
b. Luas minimum gudang 21 m2.
c. Gudang dapat dikunci.
d. Gudang dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Gudang

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan alat-
alat dan arsip berharga.
1.2 Rak 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan peralatan olahraga,
kesenian, dan
keterampilan.

13. Ruang Sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang


dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain
dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat

3
hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah.
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-
ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum
2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak
lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar
anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan
tinggi 85-90 cm.
h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

14. Tempat Bermain/Berolahraga

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,


pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
b. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta
didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari
334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas
tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x 20
m.
c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami
pohon penghijauan.
d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas.
e. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain/Berolahraga

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Peralatan
Pendidikan
1.1 Tiang bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku.
1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.
1.3 Peralatan bola 2 buah/sekolah Minimum 6 bola.
voli
1.4 Peralatan sepak 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
bola

3
No Jenis Rasio Deskripsi
1.5 Peralatan bola 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
basket
1.6 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat,
simpai, bola plastik, tongkat, palang
tunggal, gelang.
1.7 Peralatan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram, peluru,
tongkat estafet, bak loncat.
1.8 Peralatan seni 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
budaya masing satuan pendidikan.
1.9 Peralatan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
ketrampilan masing satuan pendidikan.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah

3
III. STANDAR
SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH MENENGAH
ATAS/MADRASAH ALIYAH ( SMA/MA).

A. SATUAN PENDIDIKAN

1. Satu SMA/MA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27


rombongan belajar.
2. Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000 jiwa.
Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan penambahan
rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMA/MA baru.

B. LAHAN

1. Lahan untuk satuan pendidikan SMA/MA memenuhi ketentuan rasio minimum


luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik

Rasio minimum luas lahan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 3 36,5 - -
2 4-6 22,8 12,2 -
3 7- 9 18,4 9,7 6,7
4 10-12 16,3 8,7 6,0
5 13-15 14,9 7,9 5,4
6 16-18 14,0 7,5 5,1
7 19-21 13,5 7,2 4,9
8 22-24 13,2 7,0 4,8
9 25-27 12,8 6,9 4,7

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak


peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lahan juga memenuhi
ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Luas Minimum Lahan

Banyak Luas minimum lahan (m2)


No rombongan Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
belajar lantai lantai lantai
1 3 2170 - -
2 4-6 2570 1420 -
3 7- 9 3070 1650 1340

3
4 10-12 3600 1920 1400
5 13-15 4070 2190 1520
6 16-18 4500 2420 1670
7 19-21 5100 2720 1870
8 22-24 5670 3050 2100
9 25-27 6240 3340 2290

3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga.

4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan


keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat.

5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.

6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.


a. Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
b. Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor 94/MENKLH/1992
tcntang Baku Mutu Kebisingan.
c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH Nomor 02/MEN
KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah
Daerah setempat.

8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

C. BANGUNAN GEDUNG

1. Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SMA/MA memenuhi ketentuan rasio


minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta


Banyak didik (m2/peserta didik)
No rombongan
belajar Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
lantai lantai lantai
1 3 10,9 - -
2 4-6 6,8 7,3 -

3
3 7-9 5,5 5,8 6,0
4 10-12 4,9 5,2 5,4
5 13-15 4,5 4,7 4,9
6 16-18 4,2 4,5 4,6
7 19-21 4,1 4,3 4,4
8 22-24 3,9 4,2 4,3
9 25-27 3,9 4,1 4,1

2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak


peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga
memenuhi ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Luas Minimum Lantai Bangunan

Banyak Luas minimum lantai bangunan (m2)


No rombongan Bangunan satu Bangunan dua Bangunan tiga
belajar lantai lantai lantai
1 3 650 - -
2 4-6 770 840 -
3 7-9 920 990 1020
4 10-12 1080 1150 1180
5 13-15 1220 1310 1360
6 16-18 1350 1450 1500
7 19-21 1530 1630 1680
8 22-24 1700 1830 1890
9 25-27 1870 2000 2060

3. Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:


a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
c. jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan bangunan
gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas
persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.

4. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut.


a. Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati,
serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

3
5. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan
tempat sampah, serta penyaluran air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

6. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman,


dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

7. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.


a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu
kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi
kondisi di luar ruangan.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

8. Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan berikut.


a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.
b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.

9. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut.


a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk
arah yang jelas.

10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.

11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.

12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

13. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.

14. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut.


a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun
jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka
kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20
tahun.

3
15. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. KELENGKAPAN PRASARANA DAN SARANA

Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:


1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. ruang laboratorium biologi,
4. ruang laboratorium fisika,
5. ruang laboratorium kimia,
6. ruang laboratorium komputer,
7. ruang laboratorium bahasa,
8. ruang pimpinan,
9. ruang guru,
10. ruang tata usaha,
11. tempat beribadah,
12. ruang konseling,
13. ruang UKS,
14. ruang organisasi kesiswaan,
15. jamban,
16. gudang,
17. ruang sirkulasi,
18. tempat bermain/berolahraga.

Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang
diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.

1. Ruang Kelas

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.5.

4
Tabel 4.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
1.2 Meja peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran memadai untuk belajar
dengan nyaman.
Desain memungkinkan kaki peserta didik
masuk dengan leluasa ke bawah meja.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan
nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan yang
diperlukan kelas tersebut.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Papan pajang 1 buah/ruang Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.
2 Media
Pendidikan
2.1 Papan tulis 1 buah/ruang Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.

3 Perlengkapan
Lai
n
3.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
3.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
3.3 Jam dinding 1 buah/ruang
3.4 Soket listrik 1 buah/ruang

2. Ruang Perpustakaan

a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan


guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.

4
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Buku
1.1 Buku teks 1 eksemplar/mata Termasuk dalam daftar buku teks
pelajaran pelajaran/peserta pelajaran yang ditetapkan oleh
didik, Mendiknas dan daftar buku teks
ditambah muatan lokal yang ditetapkan oleh
2 eksemplar/mata Gubernur atau Bupati/Walikota.
pelajaran/sekolah
1.2 Buku panduan 1 eksemplar/mata
pendidik pelajaran/guru mata
pelajaran
bersangkutan,
ditambah
1 eksemplar/mata
pelajaran/sekolah
1.3 Buku pengayaan 870 judul/sekolah Terdiri dari 75% non-fiksi
dan 25% fiksi.
Banyak eksemplar/sekolah minimum:
1000 untuk 3-6 rombongan belajar,
1500 untuk 7-12 rombongan belajar,
2000 untuk 13-18 rombongan belajar.
2500 untuk 19-27 rombongan belajar.
1.4 Buku referensi 30 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kamus Bahasa
Inggris, kamus bahasa asing lainnya,
ensiklopedi, buku statistik daerah, buku
telepon, buku undang-undang dan
peraturan, dan kitab suci.
1.5 Sumber belajar 30 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi majalah,
lain surat kabar, globe, peta, CD
pembelajaran, situs web, dan
alat peraga matematika.
2 Perabot
2.1 Rak buku 1 set/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
dengan baik.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi buku
dengan
mudah.
2.2 Rak majalah 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
majalah.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi majalah dengan
mudah.
2.3 Rak surat kabar 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
suratkabar.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi suratkabar dengan
mudah.

4
No Jenis Rasio Deskripsi
2.4 Meja baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke
bawah
meja.
2.5 Kursi baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
sirkulasi Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
2.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog.
Lemari katalog dapat diganti dengan
meja untuk menempatkan katalog.
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Dapat dikunci dan ukuran memadai
untuk menampung seluruh
peralatan untuk pengelolaan
perpustakaan.
2.10 Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m2.
pengumuman

2.11 Meja multimedia 1 buah/sekolah Kuat dan stabil.


Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
multimedia.
3 Media
Pendidikan
3.1 Peralatan 1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri dari 1
multimedia set komputer (CPU, monitor
minimum 15 inci, printer), TV,
radio, dan
pemutar VCD/DVD.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Soket listrik 1 buah/ruang
4.4 Jam dinding 1 buah/ruang

3. Ruang Laboratorium Biologi

a. Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan


pembelajaran biologi secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.
b. Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu rombongan
belajar.

4
c. Rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18
m2. Lebar minimum ruang laboratorium biologi 5 m.
d. Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan
pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
e. Ruang laboratorium biologi dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Sarana, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium Biologi

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan
didik, ditambah mudah dipindahkan.
1 buah/guru
1.2 Meja kerja 1 buah/7 Kuat dan stabil.
peserta didik Permukaan kedap air
dan mudah dibersihkan.
Ukuran memadai untuk
menampung kegiatan peserta
didik secara berkelompok
maksimum 7 orang.
1.3 Meja demonstrasi 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Permukaan kedap air
dan mudah dibersihkan.
Luas memungkinkan untuk
melakukan demonstrasi
dan menampung peralatan
dan bahan yang
diperlukan.
Tinggi memungkinkan seluruh
peserta didik dapat
mengamati percobaan yang
didemonstrasikan.
1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menyiapkan materi percobaan.
1.5 Lemari alat 1 buah/lab Ukuran memadai untuk
menampung semua
alat.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Lemari bahan 1 buah/lab Ukuran memadai untuk
menampung semua
bahan. Tidak mudah
berkarat.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.7 Bak cuci 1 buah/ Tersedia air bersih
2 kelompok, dalam jumlah memadai.
ditambah
1 buah di
ruang
persiapan.

4
No Jenis Rasio Deskripsi
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Alat peraga :
2.1.1 Model kerangka manusia 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
2.1.2 Model tubuh manusia 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
Organ tubuh terlihat dan
dapat dilepaskan dari model.
Dapat diamati dengan mudah
oleh seluruh peserta didik.
2.1.3 Preparat mitosis 6 buah/lab
2.1.4 Preparat meiosis 6 buah/lab
2.1.5 Preparat anatomi 6 set/lab Berupa irisan melintang
tumbuhan akar, batang, daun, dikotil,
dan
monokotil.
2.1.6 Preparat anatomi hewan 6 set/lab Berupa irisan otot rangka,
otot jantung, otot polos,
tulang keras, tulang rawan,
ginjal, testis, ovarium,
hepar,
dan syaraf.
2.1.7 Gambar kromosom 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca dan
berwarna, ukuran minimum
A1.
2.1.8 Gambar DNA 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
dan berwarna, ukuran
minimum A1.

2.1.9 Gambar RNA 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca


dan berwarna, ukuran
minimum
A1.
2.1.10 Gambar pewarisan 1 buah/lab Isi gambar jelas terbaca
Mendel dan berwarna, ukuran
minimum
A1.
2.1.11 Gambar contoh-contoh 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
tumbuhan dari dan berwarna, ukuran
berbagai minimum
divisi A1.
2.1.12 Gambar contoh-contoh 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
hewan dari berbagai dan berwarna, ukuran
filum minimum
A1.
2.1.13 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
pencernaan manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.

4
2.1.14 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
pernapasan manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.

4
No Jenis Rasio Deskripsi
2.1.15 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
peredaran darah manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
2.1.16 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
pengeluaran manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.1.17 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
reproduksi manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
2.1.18 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
syaraf manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
2.1.19 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
pencernaan burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, minimum A1.
dan
cacing tanah
2.1.20 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
pernapasan burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, minimum A1.
dan cacing tanah
2.1.21 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
peredaran darah burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, dan minimum A1.
cacing
tanah
2.1.22 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
pengeluaran burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, minimum A1.
dan
cacing tanah
2.1.23 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
reproduksi burung, reptil, dan berwarna, ukuran
ampibi, ikan, dan cacing minimum A1.
tanah.
2.1.24 Gambar sistem syaraf 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca dan
burung, reptil, ampibi, berwarna, ukuran minimum
ikan, dan cacing A1.
tanah.
2.1.25 Gambar pohon evolusi 1 buah/lab Isi gambar jelas terbaca
dan berwarna, ukuran
minimum A1.

4
4
No Jenis Rasio Deskripsi
2.2 Alat dan Bahan
Percobaan:
2.2.1 Mikroskop monokuler 6 buah/lab Lensa obyektif 10 x, 40 x,
dan 100 x.
Lensa okuler 5 x dan 10 x.
Kondensor berupa cermin datar
dan cermin cekung, diafragma
iris, konstruksi logam kuat dan
kekar, meja horizontal,
pengatur fokus kasar dan halus,
tersimpan dalam peti kayu
yang
dilengkapi silica gel
dan petunjuk
pemakaiannya.
2.2.2 Mikroskop stereo 6 buah/lab Perbesaran 20 x.
binokuler Jarak kerja dapat distel
antara okuler dan bidang
pandang, alas stabil dari
logam cor, ada pengatur
fokus dan
skrup penjepit,
ada tutup penahan debu.
2.2.3. Perangkat pemeliharan 2 set/lab Kualitas baik.
mikroskop (kertas
pembersih lensa, sikat
halus, kunci Allen, alat
semprot, obeng halus,
lup tukang arloji, tang
untuk
melipat)
2.2.4 Gelas Benda 6 pak/lab Kaca jernih.
(isi 72) Ukuran 76,2 mm x 25,4 mm
x 1 mm.
2.2.5 Gelas penutup 6 pak/lab Kaca jernih.
(isi 50) Ukuran 22 mm x 22 mm x
0.16 mm.
2.2.6 Gelas arloji 2 pak/lab Bahan kaca.
(isi 10) Diameter 80 mm.
2.2.7 Cawan Petri 2 pak/lab Bahan kaca, ada penutup.
(isi 10) Diameter 100 mm.
2.2.8 Gelas Beaker Masing-masing Borosilikat, rendah,
10 buah/lab berbibir. Volume: 50 ml,
100 ml, 250
ml, 600 ml, dan 1000 ml.
2.2.9 Corong Masing-masing Borosilikat, datar.
10 buah/lab Diameter: 75 mm dan 100 mm.
2.2.10 Pipet ukur 6 buah/lab Kaca, lurus, skala permanen.
Volume 10 ml.
2.2.11 Tabung reaksi 6 kotak/lab Kaca borosilikat, bibir
(isi 10) lipat. Tinggi 100 mm.
Diameter 12 mm.
2.2.12 Sikat tabung reaksi 10 buah/lab Kepala berbulu
keras, pegangan
kawat.
Diameter 22-26 mm.

4
2.2.13 Penjepit tabung reaksi 10 buah/lab Kayu dengan pegas untuk
tabung reaksi.

5
No Jenis Rasio Deskripsi
Diameter 10-25 mm.
2.2.14 Erlenmeyer Masing-masing Kaca borosilikat, bibir
10 buah/lab luang. Volume: 50 ml, 100
ml,
250 ml, 600 ml, dan
1000 ml.
2.2.15 Kotak preparat 6 buah/lab Kayu/plastik.
(isi 100)
2.2.16 Lumpang dan alu 6 buah/lab Porselen, permukaan rata
dan licin.
Diameter 80 mm.
2.2.17 Gelas ukur Masing-masing 6 Kaca borosilikat.
buah/lab Volume: 100 ml dan 10 ml.
2.2.18 Stop watch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik
2.2.19 Kaki tiga 6 buah/lab Besi, panjang batang
sekitar 12 cm.
Diameter cincin sekitar 62 cm.
2.2.20 Perangkat batang statif 6 set/lab Baja tahan karat, dasar statif
(panjang dan pendek) bahan ABS, balok
penunjang logam, kaki
standar.
Diameter 10 mm.
2.2.21 Klem universal 10 buah/lab Aluminium dan baja anti
karat, bagian dalam pemegang
dilapisi karet.
Panjang sekitar 12 cm.
2.2.22 Bosshead (penjepit) 10 buah/lab Aluminium, arah lubang
penggenggam vertikal
dan horizontal.
Panjang sekitar 80 mm.
2.2.23 Pembakar spiritus 6 buah/lab Kaca, dengan sumbu dan tutup.
Volume 100 ml.
2.2.24 Kasa 6 buah/lab Baja anti karat, tanpa asbes.
Ukuran 140 mm x 140 mm.
2.2.25 Aquarium 1 buah/lab Plastik transparan, dilengkapi
alas dan penutup.
Ukuran 30 cm x 20 cm x
20 cm.
2.2.26 Neraca 1 buah/lab Kapasitas 311
gram, piringan
tunggal,
4 lengan dengan beban
yang dapat digeser,
ada skrup
penyetel
keseimbangan.
Ketelitian 10 mg,
2.2.27 Sumbat karet 1 lubang Masing-masing 6 Diameter: 8 mm, 9 mm,
buah/lab 10 mm, 11 mm, 13 mm,
15 mm, 17 mm, 19 mm,
21 mm, dan 23 mm.
2.2.28 Sumbat karet 2 lubang Masing-masing Diameter 15 mm, 17 mm,
10 buah/lab 19 mm, 21 mm, dan 23 mm.
2.2.29 Termometer Masing-masing Batas ukur 0-50 C dan
10 buah/lab -10-110 C.
2.2.30 Potometer 6 buah/lab Dari kaca.
5
5
No Jenis Rasio Deskripsi
2.2.31 Respirometer 6 buah/lab Kualitas baik.
2.2.32 Perangkat bedah hewan 6 set/lab Scalpel,
gunting lurus 115 mm,
gunting bengkok 115
mm, jarum pentul,
pinset 125 mm,
loupe bertangkai dengan
diameter 58 mm.
2.2.33 Termometer suhu tanah 6 buah/lab Tabung aluminium dengan
ujung runcing
membungkus termometer
raksa.
Batas ukur -5-65 C.
2.2.34 Higrometer putar 2 buah/lab Dilengkapi tabel konversi.
Skala 0-50 C.
2.2.35 Kuadrat 6 buah/lab Besi atau aluminium,
dengan skrup kupu-kupu,
dengan jala berjarak 10
cm.
Ukuran 50 cm x 50 cm.
2.2.36 Manual percobaan 6 buah/ percobaan
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Bahan Habis Pakai
(Kebutuhan per tahun)
4.1 Asam sulfat 500 ml/lab Larutan pekat 95 – 98%.
4.2 HCL 500cc/lab 36%.
4.3 Acetokarmin 10 gram/lab Serbuk.
4.4 Eosin 25 gram/lab Padat (kristal).
4.5 Etanol 2500 ml/lab 95%.
4.6 Glukosa 500 gram/lab Padat (kristal).
4.7 Indikator universal 4 rol/lab pH 1 – 11.
4.8 Iodium 500 gram/lab Padat (kristal).
4.9 KOH 500 gram/lab Padat (kristal).
4.10 Mn SO4 500 gram/lab Padat (serbuk).
4.11 NaOH 500 gram/lab Padat (kristal).
4.12 Vaseline 500 gram/lab Pasta.
4.13 Kertas saring 6 pak/lab Kualitas sekolah no 1.
Diameter 90 mm.
5 Perlengkapan Lain
5.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket di tiap meja
peserta didik,
2 soket di meja demo,
2 soket di ruang persiapan.
5.2 Alat pemadam kebakaran 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
5.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa
termasuk obat P3K untuk
luka
bakar dan luka terbuka.

5
No Jenis Rasio Deskripsi
5.4 Tempat sampah 1 buah/lab
5.5 Jam dinding 1 buah/lab

4. Ruang Laboratorium Fisika


a. Ruang laboratorium fisika berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran fisika secara praktek yang memerlukan peralatan
khusus.
b. Ruang laboratorium fisika dapat menampung minimum satu rombongan
belajar.
c. Rasio minimum ruang laboratorium fisika 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18
m2. Lebar ruang laboratorium fisika minimum 5 m.
d. Ruang laboratorium fisika memiliki fasilitas yang memungkinkan
pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
e. Ruang laboratorium fisika dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium Fisika

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan
didik, mudah dipindahkan.
ditambah
1 buah/guru
1.2 Meja kerja 1 buah/7 Kuat dan stabil.
peserta didik Ukuran memadai untuk
menampung kegiatan
peserta didik secara
berkelompok
maksimum 7 orang.
1.3 Meja demonstrasi 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Luas meja memungkinkan
untuk melakukan demonstrasi
dan menampung peralatan
dan bahan yang diperlukan.
Tinggi meja
memungkinkan seluruh
peserta didik dapat
mengamati percobaan yang
didemonstrasikan.
1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menyiapkan materi percobaan.
1.5 Lemari alat 1 buah/lab Tertutup dan dapat
dikunci. Ukuran memadai
untuk menampung semua
alat.
1.6 Lemari bahan 1 buah/lab Tertutup dan dapat dikunci.
Ukuran memadai untuk
menampung semua bahan
dan

5
tidak mudah berkarat.

5
No Jenis Rasio Deskripsi
1.7 Bak cuci 1 buah/ Tersedia air bersih
2 kelompok, dalam jumlah memadai.
ditambah
1 buah di ruang
persiapan.
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Bahan dan Alat Ukur
Dasar:
2.1.1 Mistar 6 buah/lab Panjang minimum 50 cm,
skala terkecil 1 mm.
2.1.2 Rolmeter 6 buah/lab Panjang minimum 10 m,
skala terkecil 1 mm.
2.1.3 Jangka sorong 6 buah/lab Ketelitian 0,1 mm.
2.1.4 Mikrometer 6 buah/lab Ketelitian 0,01 mm.
2.1.5 Kubus massa sama 6 set/lab Massa 100 g (2%),
4 jenis bahan.
2.1.6 Silinder massa sama 6 set/lab Massa 100 g (2%),
4 jenis bahan.
2.1.7 Plat 6 set/lab Terdapat kail penggantung,
bahan logam 4 jenis.
2.1.8 Beban bercelah 10 buah/lab Massa antara 5-20 g,
minimum 2 nilai massa,
terdapat fasilitas
pengait.
2.1.9 Neraca 1 buah/lab Ketelitian 10 mg.
2.1.10 Pegas 6 buah/lab Bahan baja pegas,
minimum 3 jenis.
2.1.11 Dinamometer 6 buah/lab Ketelitian 0,1 N/cm.
(pegas presisi)
2.1.12 Gelas ukur 6 buah/lab Bahan borosilikat.
Volume antara 100-1000 ml.
2.1.13 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.1.14 Termometer 6 buah/lab Tersedia benang penggantung.
Batas ukur 10-110 oC.
2.1.15 Gelas Beaker 6 buah/lab Bahan borosilikat.
Volume antara 100-1000
ml, terdapat tiga variasi
volume.
2.1.16 Garputala 6 buah/lab Bahan baja.
Minimum 3 variasi frekuensi.
2.1.17 Multimeter AC/DC 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan, arus
10 kilo ohm/volt dan hambatan.
Batas ukur arus
minimum 100 mA-5 A.
Batas minimum ukur
tegangan untuk DC
100 mV-50 V.
Batas minimum ukur
tegangan untuk AC
0-250 V.
2.1.18 Kotak potensiometer 6 buah/lab Disipasi maksimum 5
watt. Ukuran hambatan 50
Ohm.

5
No Jenis Rasio Deskripsi
2.1.19 Osiloskop 1 set/lab Batas ukur 20
MHz, dua kanal,
beroperasi X-Y,
tegangan masukan 220 volt,
dilengkapi probe
intensitas, tersedia buku
petunjuk.
2.1.20 Generator frekuensi 6 buah/lab Frekuensi luaran dapat
diatur dalam rentang audio.
Minimum 4 jenis bentuk
gelombang dengan catu
daya 220 volt.
Mampu menggerakkan speaker
daya 10 watt.
2.1.21 Pengeras suara 6 buah/lab Tegangan masukan 220
volt, daya maksimum
keluaran
10 watt.
2.1.22 Kabel penghubung 1 set/lab Panjang minimum 50 cm,
dilengkapi plug diameter 4
mm. Terdapat 3 jenis warna:
hitam, merah dan putih,
masing-masing 12 buah.
2.1.23 Komponen elektronika 1 set/lab Hambatan tetap
antara 1 Ohm - 1 M
Ohm,
disipasi 0,5 watt masing-
masing 30 buah, mencakup
LDR, NTC, LED,
transistor dan lampu neon
masing-masing minimum 3
macam.
2.1.24 Catu daya 6 buah/lab Tegangan masukan 220
V, dilengkapi pengaman,
tegangan keluaran antara
3-12 V,
minimum ada 3 variasi
tegangan keluaran.
2.1.25 Transformator 6 buah/lab Teras inti dapat
dibuka. Banyak lilitan
antara 100-1000.
Banyak lilitan minimum ada 2
nilai.
2.1.26 Magnet U 6 buah/lab
2.2 Alat Percobaan:
2.2.1 Percobaan Atwood 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
dan memberikan data GLB dan
GLBB.
Minimum dengan 3
kombinasi nilai massa beban.
atau
Percobaan Kereta 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
dan Pewaktu ketik dan memberikan data GLB
dan GLBB.

5
No Jenis Rasio Deskripsi
Lengkap dengan pita perekam.
2.2.2 Percobaan Papan Luncur 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
dan memberikan data gerak
benda pada bidang miring.
Kemiringan papan dapat
diubah, lengkap dengan katrol
dan balok.
Minimum dengan tiga nilai
koefisien gesekan.
2.2.3 Percobaan Ayunan 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
Sederhana ayunan dan memberikan data
pada pengukuran percepatan
gravitasi.
Minimum dengan tiga nilai
panjang ayunan dan tiga
nilai massa beban.
atau
Percobaan Getaran 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
pada Pegas getaran dan memberikan data
pada pengukuran percepatan
gravitasi.
Minimum dengan tiga nilai
konstanta pegas dan tiga
nilai
massa beban.
2.2.4 Percobaan Hooke 6 set/lab Mampu memberikan data
untuk membuktikan hukum
Hooke dan menentukan
minimum 3 nilai konstanta
pegas.

2.2.5 Percobaan Kalorimetri 6 set/lab Mampu memberikan data


untuk membuktikan hukum
kekekalan energi panas serta
menentukan kapasitas panas
kalorimeter dan kalor jenis
minimum tiga jenis logam.
Lengkap dengan
pemanas, bejana dan kaki
tiga, jaket isolator,
pengaduk dan
termometer.
2.2.6 Percobaan Bejana 6 set/lab Mampu memberikan data
Berhubungan untuk membuktikan hukum
fluida
statik dan dinamik.
2.2.7 Percobaan Optik 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
sifat bayangan dan memberikan
data tentang keteraturan
hubungan antara jarak benda,
jarak bayangan dan jarak fokus
cermin cekung, cermin
cembung, lensa cekung, dan
lensa cembung.
Masing-masing minimum

5
No Jenis Rasio Deskripsi
dengan tiga nilai jarak fokus.
2.2.8 Percobaan Resonansi 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
Bunyi resonansi dan memberikan data
kuantisasi panjang gelombang,
minimum untuk tiga nilai
frekuensi.
atau
Percobaan Sonometer 6 set/lab Mampu memberikan data
hubungan antara frekuensi
bunyi suatu dawai dengan
tegangannya, minimum untuk
tiga jenis dawai dan tiga nilai
tegangan.
2.2.9 Percobaan Hukum Ohm 6 set/lab Mampu memberikan data
keteraturan hubungan
antara arus dan tegangan
minimum
untuk tiga nilai hambatan.
2.2.10 Manual percobaan 6 buah/
percobaan
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan Lain
4.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket di tiap meja
peserta didik,
2 soket di meja demo,
2 soket di ruang persiapan.
4.2 Alat pemadam kebakaran 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
4.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa
termasuk obat P3K untuk luka
bakar dan
luka terbuka.
4.4 Tempat sampah 1 buah/lab
4.5 Jam dinding 1 buah/lab

5. Ruang Laboratorium Kimia

a. Ruang laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat berlangsungnya


kegiatan pembelajaran kimia secara praktek yang memerlukan peralatan
khusus.
b. Ruang laboratorium kimia dapat menampung minimum satu rombongan
belajar.
c. Rasio minimum ruang laboratorium kimia 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18
m2. Lebar ruang laboratorium kimia minimum 5 m.
d. Ruang laboratorium kimia memiliki fasilitas yang memungkinkan
pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.

5
e. Ruang laboratorium kimia dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium Kimia

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan
didik, mudah dipindahkan.
ditambah
1 buah/guru
1.2 Meja kerja 1 buah/ Kuat dan stabil.
7 peserta didik Ukuran memadai untuk
menampung kegiatan peserta
didik secara
berkelompok maksimum
7 orang.
1.3 Meja demonstrasi 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Luas meja memungkinkan
untuk melakukan demonstrasi
dan menampung peralatan dan
bahan yang diperlukan.
Tinggi meja memungkinkan
seluruh peserta didik dapat
mengamati percobaan yang
didemonstrasikan.
1.4 Meja persiapan 1 buah/lab Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menyiapkan materi percobaan.
1.5 Lemari alat 1 buah/lab Tertutup dan dapat
dikunci. Ukuran memadai
untuk
menampung semua alat.
1.6 Lemari bahan 2 buah/lab Kuat dan stabil.
Cukup untuk menyimpan
seluruh bahan, tidak mudah
berkarat,
rak tersangga dengan kuat.
Pintu geser, berkunci.
1.7 Lemari asam 1 buah/lab Ukuran ruang dalam
lemari minimum
0,9 m x 0,6 m x 0,9 m.
Tinggi bidang kerja dari
lantai 70 cm.
Materi tahan karat, tahan asam,
mempunyai pintu kaca yang
dapat dibuka-tutup sebagian,
mempunyai pencahayaan yang
baik,
saluran buangan gas
langsung keluar dan
terpompa,
mempunyai saluran air bersih dan
buangan.
1.8 Bak cuci 1 buah/ Tersedia air bersih dalam
2 kelompok, jumlah yang memadai.

6
ditambah

6
No Jenis Rasio Deskripsi
1 buah di
ruang
persiapan.
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Botol zat Masing-masing Bertutup.
24 buah/lab Volume: 100 ml, 250 ml, dan
500 ml.
2.2 Pipet tetes 100 buah/lab Ujung panjang, dengan karet.
Ukuran 20 cm.
2.3 Batang pengaduk Masing-masing Diameter: 5 mm dan 10 mm,
25 buah/lab panjang 20 cm.
2.4 Gelas beaker Masing-masing Volume: 50 ml, 150 ml, dan
12 buah/lab 250 ml.
2.5 Gelas beaker Masing-masing Volume: 500 ml, 1000 ml, dan
3 buah/lab 2000 ml.
2.6 Labu erlenmeyer 25 buah/lab Volume 250 ml.
2.7 Labu takar Masing-masing Volume: 50 ml, 100 ml, dan
50, 50, dan 1000 ml.
3 buah/lab
2.8 Pipet volume Masing-masing Skala permanen.
30 buah/lab Volume: 5 ml dan 10 ml.
2.9 Pipet seukuran Masing-masing Skala hermanen.
30 buah/lab Volume: 10 ml, 25 ml, dan 50 ml.

2.10 Corong Masing-masing Diameter: 5 cm dan 10 cm.


30 dan 3
buah/lab
2.11 Mortar Masing-masing Bahan keramik, bagian
6 dan 1 dalam berglasur.
buah/lab Diameter: 7cm dan 15cm.
2.12 Botol semprot 15 buah/lab Bahan plastik lentur.
Volume 500 ml.
2.13 Gelas ukur Masing-masing Volume: 10 ml, 50 ml, 100 ml,
15, 15,15, 3, 500 ml, dan 1000 ml.
dan
3 buah/lab
2.14 Buret + klem 10 buah/lab Skala permanen,
tangan klem buret mudah
digerakkan, kelas
B. Volume 50 ml.
2.15 Statif dan klem Masing-masing Besi, tahan karat, stabil,
10 buah/lab kuat, permukaan halus.
Klem boss clamp.
2.16 Kaca arloji 10 buah/lab Diameter 10 cm.
2.17 Corong pisah 10 buah/lab Bahan gelas.
Volume 100 ml.
2.18 Alat destilasi 2 set/lab Bahan gelas.
Volume labu 100 ml.
2.19 Neraca 2 set/lab Ketelitian 10 mg.
2.20 pHmeter 2 set/lab Ketelitian 0,2 (analog) dan
0,1 (digital).
2.21 Centrifuge 1 buah/lab Menggunakan daya listrik,
minimum 4 tabung.

6
No Jenis Rasio Deskripsi
2.22 Barometer 1 buah/lab Untuk di dinding lab, dilengkapi
termometer.
2.23 Termometer 6 buah/lab Dapat mengukur suhu 0-100
0
C, ketelitan 1 0C,
tidak mengandung merkuri.
2.24 Multimeter AC/DC, 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan,
10 kilo ohm/volt arus dan hambatan.
Batas ukur arus
minimum 100 mA-5 A.
Batas minimum ukur
tegangan untuk DC 100 mV-
50 V. Batas minimum ukur
tegangan
untuk AC 0-250 V.
2.25 Pembakar spiritus 8 buah/lab Bahan gelas, bertutup.
2.26 Kaki tiga + alas kasa 8 buah/lab Tinggi disesuaikan tinggi
kawat pembakar spiritus.
2.27 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.28 Kalorimeter tekanan tetap 6 buah/lab Dapat memberikan data untuk
pembelajaran entalpi reaksi.
Kapasitas panas bahan
rendah.
Volume 250 ml.
2.29 Tabung reaksi 100 buah/lab Gelas.
Volume 20 ml.

2.30 Rak tabung reaksi 7 buah/lab Kayu.


Kapasitas minimum 10 tabung.
2.31 Sikat tabung reaksi 10 buah/lab Bulu halus.
Diameter 1 cm.
2.32 Tabung centrifuge 8 buah/lab Kaca, ukuran sesuai dengan
centrifuge.
2.33 Tabel Periodik Unsur 1 buah/lab Poster, kertas 220 gram, laminasi,
Unsur dapat digantung.
2.34 Model molekul 6 set/lab Minimum dapat menunjukkan
atom hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur dan karbon, serta
dapat
dirangkai menjadi molekul.
2.35 Manual percobaan 6 buah/
Percobaan

3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.

4 Bahan Habis Pakai

Bahan habis pakai tersedia di laboratorium meliputi bahan kimia, dengan banyak
setiap saat 1,2 x banyak yang dibutuhkan. Bahan kimia meliputi zat-zat yang
diperlukan dalam percobaan–percobaan: Pengenalan Reaksi Kimia, Teknik
Pemisahan dan Pemurnian, Titrasi Asam-Basa,Elektrokimia, Energetika,

6
No Jenis Rasio Deskripsi
Pembuatan Produk Terapan Pengetahuan Kimia.

5 Perlengkapan Lain
5.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket untuk tiap meja
peserta didik,
2 soket untuk meja demo,
2 soket untuk di ruang persiapan.
5.2 Alat pemadam kebakaran 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
5.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa termasuk
obat P3K untuk luka bakar dan
luka
terbuka.
5.4 Tempat sampah 1 buah/lab
5.5 Jam dinding 1 buah/lab

6. Ruang Laboratorium Komputer

a. Ruang laboratorium komputer berfungsi sebagai tempat mengembangkan


keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi.
b. Ruang laboratorium komputer dapat menampung minimum satu rombongan
belajar yang bekerja dalam kelompok @ 2 orang.
c. Rasio minimum luas ruang laboratorium komputer 2 m 2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang laboratorium komputer 30 m 2. Lebar minimum ruang laboratorium
komputer 5 m.
d. Ruang laboratorium komputer dilengkapi sarana sebagaimana tercantum
pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Jenis, Rasio dan Deskripsi Sarana Laboratorium Komputer

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
1.2 Meja 1 buah/2 Kuat dan stabil.
peserta didik Ukuran memadai untuk menampung 1
unit komputer dan peserta didik bekerja
berdua.
Jika CPU diletakkan di bawah meja,
maka harus mempunyai dudukan
minimum setinggi 15 cm.
Kaki peserta didik dapat masuk ke bawah
meja dengan nyaman.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran kursi memadai untuk duduk
dengan nyaman.

6
No Jenis Rasio Deskripsi
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.

2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Komputer 1 unit/2 Mendukung penggunaan multimedia.
peserta didik, Ukuran monitor minimum 15”.
ditambah 1
unit untuk guru
2.2 Printer 1 unit/lab
2.3 Scanner 1 unit/lab
2.4 Titik akses 1 titik/lab Berupa saluran telepon atau nirkabel.
internet

2.5 LAN Sesuai banyak Dapat berfungsi dengan baik.


komputer
2.6 Stabilizer Sesuai banyak Setiap komputer terhubung dengan
komputer stabilizer.
2.7 Modul praktek 1 set/komputer Terdiri dari sistem operasi, pengolah
kata, pengolah angka, dan pengolah
gambar.
3 Media
Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.

4 Perlengkapan
Lai
n
4.1 Soket listrik Sesuai banyak
komputer
4.2 Tempat sampah 1 buah/lab
4.3 Jam dinding 1 buah/lab

7. Ruang Laboratorium Bahasa

a. Ruang laboratorium bahasa berfungsi sebagai tempat mengembangkan


keterampilan berbahasa, khusus untuk sekolah yang mempunyai Jurusan
Bahasa.
b. Ruang laboratorium bahasa dapat menampung minimum satu rombongan
belajar.
c. Rasio minimum ruang laboratorium bahasa 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang laboratorium 30 m2. Lebar minimum ruang laboratorium bahasa 5 m.
d. Ruang laboratorium bahasa dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.11.

6
Tabel 4.11 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium Bahasa

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
1.2 Meja peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran memadai untuk belajar
dengan nyaman.
Desain meja memungkinkan kaki
peserta didik masuk dengan leluasa ke
bawah meja.
Meja tidak diperlukan jika kursi sudah
dilengkapi tempat menulis.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/lab Ukuran memadai untuk menyimpan
perlengkapan yang mendukung kegiatan
praktek bahasa.
Tertutup dan dapat dikunci.

2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Perangkat 1 set/lab Kualitas suara dapat didengar dengan baik
multimedia dari seluruh bagian lab.
Dapat memanfaatkan perangkat
multimedia yang terdapat di
ruang perpustakaan.

3 Media
Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.

4 Perlengkapan
Lai
n
4.1 Soket listrik 2 buah/lab
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Jam dinding 1 buah/lab

6
8. Ruang Pimpinan

a. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan


sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur
komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
b. Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.
c. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci
dengan baik.
d. Ruang pimpinan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi pimpinan 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.2 Meja pimpinan 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
1.3 Kursi dan meja 1 set/ruang Ukuran memadai untuk 5 orang duduk
tamu dengan nyaman.
1.4 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan
pimpinan sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran
minimum 1 m2.
2 Perlengkapan
lain
2.1 Simbol 1 set/ruang Terdiri dari Bendera Merah Putih,
kenegaraan Garuda Pancasila, Gambar Presiden RI,
dan Gambar Wakil Presiden RI.
2.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang

9. Ruang Guru

a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 72 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/guru Ukuran memadai untuk duduk
ditambah dengan nyaman.
1 buah/satu
wakil kepala
sekolah

6
No Jenis Rasio Deskripsi
1.2 Meja kerja 1 buah/guru Model meja setengah biro.
Ukuran memadai untuk
menulis,
membaca, memeriksa pekerjaan, dan
memberikan konsultasi.
1.3 Lemari 1 buah/guru Ukuran memadai untuk menyimpan
atau perlengkapan guru untuk persiapan dan
1 buah yang pelaksanaan pembelajaran.
digunakan Tertutup dan dapat dikunci.
bersama oleh
semua guru
1.4 Kursi tamu 1 set/ruang
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran minimum
1 m2.
1.6 Papan 1 buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran minimum
pengumuman 1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang

10. Ruang Tata Usaha

a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan
administrasi sekolah.
b. Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2.
c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang tata usaha dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Tata Usaha

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/petugas Ukuran memadai untuk duduk
dengan nyaman.
1.2 Meja kerja 1 buah/petugas Model meja setengah biro.
Ukuran memadai untuk
melakukan pekerjaan administrasi.
1.3 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan
arsip dan perlengkapan pengelolaan
administrasi sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.4 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran
minimum 1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.2 Mesin ketik/ 1 buah/sekolah
komputer

6
No Jenis Rasio Deskripsi
2.3 Filing cabinet 1 buah/sekolah
2.4 Brankas 1 buah/sekolah
2.5 Telepon 1 buah/sekolah
2.6 Jam dinding 1 buah/ruang
2.7 Soket listrik 1 buah/ruang
2.8 Penanda waktu 1 buah/sekolah

11. Tempat Beribadah

a. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan


ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan,
dengan luas minimum 12 m2.
c. Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Beribadah

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabo
t
1.1 Lemari/rak 1 buah/tempat Ukuran memadai untuk menyimpan
ibadah perlengkapan ibadah.
2 Perlengkapan lain
2.1 Perlengkapan ibadah Disesuaikan dengan kebutuhan.
2.2 Jam dinding 1 buah/tempat
ibadah

12. Ruang Konseling

a. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan


layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi,
sosial, belajar, dan karir.
b. Luas minimum ruang konseling 9 m2.
c. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin
privasi peserta didik.
d. Ruang konseling dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.16.

6
Tabel 4.16 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Konseling

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Meja kerja 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
bekerja dengan nyaman.
1.2 Kursi kerja 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
1.3 Kursi tamu 2 buah/ruang Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
1.4 Lemari 1 buah/ruang Tertutup dan dapat dikunci.
1.5 Papan kegiatan 1 buah/ruang

2 Peralatan Konseling
2.1 Instrumen konseling 1 set/ruang
2.2 Buku sumber 1 set/ruang
2.3 Media pengembangan 1 set/ruang Menunjang pengembangan kognisi,
kepribadian emosi, dan motivasi peserta didik.
3 Perlengkapan lain
3.1 Jam dinding 1 buah/ruang

13. Ruang UKS

a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
c. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang UKS

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat dan stabil.
1.2 Lemari 1 buah/ruang Dapat dikunci.
1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat dan stabil.
1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat dan stabil.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Catatan kesehatan 1 set/ruang
peserta didik
2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang Tidak kadaluarsa
2.3 Tandu 1 buah/ruang
2.4 Selimut 1 buah/ruang
2.5 Tensimeter 1 buah/ruang
2.6 Termometer badan 1 buah/ruang
2.7 Timbangan badan 1 buah/ruang
2.8 Pengukur tinggi 1 buah/ruang
badan
2.9 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.10 Tempat cuci tangan 1 buah/ruang
2.11 Jam dinding 1 buah/ruang

7
14. Ruang Organisasi Kesiswaan

a. Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan


kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.
b. Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2.
c. Ruang organisasi kesiswaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Organisasi Kesiswaan

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Meja 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
1.2 Kursi 4 buah/ruang Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
1.3 Papan tulis 1 buah/ruang
1.4 Lemari 1 buah/ruang Dapat dikunci.
2 Perlengkapan
lain
2.1 Jam dinding 1 buah/ruang

15. Jamban

a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.


b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit
jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.
Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.
c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f. Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Jamban

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perlengkapan
Lain
1.1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa.
1.2 Tempat air 1 buah/ruang Volume minimum 200
liter. Berisi air bersih.
1.3 Gayung 1 buah/ruang
1.4 Gantungan 1 buah/ruang
pakaian
1.5 Tempat sampah 1 buah/ruang

7
16. Gudang

a. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar


kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang tidak/belum
berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang
telah berusia lebih dari 5 tahun.
b. Luas minimum gudang 21 m2.
c. Gudang dapat dikunci.
d. Gudang dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Gudang

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Perabot
1.1 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan alat-
alat dan arsip berharga.
1.2 Rak 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk
menyimpan peralatan olahraga,
kesenian, dan
keterampilan.

17. Ruang Sirkulasi

a. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang


dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain
dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat
hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah.
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-
ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum
2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak
lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar
anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan
tinggi 85-90 cm.
h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

18. Tempat Bermain/Berolahraga

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,


pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

7
b. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta
didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari
334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas
tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x 20
m.
c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami
pohon penghijauan.
d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas.
e. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain/Berolahraga

No Jenis Rasio Deskripsi


1 Peralatan
Pendidikan
1.1 Tiang bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku.
1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.
1.3 Peralatan bola 2 buah/sekolah Minimum 6 bola.
voli
1.4 Peralatan sepak 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
bola
1.5 Peralatan bola 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
basket
1.6 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat,
simpai, bola plastik, tongkat, palang
tunggal, gelang.
1.7 Peralatan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram, peluru,
tongkat estafet, bak loncat.
1.8 Peralatan seni 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
budaya masing satuan pendidikan.
1.9 Peralatan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
ketrampilan masing satuan pendidikan.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BAMBANG SUDIBYO

7
GLOSARIUM

1. Sarana adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan


pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.
2. Prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
satuan pendidikan.
3. Perabot adalah sarana yang digunakan secara tidak langsung dalam
pembelajaran.
4. Peralatan pendidikan adalah sarana yang secara langsung digunakan untuk
pembelajaran.
5. Media pendidikan adalah peralatan pendidikan yang digunakan untuk
membantu komunikasi dalam pembelajaran.
6. Buku adalah karya tulis yang diterbitkan sebagai sumber belajar.
7. Buku teks pelajaran adalah buku pelajaran yang menjadi pegangan peserta didik
dan guru untuk setiap mata pelajaran.
8. Buku pengayaan adalah buku pelajaran yang melengkapi buku teks pelajaran
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan guru.
9. Buku referensi adalah rujukan untuk mencari informasi atau data tertentu,
seperti kamus, ensiklopedi, dan buku alamat.
10. Sumber belajar lainnya adalah sumber informasi dalam bentuk selain buku
seperti jurnal, majalah, surat kabar, poster, situs (website), dan compact disk.
11. Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras dan lunak
yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi dan komunikasi untuk
mendukung pembelajaran.
12. Bahan habis pakai adalah barang yang digunakan dan habis dalam waktu
relatif singkat.
13. Perlengkapan lain adalah alat mesin kantor dan peralatan tambahan yang
digunakan untuk mendukung pembelajaran di sekolah.
14. Lahan sekolah adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat
prasarana sekolah meliputi bangunan satuan pendidikan, lahan praktek, lahan
untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan
pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat.

7
15. Bangunan gedung sekolah adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya
berada di atas lahan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
pembelajaran pada pendidikan formal.
16. Ruang kelas adalah tempat pembelajaran teori dan praktek yang tidak
memerlukan peralatan khusus.
17. Ruang perpustakaan adalah tempat menyimpan dan memperoleh informasi
dari berbagai jenis bahan pustaka.
18. Ruang laboratorium adalah tempat berlangsungnya pembelajaran secara
praktek yang memerlukan peralatan khusus.
19. Ruang pimpinan adalah tempat pimpinan satuan pendidikan melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah.
20. Ruang guru adalah tempat guru bekerja di luar kelas, beristirahat dan
menerima tamu.
21. Ruang tata usaha adalah tempat pengelolaan dan penyimpanan administrasi
sekolah.
22. Ruang konseling adalah tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling
dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
23. Ruang UKS adalah tempat untuk menangani peserta didik yang mengalami
gangguan kesehatan dini dan ringan di sekolah.
24. Tempat beribadah adalah tempat warga sekolah melakukan ibadah yang
diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
25. Ruang organisasi kesiswaan adalah tempat melakukan kegiatan
kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik.
26. Jamban adalah tempat buang air besar dan/atau kecil.
27. Gudang adalah tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas,
peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip sekolah.
28. Ruang sirkulasi adalah tempat penghubung antar ruang dalam bangunan
sekolah yang sekaligus berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran.
29. Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi
dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olah raga.
30. Tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup untuk peserta didik dapat
melakukan kegiatan bebas.
31. Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar pada satu
satuan kelas.

7
SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 32 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan perlu
diselaraskan dengan dinamika perkembangan
masyarakat, lokal, nasional, dan global guna
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional;
b. bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan
mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan
kembali Standar Kompetensi Lulusan, standar isi,
standar proses, dan standar penilaian, serta
pengaturan kembali kurikulum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4301);

MEMUTUSKAN .
-2-
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19


TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN.

PASAL I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496), diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud


dengan:

1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria


minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
3. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.

4. Kompetensi .
-3-
4. Kompetensi adalah seperangkat sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik
setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan
satuan pendidikan tertentu.
5. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
6. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk
mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
7. Standar Proses adalah kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan.
8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan
dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan.
9. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria
mengenai ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi
dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.

10. Standar .
-4-
10. Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
11. Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai
komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
12. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar Peserta Didik.
13. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada
setiap tingkat kelas atau program.
14. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk
mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh
Peserta Didik melalui pembelajaran.
15. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian
dari dana pendidikan yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan
agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan
yangsesuai Standar Nasional Pendidikan secara
teratur dan berkelanjutan.
16. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
17. Kerangka Dasar Kurikulum adalah tatanan
konseptual Kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

18. Silabus . . .
-5-
18. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
mata pelajaran atau tema tertentu yang
mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
19. Pembelajaran adalah proses interaksi
antarPeserta Didik, antara Peserta Didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
20. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
Kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.
21. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
22. Buku Panduan Guru adalah pedoman yang
memuat strategi Pembelajaran, metode
Pembelajaran, teknik Pembelajaran, dan penilaian
untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema
Pembelajaran
23. Buku Teks Pelajaran adalah sumber
Pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti.
24. Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar Peserta Didik.
25. Evaluasi pendidikan adalah
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung
jawaban penyelenggaraan pendidikan.

26. Ulangan . . .
-6-
26. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik
secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil
belajar Peserta Didik.
27. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
28. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan
program dan/atau satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
29. Badan Standar Nasional Pendidikan yang
selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri
dan independen yang bertugas mengembangkan,
memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi
Standar Nasional Pendidikan.
30. Kementerian adalah kementerian yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan dan
kebudayaan.
31. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang
selanjutnya disebut LPMP adalah unit pelaksana
teknis Kementerian yang berkedudukan di
provinsi dan bertugas untuk membantu
Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi,
bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis
kepada satuan pendidikan dasar dan menengah
serta Pendidikan Nonformal, dalam berbagai
upaya penjaminan mutu satuan pendidikan
untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan.

32. Badan . . .
-7-
32. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
yang selanjutnya disebut BAN-S/M adalah badan
evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan
program dan/atau satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah jalur formal
dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan.
33. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non
Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah
badan evaluasi mandiri yang menetapkan
kelayakan program dan/atau satuan pendidikan
jalur Pendidikan Nonformal dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
34. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang
selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan
evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan
program dan/atau satuan pendidikan pada
jenjang Pendidikan Tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan.
35. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah dan di antara


ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu), ayat yakni
ayat (1a) sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi


Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan
Standar Penilaian Pendidikan.

(1a) Standar . . .
-8-
(1a) Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai
acuan Pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu


pendidikan sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan
sertifikasi.

(3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan


secara terencana, terarah, dan berkelanjutan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global.

3. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 2A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 2A
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) digunakan sebagai acuan
utama Pengembangan Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.

4. Judul Bagian Kesatu BAB III dihapus.

5. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 5

(1) Standar Isi mencakup kriteria:

a. ruang lingkup materi; dan

b. tingkat .
-9-
b. tingkat Kompetensi.

(2) Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a berlaku untuk satuan
pendidikan.

(3) Tingkat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b berlaku untuk Peserta Didik pada
setiap tingkat kelas.
(4) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.

6. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 2 (dua)


pasal, yakni Pasal 5A dan Pasal 5B sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 5A

Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 ayat (2) dirumuskan berdasarkan kriteria:

a. muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan


peraturan perundang-undangan;
b. konsep keilmuan; dan
c. karakteristik satuan pendidikan dan program
pendidikan.

Pasal 5B

Tingkat Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 ayat (3) dirumuskan berdasarkan kriteria:

a. tingkat perkembangan Peserta Didik;


b. kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan
c. penguasaan Kompetensi yang berjenjang.

7. Ketentuan .
- 10 -

7. Ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 18 dihapus.

8. Ketentuan Pasal 19 ayat (2) dihapus sehingga


Pasal 19 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19

(1) Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan


diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta
Didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
Peserta Didik.

(2) Dihapus.

(3) Setiap satuan pendidikan melakukan


perencanaan proses Pembelajaran, pelaksanaan
proses Pembelajaran, penilaian hasil
Pembelajaran, dan pengawasan proses
Pembelajaran untuk terlaksananya proses
Pembelajaran yang efektif dan efisien.

9. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 20

Perencanaan Pembelajaran merupakan penyusunan


rencana pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap
muatan Pembelajaran.

10. Ketentuan .
- 11 -
10. Ketentuan Pasal 22 ayat (3) dihapus sehingga
Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22

(1) Penilaian hasil Pembelajaran sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai.

(2) Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat berupa tes tertulis, observasi, tes
praktek, dan penugasan perseorangan atau
kelompok.

(3) Dihapus.

11. Ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (4) diubah serta
ayat (3) dihapus sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 25

(1) Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai


pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
Peserta Didik dari satuan pendidikan.

(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi Kompetensi
untuk seluruh mata pelajaran atau mata kuliah.

(3) Dihapus.

(4) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

12. Ketentuan .
- 12 -
12. Ketentuan Pasal 43 ayat (5) diubah dan di antara
ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (5a) sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43

(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium


ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium
bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan
Pembelajaran lain pada satuan pendidikan
dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal
peralatan yang harus tersedia.

(2) Standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dinyatakan dalam rasio minimal
jumlah peralatan per Peserta Didik.

(3) Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam


jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan
satuan pendidikan.

(4) Standar jumlah Buku Teks Pelajaran di


perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal
jumlah Buku Teks Pelajaran untuk masing-
masing mata pelajaran di perpustakaan satuan
pendidikan untuk setiap Peserta Didik.

(5) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan


buku teks pelajaran ditelaah dan/atau dinilai oleh
BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri dan
selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(5a)Dalam hal pengadaan Buku Teks Pelajaran


dilakukan Pemerintah, Menteri menetapkan buku
tersebut sebagai sumber utama belajar dan
Pembelajaran setelah ditelaah dan/atau dinilai
oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri.

(6) Standar .
- 13 -
(6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap
satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah
sumber belajar terhadap Peserta Didik sesuai
dengan jenis sumber belajar dan karakteristik
satuan pendidikan.

13. Ketentuan Pasal 64 ayat (1) dan ayat (2) diubah, di


antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (2a), serta ayat (3) sampai dengan ayat (7)
dihapus sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 64

(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir a
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik
secara berkesinambungan.

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


digunakan untuk:
a. menilai pencapaian Kompetensi Peserta Didik;
b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar; dan
c. memperbaiki proses pembelajaran.

(2a)Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil


belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Dihapus.

(4) Dihapus.

(5) Dihapus.

(6) Dihapus.

(7) Dihapus.

14. Ketentuan . . .
- 14 -
14. Ketentuan Pasal 65 ayat (2) dan ayat (5) dihapus,
serta ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) diubah sehingga
Pasal 65 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 65

(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1)
butir b bertujuan menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.

(2) Dihapus.

(3) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mempertimbangkan hasil penilaian
Peserta Didik oleh pendidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64.

(4) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran
dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk
menentukan kelulusan Peserta Didik dari satuan
pendidikan.

(5) Dihapus.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian akhir


dan ujian sekolah/madrasah diatur dengan
Peraturan Menteri.

15. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 67 disisipkan


1 (satu) ayat, yakni ayat (1a) sehingga Pasal 67
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 67 . . .
- 15 -
Pasal 67

(1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk


menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti
Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur
formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur
nonformal kesetaraan.

(1a)Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur


formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan untuk SD/MI/SDLB
atau bentuk lain yang sederajat.

(2) Dalam penyelenggaraan Ujian Nasional BSNP


bekerja sama dengan instansi terkait di
lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan
pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai Ujian Nasional diatur lebih


lanjut dengan Peraturan Menteri.

16. Ketentuan Pasal 69 ayat (1) diubah dan di antara


ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (2a) sehingga Pasal 69 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 69

(1) Setiap Peserta Didik jalur pendidikan formal


pendidikan dasar dan menengah dan jalur
pendidikan nonformal kesetaraan berhak
mengikuti Ujian Nasional dan berhak
mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan.

(2) Setiap . . .
- 16 -
(2) Setiap Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib mengikuti satu kali Ujian Nasional
tanpa dipungut biaya.

(2a)Peserta Didik jalur pendidikan formal pendidikan


dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dikecualikan untuk Peserta Didik
SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.

(3) Peserta Didik pendidikan informal dapat


mengikuti Ujian Nasional setelah memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh BSNP.

(4) Peserta Ujian Nasional memperoleh surat


keterangan hasil Ujian Nasional yang diterbitkan
oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian
Nasional.

17. Ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) dihapus serta
ayat (4) diubah sehingga Pasal 70 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 70

(1) Dihapus.

(2) Dihapus.

(3) Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain


yang sederajat, Ujian Nasional mencakup
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

(4) Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup


mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.

(5) Pada . . .
- 17 -
(5) Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang
sederajat, Ujian Nasional mencakup mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri
khas program pendidikan.

(6) Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup


mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri
khas program pendidikan.

(7) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang


sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri
khas program pendidikan.

18. Ketentuan Pasal 72 ayat (1) diubah dan di antara


ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (1a) sehingga Pasal 72 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 72

(1) Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan


pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah:
a. menyelesaikan seluruh program
Pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran;
c. lulus ujian sekolah/madrasah; dan
d. lulus Ujian Nasional.

(1a) Khusus . . .
- 18 -
(1a)Khusus Peserta Didik dari SD/MI/SDLB atau
bentuk lain yang sederajat dinyatakan lulus
setelah memenuhi ketentuan pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c.

(2) Kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan


ditetapkan oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.

19. Ketentuan Pasal 76 ayat (3) ditambah 1 (satu) huruf,


yakni huruf e sehingga Pasal 76 sebagai berikut:

Pasal 76

(1) BSNP bertugas membantu Menteri dalam


mengembangkan, memantau, dan mengendalikan
Standar Nasional Pendidikan.

(2) Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku


efektif dan mengikat semua satuan pendidikan
secara nasional setelah ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) BSNP berwenang:

a. mengembangkan Standar
Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah
dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan;
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah; dan

e. menelaah . . .
- 19 -
e. menelaah dan/atau menilai Buku
Teks Pelajaran.

20. Di antara BAB XI dan BAB XII disisipkan 1(satu) bab,


yakni BAB XIA sehingga BAB XIA berbunyi sebagai
berikut:

BAB XIA
KURIKULUM

Bagian Kesatu
Kerangka Dasar
Pasal 77A

(1) Kerangka Dasar Kurikulum berisi landasan


filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

(2) Kerangka Dasar Kurikulum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai:

a. acuan dalam Pengembangan Struktur


Kurikulum pada tingkat nasional;
b. acuan dalam Pengembangan muatan
lokal pada tingkat daerah; dan
c. pedoman dalam Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kerangka Dasar


Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kedua . . .
- 20 -
Bagian Kedua
Struktur Kurikulum

Paragraf 1
Umum

Pasal 77B

(1) Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian


Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan
Pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar
pada setiap satuan pendidikan dan program
pendidikan.

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang
harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap
tingkat kelas atau program yang menjadi landasan
Pengembangan Kompetensi dasar.

(3) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan tingkat kemampuan dalam
konteks muatan Pembelajaran, pengalaman
belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada
Kompetensi inti.
(4) Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan pengorganisasian mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
dan/atau program pendidikan.
(5) Struktur Kurikulum PAUD formal berisi program
Pengembangan pribadi anak.
(6) Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan
dasar berisi muatan umum.
(7) Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan
menengah terdiri atas:

a. muatan .
- 21 -
a. muatan umum;
b. muatan peminatan akademik;
c. muatan peminatan kejuruan; dan
d. muatan pilihan lintas minat/pendalaman
minat.
(8) Struktur Kurikulum nonformal satuan pendidikan
dan program pendidikan berisi program
Pengembangan kecakapan hidup.
(9) Muatan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) dan ayat (7) huruf a terdiri atas:
a. muatan nasional untuk satuan pendidikan;
dan
b. muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai
dengan potensi dan keunikan lokal.

Paragraf 2
Kompetensi Inti
Pasal 77C
(1) Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada
setiap tingkat kelas atau program yang menjadi
landasan Pengembangan Kompetensi dasar.
(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi
sebagai pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata
pelajaran atau program dalam mencapai Standar
Kompetensi Lulusan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompetensi inti


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 3 .
- 22 -
Paragraf 3
Kompetensi Dasar

Pasal 77D

(1) Kompetensi Dasar mencakup sikap spiritual,


sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan
dalam muatan Pembelajaran, mata pelajaran, atau
mata kuliah.

(2) Kompetensi Dasar dikembangkan dalam konteks


muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, mata
pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan
Kompetensi inti.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompetensi


Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 4
Beban Belajar

Pasal 77E

(1) Beban belajar memuat:

a. jumlah jam belajar yang dialokasikan untuk


Pembelajaran suatu tema, gabungan tema,
mata pelajaran; atau
b. keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
Peserta Didik dalam satu minggu, semester,
dan satu tahun pelajaran.

(2) Beban belajar sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:

a. kegiatan tatap muka;


b. kegiatan terstruktur; dan
c. kegiatan mandiri.

(3) Ketentuan . . .
- 23 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban belajar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Silabus

Pasal 77F

(1) Silabus merupakan rencana Pembelajaran pada


mata pelajaran atau tema tertentu dalam
pelaksanaan kurikulum.

(2) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mencakup:

a. Kompetensi inti;
b. Kompetensi dasar;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran;
e. penilaian;
f. alokasi waktu; dan
g. sumber belajar.

(3) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikembangkan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan satuan pendidikan sesuai dengan
kewenangan masing - masing.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai silabus


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat . . .
- 24 -
Bagian Keempat
Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan dan Program Pendidikan

Paragraf 1
Struktur Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Formal

Pasal 77G

(1) Struktur Kurikulum pendidikan anak usia dini


formal berisi program-program Pengembangan
nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa,
sosial-emosional, dan seni.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur


Kurikulum pendidikan anak usia dini formal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Paragraf 2
Struktur Kurikulum Pendidikan Dasar

Pasal 77H

(1) Struktur Kurikulum pendidikan dasar berisi


muatan Pembelajaran atau mata pelajaran yang
dirancang untuk mengembangkan Kompetensi
spiritual keagamaan, sikap personal dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.

(2) Struktur Kurikulum pendidikan dasar terdiri atas


Struktur Kurikulum:

a. SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat;


dan
b. SMP/MTs, SMPLB atau bentuk lain yang
sederajat.

Pasal 77I .
- 25 -
Pasal 77I

(1) Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk


lain yang sederajat terdiri atas muatan:

a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.
(2) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata
pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan dan program pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur
kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 77J

(1) Struktur Kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau


bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan:

a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;

e. ilmu .
- 26 -
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.

(2) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata
pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan dan program pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur


Kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 3
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah

Pasal 77K

(1) Kurikulum pendidikan menengah terdiri atas:

a. muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan


SMK/MAK;
b. muatan peminatan akademik SMA/MA dan
SMK/MAK;
c. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman
minat untuk SMA/MA, SMALB;
d. muatan peminatan kejuruan untuk
SMK/MAK; dan
e. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman
minat untuk SMK/MAK.

(2) Muatan .
- 27 -
(2) Muatan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.

(3) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata
pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan dan program pendidikan.

(4) Muatan peminatan akademik SMA/MA atau


bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. matematika dan ilmu pengetahuan alam;


b. ilmu pengetahuan sosial;
c. bahasa dan budaya; atau
d. peminatan lainnya.

(5) Muatan peminatan kejuruan SMK/MAK atau


bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. teknologi dan rekayasa;


b. kesehatan;
c. seni, kerajinan, dan pariwisata;
d. teknologi informasi dan komunikasi;

e. agribisnis . . .
- 28 -
e. agribisnis dan agroteknologi;
f. bisnis dan manajemen;
g. perikanan dan kelautan; atau
h. peminatan lain yang diperlukan masyarakat.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai muatan


peminatan akademik dan muatan pilihan lintas
minat atau pendalaman minat SMA/MA, SMALB
serta muatan peminatan kejuruan dan pilihan
lintas minat atau pendalaman minat untuk
SMK/MAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b sampai dengan huruf e diatur dalam
Peraturan Menteri.

Paragraf 4
Struktur Kurikulum Pendidikan Nonformal

Pasal 77L

(1) Struktur Kurikulum pendidikan nonformal berisi


program pengembangan kecakapan hidup yang
mencakup keterampilan fungsional, sikap dan
kepribadian profesional, dan jiwa wirausaha
mandiri, serta Kompetensi dalam bidang tertentu.

(2) Struktur Kurikulum pendidikan nonformal terdiri


atas struktur kurikulum:

a. satuan pendidikan nonformal; dan


b. program pendidikan nonformal.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur


Kurikulum pendidikan nonformal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Kelima .
- 29 -
Bagian Kelima
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pasal 77M

(1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


merupakan Kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.

(2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum, dan pedoman implementasi
Kurikulum.

(3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditetapkan


oleh kepala satuan pendidikan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan diatur dengan
Peraturan Menteri.

Bagian Keenam
Muatan Lokal

Pasal 77N

(1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan


berisi muatan dan proses Pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal.

(2) Muatan lokal dikembangkan dan dilaksanakan


pada setiap satuan pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai muatan lokal


diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketujuh .
- 30 -
Bagian Ketujuh
Dokumen Kurikulum

Pasal 77O

(1) Dokumen Kurikulum merupakan perangkat


operasional untuk memfasilitasi Pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian Kurikulum.

(2) Dokumen Kurikulum sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) terdiri atas:

a. dokumen Kurikulum setiap satuan pendidikan


atau program pendidikan;
b. dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran;
c. pedoman implementasi Kurikulum;
d. Buku Teks Pelajaran;
e. Buku Panduan Guru; dan
f. dokumen Kurikulum lainnya.

Bagian Kedelapan
Pengelolaan Kurikulum

Pasal 77P

(1) Pengelolaan Kurikulum merupakan pengaturan


kewenangan Pemerintah, pemerintah daerah, dan
satuan pendidikan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.

(2) Dalam melaksanakan pengelolaan Kurikulum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah
berwenang menyiapkan, menyusun, dan
mengevaluasi :

a. dokumen Kurikulum setiap satuan pendidikan


atau program pendidikan;

b. dokumen .
- 31 -
b. dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran;
c. pedoman implementasi Kurikulum;
d. Buku Teks Pelajaran; dan
e. Buku Panduan Guru.
(3) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi
dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan menengah.
(4) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan
koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan
lokal pada pendidikan dasar.
(5) Pengelolaan muatan lokal sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) meliputi penyiapan,
penyusunan, dan evaluasi:
a. dokumen muatan lokal;
b. Buku Teks Pelajaran; dan
c. Buku Panduan Guru.
(6) Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu)
provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan
lokal yang sama, koordinasi dan supervisi
pengelolaan Kurikulum pada pendidikan dasar
dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi.
(7) Satuan pendidikan mengelola:
a. muatan lokal;
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; dan
c. rencana pelaksanaan Pembelajaran dan
pelaksanaan Pembelajaran.
(8) Rencana pelaksanaan Pembelajaran dan
pelaksanaan Pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf c disusun sesuai
dengan potensi, minat, bakat, dan kemampuan
Peserta Didik dalam lingkungan belajar.

Bagian Kesembilan
- 32 -
Bagian Kesembilan
Evaluasi Kurikulum

Pasal 77Q

(1) Evaluasi Kurikulum merupakan upaya


mengumpulkan dan mengolah informasi dalam
rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan
Kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan
satuan pendidikan.

(2) Evaluasi Kurikulum sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, satuan pendidikan, dan/atau masyarakat.
(3) Evaluasi muatan nasional dan muatan lokal
dilakukan oleh Pemerintah.

(4) Evaluasi muatan lokal dilakukan oleh pemerintah


daerah sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
(5) Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dilakukan oleh satuan pendidikan yang
berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.

(6) Evaluasi muatan nasional, muatan lokal, dan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat
dilakukan oleh masyarakat.

(7) Evaluasi Kurikulum sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) digunakan untuk penyempurnaan
Kurikulum.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi


Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Menteri.

21. Di antara .
- 33 -
21. Di antara ayat (3) dan ayat (4) Pasal 89 disisipkan
1 (satu) ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 89
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 89

(1) Pencapaian Kompetensi akhir Peserta Didik


dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau
sertifikat Kompetensi.

(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diterbitkan oleh satuan pendidikan dasar dan
menengah serta satuan pendidikan tinggi, sebagai
tanda bahwa Peserta Didik yang bersangkutan
telah lulus dari satuan pendidikan.

(3) Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,


Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya berisi:

a. Identitas Peserta Didik;


b. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang
bersangkutan telah lulus dari penilaian akhir
satuan pendidikan beserta daftar nilai mata
pelajaran yang ditempuhnya;
c. Pernyataan tentang status kelulusan Peserta
Didik dari Ujian Nasional beserta daftar nilai
mata pelajaran yang diujikan; dan
d. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang
bersangkutan telah memenuhi seluruh kriteria
dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.
(3a)Ijazah SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya berisi unsur
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
huruf b, dan huruf d.

(4) Pada . . .
- 34 -
(4) Pada jenjang pendidikan tinggi ijazah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya berisi:

a. Identitas Peserta Didik;


b. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang
bersangkutan telah memenuhi seluruh kriteria
dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.
(5) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi
mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi
yang diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa
Peserta Didik yang bersangkutan telah lulus uji
Kompetensi.

(6) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) sekurang-kurangnya berisi:

a. Identitas Peserta Didik;


b. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang
bersangkutan telah lulus uji Kompetensi
untuk semua mata pelajaran atau mata kuliah
keahlian yang dipersyaratkan dengan nilai
yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang
berlaku;
c. Daftar semua mata pelajaran atau mata kuliah
keahlian yang telah ditempuh uji
Kompetensinya oleh Peserta Didik, beserta
nilai akhirnya.

22. Ketentuan .
- 35 -
22. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal
94 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 94

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah


ini:

a. Dihapus
b. Satuan pendidikan dasar dan menengah wajib
menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.
c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 berlaku efektif
sepenuhnya 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya
Peraturan Pemerintah ini.
d. Dihapus
e. Dihapus

PASAL II

1. Ketentuan pengecualian Ujian Nasional SD/MI/SDLB


atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1a) berlaku sejak
tahun ajaran 2013/2014.

2. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Agar .
- 36 -
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 71

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

I. UMUM

Peningkatan mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia


hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014: ”menyebutkan
bahwa salah satu substansi inti program aksi bidang pendidikan adalah
penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan
hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia
untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan demikian
pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum
secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.

Standar Nasional Pendidikan, yang diatur dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal,
nasional, dan globalguna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan
Standar Penilaian; yang bersama-sama membangun kurikulum
pendidikan; penting dan mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide,
prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum dirasakan penting
untuk dikembangkan secara komprehensif dan diatur secara utuh pada
satu bagian tersendiri.

Mempertimbangkan . . .
-2-
Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dirasakan
penting untuk diadakan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah
mengenai Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2

Pasal 2

Cukup jelas.

Angka 3

Pasal 2A

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Pasal 5

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”lingkup materi” adalah batasan


kedalaman muatan yang dijabarkan ke dalam kurikulum
untuk setiap satuan pendidikan dan program pendidikan.

Ayat (2) .
-3-
Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 6

Pasal 5A

Cukup jelas.

Pasal 5B

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Pasal 19

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 20

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 22

Cukup jelas.

Angka 11 .
-4-
Angka 11

Pasal 25

Cukup jelas.

Angka 12

Pasal 43

Cukup jelas.

Angka 13

Pasal 64

Cukup jelas.

Angka 14

Pasal 65

Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 67

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 69

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 70

Cukup jelas.

Angka 18

Pasal 72

Cukup jelas.

Angka 19 . . .
-5-
Angka 19
Pasal 76
Cukup jelas.

Angka 20
Pasal 77A
Cukup jelas.
Pasal 77B
Cukup jelas.
Pasal 77C
Cukup jelas.
Pasal 77D
Cukup jelas.
Pasal 77E
Cukup jelas.
Pasal 77F
Cukup jelas.
Pasal 77G
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan nilai agama dan
moral” mencakup perwujudan suasana belajar untuk
tumbuh-kembangnya perilaku baik yang bersumber dari
nilai agama dan moralita dalam konteks bermain.
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan motorik”
mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya kematangan kinestetik dalam konteks
bermain.

Yang . . .
-6-
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan kognitif”
mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya kematangan proses berfikir dalam konteks
bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan bahasa”


mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan sosial-emosional”


mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya sikap dan keterampilan sosial dalam konteks
bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan seni” mencakup


perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya
apresiasi seni dalam konteks bermain.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 77H

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan Kompetensi


spiritual keagamaan” mencakup perwujudan suasana
belajar untuk meletakkan dasar perilaku baik yang
bersumber dari nilai-nilai agama dan moral dalam konteks
belajar dan berinteraksi sosial.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan sikap personal


dan sosial” mencakup perwujudan suasana untuk
meletakkan dasar kematangan sikap personal dan sosial
dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan pengetahuan”


mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar
kematangan proses berfikir dalam konteks belajar dan
berinteraksi sosial.

Yang . . .
-7-
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan keterampilan”
mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar
keterampilan dalam konteks belajar dan berinteraksi
sosial.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 77I

Ayat (1)

Huruf a

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk


Peserta Didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia termasuk budi pekerti.

Huruf b

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk


membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran
berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf c

Bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia,


bahasa daerah, dan bahasa asing dengan
pertimbangan:

1. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional;


2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu Peserta
Didik; dan

3. Bahasa . . .
-8-
3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang sangat
penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Huruf d

Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung,


ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk
mengembangkan logika dan kemampuan berpikir
Peserta Didik.

Huruf e

Bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain,


fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis Peserta Didik terhadap
lingkungan alam dan sekitarnya.

Huruf f

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain,


ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan
sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
Peserta Didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Huruf g

Bahan kajian seni dan budaya dimaksudkan untuk


membentuk karakter Peserta Didik menjadi manusia
yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.
Bahan kajian seni mencakup menulis,
menggambar/melukis, menyanyi, dan menari yang
difokuskan pada seni budaya.

Huruf h .
-9-
Huruf h

Bahan kajian pendidikan jasmani dan olah raga


dimaksudkan untuk membentuk karakter Peserta
Didik agar sehat jasmani dan rohani, dan
menumbuhkan rasa sportivitas.

Huruf i

Bahan kajian keterampilan dimaksudkan untuk


membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki keterampilan atau prakarya.

Huruf j

Bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk


membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah
tempat tinggalnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 77J

Ayat (1)

Huruf a

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk


Peserta Didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia termasuk budi pekerti.

Huruf b .
- 10 -
Huruf b

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk


membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran
berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf c

Bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia,


bahasa daerah, dan bahasa asing dengan
pertimbangan:

1. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional;


2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu Peserta
Didik; dan
3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang sangat
penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Huruf d

Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung,


ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk
mengembangkan logika dan kemampuan berpikir
Peserta Didik.

Huruf e

Bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain,


fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis Peserta Didik terhadap
lingkungan alam dan sekitarnya.

Huruf f . . .
- 11 -
Huruf f

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain,


ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan
sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
Peserta Didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Huruf g

Bahan kajian seni dan budaya dimaksudkan untuk


membentuk karakter Peserta Didik menjadi manusia
yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.
Bahan kajian seni mencakup menulis,
menggambar/melukis, menyanyi, dan menari yang
difokuskan pada seni budaya.

Huruf h

Bahan kajian pendidikan jasmani dan olah raga


dimaksudkan untuk membentuk karakter Peserta
Didik agar sehat jasmani dan rohani, dan
menumbuhkan rasa sportivitas.

Huruf i

Bahan kajian keterampilan dimaksudkan untuk


membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki keterampilan atau prakarya.
Huruf j

Bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk


membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah
tempat tinggalnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 77K . . .
- 12 -
Pasal 77K
Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk


Peserta Didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia termasuk budi pekerti.

Huruf b

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk


membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran
berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf c

Bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia,


bahasa daerah, dan bahasa asing dengan
pertimbangan:

1. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional;


2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu Peserta
Didik; dan
3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang sangat
penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Huruf d .
- 13 -
Huruf d

Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung,


ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk
mengembangkan logika dan kemampuan berpikir
Peserta Didik.

Huruf e

Bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain,


fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis Peserta Didik terhadap
lingkungan alam dan sekitarnya.

Huruf f

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain,


ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan
sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
Peserta Didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Huruf g

Bahan kajian seni dan budaya dimaksudkan untuk


membentuk karakter Peserta Didik menjadi manusia
yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.
Bahan kajian seni mencakup menulis,
menggambar/melukis, menyanyi, dan menari yang
difokuskan pada seni budaya.

Huruf h

Bahan kajian pendidikan jasmani dan olah raga


dimaksudkan untuk membentuk karakter Peserta
Didik agar sehat jasmani dan rohani, dan
menumbuhkan rasa sportivitas.

Huruf i .
- 14 -
Huruf i

Bahan kajian keterampilan dimaksudkan untuk


membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang
memiliki keterampilan atau prakarya.

Huruf j

Bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk


membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah
tempat tinggalnya.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 77L

Cukup jelas.

Pasal 77M

Cukup jelas.

Pasal 77N

Cukup jelas.

Pasal 77O

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) .
- 15 -
Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “dokumen kurikulum setiap


satuan pendidikan atau program pendidikan”
berisikan kerangka dasar kurikulum, struktur
kurikulum, beban belajar, dan alokasi waktu.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “dokumen kurikulum setiap


mata pelajaran” berisikan karakteristik mata
pe;lajaran, Kompetensi inti dan Kompetensi dasar,
serta silabus.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pedoman implementasi


kurikulum” berisikan pedoman penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pedoman
pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
pedoman umum pembelajaran, pedoman
Pengembangan muatan lokal, pedoman kegiatan
ekstrakurikuler, dan pedoman evaluasi kurikulum.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 77P

Cukup jelas.

Pasal 77Q .
- 16 -
Pasal 77Q

Cukup jelas.

Angka 21

Pasal 89

Cukup jelas.

Angka 22

Pasal 94

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5410


PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2006

TENTANG

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 27 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementrian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun
2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
2

Memperhatikan : Surat Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor


0141/BSNP/III/2006 tanggal 13 Maret 2006, Nomor
0212/BSNP/V/2006 tanggal 2 Mei, dan Nomor
0225/BSNP/V/2006 tanggal 10 Mei 2006;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG


STANDAR KOMPETENSI LULUSAN UNTUK SATUAN
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1

(1) Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada


tanggal 23 Mei 2003

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD.

BAMBANG SUDIBYO

Biro Hukum dan Organisasi 2006


SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Ketentuan Pasal 5 ayat (4)


Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar
Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
2

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG STANDAR ISI SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.

Pasal 1
(1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi terdiri dari Tingkat
Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan ketrampilan.
(3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata
pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi
dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada
SMK/MAK setiap program keahlian diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah.
(5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang
lingkup materi pada setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
(6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi
Inti untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
(7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti
Sikap Spiritual sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(6) pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budipekerti disusun secara jelas.
3

(8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti


Sikap Soial sebagaimana dimaksud pada ayat (6) pada
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan disusun secara jelas.
(9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan
Pendidikan Dasar dan Satuan Pendidikan Menengah wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 3
(tiga) tahun untuk semua tingkat kelas.

Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
4

Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni
2016

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni
2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 954

Salinan sesuai dengan aslinya,


plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,

TTD.

Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31


ayat (3) mengamanatkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang. Atas dasar amanah tersebut telah diterbitkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 2), berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Pasal 3).
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, di antaranya
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang

1
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan,
yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah
ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan
Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong Generasi Emas
Indonesia Tahun 2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang
berbasis pada Kompetensi Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi
Indonesia menjadi Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus
memperkuat kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia.
Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang harus
dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis
pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata
pelajaran.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam
domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang
lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang
dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian, kecukupan,
keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik
kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga
kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap
dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-
aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik
kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya mempengaruhi
Standar Isi.

2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang
berjenjang.

3
BAB II
TINGKAT
KOMPETENSI

Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah


ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan
kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi Tingkat Kompetensi Pendidikan
Dasar dan Tingkat Kompetensi Pendidikan Menengah. Tingkat Kompetensi
menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan
yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat
generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan
dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat
perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)
Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga
memperhatikan tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan
pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan. Untuk menjamin
keberlanjutan antar jenjang, Tingkat Kompetensi dimulai dari Tingkat
Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini. Berdasarkan pertimbangan di atas,
Tingkat Kompetensi dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat Kompetensi dan Jenjang Pendidikan

Tingkat
No Jenjang Pendidikan
Kompetensi
1. Tingkat TK/RA
Pendidikan Anak (Catatan: Standar Isi TK/RA diatur secara
2. Tingkat SD/MI/SDLB/Paket A
3. Pendidikan Dasar SMP/MTS/SMPLB/Paket B
4. Tingkat
Pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C
Menengah

4
Keterangan:
SDLB, SMPLB, dan SMALB yang dimaksud hanya diperuntukkan bagi tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Bloom Taxonomy yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang
dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai
rujukan pada Standar Kompetensi Lulusan. Bloom Taxonomy mengkategorikan
capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang
terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan
penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan
penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi
faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya
dimulai sejak Tingkat Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan Menengah.
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali
dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003
digunakan sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk
aspek pengetahuan. Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh
peserta didik untuk menguasai suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural,
uni-struktural, multi-struktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Kelima
tahap ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu surface knowledge,
deep knowledge dan conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk
Sekolah Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar
untuk Sekolah Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge
diperoleh pada Tingkat Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah
Atas. Walaupun demikian, untuk jenis pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini
dapat dicapai dalam satu jenjang pendidikan atau dalam satu tingkat kelas.
Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat
generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan
Kompetensi dan ruang lingkup materi yang bersifat spesifik untuk setiap mata
pelajaran. Secara hirarkis, Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai
acuan untuk menetapkan Kompetensi yang bersifat generik pada tiap Tingkat
Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini kemudian digunakan untuk
menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata pelajaran.
Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk
menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan
dan jenjang pendidikan.

5
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual
dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya
keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek
spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Penjabaran Tingkat Kompetensi lebih lanjut pada
setiap jenjang pendidikan sesuai pencapaiannya pada tiap kelas akan
dilakukan oleh Pihak Pengembang Kurikulum. Tingkat Kompetensi yang
berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks
intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta
penilaian.

Uraian revisi Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi disajikan dalam
tabel berikut.

1. Tingkat Pendidikan Dasar


(Tingkat Kelas I-VI SD/MI/SDLB/PAKET A)

KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangga, dan negara.

6
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar
dengan cara :
a. mengamati,
b. menanya, dan
c. mencoba
Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah, dan tempat bermain.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan
bertindak:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.

7
(Tingkat Kelas VII-IX SMP/MTs/SMPLB/PAKET B)

KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menghargai dan menghayati perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
Pengetahuan 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang:
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif,

8
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang teori.

2. Tingkat Pendidikan Menengah


(Kelas X-XII SMA/MA/SMALB/PAKET C)

KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai),
e. bertanggung jawab,
f. responsif, dan
g. pro-aktif,
Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya, dan

9
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
e. humaniora
Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.

1
(Kelas X- XII SMK/MAK)

KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan
pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian
secara berkesinambungan serta menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi pengetahuanfaktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian pada bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,

1
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.

1
BAB III
TINGKAT KOMPETENSI DAN RUANG LINGKUP MATERI

A. Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi pada SD/MI/SDLB/


PAKET A, SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.
Tingkat Kompetensi dan ruang lingkup materi diterapkan untuk setiap
muatan sebagaimana diatur dalam Pasal 77I ayat (1), Pasal 77C ayat (1),
dan Pasal 77K ayat (2), ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai
berikut.

1. Muatan Pendidikan Agama


1.1. Muatan Pendidikan Agama Islam pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat Pendidikan - Meyakini adanya Alquran
Dasar (Kelas I-VI) Allah SWT dan - Huruf-huruf
mensyukuri karunia hijaiyyah
dan pemberian bersambung
Allah SWT. ataupun tidak,
- Memiliki sikap sesuai dengan harakatnya
dengan akhlakul secara lengkap
karimah (akhlak sesuai dengan
mulia) dan budi makharijul huruf.
pekerti serta - Surah-surah pendek
perilaku hidup sehat. pilihan di dalam
- Mengetahui keesaan Alquran Q.S. Al-
Allah SWT Fatihah dan Q.S. Al-
berdasarkan Ikhlas.
pengamatan - Pesan dan makna
terhadap dirinya dan yang terkandung di

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
makhluk ciptaan-Nya dalam Alquran
yang dijumpai di surat-surat pendek
sekitar rumah dan Q.S. Al- Fatihah dan
sekolah. Q.S. Al-Ikhlas.
- Mengenal pesan-
pesan yang Aqidah
terkandung dalam - Asmaul Husna.
surah pendek - Kalimat syahadat.
Alquran, rukun Islam - Keesaan Allah SWT
yang pertama dan Akhlak dan Budi
doa sehari-hari. Pekerti.
- Mengenal dan - Doa belajar dan
mempraktikkan tata makan.
cara bersuci, shalat - Perilaku hormat dan
dan kegiatan agama patuh kepada
yang dianutnya di orangtua dan guru.
sekitar rumahnya - Perilaku saling
melalui pengamatan menghormati antar
sesuai dengan sesama anggota
ketentuan agama keluarga.
Islam. - Perilaku jujur.
- Mengenal dan - Perilaku disiplin.
menceritakan kisah - Perilaku bertanggung
keteladanan nabi. jawab.
- Mengenal hadis yang - Perilaku percaya diri
terkait dengan - Perilaku kasih
anjuran menuntut sayang kepada
ilmu serta perilaku sesame.
hidup bersih dan - Sikap kerja sama
sehat. dan saling tolong
- Memahami dan menolong.
mencontoh perilaku - Perilaku menuntut
yang sesuai dengan ilmu.
akhlakul karimah - Perilaku hidup

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
(akhlak mulia) dan bersih dan sehat.
budi pekerti.
- Mengetahui dan Fiqih
melafalkan huruf- - Tata cara bersuci.
huruf hijaiyyah dan - Tata cara shalat dan
hafalan surah dan bacaannya.
ayat pilihan dalam - Tata cara Wudhu
Alquran, dan Asmaul dan doanya.
Husna. - Kegiatan agama yang
- Melafalkan dan dianutnya.
mempraktikkan dua - Sejarah Peradaban
kalimat syahadat Islam.
serta doa sehari-hari - Kisah keteladanan
dengan benar dan para nabi dan rasul.
jelas. - Kisah keteladanan
- Meyakini dan Nabi Muhammad
mengetahui adanya saw.
Allah SWT, malaikat-
malaikat, dan Rasul- Alquran
Rasul Allah SWT. - Bacaan Alquran
- Menunaikan ibadah surat dan ayat
shalat secara tertib pilihan (Q.S. An-
serta zikir dan doa Nashr, Al-
setelah selesai shalat. Kautsar,
- Menerapkan Q.S. Al Falaq, Al-
ketentuan syariat Ma‘un dan Al-Fil).
Islam dalam bersuci - Kalimat dalam
dan berperilaku. Alquran surah
- Memiliki dan pendek pilihan.
memahami sikap - Alquran surah
sesuai dengan pendek pilihan.
akhlakul karimah - Kandungan dan
yang tercermin dari makna Alquran
perilaku kehidupan surah pendek
pilihan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sehari-hari.
- Mengerti makna Aqidah
iman kepada - Keesaan dan
malaikat-malaikat Keberadaan Allah
Allah berdasarkan SWT.
pengamatan - Asmaul Husna (Al-
terhadap dirinya dan Wahhab, Al-‘Alim,
alam sekitar. As-Sami‘,Al-Bashir,
- Mengetahui hadis Al-‘Adil, Al-‘Azhim)
yang terkait dengan dan maknanya.
perilaku mandiri, - Keimanan kepada
percaya diri, dan Malaikat Allah SWT.
tanggung jawab.
- Mengetahui hikmah Akhlak dan Budi Pekerti
ibadah shalat, zikir - Sikap disiplin dan
dan doa setelah tertib.
shalat melalui - Sikap rasa ingin
pengamatan dan tahu, sabar, dan rela
pengalaman di berkorban.
rumah dan sekolah. - Sikap kerja keras,
- Mengetahui dan menghindari
menceritakan kisah perilaku tercela,
keteladanan nabi dan sikap gemar
wali songo. membaca.
- Membaca dan - Sikap pantang
mengetahui makna menyerah.
Asmaul Husna dan - Sikap amanah.
hafalan surat dan - Perilaku jujur.
ayat pilihan dengan - Perilaku mandiri,
benar. percaya diri,dan
- Mencontohkan tanggung jawab.
perilaku sesuai - Perilaku tawaduk,
dengan akhlakul ikhlas, dan mohon
karimah. pertolongan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mempraktikkan tata - Peduli terhadap
cara shalat, zikir dan sesama.
doa setelah shalat - Sikap bersyukur.
secara benar dan tata - Sikap santun dan
cara bersuci sesuai menghargai teman.
ketentuan syariat - Sikap rendah hati.
Islam dan - Perilaku hemat.
menceritakan
pengalaman
pelaksanaan ibadah Fiqih
shalat di rumah, - Bersuci dari
masjid dan sekolah. hadas kecil dan
- Meyakini Alquran hadas besar.
sebagai kitab suci - Ibadah
terakhir dan shalat,
menjadikannya makna, tata
sebagai pedoman cara,
hidup. pelaksanaan,
- Memahami dan dan
mengetahui makna hikmahnya.
Rukun Iman. - Zikir dan doa
- Menunaikan ibadah setelah shalat,
wajib dan sunnah di makna dan tata
bulan Ramadhan, caranya.
dan berzakat, infak,
dan sedekah. Sejarah Peradaban
- Memiliki dan Islam
mencontohkan sikap - Kisah keteladanan
sesuai dengan para nabi dan rasul.
akhlakul karimah - Kisah Keteladanan
yang mencerminkan Nabi Muhammad
rukun iman. saw.
- Mengenal nama- - Kisah keteladanan
nama Rasul Allah Wali Songo.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan Rasul Ulul Azmi. Alquran
- Mengetahui makna - Bacaan Alquran
Asmaul Husna, Q.S. Al-Ma’un dan
surat, dan ayat Q.S. At-Tin, Q.S.
pilihan dengan benar Al-Kafirun dan Al-
serta menuliskannya Maidah (5): 2.
dengan baik dan - Kalimat-kalimat
benar. dalam Alquran
- Memahami hikmah surah pendek
ibadah wajib dan pilihan.
sunnah di bulan - Arti dan makna
Ramadhan, beriman Alquran surah
kepada Hari Akhir, pendek pilihan.
zakat, infak, dan - Perilaku yang
sedekah, beriman mencerminkan
kepada Qadha dan pemahaman
Qadar yang dapat terhadap
membentukperilaku kandungan ayat
akhlak mulia. Alquran atau surah
- Mengetahui dan pilihan.
menceritakan kisah
keteladanan nabi, Aqidah
Keluarga Luqman, - Kitab-kitab Suci
sahabat-sahabat dan rasul yang
Nabi Muhammad menerimanya.
SAW, Ashabul Kahfi - Alquran sebagai
sebagaimana kitab suci terakhir
terdapat dalam dan pedoman
Alquran. hidup.
- Menunjukkan contoh - Asmaul Husna: Al-
Qadha dan Qadar Mumit, Al- Hayy,
dalam kehidupan Al-Qayum, Al-
sehari- hari sebagai Ahad, Ash-
implementasi dari Shamad, Al-

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pemahaman rukun Muqtadir, Al-
Iman. Muqadim, al-Baq.
- Hari Akhir, hikmah
dan perilaku yang
mencerminkan
iman kepadanya.
- Qadha dan Qadar,
hikmah dan
Perilaku yang
mencerminkan
iman kepada
Qadha dan Qadar.

Akhlak dan Budi Pekerti


- Sikap jujur.
- Perilaku hormat dan
patuh kepada
orangtua, guru, dan
sesama anggota
keluarga.
- Sikap saling
mengingatkan dalam
kebajikan
- Sikap menghargai
pendapat.
- Sikap sederhana.
- Sikap ikhlas.
- Sikap berbaik
sangka kepada
sesama.
- Perilaku hidup
rukun
- Sikap tabligh.
- Sikap sabar dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pengendalian diri.
- Sikap toleran dan
simpatik terhadap
sesama.
- Sikap fathanah.
- Sikap suka
menolong.
- Sikap berserah diri
kepada Allah SWT.

Fiqih
- Puasa
Ramadhan,
makna dan
hikmahnya.
- Shalat tarawih
dan tadarus.
- Zakat, infak,
sedekah, makna
dan hikmahnya.

Sejarah peradaban
Islam
- Kisah
Keteladanan para
nabi dan rasul.
- Kisah
keteladanan Nabi
Muhammad saw.
- Kisah
keteladanan
sahabat- sahabat
Nabi Muhammad
saw.

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Kisah
keteladanan
Luqman.
- Kisah
keteladanan
Ashabul Kahfi.
Tingkat - Menghayati dan Alquran dan Hadis
Pendidikan Dasar memahami
(Kelas VII-IX) kandungan ayat-ayat Ayat-ayat Alquran
Alquran pilihan dan pilihan dan hadis
hadis yang terkait. terkait
- Memahami dan - Bacaan ayat-ayat
mencontohkan sikap- Alquran pilihan Q.S.
sikap terpuji yang Al- Mujadilah (58):
berkaitan dengan 11 dan Q.S. Ar-
akhlakul karimah. Rahman (55): 33,
- Meneladani dan Q.S. An-Nisa (4): 8,
memahami Q.S.An-Nisa (4):146,
perjuangan Nabi Q.S. Al-Baqarah
Muhammad saw. (2):153, dan Q.S. Ali
periode Mekah dan Imran (3):134, Q.S.
Madinah, sikap Al-Anfal (8): 27, Q.S.
terpuji Al-Ahqaf (46): 13,
khulafaurrasyidin, Q.S. Al-Furqan
semangat ilmuwan (25):63; Q.S. Al
muslim dalam Isra’(17): 27; Q.S. An
menumbuhkembangk Nahl (16):114; Q.S.
an ilmu pengetahuan Al-Maidah (5): 90-91
dalam kehidupan dan 32.
sehari-hari. - Hafalan ayat-ayat
- Memahami makna Alquran pilihan.
rukun iman, Asmaul- - Kandungan ayat-
Husna dan surat dan ayat Alquran pilihan
ayat pilihan serta dan hadis terkait.

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
hadis terkait. - Perilaku yang
- Memahami hikmah mencerminkan
puasa wajib dan pemahaman
sunnah, penetapan terhadap ayat-ayat
makanan dan Alquran pilihan dan
minuman yang halal hadis terkait.
dan haram
berdasarkan Alquran Aqidah
dan Hadis. - Allah SWT.
- Membaca dan - Asmaul Husna: : Al-
Menunjukkan ’Alim, al- Khabir, as-
hafalan surah dan Sami’, dan al-Bashir.
ayat pilihan serta - Malaikat Allah SWT.
hadis terkait dengan - Kitab suci Alquran.
tartil dan lancar. - Nabi Muhammad
- Mencontohkan saw.
perilaku sesuai - Rasul Allah SWT.
dengan akhlakul - Dalil-dalil tentang
karimah. keimanan.
- Memahami dan - Perilaku yang
Mempraktikkan tata mencerminkan
cara bersuci, shalat keimanan.
wajib dan shalat
sunnah, shalat jamak Akhlak dan Budi Pekerti
dan qashar, shalat - Amanah dan
berjamaah dan perilaku yang
munfarid, sujud mencerminkan sifat
syukur, sujud sahwi, amanah.
dan sujud tilawah. - Istiqamah dan
- Merekonstruksi perilaku yang
sejarah pertumbuhan mencerminkan sifat
ilmu pengetahuan istiqamah.
sampai masa - Perilaku rendah hati
Umayyah dan masa dan hemat.

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Abbasiyah untuk - Gemar beramal dan
kehidupan sehari- berbaik sangka.
hari. - Sikap sabar,
ikhlas dan
pemaaf.
- Jujur dan perilaku
yang mencerminkan
sifat jujur.
- Hormat dan patuh
kepada orangtua dan
guru serta perilaku
yang mencerminkan
sifat hormat dan
patuh.
- Empati dan perilaku
yang mencerminkan
sifat empati.

Fiqih
- Bersuci dari hadas
kecil dan hadas
besar.
- Shalat wajib dan
shalat sunnah,
shalat berjamaah,
shalat munfarid.
- Shalat Jumat.
- Shalat jamak
dan shalat qasar.
- Sujud syukur, sujud
sahwi, sujud tilawah.

Sejarah Peradaban
Islam
- Dakwah Rasulullah

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
saw Periode Mekah
dan Madinah.
- Sikap dan perilaku
terpuji
khulafaurrasyidin.
- Pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada
masa Umayyah dan
Abbasiyah.
- Semangat ilmuwan
muslim dalam
menumbuh
kembangkan ilmu
pengetahuan dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Menghayati dan Alquran dan Hadis
memahami surat dan - Ayat-ayat Alquran
ayat Alquran pilihan pilihan dan hadis
dan hadis terkait. terkait Q.S. Az-
- Meyakini dan Zumar (39): 53; Q.S.
memahami rukun An-Najm (53): 39-
iman berdasarkan 42,dan Q.S. Ali
pengamatan Imran (3): 159 dan
terhadap dirinya, QS. Al Hujurat (49) :
alam sekitar dan 13.
makhluk - Bacaan ayat-ayat
ciptaan-Nya. Alquran pilihan.
- Memahami hikmah - Hafalan ayat-ayat
dan menerapkan Alquran pilihan.
ketentuan syariat - Kandungan ayat-
Islam dalam ayat Alquran pilihan
pelaksanaan dan hadis terkait.
penyembelihan - Perilaku yang
hewan, ibadah

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
qurban dan aqiqah. mencerminkan
- Menghargai perilaku pemahaman
sesuai dengan terhadap ayat-ayat
akhlakul karimah. Alquran pilihan dan
- Membaca dan hadis terkait.
menunjukkan
hafalan surat dan Aqidah
ayat Alquran pilihan - Hari Akhir, makna
sesuai dengan kaidah beriman kepada Hari
tajwid dan makhrajul Akhir, dan sikap
huruf. mawas diri sebagai
- Mencontohkan cermin beriman
perilaku yang kepada Hari akhir.
mencerminkan - Qadha dan Qadar,
akhlakul karimah. makna beriman
- Memahami ketentuan kepada Qadha dan
haji dan umrah, dan Qadar serta sikap
mempraktikkan tawakal sebagai
manasik haji, ibadah cermin beriman
qurban dan aqiqah. kepada Qadha dan
- Melakukan Qadar.
rekonstruksi sejarah
perkembangan dan Akhlak dan Budi Pekerti
tradisi Islam di - Jujur dan perilaku
Nusantara. yangmencerminkan
sifat jujur.
- Sikap optimis,
ikhtiar dan tawakal.
- Perilaku toleran
dan menghargai
perbedaan.
- Sikap mawas diri.
- Hormat dan patuh
kepada orangtua dan

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
guru serta perilaku
yang mencerminkan
sifat hormat dan
patuh.
- Tata krama, sopan-
santun, dan rasa
malu serta perilaku
yang mencerminkan
sifat-sifat tersebut.

Fiqih
- Penyembelihan
hewan.
- Ibadah Qurban dan
aqiqah serta
hikmahnya.
- Sikap empati, peduli,
dan gemar menolong
kaum dhuafa sebagai
implementasi dari
pemahaman makna
ibadah qurban dan
aqiqah.
- Haji dan umrah.

Sejarah Peradaban
Islam
- Perkembangan
Islam di Nusantara.
- Tradisi Islam
Nusantara.
Tingkat - Menghayati nilai- Alquran dan Hadis
Pendidikan nilai rukun iman. - Ayat-ayat Alquran
Menengah - Meyakini kebenaran pilihan dan hadis

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
(Kelas X- dan berpegang teguh terkait: Q.S. Al Anfal
XII) kepada Alquran, (8) : 72); Q.S. Al-
Hadis, dan Ijtihad Hujurat (49) : 12;
sebagai pedoman dan QS Al-Hujurat
hidup dan hukum (49) : 10; Q.S. Al-Isra’
Islam. (17) : 32, dan Q.S. An
- Berpakaian sesuai Nur (24) : 2, Q.S. Al-
dengan ketentuan Maidah (5) : 48; Q.S.
syariat Islam dalam Az-Zumar (39) : dan
kehidupan sehari- Q.S. At-Taubah (9) :
hari. 105, Q.S. Yunus (10)
- Memahami dan : 40-41 dan Q.S. Al-
menerapkan Maidah (5) : 32.
ketentuan syariat - Bacaan ayat-ayat
Islam dalam Alquran pilihan.
penyelenggaraan - Hafalan ayat-ayat
jenazah, khotbah, Alquran pilihan.
tabligh, dan dakwah - Kandungan ayat-ayat
di masyarakat. Alquran pilihan dan
- Memahami manfaat hadis terkait.
dan menunjukkan - Perilaku yang
perilaku sesuai mencerminkan
dengan akhlakul pemahaman
karimah yang terhadap ayat-ayat
mencerminkan Alquran pilihan dan
kesadaran beriman. hadis terkait.
- Menganalisis dan
memahami makna Aqidah
Asmaul Husna, - Iman kepada
rukun iman, surah malaikat-malaikat
dan ayat pilihan Allah SWT.
serta hadis yang - Asmaul Husna: al-
terkait. Kariim, al- Mu’min,
- Memahami dan al-Wakiil, al-Matiin,

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menelaah substansi al- Jaami’, al-‘Adl,
dan strategi dakwah dan al-Akhiir.
Rasulullah saw. di - Iman kepada kitab-
Mekah dan di kitab Allah SWT.
Madinah dan - Iman kepada rasul-
perkembangan Islam rasul Allah SWT.
pada masa kejayaan
dan masa modern Akhlak dan Budi Pekerti
(1800-sekarang). - Berpakaian Islami
- Menelaah dan - Jujur dan perilaku
mempresentasikan yang mencerminkan
prinsip-prinsip, sifat jujur.
praktik ekonomi - Hormat dan patuh
dalam Islam. kepada orangtua dan
- Membaca dan guru serta perilaku
mendemonstrasikan yang mencerminkan
hapalan surah dan sifat hormat dan
ayat pilihan sesuai patuh.
dengan kaidah tajwid - Perilaku kontrol diri
dan makhrajul huruf (mujahadah an nafs),
dengan lancar. prasangka baik
- Meneladani dan (husnuzzhan),
menceritakan tokoh- persaudaraan
tokoh teladan dalam (ukhuwah).
semangat mencari - Perilaku menghindari
ilmu. diri dari pergaulan
- Menyajikan dalil bebas dan perbuatan
tentang ketentuan zina.
dan pengelolaan - Semangat menuntut
wakaf. ilmu, menerapkan
- Mendeskripsikan dan
bahaya perilaku menyampaikannya
tindak kekerasan kepada sesama.
dalam kehidupan. - Sikap luhur budi,

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kokoh pendirian,
pemberi rasa aman,
tawakal dan perilaku
adil.
- Sikap tangguh dan
menegakkan
kebenaran.

Fiqih
- Kebenaran hukum
Islam.
- Sumber hukum
Islam.
- Taat kepada hukum
Islam.
- Berpakaian sesuai
dengan ketentuan
syariat Islam dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Ketentuan dan
pengelolaan
wakaf.
- Ketentuan
penyelenggaraan
jenazah.
- Ketentuan
pelaksanaan
khotbah, tabligh dan
dakwah di
masyarakat.
- Prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi
dalam Islam.
- Sejarah Peradaban

2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Islam.
- Substansi dan
strategi dakwah
Rasulullah saw. di
Mekah dan Madinah.
- Sikap tangguh dan
semangat
menegakkan
kebenaran.
- Sikap semangat
ukhuwwah
Islamiyah.
- Perkembangan
peradaban Islam
pada masa kejayaan
dan masa modern
(1800- sekarang).
- Sikap semangat
menumbuhkembang
kan ilmu
pengetahuan dan
kerja keras.
- Perilaku kreatif,
inovatif, dan
produktif.
- Menghayati dan Alquran dan Hadis
memahami makna - Ayat-ayat
nilai-nilai keimanan Alquran pilihan
dari rukun iman. dan hadis terkait.
- Menerapkan - Bacaan ayat-ayat
ketentuan syariat Alquran pilihan: Q.S.
Islam dalam Ali Imran (3): 190-
kehidupan sehari- 191, dan Q.S. Ali
hari. Imran (3): 159, Q.S.

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menunjukkan Luqman (31): 13-14
perilaku akhlakul dan Q.S. Al-Baqarah
karimah yang (2): 83.
mencerminkan - Hafalan ayat-ayat
kesadaran beriman Alquran pilihan.
kepada Hari Akhir - Kandungan ayat-ayat
dan kepada Qadha Alquran pilihan dan
dan Qadar Allah hadis terkait.
SWT. - Perilaku yang
- Menganalisis surah mencerminkan
dan ayat pilihan pemahaman
dan hadis terkait. terhadap ayat-ayat
- Memahami dan Alquran pilihan dan
menyajikan hikmah hadis terkait.
dan manfaat saling
menasihati dan Aqidah
berbuat baik - Nilai-nilai iman
(ihsan) dalam kepada Hari Akhir
kehidupan. dan perilaku yang
- Memahami mencerminkan iman
ketentuan dan kepada Hari Akhir.
memperagakan tata - Nilai-nilai iman
cara pernikahan kepada Qadha dan
dalam Islam, hak Qadar serta perilaku
dan kedudukan yang mencerminkan
wanita dalam iman kepada Qadha
keluarga, dan Qadar.
pembagian waris
berdasarkan Akhlak dan Budi Pekerti
hukum Islam. - Jujur dan perilaku
- Membaca dan yang mencerminkan
mendemonstrasikan sifat jujur.
surah dan ayat - Hormat dan patuh
pilihan sesuai kepada orangtua dan
dengan kaidah

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tajwid, makhrajul guru serta perilaku
huruf, dan dengan yang mencerminkan
tartil dan lancar. sifat hormat dan
- Menganalisis dan patuh.
mendeskripsikan - Hikmah dan manfaat
strategi dakwah dan saling menasehati
perkembangan dan berbuat baik
Islam di Indonesia, (ihsan).
dan faktor-faktor - Perilaku kompetitif
kemajuan dan dalam kebaikan dan
kemunduran kerja keras.
peradaban Islam di - Sikap toleran, rukun
dunia. dan menghindarkan
diri dari tindak
kekerasan.
- Perilaku kreatif,
inovatif, dan
produktif.

Fiqih
- Ketentuan syariat
Islam dalam
melaksanakan
pernikahan dan
perawatan jenazah.
- Prinsip dan praktik
ekonomi Islam.
- Hak dan kedudukan
wanita dalam
keluarga.
- Ketentuan syariat
Islam dalam
melakukan
pembagian harta

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
warisan.
- Khotbah, tabligh dan
dakwah.

Sejarah Peradaban
Islam
- Sikap semangat
melakukan
penelitian di bidang
ilmu pengetahuan
sebagai implementasi
dari pemahaman dan
perkembangan Islam
di dunia.
- Strategi dakwah dan
perkembangan Islam
di Indonesia.
- Faktor-faktor
kemajuan dan
kemunduran
peradaban Islam di
dunia.

1.2. Muatan Pendidikan Agama Kristen pada SD/SDLB/PAKET A,


SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami Allah Allah Tritunggal dan
Pendidikan Dasar adalah pencipta serta karya-Nya
(Kelas I-VI) manusia dan alam - Allah pencipta
adalah ciptaan Allah. manusia dan
- Membiasakan diri alam.
menghormati orang - Allah mengasihiku.
- Allah memeliharaku

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
yang lebih tua serta melalui keluarga.
menjaga kerukunan - Keluarga sebagai
dalam kaitannya pemberian Allah.
dengan nilai-nilai - Kegunaan anggota
kristiani. tubuh ciptaan Allah.

Nilai-nilai kristiani
- Aku merawat
tubuhku.
- Hidup rukun di
sekolah dan rumah.
- Menghormati
orangtua dan orang
yang lebih tua.
- Mengasihi keluarga
dan teman.
- Melakukan tanggung
jawab di rumah dan
di sekolah.
- Meyakini kehadiran Allah Tritunggal dan
Allah dan karya-Nya
kekuasaan-Nya - Allah Maha Kuasa.
dalam berbagai - Kehadiran Allah
fenomena kehidupan. melalui iklim dan
- Menunjukkan gejala alam.
berbagai perilaku - Kehadiran Allah
yang menunjukkan melalui keberagaman
nilai-nilai kristiani flora dan fauna.
dalam kaitannya - Kehadiran Allah
dengan kehadiran melalui
dan kekuasaan Allah. kepelbagaian:
budaya, suku, agama
dan bangsa.
- Menggantungkan

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
hidup pada
kekuasaan Allah
- Manusia makhluk
terbatas.

Nilai-nilai kristiani
- Mengasihi dan
toleran terhadap
sesama tanpa
memandang
perbedaan.
- Menolong orang
yang menderita.
- Tanggung jawab
memelihara flora
dan fauna yang
ada di sekitarnya.
- Jujur mengakui
keterbatasannya
sebagai manusia
sebagai wujud
hidup orang
beriman.
- Disiplin dan
bertanggung
jawab.
- Menjelaskan Allah Tritunggal dan
manusia berdosa karya-Nya
diselamatkan Allah - Allah penyelamat
melalui Yesus manusia.
Kristus. - Peran Roh Kudus
- Membiasakan diri dalam pertobatan.
menyembah Allah - Allah adalah Tuhan
baik dalam ibadah yang patut

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
formal maupun disembah.
dalam sikap hidup - Membina hubungan
yang berdasarkan yang akrab dengan
nilai-nilai kristiani. Allah.
- Allah berkuasa
melalui berbagai
peristiwa alam
- Hidup bergantung
pada kuasa Allah.

Nilai-nilai kristiani
- Makna hidup baru
bagi orang yang
telah diselamatkan
- Ibadah sebagai
.bentuk ketaatan
pada Allah.
- Melayani sesama
sebagai wujud
ibadah.
- Menghormati sesama
sebagai wujud
ibadah.
Tingkat - Menjelaskan Allah Allah Tritunggal dan
Pendidikan Dasar sebagai penyelamat. karya-Nya
(Kelas VII-IX) - Mempraktikkan - Allah terus berkarya.
kehidupan beriman - Allah mengampuni
dan berpengharapan dan menyelamatkan
dalam kaitannya manusia melalui
dengan Allah Yesus Kristus.
Tritunggal. - Peran Roh Kudus
- Mendemonstrasika dalam hidup orang
perilaku yang beriman.
menunjukkan nilai-

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
nilai kristiani. Nilai-Nilai Kristiani
- Solidaritas sosial.
- Hidup bersyukur.
- Iman dan
pengharapan.
- Menjelaskan karya Allah Tritunggal dan
Allah Tritunggal karya-Nya
melalui gereja. - Gereja dan
- Mempraktikkan masyarakat.
peran sebagai - Gereja yang
anggota gereja bertumbuh.
dan masyarakat - Gereja membawa.
sesuai dengan perubahan baru.
nilai-nilai
kristiani. Nilai-Nilai Kristiani
- Membangun
toleransi mengacu
pada teladan
Yesus.
- Gereja yang
melayani.
- Tanggung jawab
sosial orang
Kristen.
Tingkat - Menjelaskan Allah Allah Tritunggal dan
Pendidikan sebagai pembaharu karya-Nya
Menengah (Kelas melalui Roh Kudus. - Allah sebagai
X-XII) - Menerapkan nilai- pembaharu
nilai kristiani dalam kehidupan melalui
kehidupan moderen. Roh Kudus.
- Menganalisis nilai - Kebudayaan dan
demokrasi, IPTEK sebagai
multikulturalisme anugerah Tuhan.
dan HAM sebagai

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
anugerah Allah. Nilai-nilai Kristiani
- Mewujudkan - Menjadi manusia
demokrasi, keadilan dewasa dalam iman.
dan HAM serta - Makna kesetiaan.
perdamaian. - Keadilan dan kasih.
- Pertemanan,
persahabatan, dan
berpacaran.
- Nilai kristiani dalam
keluarga dan
masyarakat.
- Keluarga dan
modernisasi.
- Keluarga dan sekolah
sebagai lembaga
pendidikan utama.

Allah Tritunggal dan


karya-Nya
- Demokrasi sebagai
anugerah Allah.
- Hak asasi manusia
(HAM) dalam
perspektif iman
Kristen.
- Multikulturalisme.

Nilai-nilai kristiani
- Keadilan gender.
- Proaktif dalam
mewujudkan
demokrasi dan HAM.
- Turut
memperjuangkan

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keadilan.
- Menjadi pembawa
damai sejahtera.

1.3. Muatan Pendidikan Agama Katolik pada SD/SDLB/PAKET A,


SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mulai mengenal Pribadi Peserta Didik
Pendidikan Dasar diri dan - Identitas diri.
(Kelas I-VI) keluarganya - Anggota tubuh.
sebagai karunia - Keluarga.
Tuhan. - Sekolah.
- Mensyukuri diri dan
keluarganya melalui Yesus Kristus
doa dan bentuk lain. - Allah pencipta.
- Mulai mengenal - Kelahiran Yesus
karya keselamatan Kristus.
Allah sebagai Bapa
Pencipta dan Gereja
Penyelenggara seperti - Doa-doa dalam
dikisahkan dalam gereja Masyarakat.
Kitab Suci Perjanjian - Tetangga.
Lama dan Perjanjian - Sekolah.
Baru.
- Mulai mengenal
puncak karya
keselamatan dalam
Yesus Kristus, Sang
Penyelamat dan
teladan hidup umat
manusia.
- Mengungkapkan rasa
syukur atas karya

3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keselamatan Allah
melalui doa.
- Mulai mengenal doa-
doa Gereja dan
maknanya.
- Mulai mengucapkan
doa-doa Gereja.
- Mulai mengenal
tetangga, baik
lingkungan maupun
orang- orangnya.
- Mulai mengenal
lingkungan sekolah
serta teman-teman
sekolahnya.
- Hidup rukun dengan
tetangga dan teman
sekolahnya.
- Berdoa bagi
tetangga dan teman-
teman sekolah.

- Mengenal Pribadi Peserta Didik


pertumbuhan dan - Pertumbuhan diri.
perkembangan diri - Kemampuan diri.
sebagai anugerah
Allah, serta Yesus Kristus
mensyukurinya. - Tokoh-tokoh
- Mengenal Perjanjian Lama dan
kemampuan dirinya Perjanjian Baru
untuk membedakan sebelum Yesus
perbuatan yang baik Kristus.
dan buruk, serta - Karya Yesus: ajaran
memilih dan dan mukjizat.

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
melakukan
perbuatan yang Gereja
baik. - Sakramen Inisiasi.
- Mengenal karya - Keutamaan kristiani.
keselamatan Allah - Doa gereja dan doa
yang dialami oleh spontan.
tokoh- tokoh
Perjanjian Lama dan Masyarakat
Perjanjian Baru, - Pemimpin
serta meneladani masyarakat.
mereka. - Tradisi masyarakat.
- Mengenal Yesus dan - Anggota masyarakat.
karya-Nya, baik
yang berupa Pribadi Peserta Didik
percakapan maupun - Pribadi laki-laki dan
mukjizat, serta perempuan.
mengerti maknanya. - Warga Negara
- Mengenal kesetiaan Indonesia dan
Allah pada janji-Nya warga dunia.
dalam pemberian
Sepuluh Firman Yesus Kristus
sebagai pedoman - Nabi dan tokoh
hidup, baik dalam Perjanjian Lama
berelasi dengan pendahulu Yesus
orangtua maupun Kristus.
dengan sesama. - Sengsara wafat dan
- Mematuhi Sepuluh kebangkitan Kristus.
Firman.
- Mengenal makna Gereja
dan tata perayaan - Roh Kudus
sakramen Baptis, dalam kehidupan
Ekaristi dan Tobat gereja.
sebagai tanda karya - Ciri-ciri gereja.
keselamatan Allah - Pelayanan gereja.

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
bagi manusia, serta
menghayatinya. Masyarakat
- Mengenal dan - Peran Roh Kudus
melaksanakan dalam kehidupan
keutamaan Kristiani bersama di
sebagai tanggapan masyarakat.
serta ungkapan - Tantangan zaman di
syukur atas karya tengah masyarakat.
keselamatan Allah - Kejujuran dan
itu. Keadilan.
- Mengenal dan
mengucapkan aneka
doa dalam Gereja
sebagai ungkapan
iman kepada Allah.
- Mengenal doa
spontan dan
maknanya dalam
doa pribadi dan doa
bersama, serta
mempraktikkannya.
- Mengenal dan
meneladani
pemimpin
masyarakat.
- Mengenal dan
melestarikan tradisi
masyarakat.
- Mulai melibatkan
diri dalam kegiatan
masyarakat sebagai
perwujudan
kesadaran bahwa
dirinya adalah

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
anggota masyarakat.
- Memahami diri
sebagai perempuan
atau laki-laki sesuai
dengan citra Allah
dan sebagai partner
yang saling
melengkapi.
- Menghargai setiap
orang, baik laki-laki
maupun
perempuan, sebagai
citra Allah.
- Memahami diri
sekaligus bangga
sebagai warga
negara Indonesia
yang beraneka
ragam suku dan
bahasanya, serta
mensyukurinya.
- Memahami diri
sebagai bagian
warga dunia dan
melibatkan diri
dalam berbagai
keprihatinan yang
ada.
- Memahami karya
keselamatan Allah
melalui para nabi
dan tokoh-tokoh
Perjanjian Lama.
- Memahami karya

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keselamatan Allah
melalui kata-kata,
tindakan, dan
pribadi Yesus
Kristus yang
berpuncak pada
sengsara, wafat dan
kebangkitan- Nya.
- Mengungkapkan
doa syukur atas
karya keselamatan
Allah melalui para
nabi dan Yesus
Kristus.
- Memahami dan
mengucapkan doa-
doa sebagai
ungkapkan hidup
baru dalam Roh
Kudus yang
berkarya dalam
kehidupan
menggereja.
- Memahami ciri-ciri
dan karya
pelayanan Gereja.
- Melibatkan diri
dalam karya
pelayanan Gereja.
- Memahami dan
mulai mewujudkan
buah-buah Roh
yang dibutuhkan
demi pengembangan

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kehidupan bersama
dalam masyarakat.
- Memahami dan
menanggapi aneka
tantangan zaman di
tengah masyarakat
berdasarkan ajaran
Gereja dan hati
nurani.
Tingkat - Menyadari dirinya, Pribadi Peserta Didik
Pendidikan laki-laki atau - Citra Allah.
Menengah perempuan, sebagai - Kesederajatan antara
(Kelas VII-IX) citra Allah yang laki-laki dan
baik. perempuan.
- Menyadari dirinya - Seksualitas sebagai
memiliki bermacam- anugerah Tuhan
macam kemampuan - Peran keluarga
dan keterbatasan. sekolah dan
- Menghargai masyarakat bagi
kesederajatan laki- perkembangan diri.
laki dan perempuan
sebagai anugerah Yesus Kristus
Tuhan. - Pewartaan
- Menyadari peran Yesus Kristus
keluarga, sekolah, tentang
teman dan Kerajaan Allah.
masyarakat dalam - Panggilan dan
perkembangan perutusan murid-
dirinya. murid Yesus.
- Mensyukuri dengan
doa peran keluarga, Gereja
sekolah, teman dan - Gereja sebagai
masyarakat dalam paguyuban umat
perkembangan beriman.
- Gereja sebagai

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dirinya. sakramen
- Memahami karya keselamatan.
keselamatan Allah - Pelayanan kerja.
dalam peristiwa - Roh Kudus daya
Yesus Kristus hidup gereja.
seperti dikisahkan - Sakramen inisiasi,
dalam Kitab Suci, sakramen tobat,
terutama sakramen
pewartaan- Nya pengurapan orang
tentang Kerajaan sakit.
Allah dan sengsara,
wafat serta Masyarakat
kebangkitan-Nya. - Panggilan gereja
- Menghargai mewartakan dan
pewartaan Yesus menjadi saksi
tentang Kerajaan kerajaan Allah di
Allah. tengah masyarakat
- Bersyukur atas Pribadi Peserta Didik
keselamatan yang - Cita-cita sebagai
diperoleh melalui pendorong
sengsara, wafat dan perkembangan diri.
kebangkitan
Kristus. Yesus Kristus
- Memahami Gereja - Iman sebagai
sebagai paguyuban tanggapan terhadap
orang beriman rencana keselamatan
yang memiliki Allah dalam Yesus
berbagai macam Kristus.
bentuk pelayanan.
- Memahami Gereja Gereja
sebagai sakramen - Sakramen
keselamatan yang perkawinan,
antara lain sakramen Tahbisan.
terungkap dalam - Hak dan kewajiban

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sakramen inisiasi, anggota gereja
sakramen tobat dan Masyarakat.
sakramen - Perwujudan iman
pengurapan orang dalam hidup
sakit. bermasyarakat.
- Menghayati hidup - Pelayanan dan
sesuai dengan perjuangan gereja di
kedudukannya tengah masyrakat
sebagai anggota (kejujuran, keadilan,
Gereja yang persaudaraan,
merupakan martabat manusia,
sakramen dan keutuhan
keselamatan. ciptaan).
- Menyadari bahwa
Gereja sebagai
murid-murid
Kristus, yang tak
lepas dari peran Roh
Kudus, dipanggil
dan diutus untuk
mewartakan dan
menjadi saksi atas
nilai-nilai Kerajaan
Allah di tengah
masyarakat zaman
sekarang.
- Mampu hidup di
tengah masyarakat
dengan berpegang
pada nilai-nilai
Kerajaan Allah.
- Menyadari
pentingnya memiliki
cita-cita bagi

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dirinya.
- Mensyukuri cita-cita
hidupnya.
- Memahami iman
sebagai tanggapan
terhadap rencana
keselamatan Allah.
- Mampu menghayati
iman dalam hidup
sehari-hari.
- Memahami ajaran
Yesus tentang
perkawinan dan
imamat.
- Menghargai hidup
perkawinan dan
imamat.
- Memahami dan
menghormati ajaran
Gereja tentang
Sakramen
Perkawinan dan
Sakramen Tahbisan
sebagai panggilan
hidup.
- Memahami hak dan
kewajiban dirinya
sebagai anggota
jemaat beriman
kristiani.
- Mampu
melaksanakan hak
dan kewajiban
dirinya sebagai

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
anggota jemaat
beriman kristiani.
- Menyadari
pentingnya
perwujudan iman
dalam hidup
bermasyarakat.
- Menyadari
pentingnya
pelayanan dan
perjuangan Gereja di
tengah masyarakat
demi tercapainya
nilai-nilai Kerajaan
Allah, seperti
kejujuran, keadilan,
persaudaraan,
penghormatan
terhadap martabat
manusia, dan
keutuhan ciptaan.
- Ikut terlibat dalam
perjuangan Gereja di
tengah masyarakat.
Tingkat - Memahami dan Pribadi Peserta Didik
Pendidikan mensyukuri diri - Laki-laki dan
Menengah dengan segala perempuan
(Kelas X-XII) kemampuan dan saling
keterbatasannya. melengkapi.
- Memahami dan - Suara hati.
menghayati jati
diri sebagai Yesus Kristus
perempuan atau - Yesus sebagai juru
laki- laki yang selamat, sahabat,
saling melengkapi dan idola.

4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan sederajat. - Tritunggal Maha
- Memiliki sikap saling Kudus.
menghargai sebagai
sesama manusia Gereja
yang diciptakan - Gereja yang terbuka.
sebagai citra Allah - Sifat-sifat gereja
yang bersaudara satu sebagai dasar
sama lain. kerasulan.
- Mampu mematuhi - Tugas pokok gereja.
suara hati dan - Hierarki Gereja.
bertindak secara
benar serta tepat. Masyarakat
- Memahami dan - Sikap kritis
bangga akan Yesus terhadap kemajuan
Kristus yang teknologi.
mewartakan dan - Hak asasi manusia.
memperjuangkan - Penghormatan
Kerajaan Allah terhadap
sampai kehidupan.
mengorbankan
hidup-Nya.
- Mensyukuri dan
meneladani
pegorbanan Kristus
dalam
memperjuangkan
Kerajaan Allah.
- Memahami dan
percaya akan Yesus
Kristus sebagai Juru
Selamat, sahabat dan
idola.
- Meyakini dan
menghayati ajaran

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Yesus tentang Allah
Tritunggal dan Roh
Kudus.
- Memahami dan
menghayati Gereja
sebagai umat Allah
yang terbuka.
- Memahami sifat-sifat
Gereja sebagai dasar
kerasulan
- Memahami dan
melaksanakan tugas
pokok Gereja sebagai
murid Yesus Kristus.
- Memahami dan
menghormati fungsi
dan peranan
hierarki.
- Menyadari dan
terlibat dalam
panggilan Gereja di
dunia.
- Memahami,
menghargai dan
memperjuangkan
hak asasi manusia.
- Memahami dan
menghormati
kehidupan.
- Bersikap kritis
terhadap
perkembangan
teknologi dan ideologi
dalam masyarakat.

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Meyakini bahwa Pribadi Peserta Didik
dirinya harus - Panggilan hidup
melaksanakan sebagai gereja
panggilan hidupnya (umat Allah).
sebagai umat Allah
(Gereja). Yesus Kristus
- Mensyukuri - Ajaran Yesus
panggilan hidupnya tentang keadilan,
sebagai umat Allah. kejujuran,
- Menerima ajaran kebenaran,
Yesus tentang nilai- perdamaian dan
nilai keadilan, keutuhan ciptaan.
kejujuran,
kebenaran, Gereja
perdamaian dan - Gereja di tengah
keutuhan ciptaan, kemajemukan
serta menerapkannya bangsa.
dalam hidup sehari-
hari. Masyarakat
- Sebagai anggota - Dialog dengan
Gereja menerima, agama/kepercayaan
menghormati lain.
dan mensyukuri - Keterlibatan dalam
kemajemukan membangun bangsa
bangsa Indonesia dan negara
sebagai anugerah Indonesia.
Allah.
- Memiliki sikap
terbuka terhadap
umat beragama lain.
- Mengamalkan
imannya dengan
berperan aktif dalam
membangun bangsa

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan negara
Indonesia.

1.4. Muatan Pendidikan Agama Hindu pada SD/SDLB/PAKET A,


SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Membiasakan - Doa /salam Om
Pendidikan Dasar pengucapan salam Swastyastu, Doa
(Kelas I-VI) dan doa sehari-hari. mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan.
toleran terhadap - Salam Parama santih
sesama manusia dan Om santih santih
mahluk ciptaan Santih Om.
Tuhan. - Bhakti dan hormat
- Menjaga pada orangtua, guru
kebersihan di sekolah.
lingkungan. - Hormat dan
- Berperilaku jujur menghargai sesama
terhadap sesama dan teman (Tat Twam
mahluk lain. Asi).
- Mengenal ajaran Tri - Lingkungan sekolah
Kaya Parisudha, dan rumah.
Subha-asubha - Kejujuran (Satya).
Karma, Veda, - Ajaran Tri Kaya
Dharmagita, Parisudha sebagai
Mantram agama tuntunan hidup.
Hindu, Jenis- jenis - Subha dan asubha
ciptaan Tuhan, Kisah karma.
perjalanan Orang - Tentang Kitab suci
Suci Hindu ke Bali, Veda.
Atma sebagai sumber - Dharmagita.
hidup, Tri Murti, Tri - Mantram mantram
Mala, Catur

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Paramita, Tokoh- agama Hindu.
tokoh teladan dalam - Jenis ciptaan Sang
Ramayana dan Hyang Widhi.
Sejarah Kawitan Bali - Kisah dan perjalanan
Aga. orang suci Hindu ke
- Menunjukkan Bali.
contoh-contoh terkait - Atma sebagai sumber
ajaran: Tri Kaya hidup.
Parisudha, Subha- - Ajaran Tri Murti.
asubha Karma, Kitab - Ajaran Tri Mala
Suci Veda, Jenis- dalam kehidupan.
jenis ciptaan Hyang - Ajaran Catur
Widhi, Kisah suci Paramitha dalam
Hindu keBali, Atman kehidupan.
sebagai sumber - Tokoh-tokoh dalam
hidup, Tri Murti, Tri ceritera Ramayana.
Mala dan Catur - Sejarah lahirnya
Paramita. kawitan Bali Aga.
- Menceritakan: tokoh-
tokoh Ramayana,
sejarah Bali Aga dan
Kisah perjalanan
orang suci Hindu ke
Bali.
- Menyanyikan contoh
gita dan mantram.
- Membiasakan - Doa/salam Om
pengucapan salam Swastyastu, Doa
dan doa sehari-hari. mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan.
toleran terhadap - Salam Parama santih
sesama manusia dan Om santih santih
mahluk ciptaan Santih Om.
Tuhan. - Bhakti dan hormat

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menjaga kelestarian pada orangtua, guru
lingkungan. di sekolah.
- Berperilaku jujur - Bhakti dan hormat
terhadap sesama dan kepada Teman-
mahluk lain. teman di sekolah.
- Mengenal ajaran: Tri - Lingkungan sekolah
Parartha, Suri-Asuri dan rumah.
Sampad dalam - Kejujuran (Satya).
Bhagawadgita, - Ajaran Tri Parartha.
Tokoh-tokoh dalam - Ajaran Daiwi dan
Mahabharata, planet Asuri Sampad dalam
tata surya dalam kitab Bhagawadgita.
ajaran Hindu, tari - Tokoh-tokoh utama
profane dan sacral dalam Mahabharata.
dalam kegiatan - Nama-nama planet
agama, Punarbhawa, dalam tata surya
Orang Suci Hindu, Hindu.
Catur Pataka, Maha - Tari profan dan tari
Rsi penerima Wahyu sakral dalam
dan penyusun Weda, kegiatan keagamaan.
Hari-hari suci Hindu - Ajaran Punarbhawa
dan sejarah sebagai bagian dari
perkembangan Sraddha.
Hindu di Indonesia. - Orang suci agama
- Menunjukkan Hindu yang patut
contoh: perayaan dihormati.
hari-hari suci - Empat jenis dosa
keagamaan Hindu, (Catur Pataka)
orang suci Hindu yang harus
yang ada di dihindari.
wilayahnya, perilaku - Maharsi penerima
yang tergolong dalam wahyu dan penyusun
empat jenis dosa, kitab suci Veda.
contoh implementasi - Hari-hari suci agama
Hindu.

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
ajaran Tri Parartha, - Sejarah
implementasi ajaran perkembangan
Daiwi dan Asuri agama Hindu di
Sampad, contoh- Indonesia secara
contoh tari profane singkat.
dan sakral.
- Menceriterakan
(selayang pandang):
tokoh-tokoh dalam
Mahabharata,
sejarah
perkembangan
agama Hindu di
Indonesia.
- Membiasakan - Doa /salam Om
pelafalan Swastyastu, Doa
doa/mantram dan mulai belajar, Doa
pengucapan salam. makan.
- Menghargai dan - Salam Parama
toleran terhadap santih Om santih
sesama manusia dan santih Santih Om.
mahluk ciptaan - Bhakti dan hormat
Tuhan. pada orangtua,
- Berperilaku jujur g.uru di sekolah
terhadap sesama dan - Hormat kepada
mahluk lain. Teman-teman di
- Menjaga kelestarian sekolah.
lingkungan rumah - Lingkungan sekolah
maupun sekolah. dan rumah.
- Mengenal dan - Kejujuran (Satya).
memahami ajaran Tri - Moksha dalam
Hita Karana, Catur ajaran agama Hindu.
Guru, Tri Rna, Tat - Ajaran Tri Hita
Twam Asi, Sad Ripu, Karana.

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Panca Sradha, isi - Ajaran Catur Guru.
pokok ajaran - Tempat-tempat suci
Bhagawadgita. dalam agama Hindu.
- Mengenal ajaran - Kitab Suci Veda
Moksa dan Kitab sebagai sumber
Suci Weda sebagai hukum Hindu.
sumber hukum. - Ajaran Tri Rna
- Menyebutkan contoh sebagai hutang
praktek ajaran: Tri manusia yang
Hita Karana, Catur dibawa sejak lahir.
Guru, Tri Rna, Tat - Ajaran Tat Twam
Twan Asi, Sad Ripu. Asi dalam cerita
- Menunjukkan contoh Itihasa.
tanda- tanda - Ajaran Sad Ripu
kehidupan orang sebagai perilaku
yang telah mencapai yang patut dihindari.
moksa. - Ajaran Panca
Sraddha sebagai
penguat keyakinan.
- Isi pokok kitab suci
Bhagavadgita
sebagai Pancama
Veda.
Tingkat - Meyakini - Doa salam Om
Pendidikan Dasar doa/mantram dan Swastyastu, Doa
(kelas VII-IX) pengucapan salam. mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan, Doa bangun
toleran terhadap pagi, Doa memulai
sesama manusia dan kegiatan.
mahluk ciptaan - Salam Parama santih
Tuhan. Om santih santih
- Berperilaku jujur Santih Om.
terhadap sesama dan - Bhakti dan hormat
mahluk lain. pada orangtua, guru
- Menjaga kelestarian di sekolah.

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
lingkungan rumah - Hormat kepada
dan sekolah serta teman-teman di
lingkungan secara sekolah.
umum. - Lingkungan sekolah
- Mengenal dan dan rumah.
Memahami ajaran - Kejujuran (Satya).
tentang: Awatara, - Konsepsi Avatara,
Dewa, Bhatara, Deva, dan Bhatara
ajaran Karmaphala, dalam agama Hindu.
mantram dan sloka, - Ajaran Karmaphala
ajaran Sad Atatayi, Tattva sebagai bagian
Sapta Timira, dari Sraddha.
Yadnya, tentang - Mantram dan Sloka
Ketuhanan Hindu, veda sebagai
Kodifikasi Weda, Tri penyelamat manusia.
Guna sebagai sifat - Ajaran Sad Atatayi
dasar, Atman sebagai sebagai perbuatan
sumber hidup, yang harus dihindari.
Pembagian Kanda - Ajaran Sapta Timira
dalam Ramayana, sebagai perilaku yang
Panca Maha Bhuta harus dihindari.
sebagai 5 unsur Alam - Ajaran Yajñ ā dan
Semesta, Rsi Yadnya kualitas Yajñ ā .
dan Pitra Yadnya, - Konsep ketuhanan
Perkembangan dalam agama Hindu.
kehidupan agama - Veda dan batang
Hindu di Asia, Sri tubuh Veda.
Rama dalam - Sad Ripu sebagai
Ramayana. aspek diri yang harus
- Mempraktekan teknis dihindari.
pembacaan Mantram - Tri Guna sebagai
dan Sloka. sifat dasar
- Menceritrakan kehidupan.
perkembangan - Sifat-sifat Tri Guna

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kehidupan agama dalam diri.
Hindu di Asia. - Atman sebagai
- Menunjukkan sumber hidup.
contoh-contoh - Panca Maha Bhuta
pelaksanaan Rsi sebagai unsur
Yadnya dan Pitra pembentuk alam
Yadnya, contoh semesta.
praktek ajaran Sad - Ajaran Rsi Yajñ ā dan
Ripu, Sapta Timira. Pitra Yajñ ā .
- Perkembangan
agama Hindu di Asia.
- Pembagian Kanda
dalam Ramayana.
- Sri Rama dalam
Ramayana.
- Meyakini - Doa/salam Om
doa/mantram dan Swastyastu, Doa
pengucapan salam mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan, Doa bangun
toleran terhadap pagi, Doa memulai
sesama manusia dan kegiatan.
mahluk ciptaan - Salam Parama
Tuhan. santih Om santih
- Berperilaku jujur santih Santih Om.
terhadap sesama dan - Bhakti dan hormat
mahluk lain. pada orangtua, guru
- Menjaga kelestarian di sekolah.
lingkungan rumah - Teman-teman di
dan sekolah serta sekolah.
lingkungan secara - Lingkungan sekolah
umum. dan rumah.
- Mengenal dan - Kejujuran (Satya).
memahami ajaran - Kemahakuasaan
tentang: Asta Sang Hyang Widhi

5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Iswarya, Dasa Mala, sebagai Asta
Panca Yama-Panca Aiswarya.
Niyama. - Panca Yama dan
- Brata, Nitya Yadnya Nyama Bratha
dan Naimitika sebagai ajaran
Yadnya, isi parwa Susila.
dalam Mahabharata, - Perilaku Dasa Mala
Bhisma dalam yang harus
Mahabharata, dihindari dalam
Inisiasi (Penyucian kehidupan.
diri) dalam Hindu, - Ajaran Nitya Karma
Kepemimpinan dalam dan Naimitika
ajaran Hindu. Karma dalam
- Menunjukkan kehidupan.
contoh-contoh: - Isi Parwa dalam
pelaksanaan Nitya kitab Mahabharata.
Yadnya dan - Makna inisiasi
Naimitika Yadnya, (Samskara) dalam
kepemimpinan dalam jenjang kehidupan
Hindu. manusia.
- Menyajikan contoh- - Ajaran
contoh sebagai bukti Kepemimpinan
Asta Iswarya. dalam agama
- Menceritrakan Hindu.
tentang peran - Nitya Yadnya dan
Bhisma dalam Naimitika Yadnya.
Mahabharata. - Bhisma dalam
Mahabharata.
- Asta Iswarya.
Tingkat - Menumbuhkan/mem - Doa/salam Om
Pendidikan bangun kepercayaan Swastyastu, Doa
Menengah (Kelas terhadap mulai belajar, Doa
X-XII) doa/mantram dan makan, Doa bangun
pengucapan salam. pagi, Doa memulai

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menghargai dan kegiatan, Doa
toleran terhadap memohon
sesama manusia dan kesembuhan.
mahluk ciptaan - Salam Parama santih
Tuhan. Om santih santih
- Berperilaku jujur Santih Om.
terhadap sesama dan - Bhakti dan hormat
mahluk lain. pada orangtua, guru
- Menjaga kelestarian di sekolah.
lingkungan rumah - Teman-teman di
dan sekolah serta sekolah.
lingkungan secara - Lingkungan sekolah
umum. dan rumah.
- Memahami dan - Kejujuran (Satya).
Menghayati ajaran - Hakikat dan nilai-
tentang: Yadnya nilai Yajň a yang
dalam Ramayana dan terkandung dalam
Mahabharata, ajaran kitab Ramayana.
Upaweda, hakikat - Ajaran Upaveda
Padewasan (wariga), sebagai tuntunan
Darsana, Catur hidup.
Asrama, Catur - Hakikat padewasan
Warna, ajaran Yoga, (wariga) dalam
Catur Marga, kehidupan umat
Wibhuti Marga, Hindu.
Manawadharmasastr - Ajaran Darsana
a sebagai kitab dalam agama Hindu.
hukum Hindu, - Ajaran Catur
ajaran Prawerti dan Asrama.
Niwerti, Catur - Perilaku gotong
Purushartha, royong dan
Grihastha berikut kerjasama, serta
Wiwaha Hindu. berinteraksi Secara
- Memberi analisis efektif dengan

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tentang berbagai menjalankan ajaran
penyimpangan Catur Warna sesuai
implementasi ajaran sastra Hindu.
Grhastha Asrama - Grhastha Asrama
dan prinsip2 dan Wiwaha
wiwaha samskara. Samskara.
- Mempraktekkan - Pengertian dan
ajaran Yoga Asanas. pelaksanaan Yoga
- Menyajikan contoh- menurut Sastra
contoh riil Hindu.
implementasi yadnya - Hakikat dan nilai-
dalam Ramayana dan nilai Yajň a yang
Mahabharata. terkandung dalam
- Menyajikan contoh kitab Mahabharata.
dalam kehidupan - Ajaran Catur Marga
tentang implementasi sebagai jalan
ajaran: Catur Marga, berhubungan dengan
Prawerti dan Niwerti. Sang Hyang Widhi.
- Ajaran Wibuthi
Marga dalam
kehidupan.
- Kitab Manawa
Dharma Sastra
sebagai kitab hukum
Hindu.
- Nilai-nilai ajaran
Niwerti dan Prawerti
Marga dalam
kehidupan.
- Hakikat ajaran Catur
Purusarta dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Perilaku bertanggung

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jawab, peduli, santun
dan cinta damai,
untuk menciptakan
keluarga yang rukun
bahagia dan
sejahtera sesuai
ajaran wiwaha.
- Menumbuhkan/ - Doa/salam Om
membangun Swastyastu, Doa
kepercayaan mulai belajar, Doa
terhadap makan, Doa bangun
doa/mantram dan pagi, Doa memulai
pengucapan salam. kegiatan, Doa
- Menghargai dan memohon
toleran terhadap kesembuhan.
sesama manusia dan - Salam Parama santih
mahluk ciptaan Om santih santih
Tuhan. Santih Om.
- Berperilaku jujur - Bhakti dan hormat
terhadap sesama dan pada orangtua, guru
mahluk lain. di sekolah.
- Menjaga kelestarian - Teman-teman di
lingkungan rumah sekolah.
dan sekolah serta - Lingkungan sekolah
lingkungan secara dan rumah.
umum. - Kejujuran (Satya).
- Memahami dan - Ajaran Moksha
menghayati ajaran dalam Susastra
tentang: Moksha, Veda.
Weda sebagai - Sumber-sumber
sumber hukum Hukum Hindu dalam
Hindu, Tri Purusha, Susastra Veda.
Ajaran Disiplin dalam - Kebudayaan
Dasa Prasejarah dan
Yama dan Dasa

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Niyama Bratha, Sejarah, teori-teori
Yantra-Tantra- masuknya agama
Mantra, Nawa Hindu di Indonesia.
Wida Bhakti, - Ajaran Yantra,
Astangga Yoga. Tantra dan Mantra.
- Memberi analisis - Ajaran Nawa
terhadap Widha Bhakti.
perkembangan - Ajaran Tri Purusha.
sejarah masuknya - Sikap disiplin, peduli
agama Hindu ke dan bertanggung
Indonesia. jawab sesuai dengan
- Menunjukkan contoh Ajaran Dasa Yama
tentang perilaku Bratha.
disiplin sebagai - Sikap disiplin, peduli
implementasi ajaran dan bertanggung
Dasa Yama Dasa jawab sesuai dengan
Niyama Bratha, Ajaran Dasa Nyama
implementasi ajaran Bratha.
Nawa Widha Bhakti. - Contoh-contoh
perbuatan disiplin
sebagai implementasi
ajaran Dasa Yama
dan Niyama Bratha.

6
1.5. Muatan Pendidikan Agama Buddha pada SD/SDLB/PAKET A,
SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki keyakinan Keyakinan (Saddha)
Pendidikan terhadap Tuhan Yang - Meyakini adanya
Dasar (Kelas I-VI) Maha Esa, Triratna, Tuhan.
dan Bodidhisattva. - Identitas agama
- Mengenal tempat Buddha.
ibadah, rohaniwan, - Penghormatan dan
kitab suci, hari raya simbol-simbol agama
dan Guru Agung Buddha.
agama Buddha.
- Mengenal aturan Kitab Suci Tripitaka
dalam keluarga, - Kitab Suci agama
sekolah, dan Buddha
masyarakat.
- Melatih Perilaku/moral (Sila)
mengembangkan - Macam-macam
batin untuk hening peraturan.
sebelum belajar. - Kasih sayang,
- Meneladani sifat, kejujuran, dan
sikap, kepribadian, persahabatan.
kehidupan Pangeran - Meditasi (Samadhi).
Siddharta pada masa - Pengembangan Cinta
kelahiran dan masa kasih (metta
kanak-kanak dalam bhavana).
mewujudkan - Belajar Hening
toleransi kepada Sebelum Belajar
sesama, binatang, Sejarah.
dan lingkungan - Kelahiran Siddharta.
sekitar. - Masa kanak-kanak
Pangera Siddharta.
Tingkat - Mendeskripsikan Keyakinan (Saddha)
Pendidikan Puja, tempat-tempat - Puja, tempat-tempat

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Dasar (Kelas suci, dan suci dan
VII-IX) dharmayatra. dharmayatra Kriteria
- Mengidentifikasi agama Buddha dan
kriteria agama umat Buddha.
Buddha dan umat - Hari raya agama
Buddha. Buddha.
- Mengidentifikasikan - Puja bakti.
kitab suci Tripitaka,
tempat ibadah, dan Perilaku/moral (sila)
lambang-lambang - Pancasila Buddhis.
agama Buddha. - Kewajiban anak
terhadap orang tua
dan guru.

Sejarah
- Masa bersekolah,
masa remaja dan
masa berumah
tangga Pangeran
Sidharta.
- Empat peristiwa
dan pelepasan
agung.
- Candi-candi agama
Buddha di Indonesia.

Keyakinan (saddha) dan


kebijaksanaan (Pamna)
- Hukum kebenaran.
- Hukum karma dan
kelahiran kembali.
- Tujuan akhir umat
Buddha.

Kitab Suci Tripitaka

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Tripitaka, tempat
ibadah, dan lambang-
lambang agama
Buddha.
- Kisah “Rumah
Terbakar”.
- Kisah “Kembalinya
Anak yang Hilang”.
- Kisah “Orang yang
Luka Terkena Panah
Beracun”.

Perilaku/Moral (sila)
- Berdana.

Meditasi (Samadhi)
- Meditasi pernafasan
dan cinta kasih.

Sejarah
- Masa bertapa.
- Keajaiaban-keajaiban
saat Petapa Gotama
mencari Penerangan
Sempurna.
- Mendeskripsikan, Perilaku/moral (Sila)
melaksanakan - Pancasila Buddhis
Pancasila Buddhis dan Pancadhamma.
dan Pancadhamma. - Menghargai jasa para
- Mendeskripsikan pejuang dhamma.
peristiwa tujuh
minggu setelah Sejarah
Petapa Gotama - Tujuh minggu setelah
mencapai Penerangan Petapa Gotama

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Sempurna dan mencapai
pemutaran roda Penerangan
dhamma. Sempurna dan
- Menceriterakan para pemutaran roda
siswa utama dan dhamma.
para pendukung - Siswa utama dan
Buddha. para pendukung
- Menceriterakan Buddha.
sejarah - Sejarah penyiaran
penyiaran agama agama Buddha pada
Buddha di zaman Mataram
Indonesia. Kuno, Sriwijaya,
zaman penjajahan
dan kemerdekaan.
- Mendeskripsikan Perilaku/moral (Sila)
peranan agama - Penegakan hak asasi
Buddha dalam manusia dan
memelihara kesetaraan gender.
perdamaian, hak - Peranan agama
asasi manusia dan untuk memelihara
kesetaraan gender. perdamaian.
- Melaksanakan
pengembangan Meditasi (Samadhi)
ketenangan batin - Pengembangan
dalam kehidupan ketenangan batin.
sehari-hari.
- Mendeskripsikan Sejarah
Peristiwa - Peristiwa Buddha
Buddha Parinibbana.
Parinibbana.

6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Merumuskan Keyakinan (Saddha)
Pendidikan peranan agama - Agama, Tujuan
Menengah (Kelas dalam kehidupan Hidup, dan
X-XII) sehari-hari. Perlindungan.
- Mendeskripsikan - Agama Buddha dan
berbagai fenomena IPTEK.
kehidupan sesuai - Hukum tertib kosmis
proses kerja hukum (niyama).
kebenaran dan - Hukum Kebenaran.
tertib kosmis - Puja dan doa.
(niyama).
- Merumuskan puja Kitab Suci Tripitaka
terkait dengan - Sejarah penulisan
budaya. Tripitaka.
- Mendeskripsikan
sejarah dan Perilaku/moral (Sila)
penulisan kitab suci - Aspek-aspek dan
Tripitaka. klasifikasi sila.
- Memahami aspek dan - Prinsip-prinsip
prinsip- prinsip sila. normatif dan
kriteria baik dan
buruk
perbuatan.
- Mendeskripsikan Keyakinan (Saddha)
alam semesta dan - Alam semesta dan
alam kehidupan. alam kehidupan.
- Menganalisis
masalah-masalah Perilaku/moral (Sila)
sosial ditinjau dari - Masalah sosial dalam
agama Buddha. agama Buddha.
- Mendeskripsikan dan
mempraktikkan Meditasi (Samadhi)
meditasi pandangan Meditasi pandangan
terang. terang.

6
1.6. Muatan Pendidikan Agama Khonghucu pada SD/SDLB/PAKET A,
SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengenal konsep Keimanan
Pendidikan Dasar Tian dalam agama - Karakter huruf Tian.
(Kelas I-VI) Khonghucu. - Istilah penyebutan
- Menceritakan riwayat nama Tuhan.
dan keluarga Nabi - Sifat Tuhan sebagai
Kongzi serta pencipta, pengatur,
keteladanan nabi pemelihara dan
semasa kecil (rajin pelurus.
belajar, sikap hormat
kepada Tian). Sejarah Suci
- Menjelaskan sikap - Riwayat kelahiran
dalam berdoa (sikap Nabi Kongzi.
Ba De) serta makna - Tanda-tanda
sembahyang dan kelahiran Nabi
berdoa. Kongzi.
- Menyebutkan jadwal - Masa kecil Nabi
sembahyang dan Kongzi.
berdoa kepada - Keluarga
Tuhan, nabi dan Nabi Kongzi.
leluhur. - Semangat belajar
- Memahami bahwa Nabi Kongzi.
manusia diciptakan
Tian melalui kedua Tata Ibadah
orangtua. - Sikap Ba De dalam
- Memahami makna berdoa.
keluarga inti, tugas - Tujuan sembahyang
dan kewajiban dan berdoa.
masing- masing - Tata cara
anggota keluarga. sembahyang dan
- Memahami berdoa.
hubungan - Susunan dan

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
persaudaraan dengan rangkaian kata- kata
keluarga besar ayah dalam doa.
dan ibu.
- Mengetahui Tata Ibadah
tingkatan cara - Saat-saat
menghormat. sembahyang kepada
- Mengetahui fungsi Tuhan, nabi, dan
dan macam- macam leluhur.
dupa (xiang) dan
cara penggunaannya. Keimanan
- Menyebutkan - Orangtua sebagai
perlengkapan wali anak yang
sembahyang di altar ditunjuk Tuhan.
leluhur. - Hormat dan patuh
- Mengetahui kisah kepada orangtua.
keteladanan tokoh- - Jasa orangtua.
tokoh Rujiao yakni
Huang Xiang, Kong Perilaku Junzi
Rong dan Sima - Arti keluarga.
Kuang. - Keluarga inti.
- Memiliki tanggung - Hak dan kewajiban
jawab terhadap anggota keluarga.
kebutuhannya - Keluarga bahagia.
sendiri. - Penghormatan
- Membantu pekerjaan kepada leluhur.
rumah sebagai wujud Perilaku Junzi
berbakti. - Hubungan
- Meyakini Nabi Kongzi persaudaraan (sanak
sebagai manusia keluarga).
pilihan dan meyakini - Istilah penyebutan
tanda-tanda gaib (panggilan) kepada
menjelang kelahiran anggota keluarga
Nabi Kongzi (Gan yang bertalian
Sheng). saudara.

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi

Tata Ibadah
- Makna menghormat.
- Macam-macam cara
menghormat.

- Tata cara
menghormat dengan
merangkapkan
tangan (Bai),
membungkuk (Ju
Gong), dan berlutut
(Gui).
- Tingkatan
menghormat dan
pengulangannya.
- Peragaan tata cara
menghormat dengan
merangkapkan
tangan (Bai),
membungkuk (Ju
Gong), dan berlutut
(Gui).
- Lagu-lagu rohani
terkait dengan
penghormatan
kepada Tuhan, nabi,
dan leluhur.

Tata Ibadah
- Makna dupa (xiang).
- Jenis dan macam-
macam dupa
(xiang).
- Tata cara

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menancapkan dan
menggunakan dupa
(xiang).

Tata Ibadah
- Bentuk altar (meja
abu) leluhur.
- Macam-macam
sembahyang kepada
leluhur.
- Perlengkapan
sembahyang kepada
leluhur.

Perilaku Junzi
- Bakti Huang Xiang.
- Yue Fei, sang
pahlawan.
- Kong Rong suka
mengalah.
- Kecerdasan Sima
Guang.
- Menyebutkan poin- Tata Ibadah
poin delapan - Poin-poin delapan
keimanan (Ba Cheng keimanan (Ba Cheng
Zhen Gui). Zhen Gui).
- Menceritakan riwayat - Makna delapan
dan keteladanan ajaran keimanan bagi
Nabi Kongzi. umat.
- Mengetahui kisah - Lagu-lagu rohani.
keteladanan dan
prinsip-prinsip moral Sejarah Suci
yang ditegakkan - Riwayat hidup Nabi
kembali oleh Mengzi Kongzi.

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tentang Watak Sejati. - Keteladanan
- Menyebutkan tiga Nabi Kongzi.
kesukaan yang - Tiga kesukaan yang
membawa faedah membawa faedah.
dan tiga kesukaan - Tiga kesukaan yang
yang membawa membawa celaka.
celaka.
- Mengenal murid Perilaku Junzi
utama Nabi Kongzi - Riwayat
(Yan Hui, Zi Lu, Zi hidup Mengzi.
Gong, Zheng Zi) dan - Hikmah dan nilai
keteladanannya. keteladanan.
- Mengenal - Masa kecil
perlengkapan yang kehidupan Mengzi.
ada pada altar di - Pandangan tentang
Litang/Miao/Kelente sifat dasar (watak
ng. sejati) manusia.
- Menyebutkan bagian-
bagian kitab suci Perilaku Junzi
yang pokok (Sishu) - Kesukaan-
dan yang mendasari kesukaan yang
(Wujing). membawa
- Menjelaskan faedah dan
pentingnya sikap Ba yang
De (Delapan membawa
Kebajikan: Bakti, celaka.
Rendah Hati, Tengah, - Penerapan
Dapat dipercaya, kesukaan yang
Susila, Menjunjung membawa
kebenaran, Suci Hati faedah.
dan Tahu malu).
- Menceritakan riwayat Perilaku Junzi
Nabi Kongzi - Jumlah murid Nabi
sebagai Mu Duo Kongzi.
Tian.

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menceritakan kisah - Murid-murid
nabi purba dan raja angkatan tua dan
suci penerima wahyu angkatan muda.
Tian dan karya-karya - Murid-murid
yang ditemukannya. terpandai.
- Mengetahui riwayat - Kisah-kisah
keteladanan Raja kebijaksanaan para
Tang Yao dan Raja murid Nabi Kongzi.
Yu Shun sebagai
peletak dasar Ru Jiao Tata Ibadah
atau agama - Sikap Ba De
Khonghucu. dalam berdoa dan
bersembahyang.
- Perlengkapan pada
altar di
Litang/Kelenteng/
Miao.
- Makna
peribadahan
perayaan hari raya
agama
Khonghucu.
- Kebiasaan
melakukan
ibadah/sembahya
ng
- Lagu-lagu rohani.
Kitab Suci
- Bentuk visual kitab
suci (Si Shu dan
Wujing).
- Bagian kitab Si Shu
dan Wujing.
- Garis besar isi kitab

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Si Shu dan Wujing.

Perilaku Junzi
- Makna sikap delapan
kebajikan (Ba De).
- Poin-poin delapan
kebajikan (Ba De).
- Penerapan sikap
delapan kebajikan
(Ba De).

Sejarah Suci
- Cita-cita Nabi
Kongzi.
- Semangat belajar
Nabi Kongzi.
- Pengembaraan Nabi
Kongzi.
- Nabi Kongzi sebagai
Tian Zi Mu Duo.

Sejarah Suci
- Para nabi
penerima wahyu
Tian.
- Karya-karya yang
ditemukan oleh para
nabi.

Perilaku Junzi
- Nabi dan raja
suci purba.
- Kearifan Raja Yao.
- Kerendahan hati Raja
Shun.

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Keuletan Raja Da Yu.
- Menceritakan kisah Perilaku Junzi
kebijaksanaan tiga - Kebijaksanaan tiga
ibunda agung (ibu ibunda agung (ibu
Mengzi, ibu Ouyang Mengzi, ibu Ou yang
Xiu, ibu Yue Fei). Xiu, ibu Yue Fei).
- Mengenal tokoh- - Perjuangan tiga
tokoh Rujiao Guan ibunda agung dalam
Yu, Dong Zhongshu membesarkan dan
dan Zhu Xi serta mendidik anak.
sumbangsih
pemikirannya. Sejarah Suci
- Menjelaskan hari - Kesetiaan dan sikap
raya/sembahyang menjunjung
agama Khonghucu kebenaran Guan Yu.
dan nilai-nilai - Kesetiaan Qu Yuan.
persembahyangan - Pengabdian Jie
kepada Tian dan Zhi Tui.
Leluhur (Qing Ming, - Pemikiran Dong
hari persaudaraan, Zhongshu dan Zhu
Tahun Baru Kongzi- Xi Tokoh Besar Neo
li, Jing Tian Gong, Confucianism.
Duan Yang, Dongzhi,
Zhong Qiu. Tata Ibadah
- Menjelaskan urutan - Makna hari raya dan
pelaksanaan persembahyangan
kebaktian di Litang. umat Khonghucu.
- Mengidentifikasi - Hari-raya dan
berbagai persembahyangan
perlengkapan umat Khonghucu.
sembahyang di altar - Pelaksanaan hari
kebaktian. raya dan
- Menjelaskan konsep persembahyangan
Tiga Dasar umat Khonghucu.

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Kenyataan (SAN - Lagu-lagu rohani.
CAI)Tian, Di, Ren.
- Menjelaskan dasar- Tata Ibadah
dasar ajaran agama - Fungsi dan makna
Khonghucu (empat kebaktian.
pantangan/Si Wu, - Persiapan kebaktian.
lima mutiara - Petugas kebaktian.
kebajikan/Wu Chang, - Urutan pelaksanaan
Lima Hubungan kebaktian.
Kemasyarakatan/Wu
Lun). Tata Ibadah
- Menyebutkan bagian- - Peralatan (piranti)
bagian kitab suci pada altar kebaktian.
yang pokok (Sishu) - Fungsi piranti-piranti
dan yang mendasari pada altar kebaktian.
(Wujing). - Susunan peralatan
- Menyebutkan ayat- (piranti) pada altar
ayat suci tentang kebaktian.
belajar dan
menjelaskan Keimanan
pentingnya - Konsep San Cai (tiga
mengamalkan ilmu dasar kenyataan).
yang dipelajari. - Hubungan dan
- Menjelaskan sejarah keterkaitan antara
perkembangan Tian, DI, Ren.
agama Khonghucu di - Melestarikan alam
Indonesia sejak sekitar (menjaga
lahirnya lingkungan).
organisasi/kelembag
aan Khonghucu di Perilaku Junzi
Indonesia sampai - Si Wu/empat
dengan sejarah pantangan.
perkembangan - Wu Chang/lima
organisasi Majelis mutiara kebajikan.

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tinggi Agama - Wu Lun/lima
Khonghucu hubungan
Indonesia (MATAKIN) kemasyarakatan.
di Indonesia. - Penerapan ajaran.
- Menjelaskan - Empat pantangan/Si
keimanan dalam Wu, lima mutiara
agama Khonghucu kebajikan/Wu
baik dari arti iman Chang, lima
berdasarkan karakter hubungan.
huruf maupun - Kitab suci.
pengakuan iman - Bagian kitab Si Shu
yang pokok umat (kitab yang pokok).
Khonghucu (Cheng - Bagian kitab Wujing
Xin Zhi Zhi). (kitab yang
- Menjelaskan peran mendasari).
dan fungsi seorang
rohaniwan dan Kitab Suci
Dewan Rohaniwan - Ayat suci tentang
MATAKIN. belajar.
- Metodologi belajar.
- Semangat belajar.

Sejarah Suci
- Sejarah masuknya
agama Khonghucu di
Indonesia.

Perkembangan
- Organisasi agama
Khonghucu.
- Organisasi
MATAKIN.
- Perkembangan
agama Khonghucu

7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
di era Reformasi.

Keimanan
- Arti iman.
- Karakter huruf iman.
- Pengakuan iman
yang pokok.
Tata Ibadah
- Peran seorang
rohaniwan terhadap
pengembangan
ajaran.
- Fungsi pelayanan
dan pengembangan
umat.
- Rohaniwan dan
Dewan Rohaniwan
MATAKIN.
Tingkat - Kemampuan Tata Ibadah
Pendidikan Dasar menjelaskan definisi, - Lagu-lagu rohani.
(Kelas VII-VIII) makna, fungsi, dan - Definisi agama.
tujuan pengajaran - Fungsi dan tujuan
agama. pengajaran agama.
- Kemampuan - Pendidikan agama di
Menyebutkan dan sekolah.
menjelaskan sejarah - Komunitas agama
asal mula dan Khonghucu.
perkembangan
agama Khonghucu di Sejarah Suci
Indonesia. - Pandangan beragam
- Kemampuan tentang agama
menjelaskan dan Khonghucu.
memahami maksud - Istilah asli agama
perjalanan Nabi Khonghucu.

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Kongzi sebagai Mu - Nabi besar
Duo Tian. penyempurna ajaran
- Kemampuan Ru Jiao.
memahami dan - Awal mula masuknya
menerapkan agama Khonghucu di
keimanan yang Indonesia.
pokok (Chen Xin Zhi - Pengakuan agama
Zhi). Khonghucu secara
- Kemampuan yuridis.
mengenal tempat- - Agama Khonghucu di
tempat ibadah umat era reformasi.
Khonghucu.
- Kemampuan Sejarah Suci
memahami dan - Pengertian Mu Duo.
menerapkan - Kongzi sebagai Mu
pentingnya sikap Duo.
hati-hati, sungguh- - Pengembaraan Nabi
sungguh, rendah Kongzi.
hati, sederhana, dan - Akhir pengembaraan
suka mengalah. Nabi Kongzi.
- Kemampuan - Akhir kehidupan
menyebutkan dan Nabi Kongzi.
menjelaskan makna
Kebajikan (De). Keimanan
- Kemampuan - Pengakuan iman
menjelaskan dan yang pokok.
melakukan tata cara - Delapan ajaran iman.
bersalam dan
menghormat. Tata Ibadah
- Kemampuan - Tempat ibadah umat
menjelaskan secara Khonghucu.
garis besar bagian - Rumah ibadah
kitab Si Shu dan kebaktian.
kitab Xiao Jing. - Ciri khas kelenteng

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Kemampuan agama Khonghucu.
mengenal dupa - Shen Ming dalam
(Xiang) dan Meja agama Khonghucu.
Abu (altar) - Nilai-nilai utama
Leluhur. kelenteng.
- Kemampuan
mengenal dan Perilaku Junzi
melaksanakan - Dampak kecanggihan
upacara sembahyang teknologi.
kepada leluhur.
- Kemampuan Pendidikan Budi Pekerti
memahami dan - Hati-hati dan
menerapkan sungguh-sungguh.
karakter dan - Rendah hati.
perilaku Junzi. - Sederhana dan
- Kemampuan suka mengalah.
memahami dan
melaksanakan Perilaku Junzi
Pokok-pokok ajaran - Makna kebajikan.
moral. - Benih-benih
kebajikan di dalam
diri manusia.
- Makna delapan
kebajikan (Ba De).
- Makna lima
kebajikan (Wu Cang).

Tata Ibadah
- Tata bersalam.
- Menghormat dengan
merangkapkan
tangan (Gui).
- Menghormat dengan
berlutut.

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menghormat dengan
membungkukkan
badan (Ju Gong).

Kitab Suci
- Makna kitab suci.
- Kitab suci yang
pokok (Si Shu).
- Kitab bakti
(Xiao Jing).

Tata Ibadah
- Makna dan fungsi
dupa.
- Macam-macam dupa.
- Ketentuan jumlah
penggunaan dan cara
menancapkan dupa.
- Meja abu (altar)
leluhur.

Tata Ibadah
- Dasar iman
sembahyang kepada
Leluhur.
- Saat-saat
sembahyang kepada
leluhur Sembahyang
Chu Yi dan Shi Wu.
- Sembahyang Qing
Ming.

Perilaku Junzi
- Arti dan makna

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Junzi.
- Prinsip utama Junzi.

Perilaku Junzi
- Semangat belajar.
- Menegakkan jasa.
- Mengerti orang lain
(Zhi Ren).
- Hati-hati/cermat
Berpikir.
- Membenci kepalsuan.
- Kemampuan Perilaku Junzi
memahami penting - Makna pentingnya
nya pembinaan diri pembinaan diri.
sebagai kewajiban - Pembinaan diri
pokok. kewajiban pokok
- Kemampuan setiap orang.
memahami Xiao - Tahap-tahap
sebagai pokok pembinaan diri.
kebajikan. - Makna dan arti kata
- Kemampuan Xiao.
mengenal dan - Bakti kepada
melaksanakan orangtua.
upacara sembahyang - Awal dan akhir laku
kepada Tian. bakti.
- Kemampuan - Macam-macam laku
mengenal rohaniwan bakti.
agama Khonghucu.
- Kemampuan Tata Ibadah
mengenal macam- - Lagu-lagu rohani.
macam upacara - Sembahyang pagi
Liyuan. dan sore.
- Kemampuan - Sembahyang Duan
memahami makna, Yang.

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
manfaat, dan - Tugas dan fungsi
melaksanakan rohaniwan.
kebaktian. - Tingkatan
rohaniwan.
- Makna dan macam-
macam upacara Li
Yuan.
- Tata cara
pelaksanaan upacara
Li Yuan.
- Makna dan fungsi
kebaktian.
- Petugas kebaktian.
- Perlengkapan
kebaktian.
Tingkat - Kemampuan Keimanan
Pendidikan memahami - Penyebutan nama
Menengah kebesaran dan Tuhan.
(Kelas X-XII) kekuasaan Tian atas - Sifat-sifat kebajikan
hidup dan kehidupan Tuhan.
di dunia ini. - Jalan Suci dan
- Kemampuan Hukum Suci.
memahami hakikat
dan sifat dasar Tuhan
manusia. - Kehendak bebas.
- Kemampuan - Prinsip hukum alam.
memahami hakikat - Menentukan kualitas
dan makna ibadah. hidup.
- Kemampuan
memahami makna Perilaku Junzi
dan mempraktikkan - Konsep dasar Yin
persembahyangan Yang.
kepada Tian. - Manusia makhluk
- Kemampuan termulia.

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menjelaskan karya - Sifat dasar manusia.
dan nilai keteladanan - Mengapa manusia
para nabi dan raja berbuat jahat.
suci.
- Kemampuan Tata Ibadah
menjelaskan sejarah - Lagu-lagu rohani.
masuknya agama - Hakikat dan makna
Khonghucu, ibadah.
perkembangan, dan - Pokok-pokok
eksistensi agama peribadahan umat
Khonghucu di Khonghucu.
Indonesia. - Ji Si (sembahyang).
- Kemampuan - Gong Jing (hormat
mengenal tempat - sujud).
ibadah umat - Qi Dao
Khonghucu. syukur- harap.
- Kemampuan - Mo Shi (diam
memahami makna memahami).
perbedaan, dan
mengembangkan Tata Ibadah
sikap toleransi dan - Macam-macam
kerukunan. sembahyang kepada
- Kemampuan Tuhan.
memahami - Sembahyang Jin
pembinaan diri Tian Gong, Duan
sebagai kewajiban Yang, Zhong Qiu,
pokok setiap dan Dong Zhi.
manusia.
- Kemampuan Sejarah Suci
memahami dan - Wahyu He Tu,
mengamalkan Xiao Wahyu Liu Tu,
(laku bakti) Wahyu Luo Shu,
sebagai pokok Wahyu Dan Shu,
kebajikan. Wahyu Yu Shu.
- Kemampuan

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menjelaskan dan
melakukan upacara Sejarah Suci
(sembahyang) kepada - Istilah asli agama
para Suci (Shen Khonghucu.
Ming). - Nabi besar
- Kemampuan penyempurna Ru
memahami Nabi Jiao.
Kongzi sebagai - Agama Khonghucu
Tian Zi Mu Duo. di Indonesia.
- Kemampuan - Agama Khonghucu
menjelaskan dan di era Reformasi
menerapkan prinsip- Tata Ibadah.
prinsip moral yang - Tempat-tempat
diajarkan Mengzi. ibadah umat
- Kemampuan Khonghucu.
memahami dan - Sejarah makna dan
melakukan upacara- fungsi kelenteng.
upacara - Macam dan jenis
persembahyangan kelenteng
kepada leluhur. - Tradisi-tradisi dalam
- Kemampuan kelenteng.
menjelaskan makna
Cinta kasih dan Perilaku Junzi
kebenaran serta - Filosofi Yin –Yang.
mempraktikkannya. - Perbedaan yang
- Melaksanakan mendasari.
upacara sembahyang - Naluri menolak
kepada para suci perbedaan.
(Shenming) di - Toleransi.
kelenteng. - Toleransi
- Merumuskan sikap Dalam
dan tindakan yang Perbedaan.
harus dilakukan - Kerukunan Dalam
untuk Perbedaan.

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
mengembangkan Perilaku Junzi
agama Khonghucu ke - Makna pentingnya
depan. Pembinaan diri.
- Menceritakan - Pembinaan Diri
pengalaman spiritual Kewajiban Pokok
akan kebesaran dan Setiap manusia.
kekuasaan Tian. - Proses pembinaan
- Mempraktikkan diri.
perbuatan menolong
orang sebagai bentuk Perilaku Junzi
ibadah nyata. - Makna dan arti kata
- Mempraktikkan Xiao.
latihan pernafasan - Xiao sebagai pokok
untuk menjaga kebajikan.
kesehatan badan dan - Bakti kepada
rohani (Jing Zhuo). orangtua.
- Mempraktekkan - Akhir laku bakti.
perilaku cinta kasih
dan kebenaran yang Tata Ibadah
bermanfaat - Sembahyang Jing He
mempererat Ping.
persaudaraan dan - Hari persaudaraan.
persahabatan. - Tata cara
sembahyang Jing He
Ping.
- Bakti sosial pada
hari persaudaraan.

Sejarah Suci
- Nenek moyang
Nabi Kongzi.
- Abad kelahiran Nabi
Kongzi.
- Kiprah Nabi Kongzi di

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Negeri Lu.
- Nabi Kongzi
sebagai Mu Duo
Tian.
- Simbol suci Nabi
Kongzi.
- Nama gelar
Nabi Kongzi.
- Akhir kehidupan
Nabi Kongzi.

Perilaku Junzi
- Masa awal
kehidupan Mengzi.
- Kehidupan
profesional Mengzi.
- Prinsip-prinsip
Moralitas.
- Cara mengajar.

Tata Ibadah
- Dasar iman
sembahyang kepada
leluhur.
- Saat-saat
sembahyang kepada
leluhur.
- Sembahyang Chu Yi
dan Shi Wu.
- Sembahyang Qing
Ming.
- Sembahyang hari
wafat leluhur (Zu Ji).
- Sembahyang
menjelang

8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penutupan tahun
(Chu Xi).
- Sembahyang Zhong
Yuan.

Perilaku Junzi
- Ren berdasarkan
terminologi karakter
huruf.
- Ayat suci tentang
ren.
- Makna cinta kasih.
- Pengamalan sikap
cinta Kkasih.
- Arti Yi
berdasarkan
karakter.
- Benih kebenaran.
- Yi sebagai jalan
(selamat) bagi
manusia.
- Yi, dalam hidup
keduniawian.
- Rasa tidak suka itu
benih kebenaran.
- Berpegang teguh
pada kebenaran.
- Kemampuan Kitab Suci
menjelaskan (secara - Makna Kitab Suci.
umum) isi dari kitab - Sejarah
yang pokok (Si Shu) perkembangan Kitab
dan isi kitab yang Suci agama
mendasari (Wu Jing). Khonghucu.
- Kemampuan - Si Shu Kitab Yang
memahami makna Pokok.

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan penerapan sikap - Wu Jing Kitab
Zhong Shu (Satya yang Mendasari.
dan tepa selira).
- Kemampuan Perilaku Junzi
memahami - Karakteristik dan
pentingnya pelaksanaan sikap
pendidikan dan huruf Zhong.
belajar dalam - Karakteristik
menggenapi kodrat huruf Shu dan
suci kemanusiaan. pengamalan sikap
- Kemampuan dan laku tepa
memahami makna selira (Shu).
dan menjalankan
sikap hidup Tengah Perilaku Junzi
Sempurna. - Tujuan Belajar.
- Kemampuan - Konsep dasar belajar
menjelaskan makna dan penerapannya.
agamis Xin Chun - Belajar sebagai
(tahun baru Kongzi- proses pembinaan
li) dan kaitannya diri.
dengan tradisi dan - Metodologi belajar.
budaya. - Belajar berarti
- Kemampuan praktik.
memahami dan
menerapkan sikap Perilaku Junzi
dan karakter Junzi. - Definisi Zhong
- Menunjukkan sikap (tengah) tengah
orang yang suka sempurna.
belajar. - Jalan suci sulit
- Melaksanakan ajaran terlaksana.
Zhongshu (tepa - Misi utama ajaran
selira) dalam khonghucu.
kehidupan nyata.
- Melaksanakan hidup Tata Ibadah

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tengah Sempurna - Lagu-lagu rohani.
dalam kehidupan - Peredaran empat
nyata (Zhong Yung). musim.
- Menjelaskan makna - Mengenal sistem
Tahun Baru Kongzi-li penanggalan.
dari ajaran agama - Penentuan awal
Khonghucu. Tahun Kalender
- Memahami makna Kongzi-li.
Junzi sebagai cita- - Penentuan jatuhnya
cita umat agama Tahun Baru Kongzi-
Khonghucu menjadi li.
orang suci dan bijak. - Makna Tahun Baru
Kongzi-li di
Indonesia.
- Budaya dan tradisi
yang mengikuti
Tahun Baru Kongzi-
li.
- Tahun Baru Kongzi-li
Di Indonesia.

Perilaku Junzi.
- Arti dan makna
Junzi, prinsip utama
Junzi, pribadi Junzi.

9
2. Muatan Pendidikan Kewarganegaraan pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan sikap - Kandungan moral
Pendidikan sebagai mahluk Pancasila dalam
Dasar (Kelas I-VI) ciptaan Tuhan Yang Lambang Negara.
Maha Esa dalam - Bentuk dan tujuan
konteks keberagaman norma/kaidah dalam
kehidupan di masyarakat.
lingkungan rumah - Semangat
dan sekolah sebagai kebersamaan dalam
perwujudan moral keberagaman.
Pancasila. - Persatuan dan
- Mengenal kesatuan bangsa.
karakteristik individu,
tata tertib, kesatuan,
dan simbol- simbol
Pancasila di rumah
dan sekolah.
- Melaksanakan tata
tertib dalam konteks
beragam teman di
keluarga dan sekolah
sesuai Pancasila.
- Menerima karunia - Makna simbol-simbol
Tuhan Yang Maha Pancasila dan
Esa atas karakteristik lambang negara
individu, hak dan Indonesia.
kewajiban, persatuan - Hak, kewajiban,
dalam keberagaman. dan tanggung
- Memahami makna jawab
simbol-simbol warganegara.
Pancasila di rumah, - Makna

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sekolah dan keberagaman
masyarakat. personal, sosial,
- Menunjukkan sikap dan kultural.
baik sebagai sesama - Persatuan dan
mahluk ciptaan kesatuan
Tuhan Yang Maha - Moralitas sosial dan
Esa, hak dan politik warga negara/
kewajibannya, dan pejabat negara, dan
kebhinnekatunggalika tokoh masyarakat.
an sebagai
perwujudan nilai dan
moral Pancasila.
- Melaksanakan
kerjasama dengan
teman dalam
kebersamaan dan
keberagaman di
lingkungan rumah,
sekolah dan
masyarakat sekitar.
- Menjelaskan nilai dan - Nilai dan
moral Pancasila, moral
makna hak, Pancasila.
kewajiban dan - Hak, kewajiban, dan
tanggung jawab, tanggung jawab
manfaat Bhinneka warganegara.
Tunggal Ika, nilai- - Keanekaragaman
nilai persatuan dan sosial dan budaya
kesatuan di dan pentingnya
lingkungan rumah, kebersamaan.
sekolah, dan - Nilai dan moral
masyarakat. persatuan dan
- Menunjukkan sikap kesatuan bangsa.
kebersamaan dalam - Moralitas terpuji
dalam kehidupan

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keberagaman sebagai sehari-hari.
mahluk ciptaan
Tuhan Yang Maha
Esa; patuh terhadap
tata tertib dan
aturan; bertanggung
jawab dan rela
berkorban; semangat
kebhinnekatunggalika
an.
- Menunjukkan sikap
bangga sebagai
bangsa Indonesia
dalam kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara.
- Melaporkan secara
lisan dan tulisan dan
melaksanakan
kewajiban sesuai
nilai-nilai dan moral
Pancasila,
menegakkan aturan
dan menjaga
ketertiban, kerja
sama, nilai-nilai
persatuan dan
kesatuan, dan
keberagaman di
lingkungan keluarga,
sekolah, dan
masyarakat.
Tingkat - Menjelaskan - Komitmen para

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Pendidikan komitmen para pendiri Negara dalam
Dasar (Kelas VII- pendiri Negara dalam merumuskan dan
IX) merumuskan dan menetapkan
menetapkan Pancasila.
Pancasila. - Proses perumusan
- Menganalisis proses dan pengesahan
pengesahan Undang- Undang-Undang
Undang Dasar Dasar Negara
Republik Indonesia Republik
Tahun 1945. Indonesia Tahun
- Menunjukkan sikap 1945.
toleransi dalam - Norma hukum dan
makna keberagaman kepatutan yang
dalam bingkai berlaku dalam
Bhinneka Tunggal Ika. kehidupan
- Menjelaskan bermasyarakat dan
karakteristik daerah bernegara.
tempat tinggalnya - Harmoni keutuhan
dalam kerangka wilayah dan
NKRI. kehidupan dalam
- Menunjukkan konteks NKRI.
perilaku menghargai - Makna keberagaman
dengan dasar: moral, suku, agama, ras,
norma, prinsip dan budaya, dan gender
spirit dalam bingkai
kewarganegaraan. Bhinneka Tunggal
Ika.
- Menunjukkan sikap - Dinamika
dalam dinamika perwujudan nilai dan
perwujudan Pancasila moral Pancasila
dalam kehidupan dalam kehidupan
sehari-hari secara sehari-hari .
individual dan - Esensi nilai dan
kolektif. moral Pancasila
- Menganalisis nilai dalam Pembukaan

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan moral yang Undang- Undang
terkandung dalam Dasar Negara
Pembukaan Undang- Republik Indonesia
Undang Dasar Negara Tahun 1945.
Republik Indonesia - Makna ketentuan
Tahun 1945. hukum yang berlaku
- Menjelaskan masalah dalam perwujudan
yang muncul terkait kedamaian dan
keberagaman keadilan.
masyarakat dan cara - Semangat persatuan
pemecahannya. dan kesatuan dalam
- Menerapkan perilaku keberagaman
kewarganegaraan masyarakat.
berdasarkan prinsip - Aspek-aspek
saling menghormati, pengokohan NKRI.
dan menghargai
dalam rangka
pengokohan NKRI.
- Menghargai dan
menghayati dengan
dasar: kesadaran
nilai, moral, norma,
prinsip dan spirit
keseluruhan entitas
kehidupan
kebangsaan.
Tingkat - Menganalisis, dan - Dinamika kasus-
Pendidikan menyajikan kasus- kasus pelanggaran
Menengah (Kelas kasus pelanggaran HAM beserta
X-XII) HAM yang tidak penanganannya
sesuai dengan nilai- secara adil.
nilai Pancasila. - Nilai dan moral yang
- Menyajikan bentuk terkandung dalam
dan kedaulatan pasal-pasal Undang-

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
negara berdasarkan Undang Dasar Negara
Undang-Undang Republik Indonesia
Dasar Negara Tahun 1945.
Republik Indonesia - Semangat mengatasi
Tahun 1945. ancaman untuk
- Menunjukkan sikap membangun integrasi
positif terhadap nasional dalam
NKRI dilihat dari bingkai Bhinneka
konteks geopolitik. Tunggal Ika.
- Berinteraksi dengan - Dinamika kehidupan
teman dan orang lain berbangsa dan
berdasarkan prinsip bernegara sesuai
saling menghormati, konsep NKRI dan
dan menghargai geopolitik Indonesia.
dalam keberagaman
suku, agama, ras,
budaya dan gender.
- Mengamalkan dengan
dasar: kesadaran
nilai, moral, norma,
prinsip, spirit dan
tanggung jawab
keseluruhan entitas
kehidupan yang
berkeadaban.
- Menunjukkan sikap - Nilai ideal,
positif terhadap instrumental, dan
nilai fundamental, praksis sila-sila
instrumental, dan Pancasila.
praksis sila-sila - Dinamika
Pancasila. pelaksanaan pasal-
- Menganalisis pasal yang mengatur
pengelolaan tentang keuangan
kekuasaan Negara negara dan

9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sesuai dengan kekuasaan
Undang-Undang kehakiman.
Dasar Negara - Dinamika pengelolaan
Republik dan penyalahgunaan
Indonesia Tahun wewenang oleh
1945. pejabat negara serta
- Menganalisis strategi penanganannya
yang diterapkan (Kolusi, Korupsi, dan
Indonesia dalam Nepotisme).
menyelesaikan - Strategi yang
ancaman dalam diterapkan dalam
bingkai Bhinneka memperkokoh
Tunggal Ika. persatuan dengan
- Menganalisis bingkai Bhinneka
penyelenggaraan Tunggal Ika.
Negara dalam - Dinamika
konsep NKRI dan penyelenggaraan
konsep Negara negara dalam konsep
federal NKRI dan konsep
- Mengamalkan Negara federal.
(dengan dasar:
kesadaran nilai,
moral, norma,
prinsip, spirit dan
tanggung jawab)
makna kehidupan
berbangsa dan
bernegara Indonesia
yang berkeadaban.

9
3. Muatan Bahasa Indonesia
3.1. Muatan Bahasa Indonesia pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kepedulian, - Bentuk dan ciri teks
Pendidikan rasa percaya diri, faktual (deskriptif,
Dasar (Kelas I-VI) kedisiplinan, dan petunjuk/arahan,
tanggung jawab laporan sederhana), teks
dalam pemanfaatan tanggapan (ucapan
bahasa Indonesia. terima kasih,
- Mengenal konteks permintaan maaf,
budaya dan konteks diagram/tabel), teks
sosial, satuan cerita (narasi sederhana,
kebahasaan, serta puisi) teks cerita non-
unsur paralinguistik naratif (cerita
dalam penyajian diri/personal, buku
teks. harian).
- Mengenal bentuk - Konteks budaya, norma,
dan ciri teks serta konteks sosial
deskriptif serta yang melatarbelakangi
teks laporan lahirnya jenis teks.
sederhana. - Paralinguistik (lafal,
- Menyajikan secara kelantangan, intonasi,
lisan dan tulis tempo, gestur, dan
berbagai teks mimik).
sederhana. - Satuan bahasa
pembentuk teks:
kalimat sederhana dua
kata pola SP.
- Memiliki kepedulian, - Bentuk dan ciri teks
rasa percaya diri, genre faktual (teks
kedisiplinan dan laporan informatif hasil
tanggung jawab observasi, teks

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dalam pemanfaatan arahan/petunjuk, teks
bahasa Indonesia. instruksi, teks surat
- Mengenal konteks tanggapan pribadi),
budaya dan konteks genre cerita (cerita
sosial, satuan petualangan, genre
kebahasaan, serta tanggapan, teks
unsur paralinguistik dongeng, teks
dalam penyajian permainan/dolanan
teks. daerah (teks wawancara,
- Mengenal bentuk ulasan buku).
dan ciri teks - Konteks budaya, norma,
berbagai teks serta konteks sosial
sederhana. yang melatarbelakangi
- Menganalisis lahirnya jenis teks.
informasi di - Satuan bahasa
dalam berbagai pembentuk teks:
teks sederhana. kalimat sederhana pola
- Menyajikan berbagai SPO dan SPOK, kata,
teks sederhana dan kelompok kata.
secara lisan. - Penanda kebahasaan
- Menyusun berbagai dalam teks.
teks sederhana
secara tulis.
- Memiliki kepedulian, - Bentuk dan ciri teks
rasa percaya diri, genre faktual (teks
kedisiplinan dan laporan buku, laporan
tanggung jawab investigasi, teks
dalam pemanfaatan penjelasan tentang
bahasa Indonesia. proses, teks paparan
- Mengenal konteks iklan), genre cerita (teks
budaya dan konteks narasi sejarah, teks
sosial, satuan pantun dan syair), dan
kebahasaan, serta genre tanggapan (pidato
unsur paralinguistik persuasif, ulasan buku,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dalam penyajian teks paparan, teks
teks. penjelasan).
- Mengenal bentuk - Konteks budaya, norma,
dan ciri teks serta konteks sosial
sederhana. yang melatarbelakangi
- Menganalisis lahirnya jenis teks.
informasi di - Satuan bahasa
dalam berbagai pembentuk teks:
teks sederhana. kalimat sederhana pola
- Menyajikan berbagai SPPel, SPOPel,
teks sederhana SPOPelK, kata, frasa,
secara lisan. pilihan kata/diksi.
- Menyusun berbagai - Penanda kebahasaan
teks sederhana dalam teks.
secara tulis. - Paralinguistik (lafal,
kelantangan, intonasi,
tempo, gestur, dan
mimik).
Tingkat - Memiliki perilaku - Struktur teks genre
Pendidikan Dasar jujur, percaya diri, cerita (teks cerita
(Kelas VII-IX) tanggung jawab, pendek, teks cerita
kreatif, peduli, moral, teks cerita
santun dalam biografi, teks cerita
merespons berbagai prosedur), genre faktual
hal secara pribadi. (hasil observasi, teks
- Mengenal konteks eksplanasi), genre
budaya dan konteks tanggapan (teks
sosial, satuan tanggapan deskriptif,
kebahasaan, serta teks eksposisi, teks
unsur paralinguistik diskusi, teks ulasan).
dalam penyajian - Konteks budaya, norma,
teks. serta konteks sosial
- Mengenal bentuk yang melatarbelakangi
dan ciri teks dalam lahirnya jenis teks.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
genre cerita, faktual, - Satuan bahasa
dan tanggapan. pembentuk teks: bunyi
- Memahami teks bahasa, fonem, morfem,
dalam genre cerita, kata, kelas kata, frasa,
faktual, dan klausa.
tanggapan. - Penanda kebahasaan
- Mengklasifikasi teks dalam teks.
dalam genre cerita, - Paralinguistik (lafal,
faktual, dan kelantangan, intonasi,
tanggapan. tempo, gestur, dan
- Menemukan makna mimik).
teks dalam genre -
cerita, faktual, dan
tanggapan.
- Menyajikan teks
dalam genre cerita,
faktual, dan
tanggapan secara
lisan dan tulis.
- Memiliki perilaku - Struktur teks genre
jujur, percaya diri, cerita (teks eksemplum),
tanggung jawab, genre faktual (teks
kreatif, peduli serta rekaman percobaan),
santun dalam dan genre tanggapan
menangani dan (teks tantangan,
memberikan tanggapan kritis).
berbagai hal. - Konteks budaya, norma,
- Mengenal konteks serta konteks sosial
budaya dan konteks yang melatarbelakangi
sosial, satuan lahirnya jenis teks.
kebahasaan, serta - Satuan bahasa
unsur paralinguistik pembentuk teks: klausa,
dalam penyajian kalimat inti, kalimat
teks. tunggal, kalimat

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengenal bentuk majemuk.
dan ciri teks dalam - Penanda kebahasaan
genre faktual, dalam teks.
tanggapan, dan - Paralinguistik (lafal,
cerita. kelantangan, intonasi,
- Memahami teks tempo, gestur, dan
dalam genre faktual, mimik).
tanggapan, dan
cerita.
- Mengklasifikasi teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita.
- Menemukan makna
teks dalam genre
faktual, tanggapan,
dan cerita.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
Tingkat - Memiliki perilaku - Bentuk teks genre
Pendidikan jujur, tanggung cerita (teks anekdot,
Menengah (Kelas jawab, peduli, pantun, cerita ulang),
X-XII) responsif dan santun faktual (laporan hasil
dalam menggunakan observasi, eksposisi,
bahasa Indonesia prosedur kompleks,
untuk menanggapi eksplanasi kompleks),
fenomena alam dan dan tanggapan (teks
sosial. negosiasi dan reviu
- Mengenal konteks film/drama).
budaya dan konteks - Struktur teks bergenre
sosial, satuan cerita (teks anekdot,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kebahasaan, serta pantun, cerita ulang),
unsur paralinguistik faktual (laporan hasil
dalam penyajian observasi, prosedur
teks. kompleks, eksplanasi
- Memahami bentuk, kompleks), dan
struktur, dan tanggapan (teks
kaidah teks dalam negosiasi dan reviu
genre cerita, film/drama).
faktual, dan - Konteks budaya dan
tanggapan. situasi yang
- Membandingkan dan melatarbelakangi
menganalisis teks lahirnya sebuah teks.
dalam genre cerita, - Satuan bahasa
faktual, dan pembentuk teks: bunyi
tanggapan. bahasa, fonem, suku
- Mengklasifikasi teks kata, morf, kata, kelas
dalam genre cerita, kata, diksi, frasa.
faktual, dan - Penanda kebahasaan
tanggapan. dalam teks.
- Memilih teks sesuai - Paralinguistik (lafal,
dengan genre untuk kelantangan, intonasi,
mengungkapkan tempo, gestur, dan
gagasan. mimik).
- Menemukan makna
teks dalam genre
faktual, tanggapan,
dan cerita.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis dan
menyuntingnya.
- Mengabstraksi teks
dalam genre faktual,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
- Mengalihkan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis ke dalam
bentuk lain.
- Memiliki sikap jujur, - Bentuk teks genre cerita
disiplin, dan peduli (teks cerita sejarah,
dalam menanggapi novel), faktual (berita),
fenomena alam dan dan tanggapan (teks
sosial. iklan, editorial/opini).
- Mengenal konteks - Struktur dan fitur
budaya dan konteks bahasa teks genre cerita
sosial, satuan (teks anekdot, pantun,
kebahasaan, serta cerita ulang ), faktual (
unsur paralinguistik laporan hasil observasi,
dalam penyajian prosedur kompleks,
teks. eksplanasi kompleks),
- Memahami bentuk, dan tanggapan (teks
struktur, dan negosiasi).
kaidah teks dalam - Konteks budaya dan
genre cerita, situasi yang
faktual, dan melatarbelakangi
tanggapan. lahirnya sebuah teks.
- Membandingkan dan - Satuan bahasa
menganalisis teks pembentuk teks: klausa,
dalam genre cerita, kalimat inti, kalimat
faktual, dan tunggal, kalimat
tanggapan. majemuk.
- Menemukan makna - Penanda kebahasaan
teks dalam genre dalam teks.
faktual, tanggapan,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan cerita. - Paralinguistik (lafal,
- Mengklasifikasi teks kelantangan, intonasi,
dalam genre cerita, tempo, gestur, dan
faktual, dan mimik).
tanggapan.
- Memilih teks dalam
genre faktual,
tanggapan, dan
cerita untuk
mengungkapkan
gagasan.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis dan
menyuntingnya.
- Mengabstraksi teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
- Mengalihkan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis ke dalam
bentuk lain.

1
3.2. Muatan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
Peminatan pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki perilaku - Struktur teks genre
Pendidikan jujur, tanggung cerita (teks cerita
Menengah jawab, peduli, dan pendek, biografi, drama,
(Kelas X-XII) responsif dalam novel, hikayat, cerita
menggunakan pengalaman, puisi),
bahasa Indonesia genre faktual
untuk menanggapi (argumentasi,
fenomena alam dan eksplanasi, eksposisi)
sosial dan genre tanggapan (teks
memperdalam kajian pendapat narasumber).
ilmu. - Konteks budaya, norma,
- Mengenal konteks serta konteks sosial
budaya dan konteks yang melatarbelakangi
sosial, satuan lahirnya jenis teks.
kebahasaan, serta - Satuan bahasa
unsur paralinguistik pembentuk teks
dalam penyajian - Penanda kebahasaan
teks. dalam teks.
- Memahami teks - Paralinguistik (lafal,
dalam genre faktual, kelantangan, intonasi,
tanggapan, dan tempo, gestur, dan
cerita. mimik).
- Mengidentifikasi isi - Kebahasaan: hakikat
dan menganalisis bahasa, bunyi bahasa,
teks dalam genre unsur segmental dan
faktual, tanggapan, suprasegmental,
dan cerita. perkembangan bahasa
- Menemukan makna Indonesia, kedudukan
teks dalam genre dan fungsi bahasa
faktual, tanggapan, Indonesia, kaidah dasar
dan cerita. (tentang kata, frasa,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menyajikan teks klausa, dan kalimat),
dalam genre faktual, relasi makna.
tanggapan, dan cerita - Kesastraan: karakteristik
secara lisan dan puisi lama dan puisi baru,
tulis. karakteristik prosa lama
- Menerapkan tata dan prosa baru, jenis
bahasa Indonesia drama, sinopsis novel,
dalam berbagai resensi novel, drama,
jenis teks. dan film.
- Menemukan
karakteristik
berbagai jenis sastra.
- Memiliki perilaku - Struktur teks genre
jujur, tanggung cerita (teks cerita
jawab, peduli, dan pendek, biografi, drama,
responsif dalam novel, hikayat, cerita
menggunakan pengalaman, puisi),
bahasa Indonesia genre faktual
untuk menanggapi (argumentasi,
fenomena alam dan eksplanasi) genre
sosial dan tanggapan(teks
memperdalam kajian pendapat narasumber).
ilmu. - Konteks budaya, norma,
- Mengenal konteks serta konteks sosial
budaya dan konteks yang melatarbelakangi
sosial, satuan lahirnya jenis teks.
kebahasaan, serta - Satuan bahasa
unsur paralinguistik pembentuk teks.
dalam penyajian - Penanda kebahasaan
teks. dalam teks.
- Memahami teks - Paralinguistik (lafal,
dalam genre faktual, kelantangan, intonasi,
tanggapan, dan tempo, gestur, dan
cerita. mimik).

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengidentifikasi isi - Kebahasaan: fungsi
dan menganalisis bahasa, struktur
teks dalam genre kalimat, pengembangan
faktual, tanggapan, paragraf, penulisan
dan cerita. karya ilmiah.
- Menemukan makna - Kesastraan: analisis
teks dalam genre puisi, analisis cerpen,
faktual, tanggapan, konversi novel ke
dan cerita. film.
- Menyajikan teks - Kesantunan berbahasa:
dalam genre faktual, prinsip kesantunan,
tanggapan, dan cerita retorika dan prinsip
secara lisan dan retorika.
tulis.
- Menerapkan tata
bahasa Indonesia
dalam berbagai
jenis teks.
- Menganalisis jenis-
jenis sastra
Indonesia.
- Menerapkan
kesantunan
berbahasa dalam
beretorika dan
berbicara di
depan
umum.

1
4. Muatan Matematika
4.1. Muatan Matematika pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan sikap - Bilangan asli dan
Pendidikan positif bermatematika: pecahan sederhana.
Dasar (Kelas I-VI) logis, cermat dan - Geometri dan
teliti, jujur, pengukuran sederhana.
bertanggung jawab, - Statistika sederhana.
dan tidak mudah
menyerah dalam
menyelesaikan
masalah, sebagai
wujud implementasi
kebiasaan dalam
inkuiri dan eksplorasi
matematika.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memahami
penjumlahan dan
pengurangan bilangan
asli.
- Mengelompokkan
benda menurut
tampilan bentuknya
- Memahami efek

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penambahan dan
pengurangan dari
kumpulan objek.
- Mengidentifikasi
seluruh dan bagian
dalam kehidupan
sehari- hari.
- Menggunakan gambar
atau foto untuk
menyatakan sebuah
informasi dan
menjawab pertanyaan
mengenainya.
- Menggunakan model
konkret dalam
penyelesaian
masalah.
- Menunjukkan sikap - Bilangan bulat dan
positif bermatematika: bilangan pecahan.
logis, kritis, cermat - Geometri (sifat dan
dan teliti, jujur, unsur) dan Pengukuran
bertanggung jawab, (satuan standar).
dan tidak mudah - Statistika
menyerah dalam (pengumpulan dan
menyelesaikan penyajian data
masalah, sebagai sederhana).
wujud implementasi
kebiasaan dalam
inkuiri dan eksplorasi
matematika.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
rasa, percaya diri, dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
ketertarikan pada
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar
mengidentifikasi
kemiripan dan
perbedaan berbagai
sudut.
- Menjelaskan pola
bangun dalam
kehidupan sehari-hari
dan memberikan
dugaan kelanjutannya
berdasarkan pola
berulang.
- Memahami
penjumlahan dan
pengurangan bilangan
bulat dan pecahan.
- Mengelompokkan
benda menurut
bentuknya dan
disertai justifikasi.
- Menyelesaikan
masalah aritmetika
sehari-hari sebagai
penerapan
pemahaman atas efek
penambahan dan
pengurangan.
- Menyadari objek
dapat dipandang
sebagai kesatuan dari
bagian-bagiannya.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memberikan
interpretasi dari
sebuah sajian
informasi/data.
- Menggunakan model
konkret dan
simbolik atau
strategi lain dalam
penyelesaian
masalah sehari-hari.
- Menunjukkan sikap - Bilangan (termasuk
positif bermatematika: pangkat dan akar
logis, kritis, cermat sederhana).
dan teliti, jujur, - Geometri dan
bertanggung jawab, Pengukuran (termasuk
dan tidak mudah satuan turunan).
menyerah dalam - Statistika dan peluang.
menyelesaikan
masalah, sebagai
wujud implementasi
kebiasaan dalam
inkuiri dan eksplorasi
matematika.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Bersikap terbuka
menghadapi
perbedaan sudut
pandang dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
mengemukakan
kemungkinan sudut
pandang yang
berbeda dari yang
dimilikinya.
- Menemukan pola
bangun datar untuk
menarik kesimpulan
atau menyusun
bukti/justifikasi
sederhana.
- Memahami
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian dan
pembagian bilangan
bulat dan pecahan.
- Mengelompokkan
benda ruang menurut
sifatnya.
- Memberi estimasi
penyelesaian masalah
dan
membandingkannya
dengan hasil
perhitungan
- Memberikan
visualisasi dan
deskripsi proporsi dan
menggunakannya dan
penyelesaian
masalah.
- Mengumpulkan data
yang relevan dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menyajikannya dalam
bentuk tabel, gambar,
daftar.
- Menggunakan simbol
dalam pemodelan,
mengidentifikasi
informasi,
menggunakan strategi
lain bila tidak
berhasil.
Tingkat - Menunjukkan sikap - Bilangan Rasional.
Pendidikan Dasar logis, kritis, analitis, - Aljabar (pengenalan).
(Kelas VII-IX) cermat dan teliti, - Geometri (termasuk
bertanggung jawab, transformasi).
responsif, dan tidak - Statistika dan Peluang.
mudah menyerah - Himpunan.
dalam memecahkan
masalah.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
rasa percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka,
objektif dalam
interaksi
kelompok maupun

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas.
- Mengidentifikasi pola
dan menggunakannya
untuk menduga
perumuman/aturan
umum dan
memberikan prediksi.
- Memahami konsep
bilangan rasional
dilengkapi operasi
dan urutan.
- Mengenal bentuk
aljabar sederhana
(linear, kuadrat).
- Memanfaatkan
interpretasi geometri
fungsi kuadrat dalam
menyelesaikan
persamaan.
- Memahami konsep
himpunan dan
operasinya serta
fungsi dan
menyajikan (diagram,
tabel, grafik).
- Memahami bangun
datar berdasarkan
sifat-sifat atau fitur-
fitur (banyak sisi,
keteraturan, ukuran),

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan transformasi yang
menghubungkannya.
- Memberi estimasi
penyelesaian masalah
dan
membandingkannya
dengan hasil
perhitungan.
- Menjelaskan dan
memvisualisasikan
pecahan yang
ekuivalen.
- Membandingkan,
memberi interpretasi
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami konsep
peluang empirik.
- Menggunakan simbol
dalam pemodelan,
mengidentifikasi
informasi,
menggunakan strategi
lain bila tidak
berhasil.
- Menunjukkan sikap, - Aljabar.
logis, kritis, analitis, - Geometri (termasuk
kreatif, cermat dan bangun tidak
teliti, bertanggung beraturan).
jawab, responsif, dan - Statistika dan Peluang
tidak mudah (termasuk metode
menyerah dalam statistik sederhana).
memecahkan
masalah.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
rasa percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif
dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas.
- Mengidentifikasi
kecenderungan dan
menyajikannya dalam
aturan bilangan
(barisan dan deret)
atau relasi lainnya.
- Memahami operasi
pangkat, akar,
bilangan dan
kaitannya dengan
konsep urutan.
- Mengenal dan
berbagai

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
manipulasi/transform
asi aljabar
(mengkuadratkan dan
memfaktorkan) dan
menggunakannya
dalam penyelesaian
masalah seperti
persamaan dan
pertidaksamaan.
- Menggunakan konsep
diskriminan dalam
mengidentifikasi
eksistensi solusi dan
interpretasi
geometrisnya.
- Mengelompokkan
bangun datar
menurut
kesebangunan
dan/atau
kekongruenan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar.
- Visualisasi dan
deskripsi proporsi
persentase, rasio, dan
laju.
- Membandingkan,
memberi interpretasi
berbagai metoda
penyajian termasuk
penyajian data yang

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
disertai statistik
deskriptif.
- Memahami konsep
peluang empirik dan
teoritik.
- Menggunakan simbol
dalam pemodelan,
mengidentifikasi
informasi, memilih
strategi yang paling
efektif.
Tingkat - Menunjukkan sikap - Bilangan Real.
Pendidikan logis, kritis, analitis, - Aljabar.
Menengah kreatif, cermat dan - Geometri dan
(Kelas X-XII) teliti, bertanggung Transformasi.
jawab, responsif, dan - Dasar-dasar
tidak mudah Trigonometri.
menyerah dalam - Limit fungsi Aljabar.
memecahkan - Matriks.
masalah. - Kombinatorika.
- Memiliki rasa ingin - Statistika dan Peluang.
tahu, percaya diri, - Turunan Fungsi
semangat belajar yang Aljabar.
kontinu, pemikiran - Program Linear.
reflektif, dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menjelaskan pola dan
menggunakannya
untuk melakukan
prediksi dan
kecenderungan
jangka panjang;
menggunakannya
untuk memprediksi
kecenderungan (trend)
atau memeriksa
kesahihan argumen.
- Mengutarakan dan
menggali sifat-sifat
fungsi pangkat dan
logaritma, dengan
memanfaatkan
hubungan saling
inverse keduanya.
- Mengenal dan
menggunakan sifat-
sifat aljabar dalam
menyelesaikan
masalah sistem

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
persamaan dan
pertidaksamaan,
dibantu dengan
teknik geometri, dan
memberikan tafsiran
geometrinya.
- Memahami dan
menggunakan konsep
operasi aljabar fungsi
termasuk komposisi.
- Menggunakan sifat-
sifat transformasi
untuk menyelidiki
kesebangunan dan
kekongruenan dan
menggunakannya
untuk memahami
perbandingan
trigonometri.
- Memanfaatkan
pendekatan koordinat
dalam menyelesaikan
masalah geometri
(dan juga aljabar pada
umumnya).
- Menggunakan konsep
limit untuk
memahami
kecenderungan fungsi
dan menghampiri
fungsi.
- Menggunakan konsep
turunan untuk
memahami

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kecenderungan dalam
laju perubahan serta
menggunakannya
dalam pemodelan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi
dalam
menyederhanakan
(scaling) masalah,
mengestimasi dan
menghitung
perubahan rasio
(turunan).
- Membandingkan dan
menilai keefektifan
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami dan
menggunakan
berbagai teknik
menghitung, dengan
prinsip perkalian
sebagai prinsip
perkalian sentral.
- Memahami konsep
peluang yang
didasarkan frekuensi
relatif; memanfaatkan
teknik kombinatorika
dalam menentukan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
peluang.
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman.
- Menunjukkan sikap - Bilangan Real.
logis, kritis, analitis, - Aljabar.
kreatif, cermat dan - Geometri Ruang.
teliti, bertanggung - Bunga majemuk,
jawab, responsif, dan Angsuran,
tidak mudah Anuitas.
menyerah dalam - Pertumbuhan, dan
memecahkan Peluruhan.
masalah. - Matriks dan Vektor.
- Memiliki rasa ingin - Induksi matematika
tahu, percaya diri, - Integral.
semangat belajar yang - Logika.
kontinu, pemikiran
reflektif dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menggunakan pola
untuk menjelaskan
kecenderungan
jangka panjang dan
menggunakannya
dalam konteks dunia
nyata, dan
memanfaatkannya
dalam pemecahan
masalah atau
berargumentasi.
- Memahami konsep
matriks dan
operasinya dan
menggunakannya
dalam pemecahan
masalah.
- Menganalisis sifat-
sifat sederhana dari
bangun ruang seperti
diagonal ruang,
diagonal bidang, dan
bidang diagonal.
- Menggunakan konsep
integral untuk
memahami masalah
akumulasi dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menghampirinya,
dengan penerapan
misalnya pada
masalah luas dan
volume.
- Menggunakan
hubungan turunan
dan integral.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar,
visualisasi geometris
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi untuk
menyederhanakan
kompleksitas
perhitungan, dan
mengestimasi.
- Mengevaluasi
penyajian data
dengan cara
membandingkan
penyajian data,
statistik, dan data
aktual.
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman

1
4.2. Muatan Matematika untuk kelompok peminatan matematika dan
ilmu-ilmu alam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan sikap - Bilangan Real.
Pendidikan logis, kritis, analitis, - Eksponensial,
Menengah kreatif, cermat dan Logaritma dan
(Kelas X-XII) teliti, bertanggung Pertidaksamaannya.
jawab, responsif, dan - Aljabar.
tidak mudah - Geometri dan
menyerah dalam Transformasi.
memecahkan - Fungsi dan Persamaan.
masalah. - Trigonometri.
- Memiliki rasa ingin - Limit fungsi Aljabar.
tahu, percaya diri, - Matriks.
semangat belajar yang - Kombinatorika.
kontinu, pemikiran - Statistika dan Peluang.
reflektif dan - Turunan Fungsi
ketertarikan pada Aljabar.
matematika. - Program Linear.
- Memiliki rasa - Irisan Kerucut.
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menjelaskan pola dan
menggunakannya
untuk melakukan
prediksi dan
kecenderungan
jangka panjang;
menggunakannya
untuk memprediksi
kecenderungan atau
memeriksa kesahihan
argument.
- Mengutarakan dan
menggali sifat-sifat
fungsi pangkat dan
logaritma, dengan
memanfaatkan
hubungan saling
inverse keduanya.
- Menganalisis sifat
grafik eksponensial
dan logaritma, nilai
mutlak dan
memanfaatkannya
dalam menyelesaikan
persamaan logaritma,
nilai mutlak.
- Mengenal dan
menggunakan sifat-
sifat aljabar dalam
menyelesaikan
masalah sistem

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
persamaan linear dan
kuadrat dan
pertidaksamaan linear
dan kuadrat, dibantu
dengan teknik
geometri, dan
memberikan tafsiran
geometrinya.
- Memahami dan
menggunakan konsep
operasi aljabar fungsi
termasuk komposisi.
- Menggunakan sifat-
sifat transformasi
untuk menyelidiki
kesebangunan dan
kekongruenan dan
menggunakannya
untuk memahami
perbandingan
trigonometri,
persamaan
trigonometri.
- Memanfaatkan
pendekatan koordinat
dalam menyelesaikan
masalah geometri
(dan juga aljabar pada
umumnya).
- Memahami sifat
geometri bidang yang
menyangkut dalil titik
berat segitiga, dalil
intersep, dalil segmen

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
garis dan
menggunakannya
dalam membuktikan
sifat geometri.
- Mendeskripsikan
konsep fungsi
trigonometri dan
hubungan
diantaranya.
- Memahami
persamaan berbagai
irisan kerucut dan
grafiknya dan
kaitannya.
- Menggunakan konsep
limit untuk
memahami
kecenderungan fungsi
dan menghampiri
fungsi.
- Menggunakan konsep
turunan untuk
memahami
kecenderungan dalam
laju perubahan serta
menggunakannya
dalam pemodelan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi dalam

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menyederhanakan
(scaling) masalah,
mengestimasi dan
menghitung
perubahan rasio
(turunan).
- Membandingkan dan
menilai keefektifan
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami dan
menggunakan
berbagai teknik
menghitung, dengan
prinsip perkalian
sebagai prinsip
perkalian sentral.
- Memahami konsep
peluang yang
didasarkan frekuensi
relatif; memanfaatkan
teknik kombinatorika
dalam menentukan
peluang
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman.
- Menunjukkan sikap - Aljabar.
logis, kritis, analitis, - Bilangan Real.
kreatif, cermat dan - Aljabar.
teliti, bertanggung - Geometri Ruang.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jawab, responsif, dan - Bunga majemuk,
tidak mudah Angsuran,
menyerah dalam Anuitas.
memecahkan - Pertumbuhan, dan
masalah. Peluruhan.
- Memiliki rasa ingin - Matriks dan Vektor.
tahu, percaya diri, - Induksi matematika.
dan ketertarikan pada - Integral dan
matematika. Teknik (Substitusi
- Memiliki rasa dan Parsial).
percaya diri dan - Logika dan
semangat belajar Penyimpulan.
yang kontinu,
pemikiran reflektif,
kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menggunakan pola
untuk menjelaskan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kecenderungan
jangka panjang dan
menggunakannya
dalam konteks dunia
nyata, dan
memanfaatkannya
dalam pemecahan
masalah atau
berargumentasi.
- Memahami konsep
matriks dan vektor
serta operasinya
skalar dan vektor
(termasuk hasil kali
titik, hasil kali silang)
serta
menggunakannya
untuk menganalisis
geometri bidang dan
ruang.
- Menganalisis sifat-
sifat sederhana dari
bangun ruang seperti
diagonal ruang,
diagonal bidang, dan
bidang diagonal, jarak
antar objek geometri
ruang.
- Menggunakan
berbagai identitas
trigonometri dalam
penyelesaian
masalah.
- Menggunakan konsep

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
integral untuk
memahami masalah
akumulasi dan
menghampirinya,
dengan penerapan
misalnya pada
masalah luas dan
volume.
- Menggunakan
hubungan turunan
dan integral.
- Menentukan integral
dengan teknik
pengintegralan
substitusi dan parsial.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar,
visualisasi geometris
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi untuk
menyederhanakan
kompleksitas
perhitungan, dan
mengestimasi.
- Mengevaluasi
penyajian data
dengan cara
membandingkan
penyajian data,
statistik, dan data
aktual.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
da melakukan
perumuman.

5. Muatan Ilmu Pengetahuan Alam


5.1. Muatan Ilmu Pengetahuan Alam pada SD/MI/SDLB/PAKET A dan
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan sikap - Tubuh dan panca indra.
Pendidikan ilmiah: rasa ingin - Tumbuhan dan hewan.
Dasar (Kelas I- tahu, jujur, logis, - Sifat dan wujud benda-
VI) kritis, dan disiplin benda sekitar.
melalui IPA. - Alam semesta dan
- Mengajukan kenampakannya.
pertanyaan: apa,
mengapa, dan
bagaimana tentang
alam sekitar.
- Melakukan
pengamatan objek
IPA dengan
menggunakan panca
indra .
- Menceritakan hasil
pengamatan.
- IPA dengan bahasa
yang jelas.
- Menunjukkan sikap - Bentuk luar tubuh
ilmiah: rasa ingin hewan dan tumbuhan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tahu, jujur, logis, - Daur hidup
kritis, dan disiplin makhluk hidup.
melalui IPA. - Perkembangbiakan
- Mengajukan tanaman.
pertanyaan: apa, - Wujud benda.
mengapa, dan - Gaya dan gerak.
bagaimana tentang - Bentuk dan sumber
alam sekitar. energi dan energi
- Melakukan alternatif.
pengamatan objek - Rupa bumi dan
IPA dengan perubahannya.
menggunakan panca - Lingkungan, alam
indra dan alat semesta, dan sumber
sederhana. daya alam.
- Mencatat dan - Iklim dan cuaca.
menyajikan data hasil
pengamatan alam
sekitar secara
sederhana.
- Melaporkan hasil
pengamatan alam
sekitar secara lisan
dan tulisan secara
sederhana.
- Mendeskripsikan
konsep IPA
berdasarkan hasil
pengamatan.
- Menunjukkan sikap - Rangka dan organ
ilmiah: rasa ingin tubuh manusia dan
tahu, jujur, logis, hewan.
kritis, disiplin, dan - Makanan, rantai
tanggung jawab makanan, dan
melalui IPA. keseimbangan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengajukan ekosistem.
pertanyaan: apa, - Perkembangbiakan
mengapa, dan makhluk hidup.
bagaimana tentang - Penyesuaian diri
alam sekitar. makhluk hidup pada
- Melakukan lingkungan.
pengamatan objek - Kesehatan dan sistem
IPA dengan pernafasan manusia.
menggunakan panca - Perubahan dan sifat
indra dan alat benda.
sederhana. - Hantaran panas, listrik
- Menyajikan data hasil dan magnet.
pengamatan alam - Tata surya.
sekitar dalam bentuk - Campuran dan larutan.
tabel atau grafik.
- Membuat kesimpulan
dan melaporkan hasil
pengamatan alam
sekitar secara lisan
dan tulisan secara
sederhana.
- Menjelaskan konsep
dan prinsip IPA.
Tingkat - Memiliki sikap - Ciri-ciri dan klasifikasi
Pendidikan ilmiah: rasa ingin makhluk hidup, sistem
Dasar (Kelas tahu, logis, kritis, organisasi kehidupan.
VII-IX) analitis, jujur, dan - Sistem pernafasan,
tanggung jawab pencernaan, peredaran
melalui IPA. darah, struktur rangka,
- Mengajukan otot, struktur dan
pertanyaan fungsi sistem ekskresi
tentang fenomena pada manusia.
IPA, melaksanakan - Fotosintesis, respirasi,
percobaan, mencatat dan struktur jaringan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan menyajikan hasil tumbuhan.
penyelidikan dalam - Perubahan fisika dan
bentuk tabel dan kimia, karakteristik zat,
grafik, sifat bahan dan
menyimpulkan, serta pemanfaatannya.
melaporkan hasil - Pengukuran, gerak,
penyelidikan secara gaya, tekanan, energi,
lisan maupun tertulis dan usaha.
untuk menjawab - Getaran, gelombang,
pertanyaan tersebut. bunyi, cahaya, dan alat
- Memahami konsep optik.
dan prinsip IPA serta - Suhu dan kalor.
saling keterkaitannya - Zat aditif makanan, zat
dan diterapkan dalam adiktif dan psikotropika.
menyelesaikan - Struktur bumi dan
masalah. tata surya.
- Interaksi antar makhluk
hidup dan lingkungan,
pencemaran dan
pemanasan global.
- Memiliki sikap - Sistem reproduksi
ilmiah: rasa ingin manusia, tumbuhan,
tahu, logis, kritis, dan hewan.
analitis, jujur, dan - Pewarisan sifat.
tanggung jawab - Tanah dan organism
melalui IPA. yang hidup di
- Mengajukan dalamnya.
pertanyaan tentang - Kelistrikan,
fenomena IPA, kemagnetan, dan
merumuskan induksi
hipotesis, mendesain elektromagnetik.
dan melaksanakan - Partikel penyusun atom
percobaan, mencatat dan molekul.
dan menyajikan - Pertumbuhan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
hasil penyelidikan penduduk dan
dalam bentuk tabel dampaknya bagi
dan grafik, lingkungan.
menyimpulkan, serta - Produk bioteknologi dan
melaporkan hasil penerapannya dalam
penyelidikan secara produksi pangan.
lisan maupun - Produk teknologi yang
tertulis untuk merusak dan ramah
menjawab lingkungan.
pertanyaan tersebut.
- Memahami konsep
dan prinsip IPA serta
saling keterkaitannya
dan diterapkan dalam
menyelesaikan
masalah dalam
kehidupan.

5.2. Muatan Biologi untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-


ilmu alam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami ruang - Keanekaragaman
Pendidikan lingkup biologi dan hayati Indonesia.
Menengah aplikasinya di era - Ciri dan karakteristik
(Kelas X-XII) konseptual abad XXI virus, archaebateria
dan menerapkannya dan eubactaeria,
dalam perencanaan protista, jamur,
karir di masa depan. tumbuhan, hewan
- Menerapkan proses invertebrata dan
kerja ilmiah dan peranannya dalam
keselamatan kerja di kehidupan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
laboratorium biologi - Ekologi:
dalam pengamatan dan ekosistem, aliran
percobaan untuk energi, siklus/daur
memahami biogeokimia, dan
permasalahan biologi interaksi dalam
pada berbagai objek dan ekosistem.
bioproses, serta - Perubahan
mengaitkan biologi lingkungan/iklim dan
dengan lingkungan, daur ulang limbah.
teknologi, dan - Sel, struktur dan
masyarakat di abad fungsi sel penyusun
XXI. jaringan pada
- Mengkomunikasikan tumbuhan dan hewan
hasil pengamatan dan pada sistem gerak,
percobaan secara lisan sirkulasi, pencernaan,
melalui berbagai pernapasan/ respirasi,
media dan secara ekskresi, koordinasi,
tulisan dengan bentuk reproduksi, dan sistem
laporan dengan pertahanan tubuh.
menggunakan kaidah
penulisan yang benar.
- Menyajikan data
berbagai objek dan
bioproses berdasarkan
pengamatan dan
percobaan dengan
menerapkan prosedur
ilmiah dan
memperhatikan aspek
keselamatan kerja.
- Menerapkan prinsip,
konsep, dan hukum
dalam bidang biologi
untuk memecahkan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
permasalahan nyata
dan lingkungan hidup.
- Menganalisis berbagai
keanekaragaman hayati
di Indonesia, bioproses
yang berlangsung pada
berbagai tingkat
organisasi seluler pada
sistem hidup,
menganalisis perilaku
negatif dan dampak dari
perubahan lingkungan
terhadap kehidupan.
- Menunjukkan
kemampuan
metakognitif terhadap
permasalahan pada
berbagai objek dan
tingkat organisasi
kehidupan dan
menerapkannya dalam
kehidupan sebagai
warga negara yang
baik dan wujud cinta
tanah
air dan bangsa.
- Menerapkan proses - Struktur dan fungsi
kerja ilmiah dan DNA, gen dan
keselamatan kerja di kromosom dalam
laboratorium biologi pembentukan dan
dalam pengamatan dan pewarisan sifat
percobaan, untuk serta regulasi proses
memahami pada mahluk hidup.
permasalahan biologi - Proses kelangsungan
pada berbagai objek dan hidup di bumi melalui

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
bioproses, serta mutasi dan evolusi.
mengaitkan biologi - Penerapan bioproses
dengan lingkungan, pada bioteknologi.
teknologi, dan
masyarakat di abad XII.
- Mengkomunikasikan
hasil pengamatan dan
percobaan secara lisan
melalui berbagai
media dan secara
tulisan dengan bentuk
laporan menggunakan
kaidah penulisan yang
benar.
- Menyajikan data
berbagai objek dan
bioproses berdasarkan
pengamatan dan
percobaan dengan
menerapkan prosedur
ilmiah dan
memperhatikan aspek
keselamatan kerja.
- Menerapkan prinsip,
konsep, dan hukum
dalam bidang biologi
untuk memecahkan
permasalahan nyata
yang relevan, serta
permasalahan
lingkungan hidup.
- Memahami struktur dan
fungsi enzim dan materi
genetik dalam bioproses
dan pewarisan sifat

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pada makhluk hidup,
serta kelangsungan
hidup organisme di
bumi melalui proses
mutasi dan evolusi
dengan melakukan
investigasi literatur dan
mengkomunikasikannya
secara lisan dan tulisan.
- Menganalisis dan
menyajikan data
tentang aplikasi
bioproses pada
bioteknologi di berbagai
bidang kehidupan dan
menyajikannya secara
lisan dan tulisan.
- Menunjukkan
kemampuan
metakognitif terhadap
proses metabolisme,
pewarisan sifat, dan
kelangsungan hidup di
bumi dan
menerapkannya dalam
kehidupan sebagai
warga negara yang
baik dan wujud cinta
tanah
air dan bangsa.

1
5.3. Muatan Fisika untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-
ilmu alam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengembangkan sikap - Hakikat fisika dan
Pendidikan rasa ingin tahu, jujur, pengukuran
Memengah tanggung jawab, logis, besaran fisis.
(Kelas X-XII) kritis, analitis, dan kreatif - Kinematika gerak.
melalui pembelajaran - Dinamika gerak.
fisika. - Elastisitas dan
- Merumuskan hukum Hooke.
permasalahan yang - Fluida statik dan
berkaitan dengan dinamik.
fenomena fisika benda, - Suhu, kalor, gejala
merumuskan hipotesis, pemanasan global
mendesain dan (penyebab, dampak,
melaksanakan dan solusi
eksperimen, melakukan pemecahan).
pengukuran secara teliti, - Teori inetik gas.
mencatat dan menyajikan - Persamaan
hasil dalam bentuk tabel gelombang.
dan grafik, - Cahaya dan alat-
menyimpulkan, serta alat optik.
melaporkan hasilnya - Bunyi.
secara lisan maupun
tertulis.
- Menganalisis konsep,
prinsip, dan hukum
mekanika, fluida,
termodinamika,
gelombang, dan optik
serta menerapkan
metakognisi dalam
menjelaskan fenomena
alam dan penyelesaian

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
masalah kehidupan.
- Memodifikasi atau
merancang proyek
sederhana berkaitan
dengan penerapan konsep
mekanika, fluida,
termodinamika,
gelombang, atau optik.
- Mengembangkan sikap - Rangkaian listrik
rasa ingin tahu, jujur, searah (DC).
tanggung jawab, logis, - Rangkaian arus
kritis, analitis, dan kreatif bolak-balik (AC).
melalui pembelajaran - Induksi Faraday.
fisika. - Radiasi
- Merumuskan elektromagnetik.
permasalahan yang - Teknologi digital.
berkaitan dengan - Konsep dan
fenomena fisika, fenomena kuantum.
merumuskan hipotesis, - Inti atom,
mendesain dan radioaktivitas,
melaksanakan dan
eksperimen, melakukan pemanfaatannya
pengukuran secara teliti, dalam
mencatat dan menyajikan kehidupan.
hasil dalam bentuk tabel
dan grafik,
menyimpulkan, serta
melaporkan hasilnya
secara lisan maupun
tertulis.
- Menganalisis konsep,
prinsip, dan hukum
kelistrikan, kemagnetan,
dan fisika modern serta

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menerapkan metakognisi
dalam menjelaskan
fenomena alam dan
penyelesaian masalah
kehidupan.
- Menciptakan produk
sederhana berkaitan
dengan penerapan konsep
kelistrikan dan/atau
kemagnetan.

5.4. Muatan Kimia untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-


ilmu alam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengembangkan sikap - Hakikat dan peran
Pendidikan ilmiah: rasa ingin tahu, kimia
Menengah berpikir logis dan analitis, dalamkehidupan.
(Kelas X-XII) tekun, ulet, jujur, disiplin, - Struktur atom dan
tanggung jawab, dan peduli Sistem periodik.
melalui kimia. - Ikatan kimia dan
- Memahami struktur atom Bentuk molekul.
dan molekul, ikatan kimia, - Larutan elektrolit
sifat fisik dan kimia unsur, dan larutan non-
keperiodikan sifat unsur, elektrolit.
dan dapat mengkaitkan - Konsep reaksi
struktur atom, jenis ikatan, oksidasi reduksi
struktur molekul dan dan bilangan
interaksi antar molekul oksidasi.
dengan sifat fisik dan - Tatanama
kimianya yang teramati. senyawa
- Menerapkan hukum- anorganik dan
hukum dasar kimia, organik.
- Stoikiometri.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
energetika, kinetika dan - Termokimia.
kesetimbangan untuk - Laju reaksi.
menjelaskan fenomena - Kesetimbangan
yang terkait seperti kimia.
kespontanan reaksi dan - Sifat larutan asam
faktor-faktor yang basa dan pH
mempengaruhi jalannya larutan.
suatu reaksi. - Kesetimbangan
- Merancang dan melakukan Ion.
percobaan kimia yang
mencakup perumusan
masalah, mengajukan
hipotesis, menentukan
variabel, memilih
instrumen,
mengumpulkan, mengolah
dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan
tertulis.
- Menganalisis dan
menyelesaikan
permasalahan yang
berkaitan dengan sifat-sifat
molekul, reaksi kimia,
kesetimbangan kimia,
kinetika kimia, dan
energetika, serta
menerapkan pengetahuan
ini pada berbagai bidang
ilmu dan teknologi.
- Mengembangkan sikap - Sifat koligatif
ilmiah: rasa ingin tahu, larutan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
berpikir logis dan analitis, - Redoks dan
tekun, ulet, jujur, disiplin, elektrokimia.
tanggung jawab, dan peduli - Unsur-unsur
melalui kimia. golongan gas
- Menerapkan prinsip- mulia, halogen,
prinsip dasar kimia, alkali dan alkali
struktur dan energetika tanah, periode 3.
untuk menganalisis - Unsur golongan
feneomena fisik dan kimia transisi periode
yang berkaitan dengan sifat 4 dan
fisik larutan, interaksi senyawanya.
energi listrik dengan - Senyawa alkana
perubahan kimia, dan sifat dan derivat (halo
fisikokimia unsur dan alkana, alkanol,
senyawa. alkoksi alkana,
- Menjelaskan berlakunya alkanal, alkanon,
prinsip- prinsip dasar asam alkanoat,
kimia dalam fenomena dan alkil alkanoat).
alam dan pada produk. - Benzena dan
turunannya.
- Makromolekul
(polimer,
karbohidratdan
protein).
- Lemak.
- Hidrokarbon dan
minyak bumi.
- Sistem koloid.

1
6. Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial
6.1. Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB/PAKET A
dan SMP/MTs/SMPLB/PAKET B.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Manusia, tempat, dan
Pendidikan sosial dan budaya yang lingkungan
Dasar (mulai mencerminkan jatidiri - Wilayah geografis
Kelas IV-VI) bangsa Indonesia. tempat tinggal
- Mengenal konsep ruang, bangsa Indonesia.
waktu, dan aktifitas - Konektivitas dan
manusia dalam kehidupan interaksi sosial
sosial, budaya, dan kehidupan bangsa
ekonomi. di wilayah negara
- Menceritakan hasil Indonesia.
eksplorasi mengenai
kehidupan bangsa Waktu, keberlanjutan,
Indonesia. dan perubahan
- Perkembangan
kehidupan bangsa
Indonesia dalam
waktu sejak masa
praaksara hingga
masa Islam.

Sistem sosial dan


budaya
- Kehidupan
manusia dan
kelembagaan
sosial, ekonomi,
pendidikan, dan
budaya
masyarakat dan
bangsa Indonesia.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi

Perilaku ekonomi dan


kesejahteraan
- Kehidupan
ekonomi
masyarakat.

Indonesia yang
bertanggung jawab.
- Menceritakan keberadaan Manusia, tempat, dan
kelembagaan sosial, lingkungan
budaya, ekonomi dan - Konektivitas antar
politik dalam masyarakat. ruang dan
- Menunjukkan perilaku penanggulangan
sosial dan budaya yang permasalahan
mencerminkan jati diri lingkungan hidup
dirinya sebagai secara bijaksana
warganegara Indonesia. dalam kehidupan
- Menjaga kelestarian bangsa Indonesia.
lingkungan hidup secara
bijaksana dan bertanggung Waktu, keberlanjutan,
jawab. dan perubahan
- Meneladani tindakan heroik - Perkembangan
pemimpin bangsa, dalam kehidupan bangsa
kehidupan sosial dan Indonesia dari
budaya bangsa Indonesia. masa penjajahan,
- Menceritakan hasil masa pergerakan
eksplorasi mengenai kemerdekaan
kehidupan bangsa sampai awal
Indonesia. Reformasi dalam
menegakkan dan
membangun
kehidupan
berbangsa dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
bernegara.

Sistem sosial dan


budaya.
- Norma, lembaga,
dan politik dalam
kehidupan sosial
dan budaya bangsa
Indonesia.
Perilaku ekonomi dan
kesejahteraan.
- Kehidupan
perekonomian
masyarakat dan
negaraIndonesia
sebagai
perwujudan rasa
nasionalisme.
Tingkat - Memahami aspek Manusia, tempat, dan
Pendidikan keruangan dan konektivitas lingkungan
Menengah antar ruang dan waktu - Keruangan dan
(Keels VII-IX) dalam lingkup regional dan konektivitas antar
nasional pada perubahan ruang dan waktu
dan keberlanjutan dalam lingkup
kehidupan masyarakat regional
Indonesia pada zaman keruangan dan
praaksara sampai zaman konektivitas antar
pergerakan kebangsaan. ruang dan waktu
- Memahami jenis, fungsi, dalam lingkup
dan peran kelembagaan nasional.
dinamika interaksi sosial
dalam mendukung Keberlanjutan,
keberlanjutan kehidupan perubahan dan waktu
masyarakat. - Sspek geografis,
ekonomi, budaya,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengemukakan pendapat pendidikan dan
mengenai masalah sosial politik.
masyarakat Indonesia - Zaman praaksara,
dalam lingkup regional dan zaman Hindu-
nasional, serta mampu Buddha dan
memecahkan masalah zaman Islam.
sosial sederhana melalui - Zaman penjajahan
dinamika interaksi sosial dan zaman
dilingkungan sekitarnya. pergerakan
kebangsaan.

Sistem sosial dan


budaya
- Jenis, fungsi dan
peran kelembagaan
sosial, budaya
ekonomi, dan
politik.
- Dinamika interaksi
manusia dengan
lingkungan alam,
sosial, budaya, dan
ekonomi.
- Memahami aspek Manusia, tempat, dan
keruangan dan lingkungan
konektivitas antar ruang - Keruangan dan
dan waktu dalam konektivitas antar
mewujudkan kesatuan ruang dan waktu
wilayah Nusantara yang dalam
mencakup perubahan dan mewujudkan
keberlanjutan kehidupan kesatuan wilayah
masyarakat Indonesia pada Nusantara.
zaman pergerakan
kemerdekaan sampai masa Keberlanjutan,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kini. perubahan, dan
- Memahami manfaat waktu
kelembagaan dan landasan - Aspek geografis,
dinamika interaksi sosial ekonomi, budaya,
dalam mendukung pendidikan dan
keberlanjutan kehidupan politik.
masyarakat. - Zaman pergerakan
- Mengemukakan pendapat kemerdekaan dan
mengenai masalah sosial masa kini.
masyarakat Indonesia
dalam mewujudkan Sistem sosial dan
kesatuan wilayah budaya.
Nusantara, serta mampu - Manfaat
mengatasi masalah sosial kelembagaan
di lingkungan sekitarnya sosial, budaya,
melalui alternatif tindakan ekonomi, dan
nyata sebagai bentuk politik.
partisipasi dalam - Landasan
kehidupan berbangsa dan dinamika interaksi
bernegara. manusia dengan
lingkungan alam,
sosial, budaya, dan
ekonomi.

6.2. Muatan Sejarah Indonesia untuk Kelompok Wajib


pada SMA/MA/SMALB/PAKET C dan SMK/MAK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami nilai-nilai yang - Prinsip dasar ilmu
Pendidikan terkandung dalam suatu sejarah.
Menengah peristiwa sejarah. - Zaman Kuno.
(Kelas X-XII) - Meneladani kepemimpinan - Zaman
tokoh sejarah dalam Pertengahan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kehidupan masa kini. - Zaman Pergerakan
- Membangun semangat Daerah.
kebangsaan, persatuan, dan - Zaman Modern.
kesatuan. - Tokoh sejarah.
- Menganalisis peristiwa
sejarah berdasarkan
hubungan sebab- akibat.
- Menulis cerita sejarah.
- Mengamalkan keteladanan - Demokrasi Liberal.
dari tokoh sejarah dalam - Demokrasi
kehidupan masa kini. Terpimpin.
- Menunjukkan sikap peduli - Orde Baru.
terhadap benda-benda - Reformasi.
peninggalan sejarah. - Indonesia dalam
- Mengevaluasi suatu Konteks pergaulan
peristiwa sejarah dunia.
berdasarkan kesahihan
sumber dan penafsiran
penulisnya.
- Melakukan penelitian
sederhana tentang suatu
peristiwa sejarah.
- Menulis cerita sejarah.

1
6.3. Muatan Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C dan SMK/MAK.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menjelaskan konsep dasar, - Pengetahuan dasar
Pendidikan prinsip, dan pendekatan geografi.
Menengah Geografi. - Pola persebaran
(Kelas X-XII) - Menganalisis unsur-unsur spasial serta
geosfer, pola persebaran dinamika litosfer,
spasial, serta dinamikanya. atmosfer, hidrosfer,
- Menganalisis pola dan antroposfer.
persebaran spasial, serta - Mitigasi dan
dinamika sumber daya adaptasi bencana.
alam dan sumber daya - Persebaran sumber
manusia di Indonesia dan daya alam dan
dunia. sumber daya
- Menganalisis upaya-upaya manusia di
pelestarian lingkungan Indonesia dan
hidup dan pembangunan dunia.
berkelanjutan. - Pelestarian
- Mengamati, menganalisis, lingkungan hidup
merancang, dan dan pembangunan
mengkomunikasikan kajian berkelanjutan
dan atau penelitian
berbagai gejala geosfer.
- Menganalisis peta, citra - Informasi
penginderaan jauh, dan keruangan gejala
Sistem Informasi Geografis dalam bentuk Peta,
(SIG) serta Citra penginderaan
pemanfaatannya dalam jauh, dan Sistem
pembangunan nasional. Informasi Geografis
- Menganalisis Pola (SIG), dan
persebaran dan interaksi pemanfaatannya
keruangan antara desa dan dalam
kota, kaitannya dengan pembangunan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pembangunan wilayah. nasional.
- Menganalisis kerjasama - Pola persebaran
antar wilayah di dalam dan interaksi
Negara dan kerjasama keruangan antara
internasional untuk desa dan kota.
terjalinnya hubungan yang - Kerjasama antar
saling menguntungkan. wilayah di dalam
- Mengamati, menganalisis, negara dan
merancang, melaksanakan kerjasama
kajian, serta mengevaluasi internasional untuk
kerjasama antar wilayah terjalinnya
yang saling hubungan yang
menguntungkan. saling
- menguntungkan.

6.4. Muatan Sejarah untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial


pada SMA/MA/SMALB/PAKET C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menghayati makna suatu - Cara Berpikir
Pendidikan peristiwa sejarah untuk Sejarah.
Menengah kehidupan masa kini. - Prinsip dasar ilmu
(Kelas X-XII) - Meneladani sikap dan sejarah.
keteladanan tokoh sejarah - Peradaban awal
dalam pergaulan di manusia.
masyarakat. - Perkembangan
- Mengevaluasi suatu negara-negara
peristiwa sejarah tradisional di
berdasarkan kesahihan Indonesia.
sumber dan bias penafsiran - Revolusi besar
sejarawan. dunia dan
- Mengkaji peristiwa masa pengaruhnya.
kini berdasarkan latar - Heroisme dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
belakang sejarah. kebangsaan
- Menulis suatu peristiwa Indonesia.
sejarah dari sumber yang - Proklamasi dan
memiliki penafsiran yang perkembangan
sama. negara kebangsaan
Indonesia.
- Menerapkan perilaku - Dunia pada masa
keteladanan tokoh sejarah. Perang Dingin dan
- Mengembangkan kegiatan perubahan politik
pemeliharaan benda- global.
benda peninggalan - Perjuangan
sejarah. mempertahankan
- Menerapkan prosedur kemerdekaan
penelitian sejarah. Indonesia.
- Menggunakan konsep- - Indonesia pada
konsep sejarah secara kritis masa Orde Baru
dalam mengevaluasi dan Reformasi.
sebuah karya sejarah. - Indonesia dan
- Mengevaluasi penafsiran Dunia pada masa
sejarah dari sejarawan Revolusi Teknologi
yang berbeda sudut Informasi dan
pandang dan penafsiran Komunikasi.
sejarahnya.
- Merekonstruksi peristiwa
sejarah berdasarkan
sumber sejarah yang
berbeda dalam tafsiran
sejarah.

1
6.5. Muatan Sosiologi untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Membangun toleransi dan - Individu, kelompok
Pendidikan empati dalam hubungan dan hubungan
Menengah sosial. sosial.
(Kelas X-XII) - Memiliki tanggung jawab - Ragam kelompok
publik serta menjunjung sosial di dalam
tinggi keharmonisan sosial. masyarakat.
- Mengamati dan - Masalah sosial,
menganalisis masalah- konflik, kekerasan
masalah sosial. dan
- Melaksanakan prosedur penyelesaiannya,
dan mengkomunikasikan serta kesetaraan
kajian dan atau penelitian dalam
berbagai gejala sosial. keberagaman.
- Metode penelitian
sosial.
- Membangun toleransi dan - Perubahan sosial
empati sosial dengan dan globalisasi.
penyesuaian diri - Ketimpangan
terhadap perubahan sosial dan
global. pemberdayaan
- Mengamati dan komunitas.
menganalisis ketimpangan
sosial dengan solusi
pemecahannya.
- Melaksanakan prosedur
kajian untuk praktik
pemberdayaan komunitas.
- Mengevaluasi praktik
pemberdayaan komunitas
dan merumuskan alternatif
solusinya.

1
6.6. Muatan Ekonomi untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami dan menyajikan Konsep dasar ilmu
Pendidikan konsep ilmu ekonomi, ekonomi
Menengah prinsip ekonomi, - Prinsip ekonomi.
(Kelas X-XII) permasalahan ekonomi, - Permasalahan
peran pelaku kegiatan ekonomi.
ekonomi, serta pasar dan - Pelaku ekonomi.
terbentuknya harga pasar.
- Memahami dan menyajikan Pasar uang dan pasar
peran bank, lembaga modal
keuangan bukan bank,
bank sentral dan Otoritas Pengelolaan koperasi
Jasa Keuangan (OJK), Pembangunan
serta menyimulasikan ekonomi
sistem pembayaran dan - Pertumbuhan
alat pembayaran. ekonomi.
- Memahami dan - Ketenagakerjaan
menerapkan konsep - Pendapatan
manajemen, koperasi dan nasional.
pengelolaan koperasi. - APBN.
- Memahami dan menyajikan - APBD.
konsep pembangunan - Pajak.
ekonomi dan pertumbuhan - Inflasi.
ekonomi. - Kebijakan moneter
- Menganalisis dan dan fiskal.
menyajikan hasil analisis - Perdagangan
ketenagakerjaan, internasional.
pendapatan nasional, - Kerjasama ekonomi
APBN dan APBD, serta internasional.
peran, fungsi dan manfaat
pajak dalam
pembangunan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menganalisis dan
menyajikan perhitungan
indeks harga dan inflasi,
serta kebijakan moneter
dan fiskal.
- Menganalisis dan
mengevaluasi peran
pelaku ekonomi dan pasar
modal dalam sistem
perekonomian Indonesia.
- Memahami konsep dan
mengevaluasi kebijakan
perdagangan internasional
dan kerjasama ekonomi
internasional.
- Memahami konsep Sistem akuntansi
akuntansi sebagai sistem - Sistem informasi
informasi dan menyajikan akuntansi.
persamaan dasar - Persamaan dasar
akuntansi. akuntansi.
- Memahami konsep dan - Siklus akuntansi
mampu menerapkan siklus perusahaan
akuntansi perusahaan jasa jasa.
dan dagang. - Siklus akuntansi
perusahaan
dagang.

1
7. Muatan Bahasa Inggris
7.1. Muatan Bahasa Inggris pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B dan
SMA/MA/SMALB/PAKET C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengidentifikasi fungsi - Teks-teks: label
Pendidikan sosial, struktur teks dan nama, daftar
Dasar (Kelas unsur kebahasaan dari barang, instruksi,
VII-IX) teks sangat pendek dan rambu, tanda
sederhana. peringatan,
- Berkomunikasi secara undangan pribadi,
interpersonal, ucapan selamat,
transaksional, dan recount,
fungsional tentang diri pengumuman,
sendiri, keluarga, orang naratif, deskriptif,
lain, dan objek yang dan lagu, dalam
kongkrit dan imajinatif, wacana
yang terdekat dengan interpersonal,
kehidupan dan kegiatan transaksional, dan
siswa sehari-hari di fungsional pada
rumah, sekolah, dan tataran literasi
masyarakat. fungsional.
- Menyusun teks lisan - Struktur teks
dan tulis, sangat pendek interpersonal,
dan sederhana, dengan transaksional, dan
menggunakan struktur fungsional.
teks secara urut dan - Keterampilan
runtut serta unsur mendengarkan,
kebahasaan secara berbicara,
akurat dan berterima. membaca, dan
menulis teks
interpersonal,
transaksional, dan
fungsional yang
tercakup.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Unsur-unsur
kebahasaan.
- Frasa sangat
pendek dan
sederhana.
- Modalitas: dengan
batasan makna
yang jelas.

- Mengidentifikasi fungsi - Teks-teks: factual


sosial, struktur teks dan report, ilmiah,
unsur kebahasaan dari teks prosedur, naratif,
pendek dan sederhana. dan iklan, dalam
- Berkomunikasi secara wacana
interpersonal, interpersonal,
transaksional, dan transaksional, dan
fungsional tentang diri fungsional pada
sendiri, keluarga, orang tataran literasi
lain, dan objek kongkrit dan fungsional.
imajinatif, yang terdekat - Struktur teks
dengan kehidupan dan interpersonal,
kegiatan siswa sehari-hari transaksional, dan
di rumah, sekolah, dan fungsional.
masyarakat. - Keterampilan
- Menyusun teks lisan dan mendengarkan,
tulis, pendek dan sederhana berbicara,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dengan menggunakan membaca, dan
struktur teks secara urut menulis teks
dan runtut serta unsur interpersonal,
kebahasaan secara akurat, transaksional, dan
berterima, dan lancar. fungsional yang
tercakup.
- Unsur-unsur
kebahasaan.
- Frasa pendek dan
sederhana.
- Modalitas: dengan
batasan makna
yang jelas.

- Mengidentifikasi fungsi - Teks-teks :


sosial, struktur teks dan pemberitahuan,
unsur kebahasaan dari recount, naratif,
teks pendek dalam deskriptif, lagu,
kehidupan dan kegiatan teks-teks : factual
siswa sehari-hari. report, ilmiah
- Berkomunikasi secara prosedur,
interpersonal, undangan, surat
transaksional, dan pribadi, factual
fungsional tentang diri report, eksposisi
sendiri, keluarga, orang analitis, ilmiah,
lain, dan objek kongkrit dan biografi,
dan imajinatif, yang dalam wacana
terdekat dengan interpersonal,
kehidupan dan kegiatan transaksional, dan
siswa sehari-hari di fungsional pada
rumah, sekolah, dan tataran literasi
masyarakat, serta terkait informasional.
dengan mata pelajaran - Struktur teks
lain. interpersonal,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menyusun teks lisan dan transaksional, dan
tulis pendek, dengan fungsional.
menggunakan struktur - Keterampilan
teks secara urut dan mendengarkan,
runtut serta unsur berbicara,
kebahasaan secara membaca, dan
akurat, berterima, dan menulis teks
lancar. interpersonal,
- Menyunting teks tulis, transaksional, dan
pendek, dengan fungsional yang
menggunakan struktur tercakup.
teks secara urut dan - Unsur-unsur
runtut serta unsur kebahasaan.
kebahasaan secara - Frasa pendek
akurat, berterima, dan - Modalitas: dengan
lancar. batasan makna
yang jelas.
- Teks-teks: lagu,
- Mengidentifikasi fungsi caption, factual
sosial, struktur teks dan report, ilmiah,
unsur kebahasaan dari news item, dan
teks pendek dalam prosedur, dalam
kehidupan dan kegiatan wacana
siswa sehari-hari. interpersonal,
- Berkomunikasi secara, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional pada
fungsional tentang diri tataran literasi
sendiri, keluarga, orang informasional.
lain, dan objek kongkrit - Struktur teks
dan imajinatif, yang interpersonal,
terdekat dengan transaksional, dan
kehidupan dan kegiatan fungsional.
siswa sehari-hari di - Keterampilan
rumah, sekolah, dan mendengarkan,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
masyarakat, serta terkait berbicara,
dengan mata pelajaran membaca, dan
lain dan dunia kerja. menulis teks
- Menyusun teks lisan dan interpersonal,
tulis, pendek, dengan transaksional, dan
menggunakan struktur fungsional yang
teks secara urut dan tercakup.
runtut serta unsur - Unsur-unsur
kebahasaan secara kebahasaan.
akurat, berterima, dan - Frasa pendek.
lancar. - Modalitas: dengan
- Menyunting teks tulis, batasan makna
pendek, dengan yang jelas.
menggunakan struktur
teks secara urut dan
runtut serta unsur
kebahasaan secara
akurat, berterima, dan
lancar.

7.2. Muatan Bahasa dan Sastra Inggris untuk kelompok Peminatan


Ilmu- ilmu Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/PAKET C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengidentifikasi fungsi - Teks-teks: iklan,
Pendidikan sosial, struktur teks dan recount, naratif,
Menengah unsur kebahasaan dari eksplanasi, report,
(Kelas X-XII) teks agak panjang dalam deskriptif, proverb,
kehidupan dan kegiatan riddle, lagu,
siswa sehari-hari. brosur, leaflet,
- Komunikasi banner, pamphlet,
interpersonal, factual report,
transaksional, dan biografi, eksposisi

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
fungsional tentang diri hortatory, puisi,
sendiri, keluarga, orang dalam wacana
lain, dan objek kongkrit interpersonal,
dan imajinatif, yang transaksional, dan
terdekat dengan fungsional pada
kehidupan dan kegiatan tataran literasi
siswa sehari-hari di informasional.
rumah, sekolah, dan - Struktur teks
masyarakat, serta terkait interpersonal,
dengan mata pelajaran transaksional, dan
lain. fungsional.
- Menyusun teks lisan dan - Keterampilan
tulis, agak panjang mendengarkan,
dengan menggunakan berbicara,
struktur teks dan unsur membaca, dan
kebahasaan secara menulis teks
akurat dan berterima. interpersonal,
- Menyunting teks tulis, transaksional, dan
agak panjang dengan fungsional yang
menggunakan struktur tercakup.
teks dan unsur - Unsur-unsur
kebahasaan. kebahasaan.
- Menggunakan unsur - Frasa kompleks.
kebahasaan secara - Modalitas:
akurat, berterima, dan alternatif pembeda
lancar secara spontan. lebih samar satu
dengan yang
lainnya.
- Mengidentifikasi fungsi
sosial, struktur teks dan
unsur kebahasaan dari
teks, agak panjang dalam
kehidupan dan kegiatan
siswa sehari-hari.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Komunikasi interpersonal,
transaksional, dan
fungsional tentang diri
sendiri, keluarga, orang
lain, dan objek kongkrit dan
imajinatif, yang terdekat
dengan kehidupan dan
kegiatan siswa sehari-hari
di rumah, sekolah, dan
masyarakat, serta terkait
dengan mata pelajaran lain
dan dunia kerja.
- Menyusun teks lisan dan
tulis, agak panjang dengan
menggunakan struktur teks
dan unsur kebahasaan
secara akurat dan
berterima.
- Menyunting teks tulis, agak
panjang dengan
menggunakan struktur teks
dan unsur kebahasaan.
- Menggunakan unsur
kebahasaan secara akurat,
berterima, dan lancar secara
spontan.

8. Muatan Seni Budaya dan Prakarya pada SD/MI/SDLB/PAKET A

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
Pendidikan Dasar ingin tahu, peduli kreasi karya seni
(Kelas I-VI) lingkungan, kerjasama, rupa (gambar

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jujur, percaya diri, dan ekspresif,
mandiri dalam berkarya mosaik/aplikasi,
seni budaya dan prakarya. relief dan patung
- Mengenal keragaman karya dari bahan lunak).
seni budaya dan prakarya. - Apresiasi dan
- Memiliki kepekaan inderawi kreasi/rekreasi
terhadap karya seni budaya (cipta-ulang) karya
dan prakarya. seni musik (lagu,
- Menciptakan (secara elemen musik, dan
orisinal) karya seni ritme).
budaya dan prakarya. - Apresiasi dan
- Menciptakan(secara kreasi/rekreasi
tiruan/rekreatif) karya seni (cipta-ulang) karya
budaya dan prakarya. seni tari (gerak
anggota tubuh,
gerak tiruan).
- Apresiasi dan
kreasi prakarya
(kerajinan dari
bahan alam,
kerajinan
menggunting dan
melipat, produk
rekayasa yang
digerakkan oleh
air, makanan
olahan).
- Apresiasi warisan
buday (ceritera
dalam bahasa
daerah).
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, rupa (dua dimensi:

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jujur, percaya diri, dan gambar dekoratif,
mandiri dalam berkarya gambar bentuk,
seni budaya dan prakarya. montase, kolase)
- Mengenal keragaman karya dan (tiga dimensi:
seni budaya dan prakarya. terbuat dari bahan
- Mengenal karakteristik lunak).
karya seni budaya dan - Apresiasi dan
prakarya. kreasi/rekreasi
- Membedakan keunikan karya seni musik
karya seni budaya dan (lagu wajib, lagu
prakarya. permainan, alat
- Memahami proses musik ritmis dan
berkarya seni budaya dan melodis).
prakarya - Apresiasi dan
- Mencipta karya seni budaya kreasi/rekreasi
dan prakarya. karya seni tari
- Menyajikan karya seni (gerak tari
budaya dan prakarya. bertema, tari
nusantara daerah
setempat).
- Apresiasi dan
kreasi prakarya
(kerajinan dari
bahan
alam/buatan,
karya rekayasa:
menganyam,
meronce,
membatik teknik
ikat celup,
membuat asesoris,
karya rekayasa
bergerak dengan
angin dan tali

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
temali, bertani
sayuran.
- Apresiasi warisan
budaya (cerita
rakyat dalam
bahasa daerah).
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, rupa dua dimensi
jujur, percaya diri, dan (gambar
mandiri dalam berkarya perspektif, gambar
seni budaya dan prakarya. ilustrasi) dan tiga
- Memahami dimensi (topeng
keragaman karya seni dan patung
budaya dan prakarya. nusantara daerah
- Mengenal keunikan dan lain).
nilai keindahan karya seni - Apresiasi dan
budaya dan prakarya. kreasi/rekreasi
- Membedakan keunikan dan karya seni musik
keberagaman karya seni (lagu anak- anak,
budaya dan prakarya. lagu nusantara
- Memiliki kepekaan inderawi daerah lain, lagu
terhadap karya seni budaya wajib, musik
dan prakarya. ansambel, alat
- Menciptakan karya seni musik).
budaya dan prakarya. - Apresiasi dan
- Menyajikan karya seni kreasi/rekreasi
budaya dan prakarya. karya seni tari
- Menanggapi nilai keindahan (gerak tari
karya seni budaya dan bertema, busana
prakarya. dan iringan tari
nusantara daerah
lain).
- Apresiasi dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kreasi prakarya
(kerajinan dari
bahan tali temali,
bahan keras,
batik, dan teknik
jahit ; apotik
hidup dan
merawat hewan
peliharaan; olahan
pangan bahan
makanan umbi-
umbian dan
olahan non
pangan sampah
organik atau
anorganik.
- Apresiasi warisan
budaya (cerita
secara lisan dan
tulisan unsur-
unsur budaya
daerah, bahasa
daerah).
- Pameran dan
pertunjukan karya
seni rupa, musik,
tari, dan prakarya.

1
9. Muatan Seni Budaya
9.1. Muatan Seni Budaya pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku - Apresiasi dan kreasi
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli karya seni rupa
Dasar (Kelas lingkungan, kerjasama, (ragam hias pada
VII-IX) jujur, percaya diri, dan tekstil dan kayu,
mandiri dalam gambar model,
berkarya seni budaya. gambar ilustrasi).
- Memahami keberagaman - Apresiasi dan
karya dan nilai seni kreasi/rekreasi (cipta-
budaya. ulang) seni musik
- Membandingkan masing- (Teknik vokal secara
masing karya seni dan perseorangan dan
nilai seni budaya untuk kelompok, instrumen
menemukenali/merasaka musik dan ansambel
n keunikan/keindahan. sederhana, lagu
- Menghargai, memiliki nusantara daerah
kepekaan dan rasa setempat dan daerah
bangga terhadap karya lain, instrumen musik
dan nilai seni budaya. tradisional).
- Memahami teknik dasar - Apresiasi dan kreasi
karya seni budaya. karya seni tari (gerak
- Menerapkan teknik tari dalam kaitannya
dalam penciptaan karya dengan ruang, waktu,
seni budaya. tenaga, iringan, level,
dan pola lantai serta
tari nusantara daerah
setempat dan daerah
lain).
- Apresiasi dan kreasi
karya teater (olah
tubuh, olah suara,
olah rasa, konsep dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
naskah drama, teknik
pementasan, serta
teater nusantara
daerah setempat dan
daerah lain).
- Menunjukkan perilaku - Apresiasi dan kreasi
rasa ingin tahu, peduli karya seni rupa (seni
lingkungan, kerjasama, lukis, seni patung,
jujur, percaya diri, dan seni grafis dalam
mandiri dalam berbagai media,
berkarya seni budaya. teknik, dan corak,
- Memahami keberagaman serta pameran seni
karya dan nilai seni rupa).
budaya. - Apresiasi dan kreasi
- Membandingkan masing- karya seni musik
masing karya nilai dan (musik modern,
nilai seni budaya untuk musik ansambel, dan
menemukenali/merasaka pertunjukan musik).
n keunikan/keindahan. - Apresiasi dan kreasi
- Menghargai, memiliki karya seni tari
kepekaan dan rasa (komposisi tari
bangga terhadap karya modern/kontemporer)
dan nilai seni budaya. .
- Memahami konsep, - Apresiasi dan kreasi
prosedur penciptaan karya seni teater
karya seni budaya. (olah tubuh, olah
- Menerapkan konsep dan suara, dan olah rasa
prosedur dalam teater modern,
penciptaan karya seni konsep manajemen
budaya. produksi teater).
- Pameran/pertunjukan
seni rupa, seni musik,
seni tari, dan seni
teater.

1
9.2. Muatan Seni Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
Pendidikan ingin tahu, peduli kreasi karya seni
Menengah lingkungan, kerjasama, rupa (seni rupa
(Kelas X-XII) jujur, percaya diri, dan dua dan tiga
mandiri dalam berkarya seni dimensi, kritik
budaya. seni rupa, dan
- Memahami keberagaman dan pameran seni
nilai estetis karya seni rupa).
budaya. - Apresiasi dan
- Membandingkan masing- kreasi karya seni
masing karya seni dan nilai musik (gubahan
seni budaya untuk lagu dan musik,
menemukenali/merasakan kritik musik, dan
keunikan/keindahan serta pertunjukan
nilai estetis. musik).
- Menerapkan dan - Apresiasi dan
memodifikasi konsep, teknik, kreasi karya seni
prosedur, bahan, media tari (penciptaan
dalam proses berkarya seni tari, kritik tari,
budaya. dan pertunjukan
- Menganalisis konsep, teknik, tari).
prosedur, bahan, media - Apresiasi dan
dalam proses berkarya seni kreasi seni teater
budaya. (rancangan karya
- Menganalisis keberagaman teater, kritik
dan keunikan karya seni teater, dan
budaya. pertunjukan
- Menyajikan hasil analisis teater).
dalam bentuk karya dan
telaah seni budaya yang
bernilai estetis.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, jujur, rupa dua dan
percaya diri, dan mandiri tiga dimensi,
dalam berkarya seni budaya. kritik seni rupa
- Menunjukkan keberagaman dan pameran
dan nilai estetis karya seni seni rupa.
budaya. - Apresiasi dan
- Membandingkan masing- kreasi karya seni
masing karya dan nilai seni musik (musik
budaya untuk kreasi, kritik
menemukenali/merasakan musik, dan
keunikan/nilai estetis. pertunjukan
- Mencipta karya seni budaya musik).
yang orisinal. - Apresiasi dan
- Mengevaluasi keberagaman kreasi karya seni
dan keunikan kreasi karya tari (Kreasi tari
seni. sesuai iringan,
- Menyajikan hasil evaluasi kritik tari dan
dalam bentuk karya dan pertunjukan tari).
telaah seni budaya original - Apresiasi dan
yang bernilai estetis. kreasi karya seni
teater (naskah
teater, kritik seni
teater, dan
pertunjukan seni
teater).

1
10. Muatan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada
SD/MI/SDLB/PAKET A, SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/ SMALB
/PAKET C, dan SMK/MAK

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengetahui konsep dan Aktivitas
Pendidikan mempraktikkan pola fisik
Dasar (Kelas I- gerak dasar dan variasi melalui
VI) gerak dasar. permainan
- Mengetahui konsep dan - Gerak dasar dan
mempraktikkan latihan variasi pola
kebugaran sederhana. gerak dasar
- Mengetahui dan lokomotor, non
Mempraktikkan pola lokomotor,
gerak dasar dan variasi manipulatif.
gerak dominan statis pada - Aktivitas fisik
olahraga senam. melalui
- Mengetahui dan kekuatan,
mempraktikkan pola kecepatan, dan
gerak dasar dan variasi keseimbangan.
gerak ritmik. - Aktivitas fisik
- Mengetahui dan senam: bertumpu
mempraktikkan gerak dasar dengan 2 tangan,
pengenalan di air dan gerak sikap kapal
dasar keselamatan dalam terbang, dan
aktivitas air. berdiri dengan
- Mengetahui dan satu kaki serta
mempraktikkan cara meregangkan
memelihara dan menjaga kedua tangan ke
kebersihan. atas dengan
kedua kaki jinjit.
- Memiliki perilaku - Aktivitas fisik
bekerjasama, jujur, dan ritmik melalui:
mau berbagi dengan gerak lokomotor
teman. dan non
lokomotor.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Aktivitas fisik air
melalui
permainan di air
dan keselamatan
di air.

Kesehatan
- Kebersihan diri
sendiri, pakaian,
dan kelas.
- Mengetahui konsep dan Aktivitas fisik
mempraktikkan variasi dan melalui:
kombinasi pola gerak dasar. - Pola gerak dasar
- Mengetahui konsep dan lokomotor, non-
mempraktikkan pemanasan, lokomotor, dan
pendinginan dan berbagai manipulatif pada
aktivitas kebugaran jasmani permainan bola,
untuk mencapai tinggi dan aktivitas atletik
berat badan ideal. dan atau
- Mengetahui konsep dan olahraga
mempraktikkan gerak dasar tradisional.
dan kombinasi pola gerak - Komposisi tubuh
dasar dominan statis dan dan gerak
dinamis. pemanasan dan
- Mengetahui dan pendinginan.
mempraktikkan gerak - Gerak dasar
ritmik dengan dominan statis
menggunakan dan tanpa dan dinamis pada
musik. aktivitas senam:
- Mengetahui dan handstand,
mempraktikkan gerak dasar kayang, meroda,
renang. roll ke depan dan
- Mengetahui dan ke belakang.
mempraktikkan cara memilih - Aktivitas Ritmik:
makanan dan pemanfaatan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
waktu luang, serta gerak lokomotor
pertolongan secara dan non-
sederhana. lokomotor
- Menunjukkan perilaku berirama dan
menghargai perbedaan, harmonis serta
bekerjasama, dan disiplin terkoordinasi.
selama melakukan aktivitas - Aktivitas fisik
fisik. melalui gerakan
dasar tangan,
kaki dan
koordinasi
gerakan renang
gaya dada/gaya
bebas.

Kesehatan
- jenis makanan
sehat dan bergizi,
penanganan
cidera ringan
dalam aktivitas
fisik dan
pertolongan,
kebutuhan
istirahat dan
mengisi waktu
luang dengan
aktivitas yang
bermanfaat.
- Memahami konsep dan Aktivitas fisik dan
mempraktikkan variasi dan permainan
kombinasi pola gerak dasar. - Pola gerak dasar
- Memahami konsep dan pada permainan
mempraktikkan variasi dan bola besar, kecil

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kombinasi pola gerak dasar dan atau
olahraga beladiri. aktivitas jalan,
- Memahami konsep dan lari, lompat dan
mempraktikkan gerak lempar serta
pengembangan kebugaran olahraga
jasmani dan, pengukuran tradisional.
status kebugaran jasmani - Gerak lokomotor
pribadi secara sederhana. dan non
- Memahami konsep lokomotor untuk
mempraktikkan kombinasi membentuk
pola gerak dominan statis gerakan dasar
dan dinamis. langkah kaki,
- Memahami konsep dan serangan, dan
mempraktikkan gerak belaan (dengan
kombinasi dan rangkaian tangan dan kaki)
gerak ritmik. pada olahraga
- Memahami konsep dan beladiri pencak
mempraktikkan keterampilan silat.
satu gaya renang dan dasar- - Gerak dominan
dasar .keselamatan di air statis dan
- Memahami/mengetahui dan dinamis pada
menyajikan aktivitas senam
- konsep pemeliharaan seperti melompat,
kebersihan alat reproduksi, meregang,
menjaga diri dari berbagai menggantung,
tindakan/perilaku tidak mengayun,
senonoh, bahaya merokok meniti, mendarat
terhadap, penyakit menular dan rangkai
dan tidak menular, bahaya gerak senam
narkotika, psikotropika, dan lantai.
zat aditif. - Aktivitas
- Menunjukkan perilaku fisik
sportif, kerjasama, toleransi, Rangkaian
disiplin, dan menerima gerakan
ritmik/tari

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kekalahan dengan sikap bertema budaya
positif dan daerah dan
mengekspresikan nasional.
kemenangan dengan wajar. - Aktivitas di air
melalui Renang
gaya
bebas/punggung
/dada dan
gerakan dasar
cara-cara
penyelamatan di
air.

Kesehatan
- Bahaya merokok,
penyakit menular
dan tidak
menular,
kebersihan alat
reproduksi, dan
memelihara diri
dari perbuatan
tidak senonoh,
serta cara
menghindarkan
diri dari bahaya
narkotika,
psikotropika, dan
zat aditif
terhadap tubuh.
Tingkat - Memahami konsep dan Aktivitas fisik
Pendidikan mempraktikkan keterampilan dan berbagai
Dasar (Kelas gerak fundamental, variasi gerakan dasar
VII-IX) dan kombinasi keterampilan Olahraga

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
gerak permainan bola besar, - Teknik dasar
bola kecil, dan atletik. Permainan bola
- Memahami konsep dan besar:
mempraktikkan keterampilan - sepak bola, bola
gerak fundamental, variasi voli, dan bola
dan kombinasi keterampilan basket.
gerak olahraga beladiri. - permainan
- Memahami konsep dan bola kecil:
mempraktikkan mengukur bulutangkis,
komponen kebugaran kasti/softball,
jasmani terkait kesehatan dan tenis.
dan keterampilan. - aktivitas fisik
- Memahami konsep dan melalui atletik:
mempraktikkan gabungan jalan cepat, lari
pola gerak dominan menuju cepat, lompat
teknik dasar senam lantai jauh, dan tolak
sederhana. peluru.
- Memahami konsep dan - Aktivitas fisik
mempraktikkan variasi teknik dasar
rangkaian aktivitas gerak beladiri: pencak
ritmik variasi dalam bentuk silat, karate, dan
rangkaian sederhana. taekwondo.
- Memahami dan - Aktivitas fisik dan
mempraktikkan gerak dasar komponen
tiga gaya renang yang kebugaran terkait
berbeda. kesehatan:
- Memahami dan menyajikan kekuatan, daya
manfaat jangka panjang dari tahan,
partisipasi dalam aktivitas kelenturan, dan
fisik secara teratur, pola komposisi tubuh,
makan sehat, bergizi dan dan terkait
seimbang, bahaya seks keterampilan:
bebas, NAPZA, dan obat kecepatan,
berbahaya, serta ketepatan,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
mempraktikkan tindakan P3K kelincahan,
pada cidera ringan. keseimbangan,
- Menunjukkan perilaku dan koordinasi.
sportif, bertanggung jawab, - Aktivitas fisik
menghargai perbedaan, Senam: head
toleransi, bekerja sama, dan stand, hand
disiplin. stand –
melenting
kedepan.
- Rangkaian
aktivitas
ritmik senam
dengan musik
dan aerobik
terkoordinasi
dengan baik.
- Aktivitas fisik
melalui
rangkaian renang
gaya bebas, gaya
punggung, dan
gaya dada.

Kesehatan
- P3K,
pencegahan
berbagai
penyakit dan
bahaya dari
seks bebas,
NAPZA dan
obat
berbahaya
lainnya, dan
makan bergizi.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menguasai konsep dan - Aktivitas fisik
mempraktikkan variasi dan dan Olahraga
kombinasi permainan dan permainan.
olahraga. - Permainan
- Menguasai konsep dan bola besar,
mempraktikkan variasi dan sepak bola,
kombinasi olahraga beladiri. bola voli,
- Menguasai konsep dan bola basket.
mempraktikkan berbagai - Permainan
bentuk latihan bola kecil,
pengembangan kebugaran bulutangkis,
jasmani. softball/round
- Menguasai konsep variasi dan ers, tenis
kombinasi dan meja.
mempraktikkannya ke dalam - Aktivitas
rangkaian gerak dasar atletik jalan
senam. cepat, lari,
- Menguasai konsep variasi dan lompat, dan
kombinasi dan lempar, serta
mempraktikkannya ke dalam olahraga
rangkaian aktivitas gerak permainan
ritmik yang lebih kompleks. tradisional.
- Menguasai dan - Aktivitas fisik
mempraktikkan gerak dasar melalui
tiga gaya renang. beladiri
- Menguasai peran dan fungsi Pencak
aktivitas fisik, dan makanan silat/karate/t
bergizi dalam mengontrol aekwondo/bel
berat badan dan pencegahan adiri
penyakit. tradisional.
- Mengamalkan perilaku - Aktivitas
sportif, bertanggung jawab, fisik latihan
menghargai perbedaan, kekuatan,
toleransi, bekerja sama, daya tahan,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
disiplin, dan menerima kecepatan,
kekalahan dengan sikap dan
positif dan kelenturan.
mengekspresikan - Aktivitas fisik
kemenangan dengan wajar. senam: guling
lenting, roll -
sikap kayang,
rool – neck
spring.
- Aktivitas fisik
ritmik: senam
aerobik, dan
SKJ secara
harmonis.
- Aktivitas
fisik melalui
gerak dasar
renang gaya
bebas, gaya
punggung,
dan dada.

Kesehatan
- Peran dan
fungsi
aktivitas
fisik, dan
makanan
bergizi
dalam
mengontrol
berat badan
dan
pencegahan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penyakit.

Tingkat - Menganalisis dan Aktivitas fisik


Pendidikan memperbaiki kesalahan olahraga permainan
Menengah variasi dan kombinasi dan atletik
(Kelas X-XII) keterampilan gerak salah - Pemainan bola
satu permainan dan olahraga. besar, sepak
- Menganalisis variasi, bola, bola voli,
kombinasi dan bola basket.
memperbaiki kesalahan - Permainan bola
keterampilan olahraga kecil, dan atletik:
beladiri. softball,
- Menganalisis konsep dan bulutangkis,
mempraktikkan latihan, tenis meja.
pengukuran komponen - Aktivitas fisik
kebugaran jasmani. gerakan jalan
- Menganalisis dan cepat, lari,
mempraktikkan rangkaian lompat, dan
keterampilan senam lantai. lempar atau
- Menganalisis dan permainan
mempraktikkan variasi dan tradisional
kombinasi keterampilan sejenis.
rangkaian gerak ritmik. - Menguasai
- Menganalisis dan aktivitas fisik
memperbaiki kesalahan beladiri:
keterampilan tiga gaya pencak silat,
renang yang berbeda dan karate,
penyelamatan aktivitas di air. taekwondo atau
- Memiliki perilaku hidup sehat beladiri
dalam memilih makanan dan tradisional
minuman dan menghindari sejenis.
diri dari tindakan merugikan - Menguasai
diri sendiri. rangkaian
- Mengamalkan perilaku Aktivitas
sportif, bertanggung jawab, fisik
melalui: latihan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menghargai perbedaan, pengembangan
toleransi, bekerja sama, kekuatan, daya
disiplin, dan menerima tahan,
kekalahan dengan sikap kelentukan,
positif dan kecepatan, dan
mengekspresikan koordinasi.
kemenangan dengan wajar. - Menguasai
aktivitas fisik
rangkaian :
senam lantai dan
senam alat.
- Menguasai
rangkaian
gerakan aktivitas
fisik ritmik:
senam aerobik
dan SKJ secara
harmonis.
- Menguasai
gerakan aktivitas
fisik di air:
renang gaya
bebas, gaya
punggung, gaya
dada dan
penyelamatan
dalam aktivitas
air.

Kesehatan
- Makanan dan
minuman sehat,
pencegahan dan
penanggulangan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penyakit, bahaya
penggunaa
NARKOBA dan
psikotropika
serta upaya
pencegahan dan
penanggulangan
nya, dampak
seks bebas, cara
mencegah HIV
dan AIDS serta
cara
penanggulangan
nya.
- Menganalisis dan Menguasai gerakan
memperbaiki kesalahan aktivitas fisik
variasi dan kombinasi melalui permainan,
keterampilan gerak salah atletik dan olahraga
permainan dan olahraga - Pemainan bola
dengan koordinasi yang besar, sepak
lebih baik. bola, bola voli,
- Menganalisis variasi, bola basket.
kombinasi dan - Permainan bola
memperbaiki kesalahan kecil, softball,
keterampilan olahraga bulutangkis,
beladiri dengan koordinasi tenis meja.
yang lebih baik. - Aktivitas fisik
- Menganalisis konsep dan gerakan jalan
mempraktikkan latihan, cepat, lari,
pengukuran komponen lompat, dan
kebugaran jasmani. lempar atau
- Menganalisis dan permainan
mempraktikkan rangkaian tradisional
keterampilan senam lantai sejenis dengan
untuk menghasilkan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
koordinasi gerak yang baik. baik dan benar.
- Menganalisis variasi, - Menguasai
kombinasi dan gerakan aktivitas
mempraktikkan keterampilan fisik beladiri:
rangkaian aktivitas gerak pencak silat,
ritmik untuk menghasilkan karate,
koordinasi gerak yang baik. taekwondo atau
- Menganalisis dan permainan
memperbaiki kesalahan tradisional
keterampilan tiga gaya sejenis.
renang yang berbeda dan - Menguasai
penyelamatan dalam aktivitas rangkaian
air dengan koordinasi yang gerakan aktivitas
lebih baik. fisik: latihan
- Membiasakan pola hidup pengembangan
sehat secara konsisten kekuatan, daya
- Menghayati dan tahan,
mengamalkan perilaku kelentukan,
sportif, bertanggung jawab, kecepatan, dan
menghargai perbedaan, koordinasi.
toleransi, bekerja sama, - Menguasai
disiplin, dan menerima rangkaian
kekalahan dengan sikap gerakan aktivitas
positif dan fisik : senam
mengekspresikan lantai dan senam
kemenanga dengan wajar. alat dengan baik
dan benar.
- Menguasai
rangkaian
gerakan aktivitas
fisik ritmik:
senam aerobik
dan SKJ baik dan
benar.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menguasai
gerakan aktivitas
fisik di air:
renang gaya
bebas, gaya
punggung, gaya
dada dan
penyelamatan
dalam aktivitas
air.

Kesehatan
- STDS (Sexually
Transmitted
Disease), AIDS,
Penyakit
Menular Seksual
(PMS).
- Peraturan
perundangan
berkaitan
NARKOBA dan
psikotropika.

1
11. Muatan Prakarya
11.1. Muatan Prakarya pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli Prakarya (kerajinan)
Dasar (Kelas lingkungan, kerjasama, - Kerajinan bahan
VII-IX) jujur, percaya diri, dan alam dan buatan,
mandiri dalam dan modifikasinya,
berkarya prakarya. serta
- Memahami dan pengemasannya.
membandingkan desain - Kerajinan dan
karya. pengemasan dari
- Mengidentifikasi dan bahan limbah organik
mendeskripsikan proses dan anorganik bahan
pembuatan karya lunak atau keras dan
membuat dan modifikasinya.
memodifikasi karya.
Apresiasi dan kreasi
Prakarya (Rekayasa)
- Alat penjernih air
dari bahan alami dan
buatan.
- Produk sederhana
dan mainan
menggunakan
teknologi mekanik.
- Produk sederhana
menggunakan
teknologi elektronika.

Apresiasi dan kreasi


prakarya (Budidaya)

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Budidaya tanaman
sayuran dan obat,
serta memodifikasi
media tanamnya.
- Wadah budidaya dan
pemeliharaan ikan
konsumsi dan ikan
hias.

Apresiasi dan kreasi


prakarya (pengolahan)
- Olahan pangan buah
dan sayuran menjadi
minuman segar,
minuman kesehatan,
menjadi makanan
cepat saji.
- Olahan non pangan
dari hasil samping
bahan pangan nabati
menjadi bahan dasar
kerajinan.
- Olahan bahan pangan
serealia dan umbi
menjadi makanan
dan bahan pangan
setengah jadi.
- Olahan dari hasil
samping serealia dan
umbi menjadi produk
non pangan.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
rasa ingin tahu, peduli prakarya (Kerajinan)
lingkungan, kerjasama, - Kerajinan dan
jujur, percaya diri, dan pengemasan fungsi
mandiri dalam hias, dan
berkarya prakarya. modifikasinya.
- Memahami prinsip dan - Kerajinan dan
proses desain dalam pengemasan fungsi
pembuatan karya. pakai dan
- Menerapkan prinsip dan modifikasinya.
proses desain dalam
pembuatan, Apresiasi dan kreasi
perangkaian, dan prakarya (Rekayasa)
modifikasi karya. - Produk rakitan
berteknologi
listrik.
- Model
bangunan dan
instalasi dengan
teknologi
konstruksi.
- Model
sederhana
rangkaian
instalasi listrik.

Apresiasi dan kreasi


prakarya
(Budidaya)
- Budidaya ternak
hias dan satwa

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
harapan.

Apresiasi dan kreasi


prakarya
(Pengolahan)
- Olahan pangan dari
bahan ikan dan
daging putih atau
merah menjadi
makanan, produk
pangan setengah
jadi.
- Olahan dari hasil
samping pangan
hewani menjadi
produk non pangan.

11.2. Muatan Prakarya pada SMA/MA/SMALB/Paket C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli prakarya (Kerajinan)
Menengah lingkungan, kerjasama, - Kerajinan tekstil dan
( Kelas X-XII) jujur, percaya diri, dan limbah tekstil.
mandiri dalam - Kerajinan dari
berkarya prakarya. bahan lunak dan
- Menganalisis desain bahan keras.
produk, sumber daya, dan
proses pembuatan karya. Apresiasi dan kreasi
- Mendesain produk dan prakarya (Rekayasa)
proses pembuatan karya. - Rekayasa alat

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Membuat dan mengolah komunikasi
karya. sederhana dan alat
- Menyajikan pengalaman pengatur gerak
wirausaha. sederhana.
- Rekayasa pembangkit
listrik sederhana dan
inovatif menggunakan
teknologi tepat guna.

Apresiasi dan kreasi


prakarya (Budidaya)
- Budidaya tanaman
hias dan tanaman
pangan.
- Usaha budidaya
pembenihan ikan
konsumsi dan ikan
hias.

Apresiasi dan kreasi


prakarya (Pengolahan)
- Pengawetan bahan
pangan nabati dan
hewani menjadi
produk pangan khas
daerah dan
nusantara.
- Pengolahan bahan
nabati dan hewani
menjadi produk
non pangan
pembersih
dan kosmetik.

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi

Apresiasi dan kreasi


prakarya
(kewirausahaan)
- Nilai dan peluang
wirausaha, serta
aspek-aspek
perencanaan usaha.
- Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
rasa ingin tahu, peduli prakarya (Kerajinan)
lingkungan, kerjasama, - Kerajinan fungsi
jujur, percaya diri, dan hias dan pakai dari
mandiri dalam limbah.
berkarya prakarya.
- Menganalisis dan Apresiasi dan kreasi
mengevaluasi desain prakarya (Rekayasa)
produk, sumber daya, - Rekayasa
dan proses pembuatan elektronika praktis
karya. dan dengan kendali
- Mendesain produk dan elektronika
proses pembuatan karya Apresiasi dan kreasi
- Mencipta, mengolah, dan prakarya (Budidaya)
mempraktekkan karya. - Budidaya ternak
- Menyajikan dan unggas petelur dan
mengevaluasi usaha. pedaging.

Apresiasi dan kreasi


prakarya (Pengolahan)
- Pengolahan bahan
nabati dan hewani
menjadi makanan
khas daerah dan
produk non pangan

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kesehatan.

12. Muatan Bahasa Asing Lainnya


12.1. Muatan Bahasa Arab untuk kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu
Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
Pendidikan berkomunikasi transaksional, dan
Menengah interpersonal, fungsional sebagai
(Kelas X-XII) transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan
menggunakan bahasa kembali,
dalam konteks memaparkan dan
sosiokultural sebagai membuat laporan
wahana untuk sederhana terkait
penanaman nilai karakter topik Identitas diri (al
bangsa. ta’aruf), Kehidupan
- Menerapkan unsur-unsur sekolah (al hayat fi al
kebahasaan secara madrasah), Keluarga
akurat dan berterima. (al usrah), dan
- Memahami teks-teks Kehidupan sehari-
sastra Arab. hari (al hayat al

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
yaumiyyah).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, huruf
hijaiyah, ejaan,
kosakata, tekanan
kata, intonasi
kalimat, tanda baca,
tata bahasa dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Arab.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional secara efektif. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam wacana
dan strategi komunikasi fungsional seperti
secara lisan dan tulis. mendeskripsikan,
- Memiliki kemampuan menarasikan,
menggunakan bahasa menceritakan
dalam konteks kembali,
sosiokultural sebagai memaparkan dan
wahana untuk membuat laporan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penanaman nilai karakter sederhana terkait
bangsa. topik Kegiatan pada
- Menerapkan unsur-unsur waktu senggang/Hobi
kebahasaan secara (al hiwayah) dan
akurat dan berterima. Wisata (al rihlah).
- Memahami teks-teks - Keterampilan
sastra Arab. mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, huruf
hijaiyah ejaan,
kosakata, tekanan
kata, intonasi
kalimat, tanda baca,
tata bahasa dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Arab.

12.2. Muatan Bahasa Jepang untuk kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu


Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kemampuan - Wacana
Pendidikan berkomunikasi interpersonal,
Menengah interpersonal, transaksional, dan
(Kelas X-XII) transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional. wahana komunikasi

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam
dan strategi komunikasi wacana fungsional
secara lisan dan tulis. seperti
- Memiliki kemampuan mendeskripsikan,
menggunakan bahasa menarasikan,
dalam konteks menceritakan
sosiokultural sebagai kembali,
wahana untuk memaparkan dan
penanaman nilai membuat laporan
karakter bangsa. sederhana terkait
- Menerapkan unsur- topik Identitas diri
unsur kebahasaan (あいさ つ aisatsu,
secara akurat dan じこしょうかい
berterima.
jikoshoukai),
- Memahami teks-teks
Kehidupan sekolah (
sastra Jepang.
がっこうの せいか
つ Gakkou no
seikatsu), Keluarga
( か ぞ く kazoku),
dan Kehidupan
sehari- hari (いちに
ちの
せ い か つ ichinichi
no seikatsu)
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa,
tekanan kata,
intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jepang
- Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
berkomunikasi transaksional, dan
interpersonal, fungsional sebagai
transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional secara efektif. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan kembali,
menggunakan bahasa memaparkan dan
dalam konteks membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Kegiatan pada
penanaman nilai waktu senggang/Hobi
karakter bangsa. (ひまな と き hima na
- Menerapkan unsur- toki) dan Wisata (りょ
unsur kebahasaan こう ryokou)
secara akurat dan
berterima.
- Memahami teks-teks

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sastra Jepang. - Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jepang.

12.3. Muatan Bahasa Jerman untuk kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu


Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/ Paket C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kemampuan - Wacana
Pendidikan berkomunikasi interpersonal,
Menengah interpersonal, transaksional, dan
(Kelas X-XII) transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam wacana
dan strategi komunikasi fungsional seperti
secara lisan dan tulis. mendeskripsikan,
- Memiliki kemampuan menarasikan,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menggunakan bahasa menceritakan
dalam konteks kembali,
sosiokultural sebagai memaparkan dan
wahana untuk membuat laporan
penanaman nilai sederhana terkait
karakter bangsa. topik Identitas diri
- Menerapkan unsur- (Kennenlernen),
unsur kebahasaan Kehidupan sekolah
secara akurat dan (Schule), Keluarga
berterima. (Familie), dan
- Memahami teks-teks Kehidupan sehari-
sastra Jerman. hari (Alltagsleben).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jerman.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional yang efektif. wahana
- Memiliki kemampuan komunikasi dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
memilih dan pengembangan
melaksanakan tindakan potensi akademik
dan strategi komunikasi dalam ragam
secara lisan dan tulis. wacana fungsional
- Memiliki kemampuan seperti
menggunakan bahasa mendeskripsikan,
dalam konteks menarasikan,
sosiokultural sebagai menceritakan
wahana untuk kembali,
penanaman nilai memaparkan dan
karakter bangsa. membuat laporan
- Menerapkan unsur- sederhana terkait
unsur kebahasaan topik Kegiatan
secara akurat dan pada waktu
berterima. senggang/Hobi
- Memahami teks-teks (Freizeitbeschäftigu
sastra Jerman. ng/ Hobby) dan
Wisata (Reise).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jerman.

1
12.4. Muatan Bahasa Korea untuk kelompok Peminatan Ilmu-
Ilmu Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kemampuan - Wacana
Pendidikan berkomunikasi interpersonal,
Menengah interpersonal, transaksional, dan
(Kelas X-XII) transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam wacana
dan strategi komunikasi fungsional seperti
secara lisan dan tulis. mendeskripsikan,

- Memiliki kemampuan menarasikan,

menggunakan bahasa menceritakan

dalam konteks kembali,

sosiokultural sebagai memaparkan dan

wahana untuk membuat laporan

penanaman nilai sederhana terkait

karakter bangsa. topik Identitas diri

- Menerapkan unsur- (자기소개),

unsur kebahasaan Kehidupan sekolah

secara akurat dan (학교활동), Keluarga


berterima. (가족), dan
- Memahami teks-teks Kehidupan sehari-
sastra Korea. hari (일상생활).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara,
membaca, dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural
dan karakter
bangsa.
- Bunyi, aksara,
kosakata, tata
bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
tanda baca dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Korea.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional secara efektif. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam
dan strategi komunikasi wacana fungsional
secara lisan dan tulis. seperti
- Memiliki kemampuan mendeskripsikan,
menggunakan bahasa menarasikan,
dalam konteks menceritakan
sosiokultural sebagai kembali,
wahana untuk memaparkan, dan
penanaman nilai membuat laporan
karakter bangsa. sederhana terkait
- Menerapkan unsur- topik Kegiatan pada
unsur kebahasaan waktu

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
secara akurat dan senggang/Hobi (취
berterima. 미활동) dan Wisata
- Memahami teks-teks (여행), serta karya
sastra Korea. sastra Korea.
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara,
membaca, dan
menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural
dan karakter
bangsa.
- Bunyi, aksara,
kosakata, tata
bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
tanda baca dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Korea.

12.5. Muatan Bahasa Mandarin untuk kelompok Peminatan Ilmu-


Ilmu Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C.

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
Pendidikan berkomunikasi transaksional, dan
Menengah interpersonal, fungsional sebagai

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
(Kelas X-XII) transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan
menggunakan bahasa kembali, memaparkan
dalam konteks dan membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Identitas diri
penanaman nilai (个人信 息 gèrén xìnxī),
karakter bangsa.
Kehidupan sekolah
- Menerapkan unsur-
(学校生活 xuéxiào
unsur kebahasaan
shēnghuó), Keluarga
secara akurat dan
(家庭 jiātíng), dan
berterima.
Kehidupan sehari-hari
- Memahami teks-teks
(日常 生活 rìcháng
sastra Cina. shēnghuó).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, aksara,
kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Cina.
- Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
berkomunikasi transaksional, dan
interpersonal, fungsional sebagai
transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional secara efektif. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan kembali,
menggunakan bahasa memaparkan dan
dalam konteks membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Kegiatan pada
penanaman nilai waktu senggang/Hobi
karakter bangsa. (休闲活动/ 爱好
- Menerapkan unsur- xiū xiá n huó dò ng/
unsur kebahasaan à ihà o) dan Wisata
secara akurat dan
(旅游 lǚyó u).
berterima.
- Keterampilan
- Memahami teks-teks
mendengarkan,
sastra Cina.
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Cina.

12.6. Muatan Bahasa Perancis untuk kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu


Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
Pendidikan berkomunikasi transaksional, dan
Menengah interpersonal, fungsional sebagai
(Kelas X-XII) transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan
menggunakan bahasa kembali, memaparkan
dalam konteks dan membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Identitas diri
penanaman nilai (l’identité), Kehidupan
karakter bangsa. sekolah (la vie

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menerapkan unsur- scolaire), Keluarga (la
unsur kebahasaan famille), dan
secara akurat dan Kehidupan sehari-hari
berterima. (la vie quotidienne).
- Memahami teks-teks - Keterampilan
sastra Perancis. mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Perancis.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional secara efektif. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam
dan strategi komunikasi wacana fungsional
secara lisan dan tulis. seperti
- Memiliki kemampuan mendeskripsikan,
menggunakan bahasa menarasikan,
dalam konteks menceritakan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sosiokultural sebagai kembali,
wahana untuk memaparkan dan
penanaman nilai membuat laporan
karakter bangsa. sederhana terkait
- Menerapkan unsur- topik Kegiatan pada
unsur kebahasaan waktu
secara akurat dan senggang/Hobi (le
berterima. passe temp/les
- Memahami teks-teks loisirs) dan Wisata
sastra Perancis. (le tourisme), serta
karya sastra
Perancis.
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
tanda baca dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Perancis.

12.7. Muatan Antropologi untuk Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa


dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menggunakan Ruang lingkup kajian
Pendidikan antropologi sebagai Antropologi
Menengah ilmu dan metode - Antropologi sebagai
(Kelas X-XII) ilmiah. ilmu dan Metode.
- Mendeskripsikan dan - Hubungan antara
menganalisis sistem manusia, perilaku,
nilai dan substansi sikap dengan
kebudayaan. lingkungan
- Mengkomunikasikan, kehidupannya.
dan
menginternalisasikan Kebudayaan
nilai-nilai budaya - Budaya sebagai
dalam pembentukan sistem
karakter. pengetahuan/siste
- Memiliki inisiatif untuk m nilai yang
melakukan investigasi menjadi acuan
dan eksplorasi tentang dalam bersikap,
keberagaman berperilaku, dan
kebudayaan. bertindak sebagai
- Mengkomunikasikan, anggota
dan berpartisipasi masyarakat.
aktif dalam - Unsur, perwujudan,
membangun isi atau substansi,
keharmonisan hidup serta sifat-sifat
bermasyarakat. budaya.

Keanekaragaman Budaya
- Kesamaan dan
keberagaman
budaya, agama,
religi/kepercayaan,
bahasa/dialek dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tradisi di nusantara
dan di lingkungan
setempat.
- Cara menyikapi
berbagai perbedaan
(simpati, empati,
emansipasi,
kesetaraan dan
keadilan).
- Hubungan antar
budaya dalam
rangka membangun
kehidupan harmonis
dalam masyarakat
multikultur.
Globalisasi dan
- Berperilaku dan perubahan sosial budaya
bersikap positif - Latar belakang dan
dengan tindakan nyata proses perubahan
dalam upaya budaya.
menemukan solusi - Dampak terhadap
pemecahan masalah kehidupan
- Melakukan investigasi masyarakat.
dan eksplorasi tentang - Sikap positif dalam
globalisasi dan merespon perubahan
perubahan sosial sosial budaya di era
budaya globalisasi.
- Memprediksi, dan
mengkomunikasikan Manfaat Praktis Kajian
hasil-hasil pemikiran Antropologi dalam
kreatif dan positif Pembangunan
dalam - Menemukan
menyikapi perubahan

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Melaksanakan dan berbagai alternatif
mengkomunikasikan solusi dan strategi
hasil kajian antropologi pemecahan masalah
dalam pembangunan sosial-budaya.
masyarakat - Pendekatan kajian
antropologi dan
kaitannya dengan
pembangunan
masyarakat.

1
B. Tingkat Kompetensi Dan Ruang Lingkup Materi pada Bidang
Keahlian SMK/MAK.

1.
Muatan Fisika pada SMK/MAK
Bidang Keahlian: 1. Teknologi dan Rekayasa
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Agribisnis dan Agroteknologi
4. Perikanan dan Kelautan
5. Kesehatan

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengembangkan sikap - Besaran pokok dan
Pendidikan ilmiah: rasa ingin tahu, turunannya.
Menengah tekun, ulet, jujur, - Kinematika dan
(Kelas X-XI) disiplin, tanggung jawab, Dinamika benda
dan peduli melalui fisika. titik.
- Melakukan pengukuran - Usaha, energi,
besaran fisika. dan daya.
- Menyusun dan menguji - Sifat mekanik bahan.
hipotesis sehubungan - Bumi dan atmosfir.
dengan fenomena fisika. - Impuls dan hukum
- Merancang penyelidikan/ kekekalan
eksperimen secara teliti momentum.
dan mengikuti prosedur - Fluida (Fluida statik
dengan benar dengan dan fluida dinamis).
menggunakan beberapa - Suhu dan kalor.
variabel, mengolah data, - Gas ideal.
menyajikan data dalam - Termodinamika.
bentuk tabel dan grafik, - Getaran, gelombang,
dan menginterpretasikan dan bunyi.
data hasil pengamatan - Optik.
objek fisika. - Magnet dan
- Membuat simpulan dan elektromagnetik.
laporan ilmiah secara - Kelistrikan.
lisan dan tulisan dengan - Radioaktivitas.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kaidah pelaporan yang
baik dan benar.
- Memahami dan
menganalisis konsep,
prinsip, hukum, dan teori
fisika serta saling
keterkaitannya, dan
menerapkannya untuk
dalam bidang kerja yang
spesifik.

2.
Muatan Kimia pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : 1. Teknologi dan Rekayasa
2. Kesehatan
3. Agrobisnis dan Agroteknologi
4. Perikanan dan Kelautan

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Merumuskan masalah - Materi dan
Pendidikan dan membuat hipotesis. perubahannya.
Menengah - Membuat rancangan dan - Struktur atom,
(Kelas X-XI) melakukan percobaan Sistem periodik
dengan menggunakan dan Ikatan kimia.
beberapa variabel, - Bentuk molekul.
menggunakan alat-alat - Larutan elektrolit
dan bahan, mencatat dan larutan non-
hasil pengamatan, elektrolit.
mengolah dan - Reaksi oksidasi
menyajikan data dalam reduksi dan
bentuk tabel atau grafik, bilangan oksidasi.
menganalisis, - Tatanama senyawa
menginterpretasi data, anorganik dan
dan membuat organik sederhana.

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kesimpulan. - Stoikiometri.
- Membuat laporan - Hidrokarbon dan
tertulis dengan minyak bumi.
menggunakan kaidah - Termokimia.
penulisan ilmiah dan tata - Laju reaksi.
bahasa yang benar serta - Kesetimbangan
mempresentasikan kimia.
laporan dengan - Sifat larutan asam
menggunakan teknologi basa dan pH
informasi. larutan.
- Memahami dan - Hidrolisis.
menganalisis konsep, - Larutan penyangga.
prinsip, hukum, dan - Kelarutan dan hasil
teori kimia serta saling kali kelarutan
keterkaitannya dan (Ksp).
menerapkannya untuk - Sistem koloid.
menyelesaikan masalah - Sifat koligatif
dalam kehidupan. larutan.
- Mengembangkan sikap - Redoks dan
ilmiah: rasa ingin tahu, Elektrokimia.
tekun, ulet, jujur, - Senyawa karbon
disiplin, tanggung jawab, (halo alkana,
dan peduli melalui ilmu alkanol, alkoksi
kimia. alkana, alkanal,
alkanon, asam
alkanoat, dan alkil
alkanoat).
- Benzena dan
turunannya.
- Makromolekul
(polimer,
karbohidrat
dan protein).
- Metode pemisahan
dan pengukuran.
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Penentuan kadar
suatu
unsur/senyawa.

1
3.
Muatan Biologi pada SMK/MAK
Bidang Keahlian :
Bidang Keahlian: 1. Agrobisnis dan Agroteknologi
2. Perikanan dan Kelautan
3. Kesehatan

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengamati objek biologi - Sel, jaringan,
Pendidikan - Merancang penyelidikan dan organ.
Menengah secara teliti dan - Pertumbuhan dan
(Kelas X-XI) mengikuti prosedur Perkembangan
dengan benar dengan mahluk hidup.
menggunakan beberapa - Klasifikasi Makhluk
variabel, menyusun Hidup
hipotesis, mengolah dan - Metabolisme dan
menyajikan data dalam enzim.
bentuk tabel dan grafik, - Mikroorganisme dan
menginterpretasikan data peranannya.
hasil pengamatan. - Keseimbangan
- Membuat simpulan dan lingkungan
laporan ilmiah secara (Ekosistem).
lisan dan tulisan dengan - Pengolahan limbah.
kaidah pelaporan yang - Sistem reproduksi.
baik dan benar. - Genetika.
- Memahami dan - Bioteknologi.
menganalisis konsep,
prinsip, hukum, dan teori
biologi serta saling
keterkaitannya dan
menerapkannya untuk
menyelesaikan masalah
dalam kehidupan.
- Mengembangkan sikap
ilmiah: rasa ingin
tahu, tekun, ulet, jujur,

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
disiplin, tanggung jawab,
dan peduli melalui
biologi.

4.
Muatan Gambar Teknik pada SMK/MAK.
Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengamalkan perilaku - Jenis, fungsi, dan
Pendidikan jujur, disiplin, teliti, cara penggunaan
Menengah kritis, rasa ingin tahu, peralatan dan
(Kelas X-XI) inovatif dan kelengkapan gambar
bertanggung jawab teknik.
dalam menerapkan - Bentuk, fungsi, dan
keahliannya dalam komponen garis.
dunia kerja. - Huruf, angka dan
- Mengatur tata letak etiket gambar teknik.
gambar manual. - Bentuk konstruksi
- Menggambar dengan gambar teknik.
perangkat lunak. - Gambar
- Menggambar dan proyeksi
menentukan gambar piktorial (3D).
proyeksi piktorial dan - Gambar
ortogonal. proyeksi
- Memahami dasar-dasar orthogonal (2D).
gambar teknik dan - Konsep dan
mempraktikkannya. prosedur gambar
potongan.

1
- Sistem pemberian
ukuran.

1
5.
Muatan Sistem Komputer pada SMK/MAK

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan sikap dari - Relasi logika dan
Pendidikan solusi atas berbagai fungsi gerbang dasar.
Menengah ( permasalahan dalam - Operasi Aritmetika.
Kelas X-XI) berinteraksi dengan - Rangkaian
lingkungan sosial. Multiplexer.
- Menerapkan, - Organisasi dan
menganalisis, arsitektur komputer.
pengetahuan - Media penyimpanan
faktual,konseptual, data.
prosedural berdasarkan - RAM, ROM,
rasa ingin tahunya PROM, EPROM,
tentang ilmu EEPROM,
pengetahuan dan EAPROM.
teknologi pada bidang - Memori.
kerja yang spesifik sesuai - Sistem I/O.
dengan bakat dan - flowchart atau
minatnya untuk struktogram.
memecahkan masalah. - Organisasi Prosesor,
- Menganalisis tentang register dan siklus
konsep, teknik, prosedur, instruksi (fetching,
bahan, media dalam decoding, executing.
proses sistem komputer. - Struktur CPU.
- Menyajikan hasil - Modul I/O.
analisis dalam bentuk - Prosesor.
karya dan telaah sistem - Register.
komputer yang bernilai - Interkoneksi bus.
dinamis. - Operand Operasi.
- Mode dan
format
pengalamatan.

1
6.
Muatan Pemrograman Dasar pada SMK/MAK.
Bidang Keahlian : Teknologi Informasi dan Komunikasi

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami teknik Algoritma
Pendidikan pemrograman dasar - Struktur.
Menengah dan menerapkannya - Percabangan.
(Kelas X-XI) dalam menyelesaikan - Perulangan.
masalah. - Bahasa
- Memodifikasi program Pemrograman.
komputer. - Tipe data.
- Menganalisis kesalahan - Variabel.
dalam program - Konstanta.
komputer. - Operator.
- Menyajikan teknik - Ekspresi.
pemrograman dasar - Fungsi dan operasi.
dalam bentuk - Aritmetika.
program komputer. - Logika.
- String.
- Konversi antar
tipe data.

7.
Muatan Pengantar Administrasi Kantor pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami karakteristik - Karakteristik
Pendidikan administrasi perkantoran administrasi.
Menengah agar pelaksanaan - Struktur organisasi.
(Kelas X-XI) pekerjaan perkantoran - Lingkungan kantor.
berjalan secara efisien. - SOP.
- Memahami asas-asas - Sistem informasi
manajemen kantor. manajemen.
- Memahami struktur

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
organisasi kantor sebagai
pusat pengelolaan
kegiatan.
- Mengelola komunikasi
kantor yang dibutuhkan
oleh dunia usaha dan
industri.
- Memahami tata
lingkungan kantor.
- Merencanakan tata letak
fasilitas kantor.
- Memahami pentingnya
Standard Operation
Procedure(SOP) untuk
aktivitas kantor.
- Menjelaskan prinsip dan
teknik penyusunan SOP.
- Memahami
perkembangan teknologi
informasi untuk
membantu memecahkan
masalah.
- Menerapkan manajemen
basis data.

8.
Muatan Pengantar Ekonomi dan Bisnis pada SMK/MAK.
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami dan Konsep dasar ilmu
Pendidikan menyajikan konsep ilmu ekonomi
Menengah ekonomi, prinsip - Prinsip ekonomi.
(Kelas X-XI) ekonomi, permasalahan - Permasalahan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
ekonomi, peran pelaku ekonomi.
kegiatan ekonomi, serta - Pelaku ekonomi.
pasar dan terbentuknya - Pertumbuhan
harga pasar. ekonomi.
- Memahami dan - Ketenagakerjaan.
menghitung berbagai
biaya produksi untuk
menentukan titik impas.
- Memahami dan
menerapkan prosedur
keselamatan kerja dalam
lingkungan kerja.

9.
Muatan Pengantar Akuntansi pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memiliki motivasi internal - Peran akuntansi.
Pendidikan dan menunjukkan - Prinsip-prinsip dan
Menengah perilaku ilmiah dalam konsep dasar
(Kelas X) menemukan dan akuntansi.
memahami pengetahuan - Penyusunan laporan
dasar tentang akuntansi. keuangan.
- Menganalisis berbagai
klasifikasi yang terkait
dengan akuntansi dan
memahami manfaatnya.
- Memecahkan berbagai
persoalan yang
berkaitan dengan dasar-
dasar akuntansi dengan
mengembangkan dari

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
yang dipelajari di sekolah
secara mandiri, dan
mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.

10.
Muatan IPA Aplikasi pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Pariwisata

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami gejala- Fisika
Pendidikan gejala alam dan - Besaran pokok dan
Menengah masalah yang terjadi turunannya.
(Kelas X-XI) terkait dengan alam - Usaha, energi,
melalui identifikasi dan daya.
secara seksama pada - Sifat mekanik bahan.
saat melakukan - Fluida (Fluida statik
kegiatan. dan fluida dinamis).
- Menganalisis faktor- - Suhu dan kalor.
faktor penyebab - Optik.
terjadinya gejala - Kelistrikan.
alam dan masalah - Kimia.
saat melakukan - Materi dan
pekerjaan ditinjau perubahannya.
dari konsep, teknik, - Wujud zat.
bahan, media - Atom dan
prosesnya. konfigurasi elektron.
- Menerapkan dan - Unsur, senyawa dan
memodifikasi konsep, campuran.
teknik, prosedur, - Reaksi kimia.
bahan, media dalam - Ikatan kimia.
melakukan pekerjaan - Larutan, kelarutan
guna mencegah dan konsentrasi.
terjadinya kesalahan.

1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Asam, basa
dan garam.
- Makro molekul.
- Polimer
- Kimia di sekitar.
- Biologi.
- Sel.
- Enzyme dan hormone.
- Diffusi dan osmosis.
- Pigmen.
- Ekosistem.

11.
Muatan Pengantar Pariwisata pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Pariwisata

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Memahami seluk beluk - Sejarah dan industri
Pendidikan kepariwisataan agar pariwisata.
Menengah mampu membangun - Karir pada industri
(Kelas X-XI) dan mengembangkan pariwisata.
industri pariwisata - Usaha-usaha jasa,
berdasarkan sarana, dan daya
karakteristik/potensi tarik wisata.
daerah dan wisatawan. - Pengembangan
- Memecahkan berbagai industri pariwisata
permasalahan bangsa dan organisasi
melalui industri kepariwisataan.
pariwisata dengan - Daya tarik daerah
berinteraksi secara tujuan pariwisata,
efektif dengan tujuan perjalanan,
lingkungan alam dan dan jenis wisata.
lingkungan sosial - Jenis dan
sebagai cermin dari karakteristik

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pergaulan dunia. wisatawan
nusantara dan
domestik
- Dokumen
Perjalanan Wisata
- - Pengembangan
daerah wisata dan
promosi
12.
Muatan Dasar-Dasar Desain pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Rupa Dan Kria

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli seni rupa dan kria
Menengah lingkungan, kerjasama, - Konsep dan
(Kelas X) jujur, percaya diri, dan metode desain.
mandiri dalam - Aspek-aspek desain.
berkarya seni rupa dan - Regulasi desain.
kria. - Proses
- Memahami dasar-dasar pengembangan
desain dalam berkarya desain.
seni rupa dan kria. - Evaluasi desain.
- Menyajikan proses dan
prosedur dalam
mendesain karya seni
rupa dan kria.
- Menerapkan proses,
teknik, bahan dan
prosedur desain dalam
karya seni rupa dan kria.
- Mengevaluasi proses,
teknik, bahan dan
prosedur desain
dalam

1
produk seni rupa dan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kria.

13.
Muatan Pengetahuan Bahan pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Rupa dan Kria

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli seni rupa dan kria
Menengah lingkungan, kerjasama, - Bahan alam
(Kelas X) jujur, percaya diri, dan dan bahan
mandiri dalam buatan.
berkarya seni budaya. - Sifat dan
- Memahami berbagai fungsi bahan.
bahan dalam berkarya - Karakter bahan.
seni rupa dan kria. - Standar baku.
- Mengidentifikasi jenis- - Kesehatan dan
jenis bahan yang dapat keselamatan kerja.
digunakan dalam
membuat karya seni rupa
dan kria.
- Menyajikan bahan yang
digunakan dalam
membuat karya seni rupa
dan kria.

1
14.
Muatan Ekonomi Kreatif pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Rupa dan Kria

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku, - Konsep ekonomi
Pendidikan rasa ingin tahun, peduli kreatif dan industri
Menengah lingkungan, kerjasama, kreatif.
(Kelas X) jujur, percaya diri, dan - Portofolio karya
mandiri dalam kreatif.
berkarya seni rupa dan - Pengendali ekonomi
kria. kreatif yang meliputi
- Memahami konsep (1) teknologi tepat
ekonomi kreatif dalam guna, (2)
mengembangkan permintaan pasar
gagasan kreatif. terhadap karya
- Menerapkan nilai-nilai kreatif, dan (3)
ekonomi kreatif dalam Lingkungan
mengembangkan produk pariwisata (alam,
karya kreatif yang layak bahari, kuliner,
jual. sejarah, belanja,
- Menyajikan bahan- pendidikan).
bahan tepat guna dalam - Good design.
pembuatan karya seni - Aspek ekonomi
rupa dan kria. kreatif meliputi (1)
- Menyajikan karya Wawasan ekonomi
kreatif yang layak jual meliputi industri
hasil berpikir kreatif. kreatif, perdagangan
karya kreatif, (2)
Wawasan budaya
meliputi antropologi
budaya, nilai tradisi,
seni dan kria, (3)
Wawasan sosial
meliputi pelaku
industri kreatif, dan
(4) Wawasan

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pengembangan
berkelanjutan,
meliputi
perlindungan
keragaman hayati,
Desain ramah
lingkungan, Desain
kolaboratif.
- Kreativitas,
meliputi (1) Metode
berpikir kreatif, (2)
Karya kreatif layak
jual dan (3) Pasar
uji (test market).

15.
Muatan Wawasan Seni pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan
Program Studi : (Seni Tari, Musik, Teater, Karawitan, Pedalangan)

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku rasa Apresiasi dan kreasi
Pendidikan ingin tahu, peduli seni musik
Menengah (Kelas lingkungan, kerjasama, - Beragam karya
X-XII) jujur, percaya diri, dan musik.
mandiri dalam berkarya - Kritik musik.
seni budaya. - Pergelaran musik.
- Mengenal karakteristik - Apresiasi dan
seni pertunjukan. kreasi seni tari.
- Menunjukkan penghayatan - Beragam karya tari.
akan nilai keunikan dan - Kritik tari.
keberagaman seni - Pergelaran tari.
pertunjukan. - Apresiasi dan
- Membandingkan masing- kreasi seni teater.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
masing karya dan nilai seni - Beragam karya
budaya untuk teater.
menemukenali/merasakan - Kritik teater.
keunikan/keindahan serta - Pergelaran teater.
nilai estetis.
- Menganalisis keberagaman
dan keunikan seni
pertunjukan.
- Mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan karya seni
pertunjukan yang
ditampilkan.
- Membuat kritik seni
berdasarkan hasil
pengamatan dan evaluasi.

16.
Muatan Tata Teknik Pentas pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan
Program Studi : Seni Tari, Musik, Teater, Karawitan, Pedalangan

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi seni
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli pertunjukan
Menengah (Kelas lingkungan, kerjasama, - Penataan perangkat
X-XII) jujur, percaya diri, dan tata suara.
mandiri dalam - Penataan perangkat
berkarya seni tata cahaya.
pertunjukan. - Penataan panggung
- Menerapkan nilai-nilai pementasan.
kerjasama, tanggung - Tata rias dan busana.
jawab, disiplin dan - Pembuatan sound
keselamatan kerja dalam

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penataan pertunjukan. effect.
- Menerapkan dan
memodifikasi konsep,
teknik, prosedur, bahan,
media dalam proses
pementasan.
- Menganalisis tentang
konsep, teknik, prosedur,
bahan, media dalam
proses pementasan.
- Mencipta penataan
pertunjukan.
- Mengevaluasi
pelaksanaan penataan
pertunjukan.

17.
Muatan Manajemen Pertunjukan pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan
Program Studi : Seni Tari, Musik, Teater, Karawitan, Pedalangan

Tingkat Ruang Lingkup


Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi seni
Pendidikan rasa ingin tahu, peduli pertunjukan
Menengah (X- lingkungan, kerjasama, - Manajemen
XII) jujur, percaya diri, dan pengelolaan gedung
mandiri dalam pertunjukan.
berkarya seni - Manajemen
pertunjukan. pengelolaan panggung
- Menerapkan nilai-nilai pertunjukan.
kerja sama, tanggung - Manajemen produksi
jawab, disiplin, toleransi pertunjukan.
dan keselamatan kerja
dalam pelaksanaan
produksi.

1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menganalisis tentang
teknik, prosedur, bahan,
media dalam proses
manajemen produksi.
- Menerapkan dan
memodifikasi teknik,
prosedur, bahan, media
dalam proses
manajemen produksi.
- Mengevaluasi pelaksanaan
manajemen pertunjukan.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Salinan sesuai dengan aslinya,


plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,

TTD.

Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001

1
SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 22 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24


Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
2

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.

Pasal 1
(1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar
menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
(2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3

Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni
2016

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni
2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 955


Salinan sesuai dengan aslinya,
plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,

TTD.

Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 22 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

1
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup


perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

2
BAB II
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada


Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan
memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus
dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan
belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang
lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan
ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik
(dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut


Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- Mencipta

3
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran
di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan
tematik terpadu pada IPA dan IPS.
Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/
Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun
pendekatan tematik masih dipertahankan.
Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara
umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian
pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif,
affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di
berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

4
BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus
dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran;
d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau
mata pelajaran;
e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

5
b. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih.
Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan
jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang
harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

6
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.

3. Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

7
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

8
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran


1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a. SD/MI : 35 menit
b. SMP/MTs : 40 menit
c. SMA/MA : 45 menit
d. SMK/MAK : 45 menit

2. Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah
maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar dinyatakan
dalam tabel berikut:

Jumlah
Jumlah Maksimum
Satuan
No Rombongan Peserta Didik
Pendidikan
Belajar Per Rombongan
Belajar
1. SD/MI 6-24 28
2. SMP/MTs 3-33 32
3. SMA/MA 3-36 36
4. SMK 3-72 36
5. SDLB 6 5
6. SMPLB 3 8
7. SMALB 3 8

3. Buku Teks Pelajaran


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik.

9
4. Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
a. Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta
mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama.
b. Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan
sumber daya lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
d. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
e. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
f. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
g. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
h. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons
dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
i. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
j. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
k. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran; dan
l. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.

1
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang
peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri
dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.

1
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini
memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam
domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,
tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya
kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik
dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan
harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan
tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

1
BAB V
PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik


(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) pada aspek
pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.
Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya,
rekaman, catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan
menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil
evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil
pembelajaran.

1
BAB VI
PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,


supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan
berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala
satuan pendidikan dan pengawas.

1. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan.

2. Sistem dan Entitas Pengawasan


Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas,
dan dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a. Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.
b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk
supervisi akademik dan supervise manajerial.

3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui
antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi,
konsultasi, atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak
lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.

1
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
1) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar; dan
2) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Salinan sesuai dengan aslinya,


plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,

TTD.

Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001

1
SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pengaturan mengenai penilaian pendidikan perlu


disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan dalam
penilaian hasil belajar;
b. bahwa dalam rangka pengendalian mutu penilaian hasil
belajar peserta didik oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah perlu menyusun standar penilaian pendidikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar
Penilaian Pendidikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR PENILAIAN
PENDIDIKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai
lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
2. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik.
3. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
3

4. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur


pencapaian Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan
dalam proses Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
5. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian
dari suatu satuan pendidikan.
6. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM
adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh
satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta
didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan.
BAB II
LINGKUP PENILAIAN

Pasal 2
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Pasal 3
(1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku
peserta didik.
(3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
4

(4) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik menerapkan
pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
(5) Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.

BAB III
TUJUAN PENILAIAN

Pasal 4
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan
untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan
untuk semua mata pelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional
pada mata pelajaran tertentu.

BAB IV
PRINSIP PENILAIAN

Pasal 5
Prinsip penilaian hasil belajar:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
5

d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen


yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak
yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian
mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan
peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana
dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.

BAB V
BENTUK PENILAIAN

Pasal 6
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam
bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau
bentuk lain yang diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi
Peserta Didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian,
tengah semester, akhir semester, akhir tahun.
dan/atau kenaikan kelas.
(3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Direktorat Jenderal terkait.
6

Pasal 7
(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan
dalam bentuk ujian sekolah/madrasah.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
(3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh
satuan pendidikan dan hasil penilaian oleh pendidik
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk
melakukan perbaikan dan/atau penjaminan mutu
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu
pendidikan sebagai mana yang dimaksud pada ayat (3),
satuan pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan
minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas peserta
didik.

Pasal 8
(1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam
bentuk Ujian Nasional dan/atau bentuk lain yang
diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk
Ujian Nasional digunakan sebagai dasar untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan
berikutnya; dan
c. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
7

BAB VI
MEKANISME PENILAIAN

Pasal 9
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:
a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik
dilakukan pada saat penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui
observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang
relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab
wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes
tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan
kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik,
produk, proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai
dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan
pendidikan harus mengikuti pembelajaran remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan
keterampilan peserta didik disampaikan dalam bentuk
angka dan/atau deskripsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh
pendidik diatur dalam pedoman yang disusun oleh
Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

Pasal 10
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:
a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik
melalui rapat dewan pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada
semua mata pelajaran mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan
melalui ujian sekolah/madrasah;
8

d. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir


semester dan akhir tahun ditetapkan dalam rapat
dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan
Pendidikan dan hasil penilaian oleh Pendidik; dan
e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan ditetapkan melalui rapat dewan
pendidik.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh
satuan pendidikan diatur dalam pedoman yang disusun
oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

Pasal 11
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:
a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam
bentuk Ujian Nasional (UN) dan/atau bentuk lain dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan;
b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait
untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk
sertifikat hasil UN;
d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk
dijadikan masukan dalam perbaikan proses
pembelajaran;
e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai dasar untuk: pemetaan mutu
program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan
seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; serta
pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan;
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat
dilakukan dalam bentuk survei dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur
dengan Peraturan Menteri.
9

BAB VI
PROSEDUR PENILAIAN

Pasal 12
(1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
a. mengamati perilaku peserta didik selama
pembelajaran;
b. mencatat perilaku peserta didik dengan
menggunakan lembar observasi/pengamatan;
c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.
(2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka
dengan skala 0-100 dan deskripsi.
(3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka
dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Pasal 13
(1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh
pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada
RPP yang telah disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman
penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
10

hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
dilakukan dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan
urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman
penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah
dilakukan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian;
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman
penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
hasil penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh
Pendidik sebagai mana dimaksud pada ayat (1) serta
Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam pedoman yang disusun oleh
Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
11

BAB VII
INSTRUMEN PENILAIAN

Pasal 14
(1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam
bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
(2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan
pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian
sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas
empirik.
(3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah
dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik
serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan
antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
12

Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni
2016

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juni
2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 897

Salinan sesuai dengan aslinya,


plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,

TTD.

Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2017
TENTANG
PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH DAN PENILAIAN HASIL
BELAJAR OLEH SATUAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (6)


dan Pasal 71A Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pemerintah dan
Satuan Pendidikan, perlu melakukan penilaian hasil
belajar peserta didik;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu penilaian oleh
Pemerintah dan satuan pendidikan serta untuk
mendorong pencapaian standar kompetensi lulusan
secara nasional perlu menyelenggarakan ujian nasional,
ujian sekolah berstandar nasional, dan ujian;
c. bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Pemerintah melalui Ujian Nasional, dan Penilaian
Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan melalui Ujian
-2-

Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada


SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau
yang sederajat hanya mengatur mengenai Ujian Nasional
dan ujian sekolah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
-3-

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang


Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5157);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
897);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH
DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH SATUAN
PENDIDIKAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan Pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan
menengah yang meliputi Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) atau
/Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) /Sekolah
Menengah Teologi Kristen (SMTK)/yang sederajat,
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) atau yang sederajat, dan Satuan Pendidikan
Kerjasama (SPK), serta lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan Program Paket B/Wustha dan
Program Paket C.
-4-

2. Pendidikan Kesetaraan yang selanjutnya disingkat PK


adalah pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan setara SMP, SMA atau yang sederajat, dan
SMK atau yang sederajat mencakup Program Paket
B/Wustha dan Program Paket C.
3. Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.
4. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah
kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada
mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu
pada Standar Kompetensi Lulusan.
5. Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya
disebut USBN adalah kegiatan pengukuran capaian
kompetensi peserta didik yang dilakukan satuan
pendidikan untuk mata pelajaran tertentu dengan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar.
6. Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan
selanjutnya disebut Ujian Sekolah adalah kegiatan
pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik
terhadap standar kompetensi lulusan untuk mata
pelajaran yang tidak diujikan dalam USBN dilakukan
oleh Satuan Pendidikan.
7. Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan adalah kegiatan
pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata
pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan pada Program Paket
B/Wustha setara SMP/MTs atau yang sederajat dan
Program Paket C setara SMA/MA atau yang sederajat.
8. Nilai Ujian Nasional yang selanjutnya disebut Nilai UN
adalah nilai yang diperoleh peserta didik melalui UN.
9. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya
disebut BSNP adalah badan mandiri dan profesional yang
bertugas menyelenggarakan UN.
-5-

10. Program Wustha adalah pendidikan dasar 3 (tiga) tahun


pada Pondok Pesantren Salafiyah setingkat Program
Paket B dengan kekhasan pendalaman pendidikan agama
Islam.
11. Kisi-Kisi Ujian adalah acuan untuk mengembangkan dan
merakit naskah soal UN, US, dan USBN yang disusun
berdasarkan kriteria pencapaian Standar Kompetensi
Lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku.
12. Sertifikat Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disebut
SHUN adalah surat keterangan yang berisi Nilai UN serta
tingkat capaian Standar Kompetensi Lulusan yang
dinyatakan dalam kategori.
13. Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional yang
selanjutnya disebut POS UN adalah ketentuan yang
mengatur penyelenggaraan dan teknis pelaksanaan UN.
14. Prosedur Operasi Standar Ujian Sekolah Berstandar
Nasional yang selanjutnya disebut POS USBN adalah
ketentuan yang mengatur penyelenggaraan dan teknis
pelaksanaan USBN.
15. Prosedur Operasi Standar Ujian Sekolah yang
selanjutnya disebut POS US adalah ketentuan yang
mengatur penyelenggaraan dan teknis pelaksanaan US.
16. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
17. Menteri adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
18. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
19. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi atau
pemerintah kabupaten/kota.

Pasal 2
(1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui
UN.
(2) Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan dilakukan
melalui US dan USBN.
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk peserta didik pada
SMK/MAK termasuk ujian kompetensi keahlian.
-6-

(4) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), ayat (2), dan ayat (3) dilakukan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.

Pasal 3
(1) UN dan US sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dan ayat (2) diikuti oleh peserta didik pada SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA atau SMAK/SMTK/yang sederajat,
SMALB, SMK/MAK atau yang sederajat, SPK, dan peserta
didik pada Program Paket B/Wustha dan Program Paket
C.
(2) USBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
diikuti oleh peserta didik pada SMP/MTs, SMA/MA atau
SMAK/SMTK, dan SMK/MAK.
(3) USBN tidak wajib diikuti oleh peserta didik pada SPK.

Pasal 4
(1) Peserta didik pada jalur formal yang mengikuti UN, US,
dan USBN harus memenuhi persyaratan:
a. terdaftar pada semester terakhir pada suatu Jenjang
Pendidikan di Satuan Pendidikan dan memiliki
laporan lengkap penilaian hasil belajar pada suatu
Jenjang Pendidikan di Satuan Pendidikan tertentu
mulai semester I sampai dengan semester V; atau
b. telah menyelesaikan seluruh beban SKS yang
dipersyaratkan bagi peserta didik pada Satuan
Pendidikan berdasarkan Sistem Kredit Semester
(SKS) yang setara dengan semester V.
(2) Peserta didik pada Pendidikan Kesetaraan yang
mengikuti UN harus memiliki laporan lengkap penilaian
hasil belajar pada Pendidikan Kesetaraan.

Pasal 5
(1) Setiap peserta didik pada jalur formal wajib mengikuti
paling sedikit 1 (satu) kali UN, US, dan USBN.
(2) Setiap peserta didik pada jalur nonformal wajib
mengikuti paling sedikit 1 (satu) kali UN dan US.
-7-

(3) Peserta didik pada jalur formal dan pada jalur nonformal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak
mengulang UN untuk memenuhi kriteria pencapaian
standar kompetensi lulusan.

Pasal 6
(1) Setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus tidak
wajib mengikuti UN dan USBN.
(2) Peserta didik yang berkebutuhan khusus yang mengikuti
UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak
mengulang UN untuk memenuhi kriteria pencapaian
standar kompetensi lulusan.

Pasal 7
(1) Peserta didik yang berhak mengulang UN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 6 ayat (2)
meliputi jenjang SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau yang
sederajat, dan Program Paket C.
(2) Peserta didik yang berhalangan karena alasan tertentu
dengan disertai bukti yang sah dapat mengikuti UN
susulan.

Pasal 8
(1) Setiap peserta didik yang telah mengikuti UN akan
mendapatkan SHUN.
(2) SHUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
berisi:
a. biodata siswa; dan
b. nilai hasil UN untuk setiap mata pelajaran yang
diujikan, dan pencapaian kompetensi lulusan untuk
setiap mata pelajaran yang diujikan.
(3) Pencapaian kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b disusun dalam kategori sangat
baik, baik, cukup, dan kurang.
-8-

Pasal 9
(1) Pelaksanaan UN dilakukan melalui ujian nasional
berbasis komputer (UNBK).
(2) Dalam hal UNBK tidak dapat dilaksanakan maka ujian
nasional dilaksanakan berbasis kertas.

Pasal 10
Satuan Pendidikan wajib menyampaikan nilai rapor dan nilai
US dan USBN kepada Kementerian untuk kepentingan
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.

Pasal 11
(1) Kisi-Kisi Ujian merupakan acuan dalam pengembangan
dan perakitan naskah soal ujian yang disusun
berdasarkan kriteria pencapaian standar kompetensi
lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku.
(2) Kisi-kisi US disusun dan ditetapkan oleh masing-masing
Satuan Pendidikan berdasarkan kriteria pencapaian
standar kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum
yang berlaku.
(3) Kisi-kisi UN dan USBN disusun dan ditetapkan oleh
BSNP berdasarkan kriteria pencapaian standar
kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum yang
berlaku.

Pasal 12
(1) Satuan Pendidikan formal menyusun naskah soal US
berdasarkan kisi-kisi US sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2).
(2) Satuan Pendidikan Kesetaraan menyusun naskah soal
ujian Pendidikan Kesetaraan berdasarkan Kisi-Kisi Ujian
Pendidikan Kesetaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) di bawah koordinasi dan pengawasan
dinas pendidikan kabupaten/kota.
-9-

Pasal 13
Naskah USBN terdiri atas:
a. sejumlah 20% (dua puluh persen) sampai dengan 25%
(dua puluh lima persen) butir soal disiapkan oleh
Kementerian;
b. sejumlah 75% (tujuh puluh lima persen) sampai dengan
80% (delapan puluh persen) butir soal disiapkan oleh
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk
SMP/MTs atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau
yang sederajat di bawah koordinasi dinas pendidikan
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 14
(1) Penyiapan dan penggandaan bahan US dan USBN
dilakukan oleh Satuan Pendidikan.
(2) Penyiapan dan penggandaan bahan Ujian PK dilakukan
oleh Satuan Pendidikan kesetaraan di bawah koordinasi
dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 15
(1) Penggandaan dan distribusi bahan UN berbasis kertas
dilakukan oleh Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan dan
pendistribusian bahan UN berbasis kertas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasal 16
(1) Biaya penyelenggaraan dan pelaksanaan UN menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Satuan
Pendidikan dilarang memungut biaya pelaksanaan UN
dari peserta didik, orang tua/wali, dan/atau pihak yang
membiayai peserta didik.
-10-

(3) Biaya pelaksanaan US dan USBN bersumber dari


Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara, Anggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah, anggaran Satuan
Pendidikan yang bersangkutan dan/atau sumber lain
yang sah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 17
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan wajib
melakukan sosialisasi UN, US, dan USBN.

Pasal 18
(1) Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan
Pendidikan/program pendidikan setelah memenuhi
kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. lulus ujian Satuan Pendidikan/program pendidikan.
(2) Kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Satuan Pendidikan yang
bersangkutan.

Pasal 19
(1) Penyelesaian seluruh program pembelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, untuk
peserta didik:
a. SMP/MTs dan SMPLB apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas VII sampai dengan kelas IX;
b. SMA/MA atau yang sederajat, SMALB, dan
SMK/MAK apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII;
c. SMP/MTs dan SMA/MA atau yang sederajat yang
menerapkan SKS apabila telah menyelesaikan
seluruh mata pelajaran yang dipersyaratkan; atau
d. Program Paket B/Wustha dan Program Paket C,
apabila telah menyelesaikan keseluruhan
kompetensi masing-masing program.
-11-

(2) SMP/MTs dan SMA/MA atau yang sederajat yang


menerapkan SKS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c harus memiliki izin dari dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota atau kantor wilayah
kementerian agama provinsi/kantor kementerian agama
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 20
(1) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terlibat
dalam pelaksanaan UN, US, dan USBN wajib menjaga
kejujuran, kerahasiaan, keamanan, dan kelancaran
pelaksanaan UN, US, dan USBN.
(2) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terbukti
melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 21
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai UN diatur dalam POS
UN yang ditetapkan oleh BSNP.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai US diatur dalam POS
US yang ditetapkan oleh Satuan Pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai USBN diatur dalam POS
USBN yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal terkait.

Pasal 22
POS US sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
dilaporkan kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
atau kantor wilayah kementerian agama provinsi/kantor
kementerian agama kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
-12-

Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2015
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian
Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada
SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang
Sederajat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1878), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 24
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-13-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Januari 2017

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2017

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 117

Salinan sesuai dengan aslinya,


Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001

Anda mungkin juga menyukai