DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESSAHAN............................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB V PEMBIAYAAN..................................................................................................22
BAB VI PENUTUP.........................................................................................................25
LAMPIRAN.....................................................................................................................26
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta menunjukan pertumbuhan penduduk di Kota Banjarmasin sangat cepat akibat angka
kelahiran dan perpindahan penduduk dari daerah lain serta pertumbuhan pendapatan
penduduk Kota Banjarmasin dan sekitarnya meningkat walaupun tidak semua masyarakat
ekonominya kuat, maka dibutuhkan pendidikan nasional yang bertarap internasional.
Melihat kebutuhan masyarakat tersebut SMA Al Mazaya Banjarmasin menyelenggarakan
pendidikan nasional yang berkelas internasional.
1
1. Peserta didik menjadi umat yang mampu mengimplementasikan islam secara utuh dan
konsisten
2. Peserta didik tidak hanya berpengetahuan tetapi mempunyai pengalaman
bermasyarakat dan mempunyai life skill, siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dan berprestasi
3. Peserta didik siap dan mampu menghadapi tantangan nasional dan internasional
4. Tanggap terhadap perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
5. Menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, bertanggung jawab dan kreatif sehingga
mampu mengembangkan potensi terbaiknya
6. Peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, keterampilan yang mumpuni sehingga
peserta didik dapat melanjutkan ke perguruan tinggi nasional maupun internasional
B. Landasan
2
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN
Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di SMA Al
Mazaya Banjarmasin sebagai unit penyelenggara pendidikan juga harus memperhatikan
perkembangan dan tantangan masa depan. Perkembangan dan tantangan itu misalnya
menyangkut :
Tantangan sekaligus peluang itu harus direspon oleh sekolah kami, sehingga visi sekolah
diharapkan sesuai dengan arah perkembangan tersebut. Visi tidak lain merupakan citra
moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang. Namun
demikian, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional. Visi juga
harus memperhatikan dan mempertimbangkan :
3
f. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga terhadap
bangsa dan tanah air.
1. Filosofis,
2. Khas,
3. Mudah diingat
Berikut ini merupakan visi, misi dan tujuan yang dirumuskan oleh sekolah kami, SMA
Al Mazaya Banjarmasin:
Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka
panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan
berdasarkan visi di atas :
4
e. Menyelengarakan pembelajaran yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika,
kinestetika, dan kearifan lokal
f. Menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki
g. Menyiapkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan berwawasan global
a. Membentuk moral dan prilaku yang Islami dalam kehidupan peserta didik,
b. Menyiapkan peserta didik untuk senantiasa belajar sepanjang hayat guna menguasai
keterampilan hidup yang menitik beratkan kepada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, bahasa, spiritual, intelektual, sosial-emosi serta
seluruh kecerdasan,
c. Mengembangkan peserta didik sedini mungkin secara baik dan benar sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
d. Menumbuhkembangkan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
agar mampu menolong diri sendiri, yaitu mandiri dan membantu orang lain,
e. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa baik Bahasa Nasional
maupun Internasional,
f. Mempersiapkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing tinggi baik Nasional
maupun Internasional
5
BAB III
PROGRAM SEKOLAH
a. Tanah Sekolah
Tanah yang digunakan oleh sekolah adalah milik Yayasan Al Mazaya Pelita Asia
yang menaungi keberadaan SMA Al Mazaya Banjarmasin dengan luas
keseluruhan 5664 m2.
b. Gedung Sekolah
Bangunan SMA Al Mazaya Banjarmasin masih dalam kondisi sangat baik, terdiri
dari beberapa ruangan digunakan untuk ruang kelas, administrasi dan penunjang
proses pembelajaran.
Keadaan gedung SMA Al Mazaya Banjarmasin tergambarkan seperti berikut:
NO Jenis Ruang Jumlah Kondisi
1 Lapangan Upacara 1 Baik
2 Ruang Kelas 6 Baik
3 Ruang Tata Usaha 1 Baik
4 Ruang Marketing 1 Baik
5 Ruang Keuangan 1 Baik
6 Ruang Guru Perempuan 1 Baik
7 Ruang Guru Laki-Laki 1 Baik
8 Ruang Lab. Biologi 1 Baik
9 Ruang Lab. Kimia 1 Baik
10 Ruang Lab. Komputer 1 Baik
11 Ruang Lab Bahasa 1 Baik
12 Ruang Perpustakaan 1 Baik
13 Ruang Ibadah 1 Baik
14 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
15 Ruang Wakil Kepala Sekolah 2 Baik
16 Ruang BK 1 Baik
17 Ruang OSIS 1 Baik
18 Ruang UKS 1 Baik
6
19 Kantin 1 Baik
20 Lapangan Olah Raga 1 Baik
21 Tempat Parkir 1 Baik
22 Mobil Dinas 2 Baik
2. Personil Sekolah
Jumlah guru dan karyawan SMA Al Mazaya Banjarmasin hingga saat ini sangat
memadai, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas. Berikut keadaan personil SMA
Al Mazaya Banjarmasin:
a. Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasi
Kualifikasi Jumlah Persen
Magister (S-2) 3 18,75%
Sarjana (S-1) 13 81,25%
Total 16 100%
7
e. Jumlah Tenaga Non-Guru Berdasarkan Jenis Kelamin
1) Laki-laki : 15 orang.
2) Perempuan : 10 orang.
f. Jumlah Tenaga berdasarkan jenis pekerjaan.
1) Kepala sekolah : 1 orang
2) Wakil Kepala Sekolah : 4 orang
3) Guru : 18 orang
4) Driver : 1 orang
5) Jaga malam : 1 orang
6) Kepala IT :1 orang
7) Kepala keuangan : 1 orang
8) Kepalasarana/prasarana : 1 orang
9) Kepala TU : 1 orang
10) Manager marketing : 1 orang
11) OB : 4 orang
12) Security : 2 orang
13) Staf IT : 1 orang
14) Staf kantin : 1 orang
15) Staf keuangan : 1 orang
16) Staf laboratorium : 1 orang
17) Staf marketing : 1 orang
18) Staf TU : 3 orang
19) Staff : 4 orang
8
KETUA
YAYASAN
DIREKTUR BOD
STAF
BK PUSTAKAWAN
SISWA
9
B. Pengembangan Sekolah
1. Mutu Pendidikan
Beberapa analisis kualitas pendidikan yang diharapkan dalam tahun palajaran sesuai
dengan penjabaran PP No. 19 tahun 2005, di SMA Al Mazaya Banjarmasin sebagai
berikut :
a. Kurikulum
1
2) Melaksanakan proses pembelajaran dengan kurikulum yang dirancang khusus
sebagai implementasi islamisasi, ilmu pengetahuan dan internasionalisasi
pendidikan
3) Pengembangan strategi dan pendekatan pembelajaran yang variatif
4) Proses KBM dengan bilingual
5) Sekolah Nasional Bertaraf Internasional
d. Fasilitas Pendidikan
1) Pengembangan sarana prasarana pendidikan yang sesuai dengan SPM dan SNP
dilengkapi yang mengacu pada Negara Maju
2) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan; Meja kursi mudah dipindah; AC; LCD
Projektor; Komputer; Loker; Almari perpustakaan; Mading; Atribut
3) Sarana Belajar; Buku teks; Modul buatan guru; Bahan ajar berbasis IT;
internet; CCTV; Smartboard; LKS; Perpustakaan; Lab. IPA; Lab. Komputer
4) Terwujudnya media pembelajaran yang lengkap sesuai dengan indikator
pencapaian dan kompetensi dasar tiap mata pelajaran.
5) Lingkungan pendidikan sebagai tempat belajar yang menyenangkan
6) Layanan pendidikan dengan menggunakan perpustakaan, internet, studio dan
laboratorium sebagai sumber belajar yang utama.
e. Kelulusan
1
4) Layanan informasi pendidikan secara profesional dan proporsional sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan teknologi
g. Pembiayaan
1) Sumber pembiayaan dari Yayasan Insan Cendikia, orang tua siswa, Pemerintah
dan pihak lain yang tidak mengikat.
2) Terwujudnya peningkatan penggalangan dana dari berbagai sumber dalam
pembiayaan sekolah.
3) Manajemen keuangan yang profesional, transparan dan akuntabel.
h. Penilaian
a. Kebutuhan peserta didik akan pelayanan pendidikan, penyaluran bakat dan minat
dan pemanfaatan fasilitas pendidikan.secara maksimal
b. Kurikulum muatan lokal dan global dapat dilaksanakan secara menyeluruh
c. Jaringan internet di semua ruangan, baik ruang guru, tenaga administrasi sekolah,
maupun ruang kelas.
d. Semua komponen sekolah baik guru maupun tenaga administrasi sekolah mahir
Berbaha Inggris dan mengoprasikan serta mengakses internet
3. Kapasitas
1
h. Terlaksananya monitoring, pengawasan, supervisi dan evaluasi terhadap kinerja
sekolah untuk semester maupun tahunan.
i. Terlaksananya supervisi klinis terhadap tenaga kependidikan setiap semester atau
tahun.
j. Terlaksana MBS yang partisipatif dan akuntabel baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
C. PROGRAM UNGGULAN
1. Academic Excelence;
a. Pendidik
b. Program
c. Ruang belajar
d. Media pembelajaran
e. Bahan ajar berbasis IT
f. Strategi, pendekatan, metode dan model
g. One Stop Education Service
2. English Program:
b. Reading English Habit; Membaca adalah salah satu media untuk memperkaya
informasi dan pengetahuan siswa.Dalam hal ini untuk memperkaya kosakata
bahasa inggris siswa diberikan media / majalah berbahasa inggris.
1
3. International Class:
4. Interpersonal Skills;
5. Overseas Program;
a. Arah dari program ini adalah untuk pengembangan wawasan anak didik,
menguatkan keyakinan bahwa kemuliaan hidup itu baru dapat dicapai harus
dilandasi akhlak mulia, kepribadian yang kuat, ilmu pengetahuan yang tinggi,
jasmani yang kokoh, estetika yang tepat, dan dengan perjuangan yang gigih.
b. Mengenalkan kultur, adat istiadat, kepribadian, lingkungan dan alam secara global
agar meningkatkan kepercayaan diri, Bangsa Indonesia sedrajat dengan Bangsa-
bangsa lain, bahkan untuk beberapa hal kita lebih unggul dan lebih baik
Field Trip adalah pengembangan kegiatan belajar dan praktek yang dilaksanakan di
luar sekolah, agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang lengkap dan maksimal
sesuai dengan pendekatan pembelajaran CTL.
7. Super Camp;
a. English Camp;
Memperkuat dan mempercepat penguasan bahasa inggris, membiasakan hidup
mandiri, membangun kerjasama sesama siswa,
b. Math Camp;
Memperkuat dan mempercepat penguasan matematika, membiasakan hidup
mandiri, membangun kerjasama sesama siswa,
1
c. Science Camp;
Memperkuat dan mempercepat penguasan Sain, membiasakan berpikir ilmiah.
melakukan penelitian hidup mandiri, dan membangun kerjasama sesame siswa.
1
BAB IV
RENCANA KEGIATAN
SMA Al Mazaya Banjarmasin Kota Banjarmasin merupakan salah satu sekolah yang
berada di Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. SMA Al Mazaya Banjarmasin
berada pada posisi geografis yang sangat strategis, akses jalan yang lebar dengan kondisi
amat baik, dan berada di lingkungan yang nyaman, asri, aman, terhindar dari pencemaran
air, pencemaran udara, jauh dari kebisingan, maka SMA Al Mazaya Banjarmasin mudah
dijangkau dari berbagai arah dan dapat menyelenggarakan pendidikan yang kondusif.
Selain itu, berada di lingkungan perumahan dan perkantoran di Kota Banjarmasin di mana
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan lima tahun terakhir sangat baik dan sangat
membutuhkan lembaga pendidikan yang berkualitas dan unggul agar para generasi
penerusnya memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi era globalisasi.
Karena letaknya sangat strategis dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang memadai,
dan tingkat sosial masyarakat pada masa yang akan datang sangat menjanjikan, akan
berdampak positif bagi pengembangan SMA Al Mazaya Banjarmasin Kota Banjarmasin.
Pada masa mendatang sekolah ini akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Indikasi
akan terjadinya kemajuan yang sangat pesat itu makin terlihat sejak sekolah ini
memprogramkan kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional dan mendapat
dukungan penuh baik Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Banjarmasin maupun
Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Selatan, membuat sekolah ini sangat
besar diminati oleh lulusan-lulusan Sekolah Menegah Pertama (SMP) yang berprestasi,
baik akademik maupun non akademiknya. Hal ini terlihat dari besarnya animo masyarakat
yang mendaftar pada SMA Al Mazaya Banjarmasin Kota Banjarmasin pada saat
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Selain tingkat ekonomi dan sosial masyarakat yang mendukung pada masa yang akan
datang. SMA Al Mazaya Banjarmasin Banjarmasin akan memperkuat sistem manajemen
dan penciptaan lingkungan belajar yang sangat kondusif serta didukung oleh keamanan
lingkungan, Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya, baik di bidang keilmuan, kesenian, agama, olahraga,
minat baca, lomba cerdas cermat, karya ilmiah remaja, maupun di bidang teknologi
informasi dan komunikasi melalui komputer dan internet yang dimiliki sekolah. Semuanya
1
itu diharapkan menjadi bekal yang akan dikembangkan para lulusan SMA Al Mazaya
Banjarmasin pada tingkat dan jenjang pendidikan berikutnya serta memiliki ketrampilan
dasar yang dapat dipergunakan dikemudian hari.
SMA Al Mazaya Banjarmasin diharapkan termasuk SMA favorit yang tentu saja sangat
diminati oleh siswa lulusan SMP. Sehingga input siswa SMA Al Mazaya Banjarmasin
tinggi nilainya. Lebih lanjut uraiannya adalah sebagai berikut :
1
Kondisi sekolah saat ini jika ingin ideal harus memperhatikan:
1. Kualitas/Mutu Pendidikan
2. Efisiensi dan Efektifitas dalam Penyelenggaraan Pendidikan
3. Relevansi Pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
4. Kesempatan/Akses Pendidikan untuk jenjang pendidikan berikutnya.
5. Pemenuhan Standarisasi Pendidikan yang meliputi
a. Isi Kurikulum
b. Proses Belajar Mengajar (PBM)
c. Pendidik dan tenaga Kependidikan
d. Prasarana dan sarana pendidikan
e. Peserta Didik
f. Manajemen pengelolaan
g. Output Kelulusan
h. Pembiayaan
i. Hubungan dengan Komite sekolah/Yayasan
.
C. Tujuan Situasional/Sasaran
1. Lulusan menjadi kebanggaan, unggul, tangguh, ideal, mandiri, kreatif, dan bisa
barsaing baik di Tingkat Nasional maupun Internasional, yang di landasi Akhlak
Mulia, karakter bangsa, kepribadian yang kuat, disiplin, kecerdasan, keterampilan, dan
Cinta Tanah Air.
2. Mendapat kejuaraan dalam bidang Akademis Tingkat Kota, Provinsi, Nasional dan
Internasional dengan mengadakan pembinaan intensif bidang akademis.
3. Mendapat kejuaraan dalam bidang Non Akademis Tingkat Kota, Provinsi, Nasional
dan Internasional dengan mengadakan pembinaan dalam bidang Non Akademis.
4. Melaksanakan program kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional dan
negara maju. Arah dari program ini adalah untuk pengembangan wawasan anak didik,
menguatkan keyakinan bahwa kemuliaan hidup itu baru dapat dicapai harus dilandasi
akhlak mulia, kepribadian yang kuat, ilmu pengetahuan yang tinggi, jasmani yang
kokoh, estetika tepat, dan dengan perjuangan yang gigih.
5. Mengembangkan kemampuan personal menjadi pribadi muslim, ideal, berkarakter,
tangguh, kokoh, berani dan percaya diri.
6. Melatih semua instrument diri sehingga mempunyai kepantasan untuk
mengembangakan misi sebagai Khalifah Allah di bumi.
1
D. Kegiatan
1. Sebelum pelaksanaan kegiatan permulaan tahun pelajaran yang efektif, diadakan
kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Penerimaan peserta didik baru
adalah kegiatan yang sangat penting, maka kegiatan PPDB direncanakan dengan
cermat dan dilaksanakan dengan baik.
2. Hari Pertama Semester Ganjil TP. 2021/2022 tanggal 12 Juli 2021
3. Foundation kelas X tanggal 12 Juli s.d 12 Oktober 2021
4. Hari Raya Idul Adha 1442 H tanggal 20 Juli 2021
5. Pelatihan P3K kelas X , XI , XII tanggal 30 Juli 2021
6. Tahun Baru Islam 1443 H tanggal10 Agustus 2021
7. English Camp kelas XI & XII tanggal 16 s.d 28 Agustus 2021
8. Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2021
9. English Camp kelas X tanggal 1 s.d 30 September 2021
10. UTS Kelas XI & XII tanggal 4 s.d 12 Oktober 2021
11. Remedial dan Persiapan Closing Foundation tanggal 13 s.d 15 Okt ober 2021
12. Closing Foundation tanggal 16 Oktober 2021
13. Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 19 Oktober 2021
14. Pembagian Raport Semester UTS Ganjil tanggal 22 Oktober 2021
15. Pre Tryout UTBK kelas XII tanggal 1 s.d 2 November 2021
16. UTBK Preparation I Kelas XII tanggal 15 November - 3 Desember 2021
17. UAS Kelas X, XI, XII tanggal 6 s.d 14 Desember 2021
18. Remedial dan Persiapan Pembagian Raport tanggal 15 s.d 21 Desember 2021
19. Pembagian Raport Semester UAS Ganjil tanggal 22 Desember 2021
20. Hari Raya Natal tanggal 24 s.d 15 Desember 2021
21. Tahun Baru Masehi 2022 tanggal 01 Januari 2022
22. Hari Pertama Semester Genap 2021/2022 tanggal 03 Januari 2022
23. UTBK Preparation I Kelas XII bulam November 2021-Jananuari, Februari 2022
24. Tahun Baru Imlek tanggal 01 Februari 2022
25. UTBK Preparation II Kelas XII tanggal 31 Januari s.d 18 Februari 2022
26. Ujian Tengah Semester Genap kelas X & XI tanggal 21Februari s.d 2 Maret 2022
27. Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tanggal 28 Februari 2022
28. Hari Raya Nyepi tanggal 03 Maret 2022
29. Ujian Praktek Kelas XII sesi 1 tanggal 04 Maret 2022
30. UTBK Prep III Kelas XII tanggal 7-11 Maret 2022
31. UASBK Kelas XII tanggal 21 Maret s.d 30 Maret 2022
2
32. Remedial UTS Kelas X dan XI tanggal 04 s.d 10 Maret 2022
33. Pembagian Raport UTS Genap Kelas X & XI tanggal 18 Maret 2022
34. Market Day tanggal 31 Maret 2022
35. Libur Awal Ramadhan tanggal 01 s.d 05 April 2022
36. UTBK Preparation III tanggal 6 s.d 18 April 2022
37. Libur Wafat Yesus Kritus tanggal 15 April 2022
38. Kegiatan Ramadhan tanggal 7 s.d 22 April 2022
39. Ujian Praktek bagian 2 tanggal 19-22 April 2022
40. Libur Idul Fitri tanggal 25 April s.d 06 Mei 2022
41. Hari Raya Idul Fitri 1443H tanggal 2 s.d 3 Mei 2022
42. Libur Hari Buruh tanggal 01 Mei 2022
43. Pengumuman Kelulusan tanggal 5 Mei 2022
44. Tryout dan pembahasannya kelas XII tanggal 9-13 Mei 2022
45. Libur Hari Raya Waisak tanggal 16 Mei 2022
46. SBMPTN tanggal 17-31 Mei 2022
47. Libur Kenaikan Isa Al Masih tanggal 26 Mei 2022
48. Hari Lahir Pancasila tanggal 01 Juni 2022
49. Wisuda Kelas XII tanggal 4 Juni 2022
50. Ujian Kenaikan Kelas X dan XI tanggal 6 s.d 14 Juni 2022
51. Remedial tanggal 15 s.d 16 Juni 2022
52. Pembagian Raport Kenaikan Kelas tanggal 24 Juni 2022
53. Libur semester tanggal 27 Juni s.d 8 Juli 2022
54. Awal Tahun Pelajaran 2022/2023 tanggal 11 Juli 2022
55. Kegiatan khusus;
b. Islamic Studies setiap hari efektif 2 jp
c. Student Individual Service setiap hari Sabtu
d. Ekstrakurikuler setiap minggu 1 kali
2
E. Kalender Pendidikan Tahun 2021/2022
3 Maret: Hari Raya Nyepi 15 April: Wafat Yesus Kristus 16 Mei: Hari Raya Waisak 1 Juni: Hari Lahir Pancasila
Total Hari : 31 Total Hari : 30 26 Mei: Kenaikan Isa Al Masih Total Hari : 30
Total Hari : 31
2
BAB V
PEMBIAYAAN
2
BAB VI
PENUTUP
SMA Al Mazaya Islamic dalam penetapan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) Tahun
2021/2022 sudah melaui pertimbangan dan perhitungan yang cermat namun dalam tataran
oprasionalnya masih sangat butuh dukungan, bantuan dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya sumbangsih berupa ide,
pemikiran dan dorongan berupa moril maupun materil, hingga rencana ini dapat
diimplementasikan dengan baik.
Atas partisipasi semua pihak yang terlibat kami ucapkan terima kasih.
2
LAMPIRAN
2
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial;
c. bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;
d. bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak
memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
DAN
MEMUTUSKAN :
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
3. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
5. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
6. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
7. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
9. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
11. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
12. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
14. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
15. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi,
dan media lain.
16. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama,
sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk
masyarakat.
17. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
18. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara
Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
19. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
20. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
21. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
22. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
23. Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.
24. Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat
yang peduli pendidikan.
25. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
26. Warga negara adalah Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
27. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
29. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah
Kota.
30. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan nasional.
BAB II
Pasal 2
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
BAB III
Pasal 4
(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan
multimakna.
(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat.
(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
BAB IV
Bagian Kesatu
Pasal 5
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak
memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
Bagian Kedua
Pasal 7
(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
Bagian Ketiga
Pasal 8
Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
Pasal 9
Bagian Keempat
Pemerintah Daerah
Pasal 10
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 11
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
BAB V
PESERTA DIDIK
Pasal 12
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan
dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI
Bagian Kesatu
Umum Pasal
13
(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui
tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 14
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Pasal 16
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Bagian Kedua
Pendidikan Dasar
Pasal 17
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendidikan Menengah
Pasal 18
(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
(2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
(3) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pendidikan Tinggi
Pasal 19
(1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Pasal 20
(1) Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
(2) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
(3) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
(4) Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 21
(1) Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak menyelenggarakan
program pendidikan tertentu dapat memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program
pendidikan yang diselenggarakannya.
(2) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi dilarang
memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang
dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
(4) Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam
bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
(5) Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) atau penyelenggara pendidikan bukan perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa penutupan penyelenggaraan pendidikan.
(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara pendidikan yang tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan
perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.
(7) Ketentuan mengenai gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada setiap individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan
dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan,
kebudayaan, atau seni.
Pasal 23
(1) Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau profesor sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja
sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Pasal 24
(1) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada perguruan tinggi berlaku
kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan.
(2) Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan
berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 25
(1) Perguruan tinggi menetapkan persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
(2) Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi,
atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan kelulusan dan pencabutan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kelima
Pendidikan Nonformal
Pasal 26
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
(4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
(6) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
(7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keenam
Pendidikan Informal
Pasal 27
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal.
(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
(6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedelapan
Pendidikan Kedinasan
Pasal 29
(1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggara-kan oleh departemen atau
lembaga pemerintah nondepartemen.
(2) Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah non-
departemen.
(3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
(4) Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kesembilan
Pendidikan Keagamaan
Pasal 30
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk
agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk
lain yang sejenis.
(5) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kesepuluh
Pasal 31
(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
(2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak
dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh
sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.
(2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
segi ekonomi.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VII
BAHASA PENGANTAR
Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.
(2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan
dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.
(3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung
kemampuan berbahasa asing peserta didik.
BAB VIII
WAJIB BELAJAR
Pasal 34
(1) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
Pasal 35
(1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.
(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
(3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara
nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB X
KURIKULUM
Pasal 36
(1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan :
h. agama;
(4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 37
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.
a. pendidikan agama;
c. bahasa.
(3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 38
(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
Pemerintah.
(2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk
pendidikan menengah.
(3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.
(4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.
BAB XI
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pasal 39
(1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
(2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Pasal 40
d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Pasal 41
(1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah.
(2) Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga
yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu.
(4) Ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 42
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
(2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
(3) Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 43
(1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang
pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan.
(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi.
(3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 44
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(2) Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
BAB XII
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIII
PENDANAAN PENDIDIKAN
Jawab Pendanaan
Pasal 46
(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana
diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(3) Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pasal 47
(1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan.
(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pasal 48
(1) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
(2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
(3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIV
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum Pasal
50
(2) Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional.
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional.
(4) Pemerintah Daerah Propinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan
tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota
untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah.
(5) Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan
yang berbasis keunggulan lokal.
(6) Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di
lembaganya.
(7) Ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 51
(1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah.
(2) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan
mutu, dan evaluasi yang transparan.
(3) Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 52
(1) Pengelolaan satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan nonformal sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Hukum Pendidikan
Pasal 53
(1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau
masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
(2) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi memberikan
pelayanan pendidikan kepada peserta didik.
(3) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip nirlaba dan dapat
mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan.
(4) Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan Undang-undang tersendiri.
BAB XV
DALAM PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 54
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,
organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Berbasis Masyarakat
Pasal 55
(1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan
nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
(2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi
pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara,
masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber
daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
(2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/ Kota yang tidak mempunyai
hubungan hirarkis.
(3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB XVI
Bagian Kesatu
Evaluasi
Pasal 57
(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal
dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Pasal 58
(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara
berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
Pasal 59
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan.
(2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk
melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58.
(3) Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Akreditasi
Pasal 60
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau lembaga mandiri
yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
(4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Sertifikasi
Pasal 61
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian
suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik
dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga
sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XVII
Pasal 62
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
(2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta
manajemen dan proses pendidikan.
(3) Pemerintah atau Pemerintah Daerah memberi atau mencabut izin pendirian satuan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Ketentuan mengenai pendirian satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 63
Satuan pendidikan yang didirikan dan diselenggarakan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara lain
menggunakan ketentuan Undang-undang ini.
BAB XVIII
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
OLEH LEMBAGA NEGARA LAIN
Pasal 64
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, bagi peserta didik warga negara asing, dapat menggunakan ketentuan yang berlaku di negara yang
bersangkutan atas persetujuan Pemerintah Republik Indonesia.
Pasal 65
(1) Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya dapat menyelenggarakan
pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar dan menengah wajib memberikan
pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi peserta didik Warga Negara Indonesia.
(3) Penyelenggaraan pendidikan asing wajib bekerja sama dengan lembaga pendidikan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan mengikutsertakan tenaga pendidik dan pengelola Warga Negara
Indonesia.
(4) Kegiatan pendidikan yang menggunakan sistem pendidikan negara lain yang diselenggarakan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
(5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIX
PENGAWASAN
Pasal 66
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/ madrasah melakukan pengawasan
atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan
akuntabilitas publik.
(3) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67
(1) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang memberikan ijazah, sertifikat kompetensi,
gelar akademik, profesi, dan/ atau vokasi tanpa hak dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Penyelenggara perguruan tinggi yang dinyatakan ditutup berdasarkan Pasal 21 ayat (5) dan masih
beroperasi dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Penyelenggara pendidikan yang memberikan sebutan guru besar atau profesor dengan melanggar Pasal 23
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Penyelenggara pendidikan jarak jauh yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 68
(1) Setiap orang yang membantu memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau
vokasi dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling
lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang
diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling
lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang menggunakan gelar lulusan yang tidak sesuai dengan bentuk dan singkatan yang
diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang memperoleh dan/atau menggunakan sebutan guru besar yang tidak sesuai dengan
Pasal 23 ayat (1) dan/atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 69
(1) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi
yang terbukti palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja tanpa hak menggunakan ijazah dan/atau sertifikat kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) dan ayat (3) yang terbukti palsu dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Pasal 70
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara
paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 71
Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan tanpa izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 72
Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang pada saat Undang-undang ini diundangkan belum
berbentuk badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 tetap berlaku sampai dengan
terbentuknya Undang-undang yang mengatur badan hukum pendidikan.
Pasal 73
Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib memberikan izin paling lambat dua tahun kepada satuan pendidikan
formal yang telah berjalan pada saat Undang-undang ini diundangkan belum memiliki izin.
Pasal 74
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-undang ini harus
diselesaikan paling lambat dua tahun terhitung sejak berlakunya Undang-undang ini.
Pasal 76
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 48/Prp./1960 tentang Pengawasan
Pendidikan dan Pengajaran Asing (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2103) dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 77
ttd.
MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada Tanggal 8 Juli 2003
Sekretaris Negara Republik
Indonesia,
Bambang Kesowo
Sistem Pendidikan Nasional. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Pemerintah Daerah. (Penjelasan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 1999
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH
Menimbang :
a. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-
Undang Dasar 1945 memberikan kcleluasaan kepada Daerah untuk
menyelenggarakan Otonomi Daerah;
c. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri,
serta tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan Otonomi Daerah
dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah
secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan
prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
potensi dan keanekaragaman Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
e. bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara
Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153) yang menyeragamkan
nama, bentuk, susunan, dan kedudukan pemerintahan Desa, tidak sesuai dengan jiwa Undang-
Undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui serta menghormati hak asal-usul Daerah yang
bersifat istimewa sehingga perlu
diganti;
Mengingat :
1. Pasal 1 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKIIAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Mem utuskan:
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal l
b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah.
C. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif
Daerah.
g. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan
dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana
dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaanaya dan
mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.
h. Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
i. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu,berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
k. Instansi Vertikal adalah perangkat Departemen dan atau Lembaga Pemerintah Non
Departemen di Daerah.
1. Pejabat yang berwenang adalah pejabat Pemerintah di tingkat Pusat dan atau pejabat
Pemerintah di Daerah Propinsi yang berwenang membina dan mengawasi
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
m. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah
Kota.
n. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan/ atau
Daerah Kota di bawah Kecamatan.
o. Desa atau yang discbut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
p. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan (2)Pembentukau, nama,
batas, dan ibukota kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Undang.
q. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasaserta perubahan nama dan pemindahan ibukota pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.
BAB II
PEMBAGIAN DAERAH
Pasal 2
(1) Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam Daerah Propinsi, Daerah
Kabupaten, dan Daerah Kota yang bersifat otonom,
Wilayah Daerah Propinsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), terdiri atas
wilayah darat dan wilayah laut sejauh dua batas mil laut yang diukur dari garis pantai ke
arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan.
BAB III
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN DAERAH
Pasal 4
(1) Dalam rangka Pelaksanaan asas Desentralisasi dibentuk dan disusun Daerah Propinsi,
Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota yang berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.
(2) Daerah-daerah sebagaimana pada ayat (1) masing-masing berdiri sendiri dan tidak
mempunyai hubungan hirarki satu sama Lain.
Pasal 5
(1) Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi Daerah, sosial-
budaya, sosial-politik, jumlah penduduk, luas Daerah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah.
(2) Pembentukan, nama, batas, dan ibukota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah ekonomi.
(3) Perubahan,batas yang tidak mengakibatkan ghapusan suatu Daerah, perubahan nama
Daerah, serta perubahan nama daerah, serta perubahan nama dan pemindahan ibukota
daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
(4) Syarat-syarat pembentukan Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 6
(1) Daerah yang tidak mampu menyelenggarakan Otonomi Daerah dapat dihapus dan atau
digabung dengan Daerah lain.
(4) Penghapusan, penggabungan dan pemekaran Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), ditetapkan dengan Undang-undang.
BAB IV
KEWENANGAN DAERAH
Pasal 7
(1) Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamananan, peradilan, moneter
dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.
(2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan
tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi,
dan standardisasi nasional.
pasal 8
(1) Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka desentralisasi
harus disertai dengan penyerahan dan penngalihan pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.
(2) Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur dalam rangka dekosentrasi
harus disertai dengan pcmbiayaan sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan tersebut.
Pasal 9
(1) Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, serta kewenangan dalam bidang
pemerintahan tertentu lainnya.
(2) Kewenangan propinsi sebagai Daerah Otononi termasuk juga kewenangan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
(3) Kewenangan Propinsi sebagai Wilayah Administrasi mencakup kewenangan dalam bidang
pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.
Pasal 10
(1) Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kewenangan Daerah di wilayah laut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, meliputi:
a. eksplorasi, eksploitas4 konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah
laut tersebut;
b. pengaturan kepentingan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oieh Pemerintah; dan
f. bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
(3) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota di wilayah laut, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), adalah sejauh sepertiga dari batas laut Daerah
Propinsi.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua kewenangan
pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam Pasal 7 dan yang diatur dalam
Pasal 9.
(2) Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,
industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan
tenaga kerja.
Pasal 12
Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal
9 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 13
(1) Pemerintah dapat menugaskan kepada Daerah tugas-tugas tertentu dalam rangka tugas
pembantuan disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada
Pemerintah.
(2) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan peraturan
pcrundang-undangan.
BAB V
BENTUK DAN SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH
Bab Kesatu
Umum
Pasal 14
(1) Di Daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah
sebagai Badan Eksekutif Daerah.
(2) Pemerintah Daerah terdiri atas Kepala, Daerah beserta perangkat Daerah lainnya.
Bagian Kedua
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pasal 15
Kedudukan, susunan, tugas, wewenang, hak, keanggotaan, pimpinan, dan alat kelengkapan
DPRD diatur dengan Undang-undang.
Pasal 16
(1) DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.
(2) DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari
Pemerintah Daerah.
Pasal 17
(1) Keanggotaan DPRD dan jumlah anggota DPRD ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas pimpinan, komisi-komisi, dan panitia-
panitia.
(3) DPRD membentuk fraksi-fraksi yang bukan merupakan alat kelengkapan DPRD.
(4) Pelaksanaan ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), diatur
dengan Peraturan Tata Tertib DPRD.
Pasal 18
(2) Pelaksanaan tugas dan wewenang, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam
Peraturan Tata Tertib DPRD.
Pasal 19
(2) Pelaksanaan hak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Tata
Tertib DPRD.
Pasal 20
(1) DPRD dalam melaksanakan tugasnya berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah,
atau warga maryarakat untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu
ditangani demi kepentingan negara, bangsa, pemerintahan, dan pembangunan.
(2) Pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat yang menolak permintaan,
sebagai dimaksud pada ayat (1), diancam dengan pidana kurungan paling lama satu
tahun karcna meren-
dahkan martabat dan kehormatan DPRD.
(3) Pelaksanaan hak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dalam
Peraturan Tata Tertib DPRD.
Pasal 21
(2) Pelaksanaan hak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Tata
Tertib DPRD.
Pasal 22 DPRD
mempunyai kewajiban:
a. mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mentaati segala peraturan
perundang-undangan;
Pasal 23
(1) DPRD mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya enam kali dalam setahun.
(2) Kecuali yang dimaksud pada ayat (1), atas permintaan sekurang-kurangnya
seperlima dari jumlah anggota atau atas pcrmintaan Kepala Daerah, Ketua
DPRD dapat mengundang anggotanya untuk mengadakan rapat selambat-lambatnya dalam
waktu satu bulan setelah permintaan itu diterima.
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib DPRD.
Pasal 24
Pasal 25
Rapat-rapat DPRD bersifat tcrbuka untuk umum, kecuali yang dinyatakan tertutup
berdasarkan Peraturan Tata Tcrtib DPRD atau atas kesepakatan di antara pimpinan DPRD.
Pasal 26
Pasal 27
Anggota DPRD tidak dapat dituntut di pengadilan karena pernyataan dan atau pendapat
yang dikemukakan dalam rapat DPRD, baik terbuka maupun tertutup, yang diajukannya
secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan ada yang disepakati
dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau
hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai pengumuman rahasia negara dalam buku
Kedua Bab I Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Pasal 28
(1) Tindakan penyidikan terhadap anggota DPRD dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Menteri Dalam Negeri bagi anggota DPRD Propinsi dan Gubernur bagi
anggota DPRD Kabupaten dan Kota, kecuali jika yang bersangkutan tertangkap
tangan melakukan tindak pidana.
(2) Dalam hal auggota DPRD tertangkap tangan melakukan tindak pidana,
sebagaimana dimaksud Gubernur berada di bawah dan bertanggungjawab pada ayat
(1), selambat-lambatnya dalam tempo 2 kali 24 jam diberitahukan
secara tertulis kepada Menteri Dalam Negeri dan/atau Gubernur.
Bagian Ketiga
Sekretariat DPRD
Pasal 29
(2) Sekretariat DPRD dipimpin oleh seorang Sekretaris DPRD yang diangkat oleh Kepala
Daerah dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas persetujuan pimpinan
DPRD.
(3) Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada pimpinan DPRD.
(4) Sekretaris DPRD dapat menyediakan tenaga ahli dengan tugas membantu anggota DPRD
dalam menjalankan fungsinya.
(5) Anggaran Belanja Sekretariat DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Bagian Keempat
Kepala Daerah Pasal
30
Setiap Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai kepala eksekutif yang
dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah.
Pasal 31
(1) Kepala, Daerah Propinsi disebut Gubernur, yang karena jabatannya adalah juga sebagai
wakil Pemerintah.
(2) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagai Kepala Daerah, Gubcrnur
bertanggungjawab kepada DPRD Propinsi.
(3) Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib DPRD sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
(4) Dalam kedudukan sebagai wakil pemerintah, gubernur berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada gubernur
(5) Tata cari pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 32
(4) Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban, sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
ditetapkan dalam Peraturan Tata Tcrtib DPRD sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
Pasal 33
Yang dapat ditetapkan menjadi Kepala Daerah adalah warga negara Republik Indonesia
dengan syarat-syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah yang
sah;
c. tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuau Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dinyatakan
dengan surat keterangan Ketua Pengadilan Negeri;
d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan/atau
sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya tiga puluh tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;
i. tidak sedang dicabut bak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan negeri;
j. mengenai daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;
k. menyerahkan daftar kckayaan pribadi; dan
1. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Daerah.
Pasal 34
(1) Pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD melalui
pemilihan secara bersamaan.
(2) Calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah, ditetapkan oleh DPRD melalui
tahap pencalonan dan pemilihan.
(3) Untuk pcncalonan dan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
dibentuk Panitia Pemilihan.
(4) Ketua dan para Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua
panitia Pemilihan merangkap sebagai anggota.
(5) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Panitia Pemilihan, tetapi
bukan anggota.
Pasal 35
(1) Panitia pemilihan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3), bertugas:
a. melakukan pemeriksaan berkas identitas mengenai bakat calon berdasarkan
persyaratan yang telah ditetapkan dalam ;
b. melakukan kegiatan teknis peiiailihan calon ; dan
c. menjadi penanggungjawab penyelenggaraan pemilihan.
(2) Bakal calon Kepala Daerah dan-bakal calon Wakil Kepala Daerah yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan kepada DPRD untuk Ditetapkan sebagai
calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah.
Pasal 36
(1) Setiap fraksi melakukan kegiatan penyaringan pasangan bakal calon sesuai dengan
syarat yang ditetapkan dalam Pasal 33.
(2) Setiap fraksi menetapkan pasangan bakal calon Kepala Daerah dan bakal calon Wakil
Kepala Daerah dan menyampaikannya dalam rapat paripurna kepada pimpinan DPRD.
(3) Dua fraksi atau lebih dapat secara bersama-sama mengajukan pasangan bakal calon Kepala
Daerah dan bakal calon Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 37
(1) Dalam Rapat Paripurna DPRD, setiap fraksi atau beberapa fraksi memberikan
penjelasan mengenai bakal calonnya.
(2) Pimpinan DPRD mengundang bakal calon dimaksud untuk menjelaskan visi, misi, serta
rencana-rencana kcbijakan apabila bakal calon dimaksud terpilih sebagai Kepala Daerah.
(3) Anggota DPRD dapat melakukan tanya jawab dengan para bakal calon.
(4) Pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi-fraksi melakukan penilaian atas kemampuan dan
kepribadian para bakal calon dan melalui musyawarah atau pemungutan suara menetapkan
sekurang-kurangnya dua pasang calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang
akan dipilih satu pasang di antaranya oleh DPRD.
Pasal 38
(1) Nama-nama, calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur yang telah ditetapkan oleh
pimpinan DPRD dikonsultasikan dengan Presiden.
(2) Nama-nama calon-Bupati dan calon Wakil Bupati serta calon Walikota dan calon Wakil
Walikota yang akan dipilih oieh DPRD ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD.
Pasal 39
(1) Pemilihan calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah dilaksanakan dalam
Rapat Paripur na DPRD yang dihadiri oleh sckurang-kurangnya
dua pertiga dari jumlah anggota DPRD.
(2) Apabila jumlah anggota DPRD belum mencapai kuorum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pimpinan rapat dapat menunda rapat paling lama satu jam.
(3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum dicapai, rapat paripurna
diundur paling lama satu jam Lagi dan selanjutnya pemilihan calon Kepala Daerah dan
calon Wakil Kepala Daerah
tetap dilaksanakan.
Pasal 40
(1) Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
(2) Setiap anggota DPRD dapat memberikan suaranya kepada satu pasang calon Kepala
Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah dari pasangan calon yang telah ditetapkan
oleh pimpinan DPRD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (4).
(3) Pasangan calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang memperoleh suara
terbanyak pada pemilihan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh DPRD dan disahkan oleh
Presiden.
Pasal 41
Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali hanya
untuk sekali masa jabatan.
Pasal 42
(1) Kepala Daerah dilantik oieh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
bertindak atas nama Presiden.
(4) Tata cara pengucapan sumpah/janji dan pelantikan bagi Kepala Daerah
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 44
(2) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Kepala Daerah bertanggungjawab kepada
DPRD.
Pasal 45
(1) Kepala Daerah wajib menyampaikan pertanggung jawaban kepada DPRD pada setiap akhir
tahun anggaran.
(2) Kepala Daerah wajib memberikan pertanggungjawaban kepada DPRD untuk hal tertentu
atas permintaan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2).
Pasal 46
(1) Kepala Daerah yang ditolak pertanggungiawabannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,
baik pertanggungjawaban kebijakan pemerintahan maupun pertanggungjawaban keuangan,
harus melengkapi dan/atau menyempurnakannya dalam jangka waktu paling lama tiga puluh
hari.
(3) Bagi Kepala Daerah yang pcrtanggungjawabannya ditolak untuk kedua kalinya, DPRD
dapat mengusulkan pemberhentiannya kepada Presiden.
(4) Tata cara, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 47
Kepala Daerah mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk
kuasa untuk mewakilinya.
a. turut serta dalam swata-perusahaan, baik milik swasta maupun milik Negara
Daerah, atau dalam yayasan bidang apapun juga;
b. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya, anggota
keluarganya, kroninya, golongan tertentu, atau kelompok yang secara nyata merugikan
kepentingan umum atau mendiskriminasikan warga dan golongan masyarakat lain;
C. melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan Daerah yang
bersangkutan;
d. menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang patut dapat hidup
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; dan
e. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan, selain yang
dimaksud dalam Pasal 47.
Pasal 50
(1) Pemberhentian kepala daerah karena alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49
ditetapkan dengan keputusan DPRD dan disahkan oleh presiden
(2) Keputusan DPRD, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dihadiri oleh
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota, DPRD dan putusan diambil
dengan persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota yang hadir.
Pasal 51
Kepala Daerah diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui Keputusan DPRD apabila terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan, yang diancam, dengan hukuman lima tahun atau.lebih, atau
diancam dengan hukuman mati sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.
Pasal 52
(1) Kepala Daerah yang diduga melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah
belah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberhentikan untuk sementara dari jabatannya
oleh Presiden tanpa melalui Keputusan DPRD.
(2) Kepala Daerah yang terbukti melakukan makar dan perbuatan yang dapat memecah belah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dengan keputusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap diberhentikan
dari jabatannya oleh Presiden, tanpa persetujuan DPRD.
(3) Kepala Daerah yang setelah melalui proses peradilan ternyata tidak terbukti
melakukan makar dan perbuatan yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik,
Indonesia, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaktifkan kembali Dan direhabilitasi
selaku Kepala Daerah sampai akhir masa jabatannya.
Pasal 53
(1) DPRD memberitahukan akan berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah secara tertulis
kepada yang bersangkutan, enam bulan sebelumnya.
(2) Dengan adanya pemberitahuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Daerah
mempersiapkan pertanggungjawaban akhir masa jabatannya kepada DPRD dan menyampaikan
pertanggungjawaban tersebut selambat-lambatnya empat bulan setelah pemberitahuan.
(3) Selambat-lambatnya satu bulan sebelum masa jabatan Kepala Daerah berakhir, DPRD
mulai memproses pemilihan Kepala Daerah yang baru.
Pasal 54
Bagian Kedelapan
Tindakan Penyidikan terhadap Kepala Daerah Pasal 55
(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih; dan
b. dituduh telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
hukuman mati.
(3) Setelah tindakan penyidikan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan hal itu
harus dilaporkan kepada Presiden selambat-lambatnya dalam 2 kali 24 jam.
Bagian Kesembilan
Wakil Kepala Daerah
Pasal 56
(2) Wakil Kepala Daerah dilantik oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk,
bersamaan dengan pelantikan Kepala Daerah.
(5) Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 41, Pasal 43, kecuali
huruf g, Pasal 47 sampai dengan Pasal 54, berlaku juga bagi Wakil
Kepala Daerah.
(6) Wakil Kepala Daerah Propinsi disebut Wakil Gubernur, Wakil Kepala Daerah
Kabupaten disebut Wakil Bupati dan Wakil Kepala Daerah Kota disebut Wakil
Walikota.
Pasal 57
(3) Wakil Kepala Daerah melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila
Kepala Daerah berhalangan.
Pasal 58
(1) Apabila Kepala Daerah berhalangan tetap, jabatan Kepala Daerah diganti oleh
Wakil Kepala Daerah sampai habis masa jabatannya.
(2) Apabila Wakil Kepala Daerah berhalangan tetap, jabatan Wakil Kepala Daerah tidak
diisi.
(3) Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berhalangan tetap, sekretaris Daerah
melaksanakan tugas Kepala Daerah untuk sementara waktu.
(4) Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berhalangan tetap, DPRD
menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah selambat-
lambatnya dalam waktu tiga bulan.
Bagian Kesebelas
Perangkat Daerah
Pasal 60
Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan lembaga
teknis Daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan Daerah.
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
(1) Kecamatan merupakan perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh
Kepala Kecamatan.
(2) Kepala Kecamatan disebut Camat.
(3) Camat diangkat oleh Bupati/Walikota alas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/ kota dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
(4) Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/
Walikota.
(5) Camat bertanggungjawab kepada Bupati atau Walikota.
(6) Pembentulan Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 67
(1) Kelurahan merupakan perangkat Kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan.
(2) Kepala Kelurahan disebut Lurah.
(3) Lurah diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat oleh Walikota/ Bupati
atas usul Camat.
(4) Lurah menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Camat.
(5) Lurah bertanggung jawab kepada Camat.
(6) Pembentukan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 68
(1) Susunan organisasi perangkat Daerah ditetapkan (1) Peraturan Daerah dan Keputusan
Kepala Daerah dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
Pemerintah.
(2) Formasi dan persyaratan jabatan perangkat Daerah (2) ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan Pemerintah.
BAB VI
PERATURAN DAERAH DAN KEPUTUSAN
KEPALA DAERAH
Pasal 69
Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam rangka
penyelenggaraan Otonomi Daerah dan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
Pasal 70
Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, Peraturan Daerah lain
dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 71
(1) Peraturan Daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan
penegakan hukum seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar.
(2) Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama enam bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dengan atau tidak
merampas barang tertentu untuk Daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan
perundang-undangan.
Pasal
(1) Untuk melaksanakan Peraturan Dacrah dan alas kuasa peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku, Kepala Daerah menetapkan keputusan Kepala Daerah.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan daerah, dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 73
(1) Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah yang bersifat mengatur
diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempunyai kekuatan hukum dan
mengikat setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah.
Pasal 74
(1) Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah
dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Dengan Peraturan Daerah dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untuk
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah.
BAB VII
KEPEGAWAIAN DAERAH
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
BAB VIII
KEUANGAN DAERAH
Pasal 78
(1) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas bebas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal
Sumber pendapatan Daerah terdiri atas:
a. pendapatan asli Dacrah, yaitu:
1) hasil pajak Daerah;
2) hasil retribusi Daerah;
3)hasil perusahaan milik Daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan; dan
4) lain-lain pcndapatan asli Daerah yang sah;
b. dana perimbangan;
c. pinjaman Daerah; dan
d. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
Pasal 80
(1) Dana perimbangan, sebagaimana. dimaksud dalam Pasal 79, terdiri atas:
a. bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam;
b. dana alokasi umum; dan
c. dana alokasi khusus.
(2) Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perdesaan, perkotaan,
dan perkebunan serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, diterima langsung oleh Daerah penghasil.
(3) Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan serta
kehutanan dan penerimaan dari sumber daya alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, diterima oleh, Daerah penghasil dan Daerah lainnya
untuk pemerataan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan dengan Undang-undang.
Pasal 81
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan peminjaman dari sumber dalam negeri dan/ atau dari
sumber luar negeri untuk membiayai kegiatan pemerintahan dengan persetujuan DPRD.
(2) Pinjaman dari dalam negeri diberitahukan kepada Pemerintah dan dilaksanakan sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Peminjaman dan sumber dana pinjaman yang berasal dari luar negeri,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapatkan persetetujuan
Pemerintah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tata cara peminjaman, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 82
Pasal 83
(1) Untuk mendorong pemberdayaan Daerah, Pemerintah memberi intensif fiskal dan nonfiskal
tertentu.
(2) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 84
Daerah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan pembentukannya diatur dengan Peraturan Daerah.
Pasal 85
(1) Barang milik Daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum tidak dapat
digadaikan, dibebani hak tanggungan dan/atau dipindahtangankan.
(2) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menetapkan keputusan tentang:
a. penghapusan tagihan Daerah sebagian atau seluruhnya;
b. persetujuan penyelesaian sengketa perdata secara damai; dan
c. tindakan hukum lain mengenai barang milik Daerah.
Pasal 86
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-
lambatnya satu bulan setelah ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun anggaran berakhir.
(3) Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
(4) Pedoman tentang penyusunan, perubahan, dan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(5) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Dacrah disampaikan kepada Gubernur bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dan kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi Pemerintah Propinsi untuk diketahui.
(6) Pedoman tentang pengurusan, pertanggungjawaban, dan pengawasan kcuangan Daerah
serta tata cara penyusunan Anggaran Pcndapatan dan Belanja Dacrah, pelaksanaan tata
usaha keuangan Dacrah dan penyusunan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Dacrah ditetapkan sesuai dcngan peraturan perundang- undangan.
BAB IX
KERJA SAMA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 87
(1) Beberapa Daerah dapat mengadakan kerjasama antar Daerah yang diatur dengan keputusan
bersama.
(2) Daerah dapat membentuk Badan Kerja Sama Antar Daerah.
(3) Daerah dapat mengadakan kerja sama dengan badan lain yang diatur dengan
keputusan bersama.
(4) Keputusan bersama dan/atau kerjasama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) yang membebani masyarakat dan Daerah harus mendapatkan persctujuan
DPRD masing-masing.
Pasal 88
Daerah dapat mengadakan kerja sama yang saling menguntungkan dengan lembaga/ badan luar
negeri, yang diatur dengan keputusan bersama, kecuali menyangkut kewenangan Pemerintah,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Tata cara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
oleh Pemerintah.
Pasal 89
BAB X
KAWASAN PERKOTAAN
Pasal 90
Pasal 91
(1) Pemerintah Kota dan/atau Pemerintah Kabupaten yang wilayahnya berbatasan langsung
dapat membentuk lembaga bersama untuk mengelola Kawasan perkotaan.
(2) Di Kawasan Perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi Kawasan Perkotaan di
Daerah Kabupaten, dapat dibentuk Badan Pengelola Pembangunan yang bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dan hal-hal lain mengenai
pengelolaan Kawasan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 92
BAB XI
DESA
Bagian Pertama
Pembentukan, Penghapusan dan/atau Penggabungan Desa
Pasal 93
(1) Desa dapat dibentuk, dihapus, dan/atau digabung dengan memperhatikan asal-
usulnya atas prakarsa masyarakat dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten dan
DPRD.
(2) Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 94
Di Desa dibentuk Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa, yang merupakan
Pemerintahan Desa.
Bagian Kedua
Pemerintah Desa
Pasal 95
(1) Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan
perangkat Desa.
(2) Kepala Desa dipilih langsung oleh Penduduk Desa dari calon yang memenuhi syarat.
(3) Calon Kepala Desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara terbanyak,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh Badan Perwakilan Desa
dan disahkan oleh Bupati.
Pasal 96
Masa jabatan Kepala Desa paling lama sepuluh tahun atau dua kali masa jabatan
terhitung sejak tanggal ditetapkan.
Pasal 97
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa warga negara Republik
Indonesia dengan syarat-syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
C. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, G30S/PKI dan/atau kegiatan organisasi terlarang
lainnya;
d.berpendidikan sckurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau
berpengetahuan yang sederajat;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. berkelakuan baik, jujur, dan adil;
i. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;
j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap;
k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat;
1. bersedia dicalonkan menjadi Kepala desa; dan
m. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam
Peraturan Daerah.
Pasal 98
(1) Kepala Desa dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.
(2) Sebelum memangkujabatannya,Kepala Desa mengucapkan sumpah/janji.
(3) Susunan kata-kata sumpal/janji dimaksud adalah sebagai berikut:
"Demi Allah (Tithan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban
saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya;
bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara setia segala peraturan
perundang~undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101, Kepala
Desa:
a. bertanggungjawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa; dan
b. menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
Pasal 103
Badan Perwakilan Desa atau yang disebut dengan nama lain berfungsi mengayomi adat
istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 105
(1) Anggota Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh penduduk Desa yang
memenuhi persyaratan.
(2) Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh anggota.
(3) Badan Perwakilan Desa bersama dengan Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa.
(4) Pelaksanaan Peraturan Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Bagian Keempat
Lembaga Lain Pasal
106
Di Desa dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan Desa dan ditetapkan
dengan Peraturan Desa.
Bagian Kelima
Keuangan Desa Pasal
107
Pasal 108
(1) Beberapa Desa dapat mengadakan kerja sama untuk kepentingan Desa yang diatur dengan
keputusan bersama dan diberitahukan kepada Camat.
(2) Untuk pciaksanaan kerja sama, scbagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibentuk
Badan Kerja Sama.
Pasal 110
Pasal 111
(1) Pengaturan lebih lanjut mengenai Desa ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten,
sesuai dengan pedoman umum yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan undang-
undang ini.
2) Peraturan Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat(1), wajib mengakui dan menghormati
hak, asal-usul dan adat istiadat Dcsa.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 112
Pasal 113
Pasal 114
(1) Pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya.
(2) Keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Daerah yang
bersangkutan dengan mcnyebutkan alasan-alasannya.
(3) Selambat-lambatnya satu minggu setelah keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat(2), Peraturan Daerah
atau Keputusan Kepala Daerah tersebut dibatalkan pelaksanaannya.
(4) Daerah yang tidak dapat mcnerima keputusan pembatalan Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat mengajukan
kcbcratan kcpada Mahkamah Agung setelah mengajukannya kepada Pemerintah.
BAB XIII
DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH
Pasal 115
(1) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden
mengenai:
a. pembentukan, penghapusan, penggabungan,dan pemekaran Dcsa;
b. perimbangan keuangan Pusat dan Daerah; dan
c. kemampuan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota untuk melaksanakan kewenangan tertentu,
sebagaiinana dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah terdiri atas Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, Menteri Sekretaris Negara, menteri lain sesuai dengan kebutuhan, perwakilan
Asosiasi Pemerintah Daerah,dan wakil-wakil Dacrah yang dipilih
oleh DPRD.
(3) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan karena jabatannya adalah Ketua dan
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
(4) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengadakan rapat sekurang-kurangnya satu kali dalam
enam bulan.
(5) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah bertanggungjawab kepada Presiden.
(6) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pasal 116
Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dibantu oleh Kepala
Sekretariat yang membawahkan Bidang Otonomi Daerah dan Bidang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 117
Pasal 118
(1) Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur dapat diberikan otonomi khusus dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan
perundang-undangan.
(2) Pengaturan mengenai penyelenggaraan otonomi khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),ditetapkan dengan Undang-undang.
Pasal 119
(1) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
berlaku juga di kawasan otoritas yang terletak di Daerah
Otonom, yang mcliputi badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan bandar udara,
kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan,kawasan pertambangan,
kawasan kehutanan,kawasan, pariwisata, kawasan jalan bebas hambatan,dan kawasan
lain yang sejenis.
(2) Pengaturan lebih lanjut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Peraturan Pemcrintah.
Pasal 120
(1) Dalam rangka menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum serta untuk
menegakkan Peraturan Daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja sebagai
perangkat Pemerintah Daerah.
(2) Susunan organisasi, formasi, kedudukan, wewenang, hak, tugas, dan kewajiban
Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 121
Pasal
Keistimewaan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, adalah tetap
dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Propinsi Istimewa Aceh dan
Propinsi Istimewa Yogyakarta didasarkan pada
undang-undang ini.
Pasal 123
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 124
Pada saat berlakunya undang-undang ini, nama, batas dan ibukota Propinsi Daerah
Tingkat I, Daerah Istimewa, Kabupaten Daerah Tingkat II, dan Kotamadya Daerah Tingkat
II, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan adalah tetap.
Pasal 125
(1) Kotamadya Batam, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Mimika,
Kabupaten Simuelue, dan semua Kota Administratif dapat ditingkatkan menjadi Daerah
Otonom dengan memperhatikan Pasal 5 undang-undang ini.
(2) Selambat-lambatnya dua tahun setelah tanggal ditetapkannya undang-undang ini,
Kotamadya,Kabupaten, dan Kota Administratif, scbagaimana dimaksud pada ayat (1),
sudah harus berubah statusnya menjadi Kabupaten/Kota jika memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam Pasal 5 UU ini.
(3) Kotamadya, Kabupatenan dan Kota Administratif,sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat dihapus jika tidak memenuhi ketentuan untuk ditingkatkan
statusnya mcnjadi Dacrah Otonom.
Pasal 126
(1) Kecamatan, Kelurahan, dan Desa yang ada pada saat mulai berlakunya undang-
undang ini tetap sebagai Kecamatan, Kelurahan, dan Desa atau yang disebut dengan
nama lain, sebagainiana yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf m, huruf n, dan huruf o
undang-undang ini, kecuali ditentukan lain oleh peraturan pcrundang-undangan.
(2) Desa-desa yang ada dalam wilayah Kotamadya ,Kotamadya Administratif, dan Kota
Administratif berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 pada saat mulai
bcrlakunya undang-undang ini ditetapkan sebagai Kelurahan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 huruf n undang-undang ini.
Pasal 127
Pasal
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I,Wakil Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati
Kepala Daerah Tingkat II, Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, Wakil Bupati
Kepala Daerah Tingkat II, Wakil Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II,
Bupati,Walikotamadya, Walikota, Camat, Lurah, dan Kepala Desa beserta perangkatnya
yang ada, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, pada saat mulai
berlakunya undang-undang ini tetap menjalankan tugasnya, kecuali ditentukan lain
berdasarkan undang-undang ini.
Pasal 129
(1) Dengan diberlakukannya undang-undang ini, Lembaga Pembantu Gubernur, Pembantu
Bupati, pembantu Walikotamadya, dan Badan Pertimbangan Daerah, sebagaimana
dimaksud dalain Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, dihapus.
(2) Instansi verlikal di Daerah selain yang menangani bidang-bidang luar negeri,
pertahanan keamanan,peradilan, moneter, dan fiskal, serta agama, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, menjadi perangkat Daerah.
(3) Semua instansi vertikal yang menjadi perangkat Daerah, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2),kekayaannya dialihkan menjadi milik Daerah.
Pasal 130
(1) Apabila masa jabatan Wakil Kepala Daerah berakhir lebih awal daripada masa
jabatan Kepala Daerah, jabatan wakil Kepala Daerah tidak diisi.
(2) Apabila masa jabatan Wakil Kepala Daerah berakhir lebih lambat dari pada
masa jabatan Kepala Daerah, masa jabatan Wakil Kepala Daerah disesuaikan
dengan masa jabatan Kepala Daerah.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 131
Pasal 132
(1) Undang-undang ini sudah selesai sclambat-lambatnya satu tahun sejak undang-
undang ini ditetapkan.
(2) Pelaksanaan undang-undang ini dilakukan secara efektif selambat- lambatnya
dalam waktu dua tahun sejak ditetapkannya undang-undang ini.
Pasal 133
Pasal 134
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundang.
ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
AKBAR TANJUNG
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 1999
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH
I. UMUM
1. Dasar Pemikiran
a. Negara Republik Indonesia scbagai Negara Kcsatuan menganut asas desentralisasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan
perluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu,
Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain menyatakan bahwa pembagian
Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susuna
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang.
Dalam penjelasan pasal tersebut, antara lain dikemukakan bahwa "oleh karena
Negara Indoncsia itu suatu eenheidsstaat,maka Indonesia tidak akan
mempunyai Daerah dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah
Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi dan Daerah Propinsi akan dibagi
dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang bersifat otonom (streek
en locale rechtgemeenscahppen) atau bersifat administrasi belaka, semuanya
menurut aturan yang akan
ditetapkan dengan Undang-undang. Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan
diadakan Badan Perwakilan Daerah. Oleh karena itu, di daerah pun, pemerintah akan
bersendi atas dasar permusyawaratan.
b.Dengan demikian, Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk
menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab kepada daerah,sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR-RI
Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta
Perimbangan Kcuangan Pusat dan
Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Undang-undang ini discbut "Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah" karena
undang-undang ini pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.
d.Sesuai dengan Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tersebut di atas,
Penyelenggaraan Otonomi Dacrah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab Kepada Daerah secara proporsional
yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Di
samping itu, penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah.
e. Hal-hal yang menclasar dalam undang-undang ini adalah mendorong untuk
memberdayakan masyarakat, mcnumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan
peran-serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Oleh karena itu, undang-undang
ini menempatkan Otonami Daerah secara utuh pada Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota, yang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 berkedudukan
sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kotamadya Daerah Tingkat II. Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota tersebut berkedudukan sebagai Daerah Otonom
mempunyai kewenangan dan
keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa
dan aspirasi masyarakat.
f. Propinsi Daerah Tingkat I menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, dalam
undang-undang ini dijadikan Daerah Propinsi dengan kedudukan sebagai Daerah
Otonom dan sekaligus Wilayah Administrasi, yang melaksanakan kewenangan
pemerintah Pusat yang didelegasikan kepada Gubernur, Daerah Propinsi bukan
merupakan Pemerintah alasan dari Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Dengan
demikian, Daerah Otonom Propinsi dan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
tidak mempunyai hubungan hierarki.
g.Pemberian kedudukan Propinsi sebagai Daerah Otonom dan sekaligus sebagai
Wilayah Administrasi dilakukan dengan pertimbangan:
(1) untuk memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan Rcpublik Indoncsia;
(2) untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah
yang belum dapat dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; dan
(3) untuk mclaksanakan tugas-tugas Pemerintahan tertentu yang
dilimpahan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsciitrasi.
h. Dengan memperhatikan pengalaman penyelenggaraan Otonomi Daerah pada masa
lampau yang menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dengan
penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban daripada hak, maka
dalam Undang-undang ini pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan kepada asas desentralisasi saja dalam wujud
otonomi
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab Kewenangan otonomi luas adalah
keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan
yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan yang mencakup kewenangan
semua bidang, pertahanan keamanan,Peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Di
samping itu keleluasaan otonomi mencakup pola kewenangan yang utuh dan bulat
dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan,pengendalian,dan evaluasi.
Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan Daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata
ada diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di Daerah.
Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa penyuluhan
pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada
Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahtentan masyarakat yang semakin
baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan , pemerataan, serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar-Daerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi untuk Daerah Propinsi diberikat secara terbatas yang meliputi kewenangan
lintas Kabupaten dan Kota, dan kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan
oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,serta kewenangan bidang pemerintahan
tertentu lainnya.
i. Atas dasar pemikiran di atas, prinsip-prinsip pemberian Otonomi
Daerah yang dijadikan pedoman dalam Undang-undang ini adalah sebagai berikut:
(1) Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi, keadilan,pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman
Daerah.
(2) Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan
bertanggungjawab.
(3) Pelaksanaan otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah
kabupaten dan Daerah Kota, sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan
otonomi yang terbatas.
(4) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara,
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah scrta
antar-Daerah.
(5) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah
Otonomi, dan karenanya dalam Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada
lagi Wilayah Adminitrasi.
Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh Pemerintah atau
pihak lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan
perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan
kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku
Ketentuan peraturan Daerah Otonom.
(6) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi
pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(7) Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam
kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintahan tertetu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
pernerintah.
(8) Pelaksanaan asas tugas pcmbantuan dimungkinkan, tidak hanya.dari
Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah Kepada
Desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan
kepada yang menugaskannya.
2. Pembagian Daerah
Isi dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 Beserta
penjelasannya menjadi pedoman dalam penyusunan undang-undang ini dengan pokok-
pokok pikiran sebagai berikut:
a. Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembinaan
kewenangan berdasarkan asas dekosentrasi dan desentralisasi dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.Daerah yang dibcntuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah Daerah
Propinsi, sedangkan Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi
berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.
c. Pembagian Daerah di luar Daerah Propinsi dibagi habis ke dalam Daerah Otonom.
Dengan demikian, Wilayah Administrasi yang berada dalam Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota dapat dijadikan Daerah Otonom atau dihapus.
d. Kecamatan yang menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 sebagai Wilayah
Administrasi dalam rangka dekonsentrasi, menurut undang-undang ini kedudukannya
diubah menjadi perangkat Daerah Kabupaten atau Daerah Kota.
5. Kepala Daerah
Untuk menjadi Kepala Daerah, seseorang diharuskan memenuhi persyaratan Tertentu yang
intinya agar Kepala Daerah selalu bertakwa kepaga Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etika
dan moral, berpengetahuan dan berkemampuan sebagai Pimpinan pemerintahan, berwawasan
kebangsaan, serta mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Kepala Daerah di samping sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah Pimpinan Daerah
dan pengayom masyarakat sehingga Kepala Daerah harus mampu berpikir, bertindak, dan
bersikap dengan lebih mengutamakan kepentingan
bangsa, negara, dan masyarakat umum dari pada kepentingan pribadi, golongan, dan aliran.
Oieh karena itu, dari kclompok atau etnis, dan keyakinan mana
pun Kepala Daerah harus bersikap arif, bijaksana, jujur, adil, dan netral.
7. Kepegawaian
Kebijakan kepegawaian dalam undang-undang ini dianut kebijakan yang mendorong
pengembangan Otonomi Daerah sehingga kebijakan kepegawaian di Daerah yang
dilaksanakan oieh Daerah Otonomi sesuai dengan kebutuhannya, baik pengangkatan,
penempatan, pemindahan, dan mutasi maupun pemberhentian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Mutasi antar-Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dalam Daerah
Propinsi diatur oleh Gubernur, sedangkan mutasi
antar-Daerah Propinsi diatur oleh Pemerintah. Mutasi antar-Daerah Propinsi dan/atau antar-
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota atau Daerah Propinsi dengan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota didasarkan pada kesepakatan Daerah Otonom tersebut.
8. Keuangan Daerah
(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab,
diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang
didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta
antara Propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem
Pemerintahan Daerah.
(2) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah kewenangan keuangan yang melekat
pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.
9. Pemerintahan Desa
(1) Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain
sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan
hak asal-usul yang bersifat istimewa,
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 18 Undang- Undang Dasar 1945 Landasan
penlikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan
pemberdayaan masyarakat.
(2) Penyelenggaraan Pemerintahan merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggug jawab pada Badan Perwakilan
Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut kepada Bupati.
(3) Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum
perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat
dituntut dan rncnuntut di pengadilan. Untuk itu, Kepala Dcsa dengan persetujuan
Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum
dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.
(4) Sebagai perwuludan demokrasi, di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa atau
sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa yang
bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal
pefaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan
Keputusan Kepala Desa.
(5) Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan Desa lainnya sesuai dengan kebutuhan
Desa. Lembaga dimaksud merupakan mitra Pemerintah. Desa dalam rangka
pemberdayaan masyarakat Desa.
(6) Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan Desa, bantuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pendapatan lain-lain yang sah,
sumbangan pihak ketiga dan pinjaman Desa.
(7) Berdasarkan hak asal-usul Desa yang bersangkutan, Kepala Desa mempunyai
wewenang untuk mendamaikan perkara/sengketa dari para warganya.
(8) Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat yang
berdirikan perkotaan dibentuk Kelurahan sebagai unit Pemerintah Kelurahan yang
berada di dalam Daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
Yang dimaksud Wilayah Administrasi adalah daerah administrasi menurut
Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tidak mempunyai hubungan hierarki satu sama lain adalah Bahwa
Daerah. Propinsi tidak membawahkan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, tetapi dalam
praktek. penyelenggaraan pemerintahan terdapat hubungan koordinasi, kerja sama,
dan/atau kemitraan dengan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota dalam kedudukan masing-masing sebagai Daerah Otonom. Sementara itu, dalam
kedudukan sebagai Wilayah Administrasi, Gubernur selaku wakil Pemerintah melakukan
hubungan pemnbinaan dan pengawasan terhadap Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Untuk menentukan batas dimaksud, setiap Undang-undang mengenai pembentukan Daerah
dilengkapi dengan peta yang dapat menunjukkan dengan tepat letak geografis Daerah yang
bersangkutan, demikian pula mengenai perubahan batas Daerah.
Ayat (3)
Yang dimaksud ditetapkan Peraturan Pemerintah didasarkan pada usul Pemerintah Daerah
dengan persetujuan DPRD.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan moneter dan fiskal adalah kebijakan makro ekonomi. Khusus
di bidang keagamaan sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh Pemerintah kepada
Daerah sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam menumbuh
kembangkan kehidupan beragama.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 8
Dalam penyelenggaraan kewenangan Pemerintah yang diserahkan dan atau Dilimpahkan
kepada Daerah/Gubernur mempunyai kewenangan untuk mengelolanya mulai dari pembiayaan,
perijinan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
sesuai dengan standar, norma, dan kebijakan Pemerintah.
Pasal 9
Ayat (1)
Kewenangan bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota seperti
kewenangan di bidang pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan.
Yang dimaksud dengan kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya adalah:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro;
b. pelatihan bidang tertentu, alokasi sumber daya manusia potensial, dan
penelitian yang mencakup wilayah Propinsi;
c. pengelolaan pelabuhan regional;
d. pengendalian lingkugan hidup;
e. promosi dagang dan budaya/pariwisata;
f. penanganan penyakit menular dan hama
tanaman; dan
g. perencanaan tata ruang propinsi
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kewenangan ini adalah kewenangan Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota yang ditangani oleh Propinsi setelah ada pernyataan
dari Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Ayat (3)
cukup jelas
Pasal 10
ayat (1)
Yang dimaksud dengan sumber daya nasional Ayat (1) adalah sumber daya alam,
sumber daya buatan, dan sumber daya manusia yang tcrsedia di Daerah
Pasal 11
Ayat (1)
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, pada dasarnya seluruh kewenangan sudah
berada pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Oleh karena itu, penyerahan kewenangan
tidak perlu dilakukan secara aktif, tetapi dilakukan melalui pengakuan oleh Pemerintah.
Ayat (2)
Tanpa mengurangi arti dan pentingnya prakarsa Daerah dalam penyelenggaraan otonominya,
untuk menghindarkan terjadinya kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada
masyarakat, Daerah Kabupatcri dan Daerah Kota
wajib melaksanakan kcwenangan dalam Bidang pemerintahan tertentu menurut pasal ini,
sesuai dengan kondisi Daerah masing-masing.
Kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak dapat
dialihkan ke Daerah Propinsi.
Khusus kewenangan Daerah Kota disesuaikan dengan kebutuhan perkotaan, antara lain,
pemadam kebakaran, kebersihan, pertamanan,dan tata kota.
Pasal 12
cukup jelas
Pasal 13
cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat(1)
Khusus untuk penan~kapan ikan secara tradisional tidak dibatasi wilayah
laut.
Ayat(2)
Dalam kedudukannya sebagai Badan Legislatif Daerah, DPRD bukan
merupakan bagian dari Pemerintah Daerah.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Pemilihan anggota MPR dari Utusan Daerah hanya dilakukan oleh DPRD Propinsi.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Ayat (2)
cukup jelas
Pasal 19
cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pejabat negara dan pejabat pemerintah adalah pejabat di
lingkungan kerja DPRD bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
cukup jelas
Pasal 22
cukup jelas
Pasal 23
cukup jelas
Pasal 24
cukup jelas
Pasal 25
cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
cukup jelas
Pasal 28
cukup jelas
Pasal 29
cukup jelas
Pasal 30
cukup jelas
Pasal 31
cukup jelas
Pasal 32
cukup jelas
Pasal 33
cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
secara bersamaan adalah bahwa calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala
Daerah dipilih secara berpasangan. Pemilihan secara bersamaan ini dimaksudkan
untuk menjamin kerja sama yang harmonis antara Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan rapat paripurna adalah rapat yang khusus diadakan untuk
pemilihan Kepala Daerah.
ayat (3)
cukup jelas
Pasal 38
ayat (1)
Calon Gubernur dan calon wakil Gubernur dikonsultasikan dengan Presiden,
karena kedudukannya sclaku wakil Pemerintah di Daerah.
ayat (2)
Calon Bupati dan calon Wakil Bupati serta calon Walikota dan calon Wakil
Walikota diberitahukan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.
Pasal 39
cukup jelas
Pasal 40
cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pengucapan sumpah/juanji dan pelantikan Kepala Daerah dapat dilakukan di
GedungDPRD atau di gedung lain, dan tidak dilaksanakan dalam rapat DPRD.
Pengucapan sumpah/janji dilakukan menurut agama yang diakui Pemerintah,
yakni:
a. diawali dengan ucapan "Demi Allah" untuk Pasal 48 penganut agama Islam;
b. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan Menolong saya" untuk penganut agama
Kristen Protestan/Katolik;
c. diawali denngan ucapan "Om atah paramawisesa' untuk pcnganut agama Hindu;
dan
d. diawali dengan ucapan "Denii Sanghyang Adi Buddha" untuk penganut agama
Budha.
Ayat (3)
cukup jelas
Ayat (4)
cukup jelas
Pasal 43
huruf a
cukup jelas
huruf b
cukup jelas
huruf c
cukup jelas
huruf d
cukup jelas
huruf e
Dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat, Kepala Daerah berkewajiban
mewujudkan demokrasi ekonomi dengan melaksanakan Pembinaan dan pengembangan
koperasi, usaha kecil dan menengah yang mencakup permodalan, pemasaran,
pengembangan teknologi,produksi, dan pengolahan serta pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia.
huruf f
cukup jelas
huruf g
cukup jelas
Pasal 44
cukup jelas
Pasal 45
cukup jelas
Pasal 46
cukup jelas
Pasal 47
cukup jelas
Pasal 48
huruf a dan c
Larangan tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya
konflik kepentingan bagi Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya untuk
memberikan pelayanan pemerintahan dengan tidak membeda-bedakan warga
masyarakat.
Pasal 49
cukup jelas
Pasal 50
cukup jelas
Pasal 51
cukup jelas
Pasal 52
cukup jelas
Pasal 53
Ayat (1)
Pemberitahuan secara tertulis tentang berakhirnya masa jabatan Gubernur, tembusannya
dikirimkan kepada Presiden, sedangkan berakhirnya masa jabatan Bupati/Walikota,
tembusannya dikirimkan kepada Gubernur.
Ayat (2)
cukup jelas
Pasal 54
cukup jelas
Pasal 55
cukup jelas
Pasal 56
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
cukup jelas
Ayat (3)
Pengucapan sumpah/janji dan pelantikan Wakil Kepala Daerah dapat
dilakukan di Gcdung Pasal 66 DPRD atau di gedung lain, tidak
dilaksanakan dalam rapat DPRD. Pcngucapan sumpah/janji dilakukan
menurut agama yang diakui Pemerintah, yakni:
a. diawali dengan ucapan
"Demi Allah" untuk penganut agarna Islam;
b. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan Menolong saya" untuk
penganut agama Kristen Protestan/Katolik;
c. diawali dengan "Om atah paramawisesa untuk penganut agama Hindu;
dan
d. diawali dengan ucapan "Demi Sanghyang Ad Buddha" untuk penganut agama
Buddha.
Ayat (4)
cukup jelas
Ayat (5)
cukup jelas
Pasal 57
cukup jelas
Pasal 58
cukup jelas
Pasal 59
cukup jelas
Pasal 60
cukup jelas
Pasal 61
cukup jela
Pasal 62
cukup jelas
Pasal 63
cukup jelas
Pasal 64
cukup jelas
Pasal 65
Yang dimaksud dengan lcmbaga teknis adalah Badan Penelitian dan Pengembangan,
Badan Perencana, Lembaga Pengawasan, Badan Pendidikan dan Pelatihan, dan lain-
lain.
Pasal 66
cukup jelas
Pasal 67
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
cukup jelas
Ayat (3)
Sekretaris Daerah Kota/Kabupaten memberi pertimbangan kepada
Walikota,Bupati dalam proses pengangakatan Lurah.
Ayat(4)
Camat dapat melimpahkan sebagian kewenangan kepada Lurah. Ayat (5)
cukup jelas
Ayat (6)
cukup jelas
Pasal 68
cukup jelas
Pasal 69
Peraturan Daerah hanya ditandatangani oleh Kepala Daerah dan tidak
ditandatangani-serta Pimpinan DPRD karena DPRD bukan merupakan
bagian dari Pemerintah Daerah.
Pasal 70
cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1)
Paksaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menegakkan hukum dengan
Undang-undang ini disebut "paksaan penegakan Hukum" atau "paksaan pemeliharaan
hukum".
Paksaan penegakan hukum itu pada umumnya berwujud mengambil atau
meniadakan, mencegah atau memperbaiki segala sesuatu, melakukan sesuatu yang
telah dibuat, diadakan, dijalankan, dialpakan, atau ditiadakan yang bertentangan
dengan hukum.
Paksaan itu harus didahului oleh suatu perintah tertulis oleh penguasa eksekutif
kepada pelanggar. Apabila pelanggar tidak mengindahkannya, diambil suatu
tindakan paksaan. Pejabat yang menjalankan tindakan paksaan penegakan
hukum terhadap pelanggar harus dengan
tegas diserahi tugas tersebut. Paksaan penegakan hukum itu hendaknya hanya
dilakukan dalam hal yang sangat perlu saja dengan cara seimbang sesuai dengan
berat pelanggaran, karena paksaan tersebut pada
umumnya dapat menimbulkan kerugian atau penderitaan. Jumlah denda dapat disesuaikan
dengan perkembangan tingkat kemahalan.
Ayat (2)
cukup jelas
Pasal 72
cukup jelas
Pasal 73
ayat (1)
Pengundangan peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur
dilakukan mcnurut cara yang sah, yang merupakan keharusan agar Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah tersebut mempunyai kekuatan hukum dan mengikat.
Pengundangan dimaksud kecuali untuk memenuhi formalitas hukum juga dalam rangka
keterbukaan pemerintahan Cara
pengundangan yang sah adalah dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah oleh
Sekretaris Daerah. Untuk lebih mengefcktifkan pelaksanaan Peraturan
Daerah dan Keputusan Kepala Daerah, peraturan dan keputusan tersebut perlu
dimasyarakatkan.
ayat (2)
cukup jelas
Pasal 74
cukup jelas
Pasal 75
cukup jelas
Pasal 76
Pemindahan pegawai dalam Daerah Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bupati/
Walikota, pemindahan pegawai antar-Daerah kabupaten/Kota dan/atau antara Daerah
Kabupaten/Kota dan Daerah Propinsi dilakukan oleh Gubernur setelah berkonsultasi
dengan Bupati/Walikota, dan pemindahan pegawai antar-Daerah Propinsi atau antara
Daerah Propinsi dan Pusat serta pemindahan pegawai Daerah antara Daerah
Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Propinsi lainnya ditetapkan
oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Kepala Daerah.
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
huruf a
angka 1 Cukup jelas
angka 2 cukup jelas
angka 3 cukup jelas
angka 4
lain-lain pendapatan aslidaerah yang sah antara lain hasil penjualan asset
daerah dan jasa giro
huruf b
cukup jelas
huruf c
cukup jelas
huruf d
lain-lain pendapatan Daerah yang sah adalah antara lain hibah atau penerimaan
dari Daerah Propinsi atau Daerah Kabupatcii/Kota lainnya, dan peneriniaan lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 80
Ayat (1)
huruf a
Yang dimaksud dengan pcncrimaan sumber daya alam adalah penerimaan negara
yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam antara lain di
bidang pertambangan umum, pertambangan minyak dan gas bumi, kehutanan, dan
perikanan.
ayat (3)
Cukup jelas
ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 81
Ayat (1)
Pinjaman dalam negeri bersumber dari Pemerintah, lembaga komersial, dan/atau
pembiayaan obligasi Daerah dengan diberitahukan kepada Pemerintah sebelum
peminjaman tersebut dilaksanakan.
Yang berwenang mengadakan dan menanggung pinjaman Daerah adalah Kepala Daerah,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah atas persetujuan DPRD.
Di dalam Keputusan Kepala Daerah harus dicantumkan jumlah pinjaman dan sumber dana
untuk memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman.
Ayat (2)
Ayat (3)
Mekanisme pinjaman dari sumber luar negeri harus mendapat persetujuan Pemerintah
mengandung pengertian bahwa Pemerintah akan melakukan evaluasi dari berbagai aspek
mengenai dapat tidaknya usulan pinjaman Daerah
untuk memproses lebih lanjut. Dengan demikian pemrosesan lebih lanjut usulan
pinjaman Daerah secara tidak langsung sudah mencerminkan persetujuan
Pemerintah atas usulan termaksud.
Pasal 82
Ayat (1)
Daerah dapat menetapkan pajak dan retribusi dengan Peraturan Daerah sesuai
dengan ketentuan Undang-undang.
Ayat (2)
Penentuan tata cara pemungutan pajak dan retribusi Daerah termasuk
pengembalian atau pembebasan pajak dan/atau rciribusi Daerah yang dilakukan
dengan bcrpcdoman pada ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 83
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan inswitif nonfiskal adalah bantuan Pemerintah berupa
kemudahan pembangunan prasarana, penyebaran lokasi industri strategis,
penyebaran lokasi pusat-pusat perbankan nasional, dan
lain-lain.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a Cukup jelas
Huruf b Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan tindakan hukum lain adalah menjual, menggadaikan,
menghibahkan, tukar guling, dan/atau memindahtangankan
Pasal 86
cukup jelas
Pasal 87
cukup jelas
Pasal 88
cukup jelas
Pasal 89
cukup jelas
Pasal 90
cukup jelas
Pasal 91
ayat (1)
Yang dimaksud dengan lembaga bersama adalah lembaga yang dibentuk secara
bersama oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang berbatasan dalam rangka
meningkatkan pelayanan, kepada masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 92
Ayat (1)
Pemerintah Daerah perlu memfasilitasi pembentukan forum perkotaan untuk
menciptakan sinergi Pemerintah Daerah, masyarakat, dan pihak swasta.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat adalah pengikutsertaan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemilikan.
ayat (3)
cukup jelas
Pasal 93
Ayat (1)
Istilah Dcsa discsuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat
seperti nagari,kampung, huta, bori, dan marga.
Yang dimaksud dengan asal-usul adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 dan pcnjelasannya.
Ayat (2)
Dalam pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa perlu
dipertimbangkan luas wilayah, jumlah penduduk, sosial budaya, potensi
Desa, dan lain-lain.
Pasal 94
Istilah Badan Perwakilan Desa dapat disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa setempat.
Pembentukan Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Dcsa dilakukan oleh masyarakat
Desa.
Pasal 95
Ayat (1)
Istilah Kepala Desa dapat disesuaikan dengan kondisi sosial budaya Desa
setempat.
Ayat (2)
cukup jelas
Pasal 96
Daerah Kabupaten dapat menetapkan masa jabatan Kepala Desa sesuai dengan
sosial budaya setempat.
Pasal 97
cukup jelas
Pasal 98
Ayat (1)
cukup jelas
Ayat (2)
Pengucapan sumpah/janji Kepala Desa dilakukan menurut agama yang diakui
Pemerintah, yakni:
a. diawali dengan ucapan "Demi Allah" untuk penganut agama Islam;
b. diakhiri dengan ucapan "Semoga Tuhan Menolong saya" untuk
penganut agama Kristen Protestan/Katolik;
c. diawali dengan ucapan "Om atah paramawisesa" untuk penganut agama Hindu;
dan
d. diawali dengan ucapan "Demi Sanghyang Adi Buddha" untuk penganut agama
Buddha.
Ayat (3)
cukup jelas
Pasal 99
cukup jelas
Pasal 100
Pemerintah Desa berhak mcnolak pelaksanaan Tugas Pembantuan yang tidak
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia.
Pasal 101
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa, Kepala Desa dapat dibantu
oleh lembaga adat Desa. Segala perselisihan yang telah didamaikan oleh Kepala
Desa bersifat mengikat pihak-pihak yang berselisih.
Huruf f
cukup jelas
Pasal 102
Huruf a
cukup jelas
Huruf b
Laporan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati dengan tembusan
kepada Camat
Pasal 103
ayat (1)
Huruf a
cukup jelas
Huruf b
cukup jelas
Huruf c
cukup jelas
Huruf d
Untuk menghindari kekosongan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Kepala
Desa yang setelah berakhir masa jabatannya tetap melaksanakan tugasnya sebagai
Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa yang baru.
Huruf e
cukup jelas
Pasal 105
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Peraturan Desa tidak memerlukan pengesahan Bupati, tetapi wajib
disampaikan kcpadanya selambat-lambatnya dua minggu setelah ditetapkan
dengan tembusan kepada Camat.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Ayat (1)
Sumber pcndapatan yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak
dibenarkan diambilalih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Pemberdayaaii potcnsi Desa dalam meningkatkan pendapatan Desa
dilakukan, antara lain, dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa,
kerja sama dengan piliak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman. Sumber
Pendapatan Daerah yang berada di Desa, baik pajak maupun retribusi yang sudah
dipungut oleh Daerah Kabupaten, tidak Ayat (2) dibenarkan adanya pungutan
tambahan oleh Pemerintah Desa.
Pendapatan Daerah dari sumber tersebut harus diberikan kepada Desa yang
bersangkutan dengan pembagian secara proporsional dan adil.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan beban biaya ekonomi tinggi
dan dampak lainnya.
Ayat (2)
Kegiatan pengclolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang
ditetapkan setiap tahun meliputi penyusunan anggaran, pelaksanaan tata
usaha kcuangan, dan perubahan serta perhitungan anggaran.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
cukup jelas
Ayat (5)
cukup jelas
Pasal 108
cukup jelas
Pasal 109
Ayat (1)
Kerja sama antar-Desa yang memberi beban kepada masyarakat harus mendapat
persetujuan Badan Perwakilan Desa.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 110
Pemerintah Desa yang tidak diikutsertakan dalam kegiatan dimaksud berhak
menolak pembangunan tersebut.
Pasal 111
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan asal-usul adalah asal-usul terbentuknya Desa yang
bersangkutan.
Pasal 112
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah upaya memberdayakan Daerah Otonom
melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 113
cukup jelas
Pasal 114
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pengajuan keberatan kepada Mahkamahi Agung sebagai upaya hukum terakhir dilakukan
selambat-lambatnya lima belas hari setelah adanya keputusan pembatalan dari Pemerintah.
Pasal 115
Ayat (1)
Mekanisme pemnbentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau pemekaran Daerah
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Daerah yang akan dibentuk, dihapus, digabung dan/atau dimekarkan
diusulkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD kepada
Pemerintah;
b.Pemerintah menugaskan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah untuk melakukan
penelitian dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
udaya, sosial-polilik, jumlah penduduk luas daerah,
dan pertimbangan lain;
C. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah menyampaikan pertimbangan untuk menyusun
rancangan undang-undang yang mengatur pembentukan, penghapusan, penggabungan,
dan/atau pemekaran Daerah Otonom.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Asosiasi Pemerintah Daerah adalah organisasi yang dibentuk
oleh Pemerintah Daerah dalam rangka kerja sama antar-Pemerintah Propinsi, antar
Pemerintah Kabupaten, dan/atau antar-Pcmerintah Kota berdasarkan pcdoman yang
dikeluarkan oleh Pemerintah.
Wakil-wakil Daerah dipilih oleh DPRD dari berbagai keahlian terutama di bidang
keuangan dan pemerintahan, serta bersikap independen sebanyak 6 orang, yang
terdiri atas 2 orang wakil Daerah Propinsi, 2 orang wakil
Daerah Kabupaten dan 2 orang wakil Daerah Kota dengan masa tugas selama dua
tahun.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 116
cukup jelas
Pasal 117
cukup jelas
Pasal 118
Ayat (1)
Pemberian otonomi khusus kepada Propinsi Daerah I Timor Timur
didasarkan pada perjanjian bilateral antara Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Portugal di bawah supervisi Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Yang dimaksud dengan ditetapkan lain adalah Ayat(1) Ketetapan MPR RI yang
mengatur status Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur lebih
Ayat (2)
cukup jelas
Pasal 119
cukup jelas
Pasal 120
cukup jelas
Pasal 121
cukup jelas
Pasal 122
Pengakuan keistinicwaan Propinsi Daerah Aceh didasarkan pada sejarah
perjuangan kemerdekaan nasional, sedangkan isi keistimewaannya berupa
pelaksanaan kehidupan beragama, adat, dan pendidikan serta
mempcrhatikan peranan ulama dalam penetapan kebijlakan Daerah.
Pengakuan keistimewaan Propinsi istimewa Yogyakarta didasarkan pada asal-
usul dan peranannya dalam sejarah perjuangan nasional, sedangkan isi
keistimewaannya adalah Pengangkatan Gubernur dengan mempertimbangkan
calon dari keturunan Sultan Yogyakarta dan Wakil Gubernur dengan
mempertimbangkan calon dari keturunan Paku Alam yang memenuhi syarat
sesuai dengan undang-undang ini.
Pasal 123
Cukup jelas
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
Pasal 126
Cukup jelas
Pasal 127
Cukup jelas
Pasal 128
Cukup jelas
Pasal 129
Cukup jelas
Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
Pasal 132
Ayat (1)
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan undang-
undang ini sudah harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu satu
tahun.
Ayat (2)
Pelaksanaan penataan dimulai sejak ditetapkannya undang-undang ini dan sudah
selesa dalam waktu dua tahun.
Pasal 133
Cukup jelas
Pasal 134
Cukup jelas
Menimbang :
Mengingat :
1. Pasal 1 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20 ayat (1), Pasal 23 ayat (4), dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang
Berkeadilan, Serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan
pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar- Daerah secara proporsional, demokratis,
adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah, sejalan
dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan
tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya;
2. Pemerintah Pusat adalah Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Otonomi Daerah adalah Otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Daerah Propinsi atau Bupati bagi Daerah Kabupaten
atau Walikota bagi Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Desentralisasi adalah Desentralisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Dekonsentrasi adalah Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Tugas Pembantuan adalah Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah salah satu Sekretariat dalam
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN, adalah suatu rencana
keuangan tahunan Negara yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD, adalah suatu
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
14. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi;
15. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak lain
sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk
membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan;
16. Anggaran Dekonsentrasi adalah pelaksanaan APBN di Daerah Propinsi, yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan Dekonsentrasi;
17. Anggaran Tugas Pembantuan adalah pelaksanaan APBN di Daerah dan Desa, yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan Tugas Pembantuan;
18. Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi;
19. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah
untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu;
20. Dokumen Daerah adalah semua dokumen yang diterbitkan Pemerintah Daerah yang bersifat
terbuka dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah.
BAB II
DASAR-DASAR PEMBIAYAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 2
(1) Penyelenggaraan tugas Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dibiayai atas beban
APBD.
(2) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah Propinsi dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dibiayai atas beban APBN.
(3) Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah dan Desa
dalam rangka Tugas Pembantuan dibiayai atas beban APBN.
(4) Penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur atau penyerahan
kewenangan atau penugasan Pemerintah Pusat kepada Bupati/Walikota diikuti dengan
pembiayaannya.
BAB III
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN
PELAKSANAAN DESENTRALISASI
Bagian Pertama
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah
Pasal 3
Bagian Kedua
Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pasal 4
Sumber Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri dari:
Pasal 5
(1) Ketentuan mengenai pajak Daerah dan retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
dan huruf b diatur dengan Undang-undang.
(2) Ketentuan mengenai perusahaan milik Daerah dan pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang
dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Dana Perimbangan
Pasal 6
a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam;
b. Dana Alokasi Umum;
c. Dana Alokasi Khusus.
(2) Penerimaan Negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dibagi dengan imbangan 10% (sepuluh persen)
untuk Pemerintah Pusat dan 90% (sembilan puluh persen) untuk Daerah.
(3) Penerimaaan Negara dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibagi dengan imbangan
20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah Pusat dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.
(4) 10% (sepuluh persen) penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan 20% (dua puluh persen) penerimaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang menjadi bagian dari Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibagikan kepada seluruh Kabupaten dan Kota.
(5) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor
perikanan dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah Pusat dan 80% (delapan
puluh persen) untuk Daerah.
(6) Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas alam yang dihasilkan
dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan sebagai berikut:
Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari wilayah Daerah setelah dikurangi
komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 85% (delapan puluh lima
persen) untuk Pemerintah Pusat dan 15% (lima belas persen) untuk Daerah.
Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari wilayah Daerah setelah dikurangi
komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 70% (tujuh puluh persen)
untuk Pemerintah Pusat dan 30% (tiga puluh persen) untuk Daerah.
Pasal 7
(1) Dana Alokasi Umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen) dari
Penerimaan Dalam Negeri yang ditetapkan dalam APBN.
(2) Dana Alokasi Umum untuk Daerah Propinsi dan untuk Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan masing-
masing 10% (sepuluh persen) dan 90% (sembilan puluh persen) dari Dana Alokasi Umum
sebagaimana yang ditetapkan pada ayat (1).
(3) Dalam hal terjadi perubahan kewenangan di antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota,
persentase Dana Alokasi Umum untuk Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan perubahan tersebut.
(4) Dana Alokasi Umum untuk suatu Daerah Propinsi tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah
Dana Alokasi Umum untuk seluruh Daerah Propinsi yang ditetapkan dalam APBN, dengan porsi
Daerah Propinsi yang bersangkutan.
(5) Porsi Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan proporsi bobot Daerah
Propinsi yang bersangkutan terhadap jumlah bobot semua Daerah Propinsi di seluruh Indonesia.
(6) Dana Alokasi Umum untuk suatu Daerah Kabupaten/Kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian
jumlah Dana Alokasi Umum untuk seluruh Daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam APBN
dengan porsi Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
(7) Porsi Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan proporsi bobot
Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan terhadap jumlah bobot semua Daerah Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia.
(9) Penghitungan dana alokasi umum berdasarkan rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5),
ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) dilakukan oleh Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Pasal 8
(1) Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk membantu
membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN.
a. kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum; dan/atau
b. kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional;
(3) Dana Alokasi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk yang berasal dari dana reboisasi.
a. 40% (empat puluh persen) dibagikan kepada Daerah penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus.
b. 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah Pusat.
(5) Kecuali dalam rangka reboisasi, Daerah yang mendapat pembiayaan kebutuhan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menyediakan dana pendamping dari APBD sesuai dengan kemampuan Daerah
yang bersangkutan.
Pasal 9
Besarnya jumlah Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) ditetapkan setiap
tahun anggaran dalam APBN.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penghitungan dan penyaluran atas bagian Daerah dari penerimaan
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), dan rumus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8), serta Dana Alokasi
Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pinjaman Daerah
Pasal 11
(1) Daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk membiayai sebagian
anggarannya.
(2) Daerah melakukan pinjaman dari sumber luar negeri melalui Pemerintah Pusat.
(3) Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang
merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali pinjaman, serta
memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat.
(4) Daerah dapat melakukan pinjaman jangka pendek guna pengaturan arus kas dalam rangka
pengelolaan kas Daerah.
Pasal 12
(1) Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilakukan dengan persetujuan DPRD.
(2) Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan Daerah untuk memenuhi kewajibannya.
(3) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, setiap perjanjian pinjaman yang dilakukan oleh Daerah
diumumkan dalam Lembaran Daerah.
Pasal 13
(1) Daerah dilarang melakukan Pinjaman Daerah yang menyebabkan terlampauinya batas jumlah
Pinjaman Daerah yang ditetapkan.
(2) Daerah dilarang melakukan perjanjian yang bersifat penjaminan sehingga mengakibatkan beban
atas keuangan Daerah.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 14
(1) Semua pembayaran yang menjadi kewajiban Daerah atas Pinjaman Daerah merupakan salah satu
prioritas dalam pengeluaran APBD.
(2) Dalam hal Daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas Pinjaman Daerah dari Pemerintah
Pusat, maka Pemerintah Pusat dapat memperhitungkan kewajiban tersebut dengan Dana Alokasi Umum
kepada Daerah.
Pasal 15
Pelaksanaan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kelima
Dana Darurat
Pasal 16
(1) Untuk keperluan mendesak kepada Daerah tertentu diberikan Dana Darurat yang berasal dari APBN.
(2) Prosedur dan tata cara penyaluran Dana Darurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.
BAB IV
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN DEKONSENTRASI
Pasal 17
(1) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi disalurkan kepada Gubernur melalui
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.
(2) Pertanggungjawaban atas pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Gubernur kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang bersangkutan.
(3) Administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan secara terpisah
dari administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Desentralisasi.
(5) Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih dari penerimaan terhadap pengeluaran dana
Dekonsentrasi, maka sisa anggaran lebih tersebut disetor ke Kas Negara.
(6) Pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh instansi pemeriksa keuangan Negara.
(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB V
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN
Pasal 18
(1) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan disalurkan kepada Daerah dan Desa
melalui Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menugaskannya.
(3) Administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan secara terpisah dari
administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan Desentralisasi.
(4) Penerimaan dan pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan Tugas Pembantuan
diadministrasikan dalam Anggaran Tugas Pembantuan.
(5) Dalam hal terdapat sisa anggaran lebih dari penerimaan terhadap pengeluaran dana Tugas
Pembantuan, maka sisa anggaran lebih tersebut disetor ke Kas Negara.
(6) Pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh instansi pemeriksa keuangan Negara.
(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pembiayaan pelaksanaan Tugas Pembantuan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB VI
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN DESENTRALISASI
Bagian Pertama
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan dalam
Pelaksanaan Desentralisasi
Pasal 19
(1) Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dicatat dan dikelola
dalam APBD.
(2) Semua penerimaan dan pengeluaran Daerah yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi
atau Tugas Pembantuan merupakan penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
(3) APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(4) APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD merupakan Dokumen Daerah.
Pasal 20
(1) APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBN
ditetapkan.
(2) Perubahan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya tahun anggaran.
(3) Perhitungan APBD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan.
Pasal 21
Pasal 22
(1) Daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan tertentu.
(2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicadangkan dari sumber penerimaan Daerah.
(3) Setiap pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
(4) Semua sumber penerimaan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan semua
pengeluaran atas beban dana cadangan diadministrasikan dalam APBD.
Pasal 23
(1) Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.
(2) Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan Daerah diatur dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai
dengan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Kedua
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
Pasal 24
a. pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan
Pasal 22;
b. kinerja keuangan Daerah dari segi efisiensi dan efektivitas keuangan dalam pelaksanaan
Desentralisasi.
(2) DPRD dalam sidang pleno terbuka menerima atau menolak dengan meminta untuk
menyempurnakan laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Keuangan Daerah
Pasal 25
Pasal 26
BAB VII
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH
Pasal 27
(2) Informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan data terbuka yang dapat diketahui masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan sistem informasi keuangan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 28
(1) Daerah wajib menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan Daerah kepada
Pemerintah Pusat termasuk Pinjaman Daerah.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB VIII
SEKRETARIAT BIDANG PERIMBANGAN KEUANGAN
PUSAT DAN DAERAH
Pasal 29
(1) Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah bertugas mempersiapkan
rekomendasi Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengenai perimbangan keuangan Pusat
dan Daerah serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur
dengan Keputusan Presiden.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan Daerah sepanjang tidak
bertentangan dan belum disesuaikan dengan Undang-undang ini masih tetap berlaku.
Pasal 31
(1) Dalam APBN dapat dialokasikan dana untuk langsung membiayai urusan Desentralisasi
selain dari sumber penerimaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Ketentuan pada ayat (1) hanya berlaku paling lama 2 (dua) tahun anggaran sejak
diundangkannya Undang-undang ini.
(3) Pembiayaan langsung dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari
ketentuan Pasal 19 ayat (1).
(4) Setiap tahun anggaran, menteri-menteri teknis terkait menyusun laporan semua proyek
dan kegiatan yang diperinci menurut:
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada DPR.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 32 Tahun 1956 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Negara Dengan Daerah-daerah, Yang Berhak Mengurus Rumah-Tangganya Sendiri
(Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1442) dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 33
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 19 Mei 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
ttd
UMUM
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai
masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1
Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Selanjutnya dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya menyatakan
bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip
otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan
demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani
yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai sub sistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
Sebagai daerah otonom, Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan
kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan
pertanggung-jawaban kepada masyarakat.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi Daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab di Daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan Daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah
merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari bagian Daerah dari Pajak Bumi dan
Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, serta
dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, mengingat tujuan masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,
dan penerimaan dari sumber daya alam, merupakan sumber penerimaan yang pada dasarnya memperhatikan
potensi daerah penghasil. Dana alokasi umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan
memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan
masyarakat di Daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dengan daerah yang belum
berkembang dapat diperkecil. Dana alokasi khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-
kebutuhan khusus Daerah. Di samping itu untuk menanggulangi keadaan mendesak seperti bencana alam,
kepada Daerah dapat dialokasikan Dana Darurat. Dengan demikian, Undang-undang ini selain memberikan
landasan pengaturan bagi pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, juga memberikan
landasan bagi perimbangan keuangan antar Daerah.
Dalam pelaksanaan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tersebut perlu
memperhatikan kebutuhan pembiayaan bagi pelaksanaan kewenangan yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat, antara lain pembiayaan bagi politik luar negeri, pertahanan-keamanan, peradilan,
pengelolaan moneter dan fiskal, agama, serta kewajiban pengembalian pinjaman Pemerintah Pusat.
Undang-undang ini juga mengatur mengenai kewenangan Daerah untuk membentuk Dana Cadangan yang
bersumber dari penerimaan Daerah, serta sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam
pelaksanaan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Pertanggungjawaban keuangan dalam
rangka desentralisasi dilakukan oleh Kepala Daerah kepada DPRD. Berbagai laporan keuangan Daerah
ditempatkan dalam dokumen Daerah agar dapat diketahui oleh masyarakat sehingga terwujud
keterbukaan.
Dalam pengelolaan keuangan Daerah. Dalam hal pemeriksaan keuangan Daerah dilakukan oleh instansi
pemeriksa fungsional. Di samping itu, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan sistem alokasi kepada
Daerah, diatur pula sistem informasi keuangan daerah dan menetapkan Sekretariat Bidang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang bertugas mempersiapkan rekomendasi mengenai perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 1956 tidak dapat dilaksanakan sesuai yang diharapkan, karena antara lain beberapa faktor
untuk menghitung pembagian keuangan kepada Daerah belum memungkinkan untuk dipergunakan. Selain
itu, berbagai jenis pajak yang merupakan sumber bagi pelaksanaan perimbangan keuangan tersebut saat ini
sudah tidak diberlakukan lagi melalui berbagai peraturan perundangan serta adanya kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang berkembang dalam mendukung otonomi daerah, maka perlu ditetapkan Undang-undang
yang mengatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Berdasarkan uraian di atas, Undang-undang ini mempunyai tujuan pokok antara lain :
Pasal 1
Pasal ini menegaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam Undang-undang ini, dengan maksud untuk
menyamakan pengertian atas istilah-istilah tersebut, sehingga dapat dihindarkan kesalahpahaman dalam
menafsirkannya.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Penyerahan atau pelimpahan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur atau Bupati/Walikota
dapat dilakukan dalam rangka Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Setiap penyerahan
atau pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah dalam rangka Desentralisasi dan
Dekonsentrasi disertai dengan pengalihan sumber daya manusia, dan sarana serta pengalokasian anggaran
yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penyerahan dan pelimpahan kewenangan tersebut.
Sementara itu, penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah dalam rangka Tugas
Pembantuan disertai pengalokasian anggaran.
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Lain-lain penerimaan yang sah, antara lain, hibah, Dana Darurat, dan penerimaan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain,
bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik Daerah.
Huruf d
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain, hasil penjualan aset tetap Daerah dan jasa giro.
Pasal 5
Ayat (1)
Jenis-jenis pajak Daerah dan retribusi Daerah disesuaikan dengan kewenangan yang diserahkan kepada Daerah
Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan mengubah Undang-undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Dana Perimbangan yang terdiri dari 3 (tiga) jenis sumber dana, merupakan sumber pembiayaan
pelaksanaan Desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, mengingat tujuan
masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Huruf a
Yang dimaksud dengan bagian Daerah dari penerimaan sumber daya alam adalah bagian Daerah dari
penerimaan Negara yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam, antara lain, di bidang pertambangan
umum, pertambangan minyak dan gas alam, kehutanan, dan perikanan.
Huruf b
Penggunaan dana ini ditetapkan sepenuhnya oleh Daerah.
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Pembagian lebih lanjut antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (3)
Pembagian lebih lanjut antara Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Bagian Daerah yang berasal dari penerimaan sumber daya alam dari sektor kehutanan, sektor
pertambangan umum, dan sektor perikanan yang diterima dari Pemerintah Pusat ditetapkan sebagai
berikut:
1) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan dibagi dengan perincian:
2) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan Provisi Sumber Daya Hutan dibagi dengan perincian:
1) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan Iuran Tetap (Land-rent) dibagi dengan perincian:
2) 80% (delapan puluh persen) dari penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalty)
dibagi dengan perincian:
Ayat (6)
Huruf a
Bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a ini dibagi dengan perincian sebagai berikut:
i. bagian Propinsi yang bersangkutan sebesar 3% (tiga persen);
ii. bagian Kabupaten/Kota penghasil sebesar 6% (enam persen);
iii. bagian Kabupaten/Kota lainnya dalam Propinsi yang bersangkutan sebesar 6% (enam
persen).
Huruf b
Bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b ini dibagi dengan perincian sebagai berikut:
Pasal 7
Ayat (1)
Dana Alokasi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakan jumlah seluruh alokasi umum untuk
Daerah Propinsi dan untuk Daerah Kabupaten/Kota.
Kenaikan Dana Alokasi Umum akan sejalan dengan penyerahan dan pengalihan kewenangan Pemerintah Pusat
kepada Daerah dalam rangka Desentralisasi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Penyesuaian persentase sebagaimana dimaksud pada ayat ini ditetapkan dalam APBN.
Ayat (8)
Bobot Daerah ditentukan berdasarkan hasil kajian empiris dengan memperhitungkan variabel- variabel yang
relevan.
a. Kebutuhan wilayah otonomi Daerah paling sedikit dapat dicerminkan dari variabel jumlah
penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat dengan
memperhatikan kelompok masyarakat miskin.
b. Potensi ekonomi Daerah antara lain dapat dicerminkan dengan potensi penerimaan yang diterima
Daerah seperti potensi industri, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, dan
Produk Domestik Regional Bruto.
Ayat (9)
Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah juga menyusun dan atau menjaga
kemutakhiran data yang merupakan variabel dalam rumus tersebut. Dengan demikian Sekretariat Bidang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai instansi yang objektif dan independen dapat menjaga
keterbukaan dan transparansi dalam pengalokasian Dana Alokasi Umum.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus, adalah kebutuhan yang
bersifat khusus yang tidak sama dengan kebutuhan Daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan
transmigrasi, dan kebutuhan beberapa jenis investasi/prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan
terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer.
Huruf b
Termasuk, antara lain, proyek yang dibiayai donor dan proyek-proyek kemanusiaan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Huruf a
Dana reboisasi sebagaimana dalam ayat (4) huruf a ini hanya digunakan untuk pembiayaan
kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh Daerah penghasil.
Huruf b
Dana reboisasi sebagaimana dalam ayat (4) huruf b ini digunakan untuk pembiayaan kegiatan reboisasi secara
nasional oleh Pemerintah Pusat.
Ayat (5)
Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawab Daerah dalam pembiayaan program-program yang
merupakan kebutuhan khusus tersebut, maka perlu penyediaan dana dari sumber APBD sebagai
pendamping atas Dana Alokasi Khusus dari APBN.
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
a. tata cara penghitungan dan penyaluran bagian Daerah dari penerimaan Negara yang berasal dari
pembagian Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, sumber
daya alam sektor kehutanan, sektor
b. pertambangan umum, sektor pertambangan minyak dan gas alam, dan sektor perikanan untuk
Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
rumus Dana Alokasi Umum yang memuat bobot Daerah Propinsi, bobot Daerah Kabupaten/Kota,
mekanisme penyaluran bagian Daerah kepada Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
c. Dana Alokasi Khusus yang memuat persentase minimum dana pendamping, sektor/kegiatan yang
tidak dapat dibiayai, penggunaan Dana Alokasi Khusus, dan peranan menteri yang membidangi
perencanaan pembangunan nasional dan menteri teknis terkait serta mekanisme penyaluran
bagian Daerah kepada Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 11
Ayat (1)
Pinjaman dalam negeri dapat bersumber dari Pemerintah Pusat dan/atau lembaga komersial dan/atau
penerbitan obligasi Daerah.
Ayat (2)
Mekanisme pinjaman dari sumber luar negeri melalui Pemerintah Pusat mengandung pengertian bahwa
Pemerintah Pusat akan melakukan evaluasi dari berbagai aspek mengenai dapat tidaknya usulan Pinjaman
Daerah untuk diproses lebih lanjut. Dengan demikian pemrosesan lebih lanjut usulan Pinjaman Daerah secara
tidak langsung sudah mencerminkan persetujuan Pemerintah Pusat atas usulan termaksud.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan pinjaman jangka panjang adalah Pinjaman Daerah dengan jangka waktu lebih dari
satu tahun dengan persyaratan bahwa biaya pembayaran kembali pinjaman, berupa pokok pinjaman
dan/atau bunga dan/atau semua biaya lain, sebagian atau seluruhnya akan dilunasi pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Jangka waktu pinjaman jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi umur ekonomis
prasarana tersebut.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pinjaman jangka pendek adalah Pinjaman Daerah dengan jangka waktu kurang atau
sama dengan satu tahun dengan persyaratan bahwa biaya pembayaran kembali pinjaman, berupa pokok
pinjaman dan/atau bunga dan/atau semua biaya lain, akan dilunasi seluruhnya dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.
Pasal 12
Ayat (1)
Persetujuan DPRD terhadap usulan Pemerintah Daerah untuk mendapatkan pinjaman dilakukan secara
seksama dengan mempertimbangkan, antara lain, kemampuan Daerah untuk membayar dan batas
maksimum pinjaman.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kemampuan Daerah untuk memenuhi kewajibannya adalah kemampuan Daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluaran, baik atas kewajiban pinjaman tersebut maupun pengeluaran
lainnya seperti gaji pegawai serta biaya operasional dan pemeliharaan.
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan agar terdapat keterbukaan dan pertanggungjawaban yang jelas kepada
masyarakat tentang kewajiban pinjaman tersebut.
Pasal 13
Ayat (1)
Batas jumlah Pinjaman Daerah adalah jumlah pinjaman maksimum yang dapat diterima oleh Daerah
dengan memperhatikan indikator kemampuan Daerah untuk meminjam maupun dalam pengembalian
pinjaman, yaitu suatu rasio yang menunjukkan tersedianya sejumlah dana dalam periode waktu tertentu
untuk menutup kewajiban pembayaran pinjaman.
Ayat (2)
Penjaminan yang dimaksud pada ayat ini adalah penjaminan Daerah terhadap antara lain pinjaman
perusahaan milik Daerah dan pinjaman swasta dalam rangka pelaksanaan proyek Daerah.
Ayat (3)
Peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain, adalah Undang-undang Tindak Pidana Korupsi,
Undang-undang Kepegawaian, Undang-undang Perbendaharaan Negara, dan KUHP.
Pasal 14
Ayat (1)
Dengan menempatkan kewajiban Daerah atas pinjaman Daerah sebagai salah satu prioritas dalam
pengeluaran APBD, pemenuhan kewajiban termaksud diharapkan mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan pengeluaran lain yang harus diprioritaskan Daerah, misalnya pengeluaran yang apabila tidak
dilakukan dapat menimbulkan kerawanan sosial. Dengan demikian pemenuhan kewajiban atas pinjaman
Daerah tidak dapat dikesampingkan apabila target penerimaan APBD tidak tercapai.
Ayat (2)
Pelaksanaan ketentuan ayat ini dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan keuangan Daerah.
Pasal 15
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, jenis dan sumber pinjaman, sektor yang
dapat dibiayai dengan dana pinjaman, batas maksimum pinjaman, jangka waktu pinjaman, dan tata cara
mendapatkan pinjaman.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keperluan mendesak adalah terjadinya keadaan yang sangat luar biasa yang tidak
dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan pembiayaan dari APBD, yaitu bencana alam dan/atau peristiwa
lain yang dinyatakan Pemerintah Pusat sebagai bencana nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Kewenangan dan tanggung jawab sehubungan dengan pembiayaan dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi, mengacu pada peraturan perundang-undangan mengenai APBN dan perbendaharaan negara.
Dana pembiayaan pelaksanaan Dekonsentrasi tersebut tidak merupakan penerimaan APBD.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, pengalokasian dan pengadministrasian
keuangan pelaksanaan Dekonsentrasi oleh Gubernur beserta perangkatnya, yang meliputi sistem dan prosedur
perencanaan, pelaksanaan pemeriksaan/pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan, sesuai dengan
mekanisme keuangan Negara yang berlaku bagi APBN.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, bentuk dan struktur Anggaran Tugas
Pembantuan, pengalokasian dan pengadministrasian keuangan pelaksanaan Tugas Pembantuan oleh
Gubernur beserta perangkatnya, yang meliputi sistem dan prosedur perencanaan, pelaksanaan
pemeriksaan/pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan, sesuai mekanisme keuangan Negara yang
berlaku bagi APBN.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dicatat dan dikelola dalam APBD termasuk dicatat dan dikelola dalam perubahan dan
perhitungan APBD.
Ayat (2)
Ketentuan ini untuk menjamin bahwa semua penerimaan dan pengeluaran yang dikelola Gubernur atau
Bupati/Walikota dengan perangkatnya digolongkan dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi atau dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi atau dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Sebagai contoh
pungutan Puskesmas merupakan penerimaan dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dan
diadministrasikan dalam APBD.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 21
Ketentuan Pasal ini berarti Daerah tidak boleh menganggarkan pengeluaran tanpa kepastian terlebih
dahulu mengenai ketersediaan sumber pembiayaannya dan mendorong Daerah untuk meningkatkan
efisiensi pengeluarannya.
Pasal 22
Ayat (1)
Ketentuan ayat ini memberi peluang kepada Daerah apabila diperlukan untuk membentuk dana cadangan
bagi kebutuhan pengeluaran yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan
dalam satu tahun anggaran.
Ayat (2)
Dana cadangan dapat disediakan dari sisa anggaran lebih tahun lalu dan/atau sumber
pendapatan Daerah.
Ayat (3)
Peraturan Daerah tersebut, antara lain, menetapkan tujuan dana cadangan, sumber pendanaan dana
cadangan, dan jenis pengeluaran yang dapat dibiayai dengan dana cadangan tersebut.
Ayat (4)
Dana cadangan dibentuk dan diadministrasikan secara terbuka, tidak dirahasiakan, disimpan dalam bentuk
kas atau yang mudah diuangkan, dan semua transaksi harus dicantumkan dalam APBD.
Diadministrasikan dalam APBD berarti dicatat saldo awal, semua penerimaan dan pengeluaran, serta saldo
akhir dalam bentuk rincian dana cadangan tersebut.
Pasal 23
Ayat (1)
Pokok-pokok muatan Peraturan Daerah tersebut, antara lain, kerangka dan garis besar prosedur penyusunan
APBD, kewenangan keuangan Kepala Daerah dan DPRD, prinsip-prinsip pengelolaan kas, otorisasi
pengeluaran kas, tata cara pengadaan barang dan jasa, prosedur melakukan pinjaman, dan
pertanggungjawaban keuangan.
Ayat (2)
Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan Daerah meliputi, antara lain, struktur organisasi, dokumentasi,
dan prosedur terperinci dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan, yang bertujuan untuk mengoptimalkan
efektivitas, efisiensi, dan keamanan. Selain itu, sistem dan prosedur tersebut harus dapat menyediakan
informasi kepada Pemerintah Pusat secara akurat dan tepat pada waktunya.
Pasal 24
Ayat (1)
Laporan pertanggungjawaban keuangan tersebut dinyatakan dalam satu bentuk laporan.
Ayat (2)
Penolakan laporan oleh DPRD harus disertai dengan alasannya.
Proses lebih lanjut dari penolakan pertanggungjawaban Kepala Daerah tersebut mengikuti mekanisme
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Pasal 27
Ayat (1)
Sumber informasi bagi sistem informasi keuangan Daerah terutama adalah laporan informasi APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1).
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pokok-pokok muatan Keputusan Menteri Keuangan tersebut, antara lain, instansi yang bertanggung jawab
menyusun dan memelihara sistem informasi keuangan Daerah, prosedur perolehan informasi yang
diperlukan, dan tata cara penyediaan informasi kepada instansi pemerintah dan masyarakat.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara lain, jenis informasi, bentuk laporan informasi, tata
cara penyusunan, dan penyampaian informasi kepada Menteri teknis terkait.
Pasal 29
Ayat (1)
Rekomendasi tersebut, antara lain, mengenai penentuan besarnya Dana Alokasi Umum untuk tiap-tiap
Daerah berdasarkan rumus yang telah ditetapkan dan kebijakan pembiayaan Daerah.
Ayat (2)
Pokok-pokok muatan Keputusan Presiden tersebut, antara lain, jumlah dan kualifikasi anggota, tata cara
pengangkatan, masa kerja, serta tugas dan tanggung jawab anggota Sekretariat.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Ayat ini memungkinkan pengalokasian dana APBN guna membiayai urusan Desentralisasi secara
langsung untuk masa peralihan dua tahun anggaran. Ketentuan ini, antara lain,
memungkinkan dana APBN untuk menyelesaikan proyek yang pelaksanaannya telah dimulai dengan dana
APBN sektoral sebelum berlakunya Undang-undang ini. Ketentuan ini bertujuan untuk mengurangi secara
bertahap, dalam jangka waktu dua tahun tersebut, jumlah anggaran pembiayaan urusan Desentralisasi yang
sebelumnya dibiayai langsung dari Pusat melalui departemen teknis.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan setiap tahun anggaran dalam ketentuan ini adalah untuk 2 (dua) tahun anggaran dalam
masa peralihan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
MEMUTUSKAN:
1
PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
.
Pasal 1
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang
berlaku secara nasional.
Pasal 2
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
2
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 19 TAHUN 2007 TANGGAL 23 MEI 2007
A. PERENCANAAN PROGRAM
1. Visi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan visi serta
mengembangkannya.
b. Visi sekolah/madrasah:
1) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah
dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang
akan datang;
2) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada
warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
3) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga
sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan,
selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan
nasional;
4) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan
komite sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
6) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
2. Misi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan misi serta
mengembangkannya.
b. Misi sekolah/madrasah:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu
tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu
lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah;
3
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan
dengan program sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan
kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
3. Tujuan Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya.
b. Tujuan sekolah/madrasah:
1) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam
jangka menengah (empat tahunan);
2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
3) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah
ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah;
4) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh
kepala sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan.
4
1) disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan
pertimbangan dari komite sekolah/madrasah dan disahkan
berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada
sekolah/madrasah swasta rencana kerja ini disahkan
berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah;
2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-
pihak yang terkait.
c. Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan
persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite
sekolah/madrasah.
d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan
sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
1) kesiswaan;
2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
4) sarana dan prasarana;
5) keuangan dan pembiayaan;
6) budaya dan lingkungan sekolah;
7) peranserta masyarakat dan kemitraan;
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada
peningkatan dan pengembangan mutu.
1. Pedoman Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang
mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
b. Perumusan pedoman sekolah/madrasah:
1) mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah;
2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
c. Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:
1) kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
2) kalender pendidikan/akademik;
3) struktur organisasi sekolah/madrasah;
4) pembagian tugas di antara guru;
5
5) pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
6) peraturan akademik;
7) tata tertib sekolah/madrasah;
8) kode etik sekolah/madrasah;
9) biaya operasional sekolah/madrasah.
d. Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk
pelaksanaan operasional.
e. Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian
tugas pendidik dan tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala
tahunan, sementara lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.
6
c. Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan
pelaksanaan pengelolaan bidang akademik pada rapat dewan
pendidik dan bidang non-akademik pada rapat komite
sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran
yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan
berikutnya.
4. Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk
pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta
didik yang meliputi:
1) Kriteria calon peserta didik:
a) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun,
pengecualian terhadap usia peserta didik yang kurang
dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi
tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti konselor
sekolah/madrasah maupun psikolog;
b) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, intelektual, mental,
sensorik, dan/atau sosial;
c) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau
satuan pendidikan bentuk lainnya yang sederajat;
d) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat
yang telah lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan
pendidikan lainnya yang sederajat.
2) Penerimaan peserta didik sekolah/madrasah dilakukan:
a) secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana
tertuang dalam aturan sekolah/madrasah;
b) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender,
agama, etnis, status sosial, kemampuan ekonomi bagi
SD/MI, SMP/MTs penerima subsidi dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah;
c) berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK,
MA/MAK, dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK;
d) sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan
pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan
pengawasan guru.
b. Sekolah/Madrasah:
7
1) memberikan layanan konseling kepada peserta didik;
2) melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para
peserta didik;
3) melakukan pembinaan prestasi unggulan;
4) melakukan pelacakan terhadap alumni.
8
1) Sekolah/Madrasah menyusun kalender pendidikan/akademik
yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan
ekstrakurikuler, dan hari libur.
2) Penyusunan kalender pendidikan/akademik:
a) didasarkan pada Standar Isi;
b) berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah/madrasah
selama satu tahun dan dirinci secara semesteran,
bulanan, dan mingguan;
c) diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan
oleh kepala sekolah/madrasah.
3) Sekolah/Madrasah menyusun jadwal penyusunan KTSP.
4) Sekolah/Madrasah menyusun mata pelajaran yang
dijadwalkan pada semester gasal, dan semester genap.
c. Program Pembelajaran
1) Sekolah/Madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan
tambahan yang dipilihnya.
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta
Standar Proses dan Standar Penilaian.
3) Mutu pembelajaran di sekolah/madrasah dikembangkan
dengan:
a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
Standar Proses;
b) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis,
mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan
dialogis;
c) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan
kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan
aktivitas intelektual yang berupa berpikir,
berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji,
menemukan, dan memprediksi;
d) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara
aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai
pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru.
9
4) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang
diampunya agar peserta didik mampu:
a) meningkat rasa ingin tahunya;
b) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten
sesuai dengan tujuan pendidikan;
c) memahami perkembangan pengetahuan dengan
kemampuan mencari sumber informasi;
d) mengolah informasi menjadi pengetahuan;
e) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah;
f) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
g) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan
proporsi yang wajar.
5) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab terhadap
kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan Pemerintah.
6) Kepala SD/MI/SDLB/SMPLB/SMALB, wakil kepala SMP/MTs,
dan wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK bidang kurikulum
bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
dengan cara:
a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
b) menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi,
inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran;
c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang
tersedia secara efektif dan efisien;
d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan
peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang
bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari
yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat;
e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas
kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya;
f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat
menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki
motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang
1
tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir
logis dalam menyelesaikan masalah.
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
1) Sekolah/Madrasah menyusun program penilaian hasil belajar
yang berkeadilan, bertanggung jawab dan
berkesinambungan.
2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada
Standar Penilaian Pendidikan.
3) Sekolah/Madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh
kelompok mata pelajaran, dan membuat catatan
keseluruhan, untuk menjadi bahan program remedial,
klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan, laporan
kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan
kelas atau kelulusan, dan dokumentasi.
4) Seluruh program penilaian hasil belajar disosialisasikan
kepada guru.
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik,
berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan program
termasuk temuan penguji eksternal dalam rangka
mendapatkan rencana penilaian yang lebih adil dan
bertanggung jawab.
6) Sekolah/Madrasah menetapkan prosedur yang mengatur
transparansi sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian
formal yang berkelanjutan.
7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah
dinilai.
8) Sekolah/Madrasah menetapkan petunjuk pelaksanaan
operasional yang mengatur mekanisme penyampaian
ketidakpuasan peserta didik dan penyelesaiannya mengenai
penilaian hasil belajar.
9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang
diajarkan.
10) Seperangkat metode penilaian perlu disiapkan dan
digunakan secara terencana untuk tujuan diagnostik,
formatif dan sumatif, sesuai dengan metode/strategi
pembelajaran yang digunakan.
11) Sekolah/Madrasah menyusun ketentuan pelaksanaan
penilaian hasil belajar sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan.
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau,
didokumentasikan secara sistematis, dan digunakan sebagai
1
balikan kepada peserta didik untuk perbaikan secara
berkala.
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti kesahihan,
keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan
metode penilaian.
14) Sekolah/Madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang
tua peserta didik, komite sekolah/madrasah, dan institusi di
atasnya.
e. Peraturan Akademik
1) Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan Peraturan
Akademik.
2) Peraturan Akademik berisi:
a) persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti
pelajaran dan tugas dari guru;
b) ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan
kelas, dan kelulusan;
c) ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan
fasilitas belajar, laboratorium, perpustakaan, penggunaan
buku pelajaran, buku referensi, dan buku perpustakaan;
d) ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru
mata pelajaran, wali kelas, dan konselor.
3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik
dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.
1
d. Sekolah/Madrasah perlu mendukung upaya:
1) promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas
kemanfaatan, kepatutan, dan profesionalisme;
2) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang
diidentifikasi secara sistematis sesuai dengan aspirasi
individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah/madrasah;
3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan
kebutuhan baik jumlah maupun kualifikasinya dengan
menetapkan prioritas;
4) mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain
didasarkan pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi
tugas oleh pimpinan tertinggi sekolah/madrasah yang
dilakukan setelah empat tahun, tetapi bisa diperpanjang
berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,
sedangkan untuk tenaga kependidikan tambahan tidak ada
mutasi.
e. Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
1) kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah;
2) wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah;
3) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
bidang kurikulum;
4) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
sarana prasarana;
5) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kesiswaan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
peserta didik;
6) wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola kemitraan dengan dunia
usaha dan dunia industri;
7) guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi,
mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga
menjadi manusia berkualitas dan mampu
1
mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara
optimum;
8) konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik;
9) pelatih/instruktur melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik
pada kegiatan pelatihan;
10) tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar di
perpustakaan;
11) tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya membantu guru mengelola kegiatan praktikum di
laboratorium;
12) teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana
dan prasarana pembelajaran;
13) tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan administratif;
14) tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam memberikan layanan kebersihan
lingkungan.
1
d. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan
peserta didik.
e. Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:
1) direncanakan secara sistematis agar selaras dengan
pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar
Sarana dan Prasarana;
2) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang
meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.
f. Pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah perlu:
1) menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman
buku dan bahan pustaka lainnya;
2) merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan
pustaka lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
pendidik;
3) membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari
kerja;
4) melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik
internal maupun eksternal;
5) menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan
dari sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta.
g. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi
dengan manual yang jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan yang
dapat menimbulkan kerusakan.
h. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler
disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler
peserta didik dan mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana.
1
3) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah
dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan
peruntukannya;
4) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta
penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite
sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya.
c. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah/madrasah diputuskan oleh komite sekolah/madrasah dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah serta mendapatkan
persetujuan dari institusi di atasnya.
d. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
sekolah/madrasah disosialisasikan kepada seluruh warga
sekolah/madrasah untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana
secara transparan dan akuntabel.
1
1) hubungan sesama warga di dalam lingkungan
sekolah/madrasah dan hubungan antara warga
sekolah/madrasah dengan masyarakat;
2) sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang
mematuhi dan sangsi bagi yang melanggar.
f. Kode etik sekolah/madrasah ditanamkan kepada seluruh warga
sekolah/madrasah untuk menegakkan etika sekolah/madrasah.
g. Sekolah/Madrasah perlu memiliki program yang jelas untuk
meningkatkan kesadaran beretika bagi semua warga
sekolah/madrasahnya.
h. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur peserta didik
memuat norma untuk:
1) menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya;
2) menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi
ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua peraturan
yang berlaku;
4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan
harmoni sosial di antara teman;
5) mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama;
6) mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta
7) menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan,
ketertiban, keamanan, keindahan, dan kenyamanan
sekolah/madrasah.
i. Peserta didik dalam menjaga norma pendidikan perlu mendapat
bimbingan dengan keteladanan, pembinaan dengan membangun
kemauan, serta pengembangan kreativitas dari pendidik dan
tenaga kependidikan.
j. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur guru dan tenaga
kependidikan memasukkan larangan bagi guru dan tenaga
kependidikan, secara perseorangan maupun kolektif, untuk:
1) menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian
sekolah/madrasah, dan/atau perangkat sekolah lainnya baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada peserta
didik;
2) memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau
les kepada peserta didik;
3) memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung
maupun tidak langsung yang bertentangan dengan
peraturan dan undang-undang;
1
4) melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang mencederai integritas hasil Ujian
Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional.
k. Kode etik sekolah/madrasah diputuskan oleh rapat dewan
pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.
1. Program Pengawasan
a. Sekolah/Madrasah menyusun program pengawasan secara
obyektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
b. Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah
didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan.
1
c. Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan.
d. Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
hasil pengawasan.
e. Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh
komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga
perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan
berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas pengelolaan.
f. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas
sekolah/madrasah.
g. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-
kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala
sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta didik.
h. Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas
masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang
ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah. kepala
sekolah/madrasah, secara terus menerus melakukan pengawasan
pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i. Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada
komite sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.
j. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah
kepada bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang
bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.
k. Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah
kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada
madrasah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada
madrasah terkait.
l. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah/madrasah, termasuk memberikan
sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.
m. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan
tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam
pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.
1
2. Evaluasi Diri
a. Sekolah/Madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah/madrasah.
b. Sekolah/Madrasah menetapkan prioritas indikator untuk
mengukur, menilai kinerja, dan melakukan perbaikan dalam
rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.
c. Sekolah/Madrasah melaksanakan:
1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-
kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester
akademik;
2) evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-
kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun
anggaran sekolah/madrasah.
d. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasar
pada data dan informasi yang sahih.
2
5. Akreditasi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Sekolah/Madrasah meningkatkan status akreditasi, dengan
menggunakan lembaga akreditasi eksternal yang memiliki
legitimasi.
c. Sekolah/Madrasah harus terus meningkatkan kualitas
kelembagaannya secara holistik dengan menindaklanjuti saran-
saran hasil akreditasi.
D. KEPEMIMPINAN SEKOLAH/MADRASAH
1. Setiap sekolah/madrasah dipimpin oleh seorang kepala
sekolah/madrasah.
2. Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah
berdasarkan ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga
kependidikan.
3. Kepala SMP/MTs/SMPLB dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala
sekolah/madrasah.
4. Kepala SMA/MA dibantu minimal tiga wakil kepala sekolah/madrasah
untuk bidang akademik, sarana-prasarana, dan kesiswaan. Sedangkan
kepala SMK dibantu empat wakil kepala sekolah untuk bidang
akademik, sarana-prasarana, kesiswaan, dan hubungan dunia usaha
dan dunia industri. Dalam hal tertentu atau sekolah/madrasah yang
masih dalam taraf pengembangan, kepala sekolah/madrasah dapat
menugaskan guru untuk melaksanakan fungsi wakil kepala
sekolah/madrasah.
5. Wakil kepala sekolah/madrasah dipilih oleh dewan pendidik, dan
proses pengangkatan serta keputusannya, dilaporkan secara tertulis
oleh kepala sekolah/madrasah kepada institusi di atasnya. Dalam hal
sekolah/madrasah swasta, institusi dimaksud adalah penyelenggara
sekolah/madrasah.
6. Kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan
memimpin yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkannya dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan sesuai dengan Standar
Pengelolaan Satuan Pendidikan.
7. Kepala sekolah/madrasah:
a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
2
c. menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekolah/madrasah;
d. membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan
untuk pelaksanaan peningkatan mutu;
e. bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah;
f. melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan
penting sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta,
pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara
sekolah/madrasah;
g. berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang
tua peserta didik dan masyarakat;
h. menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian
penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan
dan kode etik;
i. menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta
didik;
j. bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai
pelaksanaan kurikulum;
k. melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta
memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja
sekolah/madrasah;
l. meningkatkan mutu pendidikan;
m. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya;
n. memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan
visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan
didukung oleh komunitas sekolah/madrasah;
o. membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan
sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang kondusif bagi
proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para
guru dan tenaga kependidikan;
p. menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber
daya sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar
yang aman, sehat, efisien, dan efektif;
q. menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat, dan komite sekolah/madrasah menanggapi
kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan
memobilisasi sumber daya masyarakat;
2
r. memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
8. Kepala sekolah/madrasah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan
kewenangan kepada wakil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan
bidangnya.
F. PENILAIAN KHUSUS
Keberadaan sekolah/madrasah yang pengelolaannya tidak mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan Pemerintah
atas dasar rekomendasi BSNP.
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
BAMBANG SUDIBYO
2
2
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 19 TAHUN 2007 TANGGAL 23 MEI 2007
A. PERENCANAAN PROGRAM
1. Visi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan visi serta
mengembangkannya.
b. Visi sekolah/madrasah:
1) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
2) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
3) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah
dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di
atasnya serta visi pendidikan nasional;
4) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan;
6) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
2. Misi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan misi serta
mengembangkannya.
b. Misi sekolah/madrasah:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan
yang diharapkan oleh sekolah/madrasah;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan
satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;
1
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan
oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
3. Tujuan Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya.
b. Tujuan sekolah/madrasah:
1) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka
menengah (empat tahunan);
2) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan
dengan kebutuhan masyarakat;
3) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan Pemerintah;
4) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan
pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
5) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan.
2
d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas.
e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
1) kesiswaan;
2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
4) sarana dan prasarana;
5) keuangan dan pembiayaan;
6) budaya dan lingkungan sekolah;
7) peranserta masyarakat dan kemitraan;
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu.
3
2. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah
a. Struktur organisasi sekolah/madrasah berisi tentang sistem penyelenggaraan
dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.
b. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan
penyelenggaraan dan administrasi sekolah/madrasah.
c. Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi sekolah/madrasah:
1) memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan
tanggungjawab yang jelas untuk menyelenggarakan administrasi secara
optimal;
2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektifitas mekanisme kerja
pengelolaan sekolah;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan
pendapat dari komite sekolah/madrasah.
4. Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan
operasional mengenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi:
1) Kriteria calon peserta didik:
a) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian
terhadap usia peserta didik yang kurang dari 6 (enam) tahun
dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari pihak yang
berkompeten, seperti konselor sekolah/madrasah maupun psikolog;
b) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau
sosial;
c) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan
pendidikan bentuk lainnya yang sederajat;
4
d) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah
lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang
sederajat.
2) Penerimaan peserta didik sekolah/madrasah dilakukan:
a) secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang
dalam aturan sekolah/madrasah;
b) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis,
status sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/MTs
penerima subsidi dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
c) berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK,
dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK;
d) sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan
lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan guru.
b. Sekolah/Madrasah:
1) memberikan layanan konseling kepada peserta didik;
2) melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta
didik;
3) melakukan pembinaan prestasi unggulan;
4) melakukan pelacakan terhadap alumni.
5
penyusunan KTSP Pendidikan Agama (PA) tingkat SD dan SMP
dikoordinasi, disupervisi, dan difasilitasi oleh Kantor Departemen
Agama Kabupaten/Kota, sedangkan untuk SDLB, SMPLB, SMALB,
SMA dan SMK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama.
9) Penyusunan KTSP tingkat MI dan MTs dikoordinasi, disupervisi, dan
difasilitasi oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota,
sedangkan MA dan MAK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi.
b. Kalender Pendidikan
1) Sekolah/Madrasah menyusun kalender pendidikan/akademik yang
meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler,
dan hari libur.
2) Penyusunan kalender pendidikan/akademik:
a) didasarkan pada Standar Isi;
b) berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah/madrasah selama
satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan;
c) diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala
sekolah/madrasah.
3) Sekolah/Madrasah menyusun jadwal penyusunan KTSP.
4) Sekolah/Madrasah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada
semester gasal, dan semester genap.
c. Program Pembelajaran
1) Sekolah/Madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya.
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan
Standar Penilaian.
3) Mutu pembelajaran di sekolah/madrasah dikembangkan dengan:
a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;
b) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik,
memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis;
c) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan
berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang
berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji,
menemukan, dan memprediksi;
d) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan
mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada
materi yang diberikan oleh guru.
4) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta
didik mampu:
6
a) meningkat rasa ingin tahunya;
b) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan
tujuan pendidikan;
c) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan
mencari sumber informasi;
d) mengolah informasi menjadi pengetahuan;
e) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
f) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
g) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi
yang wajar.
5) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab terhadap kegiatan
pembelajaran sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Pemerintah.
6) Kepala SD/MI/SDLB/SMPLB/SMALB, wakil kepala SMP/MTs, dan
wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK bidang kurikulum
bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara:
a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
b) menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan
tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran;
c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia
secara efektif dan efisien;
d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik,
dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta
kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar
dengan cepat sampai yang lambat;
e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum,
hasil-hasil penelitian dan penerapannya;
f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat
menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi,
kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami
belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan
masalah.
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
1) Sekolah/Madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang
berkeadilan, bertanggung jawab dan berkesinambungan.
2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada Standar
Penilaian Pendidikan.
3) Sekolah/Madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata
pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan
program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan,
7
laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas
atau kelulusan, dan dokumentasi.
4) Seluruh program penilaian hasil belajar disosialisasikan kepada guru.
5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik,
berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan program termasuk
temuan penguji eksternal dalam rangka mendapatkan rencana penilaian
yang lebih adil dan bertanggung jawab.
6) Sekolah/Madrasah menetapkan prosedur yang mengatur transparansi
sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang
berkelanjutan.
7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai.
8) Sekolah/Madrasah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang
mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan
penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.
9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.
10) Seperangkat metode penilaian perlu disiapkan dan digunakan secara
terencana untuk tujuan diagnostik, formatif dan sumatif, sesuai dengan
metode/strategi pembelajaran yang digunakan.
11) Sekolah/Madrasah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil
belajar sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau, didokumentasikan
secara sistematis, dan digunakan sebagai balikan kepada peserta didik
untuk perbaikan secara berkala.
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti kesahihan, keandalan,
dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode penilaian.
14) Sekolah/Madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta
didik, komite sekolah/madrasah, dan institusi di atasnya.
e. Peraturan Akademik
1) Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan Peraturan Akademik.
2) Peraturan Akademik berisi:
a) persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti pelajaran
dan tugas dari guru;
b) ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan
kelulusan;
c) ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan fasilitas
belajar, laboratorium, perpustakaan, penggunaan buku pelajaran,
buku referensi, dan buku perpustakaan;
d) ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata
pelajaran, wali kelas, dan konselor.
3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.
8
6. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Sekolah/Madrasah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan.
b. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan:
1) disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan;
2) dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, termasuk
pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga,
menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi
setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara
profesional, adil, dan terbuka.
c. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara
sekolah/madrasah.
d. Sekolah/Madrasah perlu mendukung upaya:
1) promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas
kemanfaatan, kepatutan, dan profesionalisme;
2) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang diidentifikasi
secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum
dan sekolah/madrasah;
3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan baik
jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas;
4) mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan
pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi tugas oleh pimpinan
tertinggi sekolah/madrasah yang dilakukan setelah empat tahun, tetapi
bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk tenaga kependidikan
tambahan tidak ada mutasi.
e. Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
1) kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah;
2) wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah;
3) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola bidang kurikulum;
4) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola sarana prasarana;
5) wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kesiswaan melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala
sekolah/madrasah dalam mengelola peserta didik;
9
6) wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam
mengelola kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri;
7) guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen
pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik,
membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia
berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya
secara optimum;
8) konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik;
9) pelatih/instruktur melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan
pelatihan;
10) tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan;
11) tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
membantu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium;
12) teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana dan prasarana
pembelajaran;
13) tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menyelenggarakan pelayanan administratif;
14) tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan layanan kebersihan lingkungan.
1
e. Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:
1) direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan
kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana;
2) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung
dan laboratorium serta pengembangannya.
f. Pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah perlu:
1) menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan
bahan pustaka lainnya;
2) merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lainnya
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik;
3) membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari kerja;
4) melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal
maupun eksternal;
5) menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari
sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta.
g. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas
sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan.
h. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan
dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan mengacu
pada Standar Sarana dan Prasarana.
1
9. Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan
yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan.
b. Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan
pendidikan:
1) berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting minimum
yang akan dilaksanakan;
2) memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab dan wewenang, serta
penjelasannya;
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dalam rapat dewan pendidik.
c. Sekolah/Madrasah menetapkan pedoman tata-tertib yang berisi:
1) tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk
dalam hal menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan;
2) petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di
Sekolah/Madrasah, serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar
tata tertib.
d. Tata tertib sekolah/madrasah ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah
melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan masukan komite
sekolah/madrasah, dan peserta didik.
e. Sekolah/Madrasah menetapkan kode etik warga sekolah/madrasah yang
memuat norma tentang:
1) hubungan sesama warga di dalam lingkungan sekolah/madrasah dan
hubungan antara warga sekolah/madrasah dengan masyarakat;
2) sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan
sangsi bagi yang melanggar.
f. Kode etik sekolah/madrasah ditanamkan kepada seluruh warga
sekolah/madrasah untuk menegakkan etika sekolah/madrasah.
g. Sekolah/Madrasah perlu memiliki program yang jelas untuk meningkatkan
kesadaran beretika bagi semua warga sekolah/madrasahnya.
h. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur peserta didik memuat norma
untuk:
1) menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya;
2) menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi ketentuan
pembelajaran dan mematuhi semua peraturan yang berlaku;
4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni
sosial di antara teman;
5) mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama;
6) mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta
7) menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban,
keamanan, keindahan, dan kenyamanan sekolah/madrasah.
1
i. Peserta didik dalam menjaga norma pendidikan perlu mendapat bimbingan
dengan keteladanan, pembinaan dengan membangun kemauan, serta
pengembangan kreativitas dari pendidik dan tenaga kependidikan.
j. Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur guru dan tenaga kependidikan
memasukkan larangan bagi guru dan tenaga kependidikan, secara
perseorangan maupun kolektif, untuk:
1) menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian sekolah/madrasah,
dan/atau perangkat sekolah lainnya baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada peserta didik;
2) memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada
peserta didik;
3) memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bertentangan dengan peraturan dan undang-undang;
4) melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang
mencederai integritas hasil Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian
Nasional.
k. Kode etik sekolah/madrasah diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan
ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.
1
C. PENGAWASAN DAN EVALUASI
1. Program Pengawasan
a. Sekolah/Madrasah menyusun program pengawasan secara obyektif,
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
b. Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah didasarkan pada
Standar Nasional Pendidikan.
c. Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga
kependidikan.
d. Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
e. Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh komite
sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak
yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan.
f. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah.
g. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap
akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah dan orang
tua/wali peserta didik.
h. Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas masing-
masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada
kepala sekolah/madrasah. kepala sekolah/madrasah, secara terus menerus
melakukan pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i. Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan sekurang-
kurangnya setiap akhir semester.
j. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada
bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang bersangkutan,
setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.
k. Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah kepada
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang
bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada madrasah terkait.
l. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan menindaklanjuti
laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu
sekolah/madrasah, termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang
ditemukan.
m. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut
untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam pengelolaan
pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.
1
2. Evaluasi Diri
a. Sekolah/Madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah/madrasah.
b. Sekolah/Madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai
kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar
Nasional Pendidikan.
c. Sekolah/Madrasah melaksanakan:
1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-kurangnya dua
kali dalam setahun, pada akhir semester akademik;
2) evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-kurangnya
satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah/madrasah.
d. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasar pada data
dan informasi yang sahih.
5. Akreditasi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/Madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk
mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Sekolah/Madrasah meningkatkan status akreditasi, dengan menggunakan
lembaga akreditasi eksternal yang memiliki legitimasi.
c. Sekolah/Madrasah harus terus meningkatkan kualitas kelembagaannya
secara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.
1
D. KEPEMIMPINAN SEKOLAH/MADRASAH
1. Setiap sekolah/madrasah dipimpin oleh seorang kepala sekolah/madrasah.
2. Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah berdasarkan
ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Kepala SMP/MTs/SMPLB dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala
sekolah/madrasah.
4. Kepala SMA/MA dibantu minimal tiga wakil kepala sekolah/madrasah untuk
bidang akademik, sarana-prasarana, dan kesiswaan. Sedangkan kepala SMK
dibantu empat wakil kepala sekolah untuk bidang akademik, sarana-prasarana,
kesiswaan, dan hubungan dunia usaha dan dunia industri. Dalam hal tertentu atau
sekolah/madrasah yang masih dalam taraf pengembangan, kepala
sekolah/madrasah dapat menugaskan guru untuk melaksanakan fungsi wakil
kepala sekolah/madrasah.
5. Wakil kepala sekolah/madrasah dipilih oleh dewan pendidik, dan proses
pengangkatan serta keputusannya, dilaporkan secara tertulis oleh kepala
sekolah/madrasah kepada institusi di atasnya. Dalam hal sekolah/madrasah
swasta, institusi dimaksud adalah penyelenggara sekolah/madrasah.
6. Kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan memimpin yaitu
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan sesuai
dengan Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan.
7. Kepala sekolah/madrasah:
a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
c. menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekolah/madrasah;
d. membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu;
e. bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah/madrasah;
f. melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting
sekolah/madrasah. Dalam hal sekolah/madrasah swasta, pengambilan
keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah/madrasah;
g. berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua peserta
didik dan masyarakat;
h. menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas
prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
i. menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;
j. bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan
kurikulum;
k. melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan
hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/madrasah;
l. meningkatkan mutu pendidikan;
1
m. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
n. memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi
pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah/madrasah;
o. membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah/madrasah
dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik
dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan;
p. menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat,
efisien, dan efektif;
q. menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan
komite sekolah/madrasah menanggapi kepentingan dan kebutuhan
komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;
r. memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
8. Kepala sekolah/madrasah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan
kepada wakil kepala sekolah/madrasah sesuai dengan bidangnya.
F. PENILAIAN KHUSUS
Keberadaan sekolah/madrasah yang pengelolaannya tidak mengacu kepada Standar
Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan Pemerintah atas dasar rekomendasi
BSNP.
BAMBANG SUDIBYO
1
GLOSARIUM
1
8. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini disusun dan
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional.
9. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar ini
disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional.
10. RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja
jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran
Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-SM).
11. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
12. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
13. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan
14. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan
15. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat
16. Menteri adalah Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
pendidikan
1
2
SALINAN
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni
2007
MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL, TTD
BAMBANG SUDIBYO
Muslikh, S.H.
NIP.131479478
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 24 TAHUN 2007 TANGGAL 28 JUNI 2007
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI),
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs), DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH
(SMA/MA)
A. SATUAN PENDIDIKAN
B. LAHAN
1. Lahan untuk satuan pendidikan SD/MI memenuhi ketentuan rasio minimum luas
lahan terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 2.1.
3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga.
5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.
7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah
Daerah setempat.
8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
C. BANGUNAN GEDUNG
1
1. Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SD/MI memenuhi ketentuan rasio
minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik
2
serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.
11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.
12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
3
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka
kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20
tahun.
15. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada di dalamnya diatur
dalam standar sebagai berikut.
1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.5.
4
No Jenis Rasio Deskripsi
Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan untuk kelas 1-3
dan kelas 4-6.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
1.2 Meja peserta 1 buah/peserta Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan
didik didik oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan mendukung
pembentukan postur tubuh yang baik,
minimum dibedakan untuk kelas 1-3
dan kelas 4-6.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke bawah
meja.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk duduk
dengan
nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja
dengan
nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan
perlengkapan yang diperlukan kelas.
Tertutup dan dapat dikunci.
1.6 Rak hasil 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk meletakkan
karya peserta hasil karya seluruh peserta didik yang
didik ada di kelas.
Dapat berupa rak terbuka atau lemari.
1.7 Papan pajang 1 buah/ruang Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Alat peraga [lihat daftar sarana laboratorium IPA]
3 Media
Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik
melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan
Lai
n
4.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
4.3 Jam dinding 1 buah/ruang
4.4 Soket listrik 1 buah/ruang
2. Ruang Perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan
guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan
5
membaca,
6
mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola
perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.6
7
No Jenis Rasio Deskripsi
mudah.
2.3 Rak surat kabar 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
suratkabar.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi suratkabar dengan
mudah.
2.4 Meja baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke
bawah
meja.
2.5 Kursi baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil.
Ukuran yang memadai untuk
bekerja dengan nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan mudah
sirkulasi dipindahkan. Ukuran yang memadai
untuk bekerja
dengan nyaman.
2.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog.
Lemari katalog dapat diganti dengan
meja untuk menempatkan katalog.
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
untuk pengelolaan perpustakaan.
Dapat dikunci.
2.10 Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m2.
pengumuman
2.11 Meja multimedia 1 buah/sekolah Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
multimedia.
3 Media
Pendidikan
3.1 Peralatan 1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri dari 1
multimedia set komputer (CPU, monitor
minimum 15 inci, printer), TV,
radio, dan
pemutar VCD/DVD.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Soket listrik 1 buah/ruang
4.4 Jam dinding 1 buah/ruang
3. Laboratorium IPA
8
b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan
dalam bentuk percobaan.
c. Setiap satuan pendidikan dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti
tercantum pada Tabel 2.7.
9
No Jenis Rasio Deskripsi
pernapasan hewan
4. Ruang Pimpinan
5. Ruang Guru
a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 32 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.9.
1
Tabel 2.9 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru
6. Tempat Beribadah
1
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabo
t
1.1 Lemari/rak 1 buah/tempat Ukuran memadai untuk menyimpan
ibadah perlengkapan ibadah.
2 Perlengkapan lain
2.1 Perlengkapan ibadah Disesuaikan dengan kebutuhan.
2.2 Jam dinding 1 buah/tempat
ibadah
7. Ruang UKS
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
c. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
d. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.11.
8. Jamban
1
e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
f. Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.12.
9. Gudang
1
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-
ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum
2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak
lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar
anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan
tinggi 85-90 cm.
h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
1
No Jenis Rasio Deskripsi
tongkat estafet, dan bak loncat.
1.7 Peralatan seni 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
budaya masing satuan pendidikan.
1.8 Peralatan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
ketrampilan masing satuan pendidikan.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah
1
II. STANDAR SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA/MADEASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs)
A. SATUAN PENDIDIKAN
B. LAHAN
1
Tabel 3. 2 Luas Minimum Lahan
3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga.
5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.
7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah
Daerah setempat.
8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
C. BANGUNAN GEDUNG
1
Tabel 3.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik
1
4. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut.
a. Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati,
serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan
kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.
11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.
12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
1
14. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah adalah sebagai berikut.
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun
jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka
kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20
tahun.
16. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang
diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.
1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.
2
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.5.
2 Media
Pendidikan
2.1 Papan tulis 1 buah/ruang Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik
melihatnya dengan jelas.
3 Perlengkapan
Lai
n
3.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
3.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
3.3 Jam dinding 1 buah/ruang
3.4 Soket listrik 1 buah/ruang
2. Ruang Perpustakaan
2
perpustakaan.
2
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.
Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.6.
2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.3 Rak surat kabar 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
suratkabar.
Memungkinkan peserta didik
menjangkau koleksi suratkabar dengan
mudah.
2.4 Meja baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain meja memungkinkan kaki
peserta didik masuk dengan leluasa
ke
bawah meja.
2.5 Kursi baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran membuat
peserta didik nyaman belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
sirkulasi Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog.
Lemari katalog dapat diganti
dengan meja untuk menempatkan
katalog.
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
untuk pengelolaan perpustakaan.
Dapat dikunci.
2.10 Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m2.
pengumuman
2.11 Meja multimedia 1 buah/sekolah Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
multimedia.
3 Media
Pendidikan
3.1 Peralatan 1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri dari 1
multimedia set komputer (CPU, monitor
minimum 15 inci, printer), TV,
radio, dan
pemutar VCD/DVD.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Soket listrik 1 buah/ruang
4.4 Jam dinding 1 buah/ruang
2
b. Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar.
c. Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18
m2. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
d. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
e. Tersedia air bersih.
f. Ruang laboratorium IPA dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel
3.7.
2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.4 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.5 Rol meter 1 buah/lab Panjang minimum 5 m,
ketelitian 1 mm.
2.6 Termometer 6 buah/lab Ketelitian 0,5 derajat.
100 C
2.7 Gelas ukur 6 buah/lab Ketelitian 1 ml.
2.8 Massa logam 3 buah/lab Dari jenis yang berbeda,
minimum massa 20 g.
2.9 Multimeter 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan, arus,
AC/DC, 10 dan hambatan.
kilo ohm/volt Batas minimum ukur
arus 100 mA-5 A.
Batas minimum ukur
tegangan untuk DC 100 mV-
50 V. Batas minimum ukur
tegangan
untuk AC 0-250 V.
2.10 Batang magnet 6 buah/lab Dilengkapi dengan potongan
berbagai jenis logam.
2.11 Globe 1 buah/lab Memiliki penyangga dan dapat
diputar.
Diameter minimum 50 cm.
Dapat memanfaatkan globe
yang
terdapat di ruang perpustakaan.
2.12 Model tata surya 1 buah/lab Dapat menunjukkan terjadinya
gerhana.
Masing-masing planet dapat diputar
mengelilingi matahari.
2.13 Garpu tala 6 buah/lab Bahan baja, memiliki frekuensi
berbeda dalam rentang audio.
2.14 Bidang miring 1 buah/lab Kemiringan dan kekasaran
permukaan dapat diubah-ubah.
2.15 Dinamometer 6 buah/lab Ketelitian 0,1 N/cm.
2.16 Katrol tetap 2 buah/lab
2.17 Katrol bergerak 2 buah/lab
2.18 Balok kayu 3 macam/lab Memiliki massa, luas permukaan,
dan koefisien gesek berbeda.
2.19 Percobaan muai 1 set/lab Mampu menunjukkan fenomena dan
panjang memberikan data pemuaian
minimum untuk tiga jenis
bahan.
2.20 Percobaan optik 1 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
sifat bayangan dan memberikan
data tentang keteraturan hubungan
antara jarak benda, jarak bayangan,
dan jarak fokus cermin cekung,
cermin cembung, lensa cekung, dan
lensa cembung.
Masing-masing minimum dengan
tiga nilai jarak fokus.
2.21 Percobaan 1 set/lab Mampu memberikan data hubungan
rangkaian listrik antara tegangan, arus,
dan hambatan.
2.22 Gelas kimia 30 buah/lab Berskala, volume 100 ml.
2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.23 Model molekul 6 set/lab Minimum terdiri dari atom
sederhana hidrogen, oksigen, karbon,
belerang, nitrogen, dan dapat
dirangkai
menjadi molekul.
2.24 Pembakar spiritus 6 buah/lab
2.25 Cawan penguapan 6 buah/lab Bahan keramik,
permukaan dalam diglasir.
2.26 Kaki tiga 6 buah/lab Dilengkapi kawat kasa dan
tingginya sesuai tinggi pembakar
spiritus.
2.27 Plat tetes 6 buah/lab Minimum ada 6 lubang.
2.28 Pipet tetes + karet 100 buah/lab Ujung pendek.
2.29 Mikroskop 6 buah/lab Minimum tiga nilai perbesaran
monokuler obyek dan
dua nilai perbesaran okuler.
2.30 Kaca pembesar 6 buah/lab Minimum tiga nilai jarak fokus.
2.31 Poster genetika 1 buah/lab Isi poster jelas terbaca dan
berwarna, ukuran minimum A1.
2.32 Model kerangka 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
manusia
2
No Jenis Rasio Deskripsi
2.39 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
telinga manusia jelas terbaca dan berwarna
dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.40 Gambar/model 1 buah/lab Jika berupa gambar, maka isinya
tenggorokan jelas terbaca dan berwarna
manusia dengan ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.41 Petunjuk percobaan 6 buah/ percobaan
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan
Lain
4.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket untuk tiap meja
peserta didik,
2 soket untuk meja demo,
2 soket untuk di ruang persiapan.
4.2 Alat pemadam 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
kebakaran
4.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan isinya
tidak kadaluarsa termasuk obat P3K
untuk luka bakar dan luka terbuka.
4.4 Tempat sampah 1 buah/lab
4.5 Jam dinding 1 buah/lab
4. Ruang Pimpinan
2
Tabel 3.8 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan
5. Ruang Guru
a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 48 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.9.
2
No Jenis Rasio Deskripsi
1.6 Papan 1 buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran minimum
pengumuman 1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang
a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan
administrasi sekolah.
b. Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2.
c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang tata usaha dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Tata Usaha
7. Tempat Beribadah
3
b. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan,
dengan luas minimum 12 m2.
c. Tempat beribadah dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.11.
8. Ruang Konseling
9. Ruang UKS
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
3
b. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
c. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 3.13.
Tabel 3.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Organisasi Kesiswaan
3
11. Jamban
12. Gudang
3
hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah.
b. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-
ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total
seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum
2,5 m.
c. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
e. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
f. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak
lebih dari 25 m.
g. Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar
anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan
tinggi 85-90 cm.
h. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
i. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
3
No Jenis Rasio Deskripsi
1.5 Peralatan bola 1 set/sekolah Minimum 6 bola.
basket
1.6 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat,
simpai, bola plastik, tongkat, palang
tunggal, gelang.
1.7 Peralatan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram, peluru,
tongkat estafet, bak loncat.
1.8 Peralatan seni 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
budaya masing satuan pendidikan.
1.9 Peralatan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-
ketrampilan masing satuan pendidikan.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah
3
III. STANDAR
SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH MENENGAH
ATAS/MADRASAH ALIYAH ( SMA/MA).
A. SATUAN PENDIDIKAN
B. LAHAN
3
4 10-12 3600 1920 1400
5 13-15 4070 2190 1520
6 16-18 4500 2420 1670
7 19-21 5100 2720 1870
8 22-24 5670 3050 2100
9 25-27 6240 3340 2290
3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan yang
dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga.
5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis
sempadan sungai dan jalur kereta api.
7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang
lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah
Daerah setempat.
8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
C. BANGUNAN GEDUNG
Tabel 4.3 Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik
3
3 7-9 5,5 5,8 6,0
4 10-12 4,9 5,2 5,4
5 13-15 4,5 4,7 4,9
6 16-18 4,2 4,5 4,6
7 19-21 4,1 4,3 4,4
8 22-24 3,9 4,2 4,3
9 25-27 3,9 4,1 4,1
3
5. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan
tempat sampah, serta penyaluran air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
10. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.
11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara profesional.
12. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
3
15. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang
diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.
1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m.
e. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.5.
4
Tabel 4.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas
3 Perlengkapan
Lai
n
3.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
3.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
3.3 Jam dinding 1 buah/ruang
3.4 Soket listrik 1 buah/ruang
2. Ruang Perpustakaan
4
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.6.
4
No Jenis Rasio Deskripsi
2.4 Meja baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke
bawah
meja.
2.5 Kursi baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.7 Meja kerja/ 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
sirkulasi Ukuran memadai untuk bekerja
dengan nyaman.
2.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog.
Lemari katalog dapat diganti dengan
meja untuk menempatkan katalog.
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Dapat dikunci dan ukuran memadai
untuk menampung seluruh
peralatan untuk pengelolaan
perpustakaan.
2.10 Papan 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m2.
pengumuman
4
c. Rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18
m2. Lebar minimum ruang laboratorium biologi 5 m.
d. Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan
pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
e. Ruang laboratorium biologi dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.7.
4
No Jenis Rasio Deskripsi
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Alat peraga :
2.1.1 Model kerangka manusia 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
2.1.2 Model tubuh manusia 1 buah/lab Tinggi minimum 150 cm.
Organ tubuh terlihat dan
dapat dilepaskan dari model.
Dapat diamati dengan mudah
oleh seluruh peserta didik.
2.1.3 Preparat mitosis 6 buah/lab
2.1.4 Preparat meiosis 6 buah/lab
2.1.5 Preparat anatomi 6 set/lab Berupa irisan melintang
tumbuhan akar, batang, daun, dikotil,
dan
monokotil.
2.1.6 Preparat anatomi hewan 6 set/lab Berupa irisan otot rangka,
otot jantung, otot polos,
tulang keras, tulang rawan,
ginjal, testis, ovarium,
hepar,
dan syaraf.
2.1.7 Gambar kromosom 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca dan
berwarna, ukuran minimum
A1.
2.1.8 Gambar DNA 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
dan berwarna, ukuran
minimum A1.
4
2.1.14 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
pernapasan manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
4
No Jenis Rasio Deskripsi
2.1.15 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
peredaran darah manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
2.1.16 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
pengeluaran manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka dapat
dibongkar pasang.
2.1.17 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
reproduksi manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
2.1.18 Gambar/model sistem 1 buah/lab Jika berupa gambar,
syaraf manusia maka isinya jelas terbaca
dan berwarna dengan
ukuran minimum A1.
Jika berupa model, maka
dapat dibongkar pasang.
2.1.19 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
pencernaan burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, minimum A1.
dan
cacing tanah
2.1.20 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
pernapasan burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, minimum A1.
dan cacing tanah
2.1.21 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
peredaran darah burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, dan minimum A1.
cacing
tanah
2.1.22 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
pengeluaran burung, dan berwarna, ukuran
reptil, ampibi, ikan, minimum A1.
dan
cacing tanah
2.1.23 Gambar sistem 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca
reproduksi burung, reptil, dan berwarna, ukuran
ampibi, ikan, dan cacing minimum A1.
tanah.
2.1.24 Gambar sistem syaraf 1 set/lab Isi gambar jelas terbaca dan
burung, reptil, ampibi, berwarna, ukuran minimum
ikan, dan cacing A1.
tanah.
2.1.25 Gambar pohon evolusi 1 buah/lab Isi gambar jelas terbaca
dan berwarna, ukuran
minimum A1.
4
4
No Jenis Rasio Deskripsi
2.2 Alat dan Bahan
Percobaan:
2.2.1 Mikroskop monokuler 6 buah/lab Lensa obyektif 10 x, 40 x,
dan 100 x.
Lensa okuler 5 x dan 10 x.
Kondensor berupa cermin datar
dan cermin cekung, diafragma
iris, konstruksi logam kuat dan
kekar, meja horizontal,
pengatur fokus kasar dan halus,
tersimpan dalam peti kayu
yang
dilengkapi silica gel
dan petunjuk
pemakaiannya.
2.2.2 Mikroskop stereo 6 buah/lab Perbesaran 20 x.
binokuler Jarak kerja dapat distel
antara okuler dan bidang
pandang, alas stabil dari
logam cor, ada pengatur
fokus dan
skrup penjepit,
ada tutup penahan debu.
2.2.3. Perangkat pemeliharan 2 set/lab Kualitas baik.
mikroskop (kertas
pembersih lensa, sikat
halus, kunci Allen, alat
semprot, obeng halus,
lup tukang arloji, tang
untuk
melipat)
2.2.4 Gelas Benda 6 pak/lab Kaca jernih.
(isi 72) Ukuran 76,2 mm x 25,4 mm
x 1 mm.
2.2.5 Gelas penutup 6 pak/lab Kaca jernih.
(isi 50) Ukuran 22 mm x 22 mm x
0.16 mm.
2.2.6 Gelas arloji 2 pak/lab Bahan kaca.
(isi 10) Diameter 80 mm.
2.2.7 Cawan Petri 2 pak/lab Bahan kaca, ada penutup.
(isi 10) Diameter 100 mm.
2.2.8 Gelas Beaker Masing-masing Borosilikat, rendah,
10 buah/lab berbibir. Volume: 50 ml,
100 ml, 250
ml, 600 ml, dan 1000 ml.
2.2.9 Corong Masing-masing Borosilikat, datar.
10 buah/lab Diameter: 75 mm dan 100 mm.
2.2.10 Pipet ukur 6 buah/lab Kaca, lurus, skala permanen.
Volume 10 ml.
2.2.11 Tabung reaksi 6 kotak/lab Kaca borosilikat, bibir
(isi 10) lipat. Tinggi 100 mm.
Diameter 12 mm.
2.2.12 Sikat tabung reaksi 10 buah/lab Kepala berbulu
keras, pegangan
kawat.
Diameter 22-26 mm.
4
2.2.13 Penjepit tabung reaksi 10 buah/lab Kayu dengan pegas untuk
tabung reaksi.
5
No Jenis Rasio Deskripsi
Diameter 10-25 mm.
2.2.14 Erlenmeyer Masing-masing Kaca borosilikat, bibir
10 buah/lab luang. Volume: 50 ml, 100
ml,
250 ml, 600 ml, dan
1000 ml.
2.2.15 Kotak preparat 6 buah/lab Kayu/plastik.
(isi 100)
2.2.16 Lumpang dan alu 6 buah/lab Porselen, permukaan rata
dan licin.
Diameter 80 mm.
2.2.17 Gelas ukur Masing-masing 6 Kaca borosilikat.
buah/lab Volume: 100 ml dan 10 ml.
2.2.18 Stop watch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik
2.2.19 Kaki tiga 6 buah/lab Besi, panjang batang
sekitar 12 cm.
Diameter cincin sekitar 62 cm.
2.2.20 Perangkat batang statif 6 set/lab Baja tahan karat, dasar statif
(panjang dan pendek) bahan ABS, balok
penunjang logam, kaki
standar.
Diameter 10 mm.
2.2.21 Klem universal 10 buah/lab Aluminium dan baja anti
karat, bagian dalam pemegang
dilapisi karet.
Panjang sekitar 12 cm.
2.2.22 Bosshead (penjepit) 10 buah/lab Aluminium, arah lubang
penggenggam vertikal
dan horizontal.
Panjang sekitar 80 mm.
2.2.23 Pembakar spiritus 6 buah/lab Kaca, dengan sumbu dan tutup.
Volume 100 ml.
2.2.24 Kasa 6 buah/lab Baja anti karat, tanpa asbes.
Ukuran 140 mm x 140 mm.
2.2.25 Aquarium 1 buah/lab Plastik transparan, dilengkapi
alas dan penutup.
Ukuran 30 cm x 20 cm x
20 cm.
2.2.26 Neraca 1 buah/lab Kapasitas 311
gram, piringan
tunggal,
4 lengan dengan beban
yang dapat digeser,
ada skrup
penyetel
keseimbangan.
Ketelitian 10 mg,
2.2.27 Sumbat karet 1 lubang Masing-masing 6 Diameter: 8 mm, 9 mm,
buah/lab 10 mm, 11 mm, 13 mm,
15 mm, 17 mm, 19 mm,
21 mm, dan 23 mm.
2.2.28 Sumbat karet 2 lubang Masing-masing Diameter 15 mm, 17 mm,
10 buah/lab 19 mm, 21 mm, dan 23 mm.
2.2.29 Termometer Masing-masing Batas ukur 0-50 C dan
10 buah/lab -10-110 C.
2.2.30 Potometer 6 buah/lab Dari kaca.
5
5
No Jenis Rasio Deskripsi
2.2.31 Respirometer 6 buah/lab Kualitas baik.
2.2.32 Perangkat bedah hewan 6 set/lab Scalpel,
gunting lurus 115 mm,
gunting bengkok 115
mm, jarum pentul,
pinset 125 mm,
loupe bertangkai dengan
diameter 58 mm.
2.2.33 Termometer suhu tanah 6 buah/lab Tabung aluminium dengan
ujung runcing
membungkus termometer
raksa.
Batas ukur -5-65 C.
2.2.34 Higrometer putar 2 buah/lab Dilengkapi tabel konversi.
Skala 0-50 C.
2.2.35 Kuadrat 6 buah/lab Besi atau aluminium,
dengan skrup kupu-kupu,
dengan jala berjarak 10
cm.
Ukuran 50 cm x 50 cm.
2.2.36 Manual percobaan 6 buah/ percobaan
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Bahan Habis Pakai
(Kebutuhan per tahun)
4.1 Asam sulfat 500 ml/lab Larutan pekat 95 – 98%.
4.2 HCL 500cc/lab 36%.
4.3 Acetokarmin 10 gram/lab Serbuk.
4.4 Eosin 25 gram/lab Padat (kristal).
4.5 Etanol 2500 ml/lab 95%.
4.6 Glukosa 500 gram/lab Padat (kristal).
4.7 Indikator universal 4 rol/lab pH 1 – 11.
4.8 Iodium 500 gram/lab Padat (kristal).
4.9 KOH 500 gram/lab Padat (kristal).
4.10 Mn SO4 500 gram/lab Padat (serbuk).
4.11 NaOH 500 gram/lab Padat (kristal).
4.12 Vaseline 500 gram/lab Pasta.
4.13 Kertas saring 6 pak/lab Kualitas sekolah no 1.
Diameter 90 mm.
5 Perlengkapan Lain
5.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket di tiap meja
peserta didik,
2 soket di meja demo,
2 soket di ruang persiapan.
5.2 Alat pemadam kebakaran 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
5.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa
termasuk obat P3K untuk
luka
bakar dan luka terbuka.
5
No Jenis Rasio Deskripsi
5.4 Tempat sampah 1 buah/lab
5.5 Jam dinding 1 buah/lab
5
tidak mudah berkarat.
5
No Jenis Rasio Deskripsi
1.7 Bak cuci 1 buah/ Tersedia air bersih
2 kelompok, dalam jumlah memadai.
ditambah
1 buah di ruang
persiapan.
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Bahan dan Alat Ukur
Dasar:
2.1.1 Mistar 6 buah/lab Panjang minimum 50 cm,
skala terkecil 1 mm.
2.1.2 Rolmeter 6 buah/lab Panjang minimum 10 m,
skala terkecil 1 mm.
2.1.3 Jangka sorong 6 buah/lab Ketelitian 0,1 mm.
2.1.4 Mikrometer 6 buah/lab Ketelitian 0,01 mm.
2.1.5 Kubus massa sama 6 set/lab Massa 100 g (2%),
4 jenis bahan.
2.1.6 Silinder massa sama 6 set/lab Massa 100 g (2%),
4 jenis bahan.
2.1.7 Plat 6 set/lab Terdapat kail penggantung,
bahan logam 4 jenis.
2.1.8 Beban bercelah 10 buah/lab Massa antara 5-20 g,
minimum 2 nilai massa,
terdapat fasilitas
pengait.
2.1.9 Neraca 1 buah/lab Ketelitian 10 mg.
2.1.10 Pegas 6 buah/lab Bahan baja pegas,
minimum 3 jenis.
2.1.11 Dinamometer 6 buah/lab Ketelitian 0,1 N/cm.
(pegas presisi)
2.1.12 Gelas ukur 6 buah/lab Bahan borosilikat.
Volume antara 100-1000 ml.
2.1.13 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.1.14 Termometer 6 buah/lab Tersedia benang penggantung.
Batas ukur 10-110 oC.
2.1.15 Gelas Beaker 6 buah/lab Bahan borosilikat.
Volume antara 100-1000
ml, terdapat tiga variasi
volume.
2.1.16 Garputala 6 buah/lab Bahan baja.
Minimum 3 variasi frekuensi.
2.1.17 Multimeter AC/DC 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan, arus
10 kilo ohm/volt dan hambatan.
Batas ukur arus
minimum 100 mA-5 A.
Batas minimum ukur
tegangan untuk DC
100 mV-50 V.
Batas minimum ukur
tegangan untuk AC
0-250 V.
2.1.18 Kotak potensiometer 6 buah/lab Disipasi maksimum 5
watt. Ukuran hambatan 50
Ohm.
5
No Jenis Rasio Deskripsi
2.1.19 Osiloskop 1 set/lab Batas ukur 20
MHz, dua kanal,
beroperasi X-Y,
tegangan masukan 220 volt,
dilengkapi probe
intensitas, tersedia buku
petunjuk.
2.1.20 Generator frekuensi 6 buah/lab Frekuensi luaran dapat
diatur dalam rentang audio.
Minimum 4 jenis bentuk
gelombang dengan catu
daya 220 volt.
Mampu menggerakkan speaker
daya 10 watt.
2.1.21 Pengeras suara 6 buah/lab Tegangan masukan 220
volt, daya maksimum
keluaran
10 watt.
2.1.22 Kabel penghubung 1 set/lab Panjang minimum 50 cm,
dilengkapi plug diameter 4
mm. Terdapat 3 jenis warna:
hitam, merah dan putih,
masing-masing 12 buah.
2.1.23 Komponen elektronika 1 set/lab Hambatan tetap
antara 1 Ohm - 1 M
Ohm,
disipasi 0,5 watt masing-
masing 30 buah, mencakup
LDR, NTC, LED,
transistor dan lampu neon
masing-masing minimum 3
macam.
2.1.24 Catu daya 6 buah/lab Tegangan masukan 220
V, dilengkapi pengaman,
tegangan keluaran antara
3-12 V,
minimum ada 3 variasi
tegangan keluaran.
2.1.25 Transformator 6 buah/lab Teras inti dapat
dibuka. Banyak lilitan
antara 100-1000.
Banyak lilitan minimum ada 2
nilai.
2.1.26 Magnet U 6 buah/lab
2.2 Alat Percobaan:
2.2.1 Percobaan Atwood 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
dan memberikan data GLB dan
GLBB.
Minimum dengan 3
kombinasi nilai massa beban.
atau
Percobaan Kereta 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
dan Pewaktu ketik dan memberikan data GLB
dan GLBB.
5
No Jenis Rasio Deskripsi
Lengkap dengan pita perekam.
2.2.2 Percobaan Papan Luncur 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
dan memberikan data gerak
benda pada bidang miring.
Kemiringan papan dapat
diubah, lengkap dengan katrol
dan balok.
Minimum dengan tiga nilai
koefisien gesekan.
2.2.3 Percobaan Ayunan 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
Sederhana ayunan dan memberikan data
pada pengukuran percepatan
gravitasi.
Minimum dengan tiga nilai
panjang ayunan dan tiga
nilai massa beban.
atau
Percobaan Getaran 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
pada Pegas getaran dan memberikan data
pada pengukuran percepatan
gravitasi.
Minimum dengan tiga nilai
konstanta pegas dan tiga
nilai
massa beban.
2.2.4 Percobaan Hooke 6 set/lab Mampu memberikan data
untuk membuktikan hukum
Hooke dan menentukan
minimum 3 nilai konstanta
pegas.
5
No Jenis Rasio Deskripsi
dengan tiga nilai jarak fokus.
2.2.8 Percobaan Resonansi 6 set/lab Mampu menunjukkan fenomena
Bunyi resonansi dan memberikan data
kuantisasi panjang gelombang,
minimum untuk tiga nilai
frekuensi.
atau
Percobaan Sonometer 6 set/lab Mampu memberikan data
hubungan antara frekuensi
bunyi suatu dawai dengan
tegangannya, minimum untuk
tiga jenis dawai dan tiga nilai
tegangan.
2.2.9 Percobaan Hukum Ohm 6 set/lab Mampu memberikan data
keteraturan hubungan
antara arus dan tegangan
minimum
untuk tiga nilai hambatan.
2.2.10 Manual percobaan 6 buah/
percobaan
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan Lain
4.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket di tiap meja
peserta didik,
2 soket di meja demo,
2 soket di ruang persiapan.
4.2 Alat pemadam kebakaran 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
4.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa
termasuk obat P3K untuk luka
bakar dan
luka terbuka.
4.4 Tempat sampah 1 buah/lab
4.5 Jam dinding 1 buah/lab
5
e. Ruang laboratorium kimia dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 4.9.
6
ditambah
6
No Jenis Rasio Deskripsi
1 buah di
ruang
persiapan.
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Botol zat Masing-masing Bertutup.
24 buah/lab Volume: 100 ml, 250 ml, dan
500 ml.
2.2 Pipet tetes 100 buah/lab Ujung panjang, dengan karet.
Ukuran 20 cm.
2.3 Batang pengaduk Masing-masing Diameter: 5 mm dan 10 mm,
25 buah/lab panjang 20 cm.
2.4 Gelas beaker Masing-masing Volume: 50 ml, 150 ml, dan
12 buah/lab 250 ml.
2.5 Gelas beaker Masing-masing Volume: 500 ml, 1000 ml, dan
3 buah/lab 2000 ml.
2.6 Labu erlenmeyer 25 buah/lab Volume 250 ml.
2.7 Labu takar Masing-masing Volume: 50 ml, 100 ml, dan
50, 50, dan 1000 ml.
3 buah/lab
2.8 Pipet volume Masing-masing Skala permanen.
30 buah/lab Volume: 5 ml dan 10 ml.
2.9 Pipet seukuran Masing-masing Skala hermanen.
30 buah/lab Volume: 10 ml, 25 ml, dan 50 ml.
6
No Jenis Rasio Deskripsi
2.22 Barometer 1 buah/lab Untuk di dinding lab, dilengkapi
termometer.
2.23 Termometer 6 buah/lab Dapat mengukur suhu 0-100
0
C, ketelitan 1 0C,
tidak mengandung merkuri.
2.24 Multimeter AC/DC, 6 buah/lab Dapat mengukur tegangan,
10 kilo ohm/volt arus dan hambatan.
Batas ukur arus
minimum 100 mA-5 A.
Batas minimum ukur
tegangan untuk DC 100 mV-
50 V. Batas minimum ukur
tegangan
untuk AC 0-250 V.
2.25 Pembakar spiritus 8 buah/lab Bahan gelas, bertutup.
2.26 Kaki tiga + alas kasa 8 buah/lab Tinggi disesuaikan tinggi
kawat pembakar spiritus.
2.27 Stopwatch 6 buah/lab Ketelitian 0,2 detik.
2.28 Kalorimeter tekanan tetap 6 buah/lab Dapat memberikan data untuk
pembelajaran entalpi reaksi.
Kapasitas panas bahan
rendah.
Volume 250 ml.
2.29 Tabung reaksi 100 buah/lab Gelas.
Volume 20 ml.
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum
90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
Bahan habis pakai tersedia di laboratorium meliputi bahan kimia, dengan banyak
setiap saat 1,2 x banyak yang dibutuhkan. Bahan kimia meliputi zat-zat yang
diperlukan dalam percobaan–percobaan: Pengenalan Reaksi Kimia, Teknik
Pemisahan dan Pemurnian, Titrasi Asam-Basa,Elektrokimia, Energetika,
6
No Jenis Rasio Deskripsi
Pembuatan Produk Terapan Pengetahuan Kimia.
5 Perlengkapan Lain
5.1 Soket listrik 9 buah/lab 1 soket untuk tiap meja
peserta didik,
2 soket untuk meja demo,
2 soket untuk di ruang persiapan.
5.2 Alat pemadam kebakaran 1 buah/lab Mudah dioperasikan.
5.3 Peralatan P3K 1 buah/lab Terdiri dari kotak P3K dan
isinya tidak kadaluarsa termasuk
obat P3K untuk luka bakar dan
luka
terbuka.
5.4 Tempat sampah 1 buah/lab
5.5 Jam dinding 1 buah/lab
6
No Jenis Rasio Deskripsi
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Komputer 1 unit/2 Mendukung penggunaan multimedia.
peserta didik, Ukuran monitor minimum 15”.
ditambah 1
unit untuk guru
2.2 Printer 1 unit/lab
2.3 Scanner 1 unit/lab
2.4 Titik akses 1 titik/lab Berupa saluran telepon atau nirkabel.
internet
4 Perlengkapan
Lai
n
4.1 Soket listrik Sesuai banyak
komputer
4.2 Tempat sampah 1 buah/lab
4.3 Jam dinding 1 buah/lab
6
Tabel 4.11 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium Bahasa
2 Peralatan
Pendidikan
2.1 Perangkat 1 set/lab Kualitas suara dapat didengar dengan baik
multimedia dari seluruh bagian lab.
Dapat memanfaatkan perangkat
multimedia yang terdapat di
ruang perpustakaan.
3 Media
Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/lab Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta
didik melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan
Lai
n
4.1 Soket listrik 2 buah/lab
4.2 Tempat sampah 1 buah/ruang
4.3 Jam dinding 1 buah/lab
6
8. Ruang Pimpinan
9. Ruang Guru
a. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
b. Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 72 m2.
c. Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.13.
6
No Jenis Rasio Deskripsi
1.2 Meja kerja 1 buah/guru Model meja setengah biro.
Ukuran memadai untuk
menulis,
membaca, memeriksa pekerjaan, dan
memberikan konsultasi.
1.3 Lemari 1 buah/guru Ukuran memadai untuk menyimpan
atau perlengkapan guru untuk persiapan dan
1 buah yang pelaksanaan pembelajaran.
digunakan Tertutup dan dapat dikunci.
bersama oleh
semua guru
1.4 Kursi tamu 1 set/ruang
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran minimum
1 m2.
1.6 Papan 1 buah/sekolah Berupa papan tulis berukuran minimum
pengumuman 1 m2.
2 Perlengkapan
Lain
2.1 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
2.3 Jam dinding 1 buah/ruang
a. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan
administrasi sekolah.
b. Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2.
c. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
d. Ruang tata usaha dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Tata Usaha
6
No Jenis Rasio Deskripsi
2.3 Filing cabinet 1 buah/sekolah
2.4 Brankas 1 buah/sekolah
2.5 Telepon 1 buah/sekolah
2.6 Jam dinding 1 buah/ruang
2.7 Soket listrik 1 buah/ruang
2.8 Penanda waktu 1 buah/sekolah
6
Tabel 4.16 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Konseling
2 Peralatan Konseling
2.1 Instrumen konseling 1 set/ruang
2.2 Buku sumber 1 set/ruang
2.3 Media pengembangan 1 set/ruang Menunjang pengembangan kognisi,
kepribadian emosi, dan motivasi peserta didik.
3 Perlengkapan lain
3.1 Jam dinding 1 buah/ruang
a. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
b. Luas minimum ruang UKS 12 m2.
c. Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 4.17.
7
14. Ruang Organisasi Kesiswaan
Tabel 4.18 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Organisasi Kesiswaan
15. Jamban
7
16. Gudang
7
b. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta
didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari
334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas
tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x 20
m.
c. Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami
pohon penghijauan.
d. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas.
e. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
f. Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 4.21.
BAMBANG SUDIBYO
7
GLOSARIUM
7
15. Bangunan gedung sekolah adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya
berada di atas lahan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
pembelajaran pada pendidikan formal.
16. Ruang kelas adalah tempat pembelajaran teori dan praktek yang tidak
memerlukan peralatan khusus.
17. Ruang perpustakaan adalah tempat menyimpan dan memperoleh informasi
dari berbagai jenis bahan pustaka.
18. Ruang laboratorium adalah tempat berlangsungnya pembelajaran secara
praktek yang memerlukan peralatan khusus.
19. Ruang pimpinan adalah tempat pimpinan satuan pendidikan melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah.
20. Ruang guru adalah tempat guru bekerja di luar kelas, beristirahat dan
menerima tamu.
21. Ruang tata usaha adalah tempat pengelolaan dan penyimpanan administrasi
sekolah.
22. Ruang konseling adalah tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling
dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
23. Ruang UKS adalah tempat untuk menangani peserta didik yang mengalami
gangguan kesehatan dini dan ringan di sekolah.
24. Tempat beribadah adalah tempat warga sekolah melakukan ibadah yang
diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.
25. Ruang organisasi kesiswaan adalah tempat melakukan kegiatan
kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik.
26. Jamban adalah tempat buang air besar dan/atau kecil.
27. Gudang adalah tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas,
peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip sekolah.
28. Ruang sirkulasi adalah tempat penghubung antar ruang dalam bangunan
sekolah yang sekaligus berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran.
29. Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi
dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olah raga.
30. Tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup untuk peserta didik dapat
melakukan kegiatan bebas.
31. Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar pada satu
satuan kelas.
7
SALINAN
MEMUTUSKAN .
-2-
MEMUTUSKAN :
PASAL I
Pasal 1
4. Kompetensi .
-3-
4. Kompetensi adalah seperangkat sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik
setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan
satuan pendidikan tertentu.
5. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
6. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk
mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
7. Standar Proses adalah kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan.
8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan
dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan.
9. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria
mengenai ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi
dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
10. Standar .
-4-
10. Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
11. Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai
komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
12. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar Peserta Didik.
13. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada
setiap tingkat kelas atau program.
14. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk
mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh
Peserta Didik melalui pembelajaran.
15. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian
dari dana pendidikan yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan
agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan
yangsesuai Standar Nasional Pendidikan secara
teratur dan berkelanjutan.
16. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
17. Kerangka Dasar Kurikulum adalah tatanan
konseptual Kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
18. Silabus . . .
-5-
18. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
mata pelajaran atau tema tertentu yang
mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
19. Pembelajaran adalah proses interaksi
antarPeserta Didik, antara Peserta Didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
20. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
Kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.
21. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
22. Buku Panduan Guru adalah pedoman yang
memuat strategi Pembelajaran, metode
Pembelajaran, teknik Pembelajaran, dan penilaian
untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema
Pembelajaran
23. Buku Teks Pelajaran adalah sumber
Pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti.
24. Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar Peserta Didik.
25. Evaluasi pendidikan adalah
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung
jawaban penyelenggaraan pendidikan.
26. Ulangan . . .
-6-
26. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik
secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil
belajar Peserta Didik.
27. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
28. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan
program dan/atau satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
29. Badan Standar Nasional Pendidikan yang
selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri
dan independen yang bertugas mengembangkan,
memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi
Standar Nasional Pendidikan.
30. Kementerian adalah kementerian yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan dan
kebudayaan.
31. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang
selanjutnya disebut LPMP adalah unit pelaksana
teknis Kementerian yang berkedudukan di
provinsi dan bertugas untuk membantu
Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi,
bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis
kepada satuan pendidikan dasar dan menengah
serta Pendidikan Nonformal, dalam berbagai
upaya penjaminan mutu satuan pendidikan
untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan.
32. Badan . . .
-7-
32. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
yang selanjutnya disebut BAN-S/M adalah badan
evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan
program dan/atau satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah jalur formal
dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan.
33. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non
Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah
badan evaluasi mandiri yang menetapkan
kelayakan program dan/atau satuan pendidikan
jalur Pendidikan Nonformal dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
34. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang
selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan
evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan
program dan/atau satuan pendidikan pada
jenjang Pendidikan Tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan.
35. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
Pasal 2
(1a) Standar . . .
-8-
(1a) Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai
acuan Pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 2A
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) digunakan sebagai acuan
utama Pengembangan Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.
Pasal 5
b. tingkat .
-9-
b. tingkat Kompetensi.
Pasal 5A
Pasal 5B
7. Ketentuan .
- 10 -
Pasal 19
(2) Dihapus.
Pasal 20
10. Ketentuan .
- 11 -
10. Ketentuan Pasal 22 ayat (3) dihapus sehingga
Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 22
(3) Dihapus.
11. Ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (4) diubah serta
ayat (3) dihapus sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 25
(3) Dihapus.
12. Ketentuan .
- 12 -
12. Ketentuan Pasal 43 ayat (5) diubah dan di antara
ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (5a) sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43
(6) Standar .
- 13 -
(6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap
satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah
sumber belajar terhadap Peserta Didik sesuai
dengan jenis sumber belajar dan karakteristik
satuan pendidikan.
Pasal 64
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.
(5) Dihapus.
(6) Dihapus.
(7) Dihapus.
14. Ketentuan . . .
- 14 -
14. Ketentuan Pasal 65 ayat (2) dan ayat (5) dihapus,
serta ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) diubah sehingga
Pasal 65 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65
(2) Dihapus.
(5) Dihapus.
Pasal 67 . . .
- 15 -
Pasal 67
Pasal 69
(2) Setiap . . .
- 16 -
(2) Setiap Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib mengikuti satu kali Ujian Nasional
tanpa dipungut biaya.
17. Ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) dihapus serta
ayat (4) diubah sehingga Pasal 70 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 70
(1) Dihapus.
(2) Dihapus.
(5) Pada . . .
- 17 -
(5) Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang
sederajat, Ujian Nasional mencakup mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri
khas program pendidikan.
Pasal 72
(1a) Khusus . . .
- 18 -
(1a)Khusus Peserta Didik dari SD/MI/SDLB atau
bentuk lain yang sederajat dinyatakan lulus
setelah memenuhi ketentuan pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c.
Pasal 76
a. mengembangkan Standar
Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah
dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan;
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah; dan
e. menelaah . . .
- 19 -
e. menelaah dan/atau menilai Buku
Teks Pelajaran.
BAB XIA
KURIKULUM
Bagian Kesatu
Kerangka Dasar
Pasal 77A
Bagian Kedua . . .
- 20 -
Bagian Kedua
Struktur Kurikulum
Paragraf 1
Umum
Pasal 77B
a. muatan .
- 21 -
a. muatan umum;
b. muatan peminatan akademik;
c. muatan peminatan kejuruan; dan
d. muatan pilihan lintas minat/pendalaman
minat.
(8) Struktur Kurikulum nonformal satuan pendidikan
dan program pendidikan berisi program
Pengembangan kecakapan hidup.
(9) Muatan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) dan ayat (7) huruf a terdiri atas:
a. muatan nasional untuk satuan pendidikan;
dan
b. muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai
dengan potensi dan keunikan lokal.
Paragraf 2
Kompetensi Inti
Pasal 77C
(1) Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada
setiap tingkat kelas atau program yang menjadi
landasan Pengembangan Kompetensi dasar.
(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi
sebagai pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata
pelajaran atau program dalam mencapai Standar
Kompetensi Lulusan.
Paragraf 3 .
- 22 -
Paragraf 3
Kompetensi Dasar
Pasal 77D
Paragraf 4
Beban Belajar
Pasal 77E
(3) Ketentuan . . .
- 23 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban belajar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Silabus
Pasal 77F
a. Kompetensi inti;
b. Kompetensi dasar;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran;
e. penilaian;
f. alokasi waktu; dan
g. sumber belajar.
Bagian Keempat . . .
- 24 -
Bagian Keempat
Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan dan Program Pendidikan
Paragraf 1
Struktur Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Formal
Pasal 77G
Paragraf 2
Struktur Kurikulum Pendidikan Dasar
Pasal 77H
Pasal 77I .
- 25 -
Pasal 77I
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.
(2) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata
pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan dan program pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur
kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 77J
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu .
- 26 -
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.
Paragraf 3
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Pasal 77K
(2) Muatan .
- 27 -
(2) Muatan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu pengetahuan alam;
f. ilmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. keterampilan/kejuruan; dan
j. muatan lokal.
e. agribisnis . . .
- 28 -
e. agribisnis dan agroteknologi;
f. bisnis dan manajemen;
g. perikanan dan kelautan; atau
h. peminatan lain yang diperlukan masyarakat.
Paragraf 4
Struktur Kurikulum Pendidikan Nonformal
Pasal 77L
Bagian Kelima .
- 29 -
Bagian Kelima
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pasal 77M
Bagian Keenam
Muatan Lokal
Pasal 77N
Bagian Ketujuh .
- 30 -
Bagian Ketujuh
Dokumen Kurikulum
Pasal 77O
Bagian Kedelapan
Pengelolaan Kurikulum
Pasal 77P
b. dokumen .
- 31 -
b. dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran;
c. pedoman implementasi Kurikulum;
d. Buku Teks Pelajaran; dan
e. Buku Panduan Guru.
(3) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi
dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan menengah.
(4) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan
koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan
lokal pada pendidikan dasar.
(5) Pengelolaan muatan lokal sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) meliputi penyiapan,
penyusunan, dan evaluasi:
a. dokumen muatan lokal;
b. Buku Teks Pelajaran; dan
c. Buku Panduan Guru.
(6) Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu)
provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan
lokal yang sama, koordinasi dan supervisi
pengelolaan Kurikulum pada pendidikan dasar
dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi.
(7) Satuan pendidikan mengelola:
a. muatan lokal;
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; dan
c. rencana pelaksanaan Pembelajaran dan
pelaksanaan Pembelajaran.
(8) Rencana pelaksanaan Pembelajaran dan
pelaksanaan Pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf c disusun sesuai
dengan potensi, minat, bakat, dan kemampuan
Peserta Didik dalam lingkungan belajar.
Bagian Kesembilan
- 32 -
Bagian Kesembilan
Evaluasi Kurikulum
Pasal 77Q
21. Di antara .
- 33 -
21. Di antara ayat (3) dan ayat (4) Pasal 89 disisipkan
1 (satu) ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 89
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 89
(4) Pada . . .
- 34 -
(4) Pada jenjang pendidikan tinggi ijazah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya berisi:
22. Ketentuan .
- 35 -
22. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal
94 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 94
a. Dihapus
b. Satuan pendidikan dasar dan menengah wajib
menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.
c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 berlaku efektif
sepenuhnya 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya
Peraturan Pemerintah ini.
d. Dihapus
e. Dihapus
PASAL II
Agar .
- 36 -
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
Wisnu Setiawan
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
I. UMUM
Mempertimbangkan . . .
-2-
Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dirasakan
penting untuk diadakan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah
mengenai Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 2
Cukup jelas.
Angka 3
Pasal 2A
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Pasal 5
Ayat (1)
Ayat (2) .
-3-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 6
Pasal 5A
Cukup jelas.
Pasal 5B
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 19
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 20
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 22
Cukup jelas.
Angka 11 .
-4-
Angka 11
Pasal 25
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 43
Cukup jelas.
Angka 13
Pasal 64
Cukup jelas.
Angka 14
Pasal 65
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 67
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 69
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 70
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 72
Cukup jelas.
Angka 19 . . .
-5-
Angka 19
Pasal 76
Cukup jelas.
Angka 20
Pasal 77A
Cukup jelas.
Pasal 77B
Cukup jelas.
Pasal 77C
Cukup jelas.
Pasal 77D
Cukup jelas.
Pasal 77E
Cukup jelas.
Pasal 77F
Cukup jelas.
Pasal 77G
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan nilai agama dan
moral” mencakup perwujudan suasana belajar untuk
tumbuh-kembangnya perilaku baik yang bersumber dari
nilai agama dan moralita dalam konteks bermain.
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan motorik”
mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya kematangan kinestetik dalam konteks
bermain.
Yang . . .
-6-
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan kognitif”
mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya kematangan proses berfikir dalam konteks
bermain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 77H
Ayat (1)
Yang . . .
-7-
Yang dimaksud dengan ”Pengembangan keterampilan”
mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar
keterampilan dalam konteks belajar dan berinteraksi
sosial.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 77I
Ayat (1)
Huruf a
Huruf b
Huruf c
3. Bahasa . . .
-8-
3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang sangat
penting kegunaannya dalam pergaulan global.
Huruf d
Huruf e
Huruf f
Huruf g
Huruf h .
-9-
Huruf h
Huruf i
Huruf j
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 77J
Ayat (1)
Huruf a
Huruf b .
- 10 -
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Huruf e
Huruf f . . .
- 11 -
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Huruf i
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 77K . . .
- 12 -
Pasal 77K
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d .
- 13 -
Huruf d
Huruf e
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Huruf i .
- 14 -
Huruf i
Huruf j
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 77L
Cukup jelas.
Pasal 77M
Cukup jelas.
Pasal 77N
Cukup jelas.
Pasal 77O
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) .
- 15 -
Ayat (2)
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 77P
Cukup jelas.
Pasal 77Q .
- 16 -
Pasal 77Q
Cukup jelas.
Angka 21
Pasal 89
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
TENTANG
Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 27 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementrian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun
2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
2
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
(1) Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG STANDAR ISI SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
Pasal 1
(1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi terdiri dari Tingkat
Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan ketrampilan.
(3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata
pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi
dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada
SMK/MAK setiap program keahlian diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah.
(5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang
lingkup materi pada setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
(6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi
Inti untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
(7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti
Sikap Spiritual sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(6) pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budipekerti disusun secara jelas.
3
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan
Pendidikan Dasar dan Satuan Pendidikan Menengah wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 3
(tiga) tahun untuk semua tingkat kelas.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
4
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni
2016
TTD.
ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni
2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
TTD.
Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
BAB I
PENDAHULUAN
1
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan,
yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah
ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan
Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong Generasi Emas
Indonesia Tahun 2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang
berbasis pada Kompetensi Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi
Indonesia menjadi Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus
memperkuat kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia.
Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang harus
dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis
pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata
pelajaran.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam
domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang
lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang
dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian, kecukupan,
keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik
kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga
kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap
dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-
aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik
kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya mempengaruhi
Standar Isi.
2
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang
berjenjang.
3
BAB II
TINGKAT
KOMPETENSI
Tingkat
No Jenjang Pendidikan
Kompetensi
1. Tingkat TK/RA
Pendidikan Anak (Catatan: Standar Isi TK/RA diatur secara
2. Tingkat SD/MI/SDLB/Paket A
3. Pendidikan Dasar SMP/MTS/SMPLB/Paket B
4. Tingkat
Pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C
Menengah
4
Keterangan:
SDLB, SMPLB, dan SMALB yang dimaksud hanya diperuntukkan bagi tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Bloom Taxonomy yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang
dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai
rujukan pada Standar Kompetensi Lulusan. Bloom Taxonomy mengkategorikan
capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang
terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan
penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan
penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi
faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya
dimulai sejak Tingkat Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan Menengah.
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali
dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003
digunakan sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk
aspek pengetahuan. Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh
peserta didik untuk menguasai suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural,
uni-struktural, multi-struktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Kelima
tahap ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu surface knowledge,
deep knowledge dan conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk
Sekolah Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar
untuk Sekolah Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge
diperoleh pada Tingkat Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah
Atas. Walaupun demikian, untuk jenis pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini
dapat dicapai dalam satu jenjang pendidikan atau dalam satu tingkat kelas.
Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat
generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan
Kompetensi dan ruang lingkup materi yang bersifat spesifik untuk setiap mata
pelajaran. Secara hirarkis, Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai
acuan untuk menetapkan Kompetensi yang bersifat generik pada tiap Tingkat
Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini kemudian digunakan untuk
menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata pelajaran.
Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk
menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan
dan jenjang pendidikan.
5
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual
dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya
keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek
spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Penjabaran Tingkat Kompetensi lebih lanjut pada
setiap jenjang pendidikan sesuai pencapaiannya pada tiap kelas akan
dilakukan oleh Pihak Pengembang Kurikulum. Tingkat Kompetensi yang
berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks
intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta
penilaian.
Uraian revisi Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi disajikan dalam
tabel berikut.
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangga, dan negara.
6
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar
dengan cara :
a. mengamati,
b. menanya, dan
c. mencoba
Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah, dan tempat bermain.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan
bertindak:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
7
(Tingkat Kelas VII-IX SMP/MTs/SMPLB/PAKET B)
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menghargai dan menghayati perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
Pengetahuan 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang:
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif,
8
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang teori.
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai),
e. bertanggung jawab,
f. responsif, dan
g. pro-aktif,
Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya, dan
9
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
e. humaniora
Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
1
(Kelas X- XII SMK/MAK)
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan
pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian
secara berkesinambungan serta menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi pengetahuanfaktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian pada bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
1
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
1
BAB III
TINGKAT KOMPETENSI DAN RUANG LINGKUP MATERI
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
makhluk ciptaan-Nya dalam Alquran
yang dijumpai di surat-surat pendek
sekitar rumah dan Q.S. Al- Fatihah dan
sekolah. Q.S. Al-Ikhlas.
- Mengenal pesan-
pesan yang Aqidah
terkandung dalam - Asmaul Husna.
surah pendek - Kalimat syahadat.
Alquran, rukun Islam - Keesaan Allah SWT
yang pertama dan Akhlak dan Budi
doa sehari-hari. Pekerti.
- Mengenal dan - Doa belajar dan
mempraktikkan tata makan.
cara bersuci, shalat - Perilaku hormat dan
dan kegiatan agama patuh kepada
yang dianutnya di orangtua dan guru.
sekitar rumahnya - Perilaku saling
melalui pengamatan menghormati antar
sesuai dengan sesama anggota
ketentuan agama keluarga.
Islam. - Perilaku jujur.
- Mengenal dan - Perilaku disiplin.
menceritakan kisah - Perilaku bertanggung
keteladanan nabi. jawab.
- Mengenal hadis yang - Perilaku percaya diri
terkait dengan - Perilaku kasih
anjuran menuntut sayang kepada
ilmu serta perilaku sesame.
hidup bersih dan - Sikap kerja sama
sehat. dan saling tolong
- Memahami dan menolong.
mencontoh perilaku - Perilaku menuntut
yang sesuai dengan ilmu.
akhlakul karimah - Perilaku hidup
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
(akhlak mulia) dan bersih dan sehat.
budi pekerti.
- Mengetahui dan Fiqih
melafalkan huruf- - Tata cara bersuci.
huruf hijaiyyah dan - Tata cara shalat dan
hafalan surah dan bacaannya.
ayat pilihan dalam - Tata cara Wudhu
Alquran, dan Asmaul dan doanya.
Husna. - Kegiatan agama yang
- Melafalkan dan dianutnya.
mempraktikkan dua - Sejarah Peradaban
kalimat syahadat Islam.
serta doa sehari-hari - Kisah keteladanan
dengan benar dan para nabi dan rasul.
jelas. - Kisah keteladanan
- Meyakini dan Nabi Muhammad
mengetahui adanya saw.
Allah SWT, malaikat-
malaikat, dan Rasul- Alquran
Rasul Allah SWT. - Bacaan Alquran
- Menunaikan ibadah surat dan ayat
shalat secara tertib pilihan (Q.S. An-
serta zikir dan doa Nashr, Al-
setelah selesai shalat. Kautsar,
- Menerapkan Q.S. Al Falaq, Al-
ketentuan syariat Ma‘un dan Al-Fil).
Islam dalam bersuci - Kalimat dalam
dan berperilaku. Alquran surah
- Memiliki dan pendek pilihan.
memahami sikap - Alquran surah
sesuai dengan pendek pilihan.
akhlakul karimah - Kandungan dan
yang tercermin dari makna Alquran
perilaku kehidupan surah pendek
pilihan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sehari-hari.
- Mengerti makna Aqidah
iman kepada - Keesaan dan
malaikat-malaikat Keberadaan Allah
Allah berdasarkan SWT.
pengamatan - Asmaul Husna (Al-
terhadap dirinya dan Wahhab, Al-‘Alim,
alam sekitar. As-Sami‘,Al-Bashir,
- Mengetahui hadis Al-‘Adil, Al-‘Azhim)
yang terkait dengan dan maknanya.
perilaku mandiri, - Keimanan kepada
percaya diri, dan Malaikat Allah SWT.
tanggung jawab.
- Mengetahui hikmah Akhlak dan Budi Pekerti
ibadah shalat, zikir - Sikap disiplin dan
dan doa setelah tertib.
shalat melalui - Sikap rasa ingin
pengamatan dan tahu, sabar, dan rela
pengalaman di berkorban.
rumah dan sekolah. - Sikap kerja keras,
- Mengetahui dan menghindari
menceritakan kisah perilaku tercela,
keteladanan nabi dan sikap gemar
wali songo. membaca.
- Membaca dan - Sikap pantang
mengetahui makna menyerah.
Asmaul Husna dan - Sikap amanah.
hafalan surat dan - Perilaku jujur.
ayat pilihan dengan - Perilaku mandiri,
benar. percaya diri,dan
- Mencontohkan tanggung jawab.
perilaku sesuai - Perilaku tawaduk,
dengan akhlakul ikhlas, dan mohon
karimah. pertolongan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mempraktikkan tata - Peduli terhadap
cara shalat, zikir dan sesama.
doa setelah shalat - Sikap bersyukur.
secara benar dan tata - Sikap santun dan
cara bersuci sesuai menghargai teman.
ketentuan syariat - Sikap rendah hati.
Islam dan - Perilaku hemat.
menceritakan
pengalaman
pelaksanaan ibadah Fiqih
shalat di rumah, - Bersuci dari
masjid dan sekolah. hadas kecil dan
- Meyakini Alquran hadas besar.
sebagai kitab suci - Ibadah
terakhir dan shalat,
menjadikannya makna, tata
sebagai pedoman cara,
hidup. pelaksanaan,
- Memahami dan dan
mengetahui makna hikmahnya.
Rukun Iman. - Zikir dan doa
- Menunaikan ibadah setelah shalat,
wajib dan sunnah di makna dan tata
bulan Ramadhan, caranya.
dan berzakat, infak,
dan sedekah. Sejarah Peradaban
- Memiliki dan Islam
mencontohkan sikap - Kisah keteladanan
sesuai dengan para nabi dan rasul.
akhlakul karimah - Kisah Keteladanan
yang mencerminkan Nabi Muhammad
rukun iman. saw.
- Mengenal nama- - Kisah keteladanan
nama Rasul Allah Wali Songo.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan Rasul Ulul Azmi. Alquran
- Mengetahui makna - Bacaan Alquran
Asmaul Husna, Q.S. Al-Ma’un dan
surat, dan ayat Q.S. At-Tin, Q.S.
pilihan dengan benar Al-Kafirun dan Al-
serta menuliskannya Maidah (5): 2.
dengan baik dan - Kalimat-kalimat
benar. dalam Alquran
- Memahami hikmah surah pendek
ibadah wajib dan pilihan.
sunnah di bulan - Arti dan makna
Ramadhan, beriman Alquran surah
kepada Hari Akhir, pendek pilihan.
zakat, infak, dan - Perilaku yang
sedekah, beriman mencerminkan
kepada Qadha dan pemahaman
Qadar yang dapat terhadap
membentukperilaku kandungan ayat
akhlak mulia. Alquran atau surah
- Mengetahui dan pilihan.
menceritakan kisah
keteladanan nabi, Aqidah
Keluarga Luqman, - Kitab-kitab Suci
sahabat-sahabat dan rasul yang
Nabi Muhammad menerimanya.
SAW, Ashabul Kahfi - Alquran sebagai
sebagaimana kitab suci terakhir
terdapat dalam dan pedoman
Alquran. hidup.
- Menunjukkan contoh - Asmaul Husna: Al-
Qadha dan Qadar Mumit, Al- Hayy,
dalam kehidupan Al-Qayum, Al-
sehari- hari sebagai Ahad, Ash-
implementasi dari Shamad, Al-
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pemahaman rukun Muqtadir, Al-
Iman. Muqadim, al-Baq.
- Hari Akhir, hikmah
dan perilaku yang
mencerminkan
iman kepadanya.
- Qadha dan Qadar,
hikmah dan
Perilaku yang
mencerminkan
iman kepada
Qadha dan Qadar.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pengendalian diri.
- Sikap toleran dan
simpatik terhadap
sesama.
- Sikap fathanah.
- Sikap suka
menolong.
- Sikap berserah diri
kepada Allah SWT.
Fiqih
- Puasa
Ramadhan,
makna dan
hikmahnya.
- Shalat tarawih
dan tadarus.
- Zakat, infak,
sedekah, makna
dan hikmahnya.
Sejarah peradaban
Islam
- Kisah
Keteladanan para
nabi dan rasul.
- Kisah
keteladanan Nabi
Muhammad saw.
- Kisah
keteladanan
sahabat- sahabat
Nabi Muhammad
saw.
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Kisah
keteladanan
Luqman.
- Kisah
keteladanan
Ashabul Kahfi.
Tingkat - Menghayati dan Alquran dan Hadis
Pendidikan Dasar memahami
(Kelas VII-IX) kandungan ayat-ayat Ayat-ayat Alquran
Alquran pilihan dan pilihan dan hadis
hadis yang terkait. terkait
- Memahami dan - Bacaan ayat-ayat
mencontohkan sikap- Alquran pilihan Q.S.
sikap terpuji yang Al- Mujadilah (58):
berkaitan dengan 11 dan Q.S. Ar-
akhlakul karimah. Rahman (55): 33,
- Meneladani dan Q.S. An-Nisa (4): 8,
memahami Q.S.An-Nisa (4):146,
perjuangan Nabi Q.S. Al-Baqarah
Muhammad saw. (2):153, dan Q.S. Ali
periode Mekah dan Imran (3):134, Q.S.
Madinah, sikap Al-Anfal (8): 27, Q.S.
terpuji Al-Ahqaf (46): 13,
khulafaurrasyidin, Q.S. Al-Furqan
semangat ilmuwan (25):63; Q.S. Al
muslim dalam Isra’(17): 27; Q.S. An
menumbuhkembangk Nahl (16):114; Q.S.
an ilmu pengetahuan Al-Maidah (5): 90-91
dalam kehidupan dan 32.
sehari-hari. - Hafalan ayat-ayat
- Memahami makna Alquran pilihan.
rukun iman, Asmaul- - Kandungan ayat-
Husna dan surat dan ayat Alquran pilihan
ayat pilihan serta dan hadis terkait.
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
hadis terkait. - Perilaku yang
- Memahami hikmah mencerminkan
puasa wajib dan pemahaman
sunnah, penetapan terhadap ayat-ayat
makanan dan Alquran pilihan dan
minuman yang halal hadis terkait.
dan haram
berdasarkan Alquran Aqidah
dan Hadis. - Allah SWT.
- Membaca dan - Asmaul Husna: : Al-
Menunjukkan ’Alim, al- Khabir, as-
hafalan surah dan Sami’, dan al-Bashir.
ayat pilihan serta - Malaikat Allah SWT.
hadis terkait dengan - Kitab suci Alquran.
tartil dan lancar. - Nabi Muhammad
- Mencontohkan saw.
perilaku sesuai - Rasul Allah SWT.
dengan akhlakul - Dalil-dalil tentang
karimah. keimanan.
- Memahami dan - Perilaku yang
Mempraktikkan tata mencerminkan
cara bersuci, shalat keimanan.
wajib dan shalat
sunnah, shalat jamak Akhlak dan Budi Pekerti
dan qashar, shalat - Amanah dan
berjamaah dan perilaku yang
munfarid, sujud mencerminkan sifat
syukur, sujud sahwi, amanah.
dan sujud tilawah. - Istiqamah dan
- Merekonstruksi perilaku yang
sejarah pertumbuhan mencerminkan sifat
ilmu pengetahuan istiqamah.
sampai masa - Perilaku rendah hati
Umayyah dan masa dan hemat.
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Abbasiyah untuk - Gemar beramal dan
kehidupan sehari- berbaik sangka.
hari. - Sikap sabar,
ikhlas dan
pemaaf.
- Jujur dan perilaku
yang mencerminkan
sifat jujur.
- Hormat dan patuh
kepada orangtua dan
guru serta perilaku
yang mencerminkan
sifat hormat dan
patuh.
- Empati dan perilaku
yang mencerminkan
sifat empati.
Fiqih
- Bersuci dari hadas
kecil dan hadas
besar.
- Shalat wajib dan
shalat sunnah,
shalat berjamaah,
shalat munfarid.
- Shalat Jumat.
- Shalat jamak
dan shalat qasar.
- Sujud syukur, sujud
sahwi, sujud tilawah.
Sejarah Peradaban
Islam
- Dakwah Rasulullah
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
saw Periode Mekah
dan Madinah.
- Sikap dan perilaku
terpuji
khulafaurrasyidin.
- Pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada
masa Umayyah dan
Abbasiyah.
- Semangat ilmuwan
muslim dalam
menumbuh
kembangkan ilmu
pengetahuan dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Menghayati dan Alquran dan Hadis
memahami surat dan - Ayat-ayat Alquran
ayat Alquran pilihan pilihan dan hadis
dan hadis terkait. terkait Q.S. Az-
- Meyakini dan Zumar (39): 53; Q.S.
memahami rukun An-Najm (53): 39-
iman berdasarkan 42,dan Q.S. Ali
pengamatan Imran (3): 159 dan
terhadap dirinya, QS. Al Hujurat (49) :
alam sekitar dan 13.
makhluk - Bacaan ayat-ayat
ciptaan-Nya. Alquran pilihan.
- Memahami hikmah - Hafalan ayat-ayat
dan menerapkan Alquran pilihan.
ketentuan syariat - Kandungan ayat-
Islam dalam ayat Alquran pilihan
pelaksanaan dan hadis terkait.
penyembelihan - Perilaku yang
hewan, ibadah
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
qurban dan aqiqah. mencerminkan
- Menghargai perilaku pemahaman
sesuai dengan terhadap ayat-ayat
akhlakul karimah. Alquran pilihan dan
- Membaca dan hadis terkait.
menunjukkan
hafalan surat dan Aqidah
ayat Alquran pilihan - Hari Akhir, makna
sesuai dengan kaidah beriman kepada Hari
tajwid dan makhrajul Akhir, dan sikap
huruf. mawas diri sebagai
- Mencontohkan cermin beriman
perilaku yang kepada Hari akhir.
mencerminkan - Qadha dan Qadar,
akhlakul karimah. makna beriman
- Memahami ketentuan kepada Qadha dan
haji dan umrah, dan Qadar serta sikap
mempraktikkan tawakal sebagai
manasik haji, ibadah cermin beriman
qurban dan aqiqah. kepada Qadha dan
- Melakukan Qadar.
rekonstruksi sejarah
perkembangan dan Akhlak dan Budi Pekerti
tradisi Islam di - Jujur dan perilaku
Nusantara. yangmencerminkan
sifat jujur.
- Sikap optimis,
ikhtiar dan tawakal.
- Perilaku toleran
dan menghargai
perbedaan.
- Sikap mawas diri.
- Hormat dan patuh
kepada orangtua dan
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
guru serta perilaku
yang mencerminkan
sifat hormat dan
patuh.
- Tata krama, sopan-
santun, dan rasa
malu serta perilaku
yang mencerminkan
sifat-sifat tersebut.
Fiqih
- Penyembelihan
hewan.
- Ibadah Qurban dan
aqiqah serta
hikmahnya.
- Sikap empati, peduli,
dan gemar menolong
kaum dhuafa sebagai
implementasi dari
pemahaman makna
ibadah qurban dan
aqiqah.
- Haji dan umrah.
Sejarah Peradaban
Islam
- Perkembangan
Islam di Nusantara.
- Tradisi Islam
Nusantara.
Tingkat - Menghayati nilai- Alquran dan Hadis
Pendidikan nilai rukun iman. - Ayat-ayat Alquran
Menengah - Meyakini kebenaran pilihan dan hadis
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
(Kelas X- dan berpegang teguh terkait: Q.S. Al Anfal
XII) kepada Alquran, (8) : 72); Q.S. Al-
Hadis, dan Ijtihad Hujurat (49) : 12;
sebagai pedoman dan QS Al-Hujurat
hidup dan hukum (49) : 10; Q.S. Al-Isra’
Islam. (17) : 32, dan Q.S. An
- Berpakaian sesuai Nur (24) : 2, Q.S. Al-
dengan ketentuan Maidah (5) : 48; Q.S.
syariat Islam dalam Az-Zumar (39) : dan
kehidupan sehari- Q.S. At-Taubah (9) :
hari. 105, Q.S. Yunus (10)
- Memahami dan : 40-41 dan Q.S. Al-
menerapkan Maidah (5) : 32.
ketentuan syariat - Bacaan ayat-ayat
Islam dalam Alquran pilihan.
penyelenggaraan - Hafalan ayat-ayat
jenazah, khotbah, Alquran pilihan.
tabligh, dan dakwah - Kandungan ayat-ayat
di masyarakat. Alquran pilihan dan
- Memahami manfaat hadis terkait.
dan menunjukkan - Perilaku yang
perilaku sesuai mencerminkan
dengan akhlakul pemahaman
karimah yang terhadap ayat-ayat
mencerminkan Alquran pilihan dan
kesadaran beriman. hadis terkait.
- Menganalisis dan
memahami makna Aqidah
Asmaul Husna, - Iman kepada
rukun iman, surah malaikat-malaikat
dan ayat pilihan Allah SWT.
serta hadis yang - Asmaul Husna: al-
terkait. Kariim, al- Mu’min,
- Memahami dan al-Wakiil, al-Matiin,
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menelaah substansi al- Jaami’, al-‘Adl,
dan strategi dakwah dan al-Akhiir.
Rasulullah saw. di - Iman kepada kitab-
Mekah dan di kitab Allah SWT.
Madinah dan - Iman kepada rasul-
perkembangan Islam rasul Allah SWT.
pada masa kejayaan
dan masa modern Akhlak dan Budi Pekerti
(1800-sekarang). - Berpakaian Islami
- Menelaah dan - Jujur dan perilaku
mempresentasikan yang mencerminkan
prinsip-prinsip, sifat jujur.
praktik ekonomi - Hormat dan patuh
dalam Islam. kepada orangtua dan
- Membaca dan guru serta perilaku
mendemonstrasikan yang mencerminkan
hapalan surah dan sifat hormat dan
ayat pilihan sesuai patuh.
dengan kaidah tajwid - Perilaku kontrol diri
dan makhrajul huruf (mujahadah an nafs),
dengan lancar. prasangka baik
- Meneladani dan (husnuzzhan),
menceritakan tokoh- persaudaraan
tokoh teladan dalam (ukhuwah).
semangat mencari - Perilaku menghindari
ilmu. diri dari pergaulan
- Menyajikan dalil bebas dan perbuatan
tentang ketentuan zina.
dan pengelolaan - Semangat menuntut
wakaf. ilmu, menerapkan
- Mendeskripsikan dan
bahaya perilaku menyampaikannya
tindak kekerasan kepada sesama.
dalam kehidupan. - Sikap luhur budi,
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kokoh pendirian,
pemberi rasa aman,
tawakal dan perilaku
adil.
- Sikap tangguh dan
menegakkan
kebenaran.
Fiqih
- Kebenaran hukum
Islam.
- Sumber hukum
Islam.
- Taat kepada hukum
Islam.
- Berpakaian sesuai
dengan ketentuan
syariat Islam dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Ketentuan dan
pengelolaan
wakaf.
- Ketentuan
penyelenggaraan
jenazah.
- Ketentuan
pelaksanaan
khotbah, tabligh dan
dakwah di
masyarakat.
- Prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi
dalam Islam.
- Sejarah Peradaban
2
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Islam.
- Substansi dan
strategi dakwah
Rasulullah saw. di
Mekah dan Madinah.
- Sikap tangguh dan
semangat
menegakkan
kebenaran.
- Sikap semangat
ukhuwwah
Islamiyah.
- Perkembangan
peradaban Islam
pada masa kejayaan
dan masa modern
(1800- sekarang).
- Sikap semangat
menumbuhkembang
kan ilmu
pengetahuan dan
kerja keras.
- Perilaku kreatif,
inovatif, dan
produktif.
- Menghayati dan Alquran dan Hadis
memahami makna - Ayat-ayat
nilai-nilai keimanan Alquran pilihan
dari rukun iman. dan hadis terkait.
- Menerapkan - Bacaan ayat-ayat
ketentuan syariat Alquran pilihan: Q.S.
Islam dalam Ali Imran (3): 190-
kehidupan sehari- 191, dan Q.S. Ali
hari. Imran (3): 159, Q.S.
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menunjukkan Luqman (31): 13-14
perilaku akhlakul dan Q.S. Al-Baqarah
karimah yang (2): 83.
mencerminkan - Hafalan ayat-ayat
kesadaran beriman Alquran pilihan.
kepada Hari Akhir - Kandungan ayat-ayat
dan kepada Qadha Alquran pilihan dan
dan Qadar Allah hadis terkait.
SWT. - Perilaku yang
- Menganalisis surah mencerminkan
dan ayat pilihan pemahaman
dan hadis terkait. terhadap ayat-ayat
- Memahami dan Alquran pilihan dan
menyajikan hikmah hadis terkait.
dan manfaat saling
menasihati dan Aqidah
berbuat baik - Nilai-nilai iman
(ihsan) dalam kepada Hari Akhir
kehidupan. dan perilaku yang
- Memahami mencerminkan iman
ketentuan dan kepada Hari Akhir.
memperagakan tata - Nilai-nilai iman
cara pernikahan kepada Qadha dan
dalam Islam, hak Qadar serta perilaku
dan kedudukan yang mencerminkan
wanita dalam iman kepada Qadha
keluarga, dan Qadar.
pembagian waris
berdasarkan Akhlak dan Budi Pekerti
hukum Islam. - Jujur dan perilaku
- Membaca dan yang mencerminkan
mendemonstrasikan sifat jujur.
surah dan ayat - Hormat dan patuh
pilihan sesuai kepada orangtua dan
dengan kaidah
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tajwid, makhrajul guru serta perilaku
huruf, dan dengan yang mencerminkan
tartil dan lancar. sifat hormat dan
- Menganalisis dan patuh.
mendeskripsikan - Hikmah dan manfaat
strategi dakwah dan saling menasehati
perkembangan dan berbuat baik
Islam di Indonesia, (ihsan).
dan faktor-faktor - Perilaku kompetitif
kemajuan dan dalam kebaikan dan
kemunduran kerja keras.
peradaban Islam di - Sikap toleran, rukun
dunia. dan menghindarkan
diri dari tindak
kekerasan.
- Perilaku kreatif,
inovatif, dan
produktif.
Fiqih
- Ketentuan syariat
Islam dalam
melaksanakan
pernikahan dan
perawatan jenazah.
- Prinsip dan praktik
ekonomi Islam.
- Hak dan kedudukan
wanita dalam
keluarga.
- Ketentuan syariat
Islam dalam
melakukan
pembagian harta
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
warisan.
- Khotbah, tabligh dan
dakwah.
Sejarah Peradaban
Islam
- Sikap semangat
melakukan
penelitian di bidang
ilmu pengetahuan
sebagai implementasi
dari pemahaman dan
perkembangan Islam
di dunia.
- Strategi dakwah dan
perkembangan Islam
di Indonesia.
- Faktor-faktor
kemajuan dan
kemunduran
peradaban Islam di
dunia.
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
yang lebih tua serta melalui keluarga.
menjaga kerukunan - Keluarga sebagai
dalam kaitannya pemberian Allah.
dengan nilai-nilai - Kegunaan anggota
kristiani. tubuh ciptaan Allah.
Nilai-nilai kristiani
- Aku merawat
tubuhku.
- Hidup rukun di
sekolah dan rumah.
- Menghormati
orangtua dan orang
yang lebih tua.
- Mengasihi keluarga
dan teman.
- Melakukan tanggung
jawab di rumah dan
di sekolah.
- Meyakini kehadiran Allah Tritunggal dan
Allah dan karya-Nya
kekuasaan-Nya - Allah Maha Kuasa.
dalam berbagai - Kehadiran Allah
fenomena kehidupan. melalui iklim dan
- Menunjukkan gejala alam.
berbagai perilaku - Kehadiran Allah
yang menunjukkan melalui keberagaman
nilai-nilai kristiani flora dan fauna.
dalam kaitannya - Kehadiran Allah
dengan kehadiran melalui
dan kekuasaan Allah. kepelbagaian:
budaya, suku, agama
dan bangsa.
- Menggantungkan
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
hidup pada
kekuasaan Allah
- Manusia makhluk
terbatas.
Nilai-nilai kristiani
- Mengasihi dan
toleran terhadap
sesama tanpa
memandang
perbedaan.
- Menolong orang
yang menderita.
- Tanggung jawab
memelihara flora
dan fauna yang
ada di sekitarnya.
- Jujur mengakui
keterbatasannya
sebagai manusia
sebagai wujud
hidup orang
beriman.
- Disiplin dan
bertanggung
jawab.
- Menjelaskan Allah Tritunggal dan
manusia berdosa karya-Nya
diselamatkan Allah - Allah penyelamat
melalui Yesus manusia.
Kristus. - Peran Roh Kudus
- Membiasakan diri dalam pertobatan.
menyembah Allah - Allah adalah Tuhan
baik dalam ibadah yang patut
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
formal maupun disembah.
dalam sikap hidup - Membina hubungan
yang berdasarkan yang akrab dengan
nilai-nilai kristiani. Allah.
- Allah berkuasa
melalui berbagai
peristiwa alam
- Hidup bergantung
pada kuasa Allah.
Nilai-nilai kristiani
- Makna hidup baru
bagi orang yang
telah diselamatkan
- Ibadah sebagai
.bentuk ketaatan
pada Allah.
- Melayani sesama
sebagai wujud
ibadah.
- Menghormati sesama
sebagai wujud
ibadah.
Tingkat - Menjelaskan Allah Allah Tritunggal dan
Pendidikan Dasar sebagai penyelamat. karya-Nya
(Kelas VII-IX) - Mempraktikkan - Allah terus berkarya.
kehidupan beriman - Allah mengampuni
dan berpengharapan dan menyelamatkan
dalam kaitannya manusia melalui
dengan Allah Yesus Kristus.
Tritunggal. - Peran Roh Kudus
- Mendemonstrasika dalam hidup orang
perilaku yang beriman.
menunjukkan nilai-
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
nilai kristiani. Nilai-Nilai Kristiani
- Solidaritas sosial.
- Hidup bersyukur.
- Iman dan
pengharapan.
- Menjelaskan karya Allah Tritunggal dan
Allah Tritunggal karya-Nya
melalui gereja. - Gereja dan
- Mempraktikkan masyarakat.
peran sebagai - Gereja yang
anggota gereja bertumbuh.
dan masyarakat - Gereja membawa.
sesuai dengan perubahan baru.
nilai-nilai
kristiani. Nilai-Nilai Kristiani
- Membangun
toleransi mengacu
pada teladan
Yesus.
- Gereja yang
melayani.
- Tanggung jawab
sosial orang
Kristen.
Tingkat - Menjelaskan Allah Allah Tritunggal dan
Pendidikan sebagai pembaharu karya-Nya
Menengah (Kelas melalui Roh Kudus. - Allah sebagai
X-XII) - Menerapkan nilai- pembaharu
nilai kristiani dalam kehidupan melalui
kehidupan moderen. Roh Kudus.
- Menganalisis nilai - Kebudayaan dan
demokrasi, IPTEK sebagai
multikulturalisme anugerah Tuhan.
dan HAM sebagai
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
anugerah Allah. Nilai-nilai Kristiani
- Mewujudkan - Menjadi manusia
demokrasi, keadilan dewasa dalam iman.
dan HAM serta - Makna kesetiaan.
perdamaian. - Keadilan dan kasih.
- Pertemanan,
persahabatan, dan
berpacaran.
- Nilai kristiani dalam
keluarga dan
masyarakat.
- Keluarga dan
modernisasi.
- Keluarga dan sekolah
sebagai lembaga
pendidikan utama.
Nilai-nilai kristiani
- Keadilan gender.
- Proaktif dalam
mewujudkan
demokrasi dan HAM.
- Turut
memperjuangkan
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keadilan.
- Menjadi pembawa
damai sejahtera.
3
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keselamatan Allah
melalui doa.
- Mulai mengenal doa-
doa Gereja dan
maknanya.
- Mulai mengucapkan
doa-doa Gereja.
- Mulai mengenal
tetangga, baik
lingkungan maupun
orang- orangnya.
- Mulai mengenal
lingkungan sekolah
serta teman-teman
sekolahnya.
- Hidup rukun dengan
tetangga dan teman
sekolahnya.
- Berdoa bagi
tetangga dan teman-
teman sekolah.
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
melakukan
perbuatan yang Gereja
baik. - Sakramen Inisiasi.
- Mengenal karya - Keutamaan kristiani.
keselamatan Allah - Doa gereja dan doa
yang dialami oleh spontan.
tokoh- tokoh
Perjanjian Lama dan Masyarakat
Perjanjian Baru, - Pemimpin
serta meneladani masyarakat.
mereka. - Tradisi masyarakat.
- Mengenal Yesus dan - Anggota masyarakat.
karya-Nya, baik
yang berupa Pribadi Peserta Didik
percakapan maupun - Pribadi laki-laki dan
mukjizat, serta perempuan.
mengerti maknanya. - Warga Negara
- Mengenal kesetiaan Indonesia dan
Allah pada janji-Nya warga dunia.
dalam pemberian
Sepuluh Firman Yesus Kristus
sebagai pedoman - Nabi dan tokoh
hidup, baik dalam Perjanjian Lama
berelasi dengan pendahulu Yesus
orangtua maupun Kristus.
dengan sesama. - Sengsara wafat dan
- Mematuhi Sepuluh kebangkitan Kristus.
Firman.
- Mengenal makna Gereja
dan tata perayaan - Roh Kudus
sakramen Baptis, dalam kehidupan
Ekaristi dan Tobat gereja.
sebagai tanda karya - Ciri-ciri gereja.
keselamatan Allah - Pelayanan gereja.
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
bagi manusia, serta
menghayatinya. Masyarakat
- Mengenal dan - Peran Roh Kudus
melaksanakan dalam kehidupan
keutamaan Kristiani bersama di
sebagai tanggapan masyarakat.
serta ungkapan - Tantangan zaman di
syukur atas karya tengah masyarakat.
keselamatan Allah - Kejujuran dan
itu. Keadilan.
- Mengenal dan
mengucapkan aneka
doa dalam Gereja
sebagai ungkapan
iman kepada Allah.
- Mengenal doa
spontan dan
maknanya dalam
doa pribadi dan doa
bersama, serta
mempraktikkannya.
- Mengenal dan
meneladani
pemimpin
masyarakat.
- Mengenal dan
melestarikan tradisi
masyarakat.
- Mulai melibatkan
diri dalam kegiatan
masyarakat sebagai
perwujudan
kesadaran bahwa
dirinya adalah
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
anggota masyarakat.
- Memahami diri
sebagai perempuan
atau laki-laki sesuai
dengan citra Allah
dan sebagai partner
yang saling
melengkapi.
- Menghargai setiap
orang, baik laki-laki
maupun
perempuan, sebagai
citra Allah.
- Memahami diri
sekaligus bangga
sebagai warga
negara Indonesia
yang beraneka
ragam suku dan
bahasanya, serta
mensyukurinya.
- Memahami diri
sebagai bagian
warga dunia dan
melibatkan diri
dalam berbagai
keprihatinan yang
ada.
- Memahami karya
keselamatan Allah
melalui para nabi
dan tokoh-tokoh
Perjanjian Lama.
- Memahami karya
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keselamatan Allah
melalui kata-kata,
tindakan, dan
pribadi Yesus
Kristus yang
berpuncak pada
sengsara, wafat dan
kebangkitan- Nya.
- Mengungkapkan
doa syukur atas
karya keselamatan
Allah melalui para
nabi dan Yesus
Kristus.
- Memahami dan
mengucapkan doa-
doa sebagai
ungkapkan hidup
baru dalam Roh
Kudus yang
berkarya dalam
kehidupan
menggereja.
- Memahami ciri-ciri
dan karya
pelayanan Gereja.
- Melibatkan diri
dalam karya
pelayanan Gereja.
- Memahami dan
mulai mewujudkan
buah-buah Roh
yang dibutuhkan
demi pengembangan
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kehidupan bersama
dalam masyarakat.
- Memahami dan
menanggapi aneka
tantangan zaman di
tengah masyarakat
berdasarkan ajaran
Gereja dan hati
nurani.
Tingkat - Menyadari dirinya, Pribadi Peserta Didik
Pendidikan laki-laki atau - Citra Allah.
Menengah perempuan, sebagai - Kesederajatan antara
(Kelas VII-IX) citra Allah yang laki-laki dan
baik. perempuan.
- Menyadari dirinya - Seksualitas sebagai
memiliki bermacam- anugerah Tuhan
macam kemampuan - Peran keluarga
dan keterbatasan. sekolah dan
- Menghargai masyarakat bagi
kesederajatan laki- perkembangan diri.
laki dan perempuan
sebagai anugerah Yesus Kristus
Tuhan. - Pewartaan
- Menyadari peran Yesus Kristus
keluarga, sekolah, tentang
teman dan Kerajaan Allah.
masyarakat dalam - Panggilan dan
perkembangan perutusan murid-
dirinya. murid Yesus.
- Mensyukuri dengan
doa peran keluarga, Gereja
sekolah, teman dan - Gereja sebagai
masyarakat dalam paguyuban umat
perkembangan beriman.
- Gereja sebagai
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dirinya. sakramen
- Memahami karya keselamatan.
keselamatan Allah - Pelayanan kerja.
dalam peristiwa - Roh Kudus daya
Yesus Kristus hidup gereja.
seperti dikisahkan - Sakramen inisiasi,
dalam Kitab Suci, sakramen tobat,
terutama sakramen
pewartaan- Nya pengurapan orang
tentang Kerajaan sakit.
Allah dan sengsara,
wafat serta Masyarakat
kebangkitan-Nya. - Panggilan gereja
- Menghargai mewartakan dan
pewartaan Yesus menjadi saksi
tentang Kerajaan kerajaan Allah di
Allah. tengah masyarakat
- Bersyukur atas Pribadi Peserta Didik
keselamatan yang - Cita-cita sebagai
diperoleh melalui pendorong
sengsara, wafat dan perkembangan diri.
kebangkitan
Kristus. Yesus Kristus
- Memahami Gereja - Iman sebagai
sebagai paguyuban tanggapan terhadap
orang beriman rencana keselamatan
yang memiliki Allah dalam Yesus
berbagai macam Kristus.
bentuk pelayanan.
- Memahami Gereja Gereja
sebagai sakramen - Sakramen
keselamatan yang perkawinan,
antara lain sakramen Tahbisan.
terungkap dalam - Hak dan kewajiban
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sakramen inisiasi, anggota gereja
sakramen tobat dan Masyarakat.
sakramen - Perwujudan iman
pengurapan orang dalam hidup
sakit. bermasyarakat.
- Menghayati hidup - Pelayanan dan
sesuai dengan perjuangan gereja di
kedudukannya tengah masyrakat
sebagai anggota (kejujuran, keadilan,
Gereja yang persaudaraan,
merupakan martabat manusia,
sakramen dan keutuhan
keselamatan. ciptaan).
- Menyadari bahwa
Gereja sebagai
murid-murid
Kristus, yang tak
lepas dari peran Roh
Kudus, dipanggil
dan diutus untuk
mewartakan dan
menjadi saksi atas
nilai-nilai Kerajaan
Allah di tengah
masyarakat zaman
sekarang.
- Mampu hidup di
tengah masyarakat
dengan berpegang
pada nilai-nilai
Kerajaan Allah.
- Menyadari
pentingnya memiliki
cita-cita bagi
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dirinya.
- Mensyukuri cita-cita
hidupnya.
- Memahami iman
sebagai tanggapan
terhadap rencana
keselamatan Allah.
- Mampu menghayati
iman dalam hidup
sehari-hari.
- Memahami ajaran
Yesus tentang
perkawinan dan
imamat.
- Menghargai hidup
perkawinan dan
imamat.
- Memahami dan
menghormati ajaran
Gereja tentang
Sakramen
Perkawinan dan
Sakramen Tahbisan
sebagai panggilan
hidup.
- Memahami hak dan
kewajiban dirinya
sebagai anggota
jemaat beriman
kristiani.
- Mampu
melaksanakan hak
dan kewajiban
dirinya sebagai
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
anggota jemaat
beriman kristiani.
- Menyadari
pentingnya
perwujudan iman
dalam hidup
bermasyarakat.
- Menyadari
pentingnya
pelayanan dan
perjuangan Gereja di
tengah masyarakat
demi tercapainya
nilai-nilai Kerajaan
Allah, seperti
kejujuran, keadilan,
persaudaraan,
penghormatan
terhadap martabat
manusia, dan
keutuhan ciptaan.
- Ikut terlibat dalam
perjuangan Gereja di
tengah masyarakat.
Tingkat - Memahami dan Pribadi Peserta Didik
Pendidikan mensyukuri diri - Laki-laki dan
Menengah dengan segala perempuan
(Kelas X-XII) kemampuan dan saling
keterbatasannya. melengkapi.
- Memahami dan - Suara hati.
menghayati jati
diri sebagai Yesus Kristus
perempuan atau - Yesus sebagai juru
laki- laki yang selamat, sahabat,
saling melengkapi dan idola.
4
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan sederajat. - Tritunggal Maha
- Memiliki sikap saling Kudus.
menghargai sebagai
sesama manusia Gereja
yang diciptakan - Gereja yang terbuka.
sebagai citra Allah - Sifat-sifat gereja
yang bersaudara satu sebagai dasar
sama lain. kerasulan.
- Mampu mematuhi - Tugas pokok gereja.
suara hati dan - Hierarki Gereja.
bertindak secara
benar serta tepat. Masyarakat
- Memahami dan - Sikap kritis
bangga akan Yesus terhadap kemajuan
Kristus yang teknologi.
mewartakan dan - Hak asasi manusia.
memperjuangkan - Penghormatan
Kerajaan Allah terhadap
sampai kehidupan.
mengorbankan
hidup-Nya.
- Mensyukuri dan
meneladani
pegorbanan Kristus
dalam
memperjuangkan
Kerajaan Allah.
- Memahami dan
percaya akan Yesus
Kristus sebagai Juru
Selamat, sahabat dan
idola.
- Meyakini dan
menghayati ajaran
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Yesus tentang Allah
Tritunggal dan Roh
Kudus.
- Memahami dan
menghayati Gereja
sebagai umat Allah
yang terbuka.
- Memahami sifat-sifat
Gereja sebagai dasar
kerasulan
- Memahami dan
melaksanakan tugas
pokok Gereja sebagai
murid Yesus Kristus.
- Memahami dan
menghormati fungsi
dan peranan
hierarki.
- Menyadari dan
terlibat dalam
panggilan Gereja di
dunia.
- Memahami,
menghargai dan
memperjuangkan
hak asasi manusia.
- Memahami dan
menghormati
kehidupan.
- Bersikap kritis
terhadap
perkembangan
teknologi dan ideologi
dalam masyarakat.
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Meyakini bahwa Pribadi Peserta Didik
dirinya harus - Panggilan hidup
melaksanakan sebagai gereja
panggilan hidupnya (umat Allah).
sebagai umat Allah
(Gereja). Yesus Kristus
- Mensyukuri - Ajaran Yesus
panggilan hidupnya tentang keadilan,
sebagai umat Allah. kejujuran,
- Menerima ajaran kebenaran,
Yesus tentang nilai- perdamaian dan
nilai keadilan, keutuhan ciptaan.
kejujuran,
kebenaran, Gereja
perdamaian dan - Gereja di tengah
keutuhan ciptaan, kemajemukan
serta menerapkannya bangsa.
dalam hidup sehari-
hari. Masyarakat
- Sebagai anggota - Dialog dengan
Gereja menerima, agama/kepercayaan
menghormati lain.
dan mensyukuri - Keterlibatan dalam
kemajemukan membangun bangsa
bangsa Indonesia dan negara
sebagai anugerah Indonesia.
Allah.
- Memiliki sikap
terbuka terhadap
umat beragama lain.
- Mengamalkan
imannya dengan
berperan aktif dalam
membangun bangsa
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan negara
Indonesia.
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Paramita, Tokoh- agama Hindu.
tokoh teladan dalam - Jenis ciptaan Sang
Ramayana dan Hyang Widhi.
Sejarah Kawitan Bali - Kisah dan perjalanan
Aga. orang suci Hindu ke
- Menunjukkan Bali.
contoh-contoh terkait - Atma sebagai sumber
ajaran: Tri Kaya hidup.
Parisudha, Subha- - Ajaran Tri Murti.
asubha Karma, Kitab - Ajaran Tri Mala
Suci Veda, Jenis- dalam kehidupan.
jenis ciptaan Hyang - Ajaran Catur
Widhi, Kisah suci Paramitha dalam
Hindu keBali, Atman kehidupan.
sebagai sumber - Tokoh-tokoh dalam
hidup, Tri Murti, Tri ceritera Ramayana.
Mala dan Catur - Sejarah lahirnya
Paramita. kawitan Bali Aga.
- Menceritakan: tokoh-
tokoh Ramayana,
sejarah Bali Aga dan
Kisah perjalanan
orang suci Hindu ke
Bali.
- Menyanyikan contoh
gita dan mantram.
- Membiasakan - Doa/salam Om
pengucapan salam Swastyastu, Doa
dan doa sehari-hari. mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan.
toleran terhadap - Salam Parama santih
sesama manusia dan Om santih santih
mahluk ciptaan Santih Om.
Tuhan. - Bhakti dan hormat
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menjaga kelestarian pada orangtua, guru
lingkungan. di sekolah.
- Berperilaku jujur - Bhakti dan hormat
terhadap sesama dan kepada Teman-
mahluk lain. teman di sekolah.
- Mengenal ajaran: Tri - Lingkungan sekolah
Parartha, Suri-Asuri dan rumah.
Sampad dalam - Kejujuran (Satya).
Bhagawadgita, - Ajaran Tri Parartha.
Tokoh-tokoh dalam - Ajaran Daiwi dan
Mahabharata, planet Asuri Sampad dalam
tata surya dalam kitab Bhagawadgita.
ajaran Hindu, tari - Tokoh-tokoh utama
profane dan sacral dalam Mahabharata.
dalam kegiatan - Nama-nama planet
agama, Punarbhawa, dalam tata surya
Orang Suci Hindu, Hindu.
Catur Pataka, Maha - Tari profan dan tari
Rsi penerima Wahyu sakral dalam
dan penyusun Weda, kegiatan keagamaan.
Hari-hari suci Hindu - Ajaran Punarbhawa
dan sejarah sebagai bagian dari
perkembangan Sraddha.
Hindu di Indonesia. - Orang suci agama
- Menunjukkan Hindu yang patut
contoh: perayaan dihormati.
hari-hari suci - Empat jenis dosa
keagamaan Hindu, (Catur Pataka)
orang suci Hindu yang harus
yang ada di dihindari.
wilayahnya, perilaku - Maharsi penerima
yang tergolong dalam wahyu dan penyusun
empat jenis dosa, kitab suci Veda.
contoh implementasi - Hari-hari suci agama
Hindu.
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
ajaran Tri Parartha, - Sejarah
implementasi ajaran perkembangan
Daiwi dan Asuri agama Hindu di
Sampad, contoh- Indonesia secara
contoh tari profane singkat.
dan sakral.
- Menceriterakan
(selayang pandang):
tokoh-tokoh dalam
Mahabharata,
sejarah
perkembangan
agama Hindu di
Indonesia.
- Membiasakan - Doa /salam Om
pelafalan Swastyastu, Doa
doa/mantram dan mulai belajar, Doa
pengucapan salam. makan.
- Menghargai dan - Salam Parama
toleran terhadap santih Om santih
sesama manusia dan santih Santih Om.
mahluk ciptaan - Bhakti dan hormat
Tuhan. pada orangtua,
- Berperilaku jujur g.uru di sekolah
terhadap sesama dan - Hormat kepada
mahluk lain. Teman-teman di
- Menjaga kelestarian sekolah.
lingkungan rumah - Lingkungan sekolah
maupun sekolah. dan rumah.
- Mengenal dan - Kejujuran (Satya).
memahami ajaran Tri - Moksha dalam
Hita Karana, Catur ajaran agama Hindu.
Guru, Tri Rna, Tat - Ajaran Tri Hita
Twam Asi, Sad Ripu, Karana.
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Panca Sradha, isi - Ajaran Catur Guru.
pokok ajaran - Tempat-tempat suci
Bhagawadgita. dalam agama Hindu.
- Mengenal ajaran - Kitab Suci Veda
Moksa dan Kitab sebagai sumber
Suci Weda sebagai hukum Hindu.
sumber hukum. - Ajaran Tri Rna
- Menyebutkan contoh sebagai hutang
praktek ajaran: Tri manusia yang
Hita Karana, Catur dibawa sejak lahir.
Guru, Tri Rna, Tat - Ajaran Tat Twam
Twan Asi, Sad Ripu. Asi dalam cerita
- Menunjukkan contoh Itihasa.
tanda- tanda - Ajaran Sad Ripu
kehidupan orang sebagai perilaku
yang telah mencapai yang patut dihindari.
moksa. - Ajaran Panca
Sraddha sebagai
penguat keyakinan.
- Isi pokok kitab suci
Bhagavadgita
sebagai Pancama
Veda.
Tingkat - Meyakini - Doa salam Om
Pendidikan Dasar doa/mantram dan Swastyastu, Doa
(kelas VII-IX) pengucapan salam. mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan, Doa bangun
toleran terhadap pagi, Doa memulai
sesama manusia dan kegiatan.
mahluk ciptaan - Salam Parama santih
Tuhan. Om santih santih
- Berperilaku jujur Santih Om.
terhadap sesama dan - Bhakti dan hormat
mahluk lain. pada orangtua, guru
- Menjaga kelestarian di sekolah.
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
lingkungan rumah - Hormat kepada
dan sekolah serta teman-teman di
lingkungan secara sekolah.
umum. - Lingkungan sekolah
- Mengenal dan dan rumah.
Memahami ajaran - Kejujuran (Satya).
tentang: Awatara, - Konsepsi Avatara,
Dewa, Bhatara, Deva, dan Bhatara
ajaran Karmaphala, dalam agama Hindu.
mantram dan sloka, - Ajaran Karmaphala
ajaran Sad Atatayi, Tattva sebagai bagian
Sapta Timira, dari Sraddha.
Yadnya, tentang - Mantram dan Sloka
Ketuhanan Hindu, veda sebagai
Kodifikasi Weda, Tri penyelamat manusia.
Guna sebagai sifat - Ajaran Sad Atatayi
dasar, Atman sebagai sebagai perbuatan
sumber hidup, yang harus dihindari.
Pembagian Kanda - Ajaran Sapta Timira
dalam Ramayana, sebagai perilaku yang
Panca Maha Bhuta harus dihindari.
sebagai 5 unsur Alam - Ajaran Yajñ ā dan
Semesta, Rsi Yadnya kualitas Yajñ ā .
dan Pitra Yadnya, - Konsep ketuhanan
Perkembangan dalam agama Hindu.
kehidupan agama - Veda dan batang
Hindu di Asia, Sri tubuh Veda.
Rama dalam - Sad Ripu sebagai
Ramayana. aspek diri yang harus
- Mempraktekan teknis dihindari.
pembacaan Mantram - Tri Guna sebagai
dan Sloka. sifat dasar
- Menceritrakan kehidupan.
perkembangan - Sifat-sifat Tri Guna
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kehidupan agama dalam diri.
Hindu di Asia. - Atman sebagai
- Menunjukkan sumber hidup.
contoh-contoh - Panca Maha Bhuta
pelaksanaan Rsi sebagai unsur
Yadnya dan Pitra pembentuk alam
Yadnya, contoh semesta.
praktek ajaran Sad - Ajaran Rsi Yajñ ā dan
Ripu, Sapta Timira. Pitra Yajñ ā .
- Perkembangan
agama Hindu di Asia.
- Pembagian Kanda
dalam Ramayana.
- Sri Rama dalam
Ramayana.
- Meyakini - Doa/salam Om
doa/mantram dan Swastyastu, Doa
pengucapan salam mulai belajar, Doa
- Menghargai dan makan, Doa bangun
toleran terhadap pagi, Doa memulai
sesama manusia dan kegiatan.
mahluk ciptaan - Salam Parama
Tuhan. santih Om santih
- Berperilaku jujur santih Santih Om.
terhadap sesama dan - Bhakti dan hormat
mahluk lain. pada orangtua, guru
- Menjaga kelestarian di sekolah.
lingkungan rumah - Teman-teman di
dan sekolah serta sekolah.
lingkungan secara - Lingkungan sekolah
umum. dan rumah.
- Mengenal dan - Kejujuran (Satya).
memahami ajaran - Kemahakuasaan
tentang: Asta Sang Hyang Widhi
5
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Iswarya, Dasa Mala, sebagai Asta
Panca Yama-Panca Aiswarya.
Niyama. - Panca Yama dan
- Brata, Nitya Yadnya Nyama Bratha
dan Naimitika sebagai ajaran
Yadnya, isi parwa Susila.
dalam Mahabharata, - Perilaku Dasa Mala
Bhisma dalam yang harus
Mahabharata, dihindari dalam
Inisiasi (Penyucian kehidupan.
diri) dalam Hindu, - Ajaran Nitya Karma
Kepemimpinan dalam dan Naimitika
ajaran Hindu. Karma dalam
- Menunjukkan kehidupan.
contoh-contoh: - Isi Parwa dalam
pelaksanaan Nitya kitab Mahabharata.
Yadnya dan - Makna inisiasi
Naimitika Yadnya, (Samskara) dalam
kepemimpinan dalam jenjang kehidupan
Hindu. manusia.
- Menyajikan contoh- - Ajaran
contoh sebagai bukti Kepemimpinan
Asta Iswarya. dalam agama
- Menceritrakan Hindu.
tentang peran - Nitya Yadnya dan
Bhisma dalam Naimitika Yadnya.
Mahabharata. - Bhisma dalam
Mahabharata.
- Asta Iswarya.
Tingkat - Menumbuhkan/mem - Doa/salam Om
Pendidikan bangun kepercayaan Swastyastu, Doa
Menengah (Kelas terhadap mulai belajar, Doa
X-XII) doa/mantram dan makan, Doa bangun
pengucapan salam. pagi, Doa memulai
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menghargai dan kegiatan, Doa
toleran terhadap memohon
sesama manusia dan kesembuhan.
mahluk ciptaan - Salam Parama santih
Tuhan. Om santih santih
- Berperilaku jujur Santih Om.
terhadap sesama dan - Bhakti dan hormat
mahluk lain. pada orangtua, guru
- Menjaga kelestarian di sekolah.
lingkungan rumah - Teman-teman di
dan sekolah serta sekolah.
lingkungan secara - Lingkungan sekolah
umum. dan rumah.
- Memahami dan - Kejujuran (Satya).
Menghayati ajaran - Hakikat dan nilai-
tentang: Yadnya nilai Yajň a yang
dalam Ramayana dan terkandung dalam
Mahabharata, ajaran kitab Ramayana.
Upaweda, hakikat - Ajaran Upaveda
Padewasan (wariga), sebagai tuntunan
Darsana, Catur hidup.
Asrama, Catur - Hakikat padewasan
Warna, ajaran Yoga, (wariga) dalam
Catur Marga, kehidupan umat
Wibhuti Marga, Hindu.
Manawadharmasastr - Ajaran Darsana
a sebagai kitab dalam agama Hindu.
hukum Hindu, - Ajaran Catur
ajaran Prawerti dan Asrama.
Niwerti, Catur - Perilaku gotong
Purushartha, royong dan
Grihastha berikut kerjasama, serta
Wiwaha Hindu. berinteraksi Secara
- Memberi analisis efektif dengan
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tentang berbagai menjalankan ajaran
penyimpangan Catur Warna sesuai
implementasi ajaran sastra Hindu.
Grhastha Asrama - Grhastha Asrama
dan prinsip2 dan Wiwaha
wiwaha samskara. Samskara.
- Mempraktekkan - Pengertian dan
ajaran Yoga Asanas. pelaksanaan Yoga
- Menyajikan contoh- menurut Sastra
contoh riil Hindu.
implementasi yadnya - Hakikat dan nilai-
dalam Ramayana dan nilai Yajň a yang
Mahabharata. terkandung dalam
- Menyajikan contoh kitab Mahabharata.
dalam kehidupan - Ajaran Catur Marga
tentang implementasi sebagai jalan
ajaran: Catur Marga, berhubungan dengan
Prawerti dan Niwerti. Sang Hyang Widhi.
- Ajaran Wibuthi
Marga dalam
kehidupan.
- Kitab Manawa
Dharma Sastra
sebagai kitab hukum
Hindu.
- Nilai-nilai ajaran
Niwerti dan Prawerti
Marga dalam
kehidupan.
- Hakikat ajaran Catur
Purusarta dalam
kehidupan sehari-
hari.
- Perilaku bertanggung
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jawab, peduli, santun
dan cinta damai,
untuk menciptakan
keluarga yang rukun
bahagia dan
sejahtera sesuai
ajaran wiwaha.
- Menumbuhkan/ - Doa/salam Om
membangun Swastyastu, Doa
kepercayaan mulai belajar, Doa
terhadap makan, Doa bangun
doa/mantram dan pagi, Doa memulai
pengucapan salam. kegiatan, Doa
- Menghargai dan memohon
toleran terhadap kesembuhan.
sesama manusia dan - Salam Parama santih
mahluk ciptaan Om santih santih
Tuhan. Santih Om.
- Berperilaku jujur - Bhakti dan hormat
terhadap sesama dan pada orangtua, guru
mahluk lain. di sekolah.
- Menjaga kelestarian - Teman-teman di
lingkungan rumah sekolah.
dan sekolah serta - Lingkungan sekolah
lingkungan secara dan rumah.
umum. - Kejujuran (Satya).
- Memahami dan - Ajaran Moksha
menghayati ajaran dalam Susastra
tentang: Moksha, Veda.
Weda sebagai - Sumber-sumber
sumber hukum Hukum Hindu dalam
Hindu, Tri Purusha, Susastra Veda.
Ajaran Disiplin dalam - Kebudayaan
Dasa Prasejarah dan
Yama dan Dasa
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Niyama Bratha, Sejarah, teori-teori
Yantra-Tantra- masuknya agama
Mantra, Nawa Hindu di Indonesia.
Wida Bhakti, - Ajaran Yantra,
Astangga Yoga. Tantra dan Mantra.
- Memberi analisis - Ajaran Nawa
terhadap Widha Bhakti.
perkembangan - Ajaran Tri Purusha.
sejarah masuknya - Sikap disiplin, peduli
agama Hindu ke dan bertanggung
Indonesia. jawab sesuai dengan
- Menunjukkan contoh Ajaran Dasa Yama
tentang perilaku Bratha.
disiplin sebagai - Sikap disiplin, peduli
implementasi ajaran dan bertanggung
Dasa Yama Dasa jawab sesuai dengan
Niyama Bratha, Ajaran Dasa Nyama
implementasi ajaran Bratha.
Nawa Widha Bhakti. - Contoh-contoh
perbuatan disiplin
sebagai implementasi
ajaran Dasa Yama
dan Niyama Bratha.
6
1.5. Muatan Pendidikan Agama Buddha pada SD/SDLB/PAKET A,
SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Dasar (Kelas suci, dan suci dan
VII-IX) dharmayatra. dharmayatra Kriteria
- Mengidentifikasi agama Buddha dan
kriteria agama umat Buddha.
Buddha dan umat - Hari raya agama
Buddha. Buddha.
- Mengidentifikasikan - Puja bakti.
kitab suci Tripitaka,
tempat ibadah, dan Perilaku/moral (sila)
lambang-lambang - Pancasila Buddhis.
agama Buddha. - Kewajiban anak
terhadap orang tua
dan guru.
Sejarah
- Masa bersekolah,
masa remaja dan
masa berumah
tangga Pangeran
Sidharta.
- Empat peristiwa
dan pelepasan
agung.
- Candi-candi agama
Buddha di Indonesia.
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Tripitaka, tempat
ibadah, dan lambang-
lambang agama
Buddha.
- Kisah “Rumah
Terbakar”.
- Kisah “Kembalinya
Anak yang Hilang”.
- Kisah “Orang yang
Luka Terkena Panah
Beracun”.
Perilaku/Moral (sila)
- Berdana.
Meditasi (Samadhi)
- Meditasi pernafasan
dan cinta kasih.
Sejarah
- Masa bertapa.
- Keajaiaban-keajaiban
saat Petapa Gotama
mencari Penerangan
Sempurna.
- Mendeskripsikan, Perilaku/moral (Sila)
melaksanakan - Pancasila Buddhis
Pancasila Buddhis dan Pancadhamma.
dan Pancadhamma. - Menghargai jasa para
- Mendeskripsikan pejuang dhamma.
peristiwa tujuh
minggu setelah Sejarah
Petapa Gotama - Tujuh minggu setelah
mencapai Penerangan Petapa Gotama
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Sempurna dan mencapai
pemutaran roda Penerangan
dhamma. Sempurna dan
- Menceriterakan para pemutaran roda
siswa utama dan dhamma.
para pendukung - Siswa utama dan
Buddha. para pendukung
- Menceriterakan Buddha.
sejarah - Sejarah penyiaran
penyiaran agama agama Buddha pada
Buddha di zaman Mataram
Indonesia. Kuno, Sriwijaya,
zaman penjajahan
dan kemerdekaan.
- Mendeskripsikan Perilaku/moral (Sila)
peranan agama - Penegakan hak asasi
Buddha dalam manusia dan
memelihara kesetaraan gender.
perdamaian, hak - Peranan agama
asasi manusia dan untuk memelihara
kesetaraan gender. perdamaian.
- Melaksanakan
pengembangan Meditasi (Samadhi)
ketenangan batin - Pengembangan
dalam kehidupan ketenangan batin.
sehari-hari.
- Mendeskripsikan Sejarah
Peristiwa - Peristiwa Buddha
Buddha Parinibbana.
Parinibbana.
6
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Merumuskan Keyakinan (Saddha)
Pendidikan peranan agama - Agama, Tujuan
Menengah (Kelas dalam kehidupan Hidup, dan
X-XII) sehari-hari. Perlindungan.
- Mendeskripsikan - Agama Buddha dan
berbagai fenomena IPTEK.
kehidupan sesuai - Hukum tertib kosmis
proses kerja hukum (niyama).
kebenaran dan - Hukum Kebenaran.
tertib kosmis - Puja dan doa.
(niyama).
- Merumuskan puja Kitab Suci Tripitaka
terkait dengan - Sejarah penulisan
budaya. Tripitaka.
- Mendeskripsikan
sejarah dan Perilaku/moral (Sila)
penulisan kitab suci - Aspek-aspek dan
Tripitaka. klasifikasi sila.
- Memahami aspek dan - Prinsip-prinsip
prinsip- prinsip sila. normatif dan
kriteria baik dan
buruk
perbuatan.
- Mendeskripsikan Keyakinan (Saddha)
alam semesta dan - Alam semesta dan
alam kehidupan. alam kehidupan.
- Menganalisis
masalah-masalah Perilaku/moral (Sila)
sosial ditinjau dari - Masalah sosial dalam
agama Buddha. agama Buddha.
- Mendeskripsikan dan
mempraktikkan Meditasi (Samadhi)
meditasi pandangan Meditasi pandangan
terang. terang.
6
1.6. Muatan Pendidikan Agama Khonghucu pada SD/SDLB/PAKET A,
SMP/SMPLB/PAKET B, SMA/SMALB/PAKET C, dan SMK.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
persaudaraan dengan rangkaian kata- kata
keluarga besar ayah dalam doa.
dan ibu.
- Mengetahui Tata Ibadah
tingkatan cara - Saat-saat
menghormat. sembahyang kepada
- Mengetahui fungsi Tuhan, nabi, dan
dan macam- macam leluhur.
dupa (xiang) dan
cara penggunaannya. Keimanan
- Menyebutkan - Orangtua sebagai
perlengkapan wali anak yang
sembahyang di altar ditunjuk Tuhan.
leluhur. - Hormat dan patuh
- Mengetahui kisah kepada orangtua.
keteladanan tokoh- - Jasa orangtua.
tokoh Rujiao yakni
Huang Xiang, Kong Perilaku Junzi
Rong dan Sima - Arti keluarga.
Kuang. - Keluarga inti.
- Memiliki tanggung - Hak dan kewajiban
jawab terhadap anggota keluarga.
kebutuhannya - Keluarga bahagia.
sendiri. - Penghormatan
- Membantu pekerjaan kepada leluhur.
rumah sebagai wujud Perilaku Junzi
berbakti. - Hubungan
- Meyakini Nabi Kongzi persaudaraan (sanak
sebagai manusia keluarga).
pilihan dan meyakini - Istilah penyebutan
tanda-tanda gaib (panggilan) kepada
menjelang kelahiran anggota keluarga
Nabi Kongzi (Gan yang bertalian
Sheng). saudara.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tata Ibadah
- Makna menghormat.
- Macam-macam cara
menghormat.
- Tata cara
menghormat dengan
merangkapkan
tangan (Bai),
membungkuk (Ju
Gong), dan berlutut
(Gui).
- Tingkatan
menghormat dan
pengulangannya.
- Peragaan tata cara
menghormat dengan
merangkapkan
tangan (Bai),
membungkuk (Ju
Gong), dan berlutut
(Gui).
- Lagu-lagu rohani
terkait dengan
penghormatan
kepada Tuhan, nabi,
dan leluhur.
Tata Ibadah
- Makna dupa (xiang).
- Jenis dan macam-
macam dupa
(xiang).
- Tata cara
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menancapkan dan
menggunakan dupa
(xiang).
Tata Ibadah
- Bentuk altar (meja
abu) leluhur.
- Macam-macam
sembahyang kepada
leluhur.
- Perlengkapan
sembahyang kepada
leluhur.
Perilaku Junzi
- Bakti Huang Xiang.
- Yue Fei, sang
pahlawan.
- Kong Rong suka
mengalah.
- Kecerdasan Sima
Guang.
- Menyebutkan poin- Tata Ibadah
poin delapan - Poin-poin delapan
keimanan (Ba Cheng keimanan (Ba Cheng
Zhen Gui). Zhen Gui).
- Menceritakan riwayat - Makna delapan
dan keteladanan ajaran keimanan bagi
Nabi Kongzi. umat.
- Mengetahui kisah - Lagu-lagu rohani.
keteladanan dan
prinsip-prinsip moral Sejarah Suci
yang ditegakkan - Riwayat hidup Nabi
kembali oleh Mengzi Kongzi.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tentang Watak Sejati. - Keteladanan
- Menyebutkan tiga Nabi Kongzi.
kesukaan yang - Tiga kesukaan yang
membawa faedah membawa faedah.
dan tiga kesukaan - Tiga kesukaan yang
yang membawa membawa celaka.
celaka.
- Mengenal murid Perilaku Junzi
utama Nabi Kongzi - Riwayat
(Yan Hui, Zi Lu, Zi hidup Mengzi.
Gong, Zheng Zi) dan - Hikmah dan nilai
keteladanannya. keteladanan.
- Mengenal - Masa kecil
perlengkapan yang kehidupan Mengzi.
ada pada altar di - Pandangan tentang
Litang/Miao/Kelente sifat dasar (watak
ng. sejati) manusia.
- Menyebutkan bagian-
bagian kitab suci Perilaku Junzi
yang pokok (Sishu) - Kesukaan-
dan yang mendasari kesukaan yang
(Wujing). membawa
- Menjelaskan faedah dan
pentingnya sikap Ba yang
De (Delapan membawa
Kebajikan: Bakti, celaka.
Rendah Hati, Tengah, - Penerapan
Dapat dipercaya, kesukaan yang
Susila, Menjunjung membawa
kebenaran, Suci Hati faedah.
dan Tahu malu).
- Menceritakan riwayat Perilaku Junzi
Nabi Kongzi - Jumlah murid Nabi
sebagai Mu Duo Kongzi.
Tian.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menceritakan kisah - Murid-murid
nabi purba dan raja angkatan tua dan
suci penerima wahyu angkatan muda.
Tian dan karya-karya - Murid-murid
yang ditemukannya. terpandai.
- Mengetahui riwayat - Kisah-kisah
keteladanan Raja kebijaksanaan para
Tang Yao dan Raja murid Nabi Kongzi.
Yu Shun sebagai
peletak dasar Ru Jiao Tata Ibadah
atau agama - Sikap Ba De
Khonghucu. dalam berdoa dan
bersembahyang.
- Perlengkapan pada
altar di
Litang/Kelenteng/
Miao.
- Makna
peribadahan
perayaan hari raya
agama
Khonghucu.
- Kebiasaan
melakukan
ibadah/sembahya
ng
- Lagu-lagu rohani.
Kitab Suci
- Bentuk visual kitab
suci (Si Shu dan
Wujing).
- Bagian kitab Si Shu
dan Wujing.
- Garis besar isi kitab
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Si Shu dan Wujing.
Perilaku Junzi
- Makna sikap delapan
kebajikan (Ba De).
- Poin-poin delapan
kebajikan (Ba De).
- Penerapan sikap
delapan kebajikan
(Ba De).
Sejarah Suci
- Cita-cita Nabi
Kongzi.
- Semangat belajar
Nabi Kongzi.
- Pengembaraan Nabi
Kongzi.
- Nabi Kongzi sebagai
Tian Zi Mu Duo.
Sejarah Suci
- Para nabi
penerima wahyu
Tian.
- Karya-karya yang
ditemukan oleh para
nabi.
Perilaku Junzi
- Nabi dan raja
suci purba.
- Kearifan Raja Yao.
- Kerendahan hati Raja
Shun.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Keuletan Raja Da Yu.
- Menceritakan kisah Perilaku Junzi
kebijaksanaan tiga - Kebijaksanaan tiga
ibunda agung (ibu ibunda agung (ibu
Mengzi, ibu Ouyang Mengzi, ibu Ou yang
Xiu, ibu Yue Fei). Xiu, ibu Yue Fei).
- Mengenal tokoh- - Perjuangan tiga
tokoh Rujiao Guan ibunda agung dalam
Yu, Dong Zhongshu membesarkan dan
dan Zhu Xi serta mendidik anak.
sumbangsih
pemikirannya. Sejarah Suci
- Menjelaskan hari - Kesetiaan dan sikap
raya/sembahyang menjunjung
agama Khonghucu kebenaran Guan Yu.
dan nilai-nilai - Kesetiaan Qu Yuan.
persembahyangan - Pengabdian Jie
kepada Tian dan Zhi Tui.
Leluhur (Qing Ming, - Pemikiran Dong
hari persaudaraan, Zhongshu dan Zhu
Tahun Baru Kongzi- Xi Tokoh Besar Neo
li, Jing Tian Gong, Confucianism.
Duan Yang, Dongzhi,
Zhong Qiu. Tata Ibadah
- Menjelaskan urutan - Makna hari raya dan
pelaksanaan persembahyangan
kebaktian di Litang. umat Khonghucu.
- Mengidentifikasi - Hari-raya dan
berbagai persembahyangan
perlengkapan umat Khonghucu.
sembahyang di altar - Pelaksanaan hari
kebaktian. raya dan
- Menjelaskan konsep persembahyangan
Tiga Dasar umat Khonghucu.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Kenyataan (SAN - Lagu-lagu rohani.
CAI)Tian, Di, Ren.
- Menjelaskan dasar- Tata Ibadah
dasar ajaran agama - Fungsi dan makna
Khonghucu (empat kebaktian.
pantangan/Si Wu, - Persiapan kebaktian.
lima mutiara - Petugas kebaktian.
kebajikan/Wu Chang, - Urutan pelaksanaan
Lima Hubungan kebaktian.
Kemasyarakatan/Wu
Lun). Tata Ibadah
- Menyebutkan bagian- - Peralatan (piranti)
bagian kitab suci pada altar kebaktian.
yang pokok (Sishu) - Fungsi piranti-piranti
dan yang mendasari pada altar kebaktian.
(Wujing). - Susunan peralatan
- Menyebutkan ayat- (piranti) pada altar
ayat suci tentang kebaktian.
belajar dan
menjelaskan Keimanan
pentingnya - Konsep San Cai (tiga
mengamalkan ilmu dasar kenyataan).
yang dipelajari. - Hubungan dan
- Menjelaskan sejarah keterkaitan antara
perkembangan Tian, DI, Ren.
agama Khonghucu di - Melestarikan alam
Indonesia sejak sekitar (menjaga
lahirnya lingkungan).
organisasi/kelembag
aan Khonghucu di Perilaku Junzi
Indonesia sampai - Si Wu/empat
dengan sejarah pantangan.
perkembangan - Wu Chang/lima
organisasi Majelis mutiara kebajikan.
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tinggi Agama - Wu Lun/lima
Khonghucu hubungan
Indonesia (MATAKIN) kemasyarakatan.
di Indonesia. - Penerapan ajaran.
- Menjelaskan - Empat pantangan/Si
keimanan dalam Wu, lima mutiara
agama Khonghucu kebajikan/Wu
baik dari arti iman Chang, lima
berdasarkan karakter hubungan.
huruf maupun - Kitab suci.
pengakuan iman - Bagian kitab Si Shu
yang pokok umat (kitab yang pokok).
Khonghucu (Cheng - Bagian kitab Wujing
Xin Zhi Zhi). (kitab yang
- Menjelaskan peran mendasari).
dan fungsi seorang
rohaniwan dan Kitab Suci
Dewan Rohaniwan - Ayat suci tentang
MATAKIN. belajar.
- Metodologi belajar.
- Semangat belajar.
Sejarah Suci
- Sejarah masuknya
agama Khonghucu di
Indonesia.
Perkembangan
- Organisasi agama
Khonghucu.
- Organisasi
MATAKIN.
- Perkembangan
agama Khonghucu
7
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
di era Reformasi.
Keimanan
- Arti iman.
- Karakter huruf iman.
- Pengakuan iman
yang pokok.
Tata Ibadah
- Peran seorang
rohaniwan terhadap
pengembangan
ajaran.
- Fungsi pelayanan
dan pengembangan
umat.
- Rohaniwan dan
Dewan Rohaniwan
MATAKIN.
Tingkat - Kemampuan Tata Ibadah
Pendidikan Dasar menjelaskan definisi, - Lagu-lagu rohani.
(Kelas VII-VIII) makna, fungsi, dan - Definisi agama.
tujuan pengajaran - Fungsi dan tujuan
agama. pengajaran agama.
- Kemampuan - Pendidikan agama di
Menyebutkan dan sekolah.
menjelaskan sejarah - Komunitas agama
asal mula dan Khonghucu.
perkembangan
agama Khonghucu di Sejarah Suci
Indonesia. - Pandangan beragam
- Kemampuan tentang agama
menjelaskan dan Khonghucu.
memahami maksud - Istilah asli agama
perjalanan Nabi Khonghucu.
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Kongzi sebagai Mu - Nabi besar
Duo Tian. penyempurna ajaran
- Kemampuan Ru Jiao.
memahami dan - Awal mula masuknya
menerapkan agama Khonghucu di
keimanan yang Indonesia.
pokok (Chen Xin Zhi - Pengakuan agama
Zhi). Khonghucu secara
- Kemampuan yuridis.
mengenal tempat- - Agama Khonghucu di
tempat ibadah umat era reformasi.
Khonghucu.
- Kemampuan Sejarah Suci
memahami dan - Pengertian Mu Duo.
menerapkan - Kongzi sebagai Mu
pentingnya sikap Duo.
hati-hati, sungguh- - Pengembaraan Nabi
sungguh, rendah Kongzi.
hati, sederhana, dan - Akhir pengembaraan
suka mengalah. Nabi Kongzi.
- Kemampuan - Akhir kehidupan
menyebutkan dan Nabi Kongzi.
menjelaskan makna
Kebajikan (De). Keimanan
- Kemampuan - Pengakuan iman
menjelaskan dan yang pokok.
melakukan tata cara - Delapan ajaran iman.
bersalam dan
menghormat. Tata Ibadah
- Kemampuan - Tempat ibadah umat
menjelaskan secara Khonghucu.
garis besar bagian - Rumah ibadah
kitab Si Shu dan kebaktian.
kitab Xiao Jing. - Ciri khas kelenteng
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Kemampuan agama Khonghucu.
mengenal dupa - Shen Ming dalam
(Xiang) dan Meja agama Khonghucu.
Abu (altar) - Nilai-nilai utama
Leluhur. kelenteng.
- Kemampuan
mengenal dan Perilaku Junzi
melaksanakan - Dampak kecanggihan
upacara sembahyang teknologi.
kepada leluhur.
- Kemampuan Pendidikan Budi Pekerti
memahami dan - Hati-hati dan
menerapkan sungguh-sungguh.
karakter dan - Rendah hati.
perilaku Junzi. - Sederhana dan
- Kemampuan suka mengalah.
memahami dan
melaksanakan Perilaku Junzi
Pokok-pokok ajaran - Makna kebajikan.
moral. - Benih-benih
kebajikan di dalam
diri manusia.
- Makna delapan
kebajikan (Ba De).
- Makna lima
kebajikan (Wu Cang).
Tata Ibadah
- Tata bersalam.
- Menghormat dengan
merangkapkan
tangan (Gui).
- Menghormat dengan
berlutut.
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menghormat dengan
membungkukkan
badan (Ju Gong).
Kitab Suci
- Makna kitab suci.
- Kitab suci yang
pokok (Si Shu).
- Kitab bakti
(Xiao Jing).
Tata Ibadah
- Makna dan fungsi
dupa.
- Macam-macam dupa.
- Ketentuan jumlah
penggunaan dan cara
menancapkan dupa.
- Meja abu (altar)
leluhur.
Tata Ibadah
- Dasar iman
sembahyang kepada
Leluhur.
- Saat-saat
sembahyang kepada
leluhur Sembahyang
Chu Yi dan Shi Wu.
- Sembahyang Qing
Ming.
Perilaku Junzi
- Arti dan makna
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Junzi.
- Prinsip utama Junzi.
Perilaku Junzi
- Semangat belajar.
- Menegakkan jasa.
- Mengerti orang lain
(Zhi Ren).
- Hati-hati/cermat
Berpikir.
- Membenci kepalsuan.
- Kemampuan Perilaku Junzi
memahami penting - Makna pentingnya
nya pembinaan diri pembinaan diri.
sebagai kewajiban - Pembinaan diri
pokok. kewajiban pokok
- Kemampuan setiap orang.
memahami Xiao - Tahap-tahap
sebagai pokok pembinaan diri.
kebajikan. - Makna dan arti kata
- Kemampuan Xiao.
mengenal dan - Bakti kepada
melaksanakan orangtua.
upacara sembahyang - Awal dan akhir laku
kepada Tian. bakti.
- Kemampuan - Macam-macam laku
mengenal rohaniwan bakti.
agama Khonghucu.
- Kemampuan Tata Ibadah
mengenal macam- - Lagu-lagu rohani.
macam upacara - Sembahyang pagi
Liyuan. dan sore.
- Kemampuan - Sembahyang Duan
memahami makna, Yang.
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
manfaat, dan - Tugas dan fungsi
melaksanakan rohaniwan.
kebaktian. - Tingkatan
rohaniwan.
- Makna dan macam-
macam upacara Li
Yuan.
- Tata cara
pelaksanaan upacara
Li Yuan.
- Makna dan fungsi
kebaktian.
- Petugas kebaktian.
- Perlengkapan
kebaktian.
Tingkat - Kemampuan Keimanan
Pendidikan memahami - Penyebutan nama
Menengah kebesaran dan Tuhan.
(Kelas X-XII) kekuasaan Tian atas - Sifat-sifat kebajikan
hidup dan kehidupan Tuhan.
di dunia ini. - Jalan Suci dan
- Kemampuan Hukum Suci.
memahami hakikat
dan sifat dasar Tuhan
manusia. - Kehendak bebas.
- Kemampuan - Prinsip hukum alam.
memahami hakikat - Menentukan kualitas
dan makna ibadah. hidup.
- Kemampuan
memahami makna Perilaku Junzi
dan mempraktikkan - Konsep dasar Yin
persembahyangan Yang.
kepada Tian. - Manusia makhluk
- Kemampuan termulia.
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menjelaskan karya - Sifat dasar manusia.
dan nilai keteladanan - Mengapa manusia
para nabi dan raja berbuat jahat.
suci.
- Kemampuan Tata Ibadah
menjelaskan sejarah - Lagu-lagu rohani.
masuknya agama - Hakikat dan makna
Khonghucu, ibadah.
perkembangan, dan - Pokok-pokok
eksistensi agama peribadahan umat
Khonghucu di Khonghucu.
Indonesia. - Ji Si (sembahyang).
- Kemampuan - Gong Jing (hormat
mengenal tempat - sujud).
ibadah umat - Qi Dao
Khonghucu. syukur- harap.
- Kemampuan - Mo Shi (diam
memahami makna memahami).
perbedaan, dan
mengembangkan Tata Ibadah
sikap toleransi dan - Macam-macam
kerukunan. sembahyang kepada
- Kemampuan Tuhan.
memahami - Sembahyang Jin
pembinaan diri Tian Gong, Duan
sebagai kewajiban Yang, Zhong Qiu,
pokok setiap dan Dong Zhi.
manusia.
- Kemampuan Sejarah Suci
memahami dan - Wahyu He Tu,
mengamalkan Xiao Wahyu Liu Tu,
(laku bakti) Wahyu Luo Shu,
sebagai pokok Wahyu Dan Shu,
kebajikan. Wahyu Yu Shu.
- Kemampuan
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menjelaskan dan
melakukan upacara Sejarah Suci
(sembahyang) kepada - Istilah asli agama
para Suci (Shen Khonghucu.
Ming). - Nabi besar
- Kemampuan penyempurna Ru
memahami Nabi Jiao.
Kongzi sebagai - Agama Khonghucu
Tian Zi Mu Duo. di Indonesia.
- Kemampuan - Agama Khonghucu
menjelaskan dan di era Reformasi
menerapkan prinsip- Tata Ibadah.
prinsip moral yang - Tempat-tempat
diajarkan Mengzi. ibadah umat
- Kemampuan Khonghucu.
memahami dan - Sejarah makna dan
melakukan upacara- fungsi kelenteng.
upacara - Macam dan jenis
persembahyangan kelenteng
kepada leluhur. - Tradisi-tradisi dalam
- Kemampuan kelenteng.
menjelaskan makna
Cinta kasih dan Perilaku Junzi
kebenaran serta - Filosofi Yin –Yang.
mempraktikkannya. - Perbedaan yang
- Melaksanakan mendasari.
upacara sembahyang - Naluri menolak
kepada para suci perbedaan.
(Shenming) di - Toleransi.
kelenteng. - Toleransi
- Merumuskan sikap Dalam
dan tindakan yang Perbedaan.
harus dilakukan - Kerukunan Dalam
untuk Perbedaan.
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
mengembangkan Perilaku Junzi
agama Khonghucu ke - Makna pentingnya
depan. Pembinaan diri.
- Menceritakan - Pembinaan Diri
pengalaman spiritual Kewajiban Pokok
akan kebesaran dan Setiap manusia.
kekuasaan Tian. - Proses pembinaan
- Mempraktikkan diri.
perbuatan menolong
orang sebagai bentuk Perilaku Junzi
ibadah nyata. - Makna dan arti kata
- Mempraktikkan Xiao.
latihan pernafasan - Xiao sebagai pokok
untuk menjaga kebajikan.
kesehatan badan dan - Bakti kepada
rohani (Jing Zhuo). orangtua.
- Mempraktekkan - Akhir laku bakti.
perilaku cinta kasih
dan kebenaran yang Tata Ibadah
bermanfaat - Sembahyang Jing He
mempererat Ping.
persaudaraan dan - Hari persaudaraan.
persahabatan. - Tata cara
sembahyang Jing He
Ping.
- Bakti sosial pada
hari persaudaraan.
Sejarah Suci
- Nenek moyang
Nabi Kongzi.
- Abad kelahiran Nabi
Kongzi.
- Kiprah Nabi Kongzi di
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Negeri Lu.
- Nabi Kongzi
sebagai Mu Duo
Tian.
- Simbol suci Nabi
Kongzi.
- Nama gelar
Nabi Kongzi.
- Akhir kehidupan
Nabi Kongzi.
Perilaku Junzi
- Masa awal
kehidupan Mengzi.
- Kehidupan
profesional Mengzi.
- Prinsip-prinsip
Moralitas.
- Cara mengajar.
Tata Ibadah
- Dasar iman
sembahyang kepada
leluhur.
- Saat-saat
sembahyang kepada
leluhur.
- Sembahyang Chu Yi
dan Shi Wu.
- Sembahyang Qing
Ming.
- Sembahyang hari
wafat leluhur (Zu Ji).
- Sembahyang
menjelang
8
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penutupan tahun
(Chu Xi).
- Sembahyang Zhong
Yuan.
Perilaku Junzi
- Ren berdasarkan
terminologi karakter
huruf.
- Ayat suci tentang
ren.
- Makna cinta kasih.
- Pengamalan sikap
cinta Kkasih.
- Arti Yi
berdasarkan
karakter.
- Benih kebenaran.
- Yi sebagai jalan
(selamat) bagi
manusia.
- Yi, dalam hidup
keduniawian.
- Rasa tidak suka itu
benih kebenaran.
- Berpegang teguh
pada kebenaran.
- Kemampuan Kitab Suci
menjelaskan (secara - Makna Kitab Suci.
umum) isi dari kitab - Sejarah
yang pokok (Si Shu) perkembangan Kitab
dan isi kitab yang Suci agama
mendasari (Wu Jing). Khonghucu.
- Kemampuan - Si Shu Kitab Yang
memahami makna Pokok.
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan penerapan sikap - Wu Jing Kitab
Zhong Shu (Satya yang Mendasari.
dan tepa selira).
- Kemampuan Perilaku Junzi
memahami - Karakteristik dan
pentingnya pelaksanaan sikap
pendidikan dan huruf Zhong.
belajar dalam - Karakteristik
menggenapi kodrat huruf Shu dan
suci kemanusiaan. pengamalan sikap
- Kemampuan dan laku tepa
memahami makna selira (Shu).
dan menjalankan
sikap hidup Tengah Perilaku Junzi
Sempurna. - Tujuan Belajar.
- Kemampuan - Konsep dasar belajar
menjelaskan makna dan penerapannya.
agamis Xin Chun - Belajar sebagai
(tahun baru Kongzi- proses pembinaan
li) dan kaitannya diri.
dengan tradisi dan - Metodologi belajar.
budaya. - Belajar berarti
- Kemampuan praktik.
memahami dan
menerapkan sikap Perilaku Junzi
dan karakter Junzi. - Definisi Zhong
- Menunjukkan sikap (tengah) tengah
orang yang suka sempurna.
belajar. - Jalan suci sulit
- Melaksanakan ajaran terlaksana.
Zhongshu (tepa - Misi utama ajaran
selira) dalam khonghucu.
kehidupan nyata.
- Melaksanakan hidup Tata Ibadah
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tengah Sempurna - Lagu-lagu rohani.
dalam kehidupan - Peredaran empat
nyata (Zhong Yung). musim.
- Menjelaskan makna - Mengenal sistem
Tahun Baru Kongzi-li penanggalan.
dari ajaran agama - Penentuan awal
Khonghucu. Tahun Kalender
- Memahami makna Kongzi-li.
Junzi sebagai cita- - Penentuan jatuhnya
cita umat agama Tahun Baru Kongzi-
Khonghucu menjadi li.
orang suci dan bijak. - Makna Tahun Baru
Kongzi-li di
Indonesia.
- Budaya dan tradisi
yang mengikuti
Tahun Baru Kongzi-
li.
- Tahun Baru Kongzi-li
Di Indonesia.
Perilaku Junzi.
- Arti dan makna
Junzi, prinsip utama
Junzi, pribadi Junzi.
9
2. Muatan Pendidikan Kewarganegaraan pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sekolah dan keberagaman
masyarakat. personal, sosial,
- Menunjukkan sikap dan kultural.
baik sebagai sesama - Persatuan dan
mahluk ciptaan kesatuan
Tuhan Yang Maha - Moralitas sosial dan
Esa, hak dan politik warga negara/
kewajibannya, dan pejabat negara, dan
kebhinnekatunggalika tokoh masyarakat.
an sebagai
perwujudan nilai dan
moral Pancasila.
- Melaksanakan
kerjasama dengan
teman dalam
kebersamaan dan
keberagaman di
lingkungan rumah,
sekolah dan
masyarakat sekitar.
- Menjelaskan nilai dan - Nilai dan
moral Pancasila, moral
makna hak, Pancasila.
kewajiban dan - Hak, kewajiban, dan
tanggung jawab, tanggung jawab
manfaat Bhinneka warganegara.
Tunggal Ika, nilai- - Keanekaragaman
nilai persatuan dan sosial dan budaya
kesatuan di dan pentingnya
lingkungan rumah, kebersamaan.
sekolah, dan - Nilai dan moral
masyarakat. persatuan dan
- Menunjukkan sikap kesatuan bangsa.
kebersamaan dalam - Moralitas terpuji
dalam kehidupan
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
keberagaman sebagai sehari-hari.
mahluk ciptaan
Tuhan Yang Maha
Esa; patuh terhadap
tata tertib dan
aturan; bertanggung
jawab dan rela
berkorban; semangat
kebhinnekatunggalika
an.
- Menunjukkan sikap
bangga sebagai
bangsa Indonesia
dalam kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara.
- Melaporkan secara
lisan dan tulisan dan
melaksanakan
kewajiban sesuai
nilai-nilai dan moral
Pancasila,
menegakkan aturan
dan menjaga
ketertiban, kerja
sama, nilai-nilai
persatuan dan
kesatuan, dan
keberagaman di
lingkungan keluarga,
sekolah, dan
masyarakat.
Tingkat - Menjelaskan - Komitmen para
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Pendidikan komitmen para pendiri Negara dalam
Dasar (Kelas VII- pendiri Negara dalam merumuskan dan
IX) merumuskan dan menetapkan
menetapkan Pancasila.
Pancasila. - Proses perumusan
- Menganalisis proses dan pengesahan
pengesahan Undang- Undang-Undang
Undang Dasar Dasar Negara
Republik Indonesia Republik
Tahun 1945. Indonesia Tahun
- Menunjukkan sikap 1945.
toleransi dalam - Norma hukum dan
makna keberagaman kepatutan yang
dalam bingkai berlaku dalam
Bhinneka Tunggal Ika. kehidupan
- Menjelaskan bermasyarakat dan
karakteristik daerah bernegara.
tempat tinggalnya - Harmoni keutuhan
dalam kerangka wilayah dan
NKRI. kehidupan dalam
- Menunjukkan konteks NKRI.
perilaku menghargai - Makna keberagaman
dengan dasar: moral, suku, agama, ras,
norma, prinsip dan budaya, dan gender
spirit dalam bingkai
kewarganegaraan. Bhinneka Tunggal
Ika.
- Menunjukkan sikap - Dinamika
dalam dinamika perwujudan nilai dan
perwujudan Pancasila moral Pancasila
dalam kehidupan dalam kehidupan
sehari-hari secara sehari-hari .
individual dan - Esensi nilai dan
kolektif. moral Pancasila
- Menganalisis nilai dalam Pembukaan
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan moral yang Undang- Undang
terkandung dalam Dasar Negara
Pembukaan Undang- Republik Indonesia
Undang Dasar Negara Tahun 1945.
Republik Indonesia - Makna ketentuan
Tahun 1945. hukum yang berlaku
- Menjelaskan masalah dalam perwujudan
yang muncul terkait kedamaian dan
keberagaman keadilan.
masyarakat dan cara - Semangat persatuan
pemecahannya. dan kesatuan dalam
- Menerapkan perilaku keberagaman
kewarganegaraan masyarakat.
berdasarkan prinsip - Aspek-aspek
saling menghormati, pengokohan NKRI.
dan menghargai
dalam rangka
pengokohan NKRI.
- Menghargai dan
menghayati dengan
dasar: kesadaran
nilai, moral, norma,
prinsip dan spirit
keseluruhan entitas
kehidupan
kebangsaan.
Tingkat - Menganalisis, dan - Dinamika kasus-
Pendidikan menyajikan kasus- kasus pelanggaran
Menengah (Kelas kasus pelanggaran HAM beserta
X-XII) HAM yang tidak penanganannya
sesuai dengan nilai- secara adil.
nilai Pancasila. - Nilai dan moral yang
- Menyajikan bentuk terkandung dalam
dan kedaulatan pasal-pasal Undang-
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
negara berdasarkan Undang Dasar Negara
Undang-Undang Republik Indonesia
Dasar Negara Tahun 1945.
Republik Indonesia - Semangat mengatasi
Tahun 1945. ancaman untuk
- Menunjukkan sikap membangun integrasi
positif terhadap nasional dalam
NKRI dilihat dari bingkai Bhinneka
konteks geopolitik. Tunggal Ika.
- Berinteraksi dengan - Dinamika kehidupan
teman dan orang lain berbangsa dan
berdasarkan prinsip bernegara sesuai
saling menghormati, konsep NKRI dan
dan menghargai geopolitik Indonesia.
dalam keberagaman
suku, agama, ras,
budaya dan gender.
- Mengamalkan dengan
dasar: kesadaran
nilai, moral, norma,
prinsip, spirit dan
tanggung jawab
keseluruhan entitas
kehidupan yang
berkeadaban.
- Menunjukkan sikap - Nilai ideal,
positif terhadap instrumental, dan
nilai fundamental, praksis sila-sila
instrumental, dan Pancasila.
praksis sila-sila - Dinamika
Pancasila. pelaksanaan pasal-
- Menganalisis pasal yang mengatur
pengelolaan tentang keuangan
kekuasaan Negara negara dan
9
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sesuai dengan kekuasaan
Undang-Undang kehakiman.
Dasar Negara - Dinamika pengelolaan
Republik dan penyalahgunaan
Indonesia Tahun wewenang oleh
1945. pejabat negara serta
- Menganalisis strategi penanganannya
yang diterapkan (Kolusi, Korupsi, dan
Indonesia dalam Nepotisme).
menyelesaikan - Strategi yang
ancaman dalam diterapkan dalam
bingkai Bhinneka memperkokoh
Tunggal Ika. persatuan dengan
- Menganalisis bingkai Bhinneka
penyelenggaraan Tunggal Ika.
Negara dalam - Dinamika
konsep NKRI dan penyelenggaraan
konsep Negara negara dalam konsep
federal NKRI dan konsep
- Mengamalkan Negara federal.
(dengan dasar:
kesadaran nilai,
moral, norma,
prinsip, spirit dan
tanggung jawab)
makna kehidupan
berbangsa dan
bernegara Indonesia
yang berkeadaban.
9
3. Muatan Bahasa Indonesia
3.1. Muatan Bahasa Indonesia pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dalam pemanfaatan arahan/petunjuk, teks
bahasa Indonesia. instruksi, teks surat
- Mengenal konteks tanggapan pribadi),
budaya dan konteks genre cerita (cerita
sosial, satuan petualangan, genre
kebahasaan, serta tanggapan, teks
unsur paralinguistik dongeng, teks
dalam penyajian permainan/dolanan
teks. daerah (teks wawancara,
- Mengenal bentuk ulasan buku).
dan ciri teks - Konteks budaya, norma,
berbagai teks serta konteks sosial
sederhana. yang melatarbelakangi
- Menganalisis lahirnya jenis teks.
informasi di - Satuan bahasa
dalam berbagai pembentuk teks:
teks sederhana. kalimat sederhana pola
- Menyajikan berbagai SPO dan SPOK, kata,
teks sederhana dan kelompok kata.
secara lisan. - Penanda kebahasaan
- Menyusun berbagai dalam teks.
teks sederhana
secara tulis.
- Memiliki kepedulian, - Bentuk dan ciri teks
rasa percaya diri, genre faktual (teks
kedisiplinan dan laporan buku, laporan
tanggung jawab investigasi, teks
dalam pemanfaatan penjelasan tentang
bahasa Indonesia. proses, teks paparan
- Mengenal konteks iklan), genre cerita (teks
budaya dan konteks narasi sejarah, teks
sosial, satuan pantun dan syair), dan
kebahasaan, serta genre tanggapan (pidato
unsur paralinguistik persuasif, ulasan buku,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dalam penyajian teks paparan, teks
teks. penjelasan).
- Mengenal bentuk - Konteks budaya, norma,
dan ciri teks serta konteks sosial
sederhana. yang melatarbelakangi
- Menganalisis lahirnya jenis teks.
informasi di - Satuan bahasa
dalam berbagai pembentuk teks:
teks sederhana. kalimat sederhana pola
- Menyajikan berbagai SPPel, SPOPel,
teks sederhana SPOPelK, kata, frasa,
secara lisan. pilihan kata/diksi.
- Menyusun berbagai - Penanda kebahasaan
teks sederhana dalam teks.
secara tulis. - Paralinguistik (lafal,
kelantangan, intonasi,
tempo, gestur, dan
mimik).
Tingkat - Memiliki perilaku - Struktur teks genre
Pendidikan Dasar jujur, percaya diri, cerita (teks cerita
(Kelas VII-IX) tanggung jawab, pendek, teks cerita
kreatif, peduli, moral, teks cerita
santun dalam biografi, teks cerita
merespons berbagai prosedur), genre faktual
hal secara pribadi. (hasil observasi, teks
- Mengenal konteks eksplanasi), genre
budaya dan konteks tanggapan (teks
sosial, satuan tanggapan deskriptif,
kebahasaan, serta teks eksposisi, teks
unsur paralinguistik diskusi, teks ulasan).
dalam penyajian - Konteks budaya, norma,
teks. serta konteks sosial
- Mengenal bentuk yang melatarbelakangi
dan ciri teks dalam lahirnya jenis teks.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
genre cerita, faktual, - Satuan bahasa
dan tanggapan. pembentuk teks: bunyi
- Memahami teks bahasa, fonem, morfem,
dalam genre cerita, kata, kelas kata, frasa,
faktual, dan klausa.
tanggapan. - Penanda kebahasaan
- Mengklasifikasi teks dalam teks.
dalam genre cerita, - Paralinguistik (lafal,
faktual, dan kelantangan, intonasi,
tanggapan. tempo, gestur, dan
- Menemukan makna mimik).
teks dalam genre -
cerita, faktual, dan
tanggapan.
- Menyajikan teks
dalam genre cerita,
faktual, dan
tanggapan secara
lisan dan tulis.
- Memiliki perilaku - Struktur teks genre
jujur, percaya diri, cerita (teks eksemplum),
tanggung jawab, genre faktual (teks
kreatif, peduli serta rekaman percobaan),
santun dalam dan genre tanggapan
menangani dan (teks tantangan,
memberikan tanggapan kritis).
berbagai hal. - Konteks budaya, norma,
- Mengenal konteks serta konteks sosial
budaya dan konteks yang melatarbelakangi
sosial, satuan lahirnya jenis teks.
kebahasaan, serta - Satuan bahasa
unsur paralinguistik pembentuk teks: klausa,
dalam penyajian kalimat inti, kalimat
teks. tunggal, kalimat
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengenal bentuk majemuk.
dan ciri teks dalam - Penanda kebahasaan
genre faktual, dalam teks.
tanggapan, dan - Paralinguistik (lafal,
cerita. kelantangan, intonasi,
- Memahami teks tempo, gestur, dan
dalam genre faktual, mimik).
tanggapan, dan
cerita.
- Mengklasifikasi teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita.
- Menemukan makna
teks dalam genre
faktual, tanggapan,
dan cerita.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
Tingkat - Memiliki perilaku - Bentuk teks genre
Pendidikan jujur, tanggung cerita (teks anekdot,
Menengah (Kelas jawab, peduli, pantun, cerita ulang),
X-XII) responsif dan santun faktual (laporan hasil
dalam menggunakan observasi, eksposisi,
bahasa Indonesia prosedur kompleks,
untuk menanggapi eksplanasi kompleks),
fenomena alam dan dan tanggapan (teks
sosial. negosiasi dan reviu
- Mengenal konteks film/drama).
budaya dan konteks - Struktur teks bergenre
sosial, satuan cerita (teks anekdot,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kebahasaan, serta pantun, cerita ulang),
unsur paralinguistik faktual (laporan hasil
dalam penyajian observasi, prosedur
teks. kompleks, eksplanasi
- Memahami bentuk, kompleks), dan
struktur, dan tanggapan (teks
kaidah teks dalam negosiasi dan reviu
genre cerita, film/drama).
faktual, dan - Konteks budaya dan
tanggapan. situasi yang
- Membandingkan dan melatarbelakangi
menganalisis teks lahirnya sebuah teks.
dalam genre cerita, - Satuan bahasa
faktual, dan pembentuk teks: bunyi
tanggapan. bahasa, fonem, suku
- Mengklasifikasi teks kata, morf, kata, kelas
dalam genre cerita, kata, diksi, frasa.
faktual, dan - Penanda kebahasaan
tanggapan. dalam teks.
- Memilih teks sesuai - Paralinguistik (lafal,
dengan genre untuk kelantangan, intonasi,
mengungkapkan tempo, gestur, dan
gagasan. mimik).
- Menemukan makna
teks dalam genre
faktual, tanggapan,
dan cerita.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis dan
menyuntingnya.
- Mengabstraksi teks
dalam genre faktual,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
- Mengalihkan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis ke dalam
bentuk lain.
- Memiliki sikap jujur, - Bentuk teks genre cerita
disiplin, dan peduli (teks cerita sejarah,
dalam menanggapi novel), faktual (berita),
fenomena alam dan dan tanggapan (teks
sosial. iklan, editorial/opini).
- Mengenal konteks - Struktur dan fitur
budaya dan konteks bahasa teks genre cerita
sosial, satuan (teks anekdot, pantun,
kebahasaan, serta cerita ulang ), faktual (
unsur paralinguistik laporan hasil observasi,
dalam penyajian prosedur kompleks,
teks. eksplanasi kompleks),
- Memahami bentuk, dan tanggapan (teks
struktur, dan negosiasi).
kaidah teks dalam - Konteks budaya dan
genre cerita, situasi yang
faktual, dan melatarbelakangi
tanggapan. lahirnya sebuah teks.
- Membandingkan dan - Satuan bahasa
menganalisis teks pembentuk teks: klausa,
dalam genre cerita, kalimat inti, kalimat
faktual, dan tunggal, kalimat
tanggapan. majemuk.
- Menemukan makna - Penanda kebahasaan
teks dalam genre dalam teks.
faktual, tanggapan,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan cerita. - Paralinguistik (lafal,
- Mengklasifikasi teks kelantangan, intonasi,
dalam genre cerita, tempo, gestur, dan
faktual, dan mimik).
tanggapan.
- Memilih teks dalam
genre faktual,
tanggapan, dan
cerita untuk
mengungkapkan
gagasan.
- Menyajikan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis dan
menyuntingnya.
- Mengabstraksi teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis.
- Mengalihkan teks
dalam genre faktual,
tanggapan, dan
cerita secara lisan
dan tulis ke dalam
bentuk lain.
1
3.2. Muatan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
Peminatan pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menyajikan teks klausa, dan kalimat),
dalam genre faktual, relasi makna.
tanggapan, dan cerita - Kesastraan: karakteristik
secara lisan dan puisi lama dan puisi baru,
tulis. karakteristik prosa lama
- Menerapkan tata dan prosa baru, jenis
bahasa Indonesia drama, sinopsis novel,
dalam berbagai resensi novel, drama,
jenis teks. dan film.
- Menemukan
karakteristik
berbagai jenis sastra.
- Memiliki perilaku - Struktur teks genre
jujur, tanggung cerita (teks cerita
jawab, peduli, dan pendek, biografi, drama,
responsif dalam novel, hikayat, cerita
menggunakan pengalaman, puisi),
bahasa Indonesia genre faktual
untuk menanggapi (argumentasi,
fenomena alam dan eksplanasi) genre
sosial dan tanggapan(teks
memperdalam kajian pendapat narasumber).
ilmu. - Konteks budaya, norma,
- Mengenal konteks serta konteks sosial
budaya dan konteks yang melatarbelakangi
sosial, satuan lahirnya jenis teks.
kebahasaan, serta - Satuan bahasa
unsur paralinguistik pembentuk teks.
dalam penyajian - Penanda kebahasaan
teks. dalam teks.
- Memahami teks - Paralinguistik (lafal,
dalam genre faktual, kelantangan, intonasi,
tanggapan, dan tempo, gestur, dan
cerita. mimik).
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengidentifikasi isi - Kebahasaan: fungsi
dan menganalisis bahasa, struktur
teks dalam genre kalimat, pengembangan
faktual, tanggapan, paragraf, penulisan
dan cerita. karya ilmiah.
- Menemukan makna - Kesastraan: analisis
teks dalam genre puisi, analisis cerpen,
faktual, tanggapan, konversi novel ke
dan cerita. film.
- Menyajikan teks - Kesantunan berbahasa:
dalam genre faktual, prinsip kesantunan,
tanggapan, dan cerita retorika dan prinsip
secara lisan dan retorika.
tulis.
- Menerapkan tata
bahasa Indonesia
dalam berbagai
jenis teks.
- Menganalisis jenis-
jenis sastra
Indonesia.
- Menerapkan
kesantunan
berbahasa dalam
beretorika dan
berbicara di
depan
umum.
1
4. Muatan Matematika
4.1. Muatan Matematika pada SD/MI/SDLB/PAKET A,
SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan
SMK/MAK.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penambahan dan
pengurangan dari
kumpulan objek.
- Mengidentifikasi
seluruh dan bagian
dalam kehidupan
sehari- hari.
- Menggunakan gambar
atau foto untuk
menyatakan sebuah
informasi dan
menjawab pertanyaan
mengenainya.
- Menggunakan model
konkret dalam
penyelesaian
masalah.
- Menunjukkan sikap - Bilangan bulat dan
positif bermatematika: bilangan pecahan.
logis, kritis, cermat - Geometri (sifat dan
dan teliti, jujur, unsur) dan Pengukuran
bertanggung jawab, (satuan standar).
dan tidak mudah - Statistika
menyerah dalam (pengumpulan dan
menyelesaikan penyajian data
masalah, sebagai sederhana).
wujud implementasi
kebiasaan dalam
inkuiri dan eksplorasi
matematika.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
rasa, percaya diri, dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
ketertarikan pada
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar
mengidentifikasi
kemiripan dan
perbedaan berbagai
sudut.
- Menjelaskan pola
bangun dalam
kehidupan sehari-hari
dan memberikan
dugaan kelanjutannya
berdasarkan pola
berulang.
- Memahami
penjumlahan dan
pengurangan bilangan
bulat dan pecahan.
- Mengelompokkan
benda menurut
bentuknya dan
disertai justifikasi.
- Menyelesaikan
masalah aritmetika
sehari-hari sebagai
penerapan
pemahaman atas efek
penambahan dan
pengurangan.
- Menyadari objek
dapat dipandang
sebagai kesatuan dari
bagian-bagiannya.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memberikan
interpretasi dari
sebuah sajian
informasi/data.
- Menggunakan model
konkret dan
simbolik atau
strategi lain dalam
penyelesaian
masalah sehari-hari.
- Menunjukkan sikap - Bilangan (termasuk
positif bermatematika: pangkat dan akar
logis, kritis, cermat sederhana).
dan teliti, jujur, - Geometri dan
bertanggung jawab, Pengukuran (termasuk
dan tidak mudah satuan turunan).
menyerah dalam - Statistika dan peluang.
menyelesaikan
masalah, sebagai
wujud implementasi
kebiasaan dalam
inkuiri dan eksplorasi
matematika.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Bersikap terbuka
menghadapi
perbedaan sudut
pandang dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
mengemukakan
kemungkinan sudut
pandang yang
berbeda dari yang
dimilikinya.
- Menemukan pola
bangun datar untuk
menarik kesimpulan
atau menyusun
bukti/justifikasi
sederhana.
- Memahami
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian dan
pembagian bilangan
bulat dan pecahan.
- Mengelompokkan
benda ruang menurut
sifatnya.
- Memberi estimasi
penyelesaian masalah
dan
membandingkannya
dengan hasil
perhitungan
- Memberikan
visualisasi dan
deskripsi proporsi dan
menggunakannya dan
penyelesaian
masalah.
- Mengumpulkan data
yang relevan dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menyajikannya dalam
bentuk tabel, gambar,
daftar.
- Menggunakan simbol
dalam pemodelan,
mengidentifikasi
informasi,
menggunakan strategi
lain bila tidak
berhasil.
Tingkat - Menunjukkan sikap - Bilangan Rasional.
Pendidikan Dasar logis, kritis, analitis, - Aljabar (pengenalan).
(Kelas VII-IX) cermat dan teliti, - Geometri (termasuk
bertanggung jawab, transformasi).
responsif, dan tidak - Statistika dan Peluang.
mudah menyerah - Himpunan.
dalam memecahkan
masalah.
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
rasa percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka,
objektif dalam
interaksi
kelompok maupun
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas.
- Mengidentifikasi pola
dan menggunakannya
untuk menduga
perumuman/aturan
umum dan
memberikan prediksi.
- Memahami konsep
bilangan rasional
dilengkapi operasi
dan urutan.
- Mengenal bentuk
aljabar sederhana
(linear, kuadrat).
- Memanfaatkan
interpretasi geometri
fungsi kuadrat dalam
menyelesaikan
persamaan.
- Memahami konsep
himpunan dan
operasinya serta
fungsi dan
menyajikan (diagram,
tabel, grafik).
- Memahami bangun
datar berdasarkan
sifat-sifat atau fitur-
fitur (banyak sisi,
keteraturan, ukuran),
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan transformasi yang
menghubungkannya.
- Memberi estimasi
penyelesaian masalah
dan
membandingkannya
dengan hasil
perhitungan.
- Menjelaskan dan
memvisualisasikan
pecahan yang
ekuivalen.
- Membandingkan,
memberi interpretasi
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami konsep
peluang empirik.
- Menggunakan simbol
dalam pemodelan,
mengidentifikasi
informasi,
menggunakan strategi
lain bila tidak
berhasil.
- Menunjukkan sikap, - Aljabar.
logis, kritis, analitis, - Geometri (termasuk
kreatif, cermat dan bangun tidak
teliti, bertanggung beraturan).
jawab, responsif, dan - Statistika dan Peluang
tidak mudah (termasuk metode
menyerah dalam statistik sederhana).
memecahkan
masalah.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memiliki rasa ingin
tahu, semangat
belajar yang kontinu,
rasa percaya diri, dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif
dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas.
- Mengidentifikasi
kecenderungan dan
menyajikannya dalam
aturan bilangan
(barisan dan deret)
atau relasi lainnya.
- Memahami operasi
pangkat, akar,
bilangan dan
kaitannya dengan
konsep urutan.
- Mengenal dan
berbagai
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
manipulasi/transform
asi aljabar
(mengkuadratkan dan
memfaktorkan) dan
menggunakannya
dalam penyelesaian
masalah seperti
persamaan dan
pertidaksamaan.
- Menggunakan konsep
diskriminan dalam
mengidentifikasi
eksistensi solusi dan
interpretasi
geometrisnya.
- Mengelompokkan
bangun datar
menurut
kesebangunan
dan/atau
kekongruenan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar.
- Visualisasi dan
deskripsi proporsi
persentase, rasio, dan
laju.
- Membandingkan,
memberi interpretasi
berbagai metoda
penyajian termasuk
penyajian data yang
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
disertai statistik
deskriptif.
- Memahami konsep
peluang empirik dan
teoritik.
- Menggunakan simbol
dalam pemodelan,
mengidentifikasi
informasi, memilih
strategi yang paling
efektif.
Tingkat - Menunjukkan sikap - Bilangan Real.
Pendidikan logis, kritis, analitis, - Aljabar.
Menengah kreatif, cermat dan - Geometri dan
(Kelas X-XII) teliti, bertanggung Transformasi.
jawab, responsif, dan - Dasar-dasar
tidak mudah Trigonometri.
menyerah dalam - Limit fungsi Aljabar.
memecahkan - Matriks.
masalah. - Kombinatorika.
- Memiliki rasa ingin - Statistika dan Peluang.
tahu, percaya diri, - Turunan Fungsi
semangat belajar yang Aljabar.
kontinu, pemikiran - Program Linear.
reflektif, dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menjelaskan pola dan
menggunakannya
untuk melakukan
prediksi dan
kecenderungan
jangka panjang;
menggunakannya
untuk memprediksi
kecenderungan (trend)
atau memeriksa
kesahihan argumen.
- Mengutarakan dan
menggali sifat-sifat
fungsi pangkat dan
logaritma, dengan
memanfaatkan
hubungan saling
inverse keduanya.
- Mengenal dan
menggunakan sifat-
sifat aljabar dalam
menyelesaikan
masalah sistem
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
persamaan dan
pertidaksamaan,
dibantu dengan
teknik geometri, dan
memberikan tafsiran
geometrinya.
- Memahami dan
menggunakan konsep
operasi aljabar fungsi
termasuk komposisi.
- Menggunakan sifat-
sifat transformasi
untuk menyelidiki
kesebangunan dan
kekongruenan dan
menggunakannya
untuk memahami
perbandingan
trigonometri.
- Memanfaatkan
pendekatan koordinat
dalam menyelesaikan
masalah geometri
(dan juga aljabar pada
umumnya).
- Menggunakan konsep
limit untuk
memahami
kecenderungan fungsi
dan menghampiri
fungsi.
- Menggunakan konsep
turunan untuk
memahami
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kecenderungan dalam
laju perubahan serta
menggunakannya
dalam pemodelan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi
dalam
menyederhanakan
(scaling) masalah,
mengestimasi dan
menghitung
perubahan rasio
(turunan).
- Membandingkan dan
menilai keefektifan
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami dan
menggunakan
berbagai teknik
menghitung, dengan
prinsip perkalian
sebagai prinsip
perkalian sentral.
- Memahami konsep
peluang yang
didasarkan frekuensi
relatif; memanfaatkan
teknik kombinatorika
dalam menentukan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
peluang.
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman.
- Menunjukkan sikap - Bilangan Real.
logis, kritis, analitis, - Aljabar.
kreatif, cermat dan - Geometri Ruang.
teliti, bertanggung - Bunga majemuk,
jawab, responsif, dan Angsuran,
tidak mudah Anuitas.
menyerah dalam - Pertumbuhan, dan
memecahkan Peluruhan.
masalah. - Matriks dan Vektor.
- Memiliki rasa ingin - Induksi matematika
tahu, percaya diri, - Integral.
semangat belajar yang - Logika.
kontinu, pemikiran
reflektif dan
ketertarikan pada
matematika.
- Memiliki rasa
percaya pada daya
dan kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menggunakan pola
untuk menjelaskan
kecenderungan
jangka panjang dan
menggunakannya
dalam konteks dunia
nyata, dan
memanfaatkannya
dalam pemecahan
masalah atau
berargumentasi.
- Memahami konsep
matriks dan
operasinya dan
menggunakannya
dalam pemecahan
masalah.
- Menganalisis sifat-
sifat sederhana dari
bangun ruang seperti
diagonal ruang,
diagonal bidang, dan
bidang diagonal.
- Menggunakan konsep
integral untuk
memahami masalah
akumulasi dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menghampirinya,
dengan penerapan
misalnya pada
masalah luas dan
volume.
- Menggunakan
hubungan turunan
dan integral.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar,
visualisasi geometris
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi untuk
menyederhanakan
kompleksitas
perhitungan, dan
mengestimasi.
- Mengevaluasi
penyajian data
dengan cara
membandingkan
penyajian data,
statistik, dan data
aktual.
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman
1
4.2. Muatan Matematika untuk kelompok peminatan matematika dan
ilmu-ilmu alam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menjelaskan pola dan
menggunakannya
untuk melakukan
prediksi dan
kecenderungan
jangka panjang;
menggunakannya
untuk memprediksi
kecenderungan atau
memeriksa kesahihan
argument.
- Mengutarakan dan
menggali sifat-sifat
fungsi pangkat dan
logaritma, dengan
memanfaatkan
hubungan saling
inverse keduanya.
- Menganalisis sifat
grafik eksponensial
dan logaritma, nilai
mutlak dan
memanfaatkannya
dalam menyelesaikan
persamaan logaritma,
nilai mutlak.
- Mengenal dan
menggunakan sifat-
sifat aljabar dalam
menyelesaikan
masalah sistem
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
persamaan linear dan
kuadrat dan
pertidaksamaan linear
dan kuadrat, dibantu
dengan teknik
geometri, dan
memberikan tafsiran
geometrinya.
- Memahami dan
menggunakan konsep
operasi aljabar fungsi
termasuk komposisi.
- Menggunakan sifat-
sifat transformasi
untuk menyelidiki
kesebangunan dan
kekongruenan dan
menggunakannya
untuk memahami
perbandingan
trigonometri,
persamaan
trigonometri.
- Memanfaatkan
pendekatan koordinat
dalam menyelesaikan
masalah geometri
(dan juga aljabar pada
umumnya).
- Memahami sifat
geometri bidang yang
menyangkut dalil titik
berat segitiga, dalil
intersep, dalil segmen
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
garis dan
menggunakannya
dalam membuktikan
sifat geometri.
- Mendeskripsikan
konsep fungsi
trigonometri dan
hubungan
diantaranya.
- Memahami
persamaan berbagai
irisan kerucut dan
grafiknya dan
kaitannya.
- Menggunakan konsep
limit untuk
memahami
kecenderungan fungsi
dan menghampiri
fungsi.
- Menggunakan konsep
turunan untuk
memahami
kecenderungan dalam
laju perubahan serta
menggunakannya
dalam pemodelan.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi dalam
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menyederhanakan
(scaling) masalah,
mengestimasi dan
menghitung
perubahan rasio
(turunan).
- Membandingkan dan
menilai keefektifan
berbagai metoda
penyajian data.
- Memahami dan
menggunakan
berbagai teknik
menghitung, dengan
prinsip perkalian
sebagai prinsip
perkalian sentral.
- Memahami konsep
peluang yang
didasarkan frekuensi
relatif; memanfaatkan
teknik kombinatorika
dalam menentukan
peluang
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
dan melakukan
perumuman.
- Menunjukkan sikap - Aljabar.
logis, kritis, analitis, - Bilangan Real.
kreatif, cermat dan - Aljabar.
teliti, bertanggung - Geometri Ruang.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jawab, responsif, dan - Bunga majemuk,
tidak mudah Angsuran,
menyerah dalam Anuitas.
memecahkan - Pertumbuhan, dan
masalah. Peluruhan.
- Memiliki rasa ingin - Matriks dan Vektor.
tahu, percaya diri, - Induksi matematika.
dan ketertarikan pada - Integral dan
matematika. Teknik (Substitusi
- Memiliki rasa dan Parsial).
percaya diri dan - Logika dan
semangat belajar Penyimpulan.
yang kontinu,
pemikiran reflektif,
kegunaan
matematika, serta
sikap kritis yang
terbentuk melalui
pengalaman belajar.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya.
- Memiliki sikap
terbuka, objektif, dan
menghargai karya
teman dalam interaksi
kelompok maupun
aktivitas sehari-hari.
- Memiliki kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan matematika
dengan jelas dan
efektif.
- Menggunakan pola
untuk menjelaskan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kecenderungan
jangka panjang dan
menggunakannya
dalam konteks dunia
nyata, dan
memanfaatkannya
dalam pemecahan
masalah atau
berargumentasi.
- Memahami konsep
matriks dan vektor
serta operasinya
skalar dan vektor
(termasuk hasil kali
titik, hasil kali silang)
serta
menggunakannya
untuk menganalisis
geometri bidang dan
ruang.
- Menganalisis sifat-
sifat sederhana dari
bangun ruang seperti
diagonal ruang,
diagonal bidang, dan
bidang diagonal, jarak
antar objek geometri
ruang.
- Menggunakan
berbagai identitas
trigonometri dalam
penyelesaian
masalah.
- Menggunakan konsep
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
integral untuk
memahami masalah
akumulasi dan
menghampirinya,
dengan penerapan
misalnya pada
masalah luas dan
volume.
- Menggunakan
hubungan turunan
dan integral.
- Menentukan integral
dengan teknik
pengintegralan
substitusi dan parsial.
- Memberi estimasi
dengan menggunakan
perhitungan mental
dan sifat-sifat aljabar,
visualisasi geometris
dan data statistik.
- Pemanfaatan rasio
dan proporsi untuk
menyederhanakan
kompleksitas
perhitungan, dan
mengestimasi.
- Mengevaluasi
penyajian data
dengan cara
membandingkan
penyajian data,
statistik, dan data
aktual.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menentukan strategi
penyelesaian masalah
yang efektif,
mengevaluasi hasil,
da melakukan
perumuman.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tahu, jujur, logis, - Daur hidup
kritis, dan disiplin makhluk hidup.
melalui IPA. - Perkembangbiakan
- Mengajukan tanaman.
pertanyaan: apa, - Wujud benda.
mengapa, dan - Gaya dan gerak.
bagaimana tentang - Bentuk dan sumber
alam sekitar. energi dan energi
- Melakukan alternatif.
pengamatan objek - Rupa bumi dan
IPA dengan perubahannya.
menggunakan panca - Lingkungan, alam
indra dan alat semesta, dan sumber
sederhana. daya alam.
- Mencatat dan - Iklim dan cuaca.
menyajikan data hasil
pengamatan alam
sekitar secara
sederhana.
- Melaporkan hasil
pengamatan alam
sekitar secara lisan
dan tulisan secara
sederhana.
- Mendeskripsikan
konsep IPA
berdasarkan hasil
pengamatan.
- Menunjukkan sikap - Rangka dan organ
ilmiah: rasa ingin tubuh manusia dan
tahu, jujur, logis, hewan.
kritis, disiplin, dan - Makanan, rantai
tanggung jawab makanan, dan
melalui IPA. keseimbangan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengajukan ekosistem.
pertanyaan: apa, - Perkembangbiakan
mengapa, dan makhluk hidup.
bagaimana tentang - Penyesuaian diri
alam sekitar. makhluk hidup pada
- Melakukan lingkungan.
pengamatan objek - Kesehatan dan sistem
IPA dengan pernafasan manusia.
menggunakan panca - Perubahan dan sifat
indra dan alat benda.
sederhana. - Hantaran panas, listrik
- Menyajikan data hasil dan magnet.
pengamatan alam - Tata surya.
sekitar dalam bentuk - Campuran dan larutan.
tabel atau grafik.
- Membuat kesimpulan
dan melaporkan hasil
pengamatan alam
sekitar secara lisan
dan tulisan secara
sederhana.
- Menjelaskan konsep
dan prinsip IPA.
Tingkat - Memiliki sikap - Ciri-ciri dan klasifikasi
Pendidikan ilmiah: rasa ingin makhluk hidup, sistem
Dasar (Kelas tahu, logis, kritis, organisasi kehidupan.
VII-IX) analitis, jujur, dan - Sistem pernafasan,
tanggung jawab pencernaan, peredaran
melalui IPA. darah, struktur rangka,
- Mengajukan otot, struktur dan
pertanyaan fungsi sistem ekskresi
tentang fenomena pada manusia.
IPA, melaksanakan - Fotosintesis, respirasi,
percobaan, mencatat dan struktur jaringan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dan menyajikan hasil tumbuhan.
penyelidikan dalam - Perubahan fisika dan
bentuk tabel dan kimia, karakteristik zat,
grafik, sifat bahan dan
menyimpulkan, serta pemanfaatannya.
melaporkan hasil - Pengukuran, gerak,
penyelidikan secara gaya, tekanan, energi,
lisan maupun tertulis dan usaha.
untuk menjawab - Getaran, gelombang,
pertanyaan tersebut. bunyi, cahaya, dan alat
- Memahami konsep optik.
dan prinsip IPA serta - Suhu dan kalor.
saling keterkaitannya - Zat aditif makanan, zat
dan diterapkan dalam adiktif dan psikotropika.
menyelesaikan - Struktur bumi dan
masalah. tata surya.
- Interaksi antar makhluk
hidup dan lingkungan,
pencemaran dan
pemanasan global.
- Memiliki sikap - Sistem reproduksi
ilmiah: rasa ingin manusia, tumbuhan,
tahu, logis, kritis, dan hewan.
analitis, jujur, dan - Pewarisan sifat.
tanggung jawab - Tanah dan organism
melalui IPA. yang hidup di
- Mengajukan dalamnya.
pertanyaan tentang - Kelistrikan,
fenomena IPA, kemagnetan, dan
merumuskan induksi
hipotesis, mendesain elektromagnetik.
dan melaksanakan - Partikel penyusun atom
percobaan, mencatat dan molekul.
dan menyajikan - Pertumbuhan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
hasil penyelidikan penduduk dan
dalam bentuk tabel dampaknya bagi
dan grafik, lingkungan.
menyimpulkan, serta - Produk bioteknologi dan
melaporkan hasil penerapannya dalam
penyelidikan secara produksi pangan.
lisan maupun - Produk teknologi yang
tertulis untuk merusak dan ramah
menjawab lingkungan.
pertanyaan tersebut.
- Memahami konsep
dan prinsip IPA serta
saling keterkaitannya
dan diterapkan dalam
menyelesaikan
masalah dalam
kehidupan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
laboratorium biologi - Ekologi:
dalam pengamatan dan ekosistem, aliran
percobaan untuk energi, siklus/daur
memahami biogeokimia, dan
permasalahan biologi interaksi dalam
pada berbagai objek dan ekosistem.
bioproses, serta - Perubahan
mengaitkan biologi lingkungan/iklim dan
dengan lingkungan, daur ulang limbah.
teknologi, dan - Sel, struktur dan
masyarakat di abad fungsi sel penyusun
XXI. jaringan pada
- Mengkomunikasikan tumbuhan dan hewan
hasil pengamatan dan pada sistem gerak,
percobaan secara lisan sirkulasi, pencernaan,
melalui berbagai pernapasan/ respirasi,
media dan secara ekskresi, koordinasi,
tulisan dengan bentuk reproduksi, dan sistem
laporan dengan pertahanan tubuh.
menggunakan kaidah
penulisan yang benar.
- Menyajikan data
berbagai objek dan
bioproses berdasarkan
pengamatan dan
percobaan dengan
menerapkan prosedur
ilmiah dan
memperhatikan aspek
keselamatan kerja.
- Menerapkan prinsip,
konsep, dan hukum
dalam bidang biologi
untuk memecahkan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
permasalahan nyata
dan lingkungan hidup.
- Menganalisis berbagai
keanekaragaman hayati
di Indonesia, bioproses
yang berlangsung pada
berbagai tingkat
organisasi seluler pada
sistem hidup,
menganalisis perilaku
negatif dan dampak dari
perubahan lingkungan
terhadap kehidupan.
- Menunjukkan
kemampuan
metakognitif terhadap
permasalahan pada
berbagai objek dan
tingkat organisasi
kehidupan dan
menerapkannya dalam
kehidupan sebagai
warga negara yang
baik dan wujud cinta
tanah
air dan bangsa.
- Menerapkan proses - Struktur dan fungsi
kerja ilmiah dan DNA, gen dan
keselamatan kerja di kromosom dalam
laboratorium biologi pembentukan dan
dalam pengamatan dan pewarisan sifat
percobaan, untuk serta regulasi proses
memahami pada mahluk hidup.
permasalahan biologi - Proses kelangsungan
pada berbagai objek dan hidup di bumi melalui
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
bioproses, serta mutasi dan evolusi.
mengaitkan biologi - Penerapan bioproses
dengan lingkungan, pada bioteknologi.
teknologi, dan
masyarakat di abad XII.
- Mengkomunikasikan
hasil pengamatan dan
percobaan secara lisan
melalui berbagai
media dan secara
tulisan dengan bentuk
laporan menggunakan
kaidah penulisan yang
benar.
- Menyajikan data
berbagai objek dan
bioproses berdasarkan
pengamatan dan
percobaan dengan
menerapkan prosedur
ilmiah dan
memperhatikan aspek
keselamatan kerja.
- Menerapkan prinsip,
konsep, dan hukum
dalam bidang biologi
untuk memecahkan
permasalahan nyata
yang relevan, serta
permasalahan
lingkungan hidup.
- Memahami struktur dan
fungsi enzim dan materi
genetik dalam bioproses
dan pewarisan sifat
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pada makhluk hidup,
serta kelangsungan
hidup organisme di
bumi melalui proses
mutasi dan evolusi
dengan melakukan
investigasi literatur dan
mengkomunikasikannya
secara lisan dan tulisan.
- Menganalisis dan
menyajikan data
tentang aplikasi
bioproses pada
bioteknologi di berbagai
bidang kehidupan dan
menyajikannya secara
lisan dan tulisan.
- Menunjukkan
kemampuan
metakognitif terhadap
proses metabolisme,
pewarisan sifat, dan
kelangsungan hidup di
bumi dan
menerapkannya dalam
kehidupan sebagai
warga negara yang
baik dan wujud cinta
tanah
air dan bangsa.
1
5.3. Muatan Fisika untuk kelompok peminatan matematika dan ilmu-
ilmu alam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
masalah kehidupan.
- Memodifikasi atau
merancang proyek
sederhana berkaitan
dengan penerapan konsep
mekanika, fluida,
termodinamika,
gelombang, atau optik.
- Mengembangkan sikap - Rangkaian listrik
rasa ingin tahu, jujur, searah (DC).
tanggung jawab, logis, - Rangkaian arus
kritis, analitis, dan kreatif bolak-balik (AC).
melalui pembelajaran - Induksi Faraday.
fisika. - Radiasi
- Merumuskan elektromagnetik.
permasalahan yang - Teknologi digital.
berkaitan dengan - Konsep dan
fenomena fisika, fenomena kuantum.
merumuskan hipotesis, - Inti atom,
mendesain dan radioaktivitas,
melaksanakan dan
eksperimen, melakukan pemanfaatannya
pengukuran secara teliti, dalam
mencatat dan menyajikan kehidupan.
hasil dalam bentuk tabel
dan grafik,
menyimpulkan, serta
melaporkan hasilnya
secara lisan maupun
tertulis.
- Menganalisis konsep,
prinsip, dan hukum
kelistrikan, kemagnetan,
dan fisika modern serta
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menerapkan metakognisi
dalam menjelaskan
fenomena alam dan
penyelesaian masalah
kehidupan.
- Menciptakan produk
sederhana berkaitan
dengan penerapan konsep
kelistrikan dan/atau
kemagnetan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
energetika, kinetika dan - Termokimia.
kesetimbangan untuk - Laju reaksi.
menjelaskan fenomena - Kesetimbangan
yang terkait seperti kimia.
kespontanan reaksi dan - Sifat larutan asam
faktor-faktor yang basa dan pH
mempengaruhi jalannya larutan.
suatu reaksi. - Kesetimbangan
- Merancang dan melakukan Ion.
percobaan kimia yang
mencakup perumusan
masalah, mengajukan
hipotesis, menentukan
variabel, memilih
instrumen,
mengumpulkan, mengolah
dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan
tertulis.
- Menganalisis dan
menyelesaikan
permasalahan yang
berkaitan dengan sifat-sifat
molekul, reaksi kimia,
kesetimbangan kimia,
kinetika kimia, dan
energetika, serta
menerapkan pengetahuan
ini pada berbagai bidang
ilmu dan teknologi.
- Mengembangkan sikap - Sifat koligatif
ilmiah: rasa ingin tahu, larutan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
berpikir logis dan analitis, - Redoks dan
tekun, ulet, jujur, disiplin, elektrokimia.
tanggung jawab, dan peduli - Unsur-unsur
melalui kimia. golongan gas
- Menerapkan prinsip- mulia, halogen,
prinsip dasar kimia, alkali dan alkali
struktur dan energetika tanah, periode 3.
untuk menganalisis - Unsur golongan
feneomena fisik dan kimia transisi periode
yang berkaitan dengan sifat 4 dan
fisik larutan, interaksi senyawanya.
energi listrik dengan - Senyawa alkana
perubahan kimia, dan sifat dan derivat (halo
fisikokimia unsur dan alkana, alkanol,
senyawa. alkoksi alkana,
- Menjelaskan berlakunya alkanal, alkanon,
prinsip- prinsip dasar asam alkanoat,
kimia dalam fenomena dan alkil alkanoat).
alam dan pada produk. - Benzena dan
turunannya.
- Makromolekul
(polimer,
karbohidratdan
protein).
- Lemak.
- Hidrokarbon dan
minyak bumi.
- Sistem koloid.
1
6. Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial
6.1. Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB/PAKET A
dan SMP/MTs/SMPLB/PAKET B.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Indonesia yang
bertanggung jawab.
- Menceritakan keberadaan Manusia, tempat, dan
kelembagaan sosial, lingkungan
budaya, ekonomi dan - Konektivitas antar
politik dalam masyarakat. ruang dan
- Menunjukkan perilaku penanggulangan
sosial dan budaya yang permasalahan
mencerminkan jati diri lingkungan hidup
dirinya sebagai secara bijaksana
warganegara Indonesia. dalam kehidupan
- Menjaga kelestarian bangsa Indonesia.
lingkungan hidup secara
bijaksana dan bertanggung Waktu, keberlanjutan,
jawab. dan perubahan
- Meneladani tindakan heroik - Perkembangan
pemimpin bangsa, dalam kehidupan bangsa
kehidupan sosial dan Indonesia dari
budaya bangsa Indonesia. masa penjajahan,
- Menceritakan hasil masa pergerakan
eksplorasi mengenai kemerdekaan
kehidupan bangsa sampai awal
Indonesia. Reformasi dalam
menegakkan dan
membangun
kehidupan
berbangsa dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
bernegara.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Mengemukakan pendapat pendidikan dan
mengenai masalah sosial politik.
masyarakat Indonesia - Zaman praaksara,
dalam lingkup regional dan zaman Hindu-
nasional, serta mampu Buddha dan
memecahkan masalah zaman Islam.
sosial sederhana melalui - Zaman penjajahan
dinamika interaksi sosial dan zaman
dilingkungan sekitarnya. pergerakan
kebangsaan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kini. perubahan, dan
- Memahami manfaat waktu
kelembagaan dan landasan - Aspek geografis,
dinamika interaksi sosial ekonomi, budaya,
dalam mendukung pendidikan dan
keberlanjutan kehidupan politik.
masyarakat. - Zaman pergerakan
- Mengemukakan pendapat kemerdekaan dan
mengenai masalah sosial masa kini.
masyarakat Indonesia
dalam mewujudkan Sistem sosial dan
kesatuan wilayah budaya.
Nusantara, serta mampu - Manfaat
mengatasi masalah sosial kelembagaan
di lingkungan sekitarnya sosial, budaya,
melalui alternatif tindakan ekonomi, dan
nyata sebagai bentuk politik.
partisipasi dalam - Landasan
kehidupan berbangsa dan dinamika interaksi
bernegara. manusia dengan
lingkungan alam,
sosial, budaya, dan
ekonomi.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kehidupan masa kini. - Zaman Pergerakan
- Membangun semangat Daerah.
kebangsaan, persatuan, dan - Zaman Modern.
kesatuan. - Tokoh sejarah.
- Menganalisis peristiwa
sejarah berdasarkan
hubungan sebab- akibat.
- Menulis cerita sejarah.
- Mengamalkan keteladanan - Demokrasi Liberal.
dari tokoh sejarah dalam - Demokrasi
kehidupan masa kini. Terpimpin.
- Menunjukkan sikap peduli - Orde Baru.
terhadap benda-benda - Reformasi.
peninggalan sejarah. - Indonesia dalam
- Mengevaluasi suatu Konteks pergaulan
peristiwa sejarah dunia.
berdasarkan kesahihan
sumber dan penafsiran
penulisnya.
- Melakukan penelitian
sederhana tentang suatu
peristiwa sejarah.
- Menulis cerita sejarah.
1
6.3. Muatan Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C dan SMK/MAK.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pembangunan wilayah. nasional.
- Menganalisis kerjasama - Pola persebaran
antar wilayah di dalam dan interaksi
Negara dan kerjasama keruangan antara
internasional untuk desa dan kota.
terjalinnya hubungan yang - Kerjasama antar
saling menguntungkan. wilayah di dalam
- Mengamati, menganalisis, negara dan
merancang, melaksanakan kerjasama
kajian, serta mengevaluasi internasional untuk
kerjasama antar wilayah terjalinnya
yang saling hubungan yang
menguntungkan. saling
- menguntungkan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
belakang sejarah. kebangsaan
- Menulis suatu peristiwa Indonesia.
sejarah dari sumber yang - Proklamasi dan
memiliki penafsiran yang perkembangan
sama. negara kebangsaan
Indonesia.
- Menerapkan perilaku - Dunia pada masa
keteladanan tokoh sejarah. Perang Dingin dan
- Mengembangkan kegiatan perubahan politik
pemeliharaan benda- global.
benda peninggalan - Perjuangan
sejarah. mempertahankan
- Menerapkan prosedur kemerdekaan
penelitian sejarah. Indonesia.
- Menggunakan konsep- - Indonesia pada
konsep sejarah secara kritis masa Orde Baru
dalam mengevaluasi dan Reformasi.
sebuah karya sejarah. - Indonesia dan
- Mengevaluasi penafsiran Dunia pada masa
sejarah dari sejarawan Revolusi Teknologi
yang berbeda sudut Informasi dan
pandang dan penafsiran Komunikasi.
sejarahnya.
- Merekonstruksi peristiwa
sejarah berdasarkan
sumber sejarah yang
berbeda dalam tafsiran
sejarah.
1
6.5. Muatan Sosiologi untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.
1
6.6. Muatan Ekonomi untuk kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
pada SMA/MA/SMALB/PAKET C.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menganalisis dan
menyajikan perhitungan
indeks harga dan inflasi,
serta kebijakan moneter
dan fiskal.
- Menganalisis dan
mengevaluasi peran
pelaku ekonomi dan pasar
modal dalam sistem
perekonomian Indonesia.
- Memahami konsep dan
mengevaluasi kebijakan
perdagangan internasional
dan kerjasama ekonomi
internasional.
- Memahami konsep Sistem akuntansi
akuntansi sebagai sistem - Sistem informasi
informasi dan menyajikan akuntansi.
persamaan dasar - Persamaan dasar
akuntansi. akuntansi.
- Memahami konsep dan - Siklus akuntansi
mampu menerapkan siklus perusahaan
akuntansi perusahaan jasa jasa.
dan dagang. - Siklus akuntansi
perusahaan
dagang.
1
7. Muatan Bahasa Inggris
7.1. Muatan Bahasa Inggris pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B dan
SMA/MA/SMALB/PAKET C.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Unsur-unsur
kebahasaan.
- Frasa sangat
pendek dan
sederhana.
- Modalitas: dengan
batasan makna
yang jelas.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
dengan menggunakan membaca, dan
struktur teks secara urut menulis teks
dan runtut serta unsur interpersonal,
kebahasaan secara akurat, transaksional, dan
berterima, dan lancar. fungsional yang
tercakup.
- Unsur-unsur
kebahasaan.
- Frasa pendek dan
sederhana.
- Modalitas: dengan
batasan makna
yang jelas.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menyusun teks lisan dan transaksional, dan
tulis pendek, dengan fungsional.
menggunakan struktur - Keterampilan
teks secara urut dan mendengarkan,
runtut serta unsur berbicara,
kebahasaan secara membaca, dan
akurat, berterima, dan menulis teks
lancar. interpersonal,
- Menyunting teks tulis, transaksional, dan
pendek, dengan fungsional yang
menggunakan struktur tercakup.
teks secara urut dan - Unsur-unsur
runtut serta unsur kebahasaan.
kebahasaan secara - Frasa pendek
akurat, berterima, dan - Modalitas: dengan
lancar. batasan makna
yang jelas.
- Teks-teks: lagu,
- Mengidentifikasi fungsi caption, factual
sosial, struktur teks dan report, ilmiah,
unsur kebahasaan dari news item, dan
teks pendek dalam prosedur, dalam
kehidupan dan kegiatan wacana
siswa sehari-hari. interpersonal,
- Berkomunikasi secara, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional pada
fungsional tentang diri tataran literasi
sendiri, keluarga, orang informasional.
lain, dan objek kongkrit - Struktur teks
dan imajinatif, yang interpersonal,
terdekat dengan transaksional, dan
kehidupan dan kegiatan fungsional.
siswa sehari-hari di - Keterampilan
rumah, sekolah, dan mendengarkan,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
masyarakat, serta terkait berbicara,
dengan mata pelajaran membaca, dan
lain dan dunia kerja. menulis teks
- Menyusun teks lisan dan interpersonal,
tulis, pendek, dengan transaksional, dan
menggunakan struktur fungsional yang
teks secara urut dan tercakup.
runtut serta unsur - Unsur-unsur
kebahasaan secara kebahasaan.
akurat, berterima, dan - Frasa pendek.
lancar. - Modalitas: dengan
- Menyunting teks tulis, batasan makna
pendek, dengan yang jelas.
menggunakan struktur
teks secara urut dan
runtut serta unsur
kebahasaan secara
akurat, berterima, dan
lancar.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
fungsional tentang diri hortatory, puisi,
sendiri, keluarga, orang dalam wacana
lain, dan objek kongkrit interpersonal,
dan imajinatif, yang transaksional, dan
terdekat dengan fungsional pada
kehidupan dan kegiatan tataran literasi
siswa sehari-hari di informasional.
rumah, sekolah, dan - Struktur teks
masyarakat, serta terkait interpersonal,
dengan mata pelajaran transaksional, dan
lain. fungsional.
- Menyusun teks lisan dan - Keterampilan
tulis, agak panjang mendengarkan,
dengan menggunakan berbicara,
struktur teks dan unsur membaca, dan
kebahasaan secara menulis teks
akurat dan berterima. interpersonal,
- Menyunting teks tulis, transaksional, dan
agak panjang dengan fungsional yang
menggunakan struktur tercakup.
teks dan unsur - Unsur-unsur
kebahasaan. kebahasaan.
- Menggunakan unsur - Frasa kompleks.
kebahasaan secara - Modalitas:
akurat, berterima, dan alternatif pembeda
lancar secara spontan. lebih samar satu
dengan yang
lainnya.
- Mengidentifikasi fungsi
sosial, struktur teks dan
unsur kebahasaan dari
teks, agak panjang dalam
kehidupan dan kegiatan
siswa sehari-hari.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Komunikasi interpersonal,
transaksional, dan
fungsional tentang diri
sendiri, keluarga, orang
lain, dan objek kongkrit dan
imajinatif, yang terdekat
dengan kehidupan dan
kegiatan siswa sehari-hari
di rumah, sekolah, dan
masyarakat, serta terkait
dengan mata pelajaran lain
dan dunia kerja.
- Menyusun teks lisan dan
tulis, agak panjang dengan
menggunakan struktur teks
dan unsur kebahasaan
secara akurat dan
berterima.
- Menyunting teks tulis, agak
panjang dengan
menggunakan struktur teks
dan unsur kebahasaan.
- Menggunakan unsur
kebahasaan secara akurat,
berterima, dan lancar secara
spontan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jujur, percaya diri, dan ekspresif,
mandiri dalam berkarya mosaik/aplikasi,
seni budaya dan prakarya. relief dan patung
- Mengenal keragaman karya dari bahan lunak).
seni budaya dan prakarya. - Apresiasi dan
- Memiliki kepekaan inderawi kreasi/rekreasi
terhadap karya seni budaya (cipta-ulang) karya
dan prakarya. seni musik (lagu,
- Menciptakan (secara elemen musik, dan
orisinal) karya seni ritme).
budaya dan prakarya. - Apresiasi dan
- Menciptakan(secara kreasi/rekreasi
tiruan/rekreatif) karya seni (cipta-ulang) karya
budaya dan prakarya. seni tari (gerak
anggota tubuh,
gerak tiruan).
- Apresiasi dan
kreasi prakarya
(kerajinan dari
bahan alam,
kerajinan
menggunting dan
melipat, produk
rekayasa yang
digerakkan oleh
air, makanan
olahan).
- Apresiasi warisan
buday (ceritera
dalam bahasa
daerah).
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, rupa (dua dimensi:
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
jujur, percaya diri, dan gambar dekoratif,
mandiri dalam berkarya gambar bentuk,
seni budaya dan prakarya. montase, kolase)
- Mengenal keragaman karya dan (tiga dimensi:
seni budaya dan prakarya. terbuat dari bahan
- Mengenal karakteristik lunak).
karya seni budaya dan - Apresiasi dan
prakarya. kreasi/rekreasi
- Membedakan keunikan karya seni musik
karya seni budaya dan (lagu wajib, lagu
prakarya. permainan, alat
- Memahami proses musik ritmis dan
berkarya seni budaya dan melodis).
prakarya - Apresiasi dan
- Mencipta karya seni budaya kreasi/rekreasi
dan prakarya. karya seni tari
- Menyajikan karya seni (gerak tari
budaya dan prakarya. bertema, tari
nusantara daerah
setempat).
- Apresiasi dan
kreasi prakarya
(kerajinan dari
bahan
alam/buatan,
karya rekayasa:
menganyam,
meronce,
membatik teknik
ikat celup,
membuat asesoris,
karya rekayasa
bergerak dengan
angin dan tali
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
temali, bertani
sayuran.
- Apresiasi warisan
budaya (cerita
rakyat dalam
bahasa daerah).
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, rupa dua dimensi
jujur, percaya diri, dan (gambar
mandiri dalam berkarya perspektif, gambar
seni budaya dan prakarya. ilustrasi) dan tiga
- Memahami dimensi (topeng
keragaman karya seni dan patung
budaya dan prakarya. nusantara daerah
- Mengenal keunikan dan lain).
nilai keindahan karya seni - Apresiasi dan
budaya dan prakarya. kreasi/rekreasi
- Membedakan keunikan dan karya seni musik
keberagaman karya seni (lagu anak- anak,
budaya dan prakarya. lagu nusantara
- Memiliki kepekaan inderawi daerah lain, lagu
terhadap karya seni budaya wajib, musik
dan prakarya. ansambel, alat
- Menciptakan karya seni musik).
budaya dan prakarya. - Apresiasi dan
- Menyajikan karya seni kreasi/rekreasi
budaya dan prakarya. karya seni tari
- Menanggapi nilai keindahan (gerak tari
karya seni budaya dan bertema, busana
prakarya. dan iringan tari
nusantara daerah
lain).
- Apresiasi dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kreasi prakarya
(kerajinan dari
bahan tali temali,
bahan keras,
batik, dan teknik
jahit ; apotik
hidup dan
merawat hewan
peliharaan; olahan
pangan bahan
makanan umbi-
umbian dan
olahan non
pangan sampah
organik atau
anorganik.
- Apresiasi warisan
budaya (cerita
secara lisan dan
tulisan unsur-
unsur budaya
daerah, bahasa
daerah).
- Pameran dan
pertunjukan karya
seni rupa, musik,
tari, dan prakarya.
1
9. Muatan Seni Budaya
9.1. Muatan Seni Budaya pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
naskah drama, teknik
pementasan, serta
teater nusantara
daerah setempat dan
daerah lain).
- Menunjukkan perilaku - Apresiasi dan kreasi
rasa ingin tahu, peduli karya seni rupa (seni
lingkungan, kerjasama, lukis, seni patung,
jujur, percaya diri, dan seni grafis dalam
mandiri dalam berbagai media,
berkarya seni budaya. teknik, dan corak,
- Memahami keberagaman serta pameran seni
karya dan nilai seni rupa).
budaya. - Apresiasi dan kreasi
- Membandingkan masing- karya seni musik
masing karya nilai dan (musik modern,
nilai seni budaya untuk musik ansambel, dan
menemukenali/merasaka pertunjukan musik).
n keunikan/keindahan. - Apresiasi dan kreasi
- Menghargai, memiliki karya seni tari
kepekaan dan rasa (komposisi tari
bangga terhadap karya modern/kontemporer)
dan nilai seni budaya. .
- Memahami konsep, - Apresiasi dan kreasi
prosedur penciptaan karya seni teater
karya seni budaya. (olah tubuh, olah
- Menerapkan konsep dan suara, dan olah rasa
prosedur dalam teater modern,
penciptaan karya seni konsep manajemen
budaya. produksi teater).
- Pameran/pertunjukan
seni rupa, seni musik,
seni tari, dan seni
teater.
1
9.2. Muatan Seni Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menunjukkan perilaku rasa - Apresiasi dan
ingin tahu, peduli kreasi karya seni
lingkungan, kerjasama, jujur, rupa dua dan
percaya diri, dan mandiri tiga dimensi,
dalam berkarya seni budaya. kritik seni rupa
- Menunjukkan keberagaman dan pameran
dan nilai estetis karya seni seni rupa.
budaya. - Apresiasi dan
- Membandingkan masing- kreasi karya seni
masing karya dan nilai seni musik (musik
budaya untuk kreasi, kritik
menemukenali/merasakan musik, dan
keunikan/nilai estetis. pertunjukan
- Mencipta karya seni budaya musik).
yang orisinal. - Apresiasi dan
- Mengevaluasi keberagaman kreasi karya seni
dan keunikan kreasi karya tari (Kreasi tari
seni. sesuai iringan,
- Menyajikan hasil evaluasi kritik tari dan
dalam bentuk karya dan pertunjukan tari).
telaah seni budaya original - Apresiasi dan
yang bernilai estetis. kreasi karya seni
teater (naskah
teater, kritik seni
teater, dan
pertunjukan seni
teater).
1
10. Muatan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada
SD/MI/SDLB/PAKET A, SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/ SMALB
/PAKET C, dan SMK/MAK
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Aktivitas fisik air
melalui
permainan di air
dan keselamatan
di air.
Kesehatan
- Kebersihan diri
sendiri, pakaian,
dan kelas.
- Mengetahui konsep dan Aktivitas fisik
mempraktikkan variasi dan melalui:
kombinasi pola gerak dasar. - Pola gerak dasar
- Mengetahui konsep dan lokomotor, non-
mempraktikkan pemanasan, lokomotor, dan
pendinginan dan berbagai manipulatif pada
aktivitas kebugaran jasmani permainan bola,
untuk mencapai tinggi dan aktivitas atletik
berat badan ideal. dan atau
- Mengetahui konsep dan olahraga
mempraktikkan gerak dasar tradisional.
dan kombinasi pola gerak - Komposisi tubuh
dasar dominan statis dan dan gerak
dinamis. pemanasan dan
- Mengetahui dan pendinginan.
mempraktikkan gerak - Gerak dasar
ritmik dengan dominan statis
menggunakan dan tanpa dan dinamis pada
musik. aktivitas senam:
- Mengetahui dan handstand,
mempraktikkan gerak dasar kayang, meroda,
renang. roll ke depan dan
- Mengetahui dan ke belakang.
mempraktikkan cara memilih - Aktivitas Ritmik:
makanan dan pemanfaatan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
waktu luang, serta gerak lokomotor
pertolongan secara dan non-
sederhana. lokomotor
- Menunjukkan perilaku berirama dan
menghargai perbedaan, harmonis serta
bekerjasama, dan disiplin terkoordinasi.
selama melakukan aktivitas - Aktivitas fisik
fisik. melalui gerakan
dasar tangan,
kaki dan
koordinasi
gerakan renang
gaya dada/gaya
bebas.
Kesehatan
- jenis makanan
sehat dan bergizi,
penanganan
cidera ringan
dalam aktivitas
fisik dan
pertolongan,
kebutuhan
istirahat dan
mengisi waktu
luang dengan
aktivitas yang
bermanfaat.
- Memahami konsep dan Aktivitas fisik dan
mempraktikkan variasi dan permainan
kombinasi pola gerak dasar. - Pola gerak dasar
- Memahami konsep dan pada permainan
mempraktikkan variasi dan bola besar, kecil
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kombinasi pola gerak dasar dan atau
olahraga beladiri. aktivitas jalan,
- Memahami konsep dan lari, lompat dan
mempraktikkan gerak lempar serta
pengembangan kebugaran olahraga
jasmani dan, pengukuran tradisional.
status kebugaran jasmani - Gerak lokomotor
pribadi secara sederhana. dan non
- Memahami konsep lokomotor untuk
mempraktikkan kombinasi membentuk
pola gerak dominan statis gerakan dasar
dan dinamis. langkah kaki,
- Memahami konsep dan serangan, dan
mempraktikkan gerak belaan (dengan
kombinasi dan rangkaian tangan dan kaki)
gerak ritmik. pada olahraga
- Memahami konsep dan beladiri pencak
mempraktikkan keterampilan silat.
satu gaya renang dan dasar- - Gerak dominan
dasar .keselamatan di air statis dan
- Memahami/mengetahui dan dinamis pada
menyajikan aktivitas senam
- konsep pemeliharaan seperti melompat,
kebersihan alat reproduksi, meregang,
menjaga diri dari berbagai menggantung,
tindakan/perilaku tidak mengayun,
senonoh, bahaya merokok meniti, mendarat
terhadap, penyakit menular dan rangkai
dan tidak menular, bahaya gerak senam
narkotika, psikotropika, dan lantai.
zat aditif. - Aktivitas
- Menunjukkan perilaku fisik
sportif, kerjasama, toleransi, Rangkaian
disiplin, dan menerima gerakan
ritmik/tari
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kekalahan dengan sikap bertema budaya
positif dan daerah dan
mengekspresikan nasional.
kemenangan dengan wajar. - Aktivitas di air
melalui Renang
gaya
bebas/punggung
/dada dan
gerakan dasar
cara-cara
penyelamatan di
air.
Kesehatan
- Bahaya merokok,
penyakit menular
dan tidak
menular,
kebersihan alat
reproduksi, dan
memelihara diri
dari perbuatan
tidak senonoh,
serta cara
menghindarkan
diri dari bahaya
narkotika,
psikotropika, dan
zat aditif
terhadap tubuh.
Tingkat - Memahami konsep dan Aktivitas fisik
Pendidikan mempraktikkan keterampilan dan berbagai
Dasar (Kelas gerak fundamental, variasi gerakan dasar
VII-IX) dan kombinasi keterampilan Olahraga
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
gerak permainan bola besar, - Teknik dasar
bola kecil, dan atletik. Permainan bola
- Memahami konsep dan besar:
mempraktikkan keterampilan - sepak bola, bola
gerak fundamental, variasi voli, dan bola
dan kombinasi keterampilan basket.
gerak olahraga beladiri. - permainan
- Memahami konsep dan bola kecil:
mempraktikkan mengukur bulutangkis,
komponen kebugaran kasti/softball,
jasmani terkait kesehatan dan tenis.
dan keterampilan. - aktivitas fisik
- Memahami konsep dan melalui atletik:
mempraktikkan gabungan jalan cepat, lari
pola gerak dominan menuju cepat, lompat
teknik dasar senam lantai jauh, dan tolak
sederhana. peluru.
- Memahami konsep dan - Aktivitas fisik
mempraktikkan variasi teknik dasar
rangkaian aktivitas gerak beladiri: pencak
ritmik variasi dalam bentuk silat, karate, dan
rangkaian sederhana. taekwondo.
- Memahami dan - Aktivitas fisik dan
mempraktikkan gerak dasar komponen
tiga gaya renang yang kebugaran terkait
berbeda. kesehatan:
- Memahami dan menyajikan kekuatan, daya
manfaat jangka panjang dari tahan,
partisipasi dalam aktivitas kelenturan, dan
fisik secara teratur, pola komposisi tubuh,
makan sehat, bergizi dan dan terkait
seimbang, bahaya seks keterampilan:
bebas, NAPZA, dan obat kecepatan,
berbahaya, serta ketepatan,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
mempraktikkan tindakan P3K kelincahan,
pada cidera ringan. keseimbangan,
- Menunjukkan perilaku dan koordinasi.
sportif, bertanggung jawab, - Aktivitas fisik
menghargai perbedaan, Senam: head
toleransi, bekerja sama, dan stand, hand
disiplin. stand –
melenting
kedepan.
- Rangkaian
aktivitas
ritmik senam
dengan musik
dan aerobik
terkoordinasi
dengan baik.
- Aktivitas fisik
melalui
rangkaian renang
gaya bebas, gaya
punggung, dan
gaya dada.
Kesehatan
- P3K,
pencegahan
berbagai
penyakit dan
bahaya dari
seks bebas,
NAPZA dan
obat
berbahaya
lainnya, dan
makan bergizi.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menguasai konsep dan - Aktivitas fisik
mempraktikkan variasi dan dan Olahraga
kombinasi permainan dan permainan.
olahraga. - Permainan
- Menguasai konsep dan bola besar,
mempraktikkan variasi dan sepak bola,
kombinasi olahraga beladiri. bola voli,
- Menguasai konsep dan bola basket.
mempraktikkan berbagai - Permainan
bentuk latihan bola kecil,
pengembangan kebugaran bulutangkis,
jasmani. softball/round
- Menguasai konsep variasi dan ers, tenis
kombinasi dan meja.
mempraktikkannya ke dalam - Aktivitas
rangkaian gerak dasar atletik jalan
senam. cepat, lari,
- Menguasai konsep variasi dan lompat, dan
kombinasi dan lempar, serta
mempraktikkannya ke dalam olahraga
rangkaian aktivitas gerak permainan
ritmik yang lebih kompleks. tradisional.
- Menguasai dan - Aktivitas fisik
mempraktikkan gerak dasar melalui
tiga gaya renang. beladiri
- Menguasai peran dan fungsi Pencak
aktivitas fisik, dan makanan silat/karate/t
bergizi dalam mengontrol aekwondo/bel
berat badan dan pencegahan adiri
penyakit. tradisional.
- Mengamalkan perilaku - Aktivitas
sportif, bertanggung jawab, fisik latihan
menghargai perbedaan, kekuatan,
toleransi, bekerja sama, daya tahan,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
disiplin, dan menerima kecepatan,
kekalahan dengan sikap dan
positif dan kelenturan.
mengekspresikan - Aktivitas fisik
kemenangan dengan wajar. senam: guling
lenting, roll -
sikap kayang,
rool – neck
spring.
- Aktivitas fisik
ritmik: senam
aerobik, dan
SKJ secara
harmonis.
- Aktivitas
fisik melalui
gerak dasar
renang gaya
bebas, gaya
punggung,
dan dada.
Kesehatan
- Peran dan
fungsi
aktivitas
fisik, dan
makanan
bergizi
dalam
mengontrol
berat badan
dan
pencegahan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penyakit.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menghargai perbedaan, pengembangan
toleransi, bekerja sama, kekuatan, daya
disiplin, dan menerima tahan,
kekalahan dengan sikap kelentukan,
positif dan kecepatan, dan
mengekspresikan koordinasi.
kemenangan dengan wajar. - Menguasai
aktivitas fisik
rangkaian :
senam lantai dan
senam alat.
- Menguasai
rangkaian
gerakan aktivitas
fisik ritmik:
senam aerobik
dan SKJ secara
harmonis.
- Menguasai
gerakan aktivitas
fisik di air:
renang gaya
bebas, gaya
punggung, gaya
dada dan
penyelamatan
dalam aktivitas
air.
Kesehatan
- Makanan dan
minuman sehat,
pencegahan dan
penanggulangan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penyakit, bahaya
penggunaa
NARKOBA dan
psikotropika
serta upaya
pencegahan dan
penanggulangan
nya, dampak
seks bebas, cara
mencegah HIV
dan AIDS serta
cara
penanggulangan
nya.
- Menganalisis dan Menguasai gerakan
memperbaiki kesalahan aktivitas fisik
variasi dan kombinasi melalui permainan,
keterampilan gerak salah atletik dan olahraga
permainan dan olahraga - Pemainan bola
dengan koordinasi yang besar, sepak
lebih baik. bola, bola voli,
- Menganalisis variasi, bola basket.
kombinasi dan - Permainan bola
memperbaiki kesalahan kecil, softball,
keterampilan olahraga bulutangkis,
beladiri dengan koordinasi tenis meja.
yang lebih baik. - Aktivitas fisik
- Menganalisis konsep dan gerakan jalan
mempraktikkan latihan, cepat, lari,
pengukuran komponen lompat, dan
kebugaran jasmani. lempar atau
- Menganalisis dan permainan
mempraktikkan rangkaian tradisional
keterampilan senam lantai sejenis dengan
untuk menghasilkan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
koordinasi gerak yang baik. baik dan benar.
- Menganalisis variasi, - Menguasai
kombinasi dan gerakan aktivitas
mempraktikkan keterampilan fisik beladiri:
rangkaian aktivitas gerak pencak silat,
ritmik untuk menghasilkan karate,
koordinasi gerak yang baik. taekwondo atau
- Menganalisis dan permainan
memperbaiki kesalahan tradisional
keterampilan tiga gaya sejenis.
renang yang berbeda dan - Menguasai
penyelamatan dalam aktivitas rangkaian
air dengan koordinasi yang gerakan aktivitas
lebih baik. fisik: latihan
- Membiasakan pola hidup pengembangan
sehat secara konsisten kekuatan, daya
- Menghayati dan tahan,
mengamalkan perilaku kelentukan,
sportif, bertanggung jawab, kecepatan, dan
menghargai perbedaan, koordinasi.
toleransi, bekerja sama, - Menguasai
disiplin, dan menerima rangkaian
kekalahan dengan sikap gerakan aktivitas
positif dan fisik : senam
mengekspresikan lantai dan senam
kemenanga dengan wajar. alat dengan baik
dan benar.
- Menguasai
rangkaian
gerakan aktivitas
fisik ritmik:
senam aerobik
dan SKJ baik dan
benar.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menguasai
gerakan aktivitas
fisik di air:
renang gaya
bebas, gaya
punggung, gaya
dada dan
penyelamatan
dalam aktivitas
air.
Kesehatan
- STDS (Sexually
Transmitted
Disease), AIDS,
Penyakit
Menular Seksual
(PMS).
- Peraturan
perundangan
berkaitan
NARKOBA dan
psikotropika.
1
11. Muatan Prakarya
11.1. Muatan Prakarya pada SMP/MTs/SMPLB/PAKET B
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Budidaya tanaman
sayuran dan obat,
serta memodifikasi
media tanamnya.
- Wadah budidaya dan
pemeliharaan ikan
konsumsi dan ikan
hias.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menunjukkan perilaku Apresiasi dan kreasi
rasa ingin tahu, peduli prakarya (Kerajinan)
lingkungan, kerjasama, - Kerajinan dan
jujur, percaya diri, dan pengemasan fungsi
mandiri dalam hias, dan
berkarya prakarya. modifikasinya.
- Memahami prinsip dan - Kerajinan dan
proses desain dalam pengemasan fungsi
pembuatan karya. pakai dan
- Menerapkan prinsip dan modifikasinya.
proses desain dalam
pembuatan, Apresiasi dan kreasi
perangkaian, dan prakarya (Rekayasa)
modifikasi karya. - Produk rakitan
berteknologi
listrik.
- Model
bangunan dan
instalasi dengan
teknologi
konstruksi.
- Model
sederhana
rangkaian
instalasi listrik.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
harapan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Membuat dan mengolah komunikasi
karya. sederhana dan alat
- Menyajikan pengalaman pengatur gerak
wirausaha. sederhana.
- Rekayasa pembangkit
listrik sederhana dan
inovatif menggunakan
teknologi tepat guna.
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kesehatan.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
yaumiyyah).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, huruf
hijaiyah, ejaan,
kosakata, tekanan
kata, intonasi
kalimat, tanda baca,
tata bahasa dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Arab.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional secara efektif. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam wacana
dan strategi komunikasi fungsional seperti
secara lisan dan tulis. mendeskripsikan,
- Memiliki kemampuan menarasikan,
menggunakan bahasa menceritakan
dalam konteks kembali,
sosiokultural sebagai memaparkan dan
wahana untuk membuat laporan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penanaman nilai karakter sederhana terkait
bangsa. topik Kegiatan pada
- Menerapkan unsur-unsur waktu senggang/Hobi
kebahasaan secara (al hiwayah) dan
akurat dan berterima. Wisata (al rihlah).
- Memahami teks-teks - Keterampilan
sastra Arab. mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, huruf
hijaiyah ejaan,
kosakata, tekanan
kata, intonasi
kalimat, tanda baca,
tata bahasa dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Arab.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam
dan strategi komunikasi wacana fungsional
secara lisan dan tulis. seperti
- Memiliki kemampuan mendeskripsikan,
menggunakan bahasa menarasikan,
dalam konteks menceritakan
sosiokultural sebagai kembali,
wahana untuk memaparkan dan
penanaman nilai membuat laporan
karakter bangsa. sederhana terkait
- Menerapkan unsur- topik Identitas diri
unsur kebahasaan (あいさ つ aisatsu,
secara akurat dan じこしょうかい
berterima.
jikoshoukai),
- Memahami teks-teks
Kehidupan sekolah (
sastra Jepang.
がっこうの せいか
つ Gakkou no
seikatsu), Keluarga
( か ぞ く kazoku),
dan Kehidupan
sehari- hari (いちに
ちの
せ い か つ ichinichi
no seikatsu)
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa,
tekanan kata,
intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jepang
- Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
berkomunikasi transaksional, dan
interpersonal, fungsional sebagai
transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional secara efektif. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan kembali,
menggunakan bahasa memaparkan dan
dalam konteks membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Kegiatan pada
penanaman nilai waktu senggang/Hobi
karakter bangsa. (ひまな と き hima na
- Menerapkan unsur- toki) dan Wisata (りょ
unsur kebahasaan こう ryokou)
secara akurat dan
berterima.
- Memahami teks-teks
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sastra Jepang. - Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jepang.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menggunakan bahasa menceritakan
dalam konteks kembali,
sosiokultural sebagai memaparkan dan
wahana untuk membuat laporan
penanaman nilai sederhana terkait
karakter bangsa. topik Identitas diri
- Menerapkan unsur- (Kennenlernen),
unsur kebahasaan Kehidupan sekolah
secara akurat dan (Schule), Keluarga
berterima. (Familie), dan
- Memahami teks-teks Kehidupan sehari-
sastra Jerman. hari (Alltagsleben).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jerman.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional yang efektif. wahana
- Memiliki kemampuan komunikasi dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
memilih dan pengembangan
melaksanakan tindakan potensi akademik
dan strategi komunikasi dalam ragam
secara lisan dan tulis. wacana fungsional
- Memiliki kemampuan seperti
menggunakan bahasa mendeskripsikan,
dalam konteks menarasikan,
sosiokultural sebagai menceritakan
wahana untuk kembali,
penanaman nilai memaparkan dan
karakter bangsa. membuat laporan
- Menerapkan unsur- sederhana terkait
unsur kebahasaan topik Kegiatan
secara akurat dan pada waktu
berterima. senggang/Hobi
- Memahami teks-teks (Freizeitbeschäftigu
sastra Jerman. ng/ Hobby) dan
Wisata (Reise).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Jerman.
1
12.4. Muatan Bahasa Korea untuk kelompok Peminatan Ilmu-
Ilmu Bahasa dan Budaya pada SMA/MA/SMALB/Paket C.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural
dan karakter
bangsa.
- Bunyi, aksara,
kosakata, tata
bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
tanda baca dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Korea.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional secara efektif. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam
dan strategi komunikasi wacana fungsional
secara lisan dan tulis. seperti
- Memiliki kemampuan mendeskripsikan,
menggunakan bahasa menarasikan,
dalam konteks menceritakan
sosiokultural sebagai kembali,
wahana untuk memaparkan, dan
penanaman nilai membuat laporan
karakter bangsa. sederhana terkait
- Menerapkan unsur- topik Kegiatan pada
unsur kebahasaan waktu
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
secara akurat dan senggang/Hobi (취
berterima. 미활동) dan Wisata
- Memahami teks-teks (여행), serta karya
sastra Korea. sastra Korea.
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara,
membaca, dan
menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural
dan karakter
bangsa.
- Bunyi, aksara,
kosakata, tata
bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
tanda baca dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Korea.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
(Kelas X-XII) transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan
menggunakan bahasa kembali, memaparkan
dalam konteks dan membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Identitas diri
penanaman nilai (个人信 息 gèrén xìnxī),
karakter bangsa.
Kehidupan sekolah
- Menerapkan unsur-
(学校生活 xuéxiào
unsur kebahasaan
shēnghuó), Keluarga
secara akurat dan
(家庭 jiātíng), dan
berterima.
Kehidupan sehari-hari
- Memahami teks-teks
(日常 生活 rìcháng
sastra Cina. shēnghuó).
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, aksara,
kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
intonasi, ejaan, tanda
baca dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Cina.
- Memiliki kemampuan - Wacana interpersonal,
berkomunikasi transaksional, dan
interpersonal, fungsional sebagai
transaksional, dan wahana komunikasi
fungsional secara efektif. dan pengembangan
- Memiliki kemampuan potensi akademik
memilih dan dalam ragam wacana
melaksanakan tindakan fungsional seperti
dan strategi komunikasi mendeskripsikan,
secara lisan dan tulis. menarasikan,
- Memiliki kemampuan menceritakan kembali,
menggunakan bahasa memaparkan dan
dalam konteks membuat laporan
sosiokultural sebagai sederhana terkait
wahana untuk topik Kegiatan pada
penanaman nilai waktu senggang/Hobi
karakter bangsa. (休闲活动/ 爱好
- Menerapkan unsur- xiū xiá n huó dò ng/
unsur kebahasaan à ihà o) dan Wisata
secara akurat dan
(旅游 lǚyó u).
berterima.
- Keterampilan
- Memahami teks-teks
mendengarkan,
sastra Cina.
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Cina.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menerapkan unsur- scolaire), Keluarga (la
unsur kebahasaan famille), dan
secara akurat dan Kehidupan sehari-hari
berterima. (la vie quotidienne).
- Memahami teks-teks - Keterampilan
sastra Perancis. mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata, tata
bahasa, tekanan kata,
intonasi, ejaan,
aksara, tanda baca
dan pemarkah
wacana.
- Teks-teks karya
sastra Perancis.
- Memiliki kemampuan - Wacana
berkomunikasi interpersonal,
interpersonal, transaksional, dan
transaksional, dan fungsional sebagai
fungsional secara efektif. wahana komunikasi
- Memiliki kemampuan dan pengembangan
memilih dan potensi akademik
melaksanakan tindakan dalam ragam
dan strategi komunikasi wacana fungsional
secara lisan dan tulis. seperti
- Memiliki kemampuan mendeskripsikan,
menggunakan bahasa menarasikan,
dalam konteks menceritakan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
sosiokultural sebagai kembali,
wahana untuk memaparkan dan
penanaman nilai membuat laporan
karakter bangsa. sederhana terkait
- Menerapkan unsur- topik Kegiatan pada
unsur kebahasaan waktu
secara akurat dan senggang/Hobi (le
berterima. passe temp/les
- Memahami teks-teks loisirs) dan Wisata
sastra Perancis. (le tourisme), serta
karya sastra
Perancis.
- Keterampilan
mendengarkan,
berbicara, membaca,
dan menulis.
- Nilai-nilai
sosiokultural dan
karakter bangsa.
- Bunyi, kosakata,
tata bahasa, tekanan
kata, intonasi, ejaan,
tanda baca dan
pemarkah wacana.
- Teks-teks karya
sastra Perancis.
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
Tingkat - Menggunakan Ruang lingkup kajian
Pendidikan antropologi sebagai Antropologi
Menengah ilmu dan metode - Antropologi sebagai
(Kelas X-XII) ilmiah. ilmu dan Metode.
- Mendeskripsikan dan - Hubungan antara
menganalisis sistem manusia, perilaku,
nilai dan substansi sikap dengan
kebudayaan. lingkungan
- Mengkomunikasikan, kehidupannya.
dan
menginternalisasikan Kebudayaan
nilai-nilai budaya - Budaya sebagai
dalam pembentukan sistem
karakter. pengetahuan/siste
- Memiliki inisiatif untuk m nilai yang
melakukan investigasi menjadi acuan
dan eksplorasi tentang dalam bersikap,
keberagaman berperilaku, dan
kebudayaan. bertindak sebagai
- Mengkomunikasikan, anggota
dan berpartisipasi masyarakat.
aktif dalam - Unsur, perwujudan,
membangun isi atau substansi,
keharmonisan hidup serta sifat-sifat
bermasyarakat. budaya.
Keanekaragaman Budaya
- Kesamaan dan
keberagaman
budaya, agama,
religi/kepercayaan,
bahasa/dialek dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
tradisi di nusantara
dan di lingkungan
setempat.
- Cara menyikapi
berbagai perbedaan
(simpati, empati,
emansipasi,
kesetaraan dan
keadilan).
- Hubungan antar
budaya dalam
rangka membangun
kehidupan harmonis
dalam masyarakat
multikultur.
Globalisasi dan
- Berperilaku dan perubahan sosial budaya
bersikap positif - Latar belakang dan
dengan tindakan nyata proses perubahan
dalam upaya budaya.
menemukan solusi - Dampak terhadap
pemecahan masalah kehidupan
- Melakukan investigasi masyarakat.
dan eksplorasi tentang - Sikap positif dalam
globalisasi dan merespon perubahan
perubahan sosial sosial budaya di era
budaya globalisasi.
- Memprediksi, dan
mengkomunikasikan Manfaat Praktis Kajian
hasil-hasil pemikiran Antropologi dalam
kreatif dan positif Pembangunan
dalam - Menemukan
menyikapi perubahan
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Melaksanakan dan berbagai alternatif
mengkomunikasikan solusi dan strategi
hasil kajian antropologi pemecahan masalah
dalam pembangunan sosial-budaya.
masyarakat - Pendekatan kajian
antropologi dan
kaitannya dengan
pembangunan
masyarakat.
1
B. Tingkat Kompetensi Dan Ruang Lingkup Materi pada Bidang
Keahlian SMK/MAK.
1.
Muatan Fisika pada SMK/MAK
Bidang Keahlian: 1. Teknologi dan Rekayasa
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Agribisnis dan Agroteknologi
4. Perikanan dan Kelautan
5. Kesehatan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kaidah pelaporan yang
baik dan benar.
- Memahami dan
menganalisis konsep,
prinsip, hukum, dan teori
fisika serta saling
keterkaitannya, dan
menerapkannya untuk
dalam bidang kerja yang
spesifik.
2.
Muatan Kimia pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : 1. Teknologi dan Rekayasa
2. Kesehatan
3. Agrobisnis dan Agroteknologi
4. Perikanan dan Kelautan
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kesimpulan. - Stoikiometri.
- Membuat laporan - Hidrokarbon dan
tertulis dengan minyak bumi.
menggunakan kaidah - Termokimia.
penulisan ilmiah dan tata - Laju reaksi.
bahasa yang benar serta - Kesetimbangan
mempresentasikan kimia.
laporan dengan - Sifat larutan asam
menggunakan teknologi basa dan pH
informasi. larutan.
- Memahami dan - Hidrolisis.
menganalisis konsep, - Larutan penyangga.
prinsip, hukum, dan - Kelarutan dan hasil
teori kimia serta saling kali kelarutan
keterkaitannya dan (Ksp).
menerapkannya untuk - Sistem koloid.
menyelesaikan masalah - Sifat koligatif
dalam kehidupan. larutan.
- Mengembangkan sikap - Redoks dan
ilmiah: rasa ingin tahu, Elektrokimia.
tekun, ulet, jujur, - Senyawa karbon
disiplin, tanggung jawab, (halo alkana,
dan peduli melalui ilmu alkanol, alkoksi
kimia. alkana, alkanal,
alkanon, asam
alkanoat, dan alkil
alkanoat).
- Benzena dan
turunannya.
- Makromolekul
(polimer,
karbohidrat
dan protein).
- Metode pemisahan
dan pengukuran.
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Penentuan kadar
suatu
unsur/senyawa.
1
3.
Muatan Biologi pada SMK/MAK
Bidang Keahlian :
Bidang Keahlian: 1. Agrobisnis dan Agroteknologi
2. Perikanan dan Kelautan
3. Kesehatan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
disiplin, tanggung jawab,
dan peduli melalui
biologi.
4.
Muatan Gambar Teknik pada SMK/MAK.
Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa
1
- Sistem pemberian
ukuran.
1
5.
Muatan Sistem Komputer pada SMK/MAK
1
6.
Muatan Pemrograman Dasar pada SMK/MAK.
Bidang Keahlian : Teknologi Informasi dan Komunikasi
7.
Muatan Pengantar Administrasi Kantor pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
organisasi kantor sebagai
pusat pengelolaan
kegiatan.
- Mengelola komunikasi
kantor yang dibutuhkan
oleh dunia usaha dan
industri.
- Memahami tata
lingkungan kantor.
- Merencanakan tata letak
fasilitas kantor.
- Memahami pentingnya
Standard Operation
Procedure(SOP) untuk
aktivitas kantor.
- Menjelaskan prinsip dan
teknik penyusunan SOP.
- Memahami
perkembangan teknologi
informasi untuk
membantu memecahkan
masalah.
- Menerapkan manajemen
basis data.
8.
Muatan Pengantar Ekonomi dan Bisnis pada SMK/MAK.
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
ekonomi, peran pelaku ekonomi.
kegiatan ekonomi, serta - Pelaku ekonomi.
pasar dan terbentuknya - Pertumbuhan
harga pasar. ekonomi.
- Memahami dan - Ketenagakerjaan.
menghitung berbagai
biaya produksi untuk
menentukan titik impas.
- Memahami dan
menerapkan prosedur
keselamatan kerja dalam
lingkungan kerja.
9.
Muatan Pengantar Akuntansi pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
yang dipelajari di sekolah
secara mandiri, dan
mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
10.
Muatan IPA Aplikasi pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Pariwisata
1
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Asam, basa
dan garam.
- Makro molekul.
- Polimer
- Kimia di sekitar.
- Biologi.
- Sel.
- Enzyme dan hormone.
- Diffusi dan osmosis.
- Pigmen.
- Ekosistem.
11.
Muatan Pengantar Pariwisata pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Pariwisata
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pergaulan dunia. wisatawan
nusantara dan
domestik
- Dokumen
Perjalanan Wisata
- - Pengembangan
daerah wisata dan
promosi
12.
Muatan Dasar-Dasar Desain pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Rupa Dan Kria
1
produk seni rupa dan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
kria.
13.
Muatan Pengetahuan Bahan pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Rupa dan Kria
1
14.
Muatan Ekonomi Kreatif pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Rupa dan Kria
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
pengembangan
berkelanjutan,
meliputi
perlindungan
keragaman hayati,
Desain ramah
lingkungan, Desain
kolaboratif.
- Kreativitas,
meliputi (1) Metode
berpikir kreatif, (2)
Karya kreatif layak
jual dan (3) Pasar
uji (test market).
15.
Muatan Wawasan Seni pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan
Program Studi : (Seni Tari, Musik, Teater, Karawitan, Pedalangan)
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
masing karya dan nilai seni - Beragam karya
budaya untuk teater.
menemukenali/merasakan - Kritik teater.
keunikan/keindahan serta - Pergelaran teater.
nilai estetis.
- Menganalisis keberagaman
dan keunikan seni
pertunjukan.
- Mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan karya seni
pertunjukan yang
ditampilkan.
- Membuat kritik seni
berdasarkan hasil
pengamatan dan evaluasi.
16.
Muatan Tata Teknik Pentas pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan
Program Studi : Seni Tari, Musik, Teater, Karawitan, Pedalangan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
penataan pertunjukan. effect.
- Menerapkan dan
memodifikasi konsep,
teknik, prosedur, bahan,
media dalam proses
pementasan.
- Menganalisis tentang
konsep, teknik, prosedur,
bahan, media dalam
proses pementasan.
- Mencipta penataan
pertunjukan.
- Mengevaluasi
pelaksanaan penataan
pertunjukan.
17.
Muatan Manajemen Pertunjukan pada SMK/MAK
Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan
Program Studi : Seni Tari, Musik, Teater, Karawitan, Pedalangan
1
Tingkat Ruang Lingkup
Kompetensi
Kompetensi Materi
- Menganalisis tentang
teknik, prosedur, bahan,
media dalam proses
manajemen produksi.
- Menerapkan dan
memodifikasi teknik,
prosedur, bahan, media
dalam proses
manajemen produksi.
- Mengevaluasi pelaksanaan
manajemen pertunjukan.
TTD.
ANIES BASWEDAN
TTD.
Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
1
SALINAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
Pasal 1
(1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar
menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
(2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni
2016
TTD.
ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni
2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
TTD.
Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 22 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.
2
BAB II
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
3
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran
di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan
tematik terpadu pada IPA dan IPS.
Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/
Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun
pendekatan tematik masih dipertahankan.
Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara
umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian
pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif,
affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di
berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
4
BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus
dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran;
d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau
mata pelajaran;
e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
5
b. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
6
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.
7
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
8
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
2. Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah
maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar dinyatakan
dalam tabel berikut:
Jumlah
Jumlah Maksimum
Satuan
No Rombongan Peserta Didik
Pendidikan
Belajar Per Rombongan
Belajar
1. SD/MI 6-24 28
2. SMP/MTs 3-33 32
3. SMA/MA 3-36 36
4. SMK 3-72 36
5. SDLB 6 5
6. SMPLB 3 8
7. SMALB 3 8
9
4. Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
a. Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta
mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama.
b. Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan
sumber daya lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
d. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
e. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
f. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
g. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
h. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons
dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
i. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
j. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
k. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran; dan
l. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
1
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang
peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri
dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.
1
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini
memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam
domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,
tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya
kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik
dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan
harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan
tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
1
BAB V
PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN
1
BAB VI
PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN
1. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan.
3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui
antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi,
konsultasi, atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak
lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.
1
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
1) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar; dan
2) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
TTD.
ANIES BASWEDAN
TTD.
Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
1
SALINAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR PENILAIAN
PENDIDIKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai
lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
2. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik.
3. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik,
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
3
Pasal 2
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Pasal 3
(1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah meliputi aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku
peserta didik.
(3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
4
BAB III
TUJUAN PENILAIAN
Pasal 4
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan
untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan
untuk semua mata pelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional
pada mata pelajaran tertentu.
BAB IV
PRINSIP PENILAIAN
Pasal 5
Prinsip penilaian hasil belajar:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
5
BAB V
BENTUK PENILAIAN
Pasal 6
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam
bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau
bentuk lain yang diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi
Peserta Didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian,
tengah semester, akhir semester, akhir tahun.
dan/atau kenaikan kelas.
(3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Direktorat Jenderal terkait.
6
Pasal 7
(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan
dalam bentuk ujian sekolah/madrasah.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
(3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh
satuan pendidikan dan hasil penilaian oleh pendidik
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk
melakukan perbaikan dan/atau penjaminan mutu
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu
pendidikan sebagai mana yang dimaksud pada ayat (3),
satuan pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan
minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas peserta
didik.
Pasal 8
(1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam
bentuk Ujian Nasional dan/atau bentuk lain yang
diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk
Ujian Nasional digunakan sebagai dasar untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan
berikutnya; dan
c. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
7
BAB VI
MEKANISME PENILAIAN
Pasal 9
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:
a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik
dilakukan pada saat penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui
observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang
relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab
wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes
tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan
kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik,
produk, proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai
dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan
pendidikan harus mengikuti pembelajaran remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan
keterampilan peserta didik disampaikan dalam bentuk
angka dan/atau deskripsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh
pendidik diatur dalam pedoman yang disusun oleh
Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
Pasal 10
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:
a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik
melalui rapat dewan pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada
semua mata pelajaran mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan
melalui ujian sekolah/madrasah;
8
Pasal 11
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:
a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam
bentuk Ujian Nasional (UN) dan/atau bentuk lain dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan;
b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait
untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk
sertifikat hasil UN;
d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk
dijadikan masukan dalam perbaikan proses
pembelajaran;
e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai dasar untuk: pemetaan mutu
program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan
seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; serta
pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan;
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat
dilakukan dalam bentuk survei dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur
dengan Peraturan Menteri.
9
BAB VI
PROSEDUR PENILAIAN
Pasal 12
(1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
a. mengamati perilaku peserta didik selama
pembelajaran;
b. mencatat perilaku peserta didik dengan
menggunakan lembar observasi/pengamatan;
c. menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d. mendeskripsikan perilaku peserta didik.
(2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka
dengan skala 0-100 dan deskripsi.
(3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka
dengan skala 0-100 dan deskripsi.
Pasal 13
(1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh
pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada
RPP yang telah disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman
penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
10
hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
dilakukan dengan mengkoordinasikan kegiatan dengan
urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman
penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah
dilakukan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian;
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman
penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
hasil penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh
Pendidik sebagai mana dimaksud pada ayat (1) serta
Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam pedoman yang disusun oleh
Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
11
BAB VII
INSTRUMEN PENILAIAN
Pasal 14
(1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam
bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
(2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan
pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian
sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas
empirik.
(3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah
dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik
serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan
antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
12
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni
2016
TTD.
ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juni
2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
TTD.
Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001
SALINAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH
DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH SATUAN
PENDIDIKAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan Pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan
menengah yang meliputi Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) atau
/Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) /Sekolah
Menengah Teologi Kristen (SMTK)/yang sederajat,
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) atau yang sederajat, dan Satuan Pendidikan
Kerjasama (SPK), serta lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan Program Paket B/Wustha dan
Program Paket C.
-4-
Pasal 2
(1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui
UN.
(2) Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan dilakukan
melalui US dan USBN.
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk peserta didik pada
SMK/MAK termasuk ujian kompetensi keahlian.
-6-
Pasal 3
(1) UN dan US sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dan ayat (2) diikuti oleh peserta didik pada SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA atau SMAK/SMTK/yang sederajat,
SMALB, SMK/MAK atau yang sederajat, SPK, dan peserta
didik pada Program Paket B/Wustha dan Program Paket
C.
(2) USBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
diikuti oleh peserta didik pada SMP/MTs, SMA/MA atau
SMAK/SMTK, dan SMK/MAK.
(3) USBN tidak wajib diikuti oleh peserta didik pada SPK.
Pasal 4
(1) Peserta didik pada jalur formal yang mengikuti UN, US,
dan USBN harus memenuhi persyaratan:
a. terdaftar pada semester terakhir pada suatu Jenjang
Pendidikan di Satuan Pendidikan dan memiliki
laporan lengkap penilaian hasil belajar pada suatu
Jenjang Pendidikan di Satuan Pendidikan tertentu
mulai semester I sampai dengan semester V; atau
b. telah menyelesaikan seluruh beban SKS yang
dipersyaratkan bagi peserta didik pada Satuan
Pendidikan berdasarkan Sistem Kredit Semester
(SKS) yang setara dengan semester V.
(2) Peserta didik pada Pendidikan Kesetaraan yang
mengikuti UN harus memiliki laporan lengkap penilaian
hasil belajar pada Pendidikan Kesetaraan.
Pasal 5
(1) Setiap peserta didik pada jalur formal wajib mengikuti
paling sedikit 1 (satu) kali UN, US, dan USBN.
(2) Setiap peserta didik pada jalur nonformal wajib
mengikuti paling sedikit 1 (satu) kali UN dan US.
-7-
(3) Peserta didik pada jalur formal dan pada jalur nonformal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak
mengulang UN untuk memenuhi kriteria pencapaian
standar kompetensi lulusan.
Pasal 6
(1) Setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus tidak
wajib mengikuti UN dan USBN.
(2) Peserta didik yang berkebutuhan khusus yang mengikuti
UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak
mengulang UN untuk memenuhi kriteria pencapaian
standar kompetensi lulusan.
Pasal 7
(1) Peserta didik yang berhak mengulang UN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 6 ayat (2)
meliputi jenjang SMA/MA/SMALB, SMK/MAK atau yang
sederajat, dan Program Paket C.
(2) Peserta didik yang berhalangan karena alasan tertentu
dengan disertai bukti yang sah dapat mengikuti UN
susulan.
Pasal 8
(1) Setiap peserta didik yang telah mengikuti UN akan
mendapatkan SHUN.
(2) SHUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
berisi:
a. biodata siswa; dan
b. nilai hasil UN untuk setiap mata pelajaran yang
diujikan, dan pencapaian kompetensi lulusan untuk
setiap mata pelajaran yang diujikan.
(3) Pencapaian kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b disusun dalam kategori sangat
baik, baik, cukup, dan kurang.
-8-
Pasal 9
(1) Pelaksanaan UN dilakukan melalui ujian nasional
berbasis komputer (UNBK).
(2) Dalam hal UNBK tidak dapat dilaksanakan maka ujian
nasional dilaksanakan berbasis kertas.
Pasal 10
Satuan Pendidikan wajib menyampaikan nilai rapor dan nilai
US dan USBN kepada Kementerian untuk kepentingan
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.
Pasal 11
(1) Kisi-Kisi Ujian merupakan acuan dalam pengembangan
dan perakitan naskah soal ujian yang disusun
berdasarkan kriteria pencapaian standar kompetensi
lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku.
(2) Kisi-kisi US disusun dan ditetapkan oleh masing-masing
Satuan Pendidikan berdasarkan kriteria pencapaian
standar kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum
yang berlaku.
(3) Kisi-kisi UN dan USBN disusun dan ditetapkan oleh
BSNP berdasarkan kriteria pencapaian standar
kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum yang
berlaku.
Pasal 12
(1) Satuan Pendidikan formal menyusun naskah soal US
berdasarkan kisi-kisi US sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2).
(2) Satuan Pendidikan Kesetaraan menyusun naskah soal
ujian Pendidikan Kesetaraan berdasarkan Kisi-Kisi Ujian
Pendidikan Kesetaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) di bawah koordinasi dan pengawasan
dinas pendidikan kabupaten/kota.
-9-
Pasal 13
Naskah USBN terdiri atas:
a. sejumlah 20% (dua puluh persen) sampai dengan 25%
(dua puluh lima persen) butir soal disiapkan oleh
Kementerian;
b. sejumlah 75% (tujuh puluh lima persen) sampai dengan
80% (delapan puluh persen) butir soal disiapkan oleh
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk
SMP/MTs atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau
yang sederajat di bawah koordinasi dinas pendidikan
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 14
(1) Penyiapan dan penggandaan bahan US dan USBN
dilakukan oleh Satuan Pendidikan.
(2) Penyiapan dan penggandaan bahan Ujian PK dilakukan
oleh Satuan Pendidikan kesetaraan di bawah koordinasi
dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 15
(1) Penggandaan dan distribusi bahan UN berbasis kertas
dilakukan oleh Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan dan
pendistribusian bahan UN berbasis kertas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pasal 16
(1) Biaya penyelenggaraan dan pelaksanaan UN menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Satuan
Pendidikan dilarang memungut biaya pelaksanaan UN
dari peserta didik, orang tua/wali, dan/atau pihak yang
membiayai peserta didik.
-10-
Pasal 17
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan wajib
melakukan sosialisasi UN, US, dan USBN.
Pasal 18
(1) Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan
Pendidikan/program pendidikan setelah memenuhi
kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. lulus ujian Satuan Pendidikan/program pendidikan.
(2) Kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Satuan Pendidikan yang
bersangkutan.
Pasal 19
(1) Penyelesaian seluruh program pembelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, untuk
peserta didik:
a. SMP/MTs dan SMPLB apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas VII sampai dengan kelas IX;
b. SMA/MA atau yang sederajat, SMALB, dan
SMK/MAK apabila telah menyelesaikan
pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII;
c. SMP/MTs dan SMA/MA atau yang sederajat yang
menerapkan SKS apabila telah menyelesaikan
seluruh mata pelajaran yang dipersyaratkan; atau
d. Program Paket B/Wustha dan Program Paket C,
apabila telah menyelesaikan keseluruhan
kompetensi masing-masing program.
-11-
Pasal 20
(1) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terlibat
dalam pelaksanaan UN, US, dan USBN wajib menjaga
kejujuran, kerahasiaan, keamanan, dan kelancaran
pelaksanaan UN, US, dan USBN.
(2) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terbukti
melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai UN diatur dalam POS
UN yang ditetapkan oleh BSNP.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai US diatur dalam POS
US yang ditetapkan oleh Satuan Pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai USBN diatur dalam POS
USBN yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal terkait.
Pasal 22
POS US sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
dilaporkan kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
atau kantor wilayah kementerian agama provinsi/kantor
kementerian agama kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
-12-
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2015
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian
Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada
SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang
Sederajat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1878), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-13-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Januari 2017
TTD.
MUHADJIR EFFENDY
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001