PENGANTAR
Buku yang saya baca berjudul Teaching To Change Lives. Buku tersebut diterbit oleh
Multnomah Books pada tahun 1987, di mana terbitan pertama terjadi pada tahun 1884 yang
lalu direvisi oleh William C. dan Warren K. pada tahun 1917. Pengarang buku tersebut
adalah Howard Hendricks. Beliau lahir di North Philadelphia dengan latar belakang broken
home di mana orang tuanya cerai di saat beliau masih berumur 18 tahun.
Di dalam laporan baca ini, saya akan menguraikan pelajaran – pelajaran inti yang
didapatkan dari setiap ketujuh hukum mengajar dari ketujuh bab dari buku tersebut. Sebagai
pengantar, tujuan dari ketujuh hukum mengajar adalah untuk membuat proses mengajar jauh
lebih seru. Pengajran akan jauh lebih seru jika guru mengajar dengan minat serta semangat
pribadi “mengajar”, bukan sekedar “menyampaikan bahan / mengejar materi”, dan sebagai
suatu panggilan serta kepercayaan besar dari Allah bagi para guru untuk memiliki semangat
untuk berkomunikasi. Saya juga akan menjelaskan bagaimana semua hukum tersebut
berkaitan dengan judul yang tertera di sampul buku. Terakhir, di setiap bab saya akan
menunjukkan teladan Yesus. Penting untuk dicatat juga, bahwa akan ada beberapa
Halaman 1 dari 5
ISI
Sebagai BAB pertama, Hendricks ingin terlebih dulu menaruh bibit fondasi bagi para
pembaca. Dia mengatakan bahwa seorang guru, terlepas dari usia mereka, harus memiliki
sikap "selalu ingin bertumbuh". Yesus saja, dari lahir sampai titik mati, bertumbuh secara
intelektual, fisik, spiritual, sosial, dan juga emosional. Lalu Hendricks memberikan gambaran
seorang guru yang menghidupi sikap tersebut, yaitu: (1) Pelibatan diri dalam dunia muridnya,
sehingga mendapatkan hearing (BAB 5) dan mengenali kebutuhan muridnya (BAB 5 dan 6);
(2) Membiarkan Alkitab mengubah hidupnya saat dibaca dan direnungkan. Hukum ini
berkontribusi sebagai fondasi menjadikan para pembaca untuk menjadi guru yang mengubah
Dalam BAB 2, Hendricks merubah rangkaian pikiran terhadap peran guru dan murid.
Guru adalah stimulator dan motivator yang mendorong murid untuk belajar dengan
sendirinya, sedangkan murid adalah investigator dan doer yang dengan rasa penasarannya
sehingga mereka berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya. Oleh karena itu, sang guru
perlu melakukan dua hal: (1) Menyesuaikan metode pengajarannya sesuai dengan identitas
dan mengucapkan. Penting juga bagi sang guru untuk selalu dapat memberikan mereka
perasaan bahwa Anda yakin mereka bisa melakukannya, dan bahwa suara mereka diakui di
kelas (BAB 7). Hukum ini berkontribusi dalam memastikan para pembaca tidak sedang jatuh
memberikan dampak untuk merubah muridnya, yaitu pengajaran yang bertujuan membuat
murid memahami apa yang mereka percayai, bukan hanya tahu saja. Salah satu cara yang
Halaman 2 dari 5
dapat dipakai adalah aktivitas yang berarti, yaitu sebuah aktivitas / tugas yang menyediakan
pengarahan namun juga menyediakan ruang untuk kreativitas dan kebebasan murid, sehingga
merekalah yang menentukan hasil akhir tugasnya, di mana guru hanya bertugas untuk
memberikan arahan konten tugasnya. Cara belajar yang efektif tidak cukup mengandalkan
teori, namun harus dipraktekkan dan dilatih dengan cara yang benar. Yesus saja tidak hanya
mereka dalam proses, aktivitas, serta pengalaman yang dapat menjadi bahan testimoni bagi
mereka. Hukum ini berkontribusi dalam memastikan aktivitas atau tugas yang diberi guru itu
efektif.
oleh orang lain’. Oleh karena komunikasi bagaikan sebuah keterampilan, maka perlu banyak
berdoa, belajar, bekerja keras, latih, dan percaya kepada Allah, karena dunia komunikasi
dapat berubah. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan: (1) Harus ada common ground untuk
membuka pendengaran lawan bicara (Ethos - BAB 5); (2) Harus dengan sungguh percaya,
melakukan, dan semangat menyampaikan isi pembicaraannya (Pathos - BAB 5); (3) Apa
yang dikatakan harus sesuai dengan perilaku dalam hidup pribadi. Yesus menunjukkan ini
saat dia berhasil bercakap dengan perempuan Samaria. Hal yang lebih teknis melibatkan
volume, kecepatan, dan nada. Setelah seorang guru melakukan semua itu, maka penting
untuk selalu mencari serta menerima feedback dari orang lain, supaya bisa selalu bertumbuh
(BAB 1). Hukum ini berkontribusi dalam pengarahan dan pembawaan presentasi / public
speech.
seorang guru yang telah ditransformasi secara perasaan, pikiran, emosi, dan kehendak oleh
Halaman 3 dari 5
anugerah Allah lalu menjadi bagian dalam transformasi muridnya oleh anugerah yang sama.
Konten komunikasi akan didengar jika lawan bicara menerima identitas pembicaranya, itulah
konsep heart to heart. Hukum ini berkontribusi menekankan pentingnya membangun atau
memperlihatkan identitas diri kepada orang lain. Para murid mengikuti Yesus karena mereka
terlebih dulu semua hal yang telah Dia lakukan bagi manusia, sehingga bagi mereka yang
mengetahuinya, akan termotivasi untuk hidup kudus bagi Allah sebagai respons natural
mereka. Berikutnya adalah sebuah bagian yang menurut saya kurang tepat dimasukkan dalam
BAB 6, yaitu bagian ‘cara guru memastikan murid belajar dan bertumbuh’. Ada tiga cara: (1)
mensimulasikan dalam situasi yang terkendali / melakukan dalam keseharian mereka di luar
kelas (tidak terkendali). Hukum ini berkontribusi dalam menggambarkan proses belajar yang
mengajarnya untuk meningkatkan rasa ketertarikan dan penasaran para murid. Dalam kata
Hendricks, “By the time audience see the true value and are interested in bible, the preaching
time is up.”. Saran Hendricks adalah untuk langsung mulai dengan menetapkan masalah yang
menyarankan adanya tugas, di mana tugas yang guru meminta para murid mengerjakan di
Halaman 4 dari 5
awal kelas dapat menstimulasikan pemikiran-aktif, membangkitkan rasa penasaran, dan
sekaligus membuat sebuah kebiasaan independent study yang baik di kalangan murid.
Hendricks juga mengajarkan bahwa suasana kelas yang belajar secara efektif dan konklusif
adalah kelas di mana para murid merasa nyaman terbuka menyampaikan atau menanyakan
apapun yang ingin mereka sampaikan terkait materinya, termasuk menceritakan pengalaman
pribadi mereka. Dua hal terakhir yang Hendricks ingin mengajarkan adalah cara-cara
menghadapi murid yang tidak ingin bicara dan murid yang terlalu dominan bicara. Terakhir,
Hendricks mengajarkan kekuatan dari catatan, di mana murid yang mengikuti kelas sambil
mencatat akan lebih mempertahankan atensi mereka serta menstimulasikan rasa penasaran
dia. Hukum ini berkontribusi dalam memastikan konten dan cara pengajaran selancar dan
sekreatif mungkin tersampaikan kepada murid. Yesus merupakan guru yang tidak bosan,
PENUTUP
Puji Tuhan, saya bersyukur dapat kesempatan untuk membuat laporan baca yang
mengharuskan saya membaca buku Teaching To Change Lives. Biasanya saya kurang minat
mengerjakan tugas berjenis laporan baca, namun tidaklah demikian kasusnya dengan tugas
ini. Dengan membaca buku tersebut, saya merasa terberkati dan didorong untuk merefleksi
diri dari insights terkait prinsip, sikap, serta cara mengajar yang efektif. Sedangkan proses
pembuatan laporan bacanya kemudian membantu saya dalam mencatatkan poin - poin yang
terpenting di antara banyaknya poin - poin bagus dari setiap bab, oleh karena keterbatasan
maksimal halaman.
Halaman 5 dari 5