Anda di halaman 1dari 5

METODE MENGAJAR

Tugas Laporan Baca


Peter Davion (20221050338)
21 Februari 2023

PENGANTAR

Buku yang saya baca berjudul Teaching To Change Lives. Buku tersebut diterbit oleh

Multnomah Books pada tahun 1987, di mana terbitan pertama terjadi pada tahun 1884 yang

lalu direvisi oleh William C. dan Warren K. pada tahun 1917. Pengarang buku tersebut

adalah Howard Hendricks. Beliau lahir di North Philadelphia dengan latar belakang broken

home di mana orang tuanya cerai di saat beliau masih berumur 18 tahun.

Di dalam laporan baca ini, saya akan menguraikan pelajaran – pelajaran inti yang

didapatkan dari setiap ketujuh hukum mengajar dari ketujuh bab dari buku tersebut. Sebagai

pengantar, tujuan dari ketujuh hukum mengajar adalah untuk membuat proses mengajar jauh

lebih seru. Pengajran akan jauh lebih seru jika guru mengajar dengan minat serta semangat

pribadi “mengajar”, bukan sekedar “menyampaikan bahan / mengejar materi”, dan sebagai

suatu panggilan serta kepercayaan besar dari Allah bagi para guru untuk memiliki semangat

untuk berkomunikasi. Saya juga akan menjelaskan bagaimana semua hukum tersebut

berkaitan dengan judul yang tertera di sampul buku. Terakhir, di setiap bab saya akan

menunjukkan teladan Yesus. Penting untuk dicatat juga, bahwa akan ada beberapa

pengajaran yang diulang-ulang dan tumpang tindih sepanjang buku tersebut.

Halaman 1 dari 5
ISI

CHAPTER 1 - The Law of the Teacher

Sebagai BAB pertama, Hendricks ingin terlebih dulu menaruh bibit fondasi bagi para

pembaca. Dia mengatakan bahwa seorang guru, terlepas dari usia mereka, harus memiliki

sikap "selalu ingin bertumbuh". Yesus saja, dari lahir sampai titik mati, bertumbuh secara

intelektual, fisik, spiritual, sosial, dan juga emosional. Lalu Hendricks memberikan gambaran

seorang guru yang menghidupi sikap tersebut, yaitu: (1) Pelibatan diri dalam dunia muridnya,

sehingga mendapatkan hearing (BAB 5) dan mengenali kebutuhan muridnya (BAB 5 dan 6);

(2) Membiarkan Alkitab mengubah hidupnya saat dibaca dan direnungkan. Hukum ini

berkontribusi sebagai fondasi menjadikan para pembaca untuk menjadi guru yang mengubah

hidup orang lain.

CHAPTER 2 - The Law of Education

Dalam BAB 2, Hendricks merubah rangkaian pikiran terhadap peran guru dan murid.

Guru adalah stimulator dan motivator yang mendorong murid untuk belajar dengan

sendirinya, sedangkan murid adalah investigator dan doer yang dengan rasa penasarannya

sehingga mereka berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya. Oleh karena itu, sang guru

perlu melakukan dua hal: (1) Menyesuaikan metode pengajarannya sesuai dengan identitas

muridnya. (2) Membantu muridnya menguasai keterampilan membaca, menulis, mendengar,

dan mengucapkan. Penting juga bagi sang guru untuk selalu dapat memberikan mereka

perasaan bahwa Anda yakin mereka bisa melakukannya, dan bahwa suara mereka diakui di

kelas (BAB 7). Hukum ini berkontribusi dalam memastikan para pembaca tidak sedang jatuh

dalam sistem One Way Learning.

CHAPTER 3 - The Law of Activity

Dalam BAB 3, Hendricks menyarankan gaya mengajar yang menarik demi

memberikan dampak untuk merubah muridnya, yaitu pengajaran yang bertujuan membuat

murid memahami apa yang mereka percayai, bukan hanya tahu saja. Salah satu cara yang

Halaman 2 dari 5
dapat dipakai adalah aktivitas yang berarti, yaitu sebuah aktivitas / tugas yang menyediakan

pengarahan namun juga menyediakan ruang untuk kreativitas dan kebebasan murid, sehingga

merekalah yang menentukan hasil akhir tugasnya, di mana guru hanya bertugas untuk

memberikan arahan konten tugasnya. Cara belajar yang efektif tidak cukup mengandalkan

teori, namun harus dipraktekkan dan dilatih dengan cara yang benar. Yesus saja tidak hanya

memenuhi intelektual murid-muridnya dengan fakta teologis, namun Dia mengikutsertakan

mereka dalam proses, aktivitas, serta pengalaman yang dapat menjadi bahan testimoni bagi

mereka. Hukum ini berkontribusi dalam memastikan aktivitas atau tugas yang diberi guru itu

efektif.

CHAPTER 4 - The Law of Communication

Dalam BAB 4, Hendricks mengajarkan ‘keterampilan komunikasi yang akan didengar

oleh orang lain’. Oleh karena komunikasi bagaikan sebuah keterampilan, maka perlu banyak

berdoa, belajar, bekerja keras, latih, dan percaya kepada Allah, karena dunia komunikasi

dapat berubah. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan: (1) Harus ada common ground untuk

membuka pendengaran lawan bicara (Ethos - BAB 5); (2) Harus dengan sungguh percaya,

melakukan, dan semangat menyampaikan isi pembicaraannya (Pathos - BAB 5); (3) Apa

yang dikatakan harus sesuai dengan perilaku dalam hidup pribadi. Yesus menunjukkan ini

saat dia berhasil bercakap dengan perempuan Samaria. Hal yang lebih teknis melibatkan

persiapan materi (Logos - BAB 5) dan keterampilan-teknis presentasi, seperti: pelafalan,

volume, kecepatan, dan nada. Setelah seorang guru melakukan semua itu, maka penting

untuk selalu mencari serta menerima feedback dari orang lain, supaya bisa selalu bertumbuh

(BAB 1). Hukum ini berkontribusi dalam pengarahan dan pembawaan presentasi / public

speech.

CHAPTER 5 - The Law of the Heart

Dalam BAB 5, Hendricks ingin mengajarkan bahwa proses mengajar melibatkan

seorang guru yang telah ditransformasi secara perasaan, pikiran, emosi, dan kehendak oleh

Halaman 3 dari 5
anugerah Allah lalu menjadi bagian dalam transformasi muridnya oleh anugerah yang sama.

Konten komunikasi akan didengar jika lawan bicara menerima identitas pembicaranya, itulah

konsep heart to heart. Hukum ini berkontribusi menekankan pentingnya membangun atau

memperlihatkan identitas diri kepada orang lain. Para murid mengikuti Yesus karena mereka

suka dengan Dia.

CHAPTER 6 - The Law of Encouragement

Dalam BAB 6, Hendricks mengajarkan cara memotivasikan murid, di mana seorang

guru perlu menemukan motivasi intrinsik muridnya melalui penjelajahan motivasi

ektrinsiknya, bukan mengandalkan motivasi ekstrinsik. Sedangkan Allah telah menyatakan

terlebih dulu semua hal yang telah Dia lakukan bagi manusia, sehingga bagi mereka yang

mengetahuinya, akan termotivasi untuk hidup kudus bagi Allah sebagai respons natural

mereka. Berikutnya adalah sebuah bagian yang menurut saya kurang tepat dimasukkan dalam

BAB 6, yaitu bagian ‘cara guru memastikan murid belajar dan bertumbuh’. Ada tiga cara: (1)

Memberitahu teorinya; (2) Memberikan ilustrasi; (3) Membuat murid mempraktekkan /

mensimulasikan dalam situasi yang terkendali / melakukan dalam keseharian mereka di luar

kelas (tidak terkendali). Hukum ini berkontribusi dalam menggambarkan proses belajar yang

benar-benar membuat murid belajar sesuatu.

CHAPTER 7 - The Law of Readiness

Dalam BAB 7, Hendricks menekankan pentingnya HOOK dan kreativitas dalam

penyampaian materi. Seorang guru seharusnya tidak menghabiskan mayoritas waktu

mengajarnya untuk meningkatkan rasa ketertarikan dan penasaran para murid. Dalam kata

Hendricks, “By the time audience see the true value and are interested in bible, the preaching

time is up.”. Saran Hendricks adalah untuk langsung mulai dengan menetapkan masalah yang

relevan serta pertanyaan-pertanyaan seputar tema/topik/nats Alkitab/materi, supaya

momentum ketertarikan di kelas akan terjaga sampai akhir pengajaran. Hendricks

menyarankan adanya tugas, di mana tugas yang guru meminta para murid mengerjakan di

Halaman 4 dari 5
awal kelas dapat menstimulasikan pemikiran-aktif, membangkitkan rasa penasaran, dan

sekaligus membuat sebuah kebiasaan independent study yang baik di kalangan murid.

Hendricks juga mengajarkan bahwa suasana kelas yang belajar secara efektif dan konklusif

adalah kelas di mana para murid merasa nyaman terbuka menyampaikan atau menanyakan

apapun yang ingin mereka sampaikan terkait materinya, termasuk menceritakan pengalaman

pribadi mereka. Dua hal terakhir yang Hendricks ingin mengajarkan adalah cara-cara

menghadapi murid yang tidak ingin bicara dan murid yang terlalu dominan bicara. Terakhir,

Hendricks mengajarkan kekuatan dari catatan, di mana murid yang mengikuti kelas sambil

mencatat akan lebih mempertahankan atensi mereka serta menstimulasikan rasa penasaran

dia. Hukum ini berkontribusi dalam memastikan konten dan cara pengajaran selancar dan

sekreatif mungkin tersampaikan kepada murid. Yesus merupakan guru yang tidak bosan,

karena tidak ada orang yang bisa memprediksi Dia.

PENUTUP

Puji Tuhan, saya bersyukur dapat kesempatan untuk membuat laporan baca yang

mengharuskan saya membaca buku Teaching To Change Lives. Biasanya saya kurang minat

mengerjakan tugas berjenis laporan baca, namun tidaklah demikian kasusnya dengan tugas

ini. Dengan membaca buku tersebut, saya merasa terberkati dan didorong untuk merefleksi

diri dari insights terkait prinsip, sikap, serta cara mengajar yang efektif. Sedangkan proses

pembuatan laporan bacanya kemudian membantu saya dalam mencatatkan poin - poin yang

terpenting di antara banyaknya poin - poin bagus dari setiap bab, oleh karena keterbatasan

maksimal halaman.

Halaman 5 dari 5

Anda mungkin juga menyukai