PSIKOLOGI BELAJAR
DISUSUN OLEH
NAMA : RESMITA NOVIANTI MEHA
PRODI : PAI (PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)
SEMESTER : VIII (DELAPAN)
D.PEMBIMBIMBING : Drs.Hotman Efendy Tanjung, M.Mpd
RBI
OLAH
FA N S
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga dapat
menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk lebih memahami
tentang “PSIKOLOGI BELAJAR”
Pada kesempatan kali ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang mengarahkan dan mengajarkan saya.
Saya menyadari Makalah ini masih belum menemukan kata sempurna, oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna hasil yang lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalh ini dapat berguna bagi saya dan bagi semuanya dan semoga
apa yang saya bahas disini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan teman-teman
semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses didalam pikiran siswa itu. Banyak
permasalah yang terjadi dimasyarakat menyangkut teori pembelajaran, sebuah teori
pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang
bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta
pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Belajar merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan maksud memperoleh
pengetahuan serta untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki seorang yang dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Menurut Skinner belajar adalah “mendefenisikan
bealajar sebagai suatau proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif yaitu adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari
keadaan sebelumnya” Didalam pengajaran atau pembelajaran seseorang butuh guru atau
pembimbing supaya dalam pembelajaran seseorang akan lebih mengerti dan mudah
memahaminya.guru juga harus mengetahui bagaimana perkembangan dan situasi didalam
diri pelajar apakah mereka bisa mengembangkan ilmu yang sudah diberikan kepada
mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertain dan hakikat belajar
2. Ciri-ciri dan jenis belajar
3. Aktivitas-aktivitas belajar
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian psikologi
Psikologi belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan belajar.
Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti
ilmu.jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu tentanf jiwa atau ilmu jiwa.1 Menurut Crow
and Crow, psichologi is the study of human behavior and human relationship. Di jelaskan
bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia
dengan dunia sekitarnya.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa, psikologi adalah “ilmu yang
mempelajari mengenai jiwa, namun karena jiwa tidak dapat diukur dan dilihat, maka
psikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku/ perilaku, perbuatan,
seseorang”.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yan amat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan
adanya peroses belajar inilah manusia bisa bertahan hidup.3 Menurut Drs. Slameto juga
merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubuhan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengelaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.
3. Pengertian Psikologi Belajar
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah sebuah
disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas
bagaiman cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.
B. Hakikat Belajar
Pada pembahasan terdahulu telah dibahas mengenai pengertian belajar. Pada bagian ini
akan dibicarakan masalah hakikat belajar. Hakikat belajar ini sangat penting diketahui untuk
dijadikan pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Dari sejumlah
pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada
bagian ini, yakni kata kata “perubahan” atau change. Change adalah sebuah kata dalam
bahasa inggris, yang bila diindonesiakan berarti “perubahan”. Ketika kata “perubahan”
dibicarakan dan dipermasalkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan
mendasar dari masalah belajar. Apa pun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para
ahli untuk memberikan pengertian belajar , maka intinya tidak lain adalah masalah
“perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar.
C. Ciri-ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu
yang dimaksukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
4. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara Perubahan yang bersifat sementara
(temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saja, seperti berkeringat, keluar air air mata,
menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian
belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau parmanen. Ini
berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya
kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hialng,
melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau
dilatih.
D. Jenis-Jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-
macam caranya setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-masing. Oleh karena
itu, jenis-jenis yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar
kognitif, belajar menghapal, belajar kognitif, belajar menghapal, belajar teoritas, belajar
kaidah, belajar konsep/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetik. Untuk
jelasnya ikutilah uraian berikut.
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangka bahwa belajar kognitip bersentuhan dengan masalah mental. Objek-
objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan,atau
lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental, seorang menceritakan hasil perjalannya
berupa pengalaman kepada temannya. Ketika dia menceritakan pengalamanya selama
dalam perjalanan, dia tidak dapat menghadiri objek-objrk yang pernah dilihatnya selama
dalam perjalanan itu di hadapan temanya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua
objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objrk-objek
yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang
yang mendengarkan ceritanya. Dalam bbelajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak
hanya hanya yang materiil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang bersifat
materiil misalnya anatara lain, orang, binatang, bangunan, kendaraan, perabot rumah
tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materiilmisalnya seperti ide
kamajuan, keadilan, perbaikan, dan sebagainya. Bila tanggapan berupa objek-objek meteriil
dan tidak materiil telah demikian, maka seseorang telah mrmpunyai alam pikiran kognitif. Itu
berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan
luaslah alam pikir kognitip orang itu. Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belaajr,
seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan
mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap objek-objek yang diamati .
sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang brgerak kearah perubahan
3. Belajar Menghapal
Menghapal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan,
sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan
materi yang asli. Peristiwa menghapal merupakan proses mental untuk mencamkan dan
menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat ke alam
sadar. Ciri khas dari belajar/kemampuan yang diperoleh adalah reproduksi secara harfiah
dan adanya skema kognetif. Adanya skema kognitif berarti, bahwa dalam ingatan orang
tersimpan secara baik semacam program informasi yang diputar kembali pada waktu
dibutuhkan, seperti yang terjadi pada komputer. Dalam menghapal, ada beberapa syarat
yang perlu diperhatian, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan.efektif
tidaknya dalam menghapal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghapal tanpa tujuan
menjadi tidak terarah, menghapal tanpa pengertian menjadi kabur, menghapal tanpa
perhatia adalah kacau, dan menghapal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4. Belajar Teoretis
Bentuk belajar ini tujuan untuk menempatkan semua data dan fakta semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan
digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan struktur-struktur
hubungan.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah stuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai
ciri-ciri yang sama.orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-
objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga.
Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata lamabang( bahasa).
Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam objek-objek yang
meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja. Objek
tidak ditinjau dalam semua detailnya, tetapi aspek tertentu seolah-olah diambil, diangkat,
dan disendirikan Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini
adalah adanya skema konsep tual. Skema konsep tual adalah suatu keseluruhan kognitif,
yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian. Konsep
dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didepenisikan konsep konkret
adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini
mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah , mobil, sepeda motor, dan
sebagainya. Konsep yang didepinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi
tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingjungan fisik, karna realitas itu tidak
berbada. Hanya di rasakan adanya melalui proses mental . Akhirnya , belajar konsep
adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian .Taraf pertamanya adalah taraf
pengetahuan , yaitu belajar reseptif atau menerima .
6. Belajar Kaidah
belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intelectua skill), yang
dikemukakan oleh, Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan
satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan suatau keteraturan.
Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu
representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna untuk mengatur
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang
berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang
sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar disekolah atau perguruan tinggi
di (universitas).
7. Belajar Berfikir
Belajar berfikir sangat di perlukan selama belajar di sekolah atau diperguruan tinggi masalah
dalam belajar terkadang ada yang harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan. Orang
lain. Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran belajar itu sendiri adalah
kemampuan jiwa untuk, meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika
berfikir di lakukan, maka disana terjadi suatu proses. Oleh karena itu, John Dewey dan
Wertheimer memandang berpikir sebagai proses. Dalam proses itu tekananya terletak pada
penyusunan kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan). Dalam konteks
ini ada istilah berfikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu
jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.Berpikir divergen
adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban untit yang
berbeda-beda tapi benar. Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah
adalaha sebagai berikut:
1. Mendegarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah
pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah,
maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen)
sampaikan menjadi pendengar yang baik dituntut dari mereka. Disela-sela ceramah itu, ada
aktivitas mencatat halhal yang dianggap penting.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan kesuatu objek. Aktivitas berhubungan berat
dengan mata. Karena dalam memandang itu mata lah yang memegang peranan penting.
Tanpa mata tidak mungin terjadi aktivitas memandang dapat dilakukan. Orang buta pasti
tidak dapat melihar. Maka dia tidak bisa memandang sesuatu yang menjadi kebutuhanya.
Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Dikelas,
seorang pelajara memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja guru tulis.
Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak.
1. Bahan/Materi yang Dipelajari Disini tdak semua bahan/materi dengan mudah dapat
diingat. Hala ini tergantung arti bahan/materi pada masing-masing individu. Semakin berarti
suatu bahan/materi yang nyata itu lebih mudah diingat dari pada bahan bahan/materi yang
abstrak.
2. Lingkungan Lingkungan dimana individu belajar terbagi dua yaitu:
a. Alam : Temperatur, kelembaban udara
b. Sosial : Mencakup status peran sosial di lingkungan
3. Instrumenal
a. Software : Kurikulum, sistem/cara belajar, administrasi
b. Hardware: Gedung, perlengkapan, proses belajar mengajar
4. Learner
a. Kondisi fisik learner (cacat atau tidak)
b. Kondisi psikis (intelektual yang dimiliki learner). Menurut Witheringoton dan Cronbach faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
1. Situasi belajar( kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman dasar).
2. Penguasaan intelektual
3. Latihan-latihan
4. Penggunaan unit-unit yang berarti
5. Latihan yang aktif
DAFTAR PUSTAKA
Cut Metia, “Psikologi Belajar” Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag 2011. “ Psikologi Belajar”
Jakrta : Rineka cipta Hasbullah, 2013 ”DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN”PT.
RajaGrafindo persada, jakarta.
1 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag,. Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm 1
2 Drs Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. Psikilogi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm 2
3 Cut Metia , M.Si, Psikolog. Paikologi Umum
4 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. Psikologi Belajar( JAKARTA Rineka cipta 2011) hlm 15
5 Cut Metia,M,Si. Psikolog psikologi Umum hlm 66
6 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. Psikologi Belajar, M.Ag. (JAKARTA Rineka cipta
2011) hlm 27