Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KERJA (TOR)

DESA PEDULI TB STUNTING MANDIRI

A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis), dimana sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB merupakan penyakit global yang
sedang menjadi salah satu fokus eliminasi pandeminya dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) dunia. Estimasi kasus tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2020
sebanyak 845.000 kasus dengan jumlah kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini
sebanyak 13.947 kasus. Dari estimasi atau perkiraan jumlah saat ini baru ditemukan
69% kasus dari total 845.000 orang. Hal ini tentu menjadi perhatian serius dari
pemerintah dengan menargetkan eliminasi kasus TB 100% pada tahun 2030.

COVID-19 memiliki dampak yang menghancurkan dalam perang melawan TB.


Tantangan penangulangan TB di tahun 2020 ini diperberat dengan adanya pandemi virus
Corona (COVID-19) yang membutuhkan langkah tepat dan efektif, Perbandingan
kematian pasien karena TB mencapai lebih dari 60 persen. kematian dari virus corona ini
hanya mencapai 3-5 persen. Seperti yang terjadi pada kasus TBC di tahun 2020 dari 845
kasus yang seharusnya ditemukan ternyata hanya 350 ribu atau 349 ribu kasu saja.
Sementara untuk kasus TBC resisten dari perkiraan 24 ribu hanya 860 kasus yang
ditemukan. Persentase di tahun 2018 dan 2019 estimasi kasus yang ditemukan sebesar
60%. Tetapi ternyata di tahun 2020 malah kebalikannya hanya 30% kasus yang
ditemukan . Tingginya kasus tuberkulosis dan besarnya potensi bahaya bagi warga
masyarakat yang belum terdeteksi dan yang belum menuntaskan pengobatannya
berkontribusi pada penyebaran TB yang resistan. Saat ini kasus penyakit TB di provinsi
Maluku tahun 2020 sebanyak 2.124 (34%) kasus dan tahun 2021 sebanyak 2,944
(44,7%) kasus, hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian ekstra dari pemerintah
Provinsi Maluku.

Salah satu faktor resiko dari TB adalah gangguan gizi yang dimana dapat
menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Status
gizi merupakan faktor penting bagi terjadinya infeksi. Tubuh bisa melawan infeksi
dengan baik apabila dimbangi dengan makanan bergizi dalam jumlah yang cukup.
riwayat status gizi pada anak sangat berpengaruh sebagai kemampuan anak untuk
melawan infeksi dari bakteri TB. Anak dengan status gizi baik dapat mencegah
terjadinya penyebaran penyakit di dalam tubuh, namun anak dengan status gizi
stunting dapat menjadi salah satu faktor terjadi nya infeksi TB paru pada usia dini.
Di masa pamdemi Covid-19 ini terjadi penurunan kondisi perekonomian yang berpotensi
kualitas hidup keluarga termasuk makanan bergizi. Jika diabaikan kekurangan gizi
kronis dalam keluarga dapat berujung pada kondisi stunting dan resiko tertular TB.
Hubungan antara tuberkulosis dan stunting telah diakui semenjak bertahun-tahun
lamanya. Mereka menimbulkan hubungan bolak balik yang dimana tuberkulosis bisa
menimbulkan stunting dan stunting juga bisa meningkatkan kemungkinan TB latent
untuk menjadi TB aktif.

Menurut The Indonesian Journal of Infectious Disease, balita dengan stunting


beresiko 2.96 kali untuk sakit tuberkulosis dan balita yang severely stunting beresiko 8.18
kali. Anak-anak yang masih sangat kecil mempunyai kekebalan tubuh yang lemah.
Kekebalan tubuh tersebut akan semakin menurun apabila anak menderita kekurangan gizi
sehingga semakin rentan terhadap kuman TB. Maka dari itu semakin rendah status gizi
seorang anak maka semakin besar risikonya untuk sakit tuberkulosis dibanding anak
dengan gizi normal.

Sebagaiamana kita ketahui Stunting merupakan salah satu target Sustainable


DevelopmentGoals (SDGs) yang temasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan
ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030
serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan
angka stunting hingga 40% pada tahun 2025 yang tentunya akan berdampak pada
penurunan angka TB Balita. Sehingga dengan permasalahan diatas BKPM perlu
melaksanakan program kegiatan Desa peduli TB dan pencegahan Stunting pada balita di
desa dan kabupaten provinsi Maluku dalam upaya penanggulangan TB dan Stunting
guna mendukung program pemerintah provinsi Maluku.

B. TUJUAN
1. Pemberdayaan masyarakat desa dalam hal meningkatkan peran serta aktif
menanggulangi TB dan mencegah Stunting di Provinsi Maluku, terutama dalam
perbaikan gizi balita, penemuan kasus baru, pelacakan kasus mangkir dan
pemantauan minum OAT.
2. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam
penanggulangan TB dan pencegahan stunting di Provinsi Maluku
3. Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit TB dan stunting di Provinsi
Maluku
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TB di Provinsi Maluku
C. Penerima Manfaat
1. Masyarakat Desa
2. Keluarga
3. Tenaga Kesehatan
D. Uraian Kegiatan

Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Minggu I Minggu IV Minggu I Minggu IV Peserta Anggaran Penanggung
Oktober Oktober Nopember Nopember Jawab
1 Pertemuan
Lintas Sektor
2 Pembentukan
Kader Desa
Peduli TBC
Stunting
Mandiri
3 Penguatan
Kader
4 Pembentukan
Pojok TBC
Stunting
Mandiri
Desa Hila Kab. Kab. P.Aru Desa Batu 300 APBD BKPM
5 Launching
Langgur Merah
Pojok Peduli
TBC
Stunting
Mandiri
6 Monitoring
dan Evaluasi
7 Rencana
Tindak
Lanjut
Montoring
dan Evaluasi

Ambon, 9 September 2022

Plt. Kepala BKPM Provinsi Maluku

dr. Samsila Mona Rumata


NIP. 198301262009042002

Anda mungkin juga menyukai