Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KONTEKS

( IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA SPNF SKB KOTA LHOKSEUMAWE )


TAHUN AJARAN 2021 -2022
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian & Tujuan Analisis Konteks
C. Lingkup Analisis Konteks
D. Prinsip-Prinsip Analisis Konteks
E. Kegunaan Analisis Konteks
BAB II TAHAPAN ANALISIS KONTEKS
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Diskusi
C. Tahap Konfirmasi
D. Tahap Penyimpulan
BAB III DESKRIPSI HASIL ANALISIS KONTEKS
A. Menentukan Keadaan Lembaga
B. Menggambarkan Visi dan Misi Sekolah
C. Merumuskan Tujuan Sekolah
D. Membangun Kompetensi Lulusan
E. Membuat Rencana Strategis Operasional Sekolah
F. Menggambarkan Hasil Analisis Kontek dalam Dokumen
BAB IV INSTURMEN ANALISIS
A. Alat Pengumpul Data
B. Analisis Data
C. Pemanfaatan Hasil Instrumen

Lampiran 1 : Hasil Analisis Konteks Dalam Dokumen


Lampiran 2 : Analisis Konteks Pelaksanaan Dalam Dokumen
Lampiran 3 : Analisis Konteks dalam Penerapan Pendidikan implementasi Profil
Pelajar Pancasila
Lampiran 4: Contoh Hasil Analisis Konteks Kondisi Awal Satuan Pendidikan Non
Formal
Lampiran 5: Contoh Hasil Analisis Konteks Pemilihan Nilai Pendidikan Implementasi
Profi Pancasila
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian utama dalam sistem pendidikan
persekolahan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 7 ayat 1 disampaikan bahwa kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Setiap lembaga pendidikan
persekolahan (khususnya lembaga pendidikan pada jalur Nonformal : PAUD,
SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/Paket C) diberikan kewenangan
untuk menyusun, mengelola dan mengembangkan sendiri kurikulum pada
Implementa masing-masing. Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (PP nomor 19 tahun 2005 pasal 1). Dalam penjelasan tersebut,
SMP/MTS/Paket B merupakan salah satu satuan pendidikan yang juga mempunyai
kewenangan untuk menyusun dan mengembangkan sendiri kurikulum operasional
pada wilayah satuan pendidikannya.
Proses pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan yang dimaksud
tetap mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP) yang disusun oleh pemerintah
sebagai bentuk standar minimal. Standar nasional yang dimaksud mencakup !)
Standar Kompetensi Lulusan, 2) Standar Isi, 3) Standar Proses, 4) Standar Pengelolaan,
5) Standar Sarana Prasarana, 6) Standar Biaya, 7) Standar Pendidik dan 8) Standar
Penilaian.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan ditegaskan bahwa standar nasional pendidikan merupakan kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Proses penyusunan

kurikulum pada tingkat satuan pendidikan disesuaikan dengan kondisi lembaga, visi,
misi dan tujuan pendidikan pada satuan pendidikan masingmasing.
Untuk mengembangkan kurikulum operasional, setiap satuan pendidikan harus dapat
melakukan suatu proses yang disebut dengan evaluasi diri. Melalui proses ini suatu
lembaga dapat memperoleh pemahaman tentang keadaan lembaga masing-masing
dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk suatu jenjang dan satuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan hasil evaluasi diri inilah, suatu lembaga satuan
pendidikan dapat menyusun visi, misi, tujuan pendidikan pada tingkat lembaga dan
standar lulusan yang diinginkan (minimal sama dengan standar lulusan dalam SNP
sebagai standar minimal). Salah satu pendekatan dalam melakukan evaluasi diri
adalah analisis konteks (Context Analysis). Analisis ini dimaksudkan untuk menelaah
dan menggambarkan setiap konteks yang berada dan menjadi bagian dari suatu
lembaga dalam menyelenggarakan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.
Analisis konteks dilaksanakan melalui pendekatan analisis SWOT (Strengt/Kekuatan,
Weakness/Kelemahan, Opportunity/Peluang dan Treat/Ancaman) dalam singkatan
bahasa Indonesia yang lebih mudah diingat disebut analisis KeKePAn (Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Hasil analisis ini akan menentukan posisi dan
keadaan suatu lembaga dalam menyelenggarakan pendidikan sekaligus menjadi dasar
dalam menentukan visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang akan disusun dan
dilaksanakan, termasuk kurikulum yang dikembangkan dengan keunggulan kompetitif
dan komparatifnya.

B. Pengertian & Tujuan Analisis Konteks


Analisis konteks pada dasarnya merupakan suatu proses atau cara menelaahberbagai
konteks yang ada pada suatu lembaga dalam rangka memperoleh pemahaman kondisi
dan profil lembaga secara objektif.Konteks yang dimaksud dapat mencakup segala
sesuatu yang berkaitan dengan manusia, benda, peristiwa, keadaan dan hal-hal yang
berkaitan. Dalam lembaga pendidikan, konteks dapat berwujud pendidik, tenaga
kependidikan, anak didik, kurikulum, sarana prasarana, proses pembelajaran dan hasil
kegiatan pembelajaran. Analisis konteks dilakukan melalui proses penguraian atau
penelaahan suatu konteks (misalnya pendidik) memiliki aspek konteks dari sisi
jumlah, kualifikasi, motivasi kerja, kinerja, produktivitas dan kreativitas, pengalaman
kerja, kualifikasi pendidikan. Proses penguraian pada konteks tersebut dilakukan
melalui suatu pendekatan SWOT analisis atau analisis KeKePAn yang telah
diperkenalkan di atas. Uraian tentang bagaimana proses penggunaan analisis konteks
tersebut dijelaskan pada bab selanjutnya.
Secara umum, analisis konteks dimaksudkan agar suatu lembaga (khususnya lembaga
pendidikan) memperoleh gambaran secara objektif tentang status kondisi atau
keadaannya dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Gambaran objektif
biasanya disampaikan dalam bentuk profil lembaga. Status lembaga dapat
diungkapkan dalam bentuk naratif, kuantitatif atau gabungan keduanya. Suatu
lembaga dapat dijelaskan dalam bentuk naratif misalnya ”dari aspek pendidik,
lembaga memiliki jumlah guru yang memadai, motivasi dan komitmen kerja yang
tinggi namun masih belum memadai dari segi kualifikasi pendidikan minimal serta
belum menunjukkan kinerja yang maksimal”. Gambaran secara kuantitatif biasanya
dilakukan melalui proses kuantifikasi dari indikator kualitatif dengan menggunakan
angka, misalnya pada konteks kualifikasi pendidikan guru : skor -5 = semua guru tidak
memiliki kualifikasi pendidikan minimal, 0 = beberapa guru sedang melakukan
kualifikasi pendidikan minimal dan +5 = lima puluh persen lebih sedang/telah
mengikuti kualifikasi pendidikan minimal.
Melalui gambaran tentang status tersebut, setiap lembaga dapat memahami secara
benar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk bisa mempertahankan diri
serta melakukan berbagai kegiatanekspansi. Gambaran status lembaga juga dapat
dijadikan dasar untuk membuat rencana program pembenahan kedalam, terutama
jika konisi lembaga berada dalam keadaan yang lemah dari berbagai aspek termasuk
jumlah animo dan pemasukan finansial yang semakin menurun.

C. Lingkup Analisis Konteks


Secara umum, analisis konteks pada suatu lembaga atau organisasi pendidikan
mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pendidikan. Pada suatu sistem
pendidikan yang sederhana dapat dikelompokan dalam 3 komponen utama, yakni
input (masukan), proses dan produk (hasil). Dalam sitem pendidikan yang lebih
lengkap dapat dijabarkan dalam 5 komponen yaitu input (masukan), proses, product
(hasil), output (keluaran) dan outcome (lulusan). Adapun bidang yang dapat dianalisis
dari komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Komponen Input (Masukan)
Komponen input (masukan) dalam dalam lembaga pendidikan dapat mencakup
pendidik, anak didik, kurikulum, sarana prasarana dan lingkungan pendukung. Dari
aspek pendidik dapat dilakukan analisis tentang berbagai konteks yang melekat
secara langsung maupun tidak langsung pada tugas profesionalnya, misalnya jumlah
pendidik, kualifikasi pendidikan, pengalaman (lamanya) bekerja, motivasi & komitmen
kerja, kinerja pendidik, kreativitas dan produktivitas kerja. Berbagai konteks tersebut
dapat dianalisis satu persatu secara objek pada lembaga pendidikan yang menjadi
objek analisis konteks. Pada aspek anak didik dapat dianalisis kemampuan awal
(entering behavior) setiap anak, kondisi ekonomi keluarga, prestasi yang pernah
diperoleh dari lembaga sebelumnya, jumlah peserta didik yang berminat pada
lembaga kita. Dari aspek kurikum dapat memberikan bahan analisis tentang jumlah
rujukan kurikulum (standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan
standar penilaian) standarstandar tersebut merupakan rujukan utama untuk
pengembangan KTSP satuan pendidikan, proses menggunakan kurikulum (apakah
adaptasi, adopsi atau mengembangkan sendiri), keunggulan kompetitif dan
komparatif kurikulum yang dikembangkan (dari segi isi program, proses pembelajaran
atau standar lulusan yang dikembangkan dari SKL minimal). Adapun dari aspek sarana
prasarana dapat dianalisis sarana prasarana utama pendukung pendidikan (misalnya
jumlah dan luas rungan kelas, jumlah dan kelengkapan laboratorium, sarana
prasarana olah raga, karya ilmiah siswa, PMR dan sebagainya). Aspek lingkungan
pendukung yang dimaksud adalah segala kondisi lingkungan sekitar yang dapat
menjadi faktor kekuatan atau kelemahan dan peluang atau ancaman. Lingkungan
sekitar yang dimaksud mencakup kondisi sekolah (SMP Teratai) berada pada jalan
raya kota yang berdekatan langsung dengan Mall dan Pasar Tradisional. Kondisi ini
dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi pengembangan lembaga secara
keseluruhan.
1. Komponen Proses
Komponen proses dapat mencakup berbagai aspek analisis seperti jumlahfrekuensi
kehadiran pendidik dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran, inovasi model
pembelajaran yang dikembangkan, media dan bahan ajar yang dipergunakan. Analisis
konteks proses pembelajaran memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
lembaga pendidikan (misalnya SMP) mencapai standar kompetensi lulusannya dengan
berbagai keunggulan kompetitif dan komparatif yang ditawarkan, termasuk yang
tertuang dalam visi dan misi lembaga yang bersangkutan.
2. Komponen Product (Hasil)
Konteks product (hasil) merupakan komponen analisis konteks yang mencerminkan
keberhasilan kegiatan pendidikan (pembelajaran) yang dilakukan pada suatu lembaga.
Hasil pembelajaran dapat ditunjukkan
oleh prosentase siswa yang berada dibawah atau diatas skor KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) pada suatu mata pelajaran, jumlah siswa yang memperoleh layanan
akselerasi berdasarkan hasil belajarnya, jumlah dan mutu karya tulis, portofolio dan
karya seni lainnya.
3. Komponen Output (Keluaran)
Komponen Output (keluaran) merupakan hasil pembelajaran tidak langsung dan
menjadi dampak dari berbagai program kurikulum, ekstrakurikuler dan/atau
kookurikuler yang dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan. Analisis konteks
pada komponen ini dapat berwujud jumlah dan jenis sertifikat yang diperoleh siswa
pada berbagai kegiatan dan levelnya, piala atau piagam penghargaan dan jumlah
siswa yang mengikuti program-program unggulan pada suatu kegiatan (misalnya
lomba karya tulis ilmiah, pertukaran pelajar dan sebagainya).
4. Komponen Outcome (Lulusan)
Komponen ini merupakan bagian analisis konteks pada suatu lembaga pendidikan
yang memberikan gambaran tentang performasi siswa setelah lulusan dari suatu
lembaga pendidikan (misalnya siswa lulus dari SMP kemudian masuk pada pendidikan
SMA/SMK/MA atau bekerja pada suatu lapangan pekerjaan). Gambaran pada
komponen analisis konteks ini dapat ditunjukkan dengan prosentase jumlah kelulusan
siswa pada tingkat Ujian Sekolah atau Ujian Nasional, Jumlah siswa yang diterima
pada lembaga pendidikan lanjutan yang bermutu (unggulan), jumlah dan prestasi
siswa pada berbagai sekolah lanjutan

D. Prinsip-Prinsip Analisis Konteks


Analisis konteks sebagaimana telah disampaikan pada bagian terdahulu merupakan
gambaran dari penilaian diri dari suatu lembaga penyelenggara pendidikan tentang
keberadaan lembaganya. Ini menunjukkan bahwa

analisis konteks menjadi bagian terpenting dari evaluasi diri dari suatu lembaga
pendidikan. Karena bersifat evaluasi diri maka beberapa prinsip yang harus
diperhatikan adalah :
1. Transparansi (Keterbukaan)
Analisis konteks harus dilakukan secara terbuka terhadap berbagai kondisi atau fakta
yang ada dan terjadi pada lembaga pendidikan yang sedang diselenggarakan, baik
kondisi tersebut buruk ataupun tidak menyenangkan. Prinsip ini penting dan harus
diperhatikan agar hasil analisis konteks menjadi jelas dan terbuka untuk dibuktikan
atau dicross cek oleh pihak lain.
2. Objektivitas
Prinsip ini mengandung makna bahwa analisis konteks harus dilakukan secara apa
adanya (objektif). Prinsip ini sejalan dengan prinsip pertama agar analisis konteks
dapat mengungkapkan dan menemukan berbagai kondisi atau peristiwa yang dipotret
secara apa adanya dari lembaga penyelenggara pendidikan. Jika analisis konteks
dilakukan dengan menutupi kondisi yang sesungguhnya maka akan menjadi
bumerang atau bom waktu yang dapat menumbangkan suatu lembaga pendidikan,
terutama kepercayaan para pemangku kepentingan (stakeholder). Gambaran kondisi
objektif suatu lembaga pendidikan sebagai hasil analisis konteks (= evaluasi diri) akan
menjadi titik tolak penyunan kurikulum, program sekolah dan berbagai bentuk
kegiatan lainnya yang akan dilaksanakan dan dikembangkan.
3. Meaningfull (Penuh Makna)
Analisis konteks harus ditujukan pada aspek atau komponen analisis tertentu yang
memiliki makna, baik langsung maupun tidak langsung terhadap penggambaran
kondisi suatu lembaga penyelenggara pendidikan. Kebermaknaan suatu aspek analisis
konteks dapat ditinjau dari berbagai segi seperti apakah aspek tersebut dapat
memberidukungan penguatan dan pengembangan kelembagaan, apakah aspek
tersebut dapat meningkatkan kesadaran pemahaman terhadap kondisi lembaga dan
kemungkinan lembaga dapat meningkatkan berbagai program berkualitas, pengadaan
sarana prasarana atau bentuk kemitraan dengan lembaga lain. Semakin bermakna
aspek analisis konteks yang dituju semakin jelas arah dan makna pengembangan
program yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan.
4. Kejujuran
Kejujuran merupakan bagian dari prinsip melakukan analisis konteks yang tidak dapat
dipisahkan dengan prinsip keterbukaan dan objektif. Kejujuran harus dilakukan oleh
seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di
suatu lembaga. Kejujuran harus ditunjukkan, baik oleh kepala dan wakil kepala
sekolah, kepala bidang sampai dengan cleaning service. Pelaksanaan prinsip ini akan
memudahkan suatu lembaga pendidikan menemukan dengan tepat, jelas dan objektif
tentang berbagai hal yang dianalisis.
5. Komprehensif
Analisis konteks yang baik dan tepat dilakukan dengan memperhatikan prinsip
komprehensif (menyeluruh). Hal ini berarti bahwa analisis konteks harus dilakukan
pada keseluruhan komponen analisis, terutama komponen yang menggambarkan
sistem pendidikan pada suatu lembaga dengan indikator dan standar mutu yang jelas
dan terukur.

E. Kegunaan Analisis Konteks


Analisis konteks secara umum berguna dalam membantu suatu lembaga pendidikan
memperoleh gambaran yang faktual, objektif dan bermakna tentang berbagai
komponen penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan gambaran tersebut maka
analisis konteks dapat berguna untuk :

1. Memetakan kapasitas satuan pendidikan terhadap keterlaksanaan standar


kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian)
2. Menelaah berbagai kondisi yang menjadi penghambat dan pendukung dalam
pengembangan berbagai program pendidikan yang dijalankan.
3. Memberikan ragam kondisi faktual yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
menyadarkan seluruh sumber daya manusia yang bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan lembaga pendidikan, terutama memahami berbagai kondisi yang
harus diperbaiki, ditata ulang atau mungkin harus ditiadakan.
4. Menggambarkan kondisi objektif yang dijadikan dasar bagi lembaga dalam
mengembangkan berbagai program perbaikan, pemeliharan dan unggulan dalam
rangka mendorong lembaga secara bertahapmencapai visi dan misi yang ditetapkan.
BAB II
TAHAPAN ANALISIS KONTEKS

A. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan merupakan awal dalam melakukan analisis konteks. Sebagai tahap
persiapan yang paling awal dibangun adalah tim work utama yang secara langsung dipimpin
oleh kepala sekolah atau pimpinan lainnya yang sangat dipercaya untuk mengelola analisis
konteks. Tim work yang dipilih atau ditunjuk harus telah memperoleh pemahaman yang jelas
dan benar tentang analisis konteks, evaluasi diri dan SWOT analisys atau analisis KeKePAn.
Pemahaman yang dimaksud mencakup konsepnya, mekanisme dan prosedurnya, hasil atau
target yang dicapai serta prinsipprinsip dalam menjalankannya.
Langkah kedua dalam tahap persiapan adalah pembagian tugas (jobs sharing) diantara
anggota tim work. Pembagian tugas sebaiknya dilakukan dengan mengacu pada komponen
dalam system pendidikan atau tugas kepemimpinan di sekolah yang sudah dijalankan
(misalnya wakil kepala sekolah bidang kurikulum, bidang kesiswaan dan bidang administrasi
& kepegawaian). Jika pembagian tugas mengacu pada cara yang kedua sebaiknya tetap
memperhatikan komponen dalam system pendidikan sehingga prinsip komprehensif dan
kebermaknaan dapat dilacak secara lebih menyeluruh namun detail (rinci). Langkah ketiga
adalah membangun tim work pendamping yang secara langsung berurusan dan bertanggung
jawab dengan data atau fakta di lapangan. Tim work ini bertanggung jawab secara langsung
pada tim work utama atau jika lebih baik maka digabung dan berada di bagian tim work
utama.
Langkah keempat adalah penyiapan dokumen factual. Setelah tim work terbentuk dengan
kerangka tugas yang jelas dan target waktu yang pasti maka selanjutnya anggota tim di
masing-masing unit tugas bekerjamempersiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan sebagai
bahan untuk melakukan analisis konteks.

B. Tahap Diskusi
Pada tahap ini setiap unit tim atau komisi (misalnya bidang analisis dokumen input dari aspek
pendidik) telah mengumpulkan, mendata dan membuat filing dokumen. Pada unit tim atau
komisi dilakukan diskusi tentang keberadaan dokumen serta membuat bagan kesimpulan
tentang dokumen yang ada. Analisis dokumen dapat disimpulkan dengan contoh berikut :
Bagan Kesimpulan Analisis Dokumen
Bidang : Pendidik

Bidang Aspek AnalisiS Deskripsi Temuan


Analisis
Pendidik 1. Jumlah & Kualifikasi D3 = 23, S1 = 13 1. Jumlah & Kualifikasi D3 = 23, S1 = 13
S2=2 Total = 38 S2=2 Total = 38
2. Komitmen & loyalitas Sangat tinggi & 2. Komitmen & loyalitas Sangat tinggi &
tinggi = 63 %, Cukup = 21 % dan Rendah = tinggi = 63 %, Cukup = 21 % dan Rendah =
16 %. 16 %.
3. Kinerja Profesi Sangat tinggi & tinggi = 3. Kinerja Profesi Sangat tinggi & tinggi =
23 %, Cukup = 45 % dan Rendah = 32 %. 23 %, Cukup = 45 % dan Rendah = 32 %.
4. Pengalaman Kerja > 30 tahun = 7 org, 4. Pengalaman Kerja > 30 tahun = 7 org,
20-29 th = 13 10 20-29 th = 13 10

Temuan deskriptif dalam bagan tersebut dapat diungkapkan dengan uraian kuantitatif
(angka) atau kualitatif. Pada uraian kuantitatif harus diperhatikan proses kuantifikasi dengan
indikator yang jelas dan disepakati, misalnya pada ukuran kinerja profesi harus digambarkan
dengan indikator yang jelas dan terukur pada kriteria sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah.
Data faktual dari bagan tersebut menjadi bahan diskusi pada komisi atau tim kecil untuk
selanjutnya dilakukan analisis SWOT atau KeKePan dari seluruh dokumen yang ada dengan
ilustrasi contoh bagan sebagai berikut :

Contoh Bagan Analisis SWOT


Bidang : Pendidik

Bidang & Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


(Strenght) (Weakness) (Opportunity) (Treat)
1. Pendidik
1.1 Jumlah dan
kualifikasi
1.2 Komitmen &
Loyalitas
1.3 Pengalaman
Kerja
Bagan tersebut memberikan gambaran bahwa diskusi pada komisi bidang tertentu akan
mengerucut pada suatu analisis tentang kondisi atau fakta pada bidang tersebut. Pada masing-
masing bidang dan aspek analisis akan terlihat dengan jelas kemana arah deskripsi kesimpulan
hasil analisis konteks. Hasil diskusi pada tahapan ini sebaiknya ditulis sebagai bentuk
kesimpulan sementara dan menjadi bahan pada tahap konfirmasi.

C. Tahap Konfirmasi
Pada tahap ini, anggota komisi atau tim kecil berusaha menelaah kembali setiap temuan dan
kesimpulan sementara yang diperoleh dengan data, dokumen atau hasil telaah dari suatu
instrumen. Tahap konfirmasi ini berarti mengecek ulang dengan data atau dokumen yang
meyakinkan dan dapat dipertanggung jawabkan untuk setiap temuan dan kesimpulan hasil
analisis konteks pada diskusi di tahap kedua. Pada tahap ini pula akan ditemukan berbagai
temuan dan kesimpulan yang ternyata belum didukung oleh data yang akurat atau basis
datanya sulit dilacak. Dalam kondisi ini, tim kecil harus melakukan konfirmasi pada pihak-pihak
yang berkompeten dan bertanggung jawab dengan data atau dokumen yang dimaksud.
Tahapan konfirmasikan akan memastikan bahwa setiap deskripsi temuan dankesimpulannya
telah didukung oleh data atau dokumen yang akurat, valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Seluruh hasil konfirmasi ini akan sangat menentukan pada penentuan arah, kedudukan dan
keadaan lembaga pendidikan pada tahapan berikutnya.

D. Tahap Penyimpulan
Tahapan penyimpulan akhir dimulai dengan langkah mengundang setiap komisi dan tim kecil
untuk menyampaikan hasil kerja sesuai dengan lingkup tugas yang diberikan. Setiap tim kecil
atau komisi diberikan kesempatan waktu yang cukup untuk menyajikan atau
mempresentasikan berbagai hasil temuan dan kesimpulan sementaranya pada sidang paripurna
sekaligus untuk memperoleh tanggapan, masukan dan kritik dari komisi atau tim kecil lainnya.
Proses ini sangat baik untuk dijalankan agar proses penyimpulan akhir lebih komprehensif,
akurat dan akuntabel (dapat dipertanggung jawabkan). Tahap penyimpulan akhir dilakukan
oleh tim work inti dengan menggunakan segala temuan dan kesimpulan sementara beserta
seluruh dokumennya yang telah disampaikan oleh tim kecil (komisi). Seluruh berkas yang
disampaikan tim kecil pada tim work inti harus telah direvisi sesuai dengan masukan dan saran
pada sidang paripurna. Tim work inti selanjutnya akan mengoreksi dan melakukan cross ceck
akhir dari setiap temuan dan kesimpulan agar menjadi kesimpulan akhir yang lebih
komprehensif, akurat dan akuntabel, terutama dalam menentukan arah, kondisi serta
kedudukan lembaga pendidikan SMP yang menjadi objek analisis konteks.
Dengan pendekatan kuantitatif, arah masing-masing bidang atau aspek analisis akan bermuara
pada kesimpulan akhir berada pada status daerah negatif atau daerah positif. Dengan kata lain,
masing-masing bidang atau aspek analisis akan menggambarkan pada kondisi cenderung lebih
mengarah pada daerah positif yang ditunjukkan oleh banyaknya (tingginya) Kekuatan dan
Peluang daripada Kelemahan dan Ancaman. Jika suatu
lembaga pendidikan SMP X berada pada daerah seperti ini maka sangat dimungkinkan untuk
mengembangkan secara lebih jauh lagi programprogram unggulan yang bersifat kompetitif dan
komparatif, bahkan mungkin saja dapat mengembangkan program yang sifatnya ekpansif.
Namun sebaliknya, jika masing-masing bidang atau aspek analisis menggambarkan pada kondisi
yang cenderung lebih mengarah pada daerah negatif yang ditunjukkan oleh banyaknya
(tingginya) Kelemahan dan Ancaman daripada Kekuatan dan Peluang maka lembaga yang
bersangkutan berada dalam posisi yang mungkin lebih banyak program rehabilitasi, mencari
program bantuan atau mungkin merjer (bergabung) sementara dan minta pembinaan pada
lembaga pendidikan SMP yang sudah kuat serta berkualitas. Selain arah pada kedua daerah
utama, kesimpulan akhir tim work mungkin saja akan bermuara pada dua kemungkinan lainnya.
Keempat kemungkinan kesimpulan akhir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Alternatif Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Kesimpulan


Kesimpulan Status
Kemungkinan 1
Kemungkinan 2
Kemungkinan 3
Kemungkinan 4

Gambaran tentang keadaan atau status lembaga pada kemungkinan satu dan dua telah
diungkapkan pada penjelasan di atas. Pada kemungkinan ketiga, lembaga perlu melakukan
kordinasi pada berbagai pihak untuk membangun berbagai jaringan kemitraan dalam rangka
menciptakan berbagai peluang. Peluang dapat dapat diciptakan dengan membuat terobosan
program atau menjaring sumber informasi (misalnya melalui internet) untuk memperkuat
keberadaan lembaga secara keseluruhan. Kordinasi juga diperlukan dalam rangka mengatasi
berbagai ancaman yang disertai dengan program yang jelas dan terukur, terutama ancaman
yangmuncul dari kompetitor lain sebagai penyelenggara lembaga pendidikan SMP.
Dalam kemungkinan keempat, lembaga harus melakukan berbagai program revitalisasi
dan/atau pemberdayaan yang dapat mengatasi berbagai kelemahan yang dihadapi. Program
yang dimaksud ditujukan pada berbagai bidang yang menunjukkan kelemahan lembaga
sehingga dimungkinkan akan meruntuhkan eksistensi (keberadaan) dan kredibilitas lembaga
dalam menyelenggarakan pendidikan. Lembaga dapat mengoptimalkan berbagai peluang yang
teridentifikasi sehingga dapat dimanfaatkan menjadi faktor penguat lembaga.
BAB III
DESKRIPSI HASIL ANALISIS KONTEKS
A. Menentukan Keadaan Lembaga
Sebagaimana telah disampaikan pada bagian terdahulu, hasil analisis konteks sebaiknya
dijadikan dasar untuk menggambarkan profil lembaga pendidikan. Profil lembaga dapat
diungkapkan secara deskriptif terhadap berbagai bidang dan aspek yang dianalisis. Profil ini
sekaligus merupakan rekapitulasi dari kesimpulan akhir kondisi lembaga setelah dilakukan
analisis konteks dan disusun oleh tim work utama. Profil lembaga juga harus dengan tegas
mengambarkan keadaan dan arah lembaga dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
Keseluruhan bahan deskriptif yang ada dalam profil sebaiknya ditempatkan pada Bab 2
dokumen I kurikulum dari lembaga pendidikan dengan beberapa perubahan yang tidak
mengurangi standar minimal Bab 2 dari panduan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Profil ini sekaligus menjadi titik tolak dalam menyusun Visi, Misi, Tujuan Sekolah, Kompetensi
Lulusan dan berbagai rencana strategis sekolah beserta rencana operasional tahunan sekolah.
Gambaran penempatan profil lembaga dapat diungkapkan dalam ilustrasi berikut :

Dokumen BSNP Alternatif Pengembangan Keterangan


BAB II TUJUAN BAB II TUJUAN SEKOLAH
A. Tujuan Pendidikan A. Visi Sekolah
B. Visi Sekolah B. Misi Sekolah
C. Misi Sekolah C. Tujuan Sekolah
D. Tujuan Sekolah D. Kompetensi Lulusan
E. Profile Sekolah
Bagian ini dapat disusun
dalam BAB III Kondisi
Lembaga.

Ide alternatif pengembangan isi Bab II muncul pada sub judul E menjadi Profil Lembaga (Profil
Sekolah) yang bisa mewakili keseluruhan uraian naratif pada sub judul A sampai E. Sub judul E
sebaiknya menjadi Bab tersendiri yang menggambarkan keadaan lembaga sebagai hasil analisis
konteks. Bagian ini dapat menjelaskan bidang dan aspek analisis konteks yang telah dilakukan
dengan pendekatan SWOT mencakup bidang pendidik, anak didik, kurikulum, sarana prasarana
dan lingkungan sekitar.
B. Menggambarkan Visi dan Misi Sekolah
Visi suatu lembaga merupakan gambaran harapan, cita-cita atau keinginan dari lembaga yang
bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Visi juga ada yang menyebutnya sebagai mimpi
yang dibangun dari suatu kenyataan atau fakta dan mimpi yang dapat diwujudkan. Visi yang
realistik dibangun dari fundasi fakta atau keadaan suatu lembaga setelah melalui proses analisis
konteks melalui pendekatan SWOT. Agar visi tidak sekedar mimpimimpi yang membuai maka
harus disusun dan dikembangkan dari evaluasi diri yang telah dilakukan dan dengan jelas telah
memahami dimana status lembaga pendidikan yang sedang dijalankan. Visi yang baik disusun
dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Visioner (menjangkau jauh kedepan)
2. Idealis dan prospektif
3. Feasibel (Layak)
4. Measureble (terukur)
5. Menunjukkan peran kedalam dan keluar
6. Mengandung nilai-nilai yang diinginkan dan diyakini.
Selain visi harus dibangun dari kondisi faktual lembaga, rumusan visi haruslah bersifat visioner
(menjangkau jauh ke depan). Visi yang baik harus
menunjukkan harapan atau cita-cita ke masa depan dari keadaan lembaga yang secara faktual
sudah dipahami keadaan dan statusnya. Visi juga harus menunjukkan idealisme penyelenggara
terhadap kondisi lembaga pendidikan yang diinginkan pada suatu kurun waktu tertentu.
Gambaran ideal seperti apa sebuah lembaga pendidikan hanya akan dipahami oleh mereka
yang bergelut secara profesional serta mendalami konsep dan ragam penyelenggaraan model
pendidikan, termasuk didalamnya adalah kurikulum dan model pembelajaran inovatif yang
secara ideal akan dikembangkan.. Gambaran visi juga harus bersifat prosktif atau memiliki
prospek ke arah kondisi yang maju dan diunggulkan serta diperhitungkan oleh para pemangku
kepentingan atau stakeholder.
Pada bagian lain, rumusan visi harus layak (feasibel) untuk dilaksanakan oleh seluruh orang
yang berkepentingan dan bertanggung jawab secara langsung pada eksistensi dan
pengembangan lembaga pendidikan yang sedang dijalankan. Oleh karena itu, ciri selanjutnya
visi harus dapat diukur dalam kurun waktu yang jelas dengan menyertakan indikator yang tepat
(valid). Hal ini memberikan makna bahwa dalam suatu rumusan visi yang baik seharusnya
mencantumkan tahun pencapaian. Berapa lama tahun pencapaian suatu visi sangat tergantung
pada keadaan dan status suatu lembaga pendidikan setelah dilakukan analisis konteks.
Visi yang baik juga harus menunjukkan peran lembaga pendidikan yang bersnagkutan, baik
peran ke dalam maupun peran keluar. Peran ke dalam terkait dengan perbaikan dan
pengembangan lembaga internal dan peran keluar ditujukan pada kontribusi lembaga pada
dinas pendidikan daerah setempat dan rencana strategik dari departemen pendidikan nasional
atau departemen agama atau departemen terkait dan pemerintah secara nasional. Oleh karena
itu juga visi harus memuat nilai-nilai yang dipahami, diinginkan dan diyakini oleh penyelenggara
lembaga sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan pendidikan.
Adapun rumusan misi sekolah menggambarkan penjabaran operasional dari visi yang telah
disusun dan ditetapkan. Oleh karena itu, isi misi harussejalan dengan visi yang telah
dirumuskan. Misi sekolah juga harus secara jelas menjabarkan bidang-bidang yang menjadi
kegiatan sekolah dalam mencapai visi yang diiiginkan. Jabaran masing-masing bidang tersebut
secara jelas dapat diwujudkan menjadi kegiatan nyata dari sekolah yang bersangkutan

C. Merumuskan Tujuan Sekolah


Visi dan misi yang jelas memperlihatkan kejelasan esensi tujuan dari sekolah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, tujuan sekolah dapat diidentifikasi dari visi dan misi sekolah
dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan (dari pemerintah) untuk tingkat dan satuan
pendidikan tertentu. Tujuan sekolah dapat ditetapkan dan dijabarkan dari berbagai jabaran
bidang yang disampaikan pada misi lembaga.

D. Mengembangkan Kompetensi Lulusan


Kompetensi lulusan pada setiap satuan dan tingkat lembaga pendidikan telah ditetapkan oleh
pemerintah melalui Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
tersebut merupakan standar kompetensi lulusan minimal yang harus dicapai oleh suatu satuan
dan tingkat lembaga pendidikan. Karena SKL tersebut bersifat minimal maka menjadi tidak
boleh dikurangi jumlahnya maupun tingkatannya namun sangat memungkinkan suatu lembaga
pendidikan menambah standar kompetensi lulusan, mengembangkan (kedalaman dan
keluasan) isi SKL dan meningkatkan derajat kompetensi dari suatu SKL. Upaya mengembangkan
standar kompetensi lulusan pada suatu satuan dan tingkat pendidikan sudah tentu harus tetap
berpatokan pada kondisi objektif dan faktual dari lembaga pendidikan yang bersangkutan serta
visi, misi dan tujuan lembaga. Gambaran SKL suatu lembaga sekolah (SMP) akan sangat
memperlihatkan apakah lembaga yang bersangkutan hanyamengejar target SKL minimal saja
atau memiliki kemampuan dalam menambah dan mengembangkan SKL tersebut menjadi suatu
keunggulan kompetitif dan komparatif dari lulusan lembaga sekolah yang bersangkutan. SKL
yang telah dikembangkan dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah akan menjadi dasar
bagi penyusunan rencana strategis dan rencana operasional sekolah untuk mencapai
kompetensi lulusan yang diinginkan.
E. Membuat Rencana Strategis dan Rencana Operasional Sekolah
Penjelasan bagian tahapan analisis konteks yang pertama sampai ketiga telah memberikan
gambaran pada kita bahwa keadaan dan status faktual (nyata) suatu lembaga akan menjadi
dasar dalam menyusun visi, misi dan tujuan sekolah. Berdasarkan titik tolak dari kondisi faktual
suatu lembaga pendidikan akan terdapat jarak dengan visi yang akan dicapai. Jarak yang baik
terlihat secara jelas dalam bentuk ukuran tahun pencapaian. Jarak antara kondisi faktual
lembaga terhadap visinya mengambarkan adanya suatu rentang yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Rentang jarak tersebut dapat disusun dan dikembangkan menjadi suatu rencana
strategis (renstra) dari lembaga yang bersangkutan yang diiringi dengan rencana operasional
lembaga untuk seiap tahun ajaran. Rentang jarak tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Kondisi & Profil Lembaga (2009)


Lembaga (2009)
(Hasil analisis Konteks)
(Hasil analisis
Visi & Misi Lembaga

Jaraknya : misal 10 Tahun


Berdasarkan jarak tersebut, lembaga pendidikan dapat menyusun rencana strategis selama 10
tahun dengan kategori renstra jangka menengah.
Berdasarkan rencana strategis yang akan disusun dan disertai indikator keberhasilannya yang
jelas maka suatu lembaga dapat menjabarkan menjadi rencana operasional tahunan sekolah
dengan gambaran sebagai berikut :
Bagan Rencana operasional Tahun Sekolah

Bidang Renop-1 Renop-2 Renop-3 Renop 4 Renop-5


Kegiatan (09-10) (10-11) (11-12) (12-13) (13-14)

1. Pendidik
2. Kurikulum
3. Anak Didik
4. Sarana
Prasarana
5. Kerja
sama

Berdasarkan rencana operasional inilah setiap sekolah (SMP) akan mempunyai program yang
jelas, akurat dan terukur. Kalaupun suatu saat ada pergantian pimpinan sekolah maka sudah
jelas hal-hal dan bidang mana saja yang akan dikerjakan pada setiap tahun ajaran.
F. Menggambarkan Hasil Analisis Konteks dalam Dokumen KTSP
Dalam panduan penyusunan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang disusun oleh
BSNP terdiri dari dua dokumen utama, yakni dokumen 1 dan dokumen 2. Dokumen 1
merupakan kurikulum operasional pada tingkat satuan pendidikan (KTSP) di lembaga masing-
masing yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan analisis konteks yang telah dilakukan.
Dokumen 1 memuat sekurang-kurang 4 Bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (dasar pemikiran penyusunan KTSP)


B. Tujuan Pengembangan KTSP
C. Prinsip Pengembangan KTSP
BAB II TUJUAN

A. Tujuan pendidikan (Disesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan)


B. Visi Sekolah
C. Misi Sekolah
D. Tujuan Sekolah

BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Mata pelajaran
B. Muatan lokal
C. Kegiatan Pengembangan diri
D. Pengaturan beban belajar
E. Ketuntasan Belajar
F. Kenaikan Kelas, dan kelulusan
G. Penjurusan H. Pendidikan kecakapan Hidup
I. Pendidikan berbasis Keunggulan Lokal dan Global Cat : Untuk PLB/PK ditambah dengan Program
Khusus

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN

Berisi tentang kalender pendidikan yang digunakan oleh sekolah, yang disusun berdasarkan
kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat, disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan
memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi. kompetitif
dan komparatif dari lembaga pendidikan.
Dari gambaran tersebut, hasil Analisis Konteks yang telah dilakukan dalam kegiatan diatas maka
dapat dipergunakan dalam Penyusunan Kurikulum Imlimentasi Profil Pelajar Pancasila pada
suatu lembaga pendidikan.
Lampiran 2 :

Analisis Konteks Implementasi Profil Pelajar Pancasila


No Aspek Kompenen Pengamatan Tanggapan Alasan &
A Silabus Kendala
1 Materi Bahan Ajar Disekolah (....) 100 %
Mencakup Semua Materi (....) 75 %
Pokok (....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
Bahan Ajar Tersampaikan (....) 100 %
Kepada Peserta Didik (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
2 Kegiatan Kesesuaian Kegiatan (....) 100 %
Pembelajaran Pembelajaran (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
3 Indikator Ketercapaian Indikator (....) 100 %
Pencapaian (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
4 Penilaian Kesesuaian Tehnik (....) 100 %
No Aspek Komponen Pengamatan Tanggapan Alasan & Kendala
A Silabus
Bentuk, dan Instrumen (....) 75 %
Penilaian (....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
B Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1 Tujuan Kesesuaian dengan (....) 100 %
Pembelajaran Indikator pencapaian (....) 75 %
pada silabus (....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
2 Materi Kesesuaian dengan (....) 100 %
Pembelajaran Materi Pokok Pada (....) 75 %
Silabus (....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
3 Model/Metode Kesesuaian (....) 100 %
Pembelajaran Model/Metode (....) 75 %
Pembelajaran dengan (....) 50 %
Materi Pokok (....) Kurang Dari 50 %
4 Langkah- Kesesuaian tahapan (....) 100 %
langkah Langkah-langkah (....) 75 %
Pembelajaran kegiatan Pembelajaran (....) 50 %
5 Alat dan Kesesuaian penggunaan (....) 100 %
Sumber Bahan Alat dan Sumber Bahan (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
6 Penilaian Kesusuaian Instrumen (....) 100 %
Penilaian ( Soal Dan (....) 75 %
Tugas yang (....) 50 %
digunakankan ) (....) Kurang Dari 50 %
C Pelaksanaan didalam kelas
Tujuan Tersampaikan sesuai (....) 100 %
Pembelajaran program (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
Materi Tersampaikannya (....) 100 %
Pembelajaran Materi Pokok Pada RPP (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
Model/Metode Penerapan (....) 100 %
Pembelajaran Model/Metode (....) 75 %
Pembelajaran (....) 50 %
N Aspek Komponen Pengamatan Tanggapan Alasan & Kendala
o Silabus
A
Langkah-langkah Terlaksananya Langkah- (....) 100 %
Pembelajaran langkah Pembelajaran (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
Alat dan Sumber Digunakannya Alat dan (....) 100 %
Bahan Sumber Bahan (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
Penilaian Digunakannya Instrumen (....) 100 %
Pada Penilaian RPP (....) 75 %
(....) 50 %
(....) Kurang Dari 50 %
C Lain-lain
1 Program Mata Pelajaran telah (....) Sudah dan
Tahunan dikembangkan dengan Lengkap
(PROTA ) lengkap dan memadai (....) Sudah Tidak
Lengkap
(....) Belum
dikembamgkan dan
Tidak Lengkap
2 Pemetaan Telah dikembangkan dan (....) Sudah dan
Kompetensi memadai Lengkap
Dasar (....) Sudah Tidak
Persemester Lengkap
(....) Belum
dikembamgkan dan
Tidak Lengkap
3 Program Telah dikembangkan (.....) sudah lengkap
Kegiatan dengan lengkap (.....) Belum lengkap
Remedial (.....) Belum
dikembangkan
4 Program Telah dikembangkan (.....) sudah lengkap
kegiatan dengan lengkap (.....) Belum lengkap
pengayaan (.....) Belum
dikembangkan
5 Media Ketersediaan dan (....) Memadai
pembelajaran pemamfaatan media (....) Cukup Memadai
dan sumber pelajaran dan sumber (....) Kurang Memadai
belajar belajar (....) Tidak Tersedia
6 Buku paket Ketersediaan dan (....) Memadai
mata pelajaran pemamfaatan Buku paket (....) Cukup Memadai
mata pelajaran (....) Kurang Memadai
7 Buku Referansi Ketersediaan dan (....) Memadai
pemamfaatan Buku (....) Cukup Memadai
Referansi (....) Kurang Memadai
(....) Tidak Tersedia
8 Ruang Ketersediaan dan (....) Memadai
Perpustakaan, pemamfaatan Ruang (....) Cukup Memadai
Lab Komputer, Perpustakaan, Lab (....) Kurang Memadai
dan ruang Komputer, dan ruang (....) Tidak Tersedia
pendukung pendukung lainnya
lainnya
9 Ketersediaan Ketersediaan dan (....) Memadai
peralatan dan pemamfaatan peralatan (....) Cukup Memadai
bahan praktek dan bahan praktek (....) Kurang Memadai
(....) Tidak Tersedia
10 Alokasi waktu Satu jam pelajaran 40 (....) ya
setiap jam menit (....) Tidak
pelajaran
11 Pelaksanaan Sesuai dengan (....) ya
Penilaian Permendikbud (....) Tidak
Lampiran 3

Analisis Konteks Implementasi Profil Pelajar Pancasila

Anda mungkin juga menyukai