Anda di halaman 1dari 4

Nama :Cchristianto Adri Talapessy

NIM :322019012

KEDUDUKAN KOMISI NEGARA DI INDONESIA

Perubahan dan pembentukan institusi baru dalam sistem kenegaraan


merupakan hasil koreksi terhadap cara dan sistem kekuasaan negara akibat tuntutan
reformasi serta aspirasi dan keadilan yang berkembang dalam masyarakat dan
menjadi fenomena menarik untuk dicermati sehingga pembentukan lembaga-lembaga
atau institusi baru ini memiliki pijakan yang kuat dan paradigm yang jelas sehingga
keberadaannya membawa manfaat bagi kepentingan public dan penataan sistem
ketatanegaraan.

Lahirnya komisi negara pada sekitar 50 tahun setelah Indonesia ada sebagai
sebuah negara merupakan fenomena kenegaraan baru dalam arti tatanan
kelembagaannya, namun dari sisi hakekat bernegara bangsa Indonesia penting dikaji
esensinya dari komisi negara yang pada akhirnya menjadi dasar penentuan
eksistensinya dalam sistem ketatanegaraan republik Indonesia antara lain. Esensi
berdasarkan sifat hakikat negara. sehubungan dengan esensi komisi negara maka
analisis sifat hakikat negara terkandung makna bahwa hubungan antara rakya dan
negara adalah sebuah organisasi, kemudian esensi yang ditinjau dari pembentuan
negara yang hanya dapat dibenarkan apabila memenuhi dan mencapai legitimasi-
legitimasi yang adalah legitimasi teologis, sosiologis, yuridis, dan etis, hal-hal inilah
yang dapat menjadi pembenaran keberadaanya. Esensi ditinjau dari tujuan negara,
perlu diperhatikan bahwa negara harus menjadi alat untuk mencapai keadilan. Untuk
itu komisi negara merupakan sarana secara kelembagaan untuk mencapai tujuan
hakiki dari negara. Esensi ditinjau dari terjadinya negara, dalam konteks terjadinya
lembaga negara Indonesia, komisi negara merupakan bentuk konkrit kelembagaan
dari tahapan perkembangan negara Indonesia dan merupakan tahapan akhir yang
akan terus berkembang. Esensi ditinjau berdasarkan tipe negara, berdasarkan tipe
negara Indonesia yang akan berkembang menjadi negara modern komisi negara
merupakan suatu poin titik kemajuan negara dalam mengoorganisasikan negara,
sekaligus dalam mengimplemtasikan tipe ideal dari cara bernegara dan tujuan negara
Indonesia yaitu nomokrasi pancasila

Cita negara pancasila adalah menempatkan pancasila sebagai penyangga


negara hukum di Indonesia atau negara hukum berdasarkan pancasila.dalam cita
negara pancasila terkandung pancasila sebagai filsafat politik, landasan moral dan
identitas budaya Indonesia. Cita negara pancasia termuat dalam batang tubuh UUD
1945 yang dapat diwujudkan dengan ciri-ciri seperti negara pancasila adalah negara
hukum dimana segala penggunaan kekuasaan harus ada landasan hukumnya, negara
pancasila adalah negara demokrasi yang dalm seluruh kegiatan bernegara selalu
terbuka kepada partisipasi rakyat, dan negara pancasila adalah organisasi seluruh
rakyat dimana rakyat menata diri secara rasional untuk dalam kebersamaan untuk
mewujudkan kesejaterahan bagi seluru masyarakat.

Kemudian berkaitan dengan eksistensi komisi-komisi negara seringkali diberi


nama awal komisi atau dewan yang dasar hukumnya dengan pembentukan
perundang-undangan dibawah undang-undang. Beberapa persoalan utama nerkenaan
dengan lembaga-lembaga ini dalam struktur ketatanegaraan adalah apakah komisi ini
terbentuk sesuai dengan kebutuhan, apakah terbentuk dari desain ketatanegaraan yang
komperhensif, dan apakah memang merupakan jawaban yang tepat terhadap
tantangan kenegaraan yang dihadapi?. Jika ditinjau dari sejarah pembagian kekuasaan
maka ajaran teori pembagian kekuasaan dari montequeiu sangatlah krusiak sebab
hampir semua pembatasan kekuasaan berpijak pada teorinya.
Penataan sistem kelembagaan negara ini dilakukan memlalui perubahan
fungsi dan wewenang beberapa lembaga negara ataupun pembentukan lembaga
negara baru, semakin banyak dan beragamnya lembaga-lembaga negara
mengakibatkan biasnya konsepsi lembaga negara, terdapat kurang lebih 34 lembaga
negara yang disebut secara langsung maupun yang tidak disebut oleh UUD 1945
kemudian semua lembaga ini dapat dibedakan menjadi dua segi yaitu dari segi fungsi
dan segi dari hirearkinya. Berdasarkan fungsinya ke 34 lembaga negara tersebut ada
yang bersifat premier dan ada juga yang bersifat sebagai penunjang, sedangkan
berdasarkan hirearkinya dapat dibedakan edalam 3 lapis yaitu lembaga tinggi negara,
lembaga negara, dan lembaga daerah.

Berdasarkan hirearki perundantg-undangan landasan yuridis pembentukan dan


pemberian wewenang lembaga negara dapat digolongkan menjadi 3 yaitu lembaga
negara yang dibentuk dan mendapat kewenangan melalui UUD 1945, UU, dan
Keppres. Yang kemudian setelah amandemen dapat dibedakan dalam 3 kelompok
yaitu lembaga negara berdasarkan perintah UUD 1945, lembaga negara berdasarkan
perintah UU, dan lembaga negara berdasarkan keputusan presiden. Ada 3 klasifikasi
terhadap penggolonngan lembaga negara oleh perintah UUD1945 yaitu, dalam arti
luas semua lembaga negara yang tercantum dalam UUD 1945, dalam arti moderat
yakni hanya membatasi terhadap apa yang dulu dikenal sebagai lembaga tertinggi
negara dan lembaga tinggi negara, dan terakhir dalam arti sempit yaitu merujuik pada
ketentuan pasal 67 MKRI. Selanjutnya berdasarkan fungsinya terdapat dua yaiu
lembaga negara utama dan lembaga negara bantu yang dapat digolongak berdasarkan
pembentukannya yaitu dibentuk untuk fungsi pendukung bidang pengawasan,
administrasi, dan lembaga yang dibentuk berdasarkan fungsi pendukung bidang audit.

Kemudian eksistensi lembaga negara ini tentunya mempunyai implikasi


terhadap kehidupan bernegara, penataan struktur ketatanegaraan Indonesia yang terus
berlangsung tidak tanpa komplikasi ketatanegaaran. Dalam rangka pelaksanaan
sistem pemerintahan negara, prinsip dan mekanisme check and balances dijadikan
tolak ukur, sehingga setiap pelaksanaan kedauatan rakyat bersifat independen namun
secara sistemik dapat dikontrol oleh lembaga lain. Dengan demikian dapat
disimpukan bahwa pembentukan lembaga negara baru yang bersifat independen
merupakan sistem pelaksana kedaulatan rakyat.

Dilihat dari desai kelembagaan negara sebagai instrument demokrasi


kehadiran komisi-komisi negara dapat dipahami dari dua susut pandang yaitu, dalam
kerangka klasikal dan sudut pandang proportional model yang berangkat dari
penelaan atas implikasi model-model pemilihan umum terhadap kelembagaan yang
dikaitkan terhadap derajat keefektivitasan control demokratik oleh warga negara.
Atas kerangka berpikir ini, kehadiran komisi-komisi negara merupakan bagian yang
bertumpu pada prinsip pemencaran kekuasaan yang merupakan reaksi terhadap
politik orde baru yang otoriter, sentralistik, dan uniformalitas. Sebenarnya dalam
sistem ketatanegaraan ada beberapa pemikiran teoritis yang berkaitan dengan
perlunya negara mengambil peran dalam mengatur perlindungan bagi warganya yaitu
pemikiran yang berangkat dari perjalanan sejarah negara menjadi sebuah sistem
kemasyarakatan yang harus melindungi dan menjamin kesejahteraan bagi warganya.

Anda mungkin juga menyukai