PENDAHULUAN
orde baru sehingga sistem pemerintahan Indonesia yang baru dimana Presiden
ditemani oleh lembaga baru berupa perwakilan daerah yang disebut dengan
dengan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
dimana konstitusi memberikan hak-hak konstitusional yang cukup luas tak saja
hak mejalakan pemerintahan tetapi dalam batas-batas tertentu memiliki juga hak-
1
Todung Mulya Lubis, Problemmatika Seleksi Pejabat Negara : Presidensialisme Yang
Tergerus, Konferensi Nasional Hukum Tata Negara ke-2, Padang, 2015, h.1.
2
.Todung Mulya Lubis, Problemmatika Seleksi Pejabat Negara : Presidensialisme Yang
Tergerus, Konferensi Nasional Hukum Tata Negara ke-2, Padang, 2015, h.2.
1
2
sebagai lembaga negara utama yang hubungannya satu dengan yang lain diikat
kurang dapat berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan dari konsep kedaulatan
dapat berupa dewan, komisi, komite, badan, atau otorita.4 Dalam konteks negara
dikenal dengan istilah lembaga negara bantu dan merupakan lembaga negara yang
3
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Kencana Press, Jakarta, 2010,
h.178.
4
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, h.v.
3
baru ini adalah “kekuatan baru” dalam struktur pemerintahan yang beasal dari
konsep demokrasi dan hak asasi manusia, yaitu kekuatan masyarakat sipil.6 Salah
satu lembaga baru yang terbentuk yaitu komisi negara. Pembentukan komisi-
komisi negara tersebut belum didasarkan pada konsepsi yang utuh untuk sebuah
Lembaga ini dibentuk sebagai salah satu agenda penting dalam pembenahan
suatu pemerintah yang bersih dari korupsi untuk mewujudkan pemerintahan yang
efisien, terbuka, dan bertanggung jawab kepada rakyat serta untuk mewujudkan
cita-cita masyarakat Indonesia yang bebas dari korupsi, didorong oleh semakin
Dalam suatu negara yang memiliki otoritas kuat, harus disadari dengan
pada penegakan hukum dan perbaikan ditempuh terbukti tidak efektif. Di sinilah
5
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi,Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, h.v.
6
Lukman Hakim, Kedudukan Hukum Komisi Negara Di Indonesia, Malang, 2010, h.4.
7
Lukman Hakim, Kedudukan Hukum Komisi Negara Di Indonesia, Malang, 2010, h.4.
8
Mahmussin Muslim, Jalan Panjang Menuju Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK) Indonesia, Jakarta, 2004, h. 33.
4
yang melibatkan peran serta masyarakat di semua lapisan sosial dan profesi. 9
Tahun 2015 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5698), komisi ini merupakan komisi yang sah didirikan dan memiliki legitimasi
dipertanyakan oleh berbagai pihak. Mulai dari tugas, wewenang, dan kewajiban
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 107,
komisi ini terkesan menyerupai sebuah lembaga super dan sebagai organ
dari pengaruh kekuasaan manapun, maka dapat menjadikan lembaga ini berkuasa
secara absolud dalam lingkup kerjanya. Selain itu, kewenangan istimewa berupa
penyatuan fungsi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dalam satu organ juga
Korupsi cenderung menyeleweng dari prinsip hukum yang berlaku dan tidak
sangat cermat dan memerlukan pertimbangan yang lebih matang untuk memilih
Pemberantasan Korupsi.
11
Wirakusumah, Mulyana, Menilai Komisi Pemberantasan Korupsi Sebagai Lembaga
Ekstrakonstitusional, Putusan Makhkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 012-016-
019/PUU-IV/2006,h.33.
6
Lembaran Negara Nomor 4250). 12 Panitia seleksi dibentuk oleh presiden dan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4250).13 Unsur ini dibuat agar tidak terjadi
yang dibuat untuk diperbantukan oleh Pemerintah, sifat dari Panitia seleksi
dalam pembentukan Panitia seleksi ini yaitu prinsip efektif dan efisien, prinsip
12
“untuk memperlancar pemilihan dan penentuan colon pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi Pemerintah membentuk Panitia seleksi yang bertugas melaksanakan ketentuan yang diatur
Undang-Undang ini”.
13
“Keanggotaan Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2) terdiri atas
unsur pemerintah dan unsur masyarakat”.
14
Zainal Arifin Mochtar, Memikirkan Kembali Seleksi Komisioner Lembaga Negara
Independen, Padang, 2015, h.9.
7
Indonesia agar kehidupan masyarakat Indonesia dapat menjadi sejahtera dan lebih
aspirasi dari masyarakat, karena kedaulatan Indonesia berada pada tangan rakyat.
tujuan untuk benar-benar dapat memfokuskan seleksi tersebut pada para calon
sehingga hasil akhir dari penyeleksian tersebut sangatlah efektif dan efisien serta
pemilihan anggota Panitia seleksi ini bisa saja disalahgunakan oleh pemerintah
15
Zainal Arifin Mochtar, Memikirkan Kembali Seleksi Komisioner Lembaga Negara
Independen, Padang, 2015, h.9.
8
Perangkapan jabatan ini terjadi saat proses seleksi pada uji kelayakan dan
terbaik bagi para politisi. Keterjebakan itu didukung dengan pola pemilihan yang
sehingga dapat memicu timbulnya permasalahan yang baru dalam partai politik.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
16
Zainal Arifin Mochtar, Memikirkan Kembali Seleksi Komisioner Lembaga Negara
Independen, Padang, 2015, h. 3.
9
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
perubahan.
b. Manfaat Praktis
Memberi kontribusi pemikiran bagi Ilmu Hukum Tata Negara dan diharapkan
penelitian ini dapat berguna sebagai informasi bagi penegak hukum yaitu
5. Metode Penelitian
Besar Bahasa Indonesia adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan kata
17
Fakultas Hukum, Petunjuk Penulisan Hukum (Skripsi), Fakultas Hukum Universtitas 17
Agustus 1945 Surabaya, Surabaya, 2014, h. 20.
18
Digest Epistem, Berkala Isu Hukum dan Keadilan Eko-Sosial, Volume 5, Jakarta,
2015, h. 7.
10
a. Jenis Penelitian
Indonesia.
b. Metode Pendekatan
peraturan tertulis yang dibentuk lembaga Negara atau pejabat yang berwenang
peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal ini dilakukan karena
memang belum atau tidak ada aturan untuk masalah yang dihadapi. 21
Sumber dan jenis bahan hukum yang digunakan meliputi bahan hukum
19
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Konsep dan Metode, Setara Press, Malang, 2013,
h. 77
20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, h. 35.
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi,Kencana Penada MediaGroup,
Jakarta, 2014, h. 177.
11
berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi pula oleh aparat
berbagai jurnal hukum yang memuat tulisan-tulisan kritik para ahli dan
Besar Bahasa Indonesia dan Black’s Law Dictionary Ninth Edition 2009.
d. Teknik Pengumpulan
23
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Konsep dan Metode, Setara Press, Malang, 2013,
h. 82.
24
Soetandyo wignjosoebroto, Hukum Konsep dan Metode, Setara Press, Malang, 2013, h.
83.
13
mendalam.
Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam skripsi ini adalah
menjelaskan hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus untuk
6. Pertanggungjawaban Penelitian
gambaran mengenai hal yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu
BAB II: Tinjauan Pustaka, yang meliputi tinjauan umum mengenai definisi
25
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, h. 42.
14
lembaga negara.
BAB III: Berisi tentang Pembahasan dari skripsi ini, dalam bab ini berisi
BAB IV: Penutup, dalam bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran.
akaan data.