58
Inu Kencana Syafiie, Pengantar lmu Pemerintahan, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2005) h.112.
59
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
(Jakarta: Konstitusi Press, 2006), h. 105
40
41
(state auxiliary agencies) sangat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
2. Tidak independennya lembaga-lembaga yang ada karena salah satu atau lain
halnya tunduk di bawah pengaruh satu kekuasaan negara atau kekuasaan lain;
dari lembaga-lembaga yang ada yang mungkin menjadi bagian dari sistem
memasuki pasar global, tetapi juga untuk membuat demokrasi sebagai satu-
yang otoriter. 60
atas, di satu sisi menjadi tidak terelakkan karena lembaga negara yang ada
kinerjanya tidak memuaskan, terlibat korupsi, kolusi dan nepotisme. Di sisi lain,
lembaga yang ada tidak mampu bersikap independen dari pengaruh kekuasaan
lainnya.
60
Ni’matul Huda, Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi, (Yogyakarta: UII
Press, 2007) h. 201-202
42
61
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan Pemikiran,
Media dan HAM (Jakarta: KONpress, 2003) h.7
43
negara, ada 2 (dua) unsur pokok yang saling berkaitan, yaitu organ dan fungsi.
Dalam UUD NRI Tahun 1945, organ-organ yang dimaksud atau lembaga-
lembaga negara ada yang disebut secara eksplisit namanya, dan ada pula yang
disebutkan eksplisit fungsinya. Ada pula lembaga yang baik nama dan fungsi atau
kewenangannya di dalam UUD NRI Tahun 1945. Akan tetapi di dalam UUD NRI
Tahun 1945 terdapat 34 organ yang disebutkan keberadaannya di dalam UUD
1945, yaitu: (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat; (2) Presiden; (3) Wakil
Presiden; (4) Menteri dan Kementerian Negara; (5) Dewan Pertimbangan
62
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam
UUD 1945, h. 35
63
Ibid, h. 11
44
Presiden; (6) Duta; (7) Dewan Perwakilan Rakyat; (8) Dewan Perwakilan Daerah;
(9) Mahkamah Agung; (10) Mahkamah Konstitusi; (11) Badan Pemeriksa
Keuangan; (12) Komisi Pemilihan Umum; (13) Komisi Yudisial; (14) Badan-
Badan lain yang fungsinya terkait dengan Kehakiman seperti Kejaksaan; (15)
Bank Sentral; (16) Tentara Nasional Indonesia; (17) Kepolisian Negara Republik
Indonesia; (18) Menteri Luar Negeri; (19) Menteri Dalam Negeri; (20) Menteri
Pertahanan; (21) Konsul; (22) Pemerintahan Daerah Provinsi; (23) Gubernur; (24)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi; (25) Pemerintahan Daerah
Kabupaten; (26) Bupati; (27) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten; (28)
Pemerintahan Daerah Kota; (29) Walikota; (30) Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota; (31) Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau
istimewa; (32) Angkatan Darat (TNI AD); (33) Angkatan Laut (TNI AL); (34)
Angkatan Udara (TNI AU).64
Jimly Asshiddiqie memperluas pengertian lembaga-lembaga negara, yaitu
lembaga-lembaga yang pengaturan dan pembentukannya hanya didasarkan pada
undang-undang tetapi memiliki constitutional importance dalam sistem
konstitusional berdasarkan UUD NRI Tahun 1945. Sehubungan dengan hal itu,
maka dapat ditentukan bahwa dari segi fungsinya, ada yang bersifat primer, dan
ada pula yang bersifat sekunder atau penunjang (auxiliary).
Pasal 22E ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 Perubahan Ketiga menyatakan
bahwa: ”pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri”. Pembuat undang-undang menetapkan
bahwa lembaga yang menyelenggarakan pemilu diberi nama ”Komisi Pemilihan
Umum” atau KPU, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2016. Artinya, KPU termasuk salah satu lembaga-lembaga yang memiliki
64
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h
99.
45
65
Mujiyana, “Makna Kemandirian Komisi Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan
Pemilihan Umum”, dalam Jurnal Konstitusi UMY Vol 2 no 1, (Jakarta: Mahkamah Konstitusi
RI,2009), h. 108
46
66
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
h.50
47
orang anggota yang berasal dari anggota KPU Provinsi, akademisi, peneliti dan
birokrat dilantik tanggal 23 Oktober 2007 minus Syamsulbahri yang urung
dilantik Presiden karena masalah hukum. KPU keempat (2012-2017) dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden No. 34/P/Tahun 2012 yang saat itu diketuai
Husni Kamil Manik, SP kemudian digantikan oleh Juri Ardiantoro, M.Si., karena
meninggalnya Husni Kamil Manik. KPU saat ini merupakan periode kelima
dengan masa jabatan 2017-2022 yang diketuai oleh Arief Budiman, S.S.,S.IP.,
MBA.68 KPU dalam setiap periodenya telah menunjukan tren yang positif
67
Laporan Akhir Pengkajian Hukum tentang Eksistensi Peraturan Perundang-undangan di
Luar Hierarki Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, (Jakarta: BPHN Puslitbang Kemenkum HAM RI, 2010) h. 59.
68
https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemilihan_Umum, di akses 19 Januari 2018.
48
dan mandiri. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan
pemilihan umum dan tugas lainnya; KPU memberikan laporan kepada Dewan
adalah bahwa KPU dibentuk dan bertanggung jawab terhadap publik atau bersifat
dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada
atau dalam bentuk diskresi, dengan tanggung jawab intern dan ekstern
49
merupakan salah satu prinsip di dalam negara hukum yaitu: “tidak ada
Produk hukum yang dapat dikeluarkan oleh KPU ada 2 (dua) bentuk yaitu:
KPU. Pembedaan 2 (dua) produk hukum itu didasarkan pada materi dan
baik. Pada tahap pelaksanaan ini ada kemungkinan intervensi masuk, mengingat
69
Sunarno, Hukum Administrasi Negara,( Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI, 2008)
h. 119.
50
sekretariat yang merupakan aparat pemerintah daerah. Akan tetapi masih juga
teknis pendaftaran calon pemilih, karena belajar dari pengalaman bahwa peraturan
yang sudah ada masih belum bisa mengatur secara spesifik. Kemandirian yang
ideal lembaga KPU adalah apabila semua rangkaian tahapan-tahapan pemilu bisa
dilaksanakan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, dan juga dilihat dari
keberhasilan KPU dalam menyelenggarakan pemilu bisa berjalan lancar tanpa ada
70
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/modul_1c.pdf modul KPU dengan Judul Pemilu di
Indonesia hlm 8, diakses 21 Juli 2018
51
71
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
menjadi Undang-Undang, Pasal 9 huruf a.
52
kemudian draf rancangan diuji publik yaitu dengan mengadakan sebuah diskusi
terbuka dengan menghadirkan para ahli, BAWASLU, Partai Politik, LSM. hal ini
guna untuk menampung saran dan aspirasi dari pemegang kepentingan dan
kemudian saran dan aspirasi ini dibawah dalam sebuah forum dengar pendapat
antara DPR RI, Pemerintah, Bawaslu, dan KPU. Kemudian hasil rapat dengar
pendapat ini tuangkan dalam sebuah rekomendasi kepada KPU untuk dituangkan
ke dalam PKPU yang akan diundangkan, karena hasil rapat dengar pendapat itu
bersifat mengikat dan keputusannya harus diikuti oleh KPU.72 Hal ini berdasarkan
Pasal 9 huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, Dan Walikota menjadi Undang-Undang yang berbunyi :
“Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilihan meliputi: a)
Menyusun dan menetapkan Peraturan KPU dan pedoman teknis untuk setiap
tahapan Pemilihan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Pemerintah dalam forum rapat dengar pendapat yang keputusannya bersifat
mengikat”.73 Tetapi di sisi lain pasal ini dinilai oleh beberapa kalangan telah
mencederai kemandirian KPU sebagai lembaga yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri.
PKPU merupakan aturan turunan dan peraturan teknis untuk
menyelenggarakan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, sehingga
memiliki peranan yang sangat penting bagi terselenggaranya pemilihan. PKPU
itu sendiri merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan, yakni
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
72
http://perludem.org/2018/07/05/pkpu-no-20-tahun-2018-tentang-pencalonan-anggota-dpr-
dprd-provinsi-dan-dprd-kabupaten-kota-pasca-pengundangan, diakses 23 Juli 2018.
73
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota
menjadi Undang-Undang, Pasal 9 huruf a.
53
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
Demikian yang disebut dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan yang
dikeluarkan oleh suatu komisi secara tegas juga disebut sebagai peraturan
perundang-undangan yang diakui Pasal 8 ayat (1) :
Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.74
PKPU disusun setelah Undang-Undang disahkan oleh DPR dan Presiden, atau
atas dasar perintah Undang-Undang, sehingga yang diatur dalam PKPU
merupakan perintah dari Undang-Undang. Setiap kali penyelenggaraan pemilihan
umum maupun pemilihan kepala daerah, PKPU merupakan tulang punggung yang
dijadikan pedoman bagi KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota. maka untuk itu
materi PKPU sebagai penjabaran dari Undang-Undang isinya harus jelas dan
harus dengan mudah dipahami oleh penyelenggara di daerah baik provinsi dan
kabupaten/kota, hal ini bertujuan untuk dapat meminimalisir terjadi sengketa dan
pelanggaran administrasi.
PKPU yang dibentuk dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah ada
yang secara tegas diperintah oleh Undang-Undang dan ada pula yang secara
eksplisit, yang diperintah secara eksplisit memberikan peluang kepada KPU untuk
membentuk peraturan atas dasar diskresi, sehingga Undang-Undang merupakan
sumber dan dasar pembentukan PKPU. PKPU yang secara jelas merupakan
74
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangang, Pasal 8 ayat 1
54
Sumber: http://jdih.kpu.go.id