PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2. Tujuan khusus
a. Diperoleh persepsi yang sama tentang program praktek klinik
keperawatan dijurusan keperawatan bagi penyusun program
praktik klinik keperawatan.
b. Terbentuknya kesatuan-kesatuan yang utuh, selaras dan serasi
dalam mencapai program praktik klinik keperawatan.
c. Diperolehnya feedback pelaksanaan praktek klinik keperawatan
berupa saling mengisi kekurangan khususnya antara teori dan
praktik nyata bagi semua pihak yang terkait dalam program ini.
2
f) Melatih siswa untuk mengaplikasikan atau mempraktek kan
tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai teori yang di
berikan dari sekolah.
g) Memberikan pengalaman kerja kepada siswa.
3
BAB II
PELAKSANAAN
Rumah sakit stroke pada mulanya adalah sebuah rumah sakit swasta
yaitu rumah sakit rumah sakit imanuel Bukittinggi yang di kelola oleh yayasan
Baptis Indonesia yang didirikan pada tahun 1978. Kemudian pada tanggal 23
desember 1981 dibuatlah suatu persetujuan antara Menteri dalam negeri yang
waktu itu dijabat oleh Aminmachmud dengan ketus yayasan Baptis Indonesia
Bapak Wim H Theoropun SH dengan beberapa klausal sebagai berikut.
4
Stroke Nasional Bukittinggi. Selanjutnya dilakukan penataan Organisasi dan
tata kerja Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi maka lahirlah peraturan
menteri kesehatan No.246/Menkes/PER/III/2008 Tanggal 11 Maret 2008
tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
Pada tahun 2009 RSSN Bukittinggi telah menerapkan pola pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU)
5
2. Ruangan Pelayanan Dan Jumlah Tempat Tidur
Tabel 1: Fasilitas pelayanan
6
Neurologi Wanita
11 IRNA C Lt.2 (Kelas LII) 23 Buah Merawat Pasien
Neurologi Pria
12 IRNA C Lt 3 (Kelas LII) 23 Buah Merawat Pasien
Interne Dan Jantung
Pria Dan Wanita
13 ICU 7 Buah
D. Data Penunjang
Tabel 2: Data Penunjang Tenaga Medis
No Spesialis Jumlah
1 Dokter Umum 27
2 Spesialis Saraf 3
3 Spesialis Penyakit Dalam 2
4 Spesialis Mata 2
5 Spesialis Neoro Psikiatri 1
6 Spesial Bedah Saraf 1
7 Spesialis Anak 2
8 Spesialis Rehabilitasi Medik 2
9 Spesialis Anastesi 1
10 Spesialis Jantung Pembuluh Darah 1
11 Spesialis Pathologi Klinik 2
12 Spesialis Gizi Klinik 1
13 Spesialis Kesehatan Jiwa 1
14 Spesialis Bedah 1
7
Tabel 3: Ketenagaan RSSN Bukittinggi
No Keterangan Jumlah
1 Apotik Rawat Inap 4
2 Apotik Rawat Jalan 2
3 Biling System 1
4 Diklat 1
5 Elektro Medik 1
6 Farmasi 1
7 Fisioterapi 4
8 Gizi 1
9 Gudang Farmasi 1
10 Ips 1
11 Kasir 5
12 Kesling 1
13 Laboratorium 1
14 Laundry 1
15 Medical Record 1
16 Ppk Dan Humas 1
17 Radiologi 1
8
18 Rehab Mediksatpam 1
19 Gudang Umum 1
20 Igd 24 jam 1
21 Dapur 1
22 Ambulance 4
23 Musholla 1
24 Kantin 1
E. Alur Kerja
Alur pelayanan pasien di Rumah Sakit Stroke Bukittinggi, Kami
diantarkan oleh beberapa perwakilan dari pihak sekolah SMK Gema Nusantara
Bukittinggi setelah sampai di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi,
diadakan serah terima secara resmi praktek kerja industri selama kurang lebih 2
bulan oleh pihak sekolah SMK Gema Nusantara Bukittinggi dengan pihak
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi setelah dilakukan serah terima kami
melakukan pengenalan lingkungan, kemudian dilanjutkan kami kembali ke
ruangan dinas masing-masing dan pengenalan dilanjutkan di dalam ruangan
bersama kepala ruangan.
Setiap hari senin pada pukul 07.15 dilakukan apel pagi yang diikuti oleh
seluruh tenaga kerja di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
Pergantian shift satu hari dilakukan 3 kali, yaitu pukul 08.00 pagi, 14.00
siang dan 20.00 malam. Satu shift berisikan tiga perawat jaga setiap shift
dilakukan operasi jaga terlebih dahulu kesetiap ruangan pasien.
Pada bulan pertama saya dinas di ruangan irnac bersama teman saya yaitu
Ratih dan veni kami di bombing oleh CI kami Ns.RIKA WAHYU S.Kep
Pada bulan kedua kami di roling keruangan disana kami dibimbing oleh
CI Ns.SUSI AMELIA S.Kep disini kami diajarkan dan dibimbing kami dinas
disini sampai kami selesai dinas di RSSN Bukittinggi. Pada pasien rawat inap
yang baru masuk dari IGD dilakukan tindakan anamnesa, pengukuran ttv (nadi,
tekanan darah, reapirasi) dan pemasangan infuse sesuai terapi dokter. Setelah
itu pasien dapat dipindahkan keruangan rawat inap. Pada pasien rawat inap
9
yang akan pulang infus akan dilepas jika pihak keluarga pasien yang akan
pulang telah menyelesaikan administrasi rumah sakit, petugas administrasi
akan menyerahkan rincian pembayaran kepihak keluarga pasien dan apabila
administrasi sudah selesai dan infuse telah dilepas, pihak keluarga pasien dapat
mengambil obat pulang diruangan jaga perawat dengan menunjukkan bukti
pembayaran yang sudah lunas.
10
tempat tidur ke brankar
14. Mengukur ttv
15. Memobilisasi pasien, miring kiri
dan kanan
11
BAB III
PENELITIAN KASUS
(TYPHOID)
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gajala demam yang lebih dari 1 minggu
gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Fkui,2010).
Typoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang di sebabkan oleh salmonella thypii, yang ditularkan melalui
makanan, dan minuman uang terkontaminasi oleh kuman salmonella
thypii (Hidayat,2006)
typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang di
sebabkan oleh salmonella thypii, salmonella Tipe A, B, C penyakit ini
mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat dan
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan
erupsi kulit (Widodo Djoko,2009)
2. Etiologi
Typhoid disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella
typhoid dan salmonella paratyphoid A, B, Feses dan muntahan
(Nagastiyah,2011)
Etiologi dari typhoid yang lainnya adalah kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan diri dan lingkungan yang bersih, penyediaan air bersih
yang tidak memadai, permasalahan pada identifikasi dan pelaksanaan
karier.
12
d. Air yang tercemar
e. Feces dan urin dari penderita typhus
3. Patofisiologi
Penularan salmonella typhii dapat di tularkan melalui berbagai cara
yang dikenal dengan 5 F yaitu Food(Makanan), Fingers(Jari tangan/kuku),
Fomitus (Muntahan), Fly (Lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntahan pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella typhii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat di
tularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan
yang akan dimakan oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella typhii masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut kemudian kuman tersebut masuk melalui lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus bagian distal yaitu bagian yang paling jauh dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak
lalu masuk kedalam pembuluh darah dan mencapai sel-sel
retikuloendoterial. Sel-sel retikuloendoterial ini kemudian melepaskan
kuman kedalam sirkulasi darah yang menimbulkan bakterimia, kuman,
selanjutnya masuk kedalam limpa, usus halus dan kandung empedu.
(ngastiyah 2005).
4. Manifestasi klinis
a. Tidak enak badan
b. Lesu, nyeri sendi, nyeri kepala, pusing
c. Tidak bersemangat
d. Sakit tenggorokan, nyeri perut dan pusing
e. Tubuh mengigil
f. Kehilangan nafsu makan
13
1) Demam
Demam berlangsung selama 3 minggu
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji Widal
Adalah salah satu pemeriksaan serologi yang bertujuan
untuk menegakkan diagnose demam typhoid. Uji widal positif
artinya ada zat anti (antibody) terhadap kuman salmonella,
menunjukkan bahwa seseorang pernah kontsk/terinfeksi dengan
kuman salmonella tipe tertentu.
Pemeriksaan widal bertujuan untuk mendeteksi adanya
antibody (kekebalan tubuh) terhadap kuman salmonella dengan
cara mengukur kadar aglutinasi antibody terhadap antigen O dan H
dalam sampel darah. Tubuh kita akan membentuk antibody jika
terpapar kuman salmonella typhii baik kuman yang masuk secara
alamiah dan menyebabkan sakit.
Uji Widal di dasarkan pada:
1. Antigen O merupakan somatic yang terletak di lapisan
luar tubuh kuman
2. Antigen H merupakan flagel/semacam ekor sebagai
alat gerak.
14
b. Pemeriksaan SOOT dan SOPT
SOOT dan SOPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid
6. Komplikasi
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna,
tetapi biasa terjadi kompliasi terutama pada penderita yang tidak diobati
atau bila pengobatannya terlambat
a. Komplikasi instetinal
Pendarahan usus biasanya terjadi pada minggu ke 3 jika sudah
komplikasi, perporasi usus terjadi dan menyebabkan nyeri perut yang
hebat karena isi usus menginfeksi rongga perut.
b. Komplikasi ekstraintestinal
1) Kardiovaskuler: kegagaan sirkulasi perifer, miokarditis
2) Darah: anemia hemolitik, tromboritopenia
3) Paru: pneumonia, empyema pleurisy
4) Hepar dan kandung empedu: hepatitis dan kolesitis
5) Ginjal: glomerulunefritis
6) Tulang: osteomyelitis dan arthritis
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Pemberian obat untuk membantu penurunan panas tubuh dengan baik,
contohnya paracetamol atau ibuprofen, dan untuk menghindari
dehidrasi dapat dilakukan pemasangan infus RL dengan cara
berkolaborasi dengan dokter. Bila pasien alergi dapat diberikan obat
penisilin atau kortrimoksazol. Dan jika suhu tubuhnya diatas 40 C
dapat diberikan infuse paracetamol dengan kolaborasi dokter.
b. Keperawatan
1) Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari, dan posisi tubuh harus di ubah
minimal setiap 2 jam untuk mencegah decubitus dan melakukan
mobilisasi sesuai kondisi.
15
2) Diet makanan di berikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula air, makanan lunak, kalori, tinggi protein,
biasa) makanan mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi
protein ( soeginjanto 2010)
8. Pencegahan
Hindari kegiatan aktivitas yang memicu kelelahan, dan hindari
makanan sayuran mentah, makanan siap saji dan bisa juga dicegah
dengan pemberian vaksin tifus (per oral) namun vaksin ini hanya di
berikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri
salmonella typhii (gartina 2009).
16
pencegahan penyakit, keamanan tumbuh kembang, riwayat
kesehatan yang lalu
1) Nutrisi metabolik
adalah klien mengatakan nafsu makan nya menurun dan
diberikan peningkat nafsu makan
2) Eliminasi
adalah klien mengalami frekuensi nya normal dan tidak ada
gangguan, klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu
kateter
3) Aktivitas dan latihan
adalah klien jarang melakukan olahraga di rumah
4) Kognitif perceptual
adalah klien tidak mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan.
5) Konsep diri
adalah riwayat kesehatan sekarang klien menderita penyakit
typhoid dan riwayat kesehatan keluarga adalah keluarga tidak
ada mengalami penyakit yang sama
6) Nilai kepercayaan
meliputi tentang informasi riwayat klien tentang nilai,
tujuan dan kepercayaan spiritual.
2. Diagnosa keperawatan
a) Gangguan pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake dan out put yang tidak adekuat.
b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada ulu
hati
c) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
intake dan out put yang tidak adekuat
d) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi
salmonella thypii
17
e) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mengarbsopsi makanan,
ketidak mampuan mencerna makanan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
18
berupa tubuh
paracetamol
domperidone,
alprazolam
Peningkatan suhu Mengetahui 1. Pantau ttv klien 1. Ttv terpantau
tubuh perubahan suhu 2. Dianjurkan dengan baik
berhubungan klien klien memakai 2. Agar
dengan infeksi Criteria hasil pakaian yang tipis pengeluaran panas
salmonella thypii mempertahankan dan mnyerap dalam tubuh klien
suhu tubuh dalam keringat lebih cepat
keadaan normal 3. Berikan 3. Menstabilkan
kompres hangat suhu tubuh pasein
pada pasien 4. Mempercepat
4. Berikan obat upaya
sesuai anjuran penyembuhan
dokter berupa
paracetamol,
domperidone, dan
alprazolam
5.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan yaitu untuk pelaksanaan intervensi.
Mengidentifikasikan prioritas keperawatan klien. Kemudian bila perawatan
telah di laksanakan perawat mencatat dan memantau respon klien terhadap
setiap intervensi dan mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya.
19
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan proses yang
continue yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan keperawatan
yang di berikan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk
menentukan keefektifannya. Rencana keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien.
C. LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cangkariang, Banuhampa, kab. Agam
Sumatera Barat
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku :
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. RM : 00-97-41
Diagnosa Medis : Thypoid
b. Keadaan Umum
1) Keadaan umum : keadaan umum Ny. J sedang
20
2) Tingkat kesadaran : Compos mentis (sadar penuh)
3) GCS : 15
21
2) Riwayat kesehatan dahulu
Ny. J tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ny. J mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dan tidak ada penyakit keturunan
Genogram
: Pasien
: Tali sedarah
: Tinggal serumah
22
Keterangan :
Kedua orang tua Ny. J ibunya dan ayahnya sudah meninggal dan orang tua
suaminya sudah meninggal. Ny. J merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara yaitu 2
laki-laki dan 1 perempuan. Sedangkan suaminya merupakan anak ke 2 dari 3
bersaudara yaitu 2 laki-laki dan 1 perempuan. Ny. J mempunyai anak yaitu 2 laki-
laki Ny. J tinggal bersama suaminya dan 2 anaknya.
e. Pengkajian Fisik
1) Ttv
Tanggal : 05 Februari 2019
Td : 120/70
S : 38, 7
N : 63/ menit
P : 22/ menit
2) Keadaan umum
Compos mentis ( sadar sepenuhnya)
3) Pemeriksaan fisik ( Head toe to)
a) Kepala
I: Rambut Ny. J tampak tipis dan putih kehitaman, kepala
tidak terdapat lesi dan udem kulit kepala Ny. J tampak kotor.
Pal : tidak terdapat luka atau pendarahan pada kepala tidak
terdapat nyeri tekan pada kepala tidak terdapat
pembengkakan pada kepala
b) Wajah
I : warna kulit wajah Ny. J sama dengan warna kulit
bibirnya
P : tidak ada nyeri tekan
c) Mata
I : mata kiri dan kanan simetris sclera ikterik, konjungtiva
tidak anemis, pupil isakor, mata tampak cekung
Pal : tidak ada terdapat nyeri tekan
23
d) Telinga
I : telinga kanan dan telinga kiri simetris
Pal : tidak ada terdapat nyeri tekan pada telinga
e) Hidung
I : lubang hidung kiri dan kanan simetris lubang hidung Ny.
J tampak bersih tidak terdapat polip pada hidung tidak
terdapat sekret pada hidung
Pal : tidak ada nyeri tekan pada hidung Ny. J
f) Mulut
I : Bibir Ny. J tampak kering tidak terdapat gigi palsu pada
Ny. J terdapat ccaries pada gigi Ny. J tidak terdapat
stomatis pada mulut Ny. J
Pal : tidak ada terdapat nyeri tekan pada mulut Ny. J
g) Leher
I : tidak terdapat lesi atau luka pada leher Ny. J warna kulit
sama dengan warna kulit lainnya
Pal ; tidak ada pembesaran kelenjar thyroid pada Ny. J
h) Thoraks (dada)
pergerakan dada kiri dan kanan simetris
1)) Paru-paru
Pal : tactil premitus Ny. J cenderung sebelah kanan di
banding kondisi tidak ada terdapat nyeri tekannya
Per : perkusi paru-paru bunyi sonar ( buniynya duk-duk)
Aus : vesikoler di seluruh bagian paru ( suara insirasi lebih
keras dan lebih tinggi nadanya dan lebih panjang dari
ekspirasi).
2)) Jantung
Pal : tidak ada nyeri tekan di sekitar jantung, tidak ada
massa di sekitar jantung Ny. J
Per : perkusi jantung klien
Aus: auskultasi jantung klien normal
24
Bunyi 1 : Lub (timbul akibat penutup katub mitra dan
trikuspidalis terdengar lebih keras dari pada bunyi 2
Bunyi 2 : Dup (timbul akibat penutupan aovla dan
pulnonalis) nada bunyi 2 lebih tinggi dari bunyi 1
i) Perut/abdoment
I : warna kulit perut Ny. J sama dengan kulit lain tidak ada
terdapat luka ataupun lesi pada abdomen Ny. J
Aus : bisug usus klien tidak normal 9 kali/menit
Pal : suara penculi abdomen Ny. J adalah kembung
j) Ekstrimitas
Atas 1: tidak terdapat edema pada ekstrimitas atas tengah Ny. J
terpasang infuse tidak ada praktur pada ekstrimitas atas
Bawah 1 : tidak ada praktur pada ekstrimitas bawah Ny. J tidak
ada terdapat edema pada ekstirmitas bawah Ny. J
Pal : tidak ada terdapat nyeri tekan pada ekstrimitas atas Ny. J
Kekuatan otot
4444 5555
5555 5555
Keterangan :
O : otot sama sekali tidak mampu bergerak
1 : ada sedikit gerakan dan tekanan ssewaktu jauh
25
2 : mampu sedikit gerakan dan tekanan sewaktu jauh
3 : mampu tegak walaupun sedikit di
dorong tetapi tidak mampu
4 : kekuatan otot kurang dibandingkan sisi lain
5 : kekuatan otot utuh
k. Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan pada genelatia
l. Neurosensori
GCS = 15
Motorik 6
6 : bergerak mengikuti perintah
5 : bergerak terhadap nteri dan motokalisis
4 : berlawanan dengan rangsangan nyeri
3 : fleksi abnormal
2 :ekstensi subnormal
1 ; tidak ada respon
Verbal 5
5 : berorientasi baik
4 : bicara bingung
3 : bicara tidak jelas
2 ; merintih
1 : tidak ada respon
Eye 4
4 : buka mata spontan
3 ; buka mata terhadap suara
2 : buka mata terhadap nyeri
1 : tidak ada respon
26
1) Aktivitas dan latihan
a. Sebelum masuk RS : aktivitas lancar dan sangat efektif
b. Selama masuk RS : aktivitas terbatas
2) Tidur dan istirahat
a. Sebelum masuk RS : mengatakan tidur 5 jam atau 7 jam
b. Selama masuk RS : mengatakan susah tidur karena
sering terbangun
3) Kenyamanan dan nyeri
a. Sebelum masuk RS : tidak merasa nyaman, risih, nyeri
perut
b. Selama masuk RS : tidak merasa nyaman, risih, nyeri
perut
4) Nutrisi
a. Sebelum masuk RS : nafsu makan kurang 1 kali sehari
b. Selama masuk RS : nafsu makan mulai 1-3 kali sehari
5) Cairan dan elektrolit
a. Sebelum masuk RS : Ny. J mengatakan 4/5 gelas/ hari
b. Selama masuk RS : Ny. J mengatakan minumnya banyak
7/8 gelas / hari
6) Oksigen
a. Sebelum masuk RS :
Sesak nafas : Ny. J mengatakan tidak sesak nafas
Batuk : Ny. J mengatakan tidak mengalami batuk
Sputum : Ny. J mengatakan tidak terdapat sputum
Nyeri dada : Ny. J mengatakan tidak terdapat nyeri dada
b. Selama masuk RS
Sesak nafas : Ny. J mengatakan tidak sesak nafas
Batuk : Ny. J mengatakan tidak mengalami batuk
Sputum : Ny. J mengatakan tidak terdapat sputum
Nyeri dada : Ny. J mengatakan tidak terdapat nyeri dada
7) BAB
27
a. Sebelum masuk RS
Frekuensi : 1-2 kali / hari
Waktu : tidak menentu
Warna : kuning, tidak ada darah, tidak ada lendir
Gangguan : tidak ada gangguan pada Bad nya
b. Selama masuk RS
Frekuensi : 1-2 kali / hari
Waktu : tidak menentu
Warna : kuning, tidak ada lender, tidak ada darah
Gangguan : tidak ada gangguan pada BAB nya
8) BAK
a. Sebelum masuk RS
Frekuensi : 1-5 kali / hari
Waktu : pagi, siang, sore, malam
Warna : kuning keruh
Gangguan : tidak mengalami gangguan
b. Selama masuk RS
frekunsi : 6-7 kali / hari
waktu : pagi, siang, sore, malam
warna : kuning jernih
gangguan : tidak ada gangguan
9) Sensori. Presepsi, kognitif
a. Gangguan penglihatan : tidak ada
b. Gangguan pandangan : tidak ada
c. Gangguan pengecapan : tidak ada
d. Gangguan penciuman : tidak ada
n. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang labor tanggal 05 februari 2019
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
28
1 Haemoglobin 14, 9
Lk : (13-16 gr %) PR
( 12- 14 gr %)
2 Leukosit 15, 100 ( menigkat) 5000 – 10,000 / mm
3 Eritrosit 5, 8 Lk : ( 4, 5, 5, 5 juta ) PR
( 4, 0-5, 0 juta )
4 Trombosit 144, 000 200, 000-400, 000
5 Hematokrit 42, 4 Lk : ( 42-52 vol % ) PR
( 37-47 vol %)
29
Terapi oral
30
2. Diagnosa
a. Data Fokus
13) TTv
TD : 120/ 70
S : 38,7
P : 22/ menit
N : 69x/ menit
31
Tes widal
Salmonella typhii O : 1/ 320
Salmonella thphii H : 1/ 320
Analisa Data
Do :
Klien tampak
lemah dan gelisah
Tubuh pasien pada
saat di raba terasa
panas
Pasien tampak lesu
Bibir klien tampak
pecah-pecah
Wajah klien tampak
merah
32
TTv:
Td : 120/ 70
S : 38,7 c
N : 60x/ m
P : 22x/m
Tes widal
Salmonella typhii O :
1/ 320
Salmonella thphii H :
1/ 320
Do :
Klien tampak
mengeluh dan
meringis
Klien hanya
makan 1-3 sendok
Klien tampak pucat
BB belum masuk
RS 52 kg
BB selama masuk
RS 50
33
TTv
To : 120/ 70
S : 38,7
P : 22x/m
N : 69x/m
3. Ds : In take dan Out put Kekurangan volume
Klien mengatakan yang tidak adekuat cairan tubuh
badannya terasa
lemas
Klien mengatakan
mual dan muntah
Klien mengatakan
sering BAK
Do :
Klien tampak
lemah
Klien tampak pucat
Out put klien
tampak keluar
melalui muntahan,
BAB dan BAK
Klien tampak lemas
Mukosa bibir
kering
Turgor kulit tidak
elastis
Kapilari refill
kembali dalam
waktu 3 detik
34
TTV :
TD : 120/ 70
S : 38,7
P : 22x/ m
N : 69x/ m
Diagnosa keperawatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
kompres Menstabilkan
pasien pasien
35
IV. Kolaborasi IV Mempercepat
dengan upaya
dokter penyembuhan
pemberian
obat penurun
panas
Gangguan Kebutuhan nutrisi I. Pantau ttv I Ttv terpantau
pemenuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik
kurang dari Kriteria Hasil II. Pantau porsi II Mengetahui
kebutuhan Intake dan Out makan klien intake pasien
berhubungan put dalam III. Kaji rawat III Mengawasi
dengan In take dan rentang normal nutrisi masukan
Out put yang tidak termasuk nutrisi
ade kuat makanan
yang disukai
IV. Anjurkan IV Agar nutrisi
klien makan klien
sedikit tapi terpenuhi
sering
V. Anjurkan V Agar nafsu
makanan mambaik
selagi hangat
VI. Kolaborasi VI Untuk
degan ahli memenuhi
gizi untuk kebutuhan
pemenuhan nutrisi pasien
nutrisi
pasien
Kekurangan Cairan dalam I. Pantau ttv I. Ttv terpantau
volume cairan tubuh dalam klien dengan baik
tubuh berhubungan rentang normal II. Pantau In II. Mengetahui
36
dengan In take dan Kriteria hasil take dan volume cairan
Out put yang tidak Kebutuhan cairan Output pasien
ade kuat dalam tubuh cairan
terpenuhi dengan klien
baik III. Anjurkan III. Memenuhi
minum pasien
minimal 8
gelas/ hari
IV. Memenuhi
IV. Kolaborasi
kekurangan
dengan
cairan melalui
dokter
intravena/ IV
untuk
pemberian
infus
4. Laporan perkembangan
37
kompres hangat klien masih teraba
pada pasien panas.
IV. Berkolaborasi Suhu tubuh pasien
dengan dokter 38,7 ⁰C
pemberian obat A :
paracetamol Masalah belum
3x1 teratasi
P:
Intervensi 1, 2 dan
3 dan 4 di
lanjutkan
Gangguan I. Memantau porsi S : SESUIKAN
pemenuhan makan klien ½ DENGAN DATA
nutrisi kurang porsi dihabiskan SUBJEKTIF
dari kebutuhan II. Mengkaji nutrisi Klien mengatakan
berhubungan termasuk masih belum
dengan In take makanan yang nafsu makan
dan out put disukai O:
yang tidak ade III. Menganjurkan - Klien masih
kuat klien makan tampak pucat
sedikit tapi - Klien tampak
sering tidak
IV. Menganjurkan menghabiskan
klien makan makanannya
makanan selagi A : masalah
hangat belum teratasi
V. Berkolaborasi P : intervensi 1, 3,
degan ahli gizi 4 dan 5di
untuk lanjutkan,
pemenuhan intervensi 2
nutrisi pasien dihentikan
38
Kekurangan I. Memantau In S :
volume cairan take dan Out put - Klien
tubuh cairan klien mengatakan
berhubungan II. Menganjurkan masih mual
dengan In take klien minum dan muntah
dan Out put lebih dari 8 - Klien
yang tidak ade gelas/ hari mengatakan
kuat III. Berkolaborasi badannya
dengan dokter masih lemah
pemasangan O:
infus pasien - Klien terlihat
RL 20 tts/i masih lemah
- Klien tampak
masih lesu
- Out put klien
tampak keluar
melalui
keringat,
muntah, BAK
dan BAB
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi 1, 2
dan 3 lanjutkan
2. Jum’at Peningkatan I. Memantau ttv S :
08 februari suhu tubuh klien - Klien
2019 berhubungan TD : 110/ 90 mengatakan
dengan infeksi N : 71x/ m badannya
salmonella P : 20x/ m terasa panas
typhii S : 38 C - Klien
39
II. Menganjurkan mengatkan
pasien memakai badannya
pakaian tipis dan terasa lemah
menyerap dan letih
keringat - Klien
III. Memberikan mengatakan ia
kompres hangat susah tidur
pada pasien pada pada malam
pagi hari hari
O:
- Klien masih
tampak lemah
- Klien tampak
lesu
- Bibir pasien
tampak
pecah-pecah
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi 2 di
hentikan dan
intervensi 1, 3 di
di lanjutkan
Gangguan I. Memantau porsi S :
pemenuhan makan klien Klien mengatakan
nutrisi kurang II. Mengkaji riwayat masih belum
dari kebutuhan nutrisi termasuk nafsu makan
berhubungan makanan yang di O :
dengan In take sukai - Klien tampak
dan Out put III. Menganjurkan pucat
40
yang tidak ade klien makan - Klien tampak
kuat sedikit tapi sering tidak
IV. Menganjurkan menghabiskan
klien makan makannya
makanan selagi A : masalah
hangat belum teratasi
P:
Intervensi 3, 4 di
hentikan dan
intervensi 1 dan 2
di lanjtukan
Kekurangan I. memantau In S :
volume cairan take dan Out - klien
tubuh put cairan klien mengatakan
berhubungan yang masih mual
dengan In take cairan klien + dan muntah
dan Out put 200 cc out put - klien
yang tidak ade cairan klien + mengatakan
kuat 250 cc badannya
II. menganjurkan lemah
klien banyak O :
minum lebih - klien tampak
dari 8 gelas/ lemas
hari - klien tampak
III. berkolaborasi lesu
dengan dokter - Out put klien
pemasangan tampak keluar
infuse pasien melalui
keringat,
muntah, BAK
dan BAB
41
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi 2 di
hentikan
intervensi 1 dan 3
di lanjutkan
42
pecah
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi 1 dan 3
di lanjutkan
Gangguan I. Memantau porsi S :
pemenuhan makan klien Klien mengatakan
nutrisi kurang II. Mengkaji riwayat masih belum
dari kebutuhan nutrisi makan nafsu makan
dengan In take termasuk yang di O :
dan Out put sukai - Klien tampak
yang tidak ade pucat
kuat - Klien tampak
tidak
menghabiskan
makannya
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi 2 di
hentikan dan
intervensi 1 di
lanjutkan
Nyeri I. Mengkaji skala S :
epigastrium nyeri Klien mengatakan
berhubungan II. Berkolaborasi tidak ada lagi
dengan asam dengan dokter nyeri di ulu hati
lambung yang dalam pemberian O :
meningkat obat analgesik Klien terlihat
43
tenang klien tidak
risih lagi
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi 1 dan 3
di hentikan
Kekurangan I. Memantau In take S :
volume cairan dan Out put - Klien
tubuh cairan klien yaitu mengeluh
berhubungan In take masih mual
dengan In take cairan klien +200 dan muntah
dan Out put cc out put - Klien
yang tidak ade cairan klien +250 mengatakan
kuat cc badan masih
II. Berkolaborasi lemas
dengan dokter O:
pemasangan - Klien tampak
infuse pasien lemas
- Klien tampak
lesu
- Out put klien
tampak
keluar
melalui
keringat,
muntah,
BAK, dan
BAB
A:
Masalah belum
teratasi
44
P:
Intervensi 3
dihentikan
Intervensi 1 di
lanjutkan
4. Minggu Peningkatan I. Memantau ttv S :
10 februari suhu tubuh pasien Klien mengatakan
2019 berhubungan TD : 120/ 60 suhu tubuh nya
dengan infeksi N : 60x/ m tidak panas lagi
salmonella P : 20x/ m O:
typhii S : 37,3 c Klien tampak
III. memberikan segar
kompres hangat pada A :
pasien pada pagi hari Masalah teratasi
P:
Intervensi di
hentikan
Gangguan I Memantau porsi S :
pemenuhan makan pasien Klien mengatakan
nutrisi kurang masih muntah
dari kebutuhan O:
berhubungan - Klien tampak
dengan In take pucat
dan Out put - Klien tampak
yang tidak ade tidak
kuat menghabiskan
makannya
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Interensi 1 di
45
lanjutkan
Kekurangan 1. memantau Intake S :
volume cairan dan Out put cairan klien mengatakan
tubuh klien yaitu In take sudah tidak mual
berhubungan cairan klien +200 cc muntah dank lien
dengan In take Out put cairan klien mengatakan lebih
dan Out put +250 cc segar
yang tidak ade O:
kuat Klien tampak
segar dan tidak
pucat
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi 1 di
hentikan
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
47
4. Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman salmonella typhii
tipe A, B dan C kuman ini di sebabkan oleh makanan yang tercemar oleh
udara luar, seperti karena makanan tersebut terlalu lama berada di luar
ataupun makanan tersebut di cemari oleh orang terkena virus salmonella
typhii penyakit ini dapat di cegah dengan cara mengkonsumsi makanan
yang benar- benar hygienis, menghindari hal-hal yang tidak bersih, karena
salmonella typhii di bawa oleh makanan-makanan yang tercemar.
B. saran
Bersama ini ada beberapa saran yang penulis sampaikan antara lain sebagai
berikut :
1. Diharapkan kita dapat menjaga kesehatan kits dengan cara memperhatikan
apa yang kita makan dan kita minum agar tubuh kita tidak ter infeksi oleh
bakteri dan memakan makanan yang bergixi
2. Dengan penjabaran mengenai pencegahan typhoid kita lebih berhati- hati
terhadap makanan maupun factor lain yang menyebabkan resiko infeksi
pada lapisan lambung.
48
DAFTAR PUSTAKA
49